SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
SEMANGKUK TATAPAN
Tatapan itu, tatapan yang sangat kurindukan. Di saat pertama aku bermain
bersama. Di saat aku makan bersama. Di saat itulah aku sangat mengingat tatapan itu.
Tatapan yang penuh cahaya. Tapi, entah berapa tahun lagi aku akan bertemu
dengannya. Masih terasa sesak dan keinginan yang membelenggu untuk mencarinya.
Akan tetapi, kata “Kemana” terus terngiang dan menari-nari di sekitaran kepalaku.
“Berjalanlah, maka kau akan dapatkan!” Ucap Adi, si penyair ulung yang sampai
hari ini karyanya belum masuk satupun di surat kabar.
“Ini kan udah jalan sih!” Jawabku.
“Bukan berjalan yang seperti ini yang kuharapkan. Daku mengharapkan dikau
mencarinya sobat. Cinta itu perlu dikejar.”
“Sok tua, udah deh, biar aja kayak gitu. Dateng sendirinya tuh”
“Ya sudahlah, yang terpenting daku sudah mengingatkan.

Makanan itu tersaji dengan apik dan unik di meja makan. Aku sudah siap
bersamanya bersantap siang. Lagi-lagi mata itu melelehkanku untuk menyantapnya
dengan kekaguman. Mata itu melambangkan kesederhanaan. Mata itu ibarat permata
sangat indah dan memukau. Harganya sangat mahal dibandingkan permata-permata
yang lainnya. Permata ini hanya satu di dunia. Hanya dia yang memilikinya dan aku
yang menikmatinya. Aku yakin hanya aku yang merasakan keindahan itu. Karena, aku
yakin ini hidup hanya untuknya.
“Itulah kelebihan dikau teman. Terlalu percaya diri itu tidak bagus.” Ucap Adi.
“Kenapa lagi sih, pesimis salah, optimis lebih salah lagi? Yang bener mana ini?”
“Daku hanya menyuruh dikau untuk berjuang akan tetapi, jangan terlalu percaya
diri teman.”
“Plin plan kau, sebentar-sebentar iya, sebentar-bentar enggak. Gak jelas”

Tanah liat itu, sudah kau gulung rapi bersama pernak-perniknya. Telah kusisipkan
sedikit cinta disaat tanak itu kau gulung. Rasanya nikmat berada di sini bermain tanah
bersama. Inilah kesukaanku dan kesukaanmu. Aku dan kamu menyukai kotor dan kita
beranggapan kotor itu baik. Bak iklan, kami melakukan sesuka kami hingga orang tua
pun mejadi penasehat terbaik diantara keceriaan kami. Bukan hanya itu, aku masih ingat
kau menyuruhku untuk menjadi seorang pangeran di istana buatanmu. Istana yang kita
bagun dari butiran pasir dan menaruh sedikit cinta dengan kerjasama kita. Aku ingat
sekali aktivitas disaat kita berdua. Aku, kau sebut pangeran terbaik yang pernah ada di
dunia ini. Aku kau sebut lelaki yang akan menemanimu hingga akhir hayat. Akan tetapi,
itu dulu saat aku menjadi pangeran di istana pasirmu.
“Dikau ini sudah erkena sindromcinta masa lalu. Kenapa tidak dikau cari saja
perempuan lebih cantik daripada dia. Banyak disini perempuan, Lae!”
“Huft..sesuka hatimu aja ya nyebut-nyebut namaku sebentar-bentar, sobat lah,
temanlah, sekarang lae. Udah penyok bola di otak kau itu.”
“Ah,, Serius Lae, kalau begitu daku sudah kena kanker otak itu,lae”
“Kanker otak? Sarap otak iya!” kataku sampbil meninggalkan Adi.

