2. Semakin banyaknya operasi mata dengan rawat
jalan dan anestesi lokal
Mayoritas pasien usia lanjut (katarak dan glaukoma)
Manajemen preoperatif yang memadai
meningkatkan hasil operasi
Hubungan komunikasi antara pasien, operator
bedah, operator anestesi dan tim perawat
meningkatkan outcome
PENDAHULUAN
6. EVALUASI PREOPERATIF DAN PERSIAPAN
PASIEN UNTUK BEDAH MATA
Harus diselesaikan
dalam waktu 3 bulan
sebelum operasi
Ulasan ulang pada hari
operasi
Dapat dilakukan oleh
perawat terlatih
dengan dokter untuk
konsultasi
8. KOMORBIDITAS
UMUM
Diabetes melitus
SAMBA (obat-
obatan, Hba1c,
riwayat
hipoglikemik dan
riwayat masuk RS)
Pembedahan
ditunda pada
keadaan KAD,
HONK, dan
dehidrasi berat.
Gagal ginjal kronis
Diatur waktunya
dengan dialisis
Pengecekan
elektrolit.
10. • Anemia
• Angkat Platelet Rendah
• Sesak napas signifikan
Hitung Darah
Lengkap
• Gagal Ginjal Kronik
• Beberapa obat diuretik
• Disritmia
Elektrolit, Ureum
dan Kreatinin
• Terapi Antikoagulan
• Gagal Hepar Kronik Berat
Profil Koagulasi
•Riwayat berdebar
•Bradikardi atau takikardia
•Hipertensi tidak terkontrol
•Penyakit jantung iskemik tidak terkontrol
•Riwayat pemakaian alat pacu jantung atau ICD.
Elektrokardiogram
• Hipotiroid atau hipertiroid yang tidak terkontrol
Pemeriksaan Fungsi
Tiroid
11. EDUKASI PASIEN (SIAPA, KAPAN DAN
KEPADA SIAPA YANG HARUS
MEMBERIKAN PETUNJUK PREOPERATIF)
Diberikan dalam bentuk lisan
dan tertulis
Dapat berupa video
Informasi mencakup waktu
puasa, waktu kedatangan dan
kepulangan, kebutuhan
pendamping dan kebutuhan
posisi operasi
12. PETUNJUK TERKAIT PENGOBATAN
SISTEMIK
Pembedahan dengan RA
Pada operasi katarak anti platelet dan antikoagulan
dapat dilanjutkan (INR tidak abnormal)
Pada operasi yang kompleks anti platelet dan
antikoagulan dapat dihentikan (normalisasi INR)
13. PETUNJUK TERKAIT PENGOBATAN
SISTEMIK
Pembedahan dengan RA
Resiko tromboemboli harus dinilai dengan skor CHADS2 atau
skor CHA2DS2-Vasc.
Antikoagulan oral terbaru seperti direct thrombin inhibitors
(misalnya dabigatran) dan direct factor Xa inhibitors telah
dipakai menggantikan warfarin
14. PETUNJUK TERKAIT PENGOBATAN
SISTEMIK
Pembedahan dengan RA
Kong dkk merekomendasikan bahwa sebelum pembedahan,
rivaroxaban dan dabigatran sebaiknya dihentikan 24 jam sebelum
pembedahan (resiko perdarahan yang rendah) dan 48 jam sebelum
pembedahan (resiko perdarahan yang tinggi)
Antiplatelet, warfarin, antikoagulan oral kerja langsung sebaiknya
dimulai kembali segera setelah dianggap aman setelah
mempertimbangkan resiko perdarahan paska pembedahan.
16. •Katarak dengan
RA (<1% + sedasi)
•Tidak ditemukan
peningkatan
aspirasi pulmoner
Maltby dan
Hamilton
•Menahan lapar
tidak diperlukan
untuk LA atau RA
Anaesthesia
Society (2001)
17. Pasien dengan sedasi moderat hingga
dalam sebaiknya tetap berpuasa
Panduan puasa dewasa sehat: makanan
solid ringan hingga 6 jam dan cairan
bening tidak lebih dari 200 ml/jam
hingga 2 jam sebelum pembedahan
Bayi sebaiknya berpuasa dari susu ASI
dan formula selama 4 jam dan cairan
bening 2 jam sebelum prosedur. Susu
formula bayi sebaiknya dihentikan sejak
4-6 jam tergantung usia dan
pertimbangan lokal.
18. Terlambatnya pengosongan lambung
dapat meningkatkan resiko aspirasi di
bawah pengaruh sedasi atau GA
Pembedahan darurat, nyeri, hiatus
hernia, refluks gastroesofageal, obesitas,
kehamilan (T2 dan T3), neuropati
diabetik autonomik, dan patologi
obstruktif lambung, opioid, konsumsi
alkohol, cannabinoids
Pada pasien dengan Diabetes Mellitus,
kadar gula darah sebaiknya diperiksa
dan pembedahan dijadwalkan lebih awal
.
19. FORMULIR DAN DAFTAR PERSETUJUAN
Waktu proses
persetujuan,
kehadiran
orang
pendukung
atau tenaga
kesehatan
Sebaiknya
dicatat pada
rekam medis
pasien
Kertas
persetujuan
atau informasi
yang telah
disiapkantidak
menggantikan
informed
consent
Daftar
checklist
pembedahan
preoperatif
World Health
Organisation
20. PENYIMPANAN CATATAN
Komponen anestetik Aspek pembedahan
Bermanfaat untuk
memfasilitasi
penilaian perioperatif
dan dapat
memudahkan
penelitian serta audit
klinis.
