Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pasien diabetes melitus dalam menjalani pengobatan di rumah sakit di Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan yang baik dengan kepatuhan pasien dalam mengikuti terapi pengobatan.
Menyusun indikator mutu rumah sakit adalah tugas yang gampang-gampang susah. Gampang karena bentuknya pecahan sederhana. Susah karena konsekuensinya besar. Berikut saya menyumbangkan pemikiran untuk menyusun indikator mutu dengan bekal latihan selama kuliah dan pengamatan selama proses akreditasi. Tulisan ini pernah dimuat di Web Mutu Pelayanan Kesehatan dengan tautan: http://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/1986
Semoga bermanfaat, salam!
Menyusun indikator mutu rumah sakit adalah tugas yang gampang-gampang susah. Gampang karena bentuknya pecahan sederhana. Susah karena konsekuensinya besar. Berikut saya menyumbangkan pemikiran untuk menyusun indikator mutu dengan bekal latihan selama kuliah dan pengamatan selama proses akreditasi. Tulisan ini pernah dimuat di Web Mutu Pelayanan Kesehatan dengan tautan: http://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/1986
Semoga bermanfaat, salam!
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Muh Saleh
Disain dan Lokasi
Survei potong lintang menggunakan kerangka sampel Blok
Sensus (BS) Susenas bulan Maret 2018 dari BPSPopulasi adalah rumah tangga mencakup seluruh provinsi dan
kabupaten/kota (34 Provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota) di
Indonesia
Sumber : Bahan Paparan Litbangkes Kemenkes RI
Pengertian definisi jaminan kesehatan nasional, dengan prinsip asuransi sosial berdasarkan:
- Kegotongroyongan antara masyarakat kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, dan yang beresiko tinggi dan rendah.
- Anggota yang bersifat wajib dan tidak selektif.
- Iuran yang dibayarkan per bulan berdasarkan persentase upah / penghasilan.
- Jaminan Kesehatan Nasional Bersifat nirlaba.
Leaflet merupakan salah satu media yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi dan memiliki dua lipatan atau lebih.Leaflet ini berisikan tentang infornasi diare pada anak, meliputi pengertian diare, penyebab diare, jenis-jenis diare, gejala diare, akibat diare, anjuran makanan yang baik untuk anak yang mengalami diare, dan cara pencegahan diare pada anak.
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfMuh Saleh
Enam pilar Transformasi Kesehatan terdiri dari Transformasi Layanan Primer, Transformasi Layanan Rujukan, Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan, Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan, Transformasi SDM Kesehatan, dan Transformasi Teknologi Kesehatan.
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)NajMah Usman
Mahasiswa mampu menjelaskan perhitungan angka kematian dan interpretasi hasil perhitungan
�
Mampu menjelaskan perbedaan prevalensi dan insidensi
�
Mampu menjelaskan perhitungan odd rasio, risk rasio dan prevalensi rasio.
�
REFERENSI
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)NajMah Usman
Prevalensi adalah proporsi orang yang berpenyakit dari suatu populasi pada satu titik waktu atau periode waktu. Prevalensi juga dapat menunjukkanmasalah kesehatan lainnya atau kondisi tertentu misalnya prevalensi perilaku merokok. Prevalensi dapat dirumuskan sebagai berikut (2, 6, 8):
Prevalensi terbagi menjadi 2 jenis yaitu prevalens titik (point prevalence) dan prevalens periodik (periodic prevalance). Prevalens titik adalah Prevalensi yang menunjukkan proporsi individu yang sakit pada satu titik waktu tertentu. Sedangkan prevalens periodik adalah prevalens yang memuat prevalensi titik dan juga kasus baru (insidensi).
Prevalensi titik menggambarkan jumlah kasus (individu yang sakit) dibandingkan dengan populasi berisiko pada satu titik waktu tertentu(5, 8).