Sepertinya Adi bukan teman yang cocok untuk diajak berdiskusi bersama. Cinta
ini benar-benar ada bersamaku setiap saat. Semakin lama aku merasa dia semakin dekat.
Semakin lama, semakin kurasakan pancaran energi mata yang kurindukan itu.
Sepertinya dia ada disini, di kota Medan ini. Ya, aku sangat yakin. Pertama dan terakhir
kali aku melihatnya disaat aku menjadi warga Jakarta. Aneh ya? Aku merasakan
keanehan itu. Mana mungkin anak Jakarta kuliah di Medan, sedangkan aku anak Medan
asli yang mungkin kuliah di Jakarta. Kalau pun betul kenapa sampai hari ini aku belum
merasakan getaran yang dekat itu.
Dibawah pohon rindang rasanya tempat yang paling menyejukkan di dunia.
Walalupun duduk lesehan dengan penuh debu yang menyertai kebingunganku dan
daun-daun yang menemani kesendirianku. Tempat ini favoritku dan beberapa
mahasiswa yang merasa berkuliah disini. Tak peduli kotor, dengan cara lesehan
dibawah pohon, kita merasa semua sama. Tidak ada yang berbeda, walau kaya, walau
punya martabat yang tinggi, semua terasa sama di bawah pohon rindang ini.
Baru saja merasakaan kesejukkan, aku kembali memikirkannya. Aku kembali
berfantasi dengan pikiranku. Seandainya dia ada disini dan membawa kebahagiaan serta
mata yang kurindukan itu. Aku tahu namanya. Akan tetapi, masih muncul keraguan
untuk mencarinya. Aku tidak yakin dia ada disini. Kalau pun aku bertemu dengannya
ini seperti sebuah mimpi yang terwujuda ataupun dejavu. DEJAVU, benar! Aku
merasakan dan mengatakan yang baru kukatakan ini kepada tulisanku. Apa benar akan
ada keajaiban itu?
“Lae, dikau kemana saja? Kenapa tiba-tiba tidak masuk?” Ucap Adi yang
mengagetkanku.
“Di, di, bisa kagak kau itu gak ngagetin orang?”
“Siapa yang ngagetin dikau? Aku hanya menghampiri dikau. Hanya dikau laeku
yang berduit. Haha..”
“Dasar kau, cowo matre”
“Eh, mang dikau ceweku apa, idih, kagak deh! Haha..” Ucap Adi dengan sedikit
menirukan gaya bencong.
“Mau ngapain rupanya kau?”
“Ayo dulu kawani aku makan lae di kantin”
“Ayolah, aku pun lapar”
“Gitulah!”

Kantin, tempat paling menyesakkan se-Dunia versi Dapot Mahulae. Penuh sesak,
berasap, dan semua bau berkumpul disini. Aku salah satu orang yang membenci rokok.
Makanya aku tidak mempunyai banyak teman. Satu-satunya teman yang kupunya
adalah Adi Maradi Turnip. Kami adalah dua sekawan yang mencoba out of the box.
Orang merokok kami tidak merokok.
Belum ada 15 menit, aku duduk di kantin. Tiba-tiba datang gosip-gosip tidak enak
dari para perempuan yang menganggap dirinya shopaholic, metropolis dan mengerti
akan fashion. Kehadiran seorang wanita yang menurut mereka aneh selalu membawa
suatu trending topic bagi para wanita yang menganggap dirinya sempurna. Baju yang
bermerk dan mengikuti zaman, gadget yang sedang trend, riasan wajah yang tebal, serta
aksesoris bermerk merupakan suatu pembuktian diri kepada orang banyak tentang
bagaimana ia sebenarnya. Wanita yang dapat berpenampilan tersebut termasuk orang
kaya dan dikenal banyak mahasiswa lainnya. Tidak seperti wanita ini yang sedang
hangat dibicarakan oleh mereka. Aku rasa penampilannya sederhana dan biasa saja atau
bahkan memiliki kekurangan. Kasihannya dia harus menjadi pembicaraan mereka.
Usut punya usut ternyata dia wanita yang tidak sempurna, bukan berarti dia cacat
utuh. Dia hanya saja kehilangan sepasang mata demi menyelamatkan adik kecilnya.
Terharu, itu perasaan yang keluar dari hatiku saat ku tahu ia melakukannya demi orang
yang disayanginya. Rasanya ingin bertemu dan menjabat tangannya dan mengatakan
bahwa dia itu sempurna.
“Lae, mau tau tidak siapa nama perempuan yang diceritakan wanita-wanita
rempong ini?” kata Adi kepadaku.
“Ah, tak pala tertarik aku” ucapku.
“Hei, dengar dulu biar dikau tau, wanita ini orang yang kau cari”
“Wanita yang kucari? Ah, ada-ada aja kau”
“Tak percaya kali dikau ini”
“Siapalah?”
“Si Butet br Ginting, itoku itu loh. Yang dikau bilang punya mata yang paling
cantik”
“Tak percaya aku. Becanda aja kau”
“Ehe..”

