Cerita ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Agung yang jatuh cinta pada Riana, gadis cantik di desanya. Agung merasa senang ketika Riana tersenyum padanya suatu sore. Namun, ketika Agung pulang kampung setelah bekerja di kota, ia mendapati bahwa sahabatnya, War, juga menyukai Riana. Hal ini membuat Agung marah pada War. Selain itu, cerita ini juga menyinggung tentang Nur, gadis lain yang disuk
2. Cerpen Kehidupan Pelangi
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wahrahmatullahi
wabarakatuh. Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku
Antologi Cerpen Remaja. Dalam penyusunan
Antologi Cerpen Remaja penulis telah berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan
penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis
tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari
segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa.
3. Cerpen Kehidupan Pelangi
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………..i
Daftar Isi………………………………………….ii
Bab 1
Mencintai kembang
desa………………………………..1
Bab 2
Angin berhembus
pelan……………………………….3
Bab 3
Angin tertipu semillir……………………………...5
Bab 4
Pamit……………………………..7
Bab 5
Malam puncak
pesta……………………………………10
Bab 6
4. Cerpen Kehidupan Pelangi
iii
Pak cik dullah…………….12
Bab 7
Diklinik………………………14
Bab 8
Hukum adat………………….17
Bab 9
Membawa sisa
kenangan…………………19
5. Cerpen Kehidupan Pelangi
iv
MOTTO
“ Cinta itu lanbgka, maka carilah. Kemarahan itu
buruk,maka buanglah. Ketakutan itu
mengerikan,maka hadapilah kenangan manis
maka hargailah hidup ini begitu singkat jadi
jalanilah “
7. Cerpen Kehidupan Pelangi
1
Mencinta kembang
desa
BAB 1
Agung bersemangat saat dirinya mengira
Riana tersenyum padanya sore itu. Betapa Agung
merasakan getaran cinta yang hebat dari
perempuan yang diam-diam dicintainya selama ini.
Jarang-jarang Agung bisa menikmati senyum
seorang kembang desa yang paras kecantikan
apalagi pamor namanya sudah terdengar sampai ke
desa sebelah. Bisa melihat senyum Riana yang
indah, apalagi gadis itu berkenan membalas,
sungguh seperti mukjizat rasanya.Dan tidak jarang
pula banyak pemuda bahkan remaja dari desa
tetangga yang sering bersilaturahmi ke kediaman
orangtua Riana. Termasuk Agung yang tidak lain
hanya ingin berbasa basi tanpa peduli harga diri.
Niatan itu memang bukan bersilaturahmi,
melainkan hendak menikmati paras Riana yang elok
seperti bidadari. Gadis berusia 20 tahun itu memang
sedang ramai dibicarakan penduduk sekembalinya
ia dari sekolah tinggi di Jakarta.Pun Riana gadis
yang cerdas. Murah tersenyum dan menghormati
8. Cerpen Kehidupan Pelangi
2
siapa saja yang ditemuinya. Menjaga pandangan
dan tutur kata. Bersosialisasi dan mengajarkan
ilmunya pada anak-anak di desa tanpa pamrih. Hal
itu yang membuat anak-anak muda mulai dari anak
tukang pikul hingga anak orang berpangkat mencari
simpatik gadis itu apalagi kalau bukan masalah,
mendapatkan cinta. Malam ini Agung datang ke
rumah. Dia bercerita padaku kalau kemarin sore dia
menumpai Riana diruas jalan dan mereka saling
bertatap muka kemudian diakhiri dengan perpisahan
dan senyuman. Senyum sederhana antara dua
insan yang membuat Agung girang bukan kepalang.
Senyum yang beruntung di dunia ini. Agung lupa diri.
Dia terbawa indahnya paras Riana. Berkali-kali dia
berbicara meninggi kalau Riana jatuh hati padanya.
9. Cerpen Kehidupan Pelangi
3
Angin berhembus pelan
BAB 2
Aku diam saja.“Jarang, War. Laki-laki
ganteng di desa ini yang mau di lirik oleh Riana.