Misalnya hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, menunjukkan prevalensi penderita hipertensi usia 18 sampai dengan 24 tahun berdasarkan hasil pengukuran pada riset ini adalah 12,2(9). Dari contoh ini terlihat bahwa numerator prevalensi titik adalah orang yang menderita hipertensi pada saat riset ini dilakukan. Titik waktu tidak hanya terbatas pada waktu berdasarkan kalender yang sama tetapi dapat juga berdasarkan peristiwa yang penting.Misalnya waktu hamil anak terakhir, saat diimunisasi, dan lain sebagainya.
Contoh prevalensi periode adalah prevalensi periode penyakit TB Paru yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada kelompok masyarakat yang tinggal di pedesaan pada tahun 2010 adalah 0,75 %(10). Numerator pada contoh ini merupakan orang yang sakit TB Paru selama tahun 2010 baik kasus lama maupun kasus baru.
Insidensi menunjukkan kasus baru yang ada dalam populasi. Insidensi juga merupakan kejadian (kasus) yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah penyakit. Insiden juga terbagi menjadi dua yaitu indensi kumulatif dan laju insidensi. Adapun rumus insiden adalah jumlah kejadian baru dibagi jumlah populasi berisiko dikali 1000.
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Muh Saleh
Disain dan Lokasi
Survei potong lintang menggunakan kerangka sampel Blok
Sensus (BS) Susenas bulan Maret 2018 dari BPSPopulasi adalah rumah tangga mencakup seluruh provinsi dan
kabupaten/kota (34 Provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota) di
Indonesia
Sumber : Bahan Paparan Litbangkes Kemenkes RI
Pengertian definisi jaminan kesehatan nasional, dengan prinsip asuransi sosial berdasarkan:
- Kegotongroyongan antara masyarakat kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, dan yang beresiko tinggi dan rendah.
- Anggota yang bersifat wajib dan tidak selektif.
- Iuran yang dibayarkan per bulan berdasarkan persentase upah / penghasilan.
- Jaminan Kesehatan Nasional Bersifat nirlaba.
Leaflet merupakan salah satu media yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi dan memiliki dua lipatan atau lebih.Leaflet ini berisikan tentang infornasi diare pada anak, meliputi pengertian diare, penyebab diare, jenis-jenis diare, gejala diare, akibat diare, anjuran makanan yang baik untuk anak yang mengalami diare, dan cara pencegahan diare pada anak.
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfMuh Saleh
Enam pilar Transformasi Kesehatan terdiri dari Transformasi Layanan Primer, Transformasi Layanan Rujukan, Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan, Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan, Transformasi SDM Kesehatan, dan Transformasi Teknologi Kesehatan.
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)NajMah Usman
Mahasiswa mampu menjelaskan perhitungan angka kematian dan interpretasi hasil perhitungan
�
Mampu menjelaskan perbedaan prevalensi dan insidensi
�
Mampu menjelaskan perhitungan odd rasio, risk rasio dan prevalensi rasio.
�
REFERENSI
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)NajMah Usman
Prevalensi adalah proporsi orang yang berpenyakit dari suatu populasi pada satu titik waktu atau periode waktu. Prevalensi juga dapat menunjukkanmasalah kesehatan lainnya atau kondisi tertentu misalnya prevalensi perilaku merokok. Prevalensi dapat dirumuskan sebagai berikut (2, 6, 8):
Prevalensi terbagi menjadi 2 jenis yaitu prevalens titik (point prevalence) dan prevalens periodik (periodic prevalance). Prevalens titik adalah Prevalensi yang menunjukkan proporsi individu yang sakit pada satu titik waktu tertentu. Sedangkan prevalens periodik adalah prevalens yang memuat prevalensi titik dan juga kasus baru (insidensi).
Prevalensi titik menggambarkan jumlah kasus (individu yang sakit) dibandingkan dengan populasi berisiko pada satu titik waktu tertentu(5, 8).
Misalnya hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, menunjukkan prevalensi penderita hipertensi usia 18 sampai dengan 24 tahun berdasarkan hasil pengukuran pada riset ini adalah 12,2(9). Dari contoh ini terlihat bahwa numerator prevalensi titik adalah orang yang menderita hipertensi pada saat riset ini dilakukan. Titik waktu tidak hanya terbatas pada waktu berdasarkan kalender yang sama tetapi dapat juga berdasarkan peristiwa yang penting.Misalnya waktu hamil anak terakhir, saat diimunisasi, dan lain sebagainya.