Apa betul itu dia? Hati ini seperti memberi signal bahwa itu memang dia. Tidak
percaya aku. Kembali pertanyaaan ini datang, apa betul itu dia? Aku harus
membuktikkannya. Mata itu harus ku lihat dengan jelas. Aku harus merasakan getaran
kerinduaan itu ketika melihat matanya. Akan tetapi, apa aku berani menemuinya? Atau
apakah dia mengenali aku nantinya?
Tanpa berpikir panjang aku mencari keberadaannya dan mulai mengincar mata
itu. Mata yang bak perhiasan berharga bagiku dan juga hatiku. Kelas demi kelas, lantai
demi lantai mulai kucari jejak keberadaannya. Aku mulai mengendus getaran-getaran
rindu itu. Aku mulai merasakan guncangan signal mata itu. Entah itu khayalan tapi, aku
mengakui ini sebagai kenyataan. Aku mengakui ini sebagai fakta yang sebentar lagi
akan kudapatkan.
Tepat diujung ruang perpustakaan, kutemui sosok berkursi roda dengan temannya
yang lusuh, sebuah buku. Buku braille yang kini dipakainya bukan buku yang dibumbui
tinta hitam. Ini hanya sebuah kertas dengan tonjolan kata. Aku merasakan signal itu ada
di depanku. Aku mengenalnya. Dia yang membuat aku menutup hati untuk banyak
mata. Dia yang membuatku tiak merindukan signal rindu dari orang lain. Dia yang
membuat semua berbeda dan terasa sempurna.
Aku meliha kesempurnaan itu. Aku mendapat sumber guncangan batin itu. Aku
merasakan sumber signal itu. Dia, yang sedang kupandangi dengan perasaan terharu dan
senang. Aku tahu dia juga merasakan ini. Walau perhiasan yang berharga itu tidak dapat
kulihat. Melihat dia berbahagia saat ini sungguh membuat kesempurnaan dalam
hidupku lengkap. Selain mata ini, senyuman itu pun sangat kukenal. Kutemukan kamu
yang pernah menghuni hatiku. Bahagiaku akan kujaga kau selamanya.
“Halo, namaku Dapot Mahulae”
“Hai, namaku Butet br. Ginting”

THE END

*Prihartini Simbolon, lahir di Jakarta, 15-11-1991. Bertumbuh dan berkembang saat ini
di Medan. Saya sedang duduk di bangku kuliah semester 6 di Universitas Negeri
Medan, juruan Sastra Indonesia. Fb: Bernaddette Prihartini Simbolon.

More Related Content

What's hot

Aku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki lakiAku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki lakionessfee
 
Game is-over
Game is-overGame is-over
Game is-overonessfee
 
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanCerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanIrfan Rosyidin
 
Berdiri diatas impian
Berdiri diatas impianBerdiri diatas impian
Berdiri diatas impianEdis Al Arshy
 
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess Amir Haruna
 
Cerpen d hikayat
Cerpen d hikayatCerpen d hikayat
Cerpen d hikayatAura Net
 
Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...
Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...
Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...deka_13
 
Ketika mas gagah pergi helvy tiana rosa
Ketika mas gagah pergi   helvy tiana rosaKetika mas gagah pergi   helvy tiana rosa
Ketika mas gagah pergi helvy tiana rosatengkiu
 
Bahasa Indonesia - Cerpen
Bahasa Indonesia - CerpenBahasa Indonesia - Cerpen
Bahasa Indonesia - CerpenWahyu Perwira
 
Aduh! jatuh lagi...
Aduh! jatuh lagi...Aduh! jatuh lagi...
Aduh! jatuh lagi...Ah Ling
 

What's hot (20)

Contoh cerpen persahabatan
Contoh cerpen persahabatanContoh cerpen persahabatan
Contoh cerpen persahabatan
 
Post 1
Post 1Post 1
Post 1
 
Aku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki lakiAku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki laki
 
