Dokumen tersebut merangkum 14 prinsip manajemen menurut Henry Fayol, yang mencakup pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan pengarahan, kepentingan organisasi, penggajian, pemusatan, hirarki, ketertiban, keadilan, stabilitas karyawan, prakarsa, dan semangat kesatuan. Prinsip-prinsip tersebut bertujuan untuk mencapai efisiensi
1. PRINSIP MANAGEMEN
Disusun Oleh : Kel.2
XII.IPS.2
1. Novyan Dewa (26)
2. Rayu Anita W (27)
3. Rudi Jatmiko (28)
4. Safira Irmina S (29)
5. Talitha Lintang Pertiwi (30)
6. Winda Galuh H (31)
2. PRINSIP MANAJEMEN MENURUT
HENRY FAYOL
1. Pembagian kerja (Division of
work)
Pembagian kerja harus
disesuaikan dengan kemampuan dan
keahlian sehingga pelaksanaan kerja
berjalan efektif. Oleh karena itu,
dalam penempatan karyawan harus
menggunakan prinsip the right man in
the right place. Pembagian kerja
harus rasional/objektif, bukan
emosional subyektif yang didasarkan
atas dasar like and dislike.
Dengan adanya prinsip the right man
in the right place akan memberikan
jaminan terhadap kestabilan,
kelancaran dan efesiensi kerja.
3. 2. Wewenang dan tanggung
jawab (Authority and
responsibility)
Wewenang dan tanggung
jawab (Authority and
responsibility)harus seimbang. Setiap
pekerjaan harus dapat memberikan
pertanggungjawaban yang sesuai
dengan wewenang. Oleh karena itu,
makin kecil wewenang makin kecil
pula pertanggungjawaban demikian
pula sebaliknya. Setiap karyawan
dilengkapi dengan wewenang untuk
melakukan pekerjaan dan setiap
wewenang melekat atau diikuti
pertanggungjawaban.
4. 3. Disiplin (Discipline)
Disiplin (Discipline) merupakan
perasaan taat dan patuh terhadap
pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab. Disiplin ini berhubungan erat
dengan wewenang. Apabila
wewenang tidak berjalan dengan
semestinya, maka disiplin akan
hilang. Pemegang wewenang harus
dapat menanamkan disiplin terhadap
dirinya sendiri sehingga mempunyai
tanggung jawab terhadap pekerajaan
sesuai dengan weweanng yang ada
padanya.
5. 4. Kesatuan perintah (Unity of
command)
Karyawan harus tahu kepada
siapa ia harus bertanggung jawab
sesui dengan wewenang yang
diperolehnya. Dalam melakasanakan
pekerjaan, karyawan harus
memperhatikan prinsip kesatuan
perintah sehingga pelaksanaan kerja
dapat dijalankan dengan baik.
6. 5. Kesatuan pengarahan (Unity of
direction)
Pelaksanaan kesatuan
pengarahan (unity of directiion) tidak
dapat terlepas dari Pembagian
kerja (Division of work), Wewenang
dan tanggung jawab (Authority and
responsibility), Disiplin(Discipline),
serta Kesatuan perintah (Unity of
command). Oleh karena itu, perlu alur
yang jelas dari mana karyawan
mendapat wewenang untuk
pelaksanakan pekerjaan dan kepada
siapa ia harus mengetahui batas
wewenang dan tanggung jawabnya
agar tidak terjadi kesalahan. Dalam
melaksanakan tugas-tugas dan
tanggung jawabnya, karyawan perlu
diarahkan menuju sasarannya.
7. 6. Mengutamakan kepentingan
organisasi di atas kepentingan
sendiri
Prinsip pengabdian kepentingan
pribadi kepada kepentingan
orgabisasi dapat terwujud, apabila
setiap karyawan merasa senang
dalam bekerja sehingga memiliki
disiplin yang tinggi. Setiap karyawan
dapat mengabdikan kepentingan
pribadi kepada kepentingan
organisasi apabila memiliki
kesadaran bahwa kepentingan
pribadi sebenarnya tergantung
kepada berhasil-tidaknya kepentingan
organisasi.
