SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1.Latar Belakang 
Perusahaan berskala besar dan sedang dalam kurun waktu dua dasawarsa terus bertambah. Hal 
ini disebabkan adanya kebijakan pemerintah dalam meningkatkan ekonomi negara yang lebih 
terpusat pada sektor industri. Peningkatan sektor ini lebih pada pengolahan bahan yang memerlukan 
teknik produksi yang tinggi, investasi yang besar dengan jumlah bahan baku yang sebagian besar 
didatangkan dari luar negeri. 
Menurut Krisdiana (2005), sekitar 93 % pengrajin tempe menyukai kedelai berbiji besar 
(kedelai impor) karena menghasilkan tempe yang warnanya cerah dan volumenya besar. 
Sedangkan industri tahu, ukuran biji tidak menjadi masalah asalkan tersedia di 
pasaran.Jenis/varietas kedelai dan teknik pengolahan merupakan factor penentu rendemen dan 
teksturnya. Hasil penelitian Antarlina et al. (2002) yang menggunakan 12 jenis varietas unggul 
kedelai dan varietas impor bobot 100 biji menunjukkan, kadar protein biji berhubungan positif 
dengan bobot tahu. Bobot tahu dari 12 varietas unggul tersebut lebih tinggi dan teksturnya lebih 
keras dibanding kedelai impor. 
1.2.ldentifikasi Masalah 
Meskipun telah menerapkan Pengendalian Mutu Terpadu dan Tahu sekarang sangat di 
gemari oleh semua kalangan. 
Persaingan terjadi pada berbagai faktor, mulai dari harga sampai kualitas. Jika produksi 
banyak mengalami kesalahan maka akan terdapat banyak barang yang terbuang, walaupun barang 
tersebut dapat diperbaiki tetapi harga yang ditawarkan menjadi lebih rendah, sehingga biaya 
produksi menjadi lebih mahal. 
1.3.Rurnusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka dirumuskan beberapa masalah yaitu 
(a) faktor apa yang menyebabkan kesalahan yang terjadi selama ini ? 
(b) bagaimana mengurangi produk cacat yang terjadi ?
2 
1.4.Tujuan Analisis 
Tujuan penulisan analisis ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang ada yaitu : 
(1) mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor terjadinya produk cacat di perusahaan. 
(2) memberikan alternatif bagi perusahaan untuk mengurangi produk cacat. 
1.5.Manfaat Analisis 
Manfaat Analisis ini bagi perusahaan adalah sebagai bahan pertimbangan dalam membuat 
kebijakan peningkatan kualitas dan bagi penulis sebagi ajang untuk mengaplikasikan teori yang 
didapat selama masa kuliah. 
1.6.Ruang Lingkup Analisis 
Analisis ini dilakukan dengan berfokus pada pengendalian mutu, khususnya di proses produksi, 
sedangkan perhitungan biaya mutu tidak dilakukan. Hasil dari analisis ini hanya merupakan 
alternatif perbaikan sistem pengendalian mutu, sedangkan implementasinya diserahkan sepenuhnya 
pada pihak manajemen perusahaan.
3 
BAB II 
PEMBAHASAN 
Tahu adalah kedelai yang diproses dengan menghancurkan biji kedelai dalam air dingin atau 
panas. Tahap pengolahannya meliputi pembersihan, perendaman, penghancuran, pengeringan, 
pemanasan, serta penambahan rasa dan aroma. Tahu merupakan menu penting serta aman dikonsumsi 
oleh semua golongan umur sebagai sumber protein yang relatif murah harganya.Kalangan industri tahu 
(pengrajin) cenderung memiliki kedelai impor sebagai bahan baku dibanding kedelai nasional karena 
pasokan bahan bakunya terjamin. Kedelai yang dijual dipasaran umum kedelai lokal dan kedelai impor. 
Kedelai lokal ukuran bijinya lebih kecil dibandingkan kedelai impor. 
Fakta di atas memberikan gambaran bahwa ukuran biji keduabelas varietas tidak berpengaruh 
terhadap rendemen dan tekstur tahu. Itulah sebabnya industri tahu tidak begitu mempermasalahkan 
ukuran biji dibanding untuk tempe yang menghendaki biji kedelai berukuran besar. Di samping itu, 
warna tahu dari biji kedelai varietas unggul juga lebih cerah dibanding tahu dari biji kedelai impor. 
Warna biji kedelai impor relatif lebih kusam akibat lamanya penyimpanan sebelum dipasarkan di 
Indonesia, sementara varietas unggul tersebut langsung diolah setelah panen dan dikeringkan. 
Fonomena meningkatnya rendemen tahu seiring dengan meningkatnya kadar protein biji kedelai. 
Hasil penelitian Soejadi dan Mudjisihono (1995) menunjukkan, tidak terdapat hubungan positif 
antara protein biji dan rendemen tahu pada pengamatan 22 var ietas kedelai. Hal ini menunjukkan 
bahwa kadar protein biji bukan merupakan satu-satunya faktor penentu rendemen tahu. Di Kota 
Jombang, Industri tahu didominasi oleh unit-unit usaha yang tergolong industri rumah tangga dan kecil 
dan saat ini lebih banyak menggunakan bahan baku kedelai impor serta produk tahu memiliki pasar 
potensial. Mengingat industri tahu pada umumnya dilakukan pada berbagai skala usaha dan memiliki 
karakteristik dan struktur biaya yang berbeda yang pada gilirannya akan mempengaruhi terhadap 
keuntungan. Berdasarkan pemikiran di atas tulisan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran skala 
usaha dan keuntungan industri tahu.
4 
BAB III 
METODE PENELITIAN 
Lokasi dan Data Penelitian ini dilaksanakan di Kota Jombang dengan metode survei. Kota 
Jombang tersebut dipilih karena merupakan daerah penyebaran indusri pengolahan pangan, khususnya 
industri tahu, yang diharapkan sebagai titik tolak pengembangan industri tersebut di masa mendatang. 
Berdasarkan penyebaran data, Jumlah produsen industri tahu di kota Jombang sebanyak 12 unit. Teknik 
pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling yaitu sebaran data jumlah bahan baku 
kedele yang diolah industri tahu dikelompokkan atas tiga golongan skala usaha, yaitu 
(a) skala kecil, yang mengolah bahan baku kedelai di bawah atau sama dengan 250 kg per hari, 
(b) skala menengah, yang mengolah bahan baku antara 251 sampai dengan 350 kg per hari, dan 
(c) skala besar, yang mengolah bahan baku kedelai di atas 350 kg per hari. Setiap kelompok 