Gadis itu nggak sembarangan membiarkan matanya
melihat paras setiap orang. Aku termasuk beruntung
karena Riana sudi memberikan senyumnya
padaku…” ujar Agung sedikit pongah. Aku diam
saja. Agung tersenyum berseri-seri dan aku melihat
wajahnya tampak semakin cerah. Aku sadar,
sejatinya Agung memang tampan. Malam itu aku
dan Agung bernostalgia hingga pagi menjelang. Ibu
menyuguhi kami sepiring ubi goreng dan dua gelas
kopi hitam yang tidak terlalu manis. Karena aku dan
Agung memang tidak suka kopi yang terlalu manis.
Malam terang benderang dan langit penuh bintang
gemintang. Tak sedikitpun tampak awan di atas
langit. Warna biru saja yang terlihat mendamaikan
jiwa. Agung terus berbicara. Aku diam saja. Aku
hanya berkata jika Agung bertanya. Selebihnya. Aku
diam saja.
Ketika angin berhembus pelan. Beberapa
nelayan sudah mulai menarik perahu mereka.
Remaja-remaja tanggung yang putus sekolah biasa
10. Cerpen Kehidupan Pelangi
4
menjadi kuli tetap di tepi pantai desaku ini.
Contohnya Tirta, remaja itu hanya mengenyam
pendidikan sampai kelas 2 SMP saja. Ia memilih
menjadi kuli nelayan karena mendapatkan uang
menurutnya sangatlah mudah ketimbang harus
sekolah dan susah-susah belajar. Apalagi harus
melihat orangtuanya mati-matian banting tulang
mencari uang, toh besarnya kelak Titra juga seperti
ayahnya. Profesi nurani alias panggilan jiwa, jadi
buruh serabutan.
11. Cerpen Kehidupan Pelangi
5
Angin tertipu semillir
BAB 3
Angin bertiup semilir. Beberapa nelayan
sudah melesat hingga ke tengah-tengah laut. Aku
masih duduk sendirian di bawah batang nyiur sambil
sesekali menggoyang selulerku mencari sinyal.
Desaku belum ada tower Telkomsel. Kalau di
Kabupaten sudah ada. Itu sebabnya aku jarang
sekali menyentuh selulerku. Hanya sesekali saja. Itu
pun kadang harus naik atap rumah di tambah kursi
dan meja pula.
Menjelang siang hari, apa yang sejak pagi
aku tunggu akhirnya datang juga. Satu pesan
kuterima. Perasaanku langsung tak tekendali. Rasa
rindu menderu-deru penuh emosi. Kegembiraan hati
meluap-luap seperti deru ombak yang kian pasang.
Kutarik napas pelan dan membuangnya penuh
perasaan. Ku buka sms itu.
“War, lamaranmu di terima. Senin lusa kau sudah
bisa berkerja. Selamat yah.” dari Dani. Sontak aku
sujud syukur dan menangis saat itu juga. Berlari aku
secepat kuda menuju rumah. kusampaikan pada
ayah. Kusampaikan pada ibu. Kedua orangtuaku
girang bukan kepalang. Saudaraku semuanya
berlinang“ dan Agung Nanti malam kita syukuran.
12. Cerpen Kehidupan Pelangi
6
Kita undang orang satu kampong buat makan
kambing guling…” ujar ayah berapi-api.
“Aih Abah ni, tak perlulah kita undang orang
sekampong. Cukup kerabat dan tetangga dekat
saja. Ini hanya syukuran kecil, tak perlu di
sombongkan…” sela ibu tersenyum bahagia.
“Terserah kaulah, Fat. Aku mau ke rumah Pak Cik
Dullah…” Ayah beranjak dan tampak tergesa-gesa.
“Abah ke rumah Pak Cik Dullah? Ada apa?”
“Nak beri tahu kabar gembira, Fat…
“Ah, pegilah.” Sambung ibu tersenyum masih
merasakan kebahagiaan.
Malamnya aku ke rumah Agung. Aku
bercerita padanya dan keluarganya juga.
Alhamdulillah, mereka sekeluarga turut bahagia.
Aku pun melanjutkan kebiasaan kami. Berceloteh
sampai pagi membicarakan Riana. Bukan hanya
Riana. Aku sempat menyinggung seorang gadis
yang tak kalah cantik dari Riana. Gadis itu namanya
Nurhaliza. Diam-diam Nur sering menjumpaiku dan
kami pun bercerita panjang. Tentang harapan dan
impian kami masing-masin
Hari yang kunantikan tiba. Dengan bekal
seadanya aku pun berangkat ke Bandung. Aku
harus naik pesawat terbang agar tidak
memakan waktu.
