EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...Aji Wibowo
Â
Salah satu jenis resistensi dalam pengobatan TB adalah Multi Drug Resistant (MDR). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan program penanganan TB-MDR di wilayah Kabupaten Banyumas meliputi tingkat pengetahuan
petugas TB, kesesuaian tata laksana dengan pedoman nasional dan mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi terlaksananya program TB-MDR. Penelitian ini menggunakan observasi deskriptif secara prospektif. Analisis kuantitatif menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan petugas TB dan daftar checklist untuk kesesuaian tatalaksana program TB-MDR dengan pedoman nasional. Analisis kualitatif menggunakan metode wawancara terstruktur kepada petugas TB atau kepala
puskesmas untuk menggali faktor penghambat dan pendukung program pengendalian TB-MDR di puskesmas di Kabupaten Banyumas selama kurang lebih 3 bulan.
Tuberkulosis (TB) pada anak merupakan masalah khusus yang berbeda dengan TB pada orang dewasa. Perkembangan penyakit TB pada anak saat ini sangat pesat. Sekurang-kurangnya 500.000 anak di dunia menderita TB setiap tahun. Di Indonesia proporsi kasus TB Anak di antara semua kasus TB yang ternotifikasi dalam program TB berada dalam batas normal yaitu 8-11 %, tetapi apabila dilihat pada tingkat provinsi sampai fasilitas pelayanan kesehatan menunjukkan variasi proporsi yang cukup lebar yaitu 1,8 – 15,9%.
EFEKTIFITAS INHALASI DENGAN PEMBERIAN POSISI SEMIFOWLER DAN BATUK EFEKTIF TER...Nanang Soleh
Â
EFEKTIFITAS INHALASI DENGAN PEMBERIAN POSISI SEMIFOWLER DAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM DAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN TB PARU DI RSUP. PERSAHABATAN JAKARTA TAHUN 2016
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...Aji Wibowo
Â
Salah satu jenis resistensi dalam pengobatan TB adalah Multi Drug Resistant (MDR). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan program penanganan TB-MDR di wilayah Kabupaten Banyumas meliputi tingkat pengetahuan
petugas TB, kesesuaian tata laksana dengan pedoman nasional dan mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi terlaksananya program TB-MDR. Penelitian ini menggunakan observasi deskriptif secara prospektif. Analisis kuantitatif menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan petugas TB dan daftar checklist untuk kesesuaian tatalaksana program TB-MDR dengan pedoman nasional. Analisis kualitatif menggunakan metode wawancara terstruktur kepada petugas TB atau kepala
puskesmas untuk menggali faktor penghambat dan pendukung program pengendalian TB-MDR di puskesmas di Kabupaten Banyumas selama kurang lebih 3 bulan.
Tuberkulosis (TB) pada anak merupakan masalah khusus yang berbeda dengan TB pada orang dewasa. Perkembangan penyakit TB pada anak saat ini sangat pesat. Sekurang-kurangnya 500.000 anak di dunia menderita TB setiap tahun. Di Indonesia proporsi kasus TB Anak di antara semua kasus TB yang ternotifikasi dalam program TB berada dalam batas normal yaitu 8-11 %, tetapi apabila dilihat pada tingkat provinsi sampai fasilitas pelayanan kesehatan menunjukkan variasi proporsi yang cukup lebar yaitu 1,8 – 15,9%.
EFEKTIFITAS INHALASI DENGAN PEMBERIAN POSISI SEMIFOWLER DAN BATUK EFEKTIF TER...Nanang Soleh
Â
EFEKTIFITAS INHALASI DENGAN PEMBERIAN POSISI SEMIFOWLER DAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM DAN BERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN TB PARU DI RSUP. PERSAHABATAN JAKARTA TAHUN 2016
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdfsriwahyuni25836
Â
Banyaknya kasus kusta di daerah endemik yang terjadi tanpa adanya kontak langsung dengan penderita kusta memungkinkan adanya sumber penularan di luar manusia seperti lingkungan dan hewan yang dapat menyebabkan kejadian kusta
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian communityDoel Hadji Fadly
Â
Community health centers (CHCs) play an important role in Indonesian national tuberculosis (TB) control. Using the systemic approach, an approach for community health program evaluation developed by Department of Community Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia, we evaluated two CHCs in East Jakarta by systematically identifying the problems, prioritizing problems, formulating alternative solutions, and prioritizing alterna- tive solutions. For Jatinegara Kaum CHC, proportion of sputum examined suspects was 7.8%, proportion of smear-positive patients among suspects was 60.87%, proportion of smear-positive TB patients among all registered TB patients was 60.87%, conversion rate was 92.86%, cure rate was 91.60%, and case detection rate was 46.74%. For East Pisangan CHC, proportion of sputum examined suspects was 10.26%, proportion of smear-positive patients among suspects was 58.62%, proportion of smear-positive TB patients among all registered TB patients was
58.62%, conversion rate was 82.35%, cure rate was 100.00%, and case detection rate was
60.16%. Error rates were not available in both CHCs. Low case detection rate was considered prioritized problem for both CHCs. Prioritized solution for Jatinegara Kaum was new case finding training for cadres, while for East Pisangan periodic public health education events. Systemic approach was able to demonstrate its capabilities.