Game is-over
Game is-overGame is-over
Game is-over
 
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanCerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
 
HaPPy16rd
HaPPy16rdHaPPy16rd
HaPPy16rd
 
Berdiri diatas impian
Berdiri diatas impianBerdiri diatas impian
Berdiri diatas impian
 
Kata kata gombal
Kata kata gombalKata kata gombal
Kata kata gombal
 
Cerpen 1 pop
Cerpen 1 popCerpen 1 pop
Cerpen 1 pop
 
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
 
Biarkan Cinta Kami Bersemi
Biarkan Cinta Kami BersemiBiarkan Cinta Kami Bersemi
Biarkan Cinta Kami Bersemi
 
Cerpen d hikayat
Cerpen d hikayatCerpen d hikayat
Cerpen d hikayat
 
Tentang aku
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
 
Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...
Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...
Pesona Air Mata ( Polemik Hidup Antara bahagia dan Kecewa) Karya Atteu Chua, ...
 
Krakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustakaKrakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustaka
 
Ketika mas gagah pergi helvy tiana rosa
Ketika mas gagah pergi   helvy tiana rosaKetika mas gagah pergi   helvy tiana rosa
Ketika mas gagah pergi helvy tiana rosa
 
Kliping cerpen
Kliping cerpenKliping cerpen
Kliping cerpen
 
Bahasa Indonesia - Cerpen
Bahasa Indonesia - CerpenBahasa Indonesia - Cerpen
Bahasa Indonesia - Cerpen
 
Aduh! jatuh lagi...
Aduh! jatuh lagi...Aduh! jatuh lagi...
Aduh! jatuh lagi...
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 

Similar to REUNI

Novel seindah-mawarberduri
Novel seindah-mawarberduriNovel seindah-mawarberduri
Novel seindah-mawarberdurishinju90
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiTito Aloysius
 
Analisis stilistika pada cerpen penglihatan karya mashdar zainal
Analisis stilistika pada cerpen penglihatan karya mashdar zainalAnalisis stilistika pada cerpen penglihatan karya mashdar zainal
Analisis stilistika pada cerpen penglihatan karya mashdar zainalHatijah Khadijah
 
Cinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satuCinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satuRio Soeqer
 
Pudarnya Pesona Cleopatra
Pudarnya Pesona CleopatraPudarnya Pesona Cleopatra
Pudarnya Pesona CleopatraRobby Angryawan
 
Pudarnya pesona cleopatra
Pudarnya pesona cleopatraPudarnya pesona cleopatra
Pudarnya pesona cleopatraIit Suryani
 
Sahabat dari dunia lain
Sahabat dari dunia lainSahabat dari dunia lain
Sahabat dari dunia lainindaheja
 
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataanAku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataanRicky L
 
Mudah datang dan medah pergi
Mudah datang dan medah pergiMudah datang dan medah pergi
Mudah datang dan medah pergiPT. AHLAKUL KARIM
 
Seindah Mawar Berduri
Seindah Mawar BerduriSeindah Mawar Berduri
Seindah Mawar BerduriViolet Virgo
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaGhina Siti Ramadhanty
 
Cinta yang Tersesat.docx
Cinta yang Tersesat.docxCinta yang Tersesat.docx
Cinta yang Tersesat.docxSarif Hidayat
 
Malam terakhir karya yukio mishima
Malam terakhir karya yukio mishimaMalam terakhir karya yukio mishima
Malam terakhir karya yukio mishimaSyamsul Noor
 

Similar to REUNI (20)

Guruji.docx
Guruji.docxGuruji.docx
Guruji.docx
 
Novel seindah-mawarberduri
Novel seindah-mawarberduriNovel seindah-mawarberduri
Novel seindah-mawarberduri
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangi
 
Analisis stilistika pada cerpen penglihatan karya mashdar zainal
Analisis stilistika pada cerpen penglihatan karya mashdar zainalAnalisis stilistika pada cerpen penglihatan karya mashdar zainal
Analisis stilistika pada cerpen penglihatan karya mashdar zainal
 
Karangan cerpen sendiri
Karangan cerpen sendiriKarangan cerpen sendiri
Karangan cerpen sendiri
 
