Berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan hasil pemeriksaan yang ada, kemungkinan diagnosis pasien adalah:
1. Tuberkulosis paru dengan komplikasi pneumotoraks paru kanan. Hal ini didukung dengan riwayat batuk kronis 3 bulan, penurunan berat badan, adanya kontak dengan penderita TB, dan hasil radiologi menunjukkan hiperinflasi paru kanan dan paru kiri yang opak heterogen.
2. Pneumonia paru kiri yang didukung dengan ge
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i + skema + bahan dev
1. BLOK XIII. SISTEM RESPIRASI (MAC 206)
Laporan PBL 3 : Tuberkulosis dan Pneumotoraks
Kelompok PBL 6:
Clarence Ediana (2013-060-064)
Melly Riana Sari (2013-060-066)
Cynthia (2013-060-069)
Laura Bernadeta Sutjipta (2013-060-082)
Brigitta (2013-060-086)
Dea Clarissa Sidharta (2013-060-088)
Valerie Laurencia (2013-060-096)
Al Martin Nainggolan (2013-060-098)
Gerry Wino (2013-060-104)
Eunike Amadea (2013-060-116)
Aninda Saputri (2013-060-119)
Devina Ciayadi (2013-060-121)
Pembimbing :
dr. Monika Yukiani Yapriadi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2014
2. Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
berkatNya, laporan hasil diskusi Problem Based Learning (PBL) ini dapat terselesaikan. Penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Monika Yukiani Yapriadi selaku dosen pembimbing
dalam diskusi PBL ini, sehingga diskusi dapat berjalan dengan lancar. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang ikut serta dalam lancarnya pembuatan laporan
hasil PBL ini.
Dalam diskusi kali ini, penulis membahas mengenai kasus seorang pria berusia 34 tahun
dengan keluhan gejala pneumotoraks dan dengan primer tuberculosis positif. Hal ini sungguh
sangat penting mengingat angka penderita tuberculosis yang sangat tinggi di Indonesia dan
penularannya yang dibilang dapat dengan cukup mudah.
Penulis ingin mengucapkan permintaan maaf apabila dalam laporan hasil diskusi PBL ini
terdapat kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisan sebuah laporan. Penulis membuka diri
atas kritik dan saran dari para pembaca, guna mengembangkan penulis dalam membuat laporan
yang lebih baik di masa depan. Semoga laporan hasil diskusi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Jakarta, 10 April 2015
Penulis
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelainan dan penyakit yang berkaitan dengan sistem pernapasan sangat beragam
dan angka penderita penyakit pernapasan dapat dibilang cukup tinggi di Indonesia. WHO
menyatakan bahwa dari sekitar 1,9 milyar manusia, sepertiga penduduk dunia ini telah
terinfeksi oleh kuman tuberkulosis. Pada tahun 1993 WHO juga menyatakan bahwa TB
sebagai reemerging disease. Angka penderita TB paru di negara berkembang cukup
tinggi, di Asia jumlah penderita TB paru berkisar 110 orang penderita baru per 100.000
penduduk. Di Indonesia setiap tahunnya kasus tuberkulosis paru bertambah seperempat
juta kasus baru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya. Indonesia termasuk
10 negara tertinggi penderita kasus tuberkulosis paru di dunia. Dalam blok ini mahasiswa
perlu mengetahui tentang gangguan sistem pernapasan, khususnya tuberkulosis dan
komplikasinya terutama pneumotoraks. Selain itu, penderita tuberkulosis paru yang
tertinggi berada pada kelompok usia produktif (15-50 tahun) yaitu berkisar 75%. Seorang
pasien tuberkulosis dewasa diperkirakan akan kehilangan rata-rata waku kerjanya 3-4
bulan sehingga berakibat pada kehilangan pendapatan rumah tangganya yaitu sekitar 20-
30%. Oleh sebab itu, penyakit ini sering menganggu kehidupan penderitanya dan
berdampak pada kualitas hidup yang rendah. Oleh karena itu, dalam pembahasan PBL ini
akan dibahas secara mendalam mengenai diagnosis tuberkulosis dan pnemotoraks,
pemeriksaan-pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis, tatalaksana, diagnosis banding,
komplikasi, serta informasi penting lainnya seputar penyakit tuberkulosis dan
pneumotoraks
2003).