Contoh prevalensi periode adalah prevalensi periode penyakit TB Paru yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada kelompok masyarakat yang tinggal di pedesaan pada tahun 2010 adalah 0,75 %(10). Numerator pada contoh ini merupakan orang yang sakit TB Paru selama tahun 2010 baik kasus lama maupun kasus baru.
Insidensi menunjukkan kasus baru yang ada dalam populasi. Insidensi juga merupakan kejadian (kasus) yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah penyakit. Insiden juga terbagi menjadi dua yaitu indensi kumulatif dan laju insidensi. Adapun rumus insiden adalah jumlah kejadian baru dibagi jumlah populasi berisiko dikali 1000.
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...Aji Wibowo
Salah satu intervensi yang komprehensif untuk pasien penyakit degeneratif adalah home pharmacy care. Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh peran home Pharmacy Care pada pasien diabetes melitus dalam meningkatkan kepatuhan dan keberhasilan terapi. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian pra experimental yang dilakukan di Bp Sentra
Medika dan konseling di rumah masing-masing responden di Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal dengan metode one group pretest posttest design. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling dan didapat 35 responden. Pengukuran dilakukan menggunakan instrumen kuesioner MMAS-8 (pretest-postest) dan pill count untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien serta glucotest untuk mengukur keberhasilan terapi yang
ditandai dengan nilai kadar gula darah.
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...Aji Wibowo
Diperlukan penelitian untuk mengetahui apakah pemberian kombinasi konseling dan alat bantu pengingat pengobatan akan berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat serta outcome kliniknya. Pendekatan eksperimental pretest-posttest design dilakukan pada bulan Februari 2019 - Mei 2019. Populasi sampel penelitian adalah pasien Prolanis di Puskesmas Kembaran I, Purwokerto Timur II dan Sumbang I. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi 66 pasien DM tipe 2 dan 72 pasien hipertensi.
Penentuan kelompok pretest-posttest secara simple random sampling. Instrument kepatuhan menggunakan MARS, SOP konseling dan alat bantu pengingat pengobatan sesuai standar pedoman konseling kefarmasian.
4. DM berada di urutan ke-9
dari 10 penyebab kematian
terpenting di dunia.
Jumlah kematian 1,26 juta
orang (2,2%) dari sekitar 57
juta kematian di dunia
dalam setahun
(WHO, 2011).
Indonesia menduduki
urutan ke-4 jumlah
penderita DM tertinggi
di dunia (Nabyl, 2009).
5. DM menjadi penyebab
kematian terbanyak ke-6
(5,7%) di Indonesia.
Prevalensi DM tertinggi
terdapat di Kalimantan Barat
dan Maluku (masing-masing
11,1%), diikuti Riau (10,4%)
dan Aceh (8,5%)
(Departemen Kesehatan
RI, 2008).
Pasien DM rawat jalan di RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh dari bulan Januari sampai bulan Juni
2012 adalah sebanyak rata-rata 5724 pasien.
6. • DM dapat menyebabkan komplikasi jika kadar
glukosa darah tidak dikendalikan dengan baik.
• Pengendalian kadar glukosa darah terapi
farmakologis dan terapi non farmakologis.
• Perilaku kooperatif pasien DM, khususnya
perilaku kepatuhan dapat memberikan hasil
yang maksimal pada terapi DM.
(Sudoyo, 2006)
7. • Data tingkat kepatuhan pasien DM:
Tingkat kepatuhan terapi jangka panjang pada
pasien DM di negara berkembang hanya sekitar
50% (WHO, 2003).
Kepatuhan penggunaan OHO lebih baik
dibandingkan dengan kepatuhan mengubah
gaya hidup (Anderson & Fitzgerald, 1993).
Kepatuhan mengikuti diet DM sebanyak 65%
dan aktivitas fisik hanya 19% (Glasgow, 1988).