diambil sampel sebanyak 50 % dari jumlah populasi yang dipilih secara random sampling. 
Untuk mengetahui kualitas dan pasokan bahan baku kedelai yang diinginkan produsen industri 
tahu diambil sampel pedagang/suplier kedelai sebagai sumber informasi, yaitu 2 orang 
pedagang kedelai, 2 orang suplier kedelai, dan 2 orang pedagang pengecer kedelai di dalam dan 
luar pasar kota Jombang. Data primer dikumpulkan langsung dari produsen industri tahu dan 
pedagang/suplier kedelai yang terpilih sebagai sampel melalui wawancara dengan menggunakan 
kuesioner. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari lembaga- lembaga terkait dengan 
penelitian ini. 
 Model Analisis 
Model analisis yang digunakan adalah analisis deskripsi dan kuantitatif. Metode deskripsi 
digunakan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh produsen industri tahu berdasarkan skala 
usaha kecil, sedang, dan besar. Sedangkan analisis kuantitatif adalah data yang diperolah disusun secara 
tabulasi, kemudian dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk melihat jumlah 
bahan baku kedelai yang diolah produsen industri tempe. 
 HASIL DAN PEMBAHASAN 
1. Karakteristik Industri Tahu 
Pada Industri tahu karakteristik produsen secara implisit terkait dengan jumlah kedelai 
yang diolah per hari. Karakteristik industri tahu berbeda dari segi skala usaha, tenaga kerja,
tingkat pendidikan, dan fasilitas yang dimiliki, sedangkan jumlah anggota keluarga juga relatif 
berbeda , rata-rata jumlah kedelai yang diolah per hari pada kelompok industri tahu skala kecil, 
sedang dan besar masing-masingsebesar 240 kg, 340 kg, dan 475 kg. Biro Pusat Statistik 
(2002) telah menetapkan kriteria pengelompokan perusahaan berdasarkan pada jumlah 
penggunaan tenaga kerja sebagai berikut : 
(a) industri rumah tangga, dengan jumlah pekerja 5 sampai 19 orang; 
(b) industri sedang, dengan jumlah pekerja 20 sampai 19 orang; dan 
(c) industri besar, dengan jumlah pekerja 100 orang atau lebih. Menggunakan kriteria tersebut, 
unit industri tahu di kota Jombang tergolong industri rumah tangga. Unit industri tahu 
tersebut didominasi oleh usaha yang tergolong industri rumah tangga dan kecil. 
Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada industri tahu skala kecil, sedang, masing-masing 
sebanyak 4, 5 dan 8 orang. Karena industri tahu tergolong industri rumah tangga, maka industri tahu 
skala usaha kecil kecenderungan menggunakan tenaga kerja dalam ke luarga. Sedangkan pada industri 
tahu skala usaha sedang dan besar kecenderungan menggunakan tenaga kerja luar keluarga khususnya 
pada bagian pemprosesan. Rata rata-rata umur industri tahu tersebut 2 sampai 20 tahun. industri tahu 
sebagian besar tidak memiliki fasilitas ruang khusus pengolahan dengan alat modern. Tingkat 
pendidikan produsen industri tahu skala kecil berkualifikasi tamat SMP dan SMA, skala sedang dan 
skala besar berkualifikasi tamat SMA. 
5 
2. Sumber Bahan Baku 
Dalam kaitannya dengan industri tahu, sumber bahan baku kedelai merupakan salah satu 
faktor penting dari tiga faktor penting lainnya, seperti kuantitas, kualitas dan kontinuitas. 
Cara memperoleh bahan baku kedelai oleh industri tahu dengan membeli di pasar bebas. 
Transaksi pembelian dilakukan secara langsung antara produsen industri tahu dengan 
pedagang/pemasok kedelai di pasar. Semua responden (100%) industri tahu berskala kecil memperoleh 
bahan baku dengan membeli di pasar terdekat. Sedangkan industri tahu berskala sedang dan besar 
membeli kedelai sebagian di pasar terdekat dan sebagian lainnya dibeli lewatsuplier/pemasok kedelai, 
yang semuanya berada di satu kota atau luar kota Jombang. 
Umumnya semua responden (100 %) produsen industri tahu menggunakan kedelai impor. 
Harga biji kedelai rata-rata mencapai Rp 5.800 – 6.000 per kg dan frekuensi industri tempe 
berproduksi tiap hari atau 7 kali dalam seminggu. Perubahan harga beli bahan baku kedelai impor di
tingkat pedagang dipengaruhi oleh gejolak harga kedelai di pasar internasional. Hal ini memberi 
indikasi bahwa perubahan harga 
kedelai di pasar internasional berpengaruh terhadap industri tahu. 
6 
3. Ketersediaan Bahan Baku 
Ketersediaan bahan baku kedelai, jelas sangat penting dalam kaitannya dengan 
kelancaran produksi tahu. Pemenuhan kebutuhan bahan baku kedelai dengan membeli di pasar 
bebas oleh produsen industri tahu. Dengan demikian, pemanfaatan kapasitas industri tahu secara 
penuh tergantung kepada ketersediaan bahan baku. Dari Tabel tersebut dapat dilihat, industri 
tahu di kota Jombang semua produsen menggunakan bahan baku kedelai impor. Semua 
responden (100 %) mengatakan ketersediaan bahan baku kedelai saat ini belum pernah 
mengalami kesulitan baik setiap bulan maupun pada hari raya/hari-hari besar. Proses produksi 
tahu pada skala usaha kecil, sedang dan skala besar secara teknis tidak pernah mengalami 
kesulitan. 
Pembuatan tahu dalam 1 kg kedelai menjadi 2,0 – 2,2 kg tahu. Sasaran produk yang 
dihasilkan dari industri tahu skala usaha tersebut umumnya dijual ke pasar terdekat. Namun, ada juga 
dijual di rumah, dibawa keliling dan berhenti di pasar atau dijual keliling dan di pasar. 
4. Pemasaran Produk Tahu 
Pola saluran pemasaran produk tahu di Kota Jombang dapat dilihat pada Gambar 1. Dari 
Gambar tersebut dapat diperhatikan dua saluran pemasaran, yaitu 
(a) produsen tahu – konsumen akhir, dan 
(b) produsen tahu – pedagang perantara/ pengecer – konsumen akhir. Produsen tahu yang 
memiliki saluran pemasaran pertama, umumnya menjajakan produk tahu secara berkeliling 
dengan menggunakan beca honda. Bagi yang memiliki saluran pemasaran kedua, produsen 
tahu bersangkutan dapat memiliki atau tidak kios di pasar, dan umumnya tergolong 