Jurnal Ditjen PP dan PL Edisi IV Tahun Desember 2014 ini merupakan Media Cetak dari Direktorat Jenderal PP dan PL yang menampilkan seputar karya tulis ilmiah terkait hasil penelitian dari para ahli kesehatan. Pada Edisi IV di Tahun 2014 ini beberapa hasil karya tulis ilmiah yang ditampilkan antara lain adalah Pemberdayaan Mantan Pasien TB dalam Peningkatan Penemuan Suspek TB di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Pengaruh ICWRMIP Sub Komponen 2.3 terhadap Akses Air Bersih dan Jamban Sehat, dan Kejadian Diare serta karya tulis ilmiah lainnya yang dapat di lihat pembaca secara lengkap di Jurnal PP dan PL yang merupakan terbitan Ditjen PP dan PL tahun 2014 ini.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
Â
Jurnal Fitria Ramadani
1. HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN
MENGKONSUMSI OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU
DI PUSKESMAS SENDANG AGUNG KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2014
FITRIA RAMADHANI
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu Lampung
ABSTRAK
WHO melaporkan adanya 3 juta orang mati akibat TB Paru tiap tahun dan
diperkirakan 5000 orang tiap harinya. Berdasarkan Laporan Bulanan Unit
Program P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) Puskesmas Sendang Agung
periode Januari-Maret 2014 Jumlah penderita TB paru sebesar 48 orang dengan
jumlah penderita putus berobat sebesar 12 orang (25%). Kendala penyembuhan
penyakit TBC masih sangat tinggi terutama berkaitan dengan kepatuhan Penderita
TBC untuk melakukan pengobatan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat
pada pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sendang Agung Kabupaten
Lampung TengahTahun 2014.
Desain yang digunakan dalam penelitan ini adalah kuantitatif dengan cross
Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB yang masih
dalam masa Pengobatan di Puskesmas Sendang Agung Kabupaten Lampung
TengahTahun 2014, sebanyak 48 orang. Analisa data bivariat menggunakan uji
chi square.
Hasil penelitian diperoleh, dukungan keluarga pada pasien Tuberkulosis Paru
di Puskesmas Sendang Agung sebagian besar dalam katagori baik yaitu 27 orang
(56,3%), kepatuhan mengkonsumsi obat pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Sendang Agung sebagian besar patuh yaitu 32 pasien (66,7%). Hasil uji chi
square didapat p value = 0,005 < 0,05 dapat disimpulkan ada hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat pada pasien tuberkulosis paru di
Puskesmas Sendang Agung Kabupaten Lampung TengahTahun 2014.
Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat melakukan penyluhan secara intensif
pada penderita Tuberkulosis Paru dan keluarga penderita Tuberkulosis Paru
mengenai kepatuhan mengkonsumsi obat untuk penyembuhan Tuberkulosis Paru.
Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Kepatuhan Konsumsi Obat pada Pasien TBC.
Kepustakaan : 28 (2004-2012)
i
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
2. PENDAHULUAN
ii
Dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025,
salah satu program di bidang
kesehatan adalah pencegahan dan
pemberantasan penyakit, termasuk
wabah penyakit menular. Melalui
Program Indonesia Sehat 2025,
gambaran masyarakat Indonesia di
masa depan yang ingin dicapai adalah
masyarakat yang antara lain hidup
dalam lingkungan yang sehat dan
mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat Lingkungan yang sehat
termasuk di dalamnya bebas dari
wabah penyakit menular (Kemenkes,
2011).