8. Penyebab ketidakpatuhan
pasien DM dalam
menjalani terapi: tidak
memahami dan salah
memahami tentang
manfaat
diet, olahraga, dan obat
(Purba, 2008).
Pengetahuan merupakan
salah satu faktor yang
mempengaruhi kepatuhan
pasien (Niven, 2008).
Pengetahuan pasien DM tentang penyakit dan
terapinya sangat penting, semakin baik pemahaman
pasien maka pasien semakin mengerti bagaimana
harus mengubah perilakunya (Waspadji, 2004).
9. Apakah terdapat hubungan antara
pengetahuan, sikap dan penyuluhan
dengan kepatuhan minum obat pasien
TB paru di Poliklinik DOTS BLUD
RSUDZA Banda Aceh?
RUMUSAN MASALAH
10. TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan minum obat pasien TB paru di Poliklinik DOTS
BLUD RSUDZA Banda Aceh.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan
minum obat pasien TB paru di Poliklinik DOTS BLUD
RSUDZA Banda Aceh.
2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
kepatuhan minum obat pasien TB paru di Poliklinik
DOTS BLUD RSUDZA Banda Aceh.
3. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kepatuhan
minum obat pasien TB paru di Poliklinik DOTS BLUD
RSUDZA Banda Aceh.
4. Untuk mengetahui hubungan penyuluhan dengan
kepatuhan minum obat pasien TB paru di Poliklinik
11. 1. Sebagai bahan masukan bagi Instansi terkait
dalam rangka pencegahan dan
penanggulanagan penyakit TB paru.
2. Menjadi bahan masukan bagi RSUDZA Banda
Aceh dalam pengambilan dan penentuan
kebijakan demi peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan.
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai data
dasar untuk penelitian lebih lanjut dan dapat
memberikan pengetahuan atau informasi baru
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
MANFAAT
PENELITIAN
12. 1. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan minum obat pasien TB paru di
Poliklinik DOTS BLUD RSUDZA Banda Aceh.
2. Terdapat hubungan antara sikap dengan
kepatuhan minum obat pasien TB paru di
Poliklinik DOTS BLUD RSUDZA Banda Aceh.
3. Terdapat hubungan antara penyuluhan
kesehatan dengan kepatuhan minum obat
pasien TB paru di Poliklinik DOTS BLUD
RSUDZA Banda Aceh.
HIPOTESIS
13.
14. DIABETES MELITUS
• Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya (American
Diabetes Association, 2010).
15. • Klasifikasi DM (American Diabetes
Association, 2012):
DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM
gestasional.
• Komplikasi DM Komplikasi akut dan kronis
• Penatalaksanaan DM (PERKENI, 2011):
- Edukasi
- Terapi nutrisi medis
- Aktivitas fisik
- Terapi farmakologis
16. KEPATUHAN
Kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin
(Hasan, 2007).
Definisi
Stanley (2007) menjelaskan bahwa kepatuhan
merupakan tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap
intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk
terapi apapun yang ditentukan, seperti diet, aktivitas
fisik, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan
dokter.
18. Pengukuran kepatuhan
Kuesioner merupakan salah satu metode
pengukuran kepatuhan terapi. Metode ini cukup
sederhana, ekonomis, dan mudah untuk dilakukan
(Osterberg dan Blaschke, 2005).
19. PENGETAHUAN
Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun
lingkungan (Notoatmodjo, 2010a).
Menurut Niven (2008) pengetahuan merupakan salah satu faktor
terbentuknya kepatuhan pasien, karena pengetahuan memberi
dorongan dasar seseorang untuk ingin tahu, untuk mencari
penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.
20. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2010a).
21. HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN
KEPATUHAN TERAPI PASIEN DM
Pengetahuan yang baik tentang kapan dan bagaimana
melaksanakan suatu terapi akan membantu pasien untuk
berpikir kritis sehingga pasien selalu berperilaku patuh
terhadap terapi (Klein et al., 2006).