produsen tahu skala sedang dan besar. Pada saluran pemasaran kedua, pedagang perantara 
dapat mengambil atau membeli produk tahu di tempat tinggal produsen atau di kios tempat 
produsen bersangkutan berjualan setiap hari. Perlu diungkapkan bahwa dalam pemasaran 
produk tahu, umumnya produsen melakukan diversivikasi ukuran, dan proporsi masing-masing 
ukuran disesuaikan dengan selera golongan pembeli yang dihadapi Gambar 1. 
Saluran Pemasaran Produk Tahu di Kota Jombang. Produsen tahu skala kecil, sedang dan 
besar proporsi terbesar golongan pembeli yang dihadapi adalah pedagang perantara.
Pemasaran produk tahu dengan lebih mengandalkan golongan pembeli, yaitu pedagang 
perantara, secara tidak Pedagang perantara/Pengecer Konsumen Akhir Produsen Tahu 
langsung telah memperluas jangkauan pemasaran produk tahu yang bersangkutan, dan yang 
lebih penting produk tahu yang dipasarkan lebih cepat terjual habis. Konsekuensinya , 
produk tahu membutuhkan waktu pemasaran relatif lebih cepat. Sistem pembayaran dalam 
pemasaran produk tahu umumnya adalah secara tunai, karena sebagian besar produsen tahu 
tergolong ekonomi lemah, maka apabila pembayaran yang dilakukan terutama oleh 
pedagang perantara tertunda jelas akan mengganggu kelancaran produksi tahu. Dalam hal 
pemasaran tahu, produsen tahu umumnya memberikan potongan harga khususnya kepada 
pedagang perantara. Hal ini dimaksukan untuk menjalin hubungan baik antara produsen 
dengan pelanggan, dan disamping itu umumnya pedagang perantara membeli dalam volume 
yang relatif besar. Potongan harga tersebut bisa dilakukan secara langsung dengan harga 
jual lebih rendah dari pada konsumen akhir. Potongan harga tersebut besarnya berkisar 
antara 5 –10 persen dari harga jual kepada konsumen akhir. 
7 
5. Analisis Keuntungan Industri Tahu 
Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya. Struktur biaya dan 
keuntungan menurut kedelai yang diolah pada industri tahu dapat dilihat pada Tabel 4. Dari 
tabel tersebut dapat dilihat bahwa komponen biaya kedelai menduduki porsi paling tinggi, yaitu 
sekitar 74 %. Sedangkan komponen biaya lainnyamenepati porsi sekitar 26 %Ditinjau menurut 
kategori jumlah kedelai yang diolah per bulan, ada kecenderungan industri tahu skala kecil, 
sedang dan besar rata-rata tingkat keuntungan yang mereka peroleh relatif tinggi, yaitu masing-masing 
Rp 13.468.000,-per bulan, Rp 19.088.000,-/bulan dan 27.689.400/bulan. Kelompok 
skala usaha ini dalam jangka panjang terjadi peningkatan modal kerja yang mampu 
memperbesar jumlah kedelai yang diolah per bulan. Tumbuhnya prospek perkembangan 
semacam ini dirasa penting dalam usaha meningkatkan permintaan komoditas kedelai. 
Walaupun nilai nominal tingkat keuntungan per bulan antar kelompok industri tahu skala kecil, 
sedang, dan skala besar ada perbedaan, tetapi ditinjau dari segi tingkat persentase keuntungan 
baik atas biaya tunai maupun biaya total tampak berbeda jauh. Karena pada industri tahu kunci 
untuk memperbesar keuntungan nominal dengan menambah jumlah bahan baku kedelai yang 
diolah per bulan atau dengan memperbesar modal kerja.
8 
BAB IV 
PENUTUP 
Kesimpulan 
a. Komponen biaya kedelai pada skala usaha kecil, sedang dan besar menduduki porsi paling 
tinggi, yaitu rata-rata 74 %. Sedangkan komponen biaya lainnya menepati porsi rata-rata 26 % 
b. Produsen industri tahu skala usaha kecil, sedang dan besar mener ima tingkat keuntungan atas 
biaya total relatif tinggi, yaitu masing-masing sebesar Rp 13.468.000,- per bulan, Rp 
19.088.000,-/bulan dan 27.689.400/bulan. 
Saran-Saran 
a. Mengingat komponen biaya kedelai pada skala usaha kecil, sedang, dan besar menduduki porsi 
paling tinggi yaitu rata-rata 74 % dari jumlah biaya tunai, maka ketidak stabilan suplai sekaligus 
harga kedelai impor di pasar bebas akan berpengaruh besar terhadap nilai nominal tingkat 
keuntungan yang diterima produsen industri tahu. Untuk itu, diperlukan kebijakan pemerintah 
untuk perbaikan kualitas kedelai lokal melalui pengembangan varietas kedelai unggul di sentra-sentra 
produksi dengan memberikan insentif bagi petani. Dengan demikian, kedela i lokal dapat 
digunakan sebagai substitusi kedelai impor dan akan menghemat pemakaian devisa. 
b. Mengingat produsen industri tahu skala kecil, sedang, dan besar menerima tingkat keuntungan 
atas biaya total relatif tinggi, maka dalam jangka panjang produsen tahu tampak lebih memiliki 
prospek untuk berkembang dengan memperluas modal kerja lewat akumulasi tabungan yang 
disisihkan dari keuntungan yang diterima, sekaligus terbukanya peluang memperluas jangkauan 
pemasaran untuk tumbuh menjadi besar. Namun, diperlukan perbaikan kualitas produk dalam 
rangka mendorong terjadinya peningkatan permintaan.
9 
DAFTAR PUSTAKA 
Antarlina, S. S., J.S. Utomo, E. Ginting, and S. Nikuni. 2002. Evaluation of Indonesian 
Soybean Varieties for food Procecing. In A.A. 
Rahmianna and S. Nikkuni (Eds.). Soybean Production and Postharvest Technology for 
Innovation in Indonesia. 
Proceedings of RILET-JIRCAS Workshop on Soybean Research. Malang. 
Badan Pusat Statistik. 2006. Angka Ramalan II Tahun 2006 Produksi Tanaman Pangan, Badan 
Pusat Statistik. Jakarta.. 2002. Perkembangan Usaha Kecil. Jombang. 
Dinas Industri dan Perdagangan. 2009. Laporan Industri Kecil. Kota Jombang. 
Krisdiana, R. 2005. Preferensi Industri Tahu dan Tempe dalam menggunakan bahan baku 
Kedelai di Jawa Timur. 
KinerjaPenelitian Mendukung Agribisnis Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Pusat Penelitian 
dan Pengembangan Tanaman Pangan. 
Setiadi, N. Dan B. Nainggolan. 1988. Kedelai, Potret Komoditas yang terhempas. Kompas, 20 
April 1998. 
Soejadi dan R. Mudjisihono. 1995. Evaluasi Mutu Tahu dan Berbagai Varietas Kedelai. Jurnal 
Ilmu Pertanian