Penyakit TB Paru (Tuberkulosis
Paru) merupakan salah satu contoh
penyakit infeksi yang menular pada
pernapasan dan merupakan penyakit
infeksi kronis menular yang masih
menjadi isu kesehatan global disemua
negara. Penyakit TB paru merupakan
penyakit yang menular. Penularan
infeksi TB paru adalah ditularkan dari
orang ke orang lain melalui transmisi
udara. Individu terinfeksi melalui
kontak langsung dengan penderita TB
paru pada saat penderita TB paru
batuk, bersin, tertawa dengan
melepaskan droplet yang
mengandung kuman tuberculosis
yang ukurannya besar yaitu lebih dari
100 mikron (Depkes, 2007).
Menurut hasil penelitian World
Health Organization (WHO) tahun
2006 jumlah kasus TB Paru ada 14,4
juta orang. Setiap tahun diperkirakan
9,2 juta kasus TB baru dan 1,7 juta
orang meninggal per tahun akibat TB.
Selain itu, ada sekitar 500.000 pasien
TB dengan resistensi ganda kuman
penyakit terhadap obat TB dan 95%
penderita TB paru berada di negara
berkembang (Tjandra Yoga, 2007).
WHO melaporkan adanya 3 juta
orang mati akibat TB Paru tiap tahun
dan diperkirakan 5000 orang tiap
harinya. Tiap tahun ada 9 juta
penderita TB Paru baru dari 25%
kasus kematian dan kesakitan di
masyarakat diderita oleh orang-orang
pada usia produktif yaitu dari usia 15
sampai 54 tahun. Pada negara-negara
berkembang miskin kematian TB
Paru merupakan 25% dari seluruh
kematian yang sebenarnya dapat
dicegah. Berdasarkan data Organisasi
Kesehatan Dunia WHO (2004) kasus
terbesar TB paru adalah Asia
Tenggara sebesar 38% dari kasus TB
Paru di dunia.
Tahun 2009, di Indonesia
ditemukan 566.000 pasien TB (224
per 100.000 penduduk). Setiap
tahunnya diperkirakan ditemukan
suspek TB sebanyak 528.000 orang
(228 per 100.000 penduduk), dan
pada setiap tahunnya diperkirakan
ditemukan 102 per 100.000 penduduk
kasus BTA positif (+), sedangkan
kematian TB sebanyak 90.000 orang
per tahunnya. Tahun 2010, ditemukan
1.718.193 suspek TB, 181.125 kasus
TB BTA positif (+), dan 3250 pasien
meninggal akibat TB (Kemenkes,
2011).
Dinas Kesehatan Propinsi
Lampung melaporkan Angka
Penemuan Kasus ( Case Deteksion
Rate) dari tahun 2010-2012
mengalami peningkatan kasus, pada
tahun 2010 ditemukan kasus 42,3 %
dengan angka kesembuhan 86 %,
pada tahun 2011 ditemukan kasus
sebesar 80% dengan angka
kesembuhan 94,30% dan pada tahun
2012 ditemukan kasus 94,5% dengan
angka kesembuhan 89,14% (Dinkes
Provinsi Lampung, 2013).
1
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
3. iii
Data Dinas Kesehatan Lampung
Tengah berdasarkan penemuan Kasus
(Case Detection Rate) BTA positif
(Basil Tahan Asam) tahun 2012
sebesar 126 kasus dan tahun 2013
sebesar 110 kasus. Sedngkan bila
dilihat penyebarannya kasus TBC
tertinggi berada diwilayah kerja
Puskesmas Sedang Agung yaitu
mencapai 73% (Dinkes Lampung
Tengah, 2013).
Belum optimalnya penanganan TB
Paru diperkirakan terkait dengan
beberapa faktor, diantaranya adalah
minimnya kesadaran yang dimiliki
oleh masyarakat untuk berperan serta
memutus mata rantai penularan TB.
Hal ini dapat dilihat dari indikator
tingginya angka putus berobat
disebabkan selain pelayanan kurang
terakses, banyak pasien berhenti
minum obat begitu kondisinya
membaik dan merasa sudah sembuh,
padahal lama pengobatan mencapai
enam bulan atau lebih. Berdasarkan
Hasil studi terhadap penderita TB
baru dengan BTA positif di Klinik
PPTI (Perkumpulan Pemberantasan
Tuberkolusis Indonesia) tahun 1998-
2004 sebanyak 78,97% dari total
jumlah pasien TB putus berobat
(Droup Out). Angka kasus putus
berobat pada penderita tuberkulosis
atau TB di Rumah Sakit secara
nasional mencapai lebih dari 15%
(Soediono, 2007).