Pengetahuan pasien tentang diabetes melitus merupakan
sarana yang dapat membantu pasien menjalankan
penanganan diabetes selama hidupnya. Semakin banyak
dan semakin baik pasien mengerti tentang penyakitnya
maka semakin mengerti bagaimana harus mengubah
perilakunya (Waspadji , 2004).
24. Jenis dan Rancangan Penelitian
Analitik dengan pendekatan cross sectional
Tempat dan Waktu Penelitian
• Poliklinik Endokrin RSUDZA Banda Aceh
• November – Desember 2012
25. Populasi Penelitian
Seluruh pasien DM yang sedang melakukan rawat
jalan di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
Sampel Penelitian
• Non probability sampling dengan teknik accidental
sampling.
26. Kriteria Inklusi
Pasien DM yang berumur 30 – 60 tahun
Pasien DM yang sudah mendapat edukasi dari
dokter ataupun perawat
Pasien DM yang bersedia menjadi responden
Pasien DM yang mampu berkomunikasi dengan
baik
Kriteria Eksklusi
Pasien DM dengan gangguan kejiwaan
Pasien DM gestasional
Pasien DM dengan komplikasi kaki gangren
27. Jumlah Sampel
Jumlah pasien DM yang melakukan rawat jalan
selama 1 (satu) bulan sebanyak rata-rata 954
pasien, maka:
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan diinginkan
= 91 orang
29. Variabel
Dependen
DO Alat Ukur
Cara
Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Kepatuhan
Pasien DM
Perilaku positif
pasien DM
dalam menjalani
terapi sesuai
yang dianjurkan
oleh tenaga
kesehatan,
meliputi
pengobatan,
nutrisi medis,
dan olahraga
Kuesioner
Wawan
cara
a. Patuh
b. Tidak
Patuh
Ordinal
Definisi Operasional
31. Instrumen Penelitian
Kuesioner pengetahuan pasien DM
Kuesioner kepatuhan pasien DM
Metode Pengukuran
Pengetahuan pasien DM, hasil diperoleh melalui rumus:
N = x 100 %
Kepatuhan pasien DM, hasil diperoleh berdasarkan
nilai median, pada kepatuhan pengobatan nilai
mediannya adalah 5, kepatuhan nutrisi medis nilai
mediannya adalah 4, kepatuhan aktivitas fisik nilai
mediannya adalah 3.
Hasil:
Baik : Lebih dari 80%
Cukup : 60% - 80%
Kurang : Kurang dari
60%
32. Pengolahan Data
1. Editing
2. Transfering
3. Tabulating
4. Cleaning
Analisa Data
Analisis Univariat Analisis Bivariat
Chi-square
• Jika p value > 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah tidak
signifikan
• Jika p value ≤ 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan
33.
34. 15.4
28.6
56
0
10
20
30
40
50
60
30 - 40 tahun 41 - 50 tahun 51 - 60 tahun
Persentase
Usia
47.3
52.7
44
46
48
50
52
54
Laki-laki Perempuan
Persentase
Jenis Kelamin
35. 15.3
9.9
37.4 37.4
0
5
10
15
20
25
30
35
40
SD/ sederajat SMP/ sederajat SMA/ sederajat Akademik/PT
Persentase
Pendidikan
26.4
7.7
15.4
8.8
41.7
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Pensiunan Ibu Rumah Tangga
Persentase
Jenis Pekerjaan
36. Distribusi frekuensi kepatuhan pasien DM
Pada kepatuhan pengobatan, distribusi frekuensi pasien
patuh sebesar 50,5%. Pada kepatuhan terapi nutrisi
medis, distribusi frekuensi pasien patuh sebesar 60,4%.
Pada kepatuhan aktivitas fisik, distribusi frekuensi
pasien patuh sebesar 64,8%.
Distribusi frekuensi pengetahuan pasien DM
Distribusi frekuensi pasien dengan pengetahuan baik
sebesar 73,6%.
Pada uji statistik dilakukan penggabungan sel antara
pengetahuan cukup dan kurang.