8. 7. Penggajian pegawai
Prinsip more pay for more
prestige (upaya lebih untuk prestasi
lebih), dan prinsip upah sama untuk
prestasi yang sama perlu diterapkan
sebab apabila ada perbedaan akan
menimbulkan hetidak disiplinan dan
kemalasan dalam bekerja. Gaji atau
upah bagi karyawan merupakan
kompensasi yang menentukan
tercapainya tujuan dan keberhasilan
dalam suatu pekerjaan. Dalam
prinsip penggajian dipikirkan cara
agar karyawan dapat bekerja dengan
tenang, menimbulkan kedisiplinan
dan kegairahan kerja.
9. 8. Pemusatan (Centralization)
Pemusatan bukan berarti adanya
kekuasaan untuk menggunakan
wewenang, melainkan untuk
menghindari kesimpangsiurang
wewenang dan tanggung jawab.
Pemusatan wewenang ini juga tidak
menghilangkan asas pelimpahan
wewenang (delegation of authority).
Pemusatan wewenang akan
menimbulkan pemusatan tanggung
jawab dalam suatu kegiatan.
Tanggung jawab terakhir terletak ada
orang yang memegang wewenang
tertinggi atau manajer puncak.
10. 9. Hirarki (tingkatan)
Hirarki diukur dari wewenang
terbesar yang berada pada manajer
puncak dan seterusnya berurutan ke
bawah. dengan adanya hirarki ini,
maka setiap karyawan akan
mengetahui kepada siapa ia harus
bertanggung jawab dan dari siapa ia
mendapat perintah. Pembagian kerja
menimbulkan adanya atasan dan
bawahan. Bila pembagian kerja ini
mencakup area yang cukup luas akan
menimbulkan hirarki.
11. 10. Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam suatu
pekerjaan dapat terwujud apabila
seluruh karyawan, baik atasan
maupun bawahan mempunyai disiplin
yang tinggi. Oleh karena itu,
ketertiban dan disiplin sangat
dibutuhkan dalam mencapai tujuan.
Ketertiban dalam melaksanakan
pekerjaan merupakan syarat utama
karena pada dasarnya tidak ada
orang yang bisa bekerja dalam
keadaan kacau atau tegang.
12. 11. Keadilan dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran terkait
dengan moral karyawan dan tidak
dapat dipisahkan. Keadilan dan
kejujuran harus ditegakkan mulai dari
atasan karena atasan memiliki
wewenang yang paling besar.
Keadilan dan kejujuran merupakan
salah satu syarat untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
13. 12. Stabilitas kondisi karyawan
Sebagai makhluk sosial manusia
yang berbudaya memiliki keinginan,
perasaan dan pikiran. Apabila
keinginannya tidak terpenuhi,
perasaan tertekan dan pikiran yang
kacau akan menimbulkan goncangan
dalam bekerja. Dalam setiap kegiatan
kestabilan karyawan harus dijaga
sebaik-baiknya agar segala pekerjaan
berjalan dengan lancar. Kestabilan
karyawan terwujud karena adanya
disiplin kerja yang baik dan adanya
ketertiban dalam kegiatan.
14. 13. Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa (inisiative)
mengandung arti menghargai orang
lain, karena itu hakikatnya manusia
butuh penghargaan. Prakarsa timbul
dari dalam diri seseorang yang
menggunakan daya pikir. Prakarsa
menimbulkan kehendak untuk
mewujudkan suatu yang berguna
bagi penyelesaian pekerjaan dengan
sebaik-beiknya. Dalam prakarsa
terhimpun kehendak, perasaan,
pikiran, keahlian dan pengalaman
seseorang. Setiap penolakan
terhadap prakarsa karyawan
merupakan salah satu langkah untuk
menolak gairah kerja. Manajer yang
bijak akan menerima dengan senang
hari prakarsa-prakarsa yang
dilahirkan karyawannya.
15. 14. Semangat kesatuan dan
semangat korps
Semangat kesatuan akan lahir
apabila setiap karyawan mempunyai
kesadaran bahwa setiap karyawan
berarti bagi karyawan lain dan
karyawan lain sangat dibutuhkan oleh
dirinya. Manajer yang memiliki
kepemimpinan akan mampu
melahirkan semangat kesatuan
(esprit de corp), sedangkan manajer
yang suka memaksa dengan cara-cara
yang kasar akan melahirkan
friction de corp (perpecahan dalam
korp) dan membawa bencana.
Karyawan harus memiliki rasa
kesatuan, yaitu rasa senasib
sepenanggungan sehingga
menimbulkan semangat kerja sama
yang baik.