Puskemas Sendang Agung
menempati urutan pertama jumlah
penderita TB paru terbesar di
Lampung Tengah. Berdasarkan
Register TBC Unit Pelayanan
Kesehatan jumlah penderita TB Paru
di Wilayah Puskesmas Sendang
Agung tahun 2011 sebesar 44 orang,
tahun 2012 sebesar 45 orang dan
meningkat ditahun 2013 sebesar 48
orang. Berdasarkan Laporan Bulanan
Unit Program P2M (Pemberantasan
Penyakit Menular) Puskesmas
Sendang Agung periode Januari-
Maret 2014 Jumlah penderita TB paru
sebesar 48 orang dengan jumlah
penderita putus berobat sebesar 12
orang (25%) (Unit Pelayanan
Kesehatan Puskesmas Sendang
Agung, 2014).
Berdasarkan hasil presurvei pada
tanggal 1 April 2014 terhadap dua
Petugas Kesehatan TB Paru di
Puskesmas Sendang Agung dengan
wawancara terpimpin didapat
beberapa alasan penderita TB paru
DO adalah penderita merasa bosan
jika harus berobat dalam jangka
waktu yang lama hingga 6 bulan.
Meskipun dilakukan kunjungan
rumah jika ada penderita TB yang
tidak mengambil obat nya akan tetapi
ada penderita TB paru yang tidak
terlacak, ada kemungkinan pindah
rumah tetapi tidak melapor ataupun
menghindar, selain itu Pengawasan
Minum Obat oleh keluarga belum
maksimal sehingga ada penderita
mengambil obat secara teratur hinggá
enam bulan tetapi akhir pengobatan
hasil pemeriksaan BTA (+). Hasil
wawancara bebas yang peneliti
lakukan pada tanggal 1 April 2014
terhadap 10 penderita TB Paru
didapat alasan utama tidak
mengambil obat secara teratur adalah
merasa bosan mengkonsumsi obat
dalam waktu yang lama meskipun
petugas kesehatan telah
mengingatkan harus teratur berobat
hingga enam bulan, dan merasa
dirinya sudah sembuh karena batuk
yang dirasakan mulai berkurang dan
tidak perlu mengkonsumsi obat lagi.
Saat ditanyakan tentang dukungan
keluarga mengatakan anggota
keluarga tidak mengawasi mereka
untuk minum obat karena sibuk
dengan pekerjaan.
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
4. iv
Dari data dan fenomena diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan
mengkonsumsi obat pada pasien TBC
di Puskesmas Sendang Agung
Kabupaten Lampung TengahTahun
2014
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional
yaitu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antar faktor-faktor
dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010)
Penelitian ini dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas Sendang
Agung Kabupaten Lampung Tengah
pada tanggal 20-30 Juni Tahun 2014.
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh penderita TB yang
masih dalam masa Pengobatan di
Puskesmas Sendang Agung
Kabupaten Lampung TengahTahun
2014, sebanyak 48 orang.
Variabel independent pada
penelitian ini adalah Dukungan
Keluarga. sedangkan variabel
dependent yang diteliti pada
penelitian ini adalah Kepatuhan
Minum Obat.
Analisa data pada penelitia ini
menggunakan analisa univariat
dengan rumus persentase bertujuan
untuk mengetahui distribusi frekuensi
masing-masing variablel sedangan
untuk mengetahui hubungan antar
variabel dalam penelitian ini
menggunakan analisa bivariat
menggunakan uji chi square. Taraf
kesalahan yang digunakan adalah 5%,
untuk melihat hasil kemaknaan
perhitungan statistik digunakan batas
kemaknaan 0,05. Berarti jika p value
< 0,05 maka hasilnya bermakna yang
artinya Ho ditolak dan Ha diterima.
HASIL PENELITIAN DAN
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
PEMBAHASAN
1. Dukungan Keluarga pada Pasien
Tuberkulosis Paru.
Berdasarkan tabel 4.3 distribusi
frekuensi dukungan keluarga pada
pasien tuberkulosis paru di
Puskesmas Sendang Agung
Kabupaten Lampung TengahTahun
2014, dapat diketahui sebesar 21
orang (43,8%) memiliki dukungan
keluarga kurang baik dan sebesar 27
orang (56,3%) memiliki dukungan
keluarga baik.