1.2. Skenario
7. BAB II
HASIL DISKUSI
2.1. Clarifying Unfamilliar Terms
Tidak ada kata – kata yang sukar atau tidak dimengerti.
2.2. Define the Problems
Skenario Ia
1. Apa saja etiologi sesak napas?
2. Sebutkan faktor risikosesak napas?
3. Bagaimana patogenesis sesak napas?
4. Apa tatalaksana UGD dalam menangani sesak napas?
Skenario Ib
1. Penyakit-penyakit apa saja yang berhubungan dengan batuk kronis produktif?
2. Jenis-jenis sputum apa yang dikeluarkan saat batuk produktif?
Skenario Ic
1. Bagaimana alur diagnosis penyakit TB?
2. Sebutkan diagnosis banding TB?
3. Bagaimana transmisi penularan TB?
4. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada penderita TB?
Skenario Id
1. Kemungkinan penyakit apa yang terjadi pada skenario berdasarkan gejala yang
ada?
2. Bagaimana patofisiologi penyakit tersebut?
3. Pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan dalam menegakkan diagnosis
penyakit?
Skenario Ie
1. Bagaimana manifestasi klinis TB?
2. Bagaimana penampakan foto torak pada penyakit TB?
3. Berapa nilai normal hasil test lab yang ada?
4. Bagaimana interpretasi hasil test lab yang ada?
Skenario II
1. Apa saja etiologi pneumotoraks?
2. Apa gejala-gejala pneumotoraks?
3. Pemeriksaan fisik dan penunjang apa yang dapat dilakukan dalam menegakkan
diagnosis pneumotoraks?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya pneumotoraks?
5. Bagaimana tatalaksana pneumotoraks dan tuberkulosis?
8. 2.3. Brainstorming
Skenario Ia
1. Apa saja etiologi sesak napas?
Sesak napas adalah sensasi subjektif dimana kompensasi saat tubuh tidak mampu
memenuhi kebutuhan oksigen dasarnya.
Sesak napas dapat disebabkan:
- Aspirasi
- Keselek benda asing
- Alergen / zat iritan
- Gangguan organ-organ yang dapat menyebabkan sesak, misalnya:
o Paru : obstriksi, retriksi, pneumotoraks dan disfungsi paru.
o Jantung : miokard.
o Paru dan jantung : PPOK, metabolik asidosis, stress, dan lain-lain.
Berikut ada tabel perbandingan antara sesak napas karena gangguan paru dan jantung
Pulmo Kardio
Dipengaruhi oleh pengeluaran sputum
Lega setelah batuk
Memberi respon pada pemberian obat
β-2- agonis
Dipengaruhi oleh perubahan posisi tubuh
Tidak berubah setelah batuk
Memberi respon setelah pemberian obat anti
diuretik
Sesak napas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu restriktif dan obstruktif.
Restriktif Obstruktif
Kapasitas paru mengalami penurunan
Misalnya karena skoliosis
Gangguan terjadi pada saluran pernapasan
FEV1 tidak normal
2. Sebutkan faktor risikosesak napas?
1. Pekerja yang sering terekspos zat iritan atau kimia, seperti pekerja pabrik
2. Memiliki riwayat penyakit paru, misalnya asma
3. Memiliki penyakit gangguan jantung
3. Bagaimana patogenesis sesak napas?
Pada sesak napas terjadi ketidakseimbangan antara udara yang dihirup atau kerja
otot pernapasan, dengan kebutuhan udara.