13. Cerpen Kehidupan Pelangi
7
Pamit
BAB 4
Sebelum pamit aku sempat menemui
seseorang. Aku katakan padanya aku akan kembali
dan tetap mencintainya. Orang itu berjanji akan setia
menunggu juga. Dialah cinta yang selama ini aku
rahasiakan dari siapapun, termasuk sabahatku
sendiri. Aku tidak ingin nantinya mereka salah
sangka. Biarlah waktu yang mengungkap
semuanya.
Aku sampai di Bandung. Seminggu aku
berbaur. Sebulan aku bersungguh-sungguh.
Setengah tahun aku pun mendapat tempat. Dua
tahun aku naik pangkat. Tahun ketiga ini aku bisa
cuti panjang dan pulang ke kampung. Kampung
nelayan di pesisir pantai indah di Sumatera. Tak
Sabar aku ingin menjumpai ayah, ibu juga saudara-
saudaraku.
Malam purnama menyambutku tepat di tepi pesisir.
Orang-orang pesta ikan dan kerang. Aku seperti
orang asing dan selebriti. Setiap berjumpa selalu
disanjung dan dipuji. Aih, aku benci pujian. Aku
benci sanjungan. Tampak jelas penyanjung dan
pemuji itu munafik. Hanya berbasa basi. Aku tidak
14. Cerpen Kehidupan Pelangi
8
peduli. Di ujung karang aku menjumpai seseorang
Dialah Nur. Orang yang selama aku di Bandung
sering mengirim sms melalui telefon kantor pos.
15. Cerpen Kehidupan Pelangi
9
Malam puncak pesta
BAB 5
Nur menceritakan semua apa yang ada di
dalam hatinya kepadaku. Dia menangis dan
menitikkan air mata rindu. Hanya aku yang
mengertinya. Hanya aku yang peduli padanya. Itu
kata Nur. Sewaktu kami curhat dulu.
Malam puncak pesta di akhiri dengan doa
dan makan bersama-sama orang sekampung.
Hingga pagi menjelang para Pak Gaek dan
pujangga syair bersenandung dan berpantun ria.
Beberapa pemuda bermain rebana dan seruling.
Indahnya malam itu sulit aku lukiskan dengan
tulisan. Masih di ujung karang aku dan Nur bercerita.
Selang beberapa lama tampak Riana mendekati
kami. Nur pamit diri.
Selama seminggu ini aku masih di kampung.
Menghabiskan cuti bersama keluarga sangat
menyenangkan. Tiga tahun tak bersua bersama
keluarga rasanya begitu menyesakkan dada. Berat
sekali kaki ini hendak melangkah kembali ke tanah
rantau. Agung memanggilku ketika aku memberi
makan ikan di tambak.
16. Cerpen Kehidupan Pelangi
10
“Aku mau bicara penting sama kau…” kata Agung
serius.
“Bicaralah…” sahutku datar.
“Soal Riana!”
“Ada apa dengan Riana?”
“Kau jangan pura-pura tak tahu…”
“Maksudmu?”
“Aih, munafik kau, War. Jahat kau. Pagar makan
tanaman. Kau tusuk aku dari belakang!”
“Hei, ngomong apa kau, Gung?” kataku heran
dengan celotehan Agung barusan. Ku dekati
sahabatku itu. Dia menjauh. Bahkan Agung berlalu
tanpa meninggalkan sepatah dua kata pun. Aku
menggelengkan kepala heran.
Siang hari Pak Cik Dullah memintaku segera
mengunjunginya. Pesan itu aku terima dari Soleh.
Katanya ada hal penting. Sore itu aku pun pamit
pada ayah dan ibu. Ku pakai sepeda ontel ayah
menuju rumah Cik Dullah.
“Asalamualaikum… Ada apa, Pak Cik
memanggilku…?”