My cerpen "Kotak Buah"
My cerpen "Kotak Buah"My cerpen "Kotak Buah"
My cerpen "Kotak Buah"
 
Cinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satuCinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satu
 
Pudarnya Pesona Cleopatra
Pudarnya Pesona CleopatraPudarnya Pesona Cleopatra
Pudarnya Pesona Cleopatra
 
Pudarnya pesona cleopatra
Pudarnya pesona cleopatraPudarnya pesona cleopatra
Pudarnya pesona cleopatra
 
Sahabat dari dunia lain
Sahabat dari dunia lainSahabat dari dunia lain
Sahabat dari dunia lain
 
08. Imaji Musim Gugur
08. Imaji Musim Gugur08. Imaji Musim Gugur
08. Imaji Musim Gugur
 
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataanAku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
Aku ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Mudah datang dan medah pergi
Mudah datang dan medah pergiMudah datang dan medah pergi
Mudah datang dan medah pergi
 
Hujan pagi (dwicipta)
Hujan pagi (dwicipta)Hujan pagi (dwicipta)
Hujan pagi (dwicipta)
 
Hujan pagi (dwicipta)
Hujan pagi (dwicipta)Hujan pagi (dwicipta)
Hujan pagi (dwicipta)
 
Seindah Mawar Berduri
Seindah Mawar BerduriSeindah Mawar Berduri
Seindah Mawar Berduri
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
Cinta yang Tersesat.docx
Cinta yang Tersesat.docxCinta yang Tersesat.docx
Cinta yang Tersesat.docx
 
Malam terakhir karya yukio mishima
Malam terakhir karya yukio mishimaMalam terakhir karya yukio mishima
Malam terakhir karya yukio mishima
 