Sesak napas dapat terjadi karena kelainan pada saluran pernapasan misalnya
sumbatan, maupun karena kelainan organ spesifik seperti jantung dan paru.
4. Apa tatalaksana UGD dalam menangani sesak napas?
Penanganan sesak napas disesuaikan dengan penyebab utama sesak napas itu.
Misalnya bila sesak napas disebabkan karena sumbatan saluran pernapasan, maka
9. akan diberikan obat β-2- agonis untuk memperlebar saluran perfebrnapasan. Pada
kasus berat diberikan alat bantu pernapasan.
Skenario Ib
1. Penyakit-penyakit apa saja yang berhubungan dengan batuk kronis produktif?
Salah satu penyakit yang manifestasi klinisnya adalah batuk kronis produktif
adalah tuberkulosis
2. Jenis-jenis sputum apa yang dikeluarkan saat batuk produktif?
Warna sputum dipengaruhi penyebabnya. Sputum dapat berwarna mukoid, yang
kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus, maupun berwarna purulen (hijau-
kuning) yang kebanyakan disebabkan oleh infeksi bakteri.
Skenario Ic
1. Bagaimana alur diagnosis penyakit TB?
Dimulai dari anamnesis keluhan-keluhan pasien, kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik dan penunjang.
Syarat absolut TB:
- Ada kontak dengan penderita TB
- Manifestasi klinis: keringat malam, berat badan turun
Kondisi pasien:
- Pasien sesak karena gangguan pulmoner
- Pasien sedang dalam tahap sakit
2. Sebutkan diagnosis banding TB?
Diagnosis banding TB salah satunya adalah pneumonia.
3. Bagaimana transmisi penularan TB?
Melalui batuk atau sputum penderita atau orang terinfeksi.
4. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada penderita TB?
Komplikasi, seperti:
- Batuk darah
- Penumotoraks
- Empiema
- Bronkiektasis
Skenario Id
1. Kemungkinan penyakit apa yang terjadi pada skenario berdasarkan gejala yang
ada?
Pneumonia, TB, atau pneumotoraks
10. 2. Bagaimana patofisiologi penyakit tersebut?
Pada awalnya orang terinfeksi dapat menderita tuberkulosis primer, kuman lalu
dorman dan akan muncul kembali sebagai tuberkulosis post primer
3. Pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan dalam menegakkan diagnosis
penyakit?
- Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital pada pasien itu, yaitu:
Takikardi ( 48 kali/menit)
Takipneu (128 kali/menit)
Hipoksemia ringan ( SaO2 = 80%)
Demam subfebril
- Pemeriksaan fisik:
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
- Pemeriksaan penunjang:
o Lab darah
o Radiologi
o BTA sebagai gold standart
4. Berapa nilai normal hasil test lab yang ada?
Pemeriksaan Darah:
Leukosit 5000 -
10.000
Ht = 37 – 43 %
Neutrofil = 50 – 75%
Analisa Gas Darah:
pH = 7,35 - 7,45
PaCO2 = 35 - 45 mmHg
PaO2 = > 80%
SaO2 = > 95 %
HCO3 = 22 – 26 mEq/l
5. Bagaimana interpretasi hasil test lab yang ada?
Hasil lab:
Pasien asidosis (pH = 7.30)
Ht menurun
Leukositosis (13.000/ml)
Laju endap darah meningkat
Kadar bikarbonat menurun
PaCO2 normal
Neutrofil meningkat
Skenario Ie
1. Bagaimana manifestasi klinis TB?
11. Sistem respirasi:
Batuk kronis dengan
dahak
Nyeri dada
Sesak napas
Batuk darah
Gejala sistemik:
Lemas dan berat badan
menurun drastis
Tidak napsu makan
Demam
Keringat malam
2. Bagaimana penampakan foto torak pada penyakit TB?
Umumnya tampak gambaran berawan, paling banyak di bagian apex, dapat pula
terdapat kavitas atau bahkan bercak milier yang menandakan penyebaran
hematologis. Lesi inaktif juga dapat tampak, misalnya fibrotik ataupun kalsifikasi.