“Wa alaikum salam,” sahut Pak Cik, “Mun… Buatkan
minum, Zidwar sudah datang….” selang beberapa
lama Mak Cik Maimun datang membawa nampan
18. Cerpen Kehidupan Pelangi
12
Pak Cik Dullah
BAB 6
Pak Cik Dullah pun mengutarakan
maksudnya kepadaku. Maksud hati yang telah
sekian tahun dia pendam katanya. Sebelumnya, Pak
Cik Dullah sudah membicarakan semua perihal
dengan kedua orangtuaku masalah yang agak
serius ini. Sekarang keputusan ada di tanganku.
Agak syok aku mendengar penuturannya itu.
“Kalau memang, Pak Cik dan yang lainnya sudah
merestui. Insya Allah saya siap melamar dara Pak
Cik. Besok saya akan datang bersama kedua orang
tua saya dan keluarga serta kerabat buat melamar
dara Pak Cik.”
“Alhamdulillah kalau begitu. Setelah kau melamar,
apakah kau akan tetap pergi ke Bandung…?”
BACA JUGA
“Ya, Pak Cik. Saya masih ada kontrak kerja di sana.”
Pak Cik Dullah hanya bersungut-sungut dan
tersenyum menatapku. Gadis yang aku cintai pun
19. Cerpen Kehidupan Pelangi
13
keluar dari bilik. Ia membawa beberapa bungkus
keripik balado buat ibuku di rumah. Aku
berterimakasih padanya, dan sentuhan lembut
tangan gadis
itu membuatku melambung tinggi tangannya seperti
sutra. Lembutnya terasa hingga ke hati.pagi
menjelang pergi lamaran, aku menunggu Agung.
Entah kenapa sejak sore kemarin Agung tidak
tampak lagi ke rumah. Tidak biasanya dia seperti ini.
Keluarga sudah siap semua. Karena Agung tak
muncul juga, ibu meminta kami segera berangkat
saja. karena tamu wanita sudah menunggu lama.
Aku menyetujui. Tepat pukul sepuluh pagi kami
sampai di kediaman Cik Dullah. Dan acara lamaran
berjalan lancar. Setelah lamaran acara di lanjutkan
dengan membicarakan masalah pernikahanku
dengan Riana.
20. Cerpen Kehidupan Pelangi
14
Diklinik
BAB 7
Malamnya, aku menemui Nur yang berjalan
sendiri di dekat pesisir. Aku datang memenuhi
panggilannya. Ku dekati gadis itu. Dan ku katakan
kalau aku sedang agak terburu-buru. Nur mengerti.
Malam itu dia hanya ingin memastikan janjiku
padanya. Dia berharap aku tidak lupa.
“Aku sudah bicara pada Agung, Nur. Aku sudah
menceritakan semua perasaanmu padanya. Tapi
sampai saat ini Agung belum memberiku jawaban.
Bahkan dia seolah menghindariku. Besok, kalau aku
ketemu Agung, aku akan minta dia menemuimu
segera. Kalau begitu, aku harus pergi sekarang,
Riana dan lainnya masih menunggu di rumah Cik
Dullah…” aku bergegas hendak meninggalkan Nur.
“Selamat ya, War. Kau akan menikah dengan Riana.
Gadis impianmu…” kata Nur membuatku
tersenyum. Tanpa basa basi aku pun pamit. Baru
selangkah aku berjalan, tiba-tiba Nur berteriak dan
memekik kesakitan. Sontak aku terkejut dan
mendekatinya.
“Kenapa kaki kau, Nur…?” tanyaku panik.
21. Cerpen Kehidupan Pelangi
15
“Aku di patuk ular itu…” Nur menunjuk seekor ular
yang telah pergi ke celah batu karang. Kaki Nur
berdarah. Aku segera membawanya ke klinik
terdekat. Dalam perjalanan aku berharap Nur tidak
kenapa-napa.
Sesampainya di klinik Nur langsung dirawat.
Saat itu juga aku menghubungi keluarga Nur agar
mereka mengunjungi Nur di klinik segera. Tak
kusangka. Itu adalah awal dari bencana hidupku
sesungguhnya.
Sebulan setelah menikah aku dan Riana
tinggal di Bandung. Kembali aku teringat kisah cinta
pertamaku bersama Riana di Jakarta – Bandung.
Antara dua kota itu sewaktu kuliah dulu. Aku dan
Riana sering bertemu ketika hari Minggu. Jika bukan
aku yang ke Jakarta. Riana yang pergi ke Bandung.
Hampir selama dua tahun kami seperti itu.