More Related Content

What's hot

Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II
Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab IIStrategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II
Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab IIRandy Chamzah
 
Andrew hidayat 127984-id-kajian-penerapan-produksi-bersih-di-indu
 Andrew hidayat   127984-id-kajian-penerapan-produksi-bersih-di-indu Andrew hidayat   127984-id-kajian-penerapan-produksi-bersih-di-indu
Andrew hidayat 127984-id-kajian-penerapan-produksi-bersih-di-induAndrew Hidayat
 
Its undergraduate-22785-2508100027-chapter1 semen
Its undergraduate-22785-2508100027-chapter1  semenIts undergraduate-22785-2508100027-chapter1  semen
Its undergraduate-22785-2508100027-chapter1 semenkusmira
 
Analisis struktur pasar dan margin beras di kab malang
Analisis struktur pasar dan margin beras di kab malangAnalisis struktur pasar dan margin beras di kab malang
Analisis struktur pasar dan margin beras di kab malangBBPP_Batu
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemenLecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemenUniversity of Brawijaya
 
Analisis Struktur Pasar
Analisis Struktur PasarAnalisis Struktur Pasar
Analisis Struktur PasarBBPP_Batu
 
Pkm k-es-cream-tahu2
Pkm k-es-cream-tahu2Pkm k-es-cream-tahu2
Pkm k-es-cream-tahu2Khoirul Anam
 
Perbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosoh
Perbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosohPerbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosoh
Perbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosohZelika Gita Sari
 

What's hot (13)

Agroindustri
Agroindustri  Agroindustri
Agroindustri
 
Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II
Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab IIStrategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II
Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II
 
Perencanaan usaha
Perencanaan usahaPerencanaan usaha
Perencanaan usaha
 
Andrew hidayat 127984-id-kajian-penerapan-produksi-bersih-di-indu
 Andrew hidayat   127984-id-kajian-penerapan-produksi-bersih-di-indu Andrew hidayat   127984-id-kajian-penerapan-produksi-bersih-di-indu
Andrew hidayat 127984-id-kajian-penerapan-produksi-bersih-di-indu
 
Its undergraduate-22785-2508100027-chapter1 semen
Its undergraduate-22785-2508100027-chapter1  semenIts undergraduate-22785-2508100027-chapter1  semen
Its undergraduate-22785-2508100027-chapter1 semen
 
Analisis struktur pasar dan margin beras di kab malang
Analisis struktur pasar dan margin beras di kab malangAnalisis struktur pasar dan margin beras di kab malang
Analisis struktur pasar dan margin beras di kab malang
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemenLecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
 
Strategi pengembangan ii
Strategi pengembangan  iiStrategi pengembangan  ii
Strategi pengembangan ii
 
Analisis Struktur Pasar
Analisis Struktur PasarAnalisis Struktur Pasar
Analisis Struktur Pasar
 
Kenapa pertanian thailand berjaya
Kenapa pertanian thailand berjayaKenapa pertanian thailand berjaya
Kenapa pertanian thailand berjaya
 
Pkm k-es-cream-tahu2
Pkm k-es-cream-tahu2Pkm k-es-cream-tahu2
Pkm k-es-cream-tahu2
 
Perbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosoh
Perbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosohPerbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosoh
Perbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosoh
 

Similar to Perusahaan berskala

Refrensi ta tortilla gue
Refrensi ta tortilla gueRefrensi ta tortilla gue
Refrensi ta tortilla gueIerVan Booy
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
Artikel ilmiah
Artikel ilmiahArtikel ilmiah
Artikel ilmiahSepti Adi
 