Hasil ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nurul Nazhifah
(2010) dengan judul Hubungan
Pengetahuan Keluarga Kontak
Serumah Tentang TB Paru dengan
Tindakan Pencegahan Penularan TB
Paru di Puskesmas Sidorejo
Kecamatan Tuban. Hasil penelitian
menunjukkan 56,25% responden
berumur 41-60 tahun, 46,87%
responden berpendidikan SD, 34,37%
responden mempunyai hubungan
dengan penderita sebagai istri
penderita. Hasil uji statistik
menunjukkan keeratan hubungan
pengetahuan keluarga kontak
serumah tentang TB paru dengan
tindakan pencegahan penularan TB
Paru termasuk kategori lemah dengan
r = 0,422. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan keluarga kontak
serumah tentang TB Paru
berhubungan dengan tindakan
pencegahan penularan TB Paru.
Dukungan (support) keluarga
merupakan suatu tindakan masyarakat
dalam memberikan masukan baik
berupa materi maupun non materi
5. v
kepada anggota keluarga. Suatu
dukugan dalam keluarga diperlukan
untuk membentuk suatu hubungan
yang harmonis antara anggota
keluarga. Dengan demikian dukungan
dapat diartikan sebagai suatu fungsi
dorongan (support) bagi tindakan
seseorang untuk melakukan tindakan
bersama dalam suatu lingkungan
tertentu guna mencapai suatu tujuan
tertentu (Indrajit, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian,
menurut peneliti tingginya dukungan
keluarga dalam kategori baik pada
penderita TB paru di Puskesmas
Sendang Agung Kabupaten Lampung
TengahTahun 2014, kemungkinan
disebabkan karena anggota keluarga
mengetahui tujuan dari pemberian
dukungan emosional, dukungan fisik,
dukungan informasional, dukungan
penghargaan/ komunikasi kepada
penderita TB paru karena telah
mendapatkan penjelasan dari petugas
kesehatan, yang bertujuan sebagai
pengawas minum obat pada keluarga
penderita TBC.
Adanya keluarga yang memiliki
dukungan kurang baik pada penderita
TBC kemungkinan disebabkan
sibuknya pekerjaan anggota keluarga
menyebabkan rendahnya dukungan
yang diberikan kepada penderita TB
paru. Hal ini menjadi faktor
predisposisi perilaku keluarga
dimanifestasikan kedalam tindakan
kurang memperhatikan kondisi
emosional penderita TB paru akibat
penyakit yang dialami, anggota
keluarga kurang memberikan
dukungan fisik seperti membantu
keperluan penderita TB paru sehari-hari
dan tidak mengantar penderita
berobat kepetugas kesehatan,
keluarga kurang memberikan
dukungan informasional tentang
tempat berobat, informasi tentang
pencegahan dan pengobatan TB paru,
keluarga tidak memberikan dukungan
penghargaan jika penderita TB paru
teratur berobat.
2. Kepatuhan Mengkonsumsi Obat
pada Pasien Tuberkulosis Paru.
Berdasarkan tabel 4.4 distribusi
frekuensi kepatuhan mengkonsumsi
obat pada pasien Tuberkulosis Paru di
Puskesmas Sendang Agung
Kabupaten Lampung TengahTahun
2014, dapat diketahui sebesar 16
orang (33,3%) tidak patuh dalam
mengkonsumsi obat dan sebesar 32
orang (66,7%) patuh dalam
mengkonsumsi obat.
Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Kiki Anggita di Wilayah
Kerja Puskesmas Medan Amplas
tahun 2009 yang menyatakan
mayoritas penderita TB berobat
hingga selesai sebesar (86,3%) (Kiki
Anggita, 2009).
Menurut Rusmani (2008)
menyebutkan bahwa kepatuhan
adalah suatu perbuatan untuk bersedia
melaksanakan aturan pengambilan
dan minum obat sesuai jadwal yang
telah ditetapkan.
Penderita yang patuh berobat
adalah yang menyelesaikan
pengobatannya secara teratur dan
lengkap tanpa terputus selama
minimal 6 bulan sampai dengan 8
bulan sedangkan penderita yang
tidak patuh datang berobat dan
minum obat bila frekuensi minum
obat tidak dilaksanakan sesuai
rencana yang telah ditetapkan
(Depkes RI, 2008). Ada beberapa
alasan penderita putus berobat
diantaranya efek samping obat,
tempat kerja jauh, pindah rumah,
serta tidak ada perbaikan setelah
minum obat.