3. Bagaimana patofisiologi tuberkulosis?
Akan dibahas dalam Learning Objective.
Skenario II
1. Apa saja etiologi pneumotoraks?
Etiologi pneumotoraks misalnya luka tusuk atau kecelakaan sehingga lapisan
pleura sobek atau sekunder dari penyakit lain.
2. Apa gejala-gejala pneumotoraks?
Sesak napas, paru sulit mengembang, dan nyeri dada.
3. Pemeriksaan fisik dan penunjang apa yang dapat dilakukan dalam menegakkan
diagnosis pneumotoraks?
Pemeriksaan fisik, misalnya perkusi hipersonor, pergeseran trakea ke arah sehat,
dan paru tertinggal pada sisi sakit.
Pemeriksaan penunjang, misalnya tampak udara pada rongga pleura
(hiperlusent).
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya pneumotoraks?
Akan dibahas dalam Learning Objective.
5. Bagaimana tatalaksana pneumotoraks dan tuberkulosis?
Tatalaksana pneumotoraks: aspirasi
Tatalaksana TB: OAT yang adekuat dengan lama waktu konsumsi obat minimal 6 bulan secara
rutin.
12. 6. Analysing the Problem
Mr. F
Anamnesis:
- Usia 34 tahun
- Penurunan berat badan
- Sesak napas sepanjang hari (3 hari)
- Batuk 3 bulan
- Tidak ada riwayat batuk darah atau trauma
dada
- Tidak pernah masuk rumah sakit
- Tidak ada riwayat alergi
- Saudara ada yang TB
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital:
- Takikardi ( 48 kali/menit)
- Takipneu (128 kali/menit)
- Hipoksemia ringan ( SaO2 =
80%)
- Demam subfebril
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik
umum:
Radiologi:
- Hiperinflasi paru kanan
- Mediastinum bergeser ke
kiri
- Paru kiri opak heterogen
Test laboratorium:
- Pasien asidosis (pH = 7.30)
- Ht menurun
- Leukositosis (13.000/ml)
- Laju endap darah meningkat
- Kadar bikarbonat menurun
- PaCO2 normal
- Neutrofil meningkat
Diagnosis: TB
Inspeksi:
- Lemas
- Pergerakan dada
kanan tertinggal
- Pucat
Palpasi:
- RR = 48 kali/menit
- Detak nadi = 128
kali/menit
Perkusi:
- Paru kiri: krepitasi
- Paru kanan:
hipersonor
Auskultasi:
- Paru kiri: vocal
fremitus meningkat,
bronchial di lapang
paru
- Paru kanan: vocal dan
taktil fremitus
menurun
Tatalaksana:
- TB: OAT
- Pneumotoraks: WSD
dan inspeksi
o Epidemiologi
o Faktor risiko
o Patofisiologi
o Diagnosa banding:
- Penumonia
Komplikasi:
- - Batuk darah
- - Penumotoraks
- - Empiema
- - Bronkiektasis
13. 7. Learning Objectives
1. Mengetahui epidemiologi TB dengan atau tanpa pneumotoraks (pneumotoraks et
causa TB) dan pneumotoraks
2. Mengetahui diagnosis banding dari TB
3. Mengetahui faktor risiko TB dan pneumotoraks
4. Mengetahui patofisiologi TB dan pneumotoraks
5. Mengetahui manifestasi klinis TB dan pneumotoraks
6. Mengetahui pemeriksaan fisik dan lab TB dan pneumotoraks
7. Mengetahui tatalaksana TB dan pneumotoraks
8. Self-Study
Pelaksanaan self-study dilakukan selama 3 hari setelah pertemuan pertama.