KELOMPOK 3_MANAJEMEN EKSPOR IMPOR ekonomi.docx
KELOMPOK 3_MANAJEMEN EKSPOR IMPOR ekonomi.docxKELOMPOK 3_MANAJEMEN EKSPOR IMPOR ekonomi.docx
KELOMPOK 3_MANAJEMEN EKSPOR IMPOR ekonomi.docxRoroDona
 
Proposal kewirausahaan
Proposal kewirausahaanProposal kewirausahaan
Proposal kewirausahaanDesy Rahmawati
 
Pkl tria rozanda
Pkl tria rozandaPkl tria rozanda
Pkl tria rozandaRizal Fahmi
 
INDUSTRI TAHU di KECAMATAN NANGGALO, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT
INDUSTRI TAHU di KECAMATAN NANGGALO, KOTA PADANG, SUMATERA BARATINDUSTRI TAHU di KECAMATAN NANGGALO, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT
INDUSTRI TAHU di KECAMATAN NANGGALO, KOTA PADANG, SUMATERA BARAToriza steva andra
 
Prospek Jagung & Kedela Kadin (Thomas Dharmawan)
Prospek Jagung & Kedela Kadin (Thomas Dharmawan)Prospek Jagung & Kedela Kadin (Thomas Dharmawan)
Prospek Jagung & Kedela Kadin (Thomas Dharmawan)Bio Perforasi
 
Modal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualanModal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualanrenysukmawani
 
Laporan pengamatan pengetahuan bahan pangan
Laporan pengamatan pengetahuan bahan panganLaporan pengamatan pengetahuan bahan pangan
Laporan pengamatan pengetahuan bahan panganIndex San
 
Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]
Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]
Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]IAARD/Bogor, Indonesia
 
7021 11946-1-sm
7021 11946-1-sm7021 11946-1-sm
7021 11946-1-smRfie Lei
 
Proposal Proyek Septian Prakoso (2312100028)
Proposal Proyek Septian Prakoso (2312100028)Proposal Proyek Septian Prakoso (2312100028)
Proposal Proyek Septian Prakoso (2312100028)Septian Prakoso
 
Sistem informasi pemasaran PT Sido Muncul
Sistem informasi pemasaran PT Sido MunculSistem informasi pemasaran PT Sido Muncul
Sistem informasi pemasaran PT Sido MunculIsah Nurdianah
 
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiLaporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiAGROTEKNOLOGI
 

Similar to Perusahaan berskala (20)

Refrensi ta tortilla gue
Refrensi ta tortilla gueRefrensi ta tortilla gue
Refrensi ta tortilla gue
 
P3283091
P3283091P3283091
P3283091
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
Internship Report
Internship ReportInternship Report
Internship Report
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
Artikel ilmiah
Artikel ilmiahArtikel ilmiah
Artikel ilmiah
 
KELOMPOK 3_MANAJEMEN EKSPOR IMPOR ekonomi.docx
KELOMPOK 3_MANAJEMEN EKSPOR IMPOR ekonomi.docxKELOMPOK 3_MANAJEMEN EKSPOR IMPOR ekonomi.docx
KELOMPOK 3_MANAJEMEN EKSPOR IMPOR ekonomi.docx
 
Proposal kewirausahaan
Proposal kewirausahaanProposal kewirausahaan
Proposal kewirausahaan
 
Pkl tria rozanda
Pkl tria rozandaPkl tria rozanda
Pkl tria rozanda
 
INDUSTRI TAHU di KECAMATAN NANGGALO, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT
INDUSTRI TAHU di KECAMATAN NANGGALO, KOTA PADANG, SUMATERA BARATINDUSTRI TAHU di KECAMATAN NANGGALO, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT
INDUSTRI TAHU di KECAMATAN NANGGALO, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT
 
Prospek Jagung & Kedela Kadin (Thomas Dharmawan)
Prospek Jagung & Kedela Kadin (Thomas Dharmawan)Prospek Jagung & Kedela Kadin (Thomas Dharmawan)
Prospek Jagung & Kedela Kadin (Thomas Dharmawan)
 
Modal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualanModal panjar dan pemilihan penjualan
Modal panjar dan pemilihan penjualan
 
Bab bioteknologi i
Bab  bioteknologi iBab  bioteknologi i
Bab bioteknologi i
 
Observasi tahu
Observasi tahuObservasi tahu
Observasi tahu
 
Laporan pengamatan pengetahuan bahan pangan
Laporan pengamatan pengetahuan bahan panganLaporan pengamatan pengetahuan bahan pangan
Laporan pengamatan pengetahuan bahan pangan
 
Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]
Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]
Analisis rantai pasok kedelai [compatibility mode]
 
7021 11946-1-sm
7021 11946-1-sm7021 11946-1-sm
7021 11946-1-sm
 
Proposal Proyek Septian Prakoso (2312100028)
Proposal Proyek Septian Prakoso (2312100028)Proposal Proyek Septian Prakoso (2312100028)
Proposal Proyek Septian Prakoso (2312100028)
 
Sistem informasi pemasaran PT Sido Muncul
Sistem informasi pemasaran PT Sido MunculSistem informasi pemasaran PT Sido Muncul
Sistem informasi pemasaran PT Sido Muncul
 
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiLaporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnisilhamsumartoputra
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 

Recently uploaded (11)