Hingga akhirnya aku memutuskan pindah kuliah ke
tempat di mana Riana tinggal. Sejak itulah kami
diam-diam menjalin cinta. Kami yakin kedua orang
tua kami belum setuju meski kami yakin kedua orang
tua kami juga telah mengetahui hubungan kami
yang intens.
22. Cerpen Kehidupan Pelangi
16
Sedang bahagianya aku bulan madu
bersama Riana. Sebuah surat mengejutkan datang
dari kampung. Isi surat itu sangat privat dan penting.
Di tulis langsung oleh pemangku adat kampung
kami. Tanpa persiapan matang aku dan Riana pun
segera terbang ke kampung.
23. Cerpen Kehidupan Pelangi
17
Hukum adat
BAB 8
Setibanya di sana aku tidak sempat
beristirahat. Penduduk langsung menggiringku ke
rumah pengadilan adat.
Astaga. Ada apa ini? Kenapa orang-orang tampak
membenciku. Tak kusangka. Nurhaliza menangis
tersedu-sedu. Ibu Nurhaliza memintaku
bertanggung jawab atas apa yang menimpa
putrinya. Fitnah keji menyeruak kalau aku telah
melakukan perbuatan tak senonoh pada Nurhaliza.
Anak yang di kandung Nur menurut ibunya adalah
anakku.
Sontak aku sangat syok. Ayah dan ibuku
bersedih. Keluargaku juga bersedih. Terlebih lagi
Riana. Meski hatinya terluka, namun aku lega
karena Riana masih tulus dan sangat mempercayai
semua kesaksianku. Hal itulah yang mejadikanku
kuat menjalani cobaan ini.
Sesuai hukum adat, aku di adili seadil-
adilnya. Di persidangan aku mengatakan kalau aku
tidak melakukan apa yang dituduhkan ibu Nurhaliza.
Banyak orang yang tidak percaya kalau aku adalah
24. Cerpen Kehidupan Pelangi
18
pelakunya. Tapi beberapa saksi palsu mengatakan
kalau aku adalah orang yang
bersalah. Aku pasrahkan semuanya pada Tuhan.
Aku yakin Tuhan tidak tidur. Dia lebih mengetahui
apa yang akan terjadi.
Berminggu-minggu aku di bui. Hidupku
berubah drastis. Kedua orang tuaku sangat terpukul.
Istriku menderita. Sanak saudaraku semua kecewa
pada fitnah keji itu. Setelah di pastikan bersalah
yang ku tahu atas kelicikan seseorang. Hukum adat
akan berbicara. Aku menerima hukuman karena
telah menodai kaum hawa. Di kampungku, itu
tindakan sangat terkutuk. Aku tak tahu kemana
diriku di bawa. Terakhir yang ku tahu. Tubuhku dililit
tambang bersama sebongkah batu besar hingga
membawaku masuk ke dasar jurang. Jurang yang
curam
25. Cerpen Kehidupan Pelangi
19
Membawa Sisa
Kenangan
BAB 9
Hari terus berlalu membawa sisa kenangan.
Riana berdiri sambil tersenyum menggendong
anaknya. Anak laki-laki yang tampan dan rupawan.
Anak yang melipur laranya selepas ditinggal sang
suami. Riana tidak pernah bimbang. Hatinya hanya
untuk suaminya tersayang. Riana istri yang
budiman, tak pernah mencemooh setiap kata orang.
Riana adalah bidadari firdaus. Membuat semua
orang takjub dan kagum padanya.
Riana pergi ke ladang. Membawa keranjang
dan bubu di badan. Riana mengajak anaknya
tersayang. Mencari sayur dan ikan. Riana terpana
melihat keajaiban. Keajaiban yang selama ini ia lihat
atas kehendak Tuhan. Kini Riana semakin cinta
pada almarhum suaminya. Riana mengucap syukur
pada Tuhan. Hidupnya kini telah tenang. Karena
sumpah suaminya benar-benar terjadi. Ingatan
Riana kembali ke masa lampau. Tepat ketika
suaminya di adili.
26. Cerpen Kehidupan Pelangi
20
“Jika memang aku adalah pelaku seperti apa yang
Nurhaliza dan ibunya tuduhkan. Bumi dan langit
tidak akan meridhoiku hidup di muka bumi ini.
