Reaktualisasi Manajemen Poskestren di Indonesia.pptx
1. REAKTUALISASI MANAJEMEN POS KESEHATAN
PONDOK PESANTREN (POSKESTREN) DALAM
UPAYA PENINGKATAN MUTU
PONDOK PESANTREN
DARMAPOETERA MAULANA
(STUDI KASUS PADA PONDOK PESANTREN MADINATUL QUR’AN DAN PONDOK PESANTREN ASY-SYATIBY DI
KABUPATEN BOGOR)
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM
NUSANTARA BANDUNG
2020/ 2021
2. LATAR BELAKANG MASALAH
Pondok pesantren merupakan salah satu bentuk Lembaga
Pendidikan keagamaan yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat dan berperan penting dalam pengembangan
sumber daya manusia
Perkembangan pondok pesantren secara demografis paling
banyak di pulau Jawa yaitu sejumlah 23.329 buah dari
28.839 (82,74%), dan paling sedikit ada di Indonesia Timur
yaitu sejumlah 641 atau 2.75%.
Kondisi kesehatan di lingkungan pondok pesantren pada
umumnya masih memerlukan perhatian dari pelbagai pihak
terkait, baik dalam aspek akses pelayanan kesehatan,
perilaku sehat maupun aspek kesehatan lingkungannya.
Upaya untuk mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan
suatu strategi yang baik. Strategi promosi kesehatan
merupakan cara yang digunakan untuk mencapai apa yang
diinginkan dalam promosi kesehatan sebagai penunjang
beberapa program kesehatan.
3. LATAR BELAKANG MASALAH
Peran masyarakat semakin terasa terhadap Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM), yang merupakan wahana
pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat
dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas sektor, dan
lembaga terkait
Contoh nyata dari kegiatan UKBM Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren)
Hasil penelitian Wulandari dan Virahani, (2020), Masalah
kesehatan di pondok pesantren meliputi penyakit kulit, makan
makanan yang kurang mengandung gizi seimbang, dan kondisi
lingkungan pondok yang kurang sehat dan memadai, oleh karena
itu pondok pesantren memerlukan perhatian lebih dalam bidang
kesehatan, baik berupa pelayanan kesehatan, kesehatan
lingkungan, serta perilaku hidup bersih dan sehat.
Salah satu upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan bagi
warga pondok pesantren adalah melakukan pengembangan
Poskestren di wilayah warga pondok pesantren tersebut.
4. LATAR BELAKANG MASALAH
Bogor dikenal sebagai kota pesantren karena di kabupaten Bogor
terdapat ratusan pesantren yang tersebar baik di kota maupun di
desa.
Pesantren akan memiliki kontribusi yang lebih optimal, jika
pesantren mampu menghasilkan SDM yang handal baik
dari aspek keilmuan maupun Kesehatan, sebagaimana
peribahasa menyebutkan ‘Di dalam badan yang sehat
terdapat jiwa yang Kuat’.
Kuspriyanto, (2013) menemukan insiden scabies di pondok
pesantren yang cukup tinggi yaitu 54,9%.
Lima besar penyakit yang diderita warga pesantren
Madinatul Quran yaitu batuk pilek, ISPA, maag, penyakit
kulit, dan diare. Penyakit tersebut adalah penyakit yang
seharusnya dapat diatasi dengan melakukan upaya
preventif dan promotif yang sesuai. .
Masalah yang sering dihadapi pesantren terkait kesehatan
adalah buruknya higienitas dan sanitasi di pesantren serta
rendahnya kesadaran kesehatan dan perilaku sehat para
5. RUMUSAN MASALAH
jumlah santri pondok pesantren di 33 provinsi di Indonesia
mencapai 3,66 juta jiwa yang tersebar di 25.000 pondok
pesantren.
Herryanto (2004) dalam Budisuari & Pranata (2016)
menunjukkan bahwa pondok pesantren masih rawan dalam hal
hygiene dan sanitasi lingkungan.
Julia (2013) dan Akmal et al. (2013) menemukan bahwa asrama
Pondok Pesantren juga merupakan tempat yang rentan dalam
penyebaran penyakit kulit. Scabies (penyakit kulit) seolah-olah
menjadi penyakit rutin yang harus diderita oleh santri.
Kondisi santri dengan penyakit kronis akan mempengaruhi
kegiatan belajarnya di pondok pesantren.
Pondok pesantren seharusnya menjadi pioner dalam menjaga
nilai-nilai kesehatan sebagaimana hal ini menjadi salah satu
7. PEMBATASAN MASALAH
Perencanaan
Perencanaan
reaktualisasi
Poskestren dalam
mewujudkan
pesantren yang
bermutu di
Kabupaten Bogor
yang bermutu
meliputi struktur
Organisasi,
pengadaan sarana
dan kebijakan
Poskestren.
Pengorganisasian
Pengorganisasian
reaktualisasi
Poskestren dalam
mewujudkan
pesantren yang
bermutu di
Kabupaten Bogor
meliputi, advokasi,
pemberdayaan
kemitraan dan bina
suasana.