Salah satu indikator kepatuhan
penderita adalah datang atau tidaknya
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
6. vi
penderita setelah mendapat anjuran
kembali untuk kontrol. Seorang
penderita TBC dikatakan patuh
menjalani pengobatan apabila minum
obat sesuai aturan paket obat dan
ketepatan waktu mengambil obat
sampai selesai masa pengobatan.
Penderita dikatakan lalai jika tidak
datang lebih 3 hari – 2 bulan dari
tanggal perjanjian dan dikatakan drop
out jika lebih dari 2 bulan berturut-turut
tidak datang berobat setelah
dikunjungi petugas kesehatan
(Depkes RI, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian,
menurut peneliti sebagian besar
kepatuhan mengkonsumsi obat pada
pasien Tuberkulosis Paru di
Puskesmas Sendang Agung
Kabupaten Lampung TengahTahun
2014, dalam kategori teratur,
disebabkan karena ada kaitan dengan
tingginya dukungan dari petugas
kesehatan dan dukungan keluarga
dalam upaya sosialisasi pengobatan
TB paru. Selain itu stigma masyarakat
yang buruk tentang penyakit TB paru
menyebabkan penderita TB paru
berobat secara untuk mendapatkan
kesembuhan sehingga mendorong
penderita berobat secara teratur
meskipun dalam jangka waktu yang
lama.
Adanya responden yang tidak
teratur kemungkinan disebabkan
karena ada kaitan dengan rendahnya
motivasi penderita mengkonsumsi
obat. Lamanya rentang pengobatan
hingga enam bulan atau diagnosis
BTA (-) berdampak pada timbulnya
rasa bosan dan sampai pada titik
jenuh penderita untuk mengkonsumsi
obat TB, selain rendah nya dukungan
keluarga juga menyebabkan
pengawasan minum obat pun rendah
sehingga berdampak pada rendahnya
motivasi penderita TB paru untuk
mengkonsumsi obat. Rendahnya
pengetahuan responden juga dapat
mempengaruhi motivasi penderita
untuk minum obat disebabkan karena
responden tidak mengetahui manfaat
dan dampak tidak mengkonsumsi
obat..
3. Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi Obat pada
Pasien Tuberkulosis Paru.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas tentang
hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan mengkonsumsi obat pada
pasien tuberkulosis paru di
Puskesmas Sendang Agung
Kabupaten Lampung TengahTahun
2014, dapat diketahui bahwa 19
orang (63,2%) pasien TBC yang
mendapatkan dukungan keluarga
kurang baik tidak patuh dalam
mengkonsumsi obat, sedangkan 4
orang (14,8%) pasien TBC yang
memiliki dukungan keluarga baik
tidak patuh mengkonsumsi obat.
Hasil uji statistik chi square didapat
nilai p value = 0,005 (0,005 < 0,05),
maka dapat disimpulkan ada
hubungan antara hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan
mengkonsumsi obat pada pasien
tuberkulosis paru di Puskesmas
Sendang Agung Kabupaten Lampung
TengahTahun 2014. OR didapat
7,667 responden dengan dukungan
keluarga kurang baik berpeluang
tidak patuh mengkonsumsi obat
sebesar 7,667 kali dibandingkan
dengan responden yang memiliki
dukungan keluarga baik.
Hasil ini sejalan dengan penelitian
Nurul Nazhifah (2010) dengan judul
Hubungan Pengetahuan Keluarga
Kontak Serumah Tentang TB Paru
dengan Tindakan Pencegahan
Penularan TB Paru di Puskesmas
Sidorejo Kecamatan Tuban. Hasil
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
7. vii
penelitian menunjukkan 56,25%
responden berumur 41-60 tahun,
46,87% responden berpendidikan SD,
34,37% responden mempunyai
hubungan dengan penderita sebagai
istri penderita. Hasil uji statistik
menunjukkan keeratan hubungan
pengetahuan keluarga kontak
serumah tentang TB paru dengan
tindakan pencegahan penularan TB
Paru termasuk kategori lemah dengan
r = 0,422. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan keluarga kontak
serumah tentang TB Paru
berhubungan dengan tindakan
pencegahan penularan TB Paru.