Sumber – sumber yang digunakan berasal dari buku dan internet. Masing – masing
dari kami membaca sumber – sumber tersebut, kemudian kami melakukan pertemuan
dengan seluruh anggota untuk membicarakan informasi atau pengetahuan baru dari
sumber yang kami baca itu.
9. Report
1. Mengetahui epidemiologi TB dengan atau tanpa pneumotoraks (pneumotoraks et
causa TB) dan pneumotoraks
Karena penyakit TB bersifat kronis dan resistensi kuman terhadap obat cukup tinggi,
maka tidak jarang menimbulkan komplikasi. Salah satu komplikasi yang bisa
ditimbulkan adalah pneumotoraks. Di mana pnumotoraks yang terjadi adalah
pneumotoraks spontan sekunder.
Seaton dkk. Melaporkan bahwa pasien tuberkulosis aktif mengalami komplikasi
pneumotoraks sekitar 1,4% dan jika terdapat kavitas paru, komplikasi meningkat
lebih dari 90%.
14. 2. Mengetahui diagnosis banding dari TB
Adapun diagnosis banding TB Paru secara radiologis sebagai berikut:
1. Pneumonia
Adalah infeksi pada parenkim paru yang disebabkan
oleh infeksi bakteria, virus, jamur, atau parasit dimana paru-paru terisi oleh cairan
dan sel radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding
alveolus dan rongga interstisium. Gambaran radiologinya berupa:
– Pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace disease)
– Tampak perselubungan homogen pada lapangan atas/tengah/bawah paru
2. Actinomycosis
Adalah infeksi kronis, biasanya dari wajah dan leher, yang menghasilkan abses
dan penirisan sinus terbuka. Actinomycosis biasanya disebabkan oleh bakteri
anaerobik (bakteri yang hidup tanpa oksigen) yang disebut Actinomyces israeli.
Gambaran radiologi tampak lesi massa, pneumonitis, atau cavitas dengan atau
tanpa keterlibatan pleura. Biasanya jarang melibatkan adenopahty. Bakteri ini
umum menginfeksi dan biasanya nonpathogenic (bukan penyebab penyakit) di
hidung dan tenggorokan.
3. Sarkoidosis
Sarcoidosis adalah penyakit yang dihasilkan dari peradangan jenis tertentu pada
jaringan tubuh. Peradangan dapat muncul di hampir semua organ tubuh. Namun
yang paling sering muncul di paru-paru atau kelenjar getah
bening. Penyebab penyakit ini sampai kini belum diketahui secara
pasti. Gambaran radiologinya diklasifikasikan dalam 5 tahapan, yaitu:
– Tahap 0 : Tidak timbul kelainan
– Tahap 1 : pembesaran hilar dan kelenjar limphoid tapi tidak terkait
dengan kelainan paru
– Tahap 2 : pembesaran hilar dan kelenjar limphoid dan terkait dengan
kelainan paru
– Tahap 3 : Penyakit paru bersifat diffuse, tetapi tidak terkait dengan
pembesaran nodul
– Tahap 4 : Fibrosis pulmonal
4. Emfisema
Emfisema adalah penyakit paru obstruktif yang didefinisikian sebagai
pembesaran permanen abnormal ruang udara distal ke bronkiolus terminal disertai
dengan kerusakan dinding alveolar. Penderita mengalami batuk kronik dan sesak
napas. Penyebab paling umum adalah merokok. Pada emfisema terlihat gambaran
Diafragma letak rendah dan datar, ruang retrosternal melebar, gambaran vaskuler
berkurang, jantung tampak sempit memanjang, serta pembuluh darah perifer
mengecil.