Motivasi
Motivasi
reaktualisasi
Poskestren dalam
mewujudkan
pesantren yang
bermutu di
Kabupaten Bogor
meliputi sumber
daya manusia,
sarana dan
dukungan dana
dan pelatihan santri
husaha.
Pengawasan
Pengawasan
reaktualisasi
Poskestren dalam
mewujudkan
pesantren yang
bermutu di
Kabupaten Bogor,
meliputi peran
pengelola, peran
perawat dan peran
Puskesmas serta
peran Kemenag.
8. TUJUAN PENELITIAN
Menganalisis reaktulasisasi manajemen Poskestren dalam upaya peningkatan mutu
pondok pesantren di Kabupaten Bogor
peran perawat komunitas dan pimpinan pondok pesantren dalam perencanaan Pos
Kesehatan Pondok Pesantren/ Poskestren
peran perawat komunitas dan pimpinan pondok pesantren dalam pengorganisasian Pos
Kesehatan Pondok Pesantren/ Poskestren
peran perawat komunitas dan pimpinan pondok pesantren dalam memotivasi pelaksanaan
Pos Kesehatan Pondok Pesantren/ Poskestren
peran perawat komunitas dan pimpinan pondok pesantren dalam pengawasan Pos
Kesehatan Pondok Pesantren / Poskestren
masalah yang dihadapi perawat komunitas dan pimpinan pondok pesantren dalam
manajemen Pos Kesehatan Pondok Pesantren / Poskestren
solusi permasalahan peran perawat komunitas dan pimpinan pondok pesantren dalam
memotivasi pelaksanaan Pos Kesehatan Pondok Pesantren / Poskestren
9. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Teoritis
• Hasil penelitian ini
diharapkan dapat
mengembangkan
hasanah keilmuan
berkaitan dengan
reaktulasisasi manajemen
pos kesehatan pondok
pesantren (Poskestren)
dalam upaya peningkatan
Bagi Pengelola Pondok
pesantren
• Hasil penelitian ini dapat
dijadikan dasar bagi
pengelola Pondok
Pesantren sebagai
Manager untuk
meningkatkan mutu
pondok pesantren melalui
peningkatan derajat
kesehatan santri melalui
Bagi Kementrian Agama
10. PERTANYAAN PENELITIAN
Bagaimana peran perawat komunitas dan pimpinan
pondok pesantren dalam perencanaan Pos
Kesehatan Pondok Pesantren/ Poskestren?
Bagaimana peran perawat komunitas dan pimpinan
pondok pesantren dalam pengorganisasian Pos
Kesehatan Pondok Pesantren/ Poskestren?
Bagaimana peran perawat komunitas dan pimpinan
pondok pesantren dalam memotivasi pelaksanaan
Pos Kesehatan Pondok Pesantren/ Poskestren?
Bagaimana peran perawat komunitas dan pimpinan
pondok pesantren dalam pengawasan Pos
Kesehatan Pondok Pesantren / Poskestren?
Apa masalah yang dihadapi perawat komunitas dan
pimpinan pondok pesantren dalam manajemen Pos
Kesehatan Pondok Pesantren / Poskestren?
Bagaimana solusi
permasalahan
peran perawat
komunitas dan
pimpinan pondok
pesantren dalam
memotivasi
pelaksanaan Pos
Kesehatan
Pondok
Pesantren /
Poskestren?
11. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Metode Penelitian
menggunakan studi kasus yang diarahkan untuk menghimpun data,
mengambil makna, dan memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.
teknik pengumpulan data yang akan digunakan, yaitu: 1) Wawancara, 2)
Observasi, 3) Studi Dokumenter, dan 4) Triangulasi.
Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder
Keabsahan data meliputi uji kredibilitas dengan pengamatan langsung di
lapangan. Validitas data dilakukan dengan wawancara kepada subjek
triangulasiReliabilitas data dilakukan dengan audit data.
12. SISTEMATIKA PENYUSUNAN DESERTASI
Bab I Pendahuluan
Pada pendahuluan terdiri dari Latar Belakang masalah, Fokus masalah, Rumusan dan Pembatasan Masalah, Kerangka
Berpikir , Tujuan dan Manfaat Penelitian, Asumsi dan Pertanyaan Penelitian, Prosedur Penelitian, Sumber Data.
Bab II Kajian Pustaka
Landasan Teologis, Landasan Filosofis, Landasan Teoritis, Konsep Dasar dan Penelitian terdahulu. Peraturan atau
Regulasi yang digunakan.
Bab III Prosedur Penelitian
Akan menjelaskan tentang Prosedur Penelitian, Sumber Data, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data, Tempat dan
Waktu Penelitian, Teknik Analisis Data dan Pemeriksaan Keabsahan Data.
Bab IV Temuan Penelitian, Interpretasi, dan Pembahasan
Terdiri dari: Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Hasil Temuan Penelitian, Interpretasi dan Pembahasan. Bab ini
akan menjelaskan dan menjawab semua pertanyaan Penelitian yang tercantum dalam bab I
Bab V Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi
Akan menjelaskan dari Simpulan Umum dan Simpulan Khusus, Implikasi Penelitian dan Rekomendasi dari hasil analisis
dan Kesimpulan.