Pengendalian kasus tuberkulosis
(TB) di Indonesia tidak lepas dari
Dukungan Keluarga dengan
melakukan PMO (Pengawasan
Minum Obat), pemberian informasi
tentang pentingnya berobat,
mengantar penderita berobat secara
teratur. Hal ini penting disebabkan
psikologis penderita TB akan
terganggu manakala anggota keluarga
menjauhi penderita yang pada
akhirnya berdampak pada keenganan
penderita untuk berobat secara teratur
dan potensial menyebabkan putus
berobat (DO) (Aritonang, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian
menurut peneliti adanya ada
hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan
mengkonsumsi obat pada pasien
tuberkulosis paru di Puskesmas
Sendang Agung Kabupaten Lampung
TengahTahun 2014, disebabkan
karena dukungan yang diberikan
keluarga kepada penderita TB paru
baik dukungan emosional, dukungan
fisik, dukungan informasional
maupun dukungan
penghargaan/komunikasi akan
menciptakan suatu hubungan yang
baik sehingga saran-saran yang
diberikan oleh anggota keluarga dapat
dapat diterima oleh penderita TB paru
kemudian diaplikasikan kedalam
tindakan untuk minum obat secara
teratur. Selain itu dukungan keluarga
dengan melakukan PMO
(Pengawasan Minum Obat),
pemberian informasi tentang
pentingnya berobat, mengantar
penderita berobat secara teratur dapat
meningkatkan motivasi penderita
untuk mengkonsumsi obat sehingga
terhindar dari perilaku tidak teratur
mengkonsumsi obat. begitupun
sebaliknya responden yang mendapat
dukungan negatif maka dapat
berdampak pada terganggunya
psikologis penderita TB karena
penderita merasa dijauhi yang pada
akhirnya berdampak pada keenganan
penderita untuk berobat secara teratur
dan potensial menyebabkan tidak
teratur dalam mengkonsumsi obat.
Bagi petugas kesehatan diharapkan
dapat berperan aktif dalam
memberikan pendidikan kesehatan
terhadap pasien tuberkulosis paru
setiap kali pasien melakukan
kunjungan kepuskesmas untuk
mengambil obat, serta memberikan
pengarahan kepada kelaurga penderita
tuberkulosis paru untuk menjadi
pengawas minum obat untuk selalu
mengingatkan dan memperikan
motivasi terhadap penderita
tuberkulosis paru supaya berobat
secara rutin
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan penelitian yang berjudul
hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan mengkonsumsi obat pada
pasien tuberkulosis paru di
Puskesmas Sendang Agung
Kabupaten Lampung TengahTahun
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
8. viii
2014, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Dukungan keluarga pada pasien
Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Sendang Agung Kabupaten
Lampung TengahTahun 2014 ,
sebagian besar dalam katagori
baik yaitu 27 orang (56,3%).
2. Kepatuhan mengkonsumsi obat
pasien Tuberkulosis Paru di
Puskesmas Sendang Agung
Kabupaten Lampung
TengahTahun 2014, sebagian
besar patuh yaitu 32 pasien
(66,7%).
3. Ada hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan mengkonsumsi
obat pada pasien tuberkulosis
paru di Puskesmas Sendang
Agung Kabupaten Lampung
TengahTahun 2014. P value =
0,005 < 0,05, OR = 7,667.
B. Saran
1. Bagi Institusi STIKes Aisyah
Lampung
Bagi Institusi pendidikan STIKes
Aisyah Lampung agar dapat
menambah referensi buku
perpustakaan dengan terbitan terbaru,
untuk mempermudah peneliti
selanjutnya dalam mencari teori
pendukung yang berkaitan dengan
variabel yang ada dalam penelitian
ini. Hasil penelitian ini dapat
dipublikasikan mealui media internet
agar dapat diakses oleh masyarakat
umum.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan Bagi petugas
kesehatan di Puskesmas Sendang
Agung khusunya unit program P2M
perlu adanya upaya promotif melalui
penyuluhan secara intensif dan
berulang-ulang kepada penderita TB
paru tentang pengertian, cara dan
tempat berobat, efek samping obat,
lama berobat manfaat minum obat TB
paru serta dampak jika tidak
mengkonsumsi obat secara teratur
karena dengan meningkatnya
pengetahuan diharapkan dapat
menumbuhkan kesadaran penderita
untuk berobat mengkonsumsi dan
teratur berobat.