15. 3. Mengetahui faktor risiko TB dan pneumotoraks
4. Mengetahui patofisiologi TB dan pneumotoraks
Pneumotoraks yang terjadi pada penderita TB adalah suatu komplikasi. Keadaan ini
terdapat pada proses pneumotoraks sekunder dimana terjadi pada ruptur lesi paru
yang terletak dekat permukaan pleura sehingga udara inspirasi memperoleh akses ke
rongga pleura. Lesi pleura ini juga dapat terjadi pada penyakit emfisema, abses paru,
karsinoma, dan banyak proses lainnya. Berbeda dengan pneumotoraks spontan
primer, pada pneumotoraks spontan sekunder keadaan penderita tampak serius dan
kadang-kadang mengancam kehidupan karena adanya penyakit paru yang
mendasarinya. Pneumotoraks spontan sekunder terjadi oleh karena pecahnya bleb
yang berada di sub pleura viseralis dan sering ditemukan di daerah apeks lobus
superior dan inferior. Terbentuknya bleb akibat perembesan udara melalui alveoli
yang dindingnya ruptur kemudian melalui jaringan intersisial ke lapisan jaringan ikat
yang berada di sub pleura viseralis. Sebab pecahnya dinding alveolus ini belum
diketahui dengan pasti, diduga ada dua faktor yaitu penyakit paru dan peningkatan
tekanan intraalveolar akibat batuk.
Alveol disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek,
apabila alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka udara
masuk dengan mudah menuju ke jaringan peribronkovaskuler. Gerakan nafas yang
kuat, infeksi dan obstruksi endobronkial merupakan beberapa faktor presipitasi yang
memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat
mengoyak jaringan fibrotik peribronkovaskular. Robekan pleura kearah yang
berlawanan dengan tilus akan menimbulkan pneumotoraks sedangkan robekan yang
mengarah ke hilus dapat menimbulkan pneumomediastinum
5. Mengetahui manifestasi klinis TB dan pneumotoraks
Sistem respirasi:
Batuk kronis dengan
dahak
Nyeri dada
Sesak napas
Batuk darah
Gejala sistemik:
Lemas dan berat badan
menurun drastis
Tidak napsu makan
Demam
Keringat malam
Jenis-jenis pneumotoraks:
1. Pneumothoraks spontan:
- Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan
penyakit paru-paru (tidak diketahui dengan pasti penyebabnya).Pneumotoraks
16. spontan primer diperkirakan terjadi karena ruptur dari bleb emfisematous di
subpleura, yang biasanya terletak pada apeks paru-paru. Bleb dapat ditemukan
pada lebih dari 75% pasien yang menjalani thorakoskopi sebagai terapi dari
pneumotoraks spontan primer. Patogenensis terjadinya bleb subpelural ini
masih belum jelas. Bleb-bleb seperti ini dihubungkan dengan abnormalitas
congenital, inflamasi dari bronkiolus, dan gangguan pada ventilasi kolateral.
Angka kejadian pneumotoraks spontan berhubungan dengan tingkat merokok
seseorang. Sangat mungkin bahwa penyakit yang diinduksi oleh merokok
pada saluran napas kecil berkontribusi terhadap terbentuknya bleb subpleural.
Pasien dengan pneumotoraks primer spontan, angka kejadiannya banyak pada
pasien tinggi dan lebih kurus dari pada orang normal. Selain itu, terdapat
suatu kecenderungan berkembangnya pneumotoraks primer spontan karena
diwariskan.
- Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-
paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis
kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
2. Pneumotoraks traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka
tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu
(misalnya torakosentesis).Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura
melalui luka tusuk atau pneumothoraks disengaja (artificial) dengan terapi dalam hal
pengeluaran atau pengecilan kavitas proses spesifik yang sekarang tidak dilakukan
lagi. Tujuan pneumothoraks sengaja lainnya ialah diagnostik untuk membedakan
massa apakah berasal dari pleura atau jaringan paru. Penyebab-penyebab lain ialah
akibat tindakan biopsi paru dan pengeluaran cairan rongga pleura.
6. Mengetahui pemeriksaan fisik dan lab TB dan pneumotoraks
7. Mengetahui tatalaksana TB dan pneumotoraks