1. Cerita ini menceritakan tentang persahabatan antara Lina dan Rika yang mulai retak akibat perebutan pop corn dan berakhir dengan pertengkaran.
2. Mama Rika mencoba mendamaikan pertengkaran tersebut dengan menasehati bahwa marah akan membuat persahabatan hancur.
3. Cerita ini menggambarkan betapa rapuhnya persahabatan yang dapat hancur karena hal sepele.
1. Persahabatan yang rapuh
Alkisah ada persahabatan yang damai. Persahabatan itu hanya ada dua orang. Namanya Lina dan
Rika. Dua orang itu sangat berbeda, Rika sangat kaya dan sombong. Sedangkan Lina seorang
anak yang sederhana dan baik hati. Pada suatu hari Lina mengajak Rika berenang di pantai.
Sesampainya di pantai dia berganti baju dan berenang. Rika menantang Lina, dia ingin berenang
sampai ke bawah laut dan harus menemukan benda yang berharga. Sesampainya di bawah laut
Lina dan Rika mencari benda itu, Lina di kiri dan Rika di kanan. Rina melihat banyak harta
hingga matanya berkaca-kaca, begini katanya “Aku harus bisa mengalahkan Lina”.
Dia langsung naik ke atas, sementara Lina masih di bawah.
Rika menunggu Lina sampai lama dan dia berteriak, “Lina cepat naik ke atas”.
Lina pun menuruti perintah Rika tetapi dia belum mendapatkan benda satu pun. Sesampainya di
atas Rika pura – pura bertanya seperti ini “Lina mengapa kamu tidak membawa benda
berharga?”
“Kan sudah kamu panggil”, ujar Lina.
“Kalau begitu, aku yang jadi pemenangnya dong”, kata Rika.
”Ya sudah kita pulang saja yuk,” ajak Lina.
“Ayo”.
Sesampainya di rumah Rika, Lina tidur siang sedangkan Rika bermain dengan benda yang
didapatkannya. Pada malamnya Lina dan Rika sedang menonton TV sambil mereka berbicara
banyak hal disertai dengan senda gurau yang membuat persahabatan mereka sungguh indah.
Pada waktu Lina dan Rika sedang asyik berbicara, tiba-tiba mama Rika memberikan pop corn
sambil berkata, “Anak-anak, ini untuk kalian berdua.”
”Iya Ma,” jawab Rika.
“Terima kasih, Tante,” ujar Lina.
Pada saat mama Rika pergi lalu keduanya berebutan pop corn hingga mereka bertengkar dan
lupa akan makna pembicaraan yang baru saja mereka bicarakan. Mereka saling dorong-
mendorong sehingga Rika terjatuh dan menangis. Datang mamanya Rika untuk mendamaikan
pertengkaran mereka.
“Rika, Lina, ayo kalian jangan bertengkar. Bertengkar bisa membuat persahabatan kalian
menjadi hancur serta saling marah. Marah itu teman setan. Kalian tidak mau jadi teman setan,
kan?” mama Rika menasehati keduanya.
2. “Tidak mau, Ma. Tapi Lina yang nakal mendorong saya hingga terjatuh,” Rika berkata sembari
terisak tangis.
“Saya juga tidak mau jadi teman setan, Tante,” Lina turut berbicara.”Saya tidak sengaja
mendorongnya,” tambah Lina seolah bersalah.
“Ya sudah, Mama tidak membela siapa-siapa. Siapa yang mau minta maaf lebih dulu disayang
Tuhan,” kata mama Rika dengan bijaksana.
**Bersambung**
Kisah Seorang Penjual Koran
Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih
diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lengang.
Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Doni.
Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit. “Ambil
berapa Doni?” tanya Bang Karno. “Biasa saja.”jawab Doni. Bang Karno mengambil sejumlah
koran dan majalah yang biasa dibawa Doni untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun
berangkat.
Ia mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya. Begitulah
pekerjaan Doni setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para pelanggannya. Semua itu
dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab.
Ketika Doni sedang mengacu sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda
tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam. Doni jadi gemetaran. Benda apakah
itu? Ia ragu-ragu dan merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom
dimana-mana. Doni khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada akhirnya, ia
mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di dalam bungkusan itu terdapat sebuah kardus.