37. 1. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pasien DM
dalam menjalani pengobatan di RSUDZA Banda Aceh
Pengetahuan
Kepatuhan
Total
p-
value
RPTidak Patuh Patuh
n % n % n %
Tidak Baik 17 70,8 7 29,2 24 26,4
0,015 1.69
Baik 28 41,8 39 58,2 67 73,6
Total 45 49,5 46 50,5 91 100
38. P value < 0,05 sehingga Ho ditolak
Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan
pasien DM menjalani pengobatan pada penelitian ini
mungkin disebabkan oleh tingginya pengetahuan yang
dimiliki sebagian besar pasien yang patuh terhadap
pengobatan.
Pengetahuan pasien DM dapat membentuk perilaku positif
yaitu perilaku kepatuhan (Virgona, 2009).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kasznicki et
al., (2007) di Polandia terhadap 200 pasien DM, yang
menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan kepatuhan terapi obat. Pengetahuan
tentang penyakit dan prinsip-prinsip terapi obat
merupakan faktor terpenting yang berkontribusi terhadap
kepatuhan pengobatan diabetes.
39. 2. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan menjalani
terapi nutrisi medis pada pasien DM di RSUDZA Banda Aceh
Pengetahuan
Kepatuhan
Total
p-
value
RPTidak Patuh Patuh
n % n % n %
Tidak Baik 14 58,3 10 41,7 24 26,4
0,028 1.77
Baik 22 32,8 45 67,2 67 73,6
Total 36 39,6 55 60,4 91 100
40. P value < 0,05 sehingga Ho ditolak
Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan
pasien DM menjalani terapi nutrisi medis pada penelitian ini
mungkin disebabkan mayoritas pasien yang memiliki
pengetahuan baik, patuh dalam menjalani terapi nutrisi sesuai
anjuran tenaga kesehatan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Maemunah (2010)
yang menyimpulkan terdapat hubungan bermakna antara
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan menjalankan terapi
diet pada pasien DM di Puskesmas Mranggen I Kabupaten
Demak.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Keating et al., (2004) di
Chicago Amerika Serikat, terdapat hubungan pengetahuan
dengan perilaku menjalankan diet diabetes. Pengetahuan
seseorang sangat mungkin dikaitkan dengan terbentuknya
perilaku seseorang, dalam hal ini perilaku mengikuti diet
diabetes sesuai anjuran dokter.
41. 3. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan menjalani
aktivitas fisik pada pasien DM di RSUDZA Banda Aceh
Pengetahuan
Kepatuhan
Total
p-
value
RPTidak Patuh Patuh
n % n % n %
Tidak Baik 13 54,2 11 45,8 24 26,4
0,023 1.91
Baik 19 28,4 48 71,6 67 73,6
Total 32 35,2 59 64,8 91 100
42. P value < 0,05 sehingga Ho ditolak
Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan
pasien DM menjalani aktivitas fisik mungkin disebabkan
oleh pengetahuan baik yang dimiliki sebagian besar pasien
yang patuh menjalani aktivitas fisik.
Pengetahuan yang lebih tinggi akan memudahkan
seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan
mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup
sehari-hari (Depkes RI, 2004).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Keating et
al., (2004) di Chicago Amerika Serikat yang menyatakan
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan pelaksanaan olahraga secara teratur.
43. 1. Alat ukur yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner, yang memiliki kelemahan hasil
jawabannya mudah didistorsi oleh pasien.
2. Penelitian ini hanya sebatas melihat hubungan
pengetahuan dengan kepatuhan pasien DM dalam
menjalani terapi, tanpa mengkaji faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kepatuhan pasien DM dalam
menjalani terapi.
44.
45. KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan menjalani pengobatan pada pasien DM di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
2. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan menjalani terapi nutrisi medis pada pasien
DM di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
3. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan menjalani aktivitas fisik pada pasien DM di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
46. SARAN
1. Perlunya pendekatan dan penyuluhan kepada
keluarga pasien agar turut memberi dukungan
kepada pasien dalam menjalani terapi DM.
2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menganalisa faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kepatuhan pasien DM seperti
faktor dukungan sosial, faktor psikologis, faktor
pelayanan kesehatan, faktor penyakit dan faktor
terapi untuk melengkapi hasil penelitian ini.