REUNI

  • 1. SEMANGKUK TATAPAN Tatapan itu, tatapan yang sangat kurindukan. Di saat pertama aku bermain bersama. Di saat aku makan bersama. Di saat itulah aku sangat mengingat tatapan itu. Tatapan yang penuh cahaya. Tapi, entah berapa tahun lagi aku akan bertemu dengannya. Masih terasa sesak dan keinginan yang membelenggu untuk mencarinya. Akan tetapi, kata “Kemana” terus terngiang dan menari-nari di sekitaran kepalaku. “Berjalanlah, maka kau akan dapatkan!” Ucap Adi, si penyair ulung yang sampai hari ini karyanya belum masuk satupun di surat kabar. “Ini kan udah jalan sih!” Jawabku. “Bukan berjalan yang seperti ini yang kuharapkan. Daku mengharapkan dikau mencarinya sobat. Cinta itu perlu dikejar.” “Sok tua, udah deh, biar aja kayak gitu. Dateng sendirinya tuh” “Ya sudahlah, yang terpenting daku sudah mengingatkan. Makanan itu tersaji dengan apik dan unik di meja makan. Aku sudah siap bersamanya bersantap siang. Lagi-lagi mata itu melelehkanku untuk menyantapnya dengan kekaguman. Mata itu melambangkan kesederhanaan. Mata itu ibarat permata sangat indah dan memukau. Harganya sangat mahal dibandingkan permata-permata yang lainnya. Permata ini hanya satu di dunia. Hanya dia yang memilikinya dan aku yang menikmatinya. Aku yakin hanya aku yang merasakan keindahan itu. Karena, aku yakin ini hidup hanya untuknya. “Itulah kelebihan dikau teman. Terlalu percaya diri itu tidak bagus.” Ucap Adi. “Kenapa lagi sih, pesimis salah, optimis lebih salah lagi? Yang bener mana ini?” “Daku hanya menyuruh dikau untuk berjuang akan tetapi, jangan terlalu percaya diri teman.” “Plin plan kau, sebentar-sebentar iya, sebentar-bentar enggak. Gak jelas” Tanah liat itu, sudah kau gulung rapi bersama pernak-perniknya. Telah kusisipkan sedikit cinta disaat tanak itu kau gulung. Rasanya nikmat berada di sini bermain tanah bersama. Inilah kesukaanku dan kesukaanmu. Aku dan kamu menyukai kotor dan kita beranggapan kotor itu baik. Bak iklan, kami melakukan sesuka kami hingga orang tua
  • 2. pun mejadi penasehat terbaik diantara keceriaan kami. Bukan hanya itu, aku masih ingat kau menyuruhku untuk menjadi seorang pangeran di istana buatanmu. Istana yang kita bagun dari butiran pasir dan menaruh sedikit cinta dengan kerjasama kita. Aku ingat sekali aktivitas disaat kita berdua. Aku, kau sebut pangeran terbaik yang pernah ada di dunia ini. Aku kau sebut lelaki yang akan menemanimu hingga akhir hayat. Akan tetapi, itu dulu saat aku menjadi pangeran di istana pasirmu. “Dikau ini sudah erkena sindromcinta masa lalu. Kenapa tidak dikau cari saja perempuan lebih cantik daripada dia. Banyak disini perempuan, Lae!” “Huft..sesuka hatimu aja ya nyebut-nyebut namaku sebentar-bentar, sobat lah, temanlah, sekarang lae. Udah penyok bola di otak kau itu.” “Ah,, Serius Lae, kalau begitu daku sudah kena kanker otak itu,lae” “Kanker otak? Sarap otak iya!” kataku sampbil meninggalkan Adi. Sepertinya Adi bukan teman yang cocok untuk diajak berdiskusi bersama. Cinta ini benar-benar ada bersamaku setiap saat. Semakin lama aku merasa dia semakin dekat. Semakin lama, semakin kurasakan pancaran energi mata yang kurindukan itu. Sepertinya dia ada disini, di kota Medan ini. Ya, aku sangat yakin. Pertama dan terakhir kali aku melihatnya disaat aku menjadi warga Jakarta. Aneh ya? Aku merasakan keanehan itu. Mana mungkin anak Jakarta kuliah di Medan, sedangkan aku anak Medan asli yang mungkin kuliah di Jakarta. Kalau pun betul kenapa sampai hari ini aku belum merasakan getaran yang dekat itu. Dibawah pohon rindang rasanya tempat yang paling menyejukkan di dunia. Walalupun duduk lesehan dengan penuh debu yang menyertai kebingunganku dan daun-daun yang menemani kesendirianku. Tempat ini favoritku dan beberapa mahasiswa yang merasa berkuliah disini. Tak peduli kotor, dengan cara lesehan dibawah pohon, kita merasa semua sama. Tidak ada yang berbeda, walau kaya, walau punya martabat yang tinggi, semua terasa sama di bawah pohon rindang ini. Baru saja merasakaan kesejukkan, aku kembali memikirkannya. Aku kembali berfantasi dengan pikiranku. Seandainya dia ada disini dan membawa kebahagiaan serta mata yang kurindukan itu. Aku tahu namanya. Akan tetapi, masih muncul keraguan untuk mencarinya. Aku tidak yakin dia ada disini. Kalau pun aku bertemu dengannya ini seperti sebuah mimpi yang terwujuda ataupun dejavu. DEJAVU, benar! Aku