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 

Perusahaan berskala

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perusahaan berskala besar dan sedang dalam kurun waktu dua dasawarsa terus bertambah. Hal ini disebabkan adanya kebijakan pemerintah dalam meningkatkan ekonomi negara yang lebih terpusat pada sektor industri. Peningkatan sektor ini lebih pada pengolahan bahan yang memerlukan teknik produksi yang tinggi, investasi yang besar dengan jumlah bahan baku yang sebagian besar didatangkan dari luar negeri. Menurut Krisdiana (2005), sekitar 93 % pengrajin tempe menyukai kedelai berbiji besar (kedelai impor) karena menghasilkan tempe yang warnanya cerah dan volumenya besar. Sedangkan industri tahu, ukuran biji tidak menjadi masalah asalkan tersedia di pasaran.Jenis/varietas kedelai dan teknik pengolahan merupakan factor penentu rendemen dan teksturnya. Hasil penelitian Antarlina et al. (2002) yang menggunakan 12 jenis varietas unggul kedelai dan varietas impor bobot 100 biji menunjukkan, kadar protein biji berhubungan positif dengan bobot tahu. Bobot tahu dari 12 varietas unggul tersebut lebih tinggi dan teksturnya lebih keras dibanding kedelai impor. 1.2.ldentifikasi Masalah Meskipun telah menerapkan Pengendalian Mutu Terpadu dan Tahu sekarang sangat di gemari oleh semua kalangan. Persaingan terjadi pada berbagai faktor, mulai dari harga sampai kualitas. Jika produksi banyak mengalami kesalahan maka akan terdapat banyak barang yang terbuang, walaupun barang tersebut dapat diperbaiki tetapi harga yang ditawarkan menjadi lebih rendah, sehingga biaya produksi menjadi lebih mahal. 1.3.Rurnusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka dirumuskan beberapa masalah yaitu (a) faktor apa yang menyebabkan kesalahan yang terjadi selama ini ? (b) bagaimana mengurangi produk cacat yang terjadi ?
  • 2. 2 1.4.Tujuan Analisis Tujuan penulisan analisis ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang ada yaitu : (1) mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor terjadinya produk cacat di perusahaan. (2) memberikan alternatif bagi perusahaan untuk mengurangi produk cacat. 1.5.Manfaat Analisis Manfaat Analisis ini bagi perusahaan adalah sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan peningkatan kualitas dan bagi penulis sebagi ajang untuk mengaplikasikan teori yang didapat selama masa kuliah. 1.6.Ruang Lingkup Analisis Analisis ini dilakukan dengan berfokus pada pengendalian mutu, khususnya di proses produksi, sedangkan perhitungan biaya mutu tidak dilakukan. Hasil dari analisis ini hanya merupakan alternatif perbaikan sistem pengendalian mutu, sedangkan implementasinya diserahkan sepenuhnya pada pihak manajemen perusahaan.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN Tahu adalah kedelai yang diproses dengan menghancurkan biji kedelai dalam air dingin atau panas. Tahap pengolahannya meliputi pembersihan, perendaman, penghancuran, pengeringan, pemanasan, serta penambahan rasa dan aroma. Tahu merupakan menu penting serta aman dikonsumsi oleh semua golongan umur sebagai sumber protein yang relatif murah harganya.Kalangan industri tahu (pengrajin) cenderung memiliki kedelai impor sebagai bahan baku dibanding kedelai nasional karena pasokan bahan bakunya terjamin. Kedelai yang dijual dipasaran umum kedelai lokal dan kedelai impor. Kedelai lokal ukuran bijinya lebih kecil dibandingkan kedelai impor. Fakta di atas memberikan gambaran bahwa ukuran biji keduabelas varietas tidak berpengaruh terhadap rendemen dan tekstur tahu. Itulah sebabnya industri tahu tidak begitu mempermasalahkan ukuran biji dibanding untuk tempe yang menghendaki biji kedelai berukuran besar. Di samping itu, warna tahu dari biji kedelai varietas unggul juga lebih cerah dibanding tahu dari biji kedelai impor. Warna biji kedelai impor relatif lebih kusam akibat lamanya penyimpanan sebelum dipasarkan di Indonesia, sementara varietas unggul tersebut langsung diolah setelah panen dan dikeringkan. Fonomena meningkatnya rendemen tahu seiring dengan meningkatnya kadar protein biji kedelai. Hasil penelitian Soejadi dan Mudjisihono (1995) menunjukkan, tidak terdapat hubungan positif antara protein biji dan rendemen tahu pada pengamatan 22 var ietas kedelai. Hal ini menunjukkan bahwa kadar protein biji bukan merupakan satu-satunya faktor penentu rendemen tahu. Di Kota Jombang, Industri tahu didominasi oleh unit-unit usaha yang tergolong industri rumah tangga dan kecil dan saat ini lebih banyak menggunakan bahan baku kedelai impor serta produk tahu memiliki pasar potensial. Mengingat industri tahu pada umumnya dilakukan pada berbagai skala usaha dan memiliki karakteristik dan struktur biaya yang berbeda yang pada gilirannya akan mempengaruhi terhadap keuntungan. Berdasarkan pemikiran di atas tulisan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran skala usaha dan keuntungan industri tahu.