Namun jika aku benar dan tidak bersalah, biarlah
karma yang membuktikan kebenaran dan orang
yang sudah memfitnahku akan mendapat
ganjarannya.
Dan kalian semua perlu ingat. Barang siapa yang
melihat langit berwarna gelap dan hitam, sedangkan
cahaya pelangi indah dan benderang melengkung di
bawahnya. Itu membuktikan aku adalah orang yang
benar. Dan Nurhaliza beserta ibunya berdusta. Dan
orang-orang yang memfitnahku akan mati dengan
keji…” kalimat suaminya membuat Riana tertegun
dan masih menyisakan air mata. Ia rindu pada
suaminya.
Suami tertampan dan termulia yang pernah ia
miliki untuk selamanya. Riana masih menangis.
Kebenaran pun terungkap.
“Bundo…,” Riana terkesiap, “Kenapa Bundo
menangis?” Zidwar kecil bersedih. Riana mengusap
air matanya. Ia pun tersenyum lebar dan
melepaskan kesedihan Zidwar kecil. “Bunda
menangis karena bahagia, Nak…” lirih Riana tak
sanggup menahan air matanya.
“Apa yang membuat Bundo bahagia, tapi
menangis?”
27. Cerpen Kehidupan Pelangi
21
“Kelak Bundo akan ceritakan semuanya pada
Zidwar…” Riana menuntun anaknya menapaki jalan
setapak di tengah pematang sawah.
“Bundo. Bundo, lihat…” kata Zidwar menunjuk ke
arah langit tinggi.
“Ada apa, Nak…”
“Kenapa di langit hitam ada pelangi, Bundo?” Zidwar
kecil penasaran. Penasaran karena melihat pelangi
terang dan melengkung indah di bawah gelapnya
awan. Seakan ada sebuah keanehan yang belum
pernah ia lihat selama ini. Riana bertasbih dan
hatinya berdesir. Riana pun berujar lirih.
“Karena pelangi itu adalah pertanda, Nak. Bahwa
kebenaran akan selalu terungkap. Dan kedustaan
tak akan abadi.” suara Riana serak.
“Kebenaran itu apa, Bundo?”
“Kebenaraan itu adalah sesuatu yang tidak salah.
Kebenaran itu adalah berbuat baik dan berbuat adil.
Tidak berdusta apalagi memfitnah. Kebenaran itu
seperti ayah Zidwar. Ayah Zidwar itu adalah
contoh orang yang benar perkataan dan
perbuatannya…”
“Ayah Zidwar? Memang, ayah Zidwar sekarang di
mana, Bundo?”
“Ayah Zidwar, sekarang ada di atas pelangi itu…”
28. Cerpen Kehidupan Pelangi
22
“Kalau begitu, Zidwar mau ke pelangi, Bun. Biar bisa
bertemu ayah…”
“Kalau Zidwar mau pergi ke pelangi. Zidwar tidak
boleh berkata dusta. Zidwar harus berani melakukan
sesuatu yang benar. Zidwar juga harus bisa menjadi
orang yang menyayangi sesama. Jika syarat itu
terpenuhi, niscaya Zidwar akan mampu berjalan di
atas pelangi…”
“Benarkah, Bundo?” Zidwar kecil tersenyum sambil
melihat pelangi yang semakin terang itu. Riana
menitikkan air matanya.
Seminggu setelah kejadian yang di saksikan
orang sekampung pesisir waktu itu. Membuat
semua penduduk mengerti dan yakin sejatinya
Zidwar dulu memang di fitnah. Dan bukti semakin
kuat ketika di temukan dua jenazah dalam satu liang
di semak dekat sawah. Jenazah itu menurut
kesaksian adalah jenazah Agung dan Nurhaliza.
Tubuh kedua jenazah itu habis di makan buaya dan
hanya menyisakan kepala mereka. Mungkin itu
adalah sebuah bukti bahwa kematian mengenaskan
masih berlaku untuk para pendusta dan pemfitnah
keji
30. Cerpen Kehidupan Pelangi
24
PENUTUP
Sekian terimakasih maaf kalo ada perkatan yang
tidak mengenakan dari cerpen kehidupan saya saya
tutup dengan wassalamualaikum wahrahmatullahi
wabarakatuh.