2. Pengertian manajemen apotek adalah proses pengelolaan setiap elemen yang ada diapotek sesuai
dengan keadaan dan sumber daya apotek agar mampu berjalan secara efisien
MENTERI KESEHATAN Rl NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA
PEMBERIAN IZIN APOTIK.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.
Pemerintah menerbitkan Permenkes No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek untuk dijadikan sebagai pedoman praktik apoteker dalam menjalankan tugas profesi guna
melindungi masyarakat dari Pelayanan, dan Evaluasi Mutu Pelayanan.
Pengertian
Pengertian
3. Landasan hukum
Landasan hukum
pendirian apotek
pendirian apotek
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
4. Tugas & Fungsi
Tugas & Fungsi
Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker.
Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaanfarmasi antara lain
obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.
Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional.
1.
2.
3.
4.
5. Merupakan kegiatan untuk merencanakan apa saja dan berapa sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang harus
diadakan. Kegiatan ini harus bisa menjawab permasalahan dasar dalam
pengelolaan sediaan farmasi, diantaranya apa dan berapa banyak yang
harus diadakan dan kapan mengadakannya.
Perencanaan persediaan obat di apotek dapat menggunakan dua metode,
yaitu :
1. metode konsumsi (berdasarkan data riil penggunaan obat di apotek
pada periode sebelumnya)
2. metode morbiditas (berdasarkan jumlah episode tiap pola penyakit dan
kebutuhan obat dengan rata-rata standar terapi)
Perencanaan
Perencanaan
6. 2. Pengadaan
2. Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan sebelumnya
dalam kegiatan perencanaan. Kegiatan mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai di apotek dilaksanakan melalui aktivitas pembelian yang merupakan metode
penting untuk mencapai keseimbangan antara jumlah, mutu, dan harga.
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur
resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, Seperti :
1. Sediaan farmasi diperoleh dari PBF (Pedagang Besar Farmasi) resmi yang memiliki izin PBF dan
sertifikat CDOB
2. Alat kesehatan dan BMHP diperoleh dari Penyalur Alat Kesehatan (PAK) yang memiliki izin PAK dan
sertifikat CDAKB
3. terjaminnya keaslian, legalitas, dan kualitas setiap sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang dibeli.
7. Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam Surat Pesanan (SP) dengan kondisi fisik
produk yang diterima. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerimaan diantaranya :
1. Kondisi kemasan produk termasuk segel, label/penandaan dalam keadaan baik
2. Kesesuaian nama, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, isi kemasan antara arsip surat pesanan
dengan obat yang diterima
3. Kesesuaian antara fisik obat dengan dokumen Faktur Pembelian dan/atau Surat Pengiriman
Barang (SPB) yang meliputi :
A. Kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk sediaan, kekuatan
sediaan, dan isi kemasan
B. Nomor bets dan tanggal kadaluwarsa
Penerimaan
8. Penyimpanan
Penyimpanan
Penyimpanan perlu memastikan dan menjaga produk agar tetap dalam kondisi baik, stabilitas terjaga,
sesuai dengan peraturan, dan mudah untuk dicari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam
penyimpanan antara lain,
1 Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
2. Semua Obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan
stabilitasnya
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta
disusun secara alfabetis
5. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out).
9. Pemusnahan
Pemusnahan
Beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam kegiatan pemusnahan adalah :
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
atau surat izin kerja, dan dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan
10. Pemusnahan
Pemusnahan
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu lima tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan
resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek
dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM
Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Menteri
11. Tahapan pemusnahan
Tahapan pemusnahan
sediaan farmasi
sediaan farmasi
1. Membuat daftar Sediaan Farmasi yang akan dimusnahkan
2. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
3. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait
4. Menyiapkan tempat pemusnahan
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang
berlaku.
12. bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
Pengendalian persediaan di apotek dilakukan menggunakan kartu stok baik
dengan cara manual atau elektronik serta prosedur stok opname.
Pengendalian
13. Pencatatan & pelaporan
Pencatatan & pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi
1. Pengadaan (seperti Surat Pesanan, faktur)
2. penyimpanan (Kartu Stok)
3. Penyerahan/penjualan kasir (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari internal dan eksternal. Laporan internal merupakan laporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen apotek, meliputi
1. Laporan keuangan
2. Laporan persediaan
3. Laporan shift, dan lain-lain.
Sedangkan laporan eksternal merupakan laporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi
1. Laporan penggunaan narkotika-psikotropika
2. Laporan pajak, dan pelaporan lainnya.