  • 4. 4 BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Data Penelitian ini dilaksanakan di Kota Jombang dengan metode survei. Kota Jombang tersebut dipilih karena merupakan daerah penyebaran indusri pengolahan pangan, khususnya industri tahu, yang diharapkan sebagai titik tolak pengembangan industri tersebut di masa mendatang. Berdasarkan penyebaran data, Jumlah produsen industri tahu di kota Jombang sebanyak 12 unit. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling yaitu sebaran data jumlah bahan baku kedele yang diolah industri tahu dikelompokkan atas tiga golongan skala usaha, yaitu (a) skala kecil, yang mengolah bahan baku kedelai di bawah atau sama dengan 250 kg per hari, (b) skala menengah, yang mengolah bahan baku antara 251 sampai dengan 350 kg per hari, dan (c) skala besar, yang mengolah bahan baku kedelai di atas 350 kg per hari. Setiap kelompok diambil sampel sebanyak 50 % dari jumlah populasi yang dipilih secara random sampling. Untuk mengetahui kualitas dan pasokan bahan baku kedelai yang diinginkan produsen industri tahu diambil sampel pedagang/suplier kedelai sebagai sumber informasi, yaitu 2 orang pedagang kedelai, 2 orang suplier kedelai, dan 2 orang pedagang pengecer kedelai di dalam dan luar pasar kota Jombang. Data primer dikumpulkan langsung dari produsen industri tahu dan pedagang/suplier kedelai yang terpilih sebagai sampel melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari lembaga- lembaga terkait dengan penelitian ini.  Model Analisis Model analisis yang digunakan adalah analisis deskripsi dan kuantitatif. Metode deskripsi digunakan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh produsen industri tahu berdasarkan skala usaha kecil, sedang, dan besar. Sedangkan analisis kuantitatif adalah data yang diperolah disusun secara tabulasi, kemudian dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk melihat jumlah bahan baku kedelai yang diolah produsen industri tempe.  HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Industri Tahu Pada Industri tahu karakteristik produsen secara implisit terkait dengan jumlah kedelai yang diolah per hari. Karakteristik industri tahu berbeda dari segi skala usaha, tenaga kerja,
  • 5. tingkat pendidikan, dan fasilitas yang dimiliki, sedangkan jumlah anggota keluarga juga relatif berbeda , rata-rata jumlah kedelai yang diolah per hari pada kelompok industri tahu skala kecil, sedang dan besar masing-masingsebesar 240 kg, 340 kg, dan 475 kg. Biro Pusat Statistik (2002) telah menetapkan kriteria pengelompokan perusahaan berdasarkan pada jumlah penggunaan tenaga kerja sebagai berikut : (a) industri rumah tangga, dengan jumlah pekerja 5 sampai 19 orang; (b) industri sedang, dengan jumlah pekerja 20 sampai 19 orang; dan (c) industri besar, dengan jumlah pekerja 100 orang atau lebih. Menggunakan kriteria tersebut, unit industri tahu di kota Jombang tergolong industri rumah tangga. Unit industri tahu tersebut didominasi oleh usaha yang tergolong industri rumah tangga dan kecil. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada industri tahu skala kecil, sedang, masing-masing sebanyak 4, 5 dan 8 orang. Karena industri tahu tergolong industri rumah tangga, maka industri tahu skala usaha kecil kecenderungan menggunakan tenaga kerja dalam ke luarga. Sedangkan pada industri tahu skala usaha sedang dan besar kecenderungan menggunakan tenaga kerja luar keluarga khususnya pada bagian pemprosesan. Rata rata-rata umur industri tahu tersebut 2 sampai 20 tahun. industri tahu sebagian besar tidak memiliki fasilitas ruang khusus pengolahan dengan alat modern. Tingkat pendidikan produsen industri tahu skala kecil berkualifikasi tamat SMP dan SMA, skala sedang dan skala besar berkualifikasi tamat SMA. 5 2. Sumber Bahan Baku Dalam kaitannya dengan industri tahu, sumber bahan baku kedelai merupakan salah satu faktor penting dari tiga faktor penting lainnya, seperti kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Cara memperoleh bahan baku kedelai oleh industri tahu dengan membeli di pasar bebas. Transaksi pembelian dilakukan secara langsung antara produsen industri tahu dengan pedagang/pemasok kedelai di pasar. Semua responden (100%) industri tahu berskala kecil memperoleh bahan baku dengan membeli di pasar terdekat. Sedangkan industri tahu berskala sedang dan besar membeli kedelai sebagian di pasar terdekat dan sebagian lainnya dibeli lewatsuplier/pemasok kedelai, yang semuanya berada di satu kota atau luar kota Jombang. Umumnya semua responden (100 %) produsen industri tahu menggunakan kedelai impor. Harga biji kedelai rata-rata mencapai Rp 5.800 – 6.000 per kg dan frekuensi industri tempe berproduksi tiap hari atau 7 kali dalam seminggu. Perubahan harga beli bahan baku kedelai impor di
  • 6. tingkat pedagang dipengaruhi oleh gejolak harga kedelai di pasar internasional. Hal ini memberi indikasi bahwa perubahan harga kedelai di pasar internasional berpengaruh terhadap industri tahu. 6 3. Ketersediaan Bahan Baku Ketersediaan bahan baku kedelai, jelas sangat penting dalam kaitannya dengan kelancaran produksi tahu. Pemenuhan kebutuhan bahan baku kedelai dengan membeli di pasar bebas oleh produsen industri tahu. Dengan demikian, pemanfaatan kapasitas industri tahu secara penuh tergantung kepada ketersediaan bahan baku. Dari Tabel tersebut dapat dilihat, industri tahu di kota Jombang semua produsen menggunakan bahan baku kedelai impor. Semua responden (100 %) mengatakan ketersediaan bahan baku kedelai saat ini belum pernah mengalami kesulitan baik setiap bulan maupun pada hari raya/hari-hari besar. Proses produksi tahu pada skala usaha kecil, sedang dan skala besar secara teknis tidak pernah mengalami kesulitan. Pembuatan tahu dalam 1 kg kedelai menjadi 2,0 – 2,2 kg tahu. Sasaran produk yang dihasilkan dari industri tahu skala usaha tersebut umumnya dijual ke pasar terdekat. Namun, ada juga dijual di rumah, dibawa keliling dan berhenti di pasar atau dijual keliling dan di pasar. 4. Pemasaran Produk Tahu Pola saluran pemasaran produk tahu di Kota Jombang dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar tersebut dapat diperhatikan dua saluran pemasaran, yaitu (a) produsen tahu – konsumen akhir, dan (b) produsen tahu – pedagang perantara/ pengecer – konsumen akhir. Produsen tahu yang memiliki saluran pemasaran pertama, umumnya menjajakan produk tahu secara berkeliling dengan menggunakan beca honda. Bagi yang memiliki saluran pemasaran kedua, produsen tahu bersangkutan dapat memiliki atau tidak kios di pasar, dan umumnya tergolong produsen tahu skala sedang dan besar. Pada saluran pemasaran kedua, pedagang perantara dapat mengambil atau membeli produk tahu di tempat tinggal produsen atau di kios tempat produsen bersangkutan berjualan setiap hari. Perlu diungkapkan bahwa dalam pemasaran produk tahu, umumnya produsen melakukan diversivikasi ukuran, dan proporsi masing-masing ukuran disesuaikan dengan selera golongan pembeli yang dihadapi Gambar 1. Saluran Pemasaran Produk Tahu di Kota Jombang. Produsen tahu skala kecil, sedang dan besar proporsi terbesar golongan pembeli yang dihadapi adalah pedagang perantara.
