SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Download to read offline
LAPORAN PKL
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN LINGKUNGAN KERJA
DI PUSAT HIPERKES KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PEMBINAAN AHLI K3 MUDA LINGKUNGAN KERJA
KOMPETENSI AHLI MUDA HIGIENE INDUSTRI (HIMU)
JAKARTA
FEBRUARI 2023
KELOMPOK 1
KETUA KELOMPOK : APRIYANTO KURNIAWAN
ANGGOTA : AHMAD SYAUQI
DEDY SETIAWAN
FARID FADILAH ZAELANI
SALSABILAH HASYIM
DAFTAR ISI
1. Latar Belakang
2. Profil Perusahaan
3. Dasar Hukum
4. Ruang Lingkup
5. Pokok Pembahasan
6. Kesimpulan & Saran
7. Penutup
Meningkatnya tuntutan tenaga kerja akan tempat kerja yang makin sehat dan nyaman, dan
meningkatnya kualitas dan kuantitas pemakaian bahan berbahaya serta tuntutan standar dalam
perdagangan global. Selain itu, tuntutan perlindungan dan penegakan hukum juga disuarakan
oleh masyarakat luas seperti LSM mau pun organisasi masyarakat baik dalam negeri mau pun
internasional terhadap kasus-kasus pencemaran lingkungan oleh industri, kecelakaan besar di
industri dan kemunculan penyakit akibat kerja seperti:
LATAR BELAKANG
1. Munculnya penyakit seperti kanker, gangguan pernapasan, penyakit kulit dan
penyakit tulang belakang dan lain sebagainya yang bersumber dari sanitasi
higiene dan ergonomi yang buruk di tempat kerja.
2. Munculnya problema psikososial di tempat kerja seperti kekerasan dan intimidasi
pekerja yang pada akhirnya akan berakibat kepada stress yang makin meningkat.
Aspek higiene di tempat kerja yang di dalamnya mencakup faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi
dan psikologi yang keberadaannya di tempat kerja dapat mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja.
Pengambilan sample pajanan Lingkungan Kerja yang dilaksanakan di Pusat Hiperkes dan
Keselamatan Kesehatan Kerja terfokus pada aktivitas labroratorium dimana aktivitas tersebut
memerlukan atensi khusus terhadap pajanan Lingkungan Kerja Fisik, Kimia, Biologi, Ergonomi,
Psikologi, Higiene dan Sanitasi
PROFIL PERUSAHAAN
Nama Perusahaan : Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Disnakertrans Provinsi DKI Jakarta
Alamat : Jalan Ayani No. 69-70, RT.2/RW.7,
Cemp. Putih Tim., Kec. Cemp. Putih,
Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Jumlah Pekerja Laki-laki : 27 orang
Jumah Pekerja Perempuan : 20 orang
Total Pekerja : 47 orang
Shift Kerja : 1 shift kerja
Area Uji : Ruang Laboratorium Mikrobiologi
dan Pos Satpam Pintu Keluar
Waktu Pelaksanaan : 08.00 s.d. 17.00 WIB
Dasar Hukum
■ UU No. 3 Tahun 1969 tentang
persetujuan konvensi ILO No 120
mengenai higiene dalam perniagaan dan
Kantor-kantor;
■ UU No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja;
■ UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
■ PP Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
■ Permenaker Nomor 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja.
Ruang Lingkup
▪ Pengukuran dan pengujian faktor
fisika (ISBB, kebisingan dan
pencahayaan), faktor kimia (debu,
CO, CO2, O2), faktor ergonomi dan
faktor psikologi.
▪ Penerapan higiene dan sanitasi di
tempat kerja meliputi gedung, toliet,
ruang udara/cubic space di area
laboratorium mikrobiologi.
POKOK BAHASAN
Faktor Fisika
1. ISBB
Pada pengujian Iklim (ISBB) terdapat dua
temuan pada ruang Laboratorium
Mikrobiologi dan Pos Satpam Pusat
Hiperkes dan Keselamatan Kerja dan
didapatkan hasil dari pengujian ruang
laboratorium mikrobiologi sebesar
19,8 oC dan Pos Satpam Pusat Hiperkes
dan Keselamatan Kerja sebesar 27,8 oC
dengan menggunakan SNI-7061-2019
tentang Pengukuran Iklim Kerja (panas)
dengan parameter indeks suhu basah dan
bola.
Pengujian iklim kerja pada ruang laboratorium dilakukan
dengan kondisi exhaust tidak menyala, AC 1 unit
menyala dan adanya paparan sinar matahari dari jendela
yang tidak menggunakan gorden. Berdasarkan hasil
pengukuran Iklim Kerja pada dua area kerja, yaitu di
ruang laboratorium dan pos satpam pintu keluar Pusat
Hiperkes dan K3 Provinsi DKI Jakarta tidak melebihi NAB
sehingga kondisi area kerja saat ini bisa dipertahankan
dan tidak perlu dilakukan pengendalian sesuai dengan
Permenaker No. 5 tahun 2018 pasal 9 ayat 4.
2. Kebisingan
Ruang kerja laboratorium mikrobiologi
memiliki sumber kebisingan antara lain
dari kondensor AC dan aktivitas orang
yang berada dalam ruangan. Area
tersebut menjadi dasar dilakukannya
pengukuran kebisingan. Sedangkan di pos
satpam sumber kebisingan berasal dari
lalu lintas kendaraan yang berada tepat di
depan pintu keluar gerbang. Dari hasil
pengukuran kebisingan di ruang kerja
laboratorium mikrobiologi, menunjukkan
kebisingan tidak melebihi NAB.
Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan lingkungan kerja di
ruang laboratorium dan pengukuran kebisingan ambien di area
pos satpam pintu keluar, keduanya didapatkan hasil yang tidak
melebihi NAB sehingga tidak perlu dilakukan pengendalian
sesuai dengan Permenaker No 5 tahun 2018.
3. Pencahayaan
Gambaran umum ruangan laboratorium
Mikrobiologi
➢ Panjang Ruangan = 8,27 m
➢ Lebar Ruangan = 6,6 m
➢ Tinggi Ruangan = 3 m
➢ Luas Ruangan = 54, 582 m2
➢ Jumlah Lampu = 12 lampu TL
➢ Watt Lampu = 36 watt
➢ Jenis cahaya = Putih
➢ Warna Dinding = Putih (Doff)
➢ Warna Atap (ceiling) = Putih (Bahan acoustic)
Pengambilan sample cahaya dilakukan pada siang
hari dengan kondisi cerah pada pukul 11.00 – 11.30
WIB.
Pengambilan sample pencahayaan sebanyak = 25
titik
3. Pencahayaan
Pekerjaan yang dilakukan di
laboratorium mikrobiologi adalah
persiapan alat dan bahan, proses
penimbangan, proses pelarutan, proses
homogenasi, dan proses sterilisasi
menggunakan lemari UV (laminar air
flow).
Pengambilan sample ke dalam 3 jenis
area : koridor (penerangan umum),
meja analisa (penerangan local), dan
meja komputer (penerangan lokal).
11
4
0
10
0
4
0
2
4
6
8
10
12
Koridor Kerja Meja Kerja Meja Komputer
Grafik Pemenuhan Standard Pencahayaan
Lab Mikrobiologi
Terpenuhi Tidak Terpenuhi
Berdasarkan temuan dalam bentuk tabel dan grafik di atas
beberapa nilai intensitas pencahayaan kurang dari standar
sesuai dengan lampiran Permenaker No. 5 tahun 2018.
Pemecahan Masalah (Pencahayaan)
Dari hasil pengukuran pencahayaan di ruang laboratorium mikrobiologi didapatkan hasil kurang
dari standar intensitas pencahayaan maka perlu di lakukan pengendalian agar intensitas
pencahayaan sesuai berdasarkan aktivitas pekerjaannya, yaitu:
■ mengganti jenis lampu dengan tipe LED warna lampu putih, yang memiliki lumens lebih besar
■ penggunaan dinding dengan cat yang glossy bertujuan untuk memantulkan cahaya ke seluruh
area kerja
■ penggunaan furniture (meja) laboratorium berwarna putih dengan cat glossy
■ reposisi area kerja komputer.
Beberapa atau secara keseluruhan usaha tindakan perbaikan tersebut perlu dilakukan agar sesuai
dengan standar setiap area kerja berdasarkan Permenaker No. 5 tahun 2018 Lampiran II Standard
Pencahayaan.
4. Sinar UV
Sinar ultraviolet diukur di ruang
laboratorium mikrobiologi menggunakan
SNI 16-7060-2004 tentang pengukuran
sinar ultraviolet di tempat kerja.
Pengukuran sinar ultraviolet dilakukan
pada aktivitas penggunaan alat laminar
ar airflow yang biasanya digunakan sekita
10 menit dalam sehari. Pengukuran sinar
ultraviolet dilakukan pada 3 zona, yaitu
zona mata, siku dan betis. Berdasarkan
hasil pengukuran, hasil yang didapatkan
masih berada dibawah NAB sesuai
Permenaker No. 5 Tahun 2018
Berdasarkan data hasil pengujian sinar
ultraviolet di ruang kerja lab biologi pada
alat laminar flow didapatkan data sebagai
berikut:
Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil pengukuran sinar ultraviolet pada aktivitas
penggunaan laminar airflow di ruang laboratorium
mikrobiologi, hasil yang diperoleh masih berada di bawah NAB
sehingga bisa dipertahankan untuk pengendalian yang sudah
dilakukan, yaitu penggunaan kaca penutup antiradiasi dan
penggunaan alat proteksi radiasi.
5. Getaran
Pengukuran getaran yang dilakukan, yaitu
whole body vibration dan hand-arm
vibration saat menggunakan
kendaraan/sepeda motor. Pengukuran
dilakukan selama 3 menit dengan kondisi
jalan tidak rata, kecepatan 30-40 km/jam.
Berdasarkan hasil pengukuran getaran
pada sepeda motor, hasil yang didapatkan
pada pengukuran whole body vibration
melebihi NAB. Hal ini dikarenakan alat
yang digunakan saat pengukuran
khususnya pada sumbu X dan Y tidak
terkalibrasi sehingga hasil yang
didapatkan tinggi dan tidak valid.
Sedangkan pada pengujian hand-arm
vibration hasil yang didapatkan masih
berada di bawah NAB.
Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil pengukuran getaran seluruh tubuh/whole body vibration
pada aktivitas mengendarai sepeda motor, didapatkan hasil melebihi NAB
karena alat yang digunakan belum terkalibrasi, khususnya untuk sumbu X dan
Y, sehingga perlu dilakukan pengukuran ulang menggunakan alat yang sudah
terkalibrasi agar hasil yang didapatkan valid. Apabila hasil pengukuran getaran
melebihi NAB, maka perlu dilakukan pengendalian, seperti melakukan
pengecekan/service kendaraan secara rutin, mengganti suspensi kendaraan
yang lebih empuk, mengatur tekanan ban sesuai rekomendasi pabrik,
membatasi durasi penggunaan motor, istirahat setiap 10-15 menit setiap 1
jam, dan menggunkan bantalan untuk mengurangi paparan getaran.
Sedangkan pada pengukuran getaran tangan dan lengan, karena hasil yang
didapatkan masih berada di bawah NAB. Sehingga tidak perlu dilakukan
pengendalian untuk mengurangi paparan getaran dan bisa mempertahankan
penggunaan sepeda motor dengan kondisi tersebut.
POKOK BAHASAN
Faktor Kimia
1. Debu
Debu pada Ruang Laboratorium
Mikrobiologi dan area pos satpam pintu
keluar berdasarkan hasil pengukuran
debu (TSP) di kedua lokasi menunjukkan
nilai dibawah NAB sehingga aman untuk
orang bekerja di lokasi tersebut.
Pemecahan Masalah
Pada ruang laboratorium mikrobiologi pengendalian yang
sudah dilakukan yaitu dengan membuat prosedur
bahwa ruang laboratorium selalu dalam keadaan
tertutup saat kondisi normal dan juga memasang blower
yang dilengkapi dengan system buka-tutup sehingga
udara dan debu dari luar dapat diminimalisir. Untuk
mengatur dan menjaga temperature udara didalam
laboratorium disediakan 2 unit AC yang bekerja secara
bergantian.
Sedangkan pada area luar gedung, untuk mengurangi
jumlah debu (TSP) yaitu dengan cara menanam tanaman
hijau di lingkungan perkantoran Pusat Hiperkes DKI
Jakarta. Tanaman hijau dapat mengurangi penyebaran
debu dan menjadi filter udara di lokasi perkantoran
Hiperkes.
Faktor Kimia
2. Oksigen (O2)
Sampling dilakukan sesaat melalui
indirect reading. Pengambilan sampling
dilakukan pada satu titik selama 10 menit
pada masing-masing lokasi.
Pemecahan Masalah
Mengacu kepada bab VIII standar KUDR, kadar O2 tidak
melebihi nilai ambang batas, namun proses sampling
tidak sesuai dengan permenaker No.5 tahun 2018 pasal
20 dimana seharusnya sampling dilakukan selama 6
jam.
Hasil pengukuran didalam ruangan sedikit dibawah nilai
standard (20.5) persentase oksigen dalam udara yaitu
20.9% – 21% namun masih didalam rentang yang
diperbolehkan yaitu 19.5% - 23.5%. Kondisi didalam
ruangan pada saat pengambilan sampel yaitu terdapat
5-6 orang yang beraktifitas dengan kondisi pintu
laboratorium beberapa kali dibuka dan tutup dalam
interval waktu 1 jam dimana hal ini juga dapat
membantu sirkulasi udara dalam ruangan.
Sedangkan kondisi nilai persentase oksigen dalam udara
di area luar gedung berada pada nilai yang sesuai. Hal ini
dikarenakan saat pengetesan dilakukan di dekat Pos
Satpam Pintu Keluar dimana di area ini banyak terdapat
tanaman dan pohon hijau.
Faktor Kimia
3. Karbon Dioksida (CO2)
Sampling dilakukan sesaat melalui
indirect reading. Pengambilan sampling
dilakukan pada satu titik selama 10 menit
pada masing-masing lokasi
Pemecahan Masalah
Mengacu kepada bab VIII standar KUDR, kadar CO2 tidak
melebihi nilai ambang batas, namun proses sampling tidak
sesuai dengan permenaker No.5 tahun 2018 pasal 20 dimana
seharusnya sampling dilakukan selama 6 jam.
Hasil pengukuran didalam ruangan nilai konsentrasi CO2
(karbon dioksida) lebih tinggi (725 bds) dibandingkan
pengukuran diluar ruangan (393). Nilai ini berhubungan dengan
system sirkulasi di area laboratorium yang tertutup, dimana ini
bertujuan untuk menjaga temperature dan kelembaban
ruangan dan juga mengurangi jumlah debu di ruangan. Namun
angka tersebut masih berada pada NAB yang diizinkan. Untuk
memperbaiki kondisi ini perlu dilakukan sirkulasi udara didalam
laboratorium sehingga dapat mengurangi konsentrasi CO2
dalam udara.
Sedangkan kondisi nilai konsentrasi CO2 (Karbon dioksida)
dalam udara di area luar gedung berada pada nilai yang sesuai.
Hal ini dikarenakan saat pengetesan dilakukan di dekat Pos
Satpam Pintu Keluar dimana di area ini banyak terdapat
tanaman dan pohon hijau yang dapat menyerap CO2 yang
dibutuhkan dalam proses fotosintesa.
Faktor Kimia
4. Karbon Monoksida (CO)
Sampling dilakukan sesaat melalui
indirect reading. Pengambilan sampling
dilakukan pada satu titik selama 10 menit
pada masing-masing lokasi
Pemecahan Masalah
Mengacu kepada bab VIII standar KUDR, kadar CO tidak
melebihi nilai ambang batas, namun proses sampling
tidak sesuai dengan permenaker No.5 tahun 2018 pasal
20 dimana seharusnya sampling dilakukan selama 6
jam.
Hasil pengukuran kadar Karbon Monoksida pada kedua
lokasi menunjukkan nilai 0 (nol) hal ini disebabkan pada
ruang laboratorium tidak terdapat sumber yang
menghasilkan Karbon monoksida. Sedangkan pada area
luar gedung nilai 0 (nol) didapatkan karena lokasi
pengukuran berada di lokasi yang rimbun pepohonan
dan tanaman hijau.
POKOK BAHASAN
Faktor Psikologi
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No.
5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja, bagian keenam, faktor
psikologi, pasal 24, menyatakan bahwa Pengukuran
dan pengendalian faktor psikologi harus dilakukan
pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya faktor
psikologi. Potensi bahaya faktor psikologi meliputi :
• Ketidakjelasan / ketaksaan peran
• Konflik peran
• Beban kerja berlebih secara kualitatif
• Beban kerja berlebih secara kuantitatif
• Pengembangan karir dan / atau
• Tanggung jawab terhadap orang lain
Pemecahan Masalah
Dari hasil survey tersebut, potensi bahaya faktor psikologi yang
harus dikendalikan adalah :
Responden 1 : beban kerja sedang. Dari permasalahan ini,
pengendalian yang dapat dilakukan adalah membuat
peresncanaan kerja yang sesuai dengan kapasitas pekerja.
Pemberian waktu istirahat / short braking untuk memberikan
peregangan dan relaksasi di sela-sela bekerja.
Responden 2 : beban kerja berat pada tanggung jawab orang
lain, pengendaliannya adalah pemberian fasiliats alat beladiri
contohnya senter kejut, atau dapat juga dengan penamabhan
personil petugas agar lebih meningkatkan kepercayaan diri
selama bertugas.
POKOK BAHASAN
Faktor Ergonomi
Dilakukan pengukuran dengan metode GOTRAK
pada 2 karyawan dengan interview, pengamatan
langsung dan pengisian quisioner.
Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil survey yang menjadikan penyebab
adanya potensi bahaya ergonomi pada pekerjaan ini
adalah gerakan berulang, saran pernikanny adalah
sebagai berikut:
• Eliminasi tugas berulang dengan mekanisasi
(Engineering kontrol), bila tidak memungkinkan
• Gabungkan beberapa pekerjaan sehingga bisa
menghidarkan pengulangan, bisa dengan review SOP
kerja.
• Pengaturan waktu kerja fleksibel untuk melaksanakan
istirahat sejenak dalam interval waktu tertnetu.
Temuan :
Potensi bahaya pada tubuh bagian atas : 7
Potensi bahaya pada punggung dan tubuh
bagian bawah : 4
Hasil survey : anggota tubuh yang memiliki
bahaya sedang terdapat pada bahu dan tangan,
hal ini disebabkan prose kerja yang
menggerakan tangan untuk memindah-
mindahkan barang dengan tangan dan
membawa beban serta dengan waktu yang
cepat.
Faktor Ergonomi
Pengisian kuisioner pada bagian yang diisi oleh
pengamat dilakukan dengan mengamati
langsung obyek pengisi quisioner.
Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil penilaan potensi abahaya ergonomi
bahwa kategori ini masih termasuk dalam kategori
sedang sehingga perlu pangamatan lebuh lanjut. Hal ini
agar kita bisa menetukan perbaikan lebih lanjut lagi.
Temuan :
Potensi bahaya pada tubuh bagian atas : 6
Potensi bahaya pada punggung dan tubuh
bagian bawah : 6
Hasil survey : Angoogta tubuh yang berpotensi
resiko ergonomi sedang adalah kaki, hal ini
disebabka olehaktivitas patroli yang prosesnya
dengan berjalan kaki.
POKOK BAHASAN
Faktor Higiene Sanitasi
Berdasarkan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja, bagian pertama,
pasal 26, menyatakan bahwa higiene dan
sanitasi harus diterapkan pada setiap
bangunan tempat kerja. Penerapannya
meliputi :
• Gedung tempat kerja
• Toilet Wanita dan Toilet Pria
• Kualitas Udara Lingkungan Kerja
Berdasarkan pengamatan visual, dinding dan langit-langit dalam kondisi kering, tidak lembab, dicat. Sehingga
kondisi ruangan, dapat dikatagorikan baik dan bersih. Pencahayaan alami dimaksimalkan dengan adanya
dimensi jendela yang cukup besar. Penempatan peralatan kerja laboratorium terdapat identitas dan
ditempatkan di dalam rak. Ruang kerja yang cukup memadai dengan kapasitas team analisis di area
tersebut. Suhu ruangan kerja berdasarkan hasil ukur ISBB indoor masih jauh dibawah nilai ambang batas
yang ditetapkan sehingga pekerja masih nyaman di area kerja tersebut.
Dari semua hal tersebut dibutuhkan beberapa perhatian di beberapa fasilitas sebagaimana
disebutkan pada tabel Hasil Pemeriksaan dan atau Pengujian Penerapan Higiene dan Sanitasi
Bangunan Tempat Kerja
Pemecahan Masalah
■ Berdasarkan pengamatan visual, dinding dan langit-langit dalam kondisi kering,
tidak lembab, dicat. Sehingga kondisi ruangan, dapat dikatagorikan baik dan bersih.
Pencahayaan alami dimaksimalkan dengan adanya dimensi jendela yang cukup
besar. Penempatan peralatan kerja laboratorium terdapat identitas dan
ditempatkan di dalam rak. Ruang kerja yang cukup memadai dengan kapasitas
team analisis di area tersebut. Suhu ruangan kerja berdasarkan hasil ukur ISBB
indoor masih jauh dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan sehingga pekerja
masih nyaman di area kerja tersebut.
■ Dari semua hal tersebut dibutuhkan beberapa perhatian di beberapa fasilitas
sebagaimana disebutkan pada tabel Hasil Pemeriksaan dan atau Pengujian
Penerapan Higiene dan Sanitasi Bangunan Tempat Kerja
Pemecahan Masalah
Pada penerapan higiene dan sanitasi bangunan tempat kerja di Pusat Hiperkes Kesehatan
dan Keselamatan Kerja ditemukan beberapa ketidaksesuaian diantaranya :
Toilet Pria
Tidak tersedianya tempat sampah, tempat cuci tangan, dan system ventilasi udara masih
kurang cukup baik. Selain itu control kebersihan masih belum terlihat dilakukan secara
periodic. Handle pintu juga ditemukan dalam kondisi rusak sehingga dapat mengganggu
kenyamanan bagi pengguna toilet. Intensias pencahayaan masih belum memadai dengan
hasil pengukuran pencahayaan toilet =19 Lux, pencahayaan area cermin = 42 Lux. Standard
pencahayaan berdasarkan Permenaker No. 5 Tahun 2018 untuk area toilet adalah 100 Lux
Toilet Wanita
Keran cuci tangan di tempat wastafel tidak bisa digunakan, exhaust fan tersedia namun
tidak di aktifkan, saluran pembuangan air tidak terdapat penutup yang bisa mengakibatkan
serangga bisa masuk dengan mudah,
Intensias pencahayaan masih belum memadai dengan hasil pengukuran pencahayaan toilet
=54, pencahayaan wastafel + cermin = 43 Lux, pencahayaan area shower = 76 Lux.
Standard pencahayaan berdasarkan Permenaker No. 5 Tahun 2018 untuk area toilet adalah
100 Lux.
POKOK BAHASAN
Kubik Space
Pemecahan Masalah
Pada pengujian kubik space didapatkan nilai standar yaitu di
minimal 10 m3 / orang, oleh karena itu pada staff biologi
tidak perlu dilakukan pengendalian terhadap lingkungan
kerja tersebut.
POKOK BAHASAN
Pemeriksaan ketatarumahtanggaan (house
keeping) peralatan dan bahan
Berdasarkan hasil pemeriksaan, alat kerja sudah disimpan rapi
berdasarkan jenisnya, namun ada beberapa alat yang belum
memiliki label. Selain itu, tidak lengkapnya prosedur/checklist terkait
kebersihan, penggunaan alat dan bahan yang ada di laboratorium.
Pemecahan Masalah
Agar alat-alat kerja tertata dengan baik dan mempermudah
penggunaan alat serta bahan yang akan digunakan, sebaiknya diberi
label untuk setiap alat kerja dan tempat penyimpanan alat serta
bahan yang ada di laboratorium. Selain itu, sebaiknya disediakan
prosedur terkait kebersihan dan penggunaan setiap alat dan bahan
yang ada di laboratorium untuk mempermudah aktivitas/pekerjaan
yang dilakukan.
KESIMPULAN
■ Pengukuran lingkungan kerja dilakukan pada 2 area, yaitu ruang laboratorium Mikrobiologi Lt.3 dan Post Satpam Area Pintu Keluar.
Pengukuran yang dilakukan pada faktor fisik, yaitu Iklim Kerja, Pencahayaan, Kebisingan, Sinar UV dan Getaran. Pada pengukuran faktor
kimia, yaitu Debu, CO, CO2 dan O2. Selain itu dilakukan juga pengukuran psikologi, ergonomi serta higiene dan sanitasi.
■ Berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian, dapat disimpulkan bahwa:
■ Pada faktor fisika, hasil pengukuran Iklim kerja, kebisingan dan sinar UV masih berada dibawah NAB sehingga masih aman dan bisa
dipertahankan untuk kondisi yang sudah ada dan dijalankan saat ini. Namun, untuk pencahayaan ada beberapa titik pengukuran yang
berada dibawah standar sehingga perlu di lakukan pengendalian, yaitu bisa dengan melakukan mengganti jenis lampu dengan tipe LED
warna lampu putih, yang memiliki lumens lebih besar dan pengendalian lainnya agar pencahayaan sesuai standar. Selain itu, pengukuran
getaran tangan dan lengan memiliki hasil di atas NAB, hal ini karena alat yang digunakan belum terkalibrasi sehingga tidak valid dan
perlu dilakukan pengukuran ulang.
■ Pada faktor kimia, yaitu parameter Debu, CO, CO2 dan O2 masih berada di bawah NAB sehingga kondisi saat ini masih aman dan bisa
dipertahankan.
■ Pada faktor psikologis, pada responden satu sebagian besar memiliki derajat stress sedang. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah
membuat peresncanaan kerja yang sesuai dengan kapasitas pekerja. Pemberian waktu istirahat / short braking untuk memberikan
peregangan dan relaksasi di sela-sela bekerja. Sedangkan pada responden 2, terdapat satu parameter yang memiliki kategori stress
berat, hal ini karena beban kerja berat pada tanggung jawab orang lain. Pengendalian yang bisa dilakukan yaitu dengan pemberian
fasiliats alat beladiri contohnya senter kejut, atau dapat juga dengan penamabhan personil petugas agar lebih meningkatkan
kepercayaan diri selama bertugas.sehingga perlu dilakukan
■ Pada faktor ergonomic, responden 1 memiliki keluhan pada tangan dan bahu. Sedangkan pada responden 2 keluhan berada pada bagian
kaki.
■ Pada hygiene dan sanitasi kondisi area cukup baik, namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki terutama di area toilet dan
ketersediaannya.
SARAN
■ Secara umum hasil dari pengukuran dan pengujian lingkungan kerja di Pusat Hiperkes Kesehatan dan Keselamatan
Kerja cukup baik, namun terdapat beberapa rekomendasi yaitu :
■ Pada faktor pencahayaan bisa dengan mengganti jenis lampu dengan tipe LED warna lampu putih, yang memiliki
lumens lebih besar dan pengendalian lainnya agar pencahayaan sesuai standar.
■ Pada faktor getaran perlu dilakukan pengujian ulang menggunakan alat yang sudah terkalibrasi agar hasil yang
didapatkan valid.
■ Pada faktor psikologis, bisa dilakukan dengan membuat perencanaan kerja yang sesuai dengan kapasitas pekerja dan
pemberian waktu istirahat / short braking untuk memberikan peregangan dan relaksasi di sela-sela bekerja. Sedangkan
pada responden 2, bisa dilakukan dengan pemberian fasiliats alat beladiri contohnya senter kejut, atau dapat juga
dengan penamabhan personil petugas agar lebih meningkatkan kepercayaan diri selama bertugas.
■ Pada faktor ergonomic, pengendalian yang bisa dilakukan yaitu dengan menggabungkan beberapa pekerjaan sehingga
bisa menghidarkan pengulangan, bisa dengan review SOP kerja, pengaturan waktu kerja fleksibel untuk melaksanakan
istirahat sejenak dalam interval waktu tertentu.
■ Pada faktor hygiene dan sanitasi melakukan pengecekkan toilet secara berkala dengan melampirkan check sheet yang
dibutuhkan sebagai dokumentasi, menyediakan tempat sampah berikut dengan labelnya dan penyediaan tempat cuci
tangan, penyediaan tempat sampah khusus pembalut di area toilet Wanita, dan menyediakan 1 unit toilet khusus
penyandang disabilitas. Selain itu peremajaan kondisi pintu toilet beserta peningkatan intensitas pencahayaan di kedua
toilet.

More Related Content

Similar to Tugas Kelompok 1 Lingker (PPT).pdf

Kepmenkes 1335 menkes-sk-x-2002-kualitas udara ruang rs
Kepmenkes 1335 menkes-sk-x-2002-kualitas udara ruang rsKepmenkes 1335 menkes-sk-x-2002-kualitas udara ruang rs
Kepmenkes 1335 menkes-sk-x-2002-kualitas udara ruang rsmuhamad akbar
 
permen lingker 05 tahun 2018.ppt
permen lingker 05 tahun 2018.pptpermen lingker 05 tahun 2018.ppt
permen lingker 05 tahun 2018.pptsuprikochem
 
1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja
1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja
1. Menerapkan prinsip kesehatan kerjaRasyad Hermawan
 
PERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptx
PERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptxPERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptx
PERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptxrizqialfian5
 
Perkantoran dan industri
Perkantoran dan industriPerkantoran dan industri
Perkantoran dan industriMohammad Ichsan
 
Perkantoran dan industri
Perkantoran dan industriPerkantoran dan industri
Perkantoran dan industriMohammad Ichsan
 
Perkantoran dan industri
Perkantoran dan industriPerkantoran dan industri
Perkantoran dan industriMohammad Ichsan
 
Perkantoran dan industri
Perkantoran dan industriPerkantoran dan industri
Perkantoran dan industriMohammad Ichsan
 
Perkantoran dan industri
Perkantoran dan industriPerkantoran dan industri
Perkantoran dan industriMohammad Ichsan
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.pptKeselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.pptsandirustandi8
 
1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak
1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak
1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaakSafrizaAhmad2
 
2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx
2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx
2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptxArifWibisono18
 
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...Muhamad Imam Khairy
 
PPT Kel. 1.pptx
PPT Kel. 1.pptxPPT Kel. 1.pptx
PPT Kel. 1.pptxSayinonay
 
Room qualification
Room qualificationRoom qualification
Room qualificationLabIndustri
 
Teknik Implementasi 5 s 5r seiso
Teknik Implementasi 5 s 5r seiso Teknik Implementasi 5 s 5r seiso
Teknik Implementasi 5 s 5r seiso Herry Prakoso
 

Similar to Tugas Kelompok 1 Lingker (PPT).pdf (20)

Kepmenkes 1335 menkes-sk-x-2002-kualitas udara ruang rs
Kepmenkes 1335 menkes-sk-x-2002-kualitas udara ruang rsKepmenkes 1335 menkes-sk-x-2002-kualitas udara ruang rs
Kepmenkes 1335 menkes-sk-x-2002-kualitas udara ruang rs
 
permen lingker 05 tahun 2018.ppt
permen lingker 05 tahun 2018.pptpermen lingker 05 tahun 2018.ppt
permen lingker 05 tahun 2018.ppt
 
Kesling ttu
Kesling ttuKesling ttu
Kesling ttu
 
1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja
1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja
1. Menerapkan prinsip kesehatan kerja
 
PERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptx
PERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptxPERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptx
PERMEN LINGKUNGAN KERJA.pptx
 
Perkantoran dan industri
Perkantoran dan industriPerkantoran dan industri
Perkantoran dan industri
 
Perkantoran dan industri
Perkantoran dan industriPerkantoran dan industri
Perkantoran dan industri
 
Perkantoran dan industri
Perkantoran dan industriPerkantoran dan industri
Perkantoran dan industri
 
Perkantoran dan industri
Perkantoran dan industriPerkantoran dan industri
Perkantoran dan industri
 
Perkantoran dan industri
Perkantoran dan industriPerkantoran dan industri
Perkantoran dan industri
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.pptKeselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
 
1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak
1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak
1LINGKUNGAN KERJA REVISIaalakakaaaaaaaaak
 
2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx
2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx
2.4 SAMPLING UDARA ambien.pptx
 
Permena
PermenaPermena
Permena
 
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
 
Lingkungan kerja
Lingkungan kerjaLingkungan kerja
Lingkungan kerja
 
PPT Kel. 1.pptx
PPT Kel. 1.pptxPPT Kel. 1.pptx
PPT Kel. 1.pptx
 
Room qualification
Room qualificationRoom qualification
Room qualification
 
Higiene industri
Higiene industriHigiene industri
Higiene industri
 
Teknik Implementasi 5 s 5r seiso
Teknik Implementasi 5 s 5r seiso Teknik Implementasi 5 s 5r seiso
Teknik Implementasi 5 s 5r seiso
 

Tugas Kelompok 1 Lingker (PPT).pdf

  • 1. LAPORAN PKL PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN LINGKUNGAN KERJA DI PUSAT HIPERKES KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PEMBINAAN AHLI K3 MUDA LINGKUNGAN KERJA KOMPETENSI AHLI MUDA HIGIENE INDUSTRI (HIMU) JAKARTA FEBRUARI 2023
  • 2. KELOMPOK 1 KETUA KELOMPOK : APRIYANTO KURNIAWAN ANGGOTA : AHMAD SYAUQI DEDY SETIAWAN FARID FADILAH ZAELANI SALSABILAH HASYIM
  • 3. DAFTAR ISI 1. Latar Belakang 2. Profil Perusahaan 3. Dasar Hukum 4. Ruang Lingkup 5. Pokok Pembahasan 6. Kesimpulan & Saran 7. Penutup
  • 4. Meningkatnya tuntutan tenaga kerja akan tempat kerja yang makin sehat dan nyaman, dan meningkatnya kualitas dan kuantitas pemakaian bahan berbahaya serta tuntutan standar dalam perdagangan global. Selain itu, tuntutan perlindungan dan penegakan hukum juga disuarakan oleh masyarakat luas seperti LSM mau pun organisasi masyarakat baik dalam negeri mau pun internasional terhadap kasus-kasus pencemaran lingkungan oleh industri, kecelakaan besar di industri dan kemunculan penyakit akibat kerja seperti: LATAR BELAKANG 1. Munculnya penyakit seperti kanker, gangguan pernapasan, penyakit kulit dan penyakit tulang belakang dan lain sebagainya yang bersumber dari sanitasi higiene dan ergonomi yang buruk di tempat kerja. 2. Munculnya problema psikososial di tempat kerja seperti kekerasan dan intimidasi pekerja yang pada akhirnya akan berakibat kepada stress yang makin meningkat. Aspek higiene di tempat kerja yang di dalamnya mencakup faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi yang keberadaannya di tempat kerja dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Pengambilan sample pajanan Lingkungan Kerja yang dilaksanakan di Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kesehatan Kerja terfokus pada aktivitas labroratorium dimana aktivitas tersebut memerlukan atensi khusus terhadap pajanan Lingkungan Kerja Fisik, Kimia, Biologi, Ergonomi, Psikologi, Higiene dan Sanitasi
  • 5. PROFIL PERUSAHAAN Nama Perusahaan : Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja Disnakertrans Provinsi DKI Jakarta Alamat : Jalan Ayani No. 69-70, RT.2/RW.7, Cemp. Putih Tim., Kec. Cemp. Putih, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta Jumlah Pekerja Laki-laki : 27 orang Jumah Pekerja Perempuan : 20 orang Total Pekerja : 47 orang Shift Kerja : 1 shift kerja Area Uji : Ruang Laboratorium Mikrobiologi dan Pos Satpam Pintu Keluar Waktu Pelaksanaan : 08.00 s.d. 17.00 WIB
  • 6. Dasar Hukum ■ UU No. 3 Tahun 1969 tentang persetujuan konvensi ILO No 120 mengenai higiene dalam perniagaan dan Kantor-kantor; ■ UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; ■ UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; ■ PP Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja; ■ Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Ruang Lingkup ▪ Pengukuran dan pengujian faktor fisika (ISBB, kebisingan dan pencahayaan), faktor kimia (debu, CO, CO2, O2), faktor ergonomi dan faktor psikologi. ▪ Penerapan higiene dan sanitasi di tempat kerja meliputi gedung, toliet, ruang udara/cubic space di area laboratorium mikrobiologi.
  • 7. POKOK BAHASAN Faktor Fisika 1. ISBB Pada pengujian Iklim (ISBB) terdapat dua temuan pada ruang Laboratorium Mikrobiologi dan Pos Satpam Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja dan didapatkan hasil dari pengujian ruang laboratorium mikrobiologi sebesar 19,8 oC dan Pos Satpam Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja sebesar 27,8 oC dengan menggunakan SNI-7061-2019 tentang Pengukuran Iklim Kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola. Pengujian iklim kerja pada ruang laboratorium dilakukan dengan kondisi exhaust tidak menyala, AC 1 unit menyala dan adanya paparan sinar matahari dari jendela yang tidak menggunakan gorden. Berdasarkan hasil pengukuran Iklim Kerja pada dua area kerja, yaitu di ruang laboratorium dan pos satpam pintu keluar Pusat Hiperkes dan K3 Provinsi DKI Jakarta tidak melebihi NAB sehingga kondisi area kerja saat ini bisa dipertahankan dan tidak perlu dilakukan pengendalian sesuai dengan Permenaker No. 5 tahun 2018 pasal 9 ayat 4.
  • 8. 2. Kebisingan Ruang kerja laboratorium mikrobiologi memiliki sumber kebisingan antara lain dari kondensor AC dan aktivitas orang yang berada dalam ruangan. Area tersebut menjadi dasar dilakukannya pengukuran kebisingan. Sedangkan di pos satpam sumber kebisingan berasal dari lalu lintas kendaraan yang berada tepat di depan pintu keluar gerbang. Dari hasil pengukuran kebisingan di ruang kerja laboratorium mikrobiologi, menunjukkan kebisingan tidak melebihi NAB. Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan lingkungan kerja di ruang laboratorium dan pengukuran kebisingan ambien di area pos satpam pintu keluar, keduanya didapatkan hasil yang tidak melebihi NAB sehingga tidak perlu dilakukan pengendalian sesuai dengan Permenaker No 5 tahun 2018.
  • 9. 3. Pencahayaan Gambaran umum ruangan laboratorium Mikrobiologi ➢ Panjang Ruangan = 8,27 m ➢ Lebar Ruangan = 6,6 m ➢ Tinggi Ruangan = 3 m ➢ Luas Ruangan = 54, 582 m2 ➢ Jumlah Lampu = 12 lampu TL ➢ Watt Lampu = 36 watt ➢ Jenis cahaya = Putih ➢ Warna Dinding = Putih (Doff) ➢ Warna Atap (ceiling) = Putih (Bahan acoustic) Pengambilan sample cahaya dilakukan pada siang hari dengan kondisi cerah pada pukul 11.00 – 11.30 WIB. Pengambilan sample pencahayaan sebanyak = 25 titik
  • 10. 3. Pencahayaan Pekerjaan yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi adalah persiapan alat dan bahan, proses penimbangan, proses pelarutan, proses homogenasi, dan proses sterilisasi menggunakan lemari UV (laminar air flow). Pengambilan sample ke dalam 3 jenis area : koridor (penerangan umum), meja analisa (penerangan local), dan meja komputer (penerangan lokal). 11 4 0 10 0 4 0 2 4 6 8 10 12 Koridor Kerja Meja Kerja Meja Komputer Grafik Pemenuhan Standard Pencahayaan Lab Mikrobiologi Terpenuhi Tidak Terpenuhi Berdasarkan temuan dalam bentuk tabel dan grafik di atas beberapa nilai intensitas pencahayaan kurang dari standar sesuai dengan lampiran Permenaker No. 5 tahun 2018.
  • 11. Pemecahan Masalah (Pencahayaan) Dari hasil pengukuran pencahayaan di ruang laboratorium mikrobiologi didapatkan hasil kurang dari standar intensitas pencahayaan maka perlu di lakukan pengendalian agar intensitas pencahayaan sesuai berdasarkan aktivitas pekerjaannya, yaitu: ■ mengganti jenis lampu dengan tipe LED warna lampu putih, yang memiliki lumens lebih besar ■ penggunaan dinding dengan cat yang glossy bertujuan untuk memantulkan cahaya ke seluruh area kerja ■ penggunaan furniture (meja) laboratorium berwarna putih dengan cat glossy ■ reposisi area kerja komputer. Beberapa atau secara keseluruhan usaha tindakan perbaikan tersebut perlu dilakukan agar sesuai dengan standar setiap area kerja berdasarkan Permenaker No. 5 tahun 2018 Lampiran II Standard Pencahayaan.
  • 12. 4. Sinar UV Sinar ultraviolet diukur di ruang laboratorium mikrobiologi menggunakan SNI 16-7060-2004 tentang pengukuran sinar ultraviolet di tempat kerja. Pengukuran sinar ultraviolet dilakukan pada aktivitas penggunaan alat laminar ar airflow yang biasanya digunakan sekita 10 menit dalam sehari. Pengukuran sinar ultraviolet dilakukan pada 3 zona, yaitu zona mata, siku dan betis. Berdasarkan hasil pengukuran, hasil yang didapatkan masih berada dibawah NAB sesuai Permenaker No. 5 Tahun 2018 Berdasarkan data hasil pengujian sinar ultraviolet di ruang kerja lab biologi pada alat laminar flow didapatkan data sebagai berikut: Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil pengukuran sinar ultraviolet pada aktivitas penggunaan laminar airflow di ruang laboratorium mikrobiologi, hasil yang diperoleh masih berada di bawah NAB sehingga bisa dipertahankan untuk pengendalian yang sudah dilakukan, yaitu penggunaan kaca penutup antiradiasi dan penggunaan alat proteksi radiasi.
  • 13. 5. Getaran Pengukuran getaran yang dilakukan, yaitu whole body vibration dan hand-arm vibration saat menggunakan kendaraan/sepeda motor. Pengukuran dilakukan selama 3 menit dengan kondisi jalan tidak rata, kecepatan 30-40 km/jam. Berdasarkan hasil pengukuran getaran pada sepeda motor, hasil yang didapatkan pada pengukuran whole body vibration melebihi NAB. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan saat pengukuran khususnya pada sumbu X dan Y tidak terkalibrasi sehingga hasil yang didapatkan tinggi dan tidak valid. Sedangkan pada pengujian hand-arm vibration hasil yang didapatkan masih berada di bawah NAB. Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil pengukuran getaran seluruh tubuh/whole body vibration pada aktivitas mengendarai sepeda motor, didapatkan hasil melebihi NAB karena alat yang digunakan belum terkalibrasi, khususnya untuk sumbu X dan Y, sehingga perlu dilakukan pengukuran ulang menggunakan alat yang sudah terkalibrasi agar hasil yang didapatkan valid. Apabila hasil pengukuran getaran melebihi NAB, maka perlu dilakukan pengendalian, seperti melakukan pengecekan/service kendaraan secara rutin, mengganti suspensi kendaraan yang lebih empuk, mengatur tekanan ban sesuai rekomendasi pabrik, membatasi durasi penggunaan motor, istirahat setiap 10-15 menit setiap 1 jam, dan menggunkan bantalan untuk mengurangi paparan getaran. Sedangkan pada pengukuran getaran tangan dan lengan, karena hasil yang didapatkan masih berada di bawah NAB. Sehingga tidak perlu dilakukan pengendalian untuk mengurangi paparan getaran dan bisa mempertahankan penggunaan sepeda motor dengan kondisi tersebut.
  • 14. POKOK BAHASAN Faktor Kimia 1. Debu Debu pada Ruang Laboratorium Mikrobiologi dan area pos satpam pintu keluar berdasarkan hasil pengukuran debu (TSP) di kedua lokasi menunjukkan nilai dibawah NAB sehingga aman untuk orang bekerja di lokasi tersebut. Pemecahan Masalah Pada ruang laboratorium mikrobiologi pengendalian yang sudah dilakukan yaitu dengan membuat prosedur bahwa ruang laboratorium selalu dalam keadaan tertutup saat kondisi normal dan juga memasang blower yang dilengkapi dengan system buka-tutup sehingga udara dan debu dari luar dapat diminimalisir. Untuk mengatur dan menjaga temperature udara didalam laboratorium disediakan 2 unit AC yang bekerja secara bergantian. Sedangkan pada area luar gedung, untuk mengurangi jumlah debu (TSP) yaitu dengan cara menanam tanaman hijau di lingkungan perkantoran Pusat Hiperkes DKI Jakarta. Tanaman hijau dapat mengurangi penyebaran debu dan menjadi filter udara di lokasi perkantoran Hiperkes.
  • 15. Faktor Kimia 2. Oksigen (O2) Sampling dilakukan sesaat melalui indirect reading. Pengambilan sampling dilakukan pada satu titik selama 10 menit pada masing-masing lokasi. Pemecahan Masalah Mengacu kepada bab VIII standar KUDR, kadar O2 tidak melebihi nilai ambang batas, namun proses sampling tidak sesuai dengan permenaker No.5 tahun 2018 pasal 20 dimana seharusnya sampling dilakukan selama 6 jam. Hasil pengukuran didalam ruangan sedikit dibawah nilai standard (20.5) persentase oksigen dalam udara yaitu 20.9% – 21% namun masih didalam rentang yang diperbolehkan yaitu 19.5% - 23.5%. Kondisi didalam ruangan pada saat pengambilan sampel yaitu terdapat 5-6 orang yang beraktifitas dengan kondisi pintu laboratorium beberapa kali dibuka dan tutup dalam interval waktu 1 jam dimana hal ini juga dapat membantu sirkulasi udara dalam ruangan. Sedangkan kondisi nilai persentase oksigen dalam udara di area luar gedung berada pada nilai yang sesuai. Hal ini dikarenakan saat pengetesan dilakukan di dekat Pos Satpam Pintu Keluar dimana di area ini banyak terdapat tanaman dan pohon hijau.
  • 16. Faktor Kimia 3. Karbon Dioksida (CO2) Sampling dilakukan sesaat melalui indirect reading. Pengambilan sampling dilakukan pada satu titik selama 10 menit pada masing-masing lokasi Pemecahan Masalah Mengacu kepada bab VIII standar KUDR, kadar CO2 tidak melebihi nilai ambang batas, namun proses sampling tidak sesuai dengan permenaker No.5 tahun 2018 pasal 20 dimana seharusnya sampling dilakukan selama 6 jam. Hasil pengukuran didalam ruangan nilai konsentrasi CO2 (karbon dioksida) lebih tinggi (725 bds) dibandingkan pengukuran diluar ruangan (393). Nilai ini berhubungan dengan system sirkulasi di area laboratorium yang tertutup, dimana ini bertujuan untuk menjaga temperature dan kelembaban ruangan dan juga mengurangi jumlah debu di ruangan. Namun angka tersebut masih berada pada NAB yang diizinkan. Untuk memperbaiki kondisi ini perlu dilakukan sirkulasi udara didalam laboratorium sehingga dapat mengurangi konsentrasi CO2 dalam udara. Sedangkan kondisi nilai konsentrasi CO2 (Karbon dioksida) dalam udara di area luar gedung berada pada nilai yang sesuai. Hal ini dikarenakan saat pengetesan dilakukan di dekat Pos Satpam Pintu Keluar dimana di area ini banyak terdapat tanaman dan pohon hijau yang dapat menyerap CO2 yang dibutuhkan dalam proses fotosintesa.
  • 17. Faktor Kimia 4. Karbon Monoksida (CO) Sampling dilakukan sesaat melalui indirect reading. Pengambilan sampling dilakukan pada satu titik selama 10 menit pada masing-masing lokasi Pemecahan Masalah Mengacu kepada bab VIII standar KUDR, kadar CO tidak melebihi nilai ambang batas, namun proses sampling tidak sesuai dengan permenaker No.5 tahun 2018 pasal 20 dimana seharusnya sampling dilakukan selama 6 jam. Hasil pengukuran kadar Karbon Monoksida pada kedua lokasi menunjukkan nilai 0 (nol) hal ini disebabkan pada ruang laboratorium tidak terdapat sumber yang menghasilkan Karbon monoksida. Sedangkan pada area luar gedung nilai 0 (nol) didapatkan karena lokasi pengukuran berada di lokasi yang rimbun pepohonan dan tanaman hijau.
  • 18. POKOK BAHASAN Faktor Psikologi Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, bagian keenam, faktor psikologi, pasal 24, menyatakan bahwa Pengukuran dan pengendalian faktor psikologi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya faktor psikologi. Potensi bahaya faktor psikologi meliputi : • Ketidakjelasan / ketaksaan peran • Konflik peran • Beban kerja berlebih secara kualitatif • Beban kerja berlebih secara kuantitatif • Pengembangan karir dan / atau • Tanggung jawab terhadap orang lain Pemecahan Masalah Dari hasil survey tersebut, potensi bahaya faktor psikologi yang harus dikendalikan adalah : Responden 1 : beban kerja sedang. Dari permasalahan ini, pengendalian yang dapat dilakukan adalah membuat peresncanaan kerja yang sesuai dengan kapasitas pekerja. Pemberian waktu istirahat / short braking untuk memberikan peregangan dan relaksasi di sela-sela bekerja. Responden 2 : beban kerja berat pada tanggung jawab orang lain, pengendaliannya adalah pemberian fasiliats alat beladiri contohnya senter kejut, atau dapat juga dengan penamabhan personil petugas agar lebih meningkatkan kepercayaan diri selama bertugas.
  • 19. POKOK BAHASAN Faktor Ergonomi Dilakukan pengukuran dengan metode GOTRAK pada 2 karyawan dengan interview, pengamatan langsung dan pengisian quisioner. Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil survey yang menjadikan penyebab adanya potensi bahaya ergonomi pada pekerjaan ini adalah gerakan berulang, saran pernikanny adalah sebagai berikut: • Eliminasi tugas berulang dengan mekanisasi (Engineering kontrol), bila tidak memungkinkan • Gabungkan beberapa pekerjaan sehingga bisa menghidarkan pengulangan, bisa dengan review SOP kerja. • Pengaturan waktu kerja fleksibel untuk melaksanakan istirahat sejenak dalam interval waktu tertnetu. Temuan : Potensi bahaya pada tubuh bagian atas : 7 Potensi bahaya pada punggung dan tubuh bagian bawah : 4 Hasil survey : anggota tubuh yang memiliki bahaya sedang terdapat pada bahu dan tangan, hal ini disebabkan prose kerja yang menggerakan tangan untuk memindah- mindahkan barang dengan tangan dan membawa beban serta dengan waktu yang cepat.
  • 20. Faktor Ergonomi Pengisian kuisioner pada bagian yang diisi oleh pengamat dilakukan dengan mengamati langsung obyek pengisi quisioner. Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil penilaan potensi abahaya ergonomi bahwa kategori ini masih termasuk dalam kategori sedang sehingga perlu pangamatan lebuh lanjut. Hal ini agar kita bisa menetukan perbaikan lebih lanjut lagi. Temuan : Potensi bahaya pada tubuh bagian atas : 6 Potensi bahaya pada punggung dan tubuh bagian bawah : 6 Hasil survey : Angoogta tubuh yang berpotensi resiko ergonomi sedang adalah kaki, hal ini disebabka olehaktivitas patroli yang prosesnya dengan berjalan kaki.
  • 21. POKOK BAHASAN Faktor Higiene Sanitasi Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, bagian pertama, pasal 26, menyatakan bahwa higiene dan sanitasi harus diterapkan pada setiap bangunan tempat kerja. Penerapannya meliputi : • Gedung tempat kerja • Toilet Wanita dan Toilet Pria • Kualitas Udara Lingkungan Kerja
  • 22.
  • 23. Berdasarkan pengamatan visual, dinding dan langit-langit dalam kondisi kering, tidak lembab, dicat. Sehingga kondisi ruangan, dapat dikatagorikan baik dan bersih. Pencahayaan alami dimaksimalkan dengan adanya dimensi jendela yang cukup besar. Penempatan peralatan kerja laboratorium terdapat identitas dan ditempatkan di dalam rak. Ruang kerja yang cukup memadai dengan kapasitas team analisis di area tersebut. Suhu ruangan kerja berdasarkan hasil ukur ISBB indoor masih jauh dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan sehingga pekerja masih nyaman di area kerja tersebut. Dari semua hal tersebut dibutuhkan beberapa perhatian di beberapa fasilitas sebagaimana disebutkan pada tabel Hasil Pemeriksaan dan atau Pengujian Penerapan Higiene dan Sanitasi Bangunan Tempat Kerja
  • 24. Pemecahan Masalah ■ Berdasarkan pengamatan visual, dinding dan langit-langit dalam kondisi kering, tidak lembab, dicat. Sehingga kondisi ruangan, dapat dikatagorikan baik dan bersih. Pencahayaan alami dimaksimalkan dengan adanya dimensi jendela yang cukup besar. Penempatan peralatan kerja laboratorium terdapat identitas dan ditempatkan di dalam rak. Ruang kerja yang cukup memadai dengan kapasitas team analisis di area tersebut. Suhu ruangan kerja berdasarkan hasil ukur ISBB indoor masih jauh dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan sehingga pekerja masih nyaman di area kerja tersebut. ■ Dari semua hal tersebut dibutuhkan beberapa perhatian di beberapa fasilitas sebagaimana disebutkan pada tabel Hasil Pemeriksaan dan atau Pengujian Penerapan Higiene dan Sanitasi Bangunan Tempat Kerja
  • 25.
  • 26.
  • 27. Pemecahan Masalah Pada penerapan higiene dan sanitasi bangunan tempat kerja di Pusat Hiperkes Kesehatan dan Keselamatan Kerja ditemukan beberapa ketidaksesuaian diantaranya : Toilet Pria Tidak tersedianya tempat sampah, tempat cuci tangan, dan system ventilasi udara masih kurang cukup baik. Selain itu control kebersihan masih belum terlihat dilakukan secara periodic. Handle pintu juga ditemukan dalam kondisi rusak sehingga dapat mengganggu kenyamanan bagi pengguna toilet. Intensias pencahayaan masih belum memadai dengan hasil pengukuran pencahayaan toilet =19 Lux, pencahayaan area cermin = 42 Lux. Standard pencahayaan berdasarkan Permenaker No. 5 Tahun 2018 untuk area toilet adalah 100 Lux Toilet Wanita Keran cuci tangan di tempat wastafel tidak bisa digunakan, exhaust fan tersedia namun tidak di aktifkan, saluran pembuangan air tidak terdapat penutup yang bisa mengakibatkan serangga bisa masuk dengan mudah, Intensias pencahayaan masih belum memadai dengan hasil pengukuran pencahayaan toilet =54, pencahayaan wastafel + cermin = 43 Lux, pencahayaan area shower = 76 Lux. Standard pencahayaan berdasarkan Permenaker No. 5 Tahun 2018 untuk area toilet adalah 100 Lux.
  • 28. POKOK BAHASAN Kubik Space Pemecahan Masalah Pada pengujian kubik space didapatkan nilai standar yaitu di minimal 10 m3 / orang, oleh karena itu pada staff biologi tidak perlu dilakukan pengendalian terhadap lingkungan kerja tersebut.
  • 29. POKOK BAHASAN Pemeriksaan ketatarumahtanggaan (house keeping) peralatan dan bahan Berdasarkan hasil pemeriksaan, alat kerja sudah disimpan rapi berdasarkan jenisnya, namun ada beberapa alat yang belum memiliki label. Selain itu, tidak lengkapnya prosedur/checklist terkait kebersihan, penggunaan alat dan bahan yang ada di laboratorium. Pemecahan Masalah Agar alat-alat kerja tertata dengan baik dan mempermudah penggunaan alat serta bahan yang akan digunakan, sebaiknya diberi label untuk setiap alat kerja dan tempat penyimpanan alat serta bahan yang ada di laboratorium. Selain itu, sebaiknya disediakan prosedur terkait kebersihan dan penggunaan setiap alat dan bahan yang ada di laboratorium untuk mempermudah aktivitas/pekerjaan yang dilakukan.
  • 30. KESIMPULAN ■ Pengukuran lingkungan kerja dilakukan pada 2 area, yaitu ruang laboratorium Mikrobiologi Lt.3 dan Post Satpam Area Pintu Keluar. Pengukuran yang dilakukan pada faktor fisik, yaitu Iklim Kerja, Pencahayaan, Kebisingan, Sinar UV dan Getaran. Pada pengukuran faktor kimia, yaitu Debu, CO, CO2 dan O2. Selain itu dilakukan juga pengukuran psikologi, ergonomi serta higiene dan sanitasi. ■ Berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian, dapat disimpulkan bahwa: ■ Pada faktor fisika, hasil pengukuran Iklim kerja, kebisingan dan sinar UV masih berada dibawah NAB sehingga masih aman dan bisa dipertahankan untuk kondisi yang sudah ada dan dijalankan saat ini. Namun, untuk pencahayaan ada beberapa titik pengukuran yang berada dibawah standar sehingga perlu di lakukan pengendalian, yaitu bisa dengan melakukan mengganti jenis lampu dengan tipe LED warna lampu putih, yang memiliki lumens lebih besar dan pengendalian lainnya agar pencahayaan sesuai standar. Selain itu, pengukuran getaran tangan dan lengan memiliki hasil di atas NAB, hal ini karena alat yang digunakan belum terkalibrasi sehingga tidak valid dan perlu dilakukan pengukuran ulang. ■ Pada faktor kimia, yaitu parameter Debu, CO, CO2 dan O2 masih berada di bawah NAB sehingga kondisi saat ini masih aman dan bisa dipertahankan. ■ Pada faktor psikologis, pada responden satu sebagian besar memiliki derajat stress sedang. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah membuat peresncanaan kerja yang sesuai dengan kapasitas pekerja. Pemberian waktu istirahat / short braking untuk memberikan peregangan dan relaksasi di sela-sela bekerja. Sedangkan pada responden 2, terdapat satu parameter yang memiliki kategori stress berat, hal ini karena beban kerja berat pada tanggung jawab orang lain. Pengendalian yang bisa dilakukan yaitu dengan pemberian fasiliats alat beladiri contohnya senter kejut, atau dapat juga dengan penamabhan personil petugas agar lebih meningkatkan kepercayaan diri selama bertugas.sehingga perlu dilakukan ■ Pada faktor ergonomic, responden 1 memiliki keluhan pada tangan dan bahu. Sedangkan pada responden 2 keluhan berada pada bagian kaki. ■ Pada hygiene dan sanitasi kondisi area cukup baik, namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki terutama di area toilet dan ketersediaannya.
  • 31. SARAN ■ Secara umum hasil dari pengukuran dan pengujian lingkungan kerja di Pusat Hiperkes Kesehatan dan Keselamatan Kerja cukup baik, namun terdapat beberapa rekomendasi yaitu : ■ Pada faktor pencahayaan bisa dengan mengganti jenis lampu dengan tipe LED warna lampu putih, yang memiliki lumens lebih besar dan pengendalian lainnya agar pencahayaan sesuai standar. ■ Pada faktor getaran perlu dilakukan pengujian ulang menggunakan alat yang sudah terkalibrasi agar hasil yang didapatkan valid. ■ Pada faktor psikologis, bisa dilakukan dengan membuat perencanaan kerja yang sesuai dengan kapasitas pekerja dan pemberian waktu istirahat / short braking untuk memberikan peregangan dan relaksasi di sela-sela bekerja. Sedangkan pada responden 2, bisa dilakukan dengan pemberian fasiliats alat beladiri contohnya senter kejut, atau dapat juga dengan penamabhan personil petugas agar lebih meningkatkan kepercayaan diri selama bertugas. ■ Pada faktor ergonomic, pengendalian yang bisa dilakukan yaitu dengan menggabungkan beberapa pekerjaan sehingga bisa menghidarkan pengulangan, bisa dengan review SOP kerja, pengaturan waktu kerja fleksibel untuk melaksanakan istirahat sejenak dalam interval waktu tertentu. ■ Pada faktor hygiene dan sanitasi melakukan pengecekkan toilet secara berkala dengan melampirkan check sheet yang dibutuhkan sebagai dokumentasi, menyediakan tempat sampah berikut dengan labelnya dan penyediaan tempat cuci tangan, penyediaan tempat sampah khusus pembalut di area toilet Wanita, dan menyediakan 1 unit toilet khusus penyandang disabilitas. Selain itu peremajaan kondisi pintu toilet beserta peningkatan intensitas pencahayaan di kedua toilet.