“Wah, apa isinya ini?’’tanyanya dalam hati. Doni segera membuka bungkusan dengan hati-hati.
Alangkah terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya. “Wah
apa ini?”tanyanya dalam hati. “Milik siapa, ya?” Doni membolak-balik cincin dan kalung yang
ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena ada kartu kredit di dalamnya. “Lho,…ini
kan milik Pak Alif. Kasihan sekali Pak Alif , rupanya ia telah kecurian.”gumamnya dalam hati.
Apa yang diperkirakan Doni itu memamg benar. Rumah Pak Alif telah kemasukan maling tadi
malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah dikumpulkannya
terjatuh. Doni dengan segera memberitahukan Pak Alif. Ia menceritakan apa yang terjadi dan ia
temukan. Betapa senangnya Pak Alif karena perhiasan milik istrinya telah kembali. Ia sangat
3. bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur. Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak
Alif memberikan modal kepada Doni untuk membuka kios di rumahnya. Kini Doni tidak lagi
harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran. Ia cukup menunggu pembeli datang untuk
berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan majalah kepada pelanggannya, Doni
digantikan oleh saudaranya yang kebetulan belum mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari
sebuah kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan kelak.
Gadis Penjaja Tikar
Suasana Kebun Raya Bogor dipenuhi dengan pengunjung. Laki-laki, perempuan, tua maupun
muda semuanya ada disana. Saat itu adalah hari libur panjang sekolah sehingga banyak
pengunjung yang pergi liburan. Mereka ingin menikmati suasana malam dan menghilangkan
kejenuhan.
Seorang anak kecil tiba-tiba datang. Dengan pakaian sederhana, ia menjajakan tikar dari plastik
kepada para pengunjung ke pengunjung lain, ia terus menawarkan tikarnya. “Pak, mau sewa
tikar?”katanya pada Pak Umar. “Berapa harga sewa satu lembar tikarnya?”tanya Pak Umar.
“Lima ribu rupiah, Pak!”jawabnya dengan suara lembut. “Bagaimana kalau Bapak ambil tiga
puluh ribu rupiah?”tanya Pak Umar lagi. Gadis itu diam sejenak. Kemudian ia pun
berkata,”Baiklah kalau begitu. Silahkan pilih, Pak!”
Pak Umar memilih tikar plastik yang akana disewanya. Dalam hati Pak Umar ada rasa tak tega
terhadap gadis itu. Gadis berusia delapan tahun harus bekerja keras untuk mendapatkan uang.
“Kamu sekolah?”tanya Pak Umar. “Sekolah, Pak! Saya kelas empat SD. “jawabnya.”Mengapa
kamu menyewakan tikar plastik ini?”tanya Pak Umar lagi. “Saya harus membantu ibu saya.
“jawab gadis itu. “Kemana ayahmu?”Pak Umar bertanya lagi. “Bapak telah lama meninggal
dunia. Untuk itu, saya harus membantu ibu untuk mencari uang,”jawab gadis itu pelan.
Mendengar cerita gadis tersebut, Pak Umar merasa terharu.
Pak Umar merasa kasihan terhadap anak tersebut. Diambilnya beberapa lembar uang dua puluh
ribuan lalu diberikannya kepada gadis kecil itu. “Pak maaf, saya tidak boleh menerima uang jika
tidak bekerja, “katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Mengapa?”tanya Pak Umar
heran. “Kata ibu, saya boleh menerima uang kalau memamg hasil bekerja. Saya tidak boleh
meminta belas kasihan dari orang. “Mendengar perkataan gadis itu, Pak Umar makin terharu. Ia
tahu kalau ibu gadis kecil itu seorang yang berbudi luhur. “Begini saja, kalau memang harus
bekerja, sekarang bantu Bapak beserta keluarga. Tolong kamu bawakan rantang ini. Kita akan
makan bersama di bawah pohon yang rindang itu!” kata Pak Umar ramah. Pak Umar dan
keluarga menuju ke bawah pohon yang rindang tersebut. Mereka pun menggelar tikar plastik
yang baru saja disewanya. Gadis kecil itu pun diajak untuk makan bersama.
4. UNTUK KAWANKU
(NN)
Aku tau aku salah
Aku tau aku melukai hati mu
Tapi bukan maksut ku seperti itu kawan
Kata-kata maaf slalu aku ucapkan untuk mu
Tapi apalah daya
tak ada gunanya semua itu di benakmu
Aku tak ingin persahabatan ini hancur
Aku ingin kita selalu tetap bersama
Maaf kan aku kawan
Aku sayank kalian
aku tak bisa apa" tanpa kalian
Aku tak bisa berdiri tegak tanpa kalian
Hanya kata" maaf yang bisa aku utarakan
Hanya kata" maaf yang bisa ku berikan
aku rela aku serahkan jiwa raga ku untuk kalian
Demi persahabataan ini aku rela berkorban hanya demi kalian
5. TEMAN SEJATI
(NN)
Seorang teman adalah seseorang
tertawa dan menangis dengan Inspirasi,
Seseorang yang meminjamkan tangan membantu,
meskipun teman-teman mungkin tidak selamanya,
Dan mereka tidak mungkin berakhir bersama-sama,
kenangan persahabatan sejati akan
bertahan selamanya.
Seorang teman bukanlah bayangan atau hamba
Tetapi seseorang yang memegang
sepotong seseorang dalam hatinya.
Seseorang yang berbagi senyum,
Seseorang yang mencerahkan hari Anda
6. MENANGISLAH SOBAT
(Maulida)
Tak bisa ungkap dengan kata apapun
Ini memang sangat membosankan
Ini begitu melelahkan
Bahkan, ini sangat menjengkelkan
Tubuh seakan beku dalam bongkahan es
Membeku tidak tahu kapan akan mencair
Yaa, itu benar sobat
Itu semua seperti sorot lampu panggung tanpa penonton
Menerangi tubuh di dalam kegelapan
Terdiam bisu tanpa senyum dan air mata
Ini sangat menyedihkan.
Namun, ingatlah sobat.
Kau tidak sendiri
Kau tidak berdiri sendiri di kegelapan itu
Teteskanlah air matamu jika hatimu merasa terisak
Berteriaklah sepuasmu jika hatimu memanas
Karena itu lebih baik ku lihat
Dari pada kau terdiam kaku di bawah sorot lampu itu
Bagai seorang tokoh tanpa dialog.
7. SAHABAT TUK SELAMANYA
(Annisa Lala)
Telah lama kau menemani
Langkah kaki disepanjang perjalanan hidupku ini
Kau adalah bagian hidupku
Dan aku menjadi bagian hidupmu
Kau seperti angin di bawah sayapku
Sendiri ku takkan seimbang
Terkadang aku pun bertanya
Apa jadinya bila dirimu tak ada di jiwa & ragaku?
Sahabat.
Jangan kau pergi dariku!
8. TIDAK PERNAH ADA YANG NAMANYA MANTAN SAHABAT
(Nur Syifa)
Sahabat
Kau selalu menemaniku
Di saat aku sedih maupun aku gembira
Kau seperti Matahari yang menyinari bumi
Kau seperti ada di dalam jiwa & ragaku
Oh Sahabat
Aku terpikir bila kita tidak bersama-sama lagi
Jika Tuhan bisa aku ajak bicara
Aku pasti bicara "Ohh Tuhan jika kau ambil nyawa sahabat ku,ambilah juga nyawaku''
Jika diperintahkan untuk memilih pun aku pasti memilih sahabat dari pada seorang kekasih
Sahabat
Aku berharap kita tidak akan berpisah lagi
9. SAHABAT
(NN)
Darimu ku temukan arti sebuah persahabatan
Engkau hadir menemani hari-hari ku
Saat sedih dan bahagia
Lalui hari bersamamu
Ingatlah saat itu sahabat
Aku bercanda tawa bersamamu
Namun apakah kebersamaan ini terus berjalan?
Akankah kita selalu bersama?
Persahabatan saat bersamamu
Akan selalu tersimpan di benakku
Namun kini aku dan dirimu terpisahkan oleh waktu
Janji yang pernah kita ucapkan di masa lalu
Akan terus teringat dalam ingatan ku
Ingatlah sahabat aku selalu mengenangmu
Tentang semua kebersamaan itu
Andai kau tau sahabat harapan ku untuk tetap bersamamu
Namun semuanya telah menjadi kenangan terindah bagi ku sahabat