  • 7. Pemasaran produk tahu dengan lebih mengandalkan golongan pembeli, yaitu pedagang perantara, secara tidak Pedagang perantara/Pengecer Konsumen Akhir Produsen Tahu langsung telah memperluas jangkauan pemasaran produk tahu yang bersangkutan, dan yang lebih penting produk tahu yang dipasarkan lebih cepat terjual habis. Konsekuensinya , produk tahu membutuhkan waktu pemasaran relatif lebih cepat. Sistem pembayaran dalam pemasaran produk tahu umumnya adalah secara tunai, karena sebagian besar produsen tahu tergolong ekonomi lemah, maka apabila pembayaran yang dilakukan terutama oleh pedagang perantara tertunda jelas akan mengganggu kelancaran produksi tahu. Dalam hal pemasaran tahu, produsen tahu umumnya memberikan potongan harga khususnya kepada pedagang perantara. Hal ini dimaksukan untuk menjalin hubungan baik antara produsen dengan pelanggan, dan disamping itu umumnya pedagang perantara membeli dalam volume yang relatif besar. Potongan harga tersebut bisa dilakukan secara langsung dengan harga jual lebih rendah dari pada konsumen akhir. Potongan harga tersebut besarnya berkisar antara 5 –10 persen dari harga jual kepada konsumen akhir. 7 5. Analisis Keuntungan Industri Tahu Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya. Struktur biaya dan keuntungan menurut kedelai yang diolah pada industri tahu dapat dilihat pada Tabel 4. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa komponen biaya kedelai menduduki porsi paling tinggi, yaitu sekitar 74 %. Sedangkan komponen biaya lainnyamenepati porsi sekitar 26 %Ditinjau menurut kategori jumlah kedelai yang diolah per bulan, ada kecenderungan industri tahu skala kecil, sedang dan besar rata-rata tingkat keuntungan yang mereka peroleh relatif tinggi, yaitu masing-masing Rp 13.468.000,-per bulan, Rp 19.088.000,-/bulan dan 27.689.400/bulan. Kelompok skala usaha ini dalam jangka panjang terjadi peningkatan modal kerja yang mampu memperbesar jumlah kedelai yang diolah per bulan. Tumbuhnya prospek perkembangan semacam ini dirasa penting dalam usaha meningkatkan permintaan komoditas kedelai. Walaupun nilai nominal tingkat keuntungan per bulan antar kelompok industri tahu skala kecil, sedang, dan skala besar ada perbedaan, tetapi ditinjau dari segi tingkat persentase keuntungan baik atas biaya tunai maupun biaya total tampak berbeda jauh. Karena pada industri tahu kunci untuk memperbesar keuntungan nominal dengan menambah jumlah bahan baku kedelai yang diolah per bulan atau dengan memperbesar modal kerja.
  • 8. 8 BAB IV PENUTUP Kesimpulan a. Komponen biaya kedelai pada skala usaha kecil, sedang dan besar menduduki porsi paling tinggi, yaitu rata-rata 74 %. Sedangkan komponen biaya lainnya menepati porsi rata-rata 26 % b. Produsen industri tahu skala usaha kecil, sedang dan besar mener ima tingkat keuntungan atas biaya total relatif tinggi, yaitu masing-masing sebesar Rp 13.468.000,- per bulan, Rp 19.088.000,-/bulan dan 27.689.400/bulan. Saran-Saran a. Mengingat komponen biaya kedelai pada skala usaha kecil, sedang, dan besar menduduki porsi paling tinggi yaitu rata-rata 74 % dari jumlah biaya tunai, maka ketidak stabilan suplai sekaligus harga kedelai impor di pasar bebas akan berpengaruh besar terhadap nilai nominal tingkat keuntungan yang diterima produsen industri tahu. Untuk itu, diperlukan kebijakan pemerintah untuk perbaikan kualitas kedelai lokal melalui pengembangan varietas kedelai unggul di sentra-sentra produksi dengan memberikan insentif bagi petani. Dengan demikian, kedela i lokal dapat digunakan sebagai substitusi kedelai impor dan akan menghemat pemakaian devisa. b. Mengingat produsen industri tahu skala kecil, sedang, dan besar menerima tingkat keuntungan atas biaya total relatif tinggi, maka dalam jangka panjang produsen tahu tampak lebih memiliki prospek untuk berkembang dengan memperluas modal kerja lewat akumulasi tabungan yang disisihkan dari keuntungan yang diterima, sekaligus terbukanya peluang memperluas jangkauan pemasaran untuk tumbuh menjadi besar. Namun, diperlukan perbaikan kualitas produk dalam rangka mendorong terjadinya peningkatan permintaan.
  • 9. 9 DAFTAR PUSTAKA Antarlina, S. S., J.S. Utomo, E. Ginting, and S. Nikuni. 2002. Evaluation of Indonesian Soybean Varieties for food Procecing. In A.A. Rahmianna and S. Nikkuni (Eds.). Soybean Production and Postharvest Technology for Innovation in Indonesia. Proceedings of RILET-JIRCAS Workshop on Soybean Research. Malang. Badan Pusat Statistik. 2006. Angka Ramalan II Tahun 2006 Produksi Tanaman Pangan, Badan Pusat Statistik. Jakarta.. 2002. Perkembangan Usaha Kecil. Jombang. Dinas Industri dan Perdagangan. 2009. Laporan Industri Kecil. Kota Jombang. Krisdiana, R. 2005. Preferensi Industri Tahu dan Tempe dalam menggunakan bahan baku Kedelai di Jawa Timur. KinerjaPenelitian Mendukung Agribisnis Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Setiadi, N. Dan B. Nainggolan. 1988. Kedelai, Potret Komoditas yang terhempas. Kompas, 20 April 1998. Soejadi dan R. Mudjisihono. 1995. Evaluasi Mutu Tahu dan Berbagai Varietas Kedelai. Jurnal Ilmu Pertanian