21. KALIMAT BIJAKSANA
Penilaian perioperatif sebaiknya
diselesaikan dalam 3 bulan oleh
perawat yang terlatih dengan
anjuran ahli anestesi.
Pasien harus dijelaskan tentang
tipe pembedahan dan diedukasi
mengenai pilihan teknik anestesi
selama penilaian preoperatif.
Investigasi preoperatif rutin tidak
direkomendasikan kecuali
merupakan indikasi
Instruksi berpuasa dan medikasi
sebaiknya berdasarkan pasien,
pembedahan, dan jenis anestesi
Sebagian besar pembedahan
mata dilakukan di bawah RA
dengan sedasi ringan hingga
moderat dan GA kadang-kadang
diperlukan.
Penilaian medis preoperatif dan
langkah yang diambil serta
komunikasi dengan ahli bedah,
ahli anestesi, dan pasien
sebaiknya dicatat dan
ditindaklanjuti secara cermat.
Kondisi pasien sebaiknya dinilai
ulang sebelum masuk ke ruang
operasi untuk memastikan
seluruh persetujuan telah
ditandatangani dan tidak ada
perubahan kondisi klinis pasien.
Editor's Notes
RA di sini termasuk anestesi topikal
Dari 375.00 kasus katarak RA, terdapat 9 kasus komplikasi sistemik yang mengancam pengelihatan dan 4 kasus yang mengancam jiwa.
Pedoman Society of Ambulatory Anesthesia (SAMBA) menyarankan bahwa penilaian pra operasi harus mencakup meninjau obat-obatan pasien, pengendalian diabetes jangka panjang (HbA1c), riwayat hipoglikemik dan Riwayat masuk rumah sakit.
Pasien dengan epilepsi dan tremor mungkin perlu dilakukan operasi dengan anestesi umum. Epilepsi harus dikontrol dengan baik sebelum pembedahan. Tremor yang tidak terkontrol dan parah yang tidak diatasi dengan sedasi akan mengganggu prosedur pembedahan.
Pasien dengan alat pacu jantung dan defibrilator kardioverter implan harus diperiksa terlebih dahulu. Fungsi alat pacu jantung mereka harus diselidiki untuk memastikan bahwa itu berfungsi dengan baik. Diskusi dengan tim perioperatif dan tim kardiologi juga harus dilakukan untuk menentukan apakah pembedahan akan membutuhkan instrumen dengan elektromagnet yang dapat mengganggu fungsi pacu jantung atau defibrilator kardioverter implan. Keputusan harus dibuat tentang apakah perangkat perlu dinonaktifkan atau diprogram ulang selama operasi.
Berikut ditampilkan beberapa pemeriksaan darah yang rutin diperiksa pada pasien yang menjalani operasi mata
Dalam operasi katarak di lakukan dengan RA (sub-Tenon atau blok jarum) antiplatelet atau antikoagulan biasanya dapat dilanjutkan, setelah memastikan bahwa INR tidak terlalu abnormal.
Namun, pada pembedahan yang kompleks, seperti pada korneal/konjungtival, glaukoma, pembedahan vitreoretinal yang kompleks, dan pembedahan okuloplastik yang kompleks mempunyai peningkatan resiko komplikasi akibat perdarahan. Agen antiplatelet (khususnya terapi dual antiplatelet) dan antikoagulan mungkin perlu dihentikan dengan normalisasi INR untuk warfarin.
Resiko tromboemboli harus dinilai dengan skor CHADS2 atau skor CHA2DS2-Vasc. Douketis dkk menilai dan merekomendasikan manajemen perioperatif terapi antitrombotik. Menurut resiko penghentian medikasi antitrombotik, terdapat pasien tertentu yang menjalani terapi bridging dengan heparin sementara warfarin dihentikan.
Waktu proses persetujuan, kehadiran orang pendukung atau tenaga kesehatan merupakan hal yang penting untuk memastikan hal ini
Persetujuan mencakup informasi yang cukup untuk memastikan persetujuan penuh telah didapat dan diskusi sebaiknya dicatat pada rekam medis pasien
Kertas persetujuan atau informasi yang telah disiapkan tidak menggantikan informed consent
Daftar checklist pembedahan preoperatif World Health Organisation atau daftar checklist yang telah diadaptasi setempat dapat digunakan untuk tujuan ini.
Komponen anestetik (penilaian preoperatif, persetujuan anestesi, rincian anestesi yang diberikan, hasil akhir anestesi, pemantauan dan grafik tanda-tanda vital, komplikasi (jika ada) dan kejadian buruk (jika ada) terjadi)
Aspek pembedahan (persetujuan pembedahan, daftar coret keamanan pembedahan WHO, lokasi pembedahan, deskripsi prosedur, komplikasi pembedahan apapun, dan pengukuran pengendalian infeksi)
Penyimpanan catatan akan bermanfaat untuk memfasilitasi penilaian perioperatif ketika pasien membutuhkan pembedahan mata yang kedua atau berulang dan dapat memudahkan penelitian serta audit klinis