13. LANDASAN TEOLOGIS
Kesehatan dalam Islam adalah perkara yang penting, ia merupakan nikmat besar yang harus disyukuri oleh
setiap hamba. Terkait pentingnya kesehatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari:
6412, at-Tirmidzi: 2304, Ibnu Majah: 4170)
Seorang mukmin yang kuat dan sehat lebih Allah cintai daripada seorang mukmin yang lemah. Seperti sabda
Rasulullah dalam suatu hadits yang berbunyi;
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah.”
firman Allah dalam surat Al Baqarah: 195 dan An Nisaa': 29.
Dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh,
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Baqarah: 195).
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.
Surat Ali Imran :104 dan QS. Al-Syu’ara: 56.
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma`ruf (kebaikan) dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran :104)
Artinya : “dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga". (QS. Al-Syu’ara: 56)
14. LANDASAN FILOSOFIS
Di pondok pesantren seorang santri belajar di dalam kelas dengan cara berkelompok. Dengan
berkelompok santri akan merasa bersama-sama terlibat dalam masalah dan pemecahanya. Santri akan
terlatih bertanggung jawab terhadap beban dan kewajiban masing-masing. Sementara, guru hanya
bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Model pembelajaran ini berupaya membangkitkan hasrat
anak untuk terus belajar, serta anak dilatih berpikir secara logis.
Metode yang digunakan dalam pendidikan pragmatisme adalah metode aktif, yaitu learning by
doing (belajar sambil bekerja), serta metode pemecahan masalah (problem solving method), serta
metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method).
John Dewey mengembangkan apa yang disebut dengan sekolah kerja dimana ditekankan kepada
belajar dengan bekerja (learning by doing). Pokok pemikiran John Dewey tentang pendidikan, yaitu
pendidikan sebagai kehidupan itu sendiri (life), sebagai pertumbuhan (growth), suatu proses sosial
(social process), usaha membangun kembali pengalaman-pengalaman (reconstruction of experience).
15. LANDASAN TEORI
Pondok pesantren pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang sederhana, yaitu tempat
pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan agama Islam di bawah bimbingan seorang
kiai/guru/ustad dengan tujuan untuk menyiapkan para santri sebagai kader dakwah Islamiah, yang
menguasai agama Islam dan siap menyebarkan agama Islam di berbagai lapisan masyarakat.
Menurut Permenkes, Pondok Pesantren adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat yang berperan penting dalam pengembangan
sumberdaya manusia (Permenkes RI, 2013).
Dalam dua dasawarsa terakhir ini, di dalam lingkungan pondok pesantren, selain madrasah,
diselenggarakan pula sekolah-sekolah umum, perguruan tinggi dan program pengembangan
masyarakat. Masuknya program pengembangan masyarakat, keterampilan, pendidikan umum,
termasuk kesehatan, dianggap sebagai pelengkap dari pendidikan di pondok pesantren.
Pos Kesehatan Pesantren (2016), merupakan salah satu wujud pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan atau biasa disebut Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di lingkungan
pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan warga pondok pesantren, yang mengutamakan
pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif
(pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dengan binaan Puskesmas setempat.
16. LANDASAN KONSEP
Manajemen secara etimilogis, berasal dari bahasa latin manus yang berarti “tangan”, dalam
bahasa prancis management yang berarti “seni melaksanakan dan mengatur”, sedangkan
dalam bahasa inggris berasal dari kata to manage yang berarti “mengatur”.
Maka manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan keinginan yang hendak
dicapai atau yang diinginkan sebuah organisasi, baik bisnis, organisasi sosial, organisasi
pemerintah dan sebagainya.
Sondang P. Siagian menjelaskan bahwa manajemen adalah kemampuan atau keterampilan
untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan
orang lain.
Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen
berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam
pelaksanaannya.
Menurut Sondang P. Siagian, fungsi manajemen terdiri: Planning, Organizing, Motivating,
17. LANDASAN KONSEP
Reaktualisasi adalah proses, cara, perbuatan mengaktualisasikan kembali; penyegaran dan pembaruan
nilai-nilai kehidupan masyarakat.
Reaktualisasi manajemen Poskestren dapat diartikan sebagai proses atau cara-cara dalam melakukan
penyegaran dan atau pembaharuan dengan mengaktualisasikan kembali fungsi-fungsi manajemen pos
kesehatan pesantren.
Kegiatan revitalisasi poskestren dibuat dengan mengaktifkan kembali peran poskestren dalam
meningkatkan status kesehatan santri yang berada di pesantren yang meliputi;
Perencanaan reaktualisasi Poskestren meliputi struktur Organisasi, pengadaan sarana dan kebijakan
Poskestren.
Pengorganisasian reaktualisasi Poskestren meliputi, advokasi, pemberdayaan kemitraan dan bina suasana.
Motivasi reaktualisasi Poskestren meliputi sumber daya manusia, sarana dan dukungan dana dan pelatihan
santri husaha.
Pengawasan reaktualisasi Poskestren meliputi peran pengelola, peran perawat dan peran Puskesmas serta
peran Kemenag.