3. Bagi Responden Penelitian
Bagi keluarga yang memiliki
anggota penderita TBC dapat
memberikan dukungan dengan
optimal dan memperhatikan kondisi
pasien dengan cara mengingatkan
jadwal minum obat secara rutin,
memberikan dukungan emosi dengan
memberikan semangat supaya pasien
dapat menjalani pengobatan dengan
optimis hingga sembuh. Bagi
penderita TBC hendaknya menyadari
kondisi diri sendiri untuk selalu patuh
dalam mengkonsumsi obat TBC
sehingga sembuh untuk mencegah
terjadinya MDR (Multi-Drug
Resistance) atau resistensi obat TBC.
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T, 2007. Tuberkulosis Paru
masalah dan
penanggulangannya. Jakarta :
UI-Press.
Arief M, 2009. Kapita Selekta
Kedokteran, edisi 4. Jakarta :
Media Aesculapius.
Arikunto, S. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu pendekatan
praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Aritonang, L.R, 2008. Bahaya
pengobatan TBC yang tidak
tuntas. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
9. ix
Bomar PJ. 2004. Promoting Health in
Families. Philadelphia : WB
Saunders Company.
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis.
Jakarta: Depkes.
Desy N, 2011. Faktor Risiko
Kejadian TB Paru pada Anak
yang Sudah diimunisasi BCG
(studi di RS. Khusus Paru
Surabaya).
http://alumni.unair.ac.id/.
diakses tanggal 18 April 2014.
Dinkes Lampung Tengah, 2013.
Lamporan Program P2M TB
Paru Dinas Kesehatan
Lampung Tengah, 2013.
Lampung Tengah : Dinkes
Lamteng.
Dinkes Provinsi Lampung, 2013.
Profil Dinas Kesehatan
Propinsi Lampung Tahun 2012.
Lampung : Dinkes Lampung.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Keluarga : Riset,
Teori dan Praktek. Jakarta :
EGC.
Green, LW, 2005. Helath
Education Planing A
Diagnostik Approach, The.
Johns Hapkins University:
Mayfield Publishing Company.
Hastono, S.P. 2007. Analisis Data
Kesehatan. Jakarta : FKM UI.
Hensarling, 2009. Hensarling Family
Support Scale. Dalam
http.jurnal.kesehatan.com
diakses tanggal 15 Mei 2014.
Hosim M, 2011. Gambaran
pengetahuan penderita TB
tentang penyakit Tuberkulosis
paru di desa Licin Kabupaten
Banyuwangi. dalam
http://share.stikesyarsis.ac.id/.
diakses tanggal 18 April 2014.
Indrajit, 2007. Keperawatan
Keluarga : Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Irianto, K, 2012. Gizi dan Pola Hidup
Sehat. Bandung :Rama Widya.
Kemenkes RI, 2011. Strategi
Nasional Penangulangan TB.
Jakarta : Ditjen P2Pl Kemenkes
RI.
McDougall, 2007. Customer
Satisfaction With Services:
Putting Perceived Value Into
The Equation. Journal of
Service Marketing.
Nazhifah N, 2010. Hubungan
Pengetahuan Keluarga Kontak
Serumah Tentang TB Paru
dengan Tindakan Pencegahan
Penularan TB Paru di
Puskesmas Sidorejo Kecamatan
Tuban. dalam
fkm.unair.ac.id/ruangbaca/skrip
si/. diakses tanggal 18 April
2014.
Neil, N. 2009. Psikologi kesehatan
untuk perawatan dan
professional kesehatan lain,
alih bahasa agung waluyo
(Edisi 2). Jakarta : EGC
Notoatmodjo, 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Peterson, 2004. Midle ranges theories
application to nursingresearch.
Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
Puskesmas Sendang Agung, 2014.
Unit Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Sendang Agung,
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
10. x
2014. Sendang Agung :
Puskesmas Sendang Agung.
Sarafino, E. P. 2004 dalam Reta Budi,
2007 Health Psychology 2nd
edition. New York. John Willey
& Sons. Inc.
Soediono, 2007. Subdit Surveilans.
.
Epidemiologi. Dit. Sepim
Keswa. Jakarta : Ditjen PP &
PL. Depkes RI.
WHO, 2004 dalam Laban Y,
Yohanes, 2008. TBC Penyakit
dan Cara Pencegahannya.
Yogyakarta: Kanisius.
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu