Dokumen tersebut membahas tentang analisis SWOT dan perencanaan strategis dengan pendekatan wilayah. Secara ringkas, analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi suatu organisasi, sementara perencanaan strategis wilayah bertujuan untuk menentukan strategi pembangunan dengan mempertimbangkan potensi dan keterkaitan antarwilayah.
2.
S W
O
T
TEKNIK ANALISIS SWOT
Pengaruh eksternal
Kekuatan
pendorong
Kekuatan
penghambat
Pengaruh internal
3.
Menurut Ferrel dan Harline (2005),
untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan
memisahkannya dalam pokok persoalan internal
(kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal
(peluang dan ancaman).
Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah
informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan
membantu Instansi mencapai tujuannya atau
memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang
harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi
pemasukan yang diinginkan.
Fungsi Analisis SWOT
4. Internal
Eksternal
S (Strength)
Tentukan faktor2
kekuatan internal
W (Weakness)
Tentukan faktor2
kelemahan internal
O (Opportunity)
Tentukan faktor2
peluang eksternal
Strategi SO: Ciptakan
strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi WO: Ciptakan
strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang
T (Threat)
Tentukan faktor2
ancaman eksternal
Strategi ST: Ciptakan
strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi WT: Ciptakan
strategi yang
meminimalkan kelamahan
dan menghindari ancaman
Matrik SWOT
5.
Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu
organisasi untuk menentukan strategi atau arahan, serta
mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber
dayanya (termasuk modal dan sumber daya manusia)
untuk mencapai strategi ini.
Pengertian Perencanaan Strategis
6.
Jenis – jenis Perencanaan
Jenis perencanaan menurut prosesnya :
Policy Planning
Program Planning
Operational Planning
7.
Jenis perencanaan menurut jangka waktunya
1. Long Range Planning, yaitu perencanaan jangka
panjang yangdalam pelaksanaannya membutuhkan
waktu lebih dari tigatahun
2. Intermediate Planning, yaitu perencanaan jangka
menengahyang waktu pelaksanaanya membutuhkan
waktu antara 1hingga tiga tahun
3. Short Range Planning, yaitu perencanaan jangka
pendek yangpelaksanaannya membutuhkan waktu
kurang dari 1 tahun
8.
Jenis perencanaan menurut wilayah pelaksanaannya
1. National Planning, yakni rencana yang
diperuntukkan bagiseluruh wilayah negara
2. Regional Planning, yakni rencana untuk suatu
daerah
3. Local Planning, yakni rencana untuk suatu daerah
yang sangatterbatas.
9.
Jenis perencanaan menurut penggunaannya
1. Single Use Planning, yaitu suatu perencanaan
hanya untuksekali pakai saja. Dalam artian jika rencana
tersebut telahtercapai, maka tidak akan digunakan lagi
2. Repeats Planning, yaitu perencanaan yang dipakai
secaraberulang-ulang, walaupun sudah dilaksanakan
berkali-kali
10.
Proses Penyusunan Perencanaan
1. Merumuskan Misi dan Tujuan.
2. Memahami Keadaan Saat ini
3. Mempertimbangkan faktor pendukung dan
penghambat tercapainya Tujuan
4. Menyusun rencana Kegiatan untuk mencapai Tujuan
11. Manfaat pengelolaan dan perencanaan yang efektif, yakni :
Pengembangan diri – dengan melakukan perencanaan
yang efektif, maka seseorang akan mampu menyisakan
waktu luang yang berharga untuk menyusun
pengembangan diri guna peningkatan kinerjanya.
Pekerjaan tuntas dan selesai tepat waktu sehingga
pekerjaan tidak menumpuk; dan tidak mesti melakukan
lembur guna menuntaskan pekerjaan.
Pekerjaan dapat ditata dengan rapi, dan akan
memudahkan proses mengorganisasikan dan
mengendalikan pekerjaan lainnya
13.
D.Conyers et al, (1984 hal 3)
Jan Tinbergen (diterjemahkan oleh Hafid, 1973,hal
33)
Edgar A. Rose (M.J. Bruton 1974 hal. 30)
B. Mackaye
DEFINISI PERENCANAAN-1
15.
DEFINISI REGIONAL (WILAYAH)
1. Wilayah Formal Atau Homogen ; wilayah yg memiliki kesamaan,
misalnya kesamaan struktur ekonomi atau kondisi geografis
2. Wilayah Fungsional atau Modal ; wilayah yang satu sama lainnya
secara fungsional saling membutuhkan.
3. Wilayah Perencanaan atau Administratif Perencanaan
(J.GLASSON/1974)
PEMBAGIAN REGIONAL (WILAYAH)
1. Daerah Administratif
2. Daerah terkait dalam suatu sistem
3. Daerah Perencanaan Strategis
(RIDWAN KAMANSYAH)
DEFINISI REGIONAL (WILAYAH)
16.
D. conyers, et al (1984, hal. 24) yang mengatakan : "The
colonial power began to accept the need for social and economic
development and even the reality of
Ditinjau dari aspek historis perkembangan masyarakat
menurut pertumbuhannya dapat dibedakan dalam
masyarakat traditional, masyarakat transitional dan
masyarakat modern.
Untuk mencapai kemajuan sebagai daerah maju atau
modern maka ia harus melakukan suatu "development”.
Suatu istilah asing yang kemudian dipersamakan dalam
bahasa kita sebagai pembangunan. Dari sudut tata bahasa
Indonesia istilah development dapat dijabarkan sebagai
kemajuan atau perkembangan.
Historis Pembangunan
17.
Moeljadi Banoewidjojo
Saul M Katz
Sondang P Siagian
J. Glasson membagi wilayah dalam tiga jenis yaitu:
a) Wilayah formal atau wilayah homogeny
b) Wilayah fungsional atau wilayah modal
c) Wilayah perencanaan atau wilayah administrasi
perencanaan (region programming)
DEFINISI PEMBANGUNAN
19.
Perencanaan pembangunan dengan Pendekatan wilayah
(regional) melihat pemanfaatan ruang serta interaksi-interaksi
berbagai kegiatan dalam ruang suatu wilayah yg diarahkan
untuk pencapaian efeseinsi dan kenyamanan yg optimal untuk
kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut.
Pendekatan perencanaan regional memandang wilayah sebagai
kumpulan dari bagian-bagian wilayah yg lebih kecil dengan
potensi dan daya tarik serta daya dorong yg berbeda-beda,
yang mengharuskan mereka menjalin hubungan untuk
mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya
Perencanaan wilayah mencakup berbagai kehidupan yg
komprehensip (satu sama lain saling bersentuhan), yang
semuanya bermuara pada upaya meningkatkan kehidupan
masyarakat (ekonomi, politik, social dan budaya ) berbaur
dalam sebuah perencanaan wilayah yang cukup kompleks
Ciri Perencanaan dengan
Pendekatan Regional (Wilayah)
20.
Perencanaan regional (wilayah) akan menjawab beberapa
pertanyaan yang pada pendekatan sektoral tidak akan
terjawab , yaitu ;
1. Lokasi berbagai kegiatan ekonomi yg akan berkembang
2. Penyebaran penduduk dan lokasi berbnagai kegiatan
ekonomi yg akan berkembang dimasa yg akan datang
3. Perubahan struktur ruang wilayah dan sarana yg harus
di bangun
4. Perencanaan jaringan penghubung yg dapat
menghubungkan berbagai pusat kegiatan atau
pemukiman secara efesein.
Perencanaan Regional Mengatasi
berbagai masalah sektoral
21.
Dengan pendekatan perencanaan Regional maka terjadi
perubahan paradigm pembangunan yang dahulu bersifat
sentralisasi, sektoral, partial, makro dan top down
approach ke paradigm baru yg desentralisasi, interaktif,
bottom up approach, keterpaduan, mikro, local based
dan partisipatory
Perencanaan pembangunan wilayah (regional) harus
diorientasikan kepada kemampuan bertindak local dalam
kerangka berpikir global, memperhitungkan kelayakan
masa kini dalam mempertimbangkan masa depan, lebih
fleksibel dan dinamis dalam framework yg pasti dgn
melibatkan seluruh unsure di masyrakat seperti
akademisi, investor, budayawan, praktisi, dll
Perubahan Paradigma
Perencanaan Pembangunan
22.
Glasson (1974 : 5) Perencanaan adalah : “major features of general
planning include a sequence of actions which are designed to solve
problems in the future”. Glasson kemudian menetapkan urutan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. The indentification of the problem.
2. The formulation of general goals and more specific and measurable
objectives relating to possible constraints.
3. The indentefication of possible constraints.
4. Projection of the future situation.
5. The generation and evalution of alternative courses of action,and the
production of a preferred plan.Which in generic form may include any
policy statement or strategy as well as a definitive plan.
Langkah-langkah Proses
Perencanaan Regional
23.
Indentifikasi kondisi saat sekarang dan indentifikasi masalah yang akan datang, baik
untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Tentukan visi, misi, dan tujuan umum yang ingin dicapai.
Indentifikasi kondisi daerah-daerah di sekitar daerah yang akan dibuat perencanaannya
dengan pendekatan wilayah, baik menyangkut potensi daerah tersebut maupun hal-hal
lain yang terkait dengan kemungkinan untuk melakukan kerja sama.
Indentifikasi kendala yang dihadapi saat ini maupun yang akan datang, termasuk kendala
jika dilakukan kerja sama antardaerah.
Proyeksikan berbagai variabel yang terkait, baik yang bersifat terkendali maupun yang di
luar jangkauan pengendalian pihak perencana.
Tetapkan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai dengan kekuatan sendiri dan melalui
kerja sama antardaerah dalam kurun waktu tertentu, dengan tujuan yang dapat diukur.
Susun format kerja sama antardaerah dan sesuaikan dengan yang berlaku secara
transparan.
Cari seluruh alternatif yang mungkin dilakukan dengan kemampuan sendiri maupun
melalui kerja sama antardaerah untuk mencapai sasaran tersebut.
Pilih alternatif terbaik, termasuk kegiatan pendukung yang akan dilaksanakan.
Menetapkan lokasi dan waktu dari semua kegiatan yang akan dilaksanakan.
Menyusun kebijakan dan strategi agar kegiatan pada tiap lokasi berjalan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah dalam Perencanaan Pendekatan
Wilayah
25.
Pada kurun waktu ini, pendekatan pembangunan
yang dilakukan masih bersifat parsial dan sektoral.
Titik berat pelaksanaan pengembangan wilayah
terfokus pada kawasan perkotaan, sedangkan
perdesaan belum mendapat perhatian serius.
Pendekatan Periode 1960-an
26. Terjadi peningkatan
kegiatan ekonomi di
perkotaan, tetapi di sisi
lain mengakibatkan
penurunan mutu
lingkungan.
Pedesaan yang kurang
terperhatikan
mengakibatkan
produktivitasnya
menurun
Terjadi urbanisasi.
27. Pengembangan wilayah mulai dipandang sebagai solusi guna
mempercepat pembangunan wilayah.
Koreksi terhadap pendekatan mulai dilakukan, mengingat
pendekatan pengembangan wilayah yang diterapkan bersifat
sektoral.
Asumsi pengembangan pusat pertumbuhan akan menetes ke
wilayah sekitarnya, terbukti kurang berjalan. Kenyataannya, pusat
pertumbuhan “menghisap” wilayah sekitarnya. Pusat-pusat yang
sudah berkembang cenderung menjadi metropolitan.
PENDEKATAN PERIODE 1970-an
28.
Periode awal tahun 1980-an ditandai dengan perumusan
Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan yang masih
menggunakan konsep kutub pertumbuhan (growth pole)
dalam proses pembangunannya.
Pada periode ini, juga dikenalkan konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development).
PENDEKATAN PERIODE 1980-an
29.
Pendekatan wilayah dalam perencanaan tata ruang
wilayah mengalami pendalaman dan perluasan
cakupan, antara lain dibuktikan dgn pemberlakuan PP
No. 45/1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah
dan UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang.
Dalam prosesnya, penataan ruang melakukan tinjauan
komprehensif tentang wilayah.
Analisisnya menggunakan model dari berbagai disiplin
ilmu. Hasil kegiatan dituangkan dalam spatial plan atau
rencana tata ruang.
PENDEKATAN PERIODE 1990-an (1)
30. Tata Ruang
Penataan kawasan lindung,
kawasan pemukiman
perkotaan, kawasan
pemukiman pedesaan,
kawasan produksi, pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan
sosial dan kegiatan ekonomi,
prasarana transportasi,
telekomunikasi dan
pengairan.
31.
Pada periode ini dikenal hirarki Sistem
Perencanaan Tata Ruang, yaitu:
Rancana Tata Ruang
Wilayah Nasional
Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi
Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota/kabupaten
Rencana-rencana Rinci
32. Perkembangan teknologi informasi memicu tuntutan
terhadap transparansi, keterlibatan masyarakat dalam
pembangunan, desentralisasi dan otonomi daerah serta
penghargaan terhadap HAM di Indonesia.
Penyusunan “kawasan andalan” serta sektor unggulan
sebagai prime-mover. Model kawasan andalan pertama
kali dikembangkan adalah model KAPET (Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu).
PENDEKATAN PERIODE 1990-an (2)
33.
Berdasarkan Keppres 89/1996, KAPET adalah wilayah geografis
dengan batas-batas tertentu yang memenuhi persyaratan :
Memiliki potensi untuk cepat tumbuh
Mempunyai sektor unggulan yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya dan/atau
Memiliki potensi pengembalian investasi yang besar.
Tujuannya yaitu untuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
ke seluruh wilayah Indonesia.
Contoh :
KAPET Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
KAPET Seram, Maluku.
KAPET Palapas, Sulawesi Tengah.
Pengertian dan Tujuan Pembentukan KAPET
34.
Penataan ruang lebih desentralistik (bottom-up approach)
dan penyusunan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
disiapkan pemerintah daerah bersangkutan dengan
mengikutsertakan masyarakat (public participation).
Pendekatan Periode 2000-an