  • 3. merasakan dan mengatakan yang baru kukatakan ini kepada tulisanku. Apa benar akan ada keajaiban itu? “Lae, dikau kemana saja? Kenapa tiba-tiba tidak masuk?” Ucap Adi yang mengagetkanku. “Di, di, bisa kagak kau itu gak ngagetin orang?” “Siapa yang ngagetin dikau? Aku hanya menghampiri dikau. Hanya dikau laeku yang berduit. Haha..” “Dasar kau, cowo matre” “Eh, mang dikau ceweku apa, idih, kagak deh! Haha..” Ucap Adi dengan sedikit menirukan gaya bencong. “Mau ngapain rupanya kau?” “Ayo dulu kawani aku makan lae di kantin” “Ayolah, aku pun lapar” “Gitulah!” Kantin, tempat paling menyesakkan se-Dunia versi Dapot Mahulae. Penuh sesak, berasap, dan semua bau berkumpul disini. Aku salah satu orang yang membenci rokok. Makanya aku tidak mempunyai banyak teman. Satu-satunya teman yang kupunya adalah Adi Maradi Turnip. Kami adalah dua sekawan yang mencoba out of the box. Orang merokok kami tidak merokok. Belum ada 15 menit, aku duduk di kantin. Tiba-tiba datang gosip-gosip tidak enak dari para perempuan yang menganggap dirinya shopaholic, metropolis dan mengerti akan fashion. Kehadiran seorang wanita yang menurut mereka aneh selalu membawa suatu trending topic bagi para wanita yang menganggap dirinya sempurna. Baju yang bermerk dan mengikuti zaman, gadget yang sedang trend, riasan wajah yang tebal, serta aksesoris bermerk merupakan suatu pembuktian diri kepada orang banyak tentang bagaimana ia sebenarnya. Wanita yang dapat berpenampilan tersebut termasuk orang kaya dan dikenal banyak mahasiswa lainnya. Tidak seperti wanita ini yang sedang hangat dibicarakan oleh mereka. Aku rasa penampilannya sederhana dan biasa saja atau bahkan memiliki kekurangan. Kasihannya dia harus menjadi pembicaraan mereka.
  • 4. Usut punya usut ternyata dia wanita yang tidak sempurna, bukan berarti dia cacat utuh. Dia hanya saja kehilangan sepasang mata demi menyelamatkan adik kecilnya. Terharu, itu perasaan yang keluar dari hatiku saat ku tahu ia melakukannya demi orang yang disayanginya. Rasanya ingin bertemu dan menjabat tangannya dan mengatakan bahwa dia itu sempurna. “Lae, mau tau tidak siapa nama perempuan yang diceritakan wanita-wanita rempong ini?” kata Adi kepadaku. “Ah, tak pala tertarik aku” ucapku. “Hei, dengar dulu biar dikau tau, wanita ini orang yang kau cari” “Wanita yang kucari? Ah, ada-ada aja kau” “Tak percaya kali dikau ini” “Siapalah?” “Si Butet br Ginting, itoku itu loh. Yang dikau bilang punya mata yang paling cantik” “Tak percaya aku. Becanda aja kau” “Ehe..” Apa betul itu dia? Hati ini seperti memberi signal bahwa itu memang dia. Tidak percaya aku. Kembali pertanyaaan ini datang, apa betul itu dia? Aku harus membuktikkannya. Mata itu harus ku lihat dengan jelas. Aku harus merasakan getaran kerinduaan itu ketika melihat matanya. Akan tetapi, apa aku berani menemuinya? Atau apakah dia mengenali aku nantinya? Tanpa berpikir panjang aku mencari keberadaannya dan mulai mengincar mata itu. Mata yang bak perhiasan berharga bagiku dan juga hatiku. Kelas demi kelas, lantai demi lantai mulai kucari jejak keberadaannya. Aku mulai mengendus getaran-getaran rindu itu. Aku mulai merasakan guncangan signal mata itu. Entah itu khayalan tapi, aku mengakui ini sebagai kenyataan. Aku mengakui ini sebagai fakta yang sebentar lagi akan kudapatkan. Tepat diujung ruang perpustakaan, kutemui sosok berkursi roda dengan temannya yang lusuh, sebuah buku. Buku braille yang kini dipakainya bukan buku yang dibumbui tinta hitam. Ini hanya sebuah kertas dengan tonjolan kata. Aku merasakan signal itu ada di depanku. Aku mengenalnya. Dia yang membuat aku menutup hati untuk banyak
  • 5. mata. Dia yang membuatku tiak merindukan signal rindu dari orang lain. Dia yang membuat semua berbeda dan terasa sempurna. Aku meliha kesempurnaan itu. Aku mendapat sumber guncangan batin itu. Aku merasakan sumber signal itu. Dia, yang sedang kupandangi dengan perasaan terharu dan senang. Aku tahu dia juga merasakan ini. Walau perhiasan yang berharga itu tidak dapat kulihat. Melihat dia berbahagia saat ini sungguh membuat kesempurnaan dalam hidupku lengkap. Selain mata ini, senyuman itu pun sangat kukenal. Kutemukan kamu yang pernah menghuni hatiku. Bahagiaku akan kujaga kau selamanya. “Halo, namaku Dapot Mahulae” “Hai, namaku Butet br. Ginting” THE END *Prihartini Simbolon, lahir di Jakarta, 15-11-1991. Bertumbuh dan berkembang saat ini di Medan. Saya sedang duduk di bangku kuliah semester 6 di Universitas Negeri Medan, juruan Sastra Indonesia. Fb: Bernaddette Prihartini Simbolon.