SlideShare a Scribd company logo
1 of 62
IMPLEMENTASI AUDIT BERBASIS RISIKO
DALAM PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN
TAHUNAN ATAS SATUAN KERJA DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
MAKALAH
Disajikan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh
Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)
Disusun Oleh :
MAIZAR RADJIN
YAYASAN PENDIDIKAN INTERNAL AUDIT
IN HOUSE TRAINING SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL AUDITOR
Angkatan 001 / Tingkat Manajerial
Juli dan Agustus 2015 – JAKARTA
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………..................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang……………………………………............. 1
1.2. Penjelasan Masalah………………………………............ 2
1.3. Tujuan Penulisan Makalah………………………............. 3
1.4. Ruang Lingkup Pembahasan……….............................. 3
1.5. Sistematika Penulisan……………………………............ 3
BAB II RUJUKAN TEORI..................................................................... 4
2.1. Perencanaan Audit……………………………………...... 5
2.2. Rincian Tahapan Sistematis Terhadap Perencanaan
Audit Berbasis Risiko……………………………….......... 7
2.2.1 Pengidentifikasian Audit Universe....................... 7
2.2.2 Pemilihan Auditable Unit..................................... 8
2.2.3 Penyusunan Program Kerja Pengawasan
Tahunan (PKPT)..................................................
9
2.3. Risiko………………………............................................. 10
2.4. Audit Berbasis Risiko………........................................... 10
iv
BAB III APLIKASI PENYUSUNAN PROGRAM KERJA
PENGAWASAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN........................................... 17
3.1. Sekilas Tentang Organisasi Inspektorat Jenderal
Kementerian Perhubungan………………………………... 17
3.1.1 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal
Kementerian Perhubungan.................................... 17
3.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Inspektorat Jenderal
Kementerian Perhubungan.................................... 20
3.1.3 Pengawasan Intern................................................ 22
3.1.4 Sumber Daya Manusia.......................................... 22
3.2. Penyusunan Program Kerja Audit Tahuanan Inspektorat
Jenderal Kementerian Perhubungan……………….......... 23
3.3. Pengembangan Penyusunan Program Kerja Audit
Tahunan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan dengan Audit Berbasis Risiko…………..... 23
3.4. Manfaat Penerapan Audit Berbasis ................................ 31
3.5 Audit Terhadap Semua Auditi.....……….......................... 33
v
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 34
4.1. Kesimpulan…………………………………...................... 34
4.2. Saran………………………………………………….......... 34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 36
LAMPIRAN
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya berkat
rahmat dan petunjuk-Nya makalah dengan judul ” Implementasi Audit
Berbasis Risiko dalam Penyusunan Program Kerja Pengawasan
Tahunan Atas Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian Perhubungan”
ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Penyusunan makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA), di mana pada
prosesnya melibatkan bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Inspektur Jenderal dan segenap Manajemen di lingkungan
Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan atas komitmen yang
begitu besar dalam peningkatan kualitas Internal Auditor Kementerian
Perhubungan;
2. Seluruh Pengajar berserta para Peserta program sertifikasi QIA tingkat
Lanjutan dan Manajerial yang telah berbagi pengalaman dan
pengetahuannya selama program sertifikasi ini;
3. Keluarga Besar Bagian Perencanaan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan yang telah mendoakan dan meringankan beban dalam
mengikuti program sertifikasi ini;
4. Seluruh jajaran Inspektorat Jenderal yang penulis tidak dapat sebutkan
namanya satu persatu yang telah membantu penulis secara langsung dan
tidak langsung dalam pelaksanaan program sertifikasi ini;
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman ii
5. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan doa hingga
terselesaikannya makalah ini;
6. Staf Administrasi YPIA yang telah membantu kelancaran dalam proses
sertifikasi ini.
Sebagai penutup penyusun menyadari bahwa makalah ini masih belum
sepenuhnya sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati penyusun
memohon masukan dan saran yang membangun dari rekan-rekan pembaca
untuk dapat lebih menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi kepada
semua pihak. Amin…
Jakarta, 3 Agustus 2015
Maizar Radjin
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Perhubungan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor:
KM 60 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan. Untuk menjawab perkembangan kebijakan pemerintah
terhadap peningkatan pengendalian intern tersebut, Inspektorat Jenderal
setiap tahunnya menyusun Kebijakan Pengawasan dan pada tahun
2015 telah ditetapkan Keputusan Inspektur Jenderal Nomor SK No.
SK.08/HK.206/ITJEN-2014.
Inspektorat Jenderal selaku pengawas intern diminta selalu berperan
aktif dengan mengawal mulai dari proses perencanaan sampai dengan
pelaporan, di antaranya dengan melakukan Reviu Rencana Kerja dan
Anggara (RKA), Reviu Revisi DIPA, dan Reviu Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) serta melakukan pendampingan
rencana penyusunan pagu kebutuhan masing-masing Unit Kerja untuk
periode tahun berikutnya, Koordinasi Monitoring dan Evaluasi AP-KKN
(KORMONEV), serta melakukan pengawasan dan pengendalian
terhadap WBS (Whistle Blowing System) dan Pengendalian Gratifikasi.
Tahun 2015 Kementerian Perhubungan mendapatkan alokasi anggaran
sebesar Rp64.9 Trilliun sedangkan Inspektorat Jenderal hanya
mendapat alokasi anggaran sebesar Rp100.3 Milliar atau sebesar 0.15
% dari total anggaran Kementerian Perhubungan untuk melaksanakan
program kerja pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 2
Jumlah Auditor Inspektorat Jenderal saat ini sebanyak 116 orang dan
harus mengawasi sebanyak 632 Auditee. Ini menyebabkan terhadap
hasil evaluasi BPKP Inspektorat Jenderal masih memerlukan jumlah
tenaga auditor minimum sebanyak 160 orang yang terdiri dari berbagai
disiplin ilmu. Menyikapi hal tersebut dalam penyusunan Program Kerja
Audit Tahunan (PKAT) untuk tercapainya hasil pengawasan yang
optimal, Inspektorat Jenderal harus menerapkan manajemen Audit
Berbasis Risiko (Risk Based Audit). Perubahan paradigma Auditor
Internal sebagai Penjamin Mutu dan Konsultan terhadap kinerja
Kementerian Perhubungan harus mampu menjadikan Inspektorat
Jenderal berperan aktif dalam membangun sistem dan mendorong
terwujudnya Kemenhub menjadi lembaga pemerintahan yang baik dan
bersih sehingga Inspektorat Jenderal mampu menjadi telinga dan mata
bagi pimpinan tertinggi di Kementerian Perhubungan.
Diketahuinya berbagai permasalahan mengharuskan Inspektorat
Jenderal melakukan upaya strategis dalam menyusun program kerja
pengawasan tahunan melalui audit berbasis risiko. Penerapan audit
berbasis risiko dimaksudkan sebagai upaya meminimalisasi risiko yang
dapat mengakibatkan dampak buruk di masa depan. Artinya tiap
organisasi perlu menerapkan dan memastikan manajemen risiko
berjalan secara efektif.
1.2 Penjelasan Masalah
Jumlah auditee dan anggaran di Lingkungan Kementerian Perhubungan
tidak sesuai terhadap jumlah Auditor yang ada pada Inspektorat
Jenderal Kementerian Perhubungan dengan kondisi saat ini. Dengan
ketimpangan jumlah auditor serta perluasan cukupan dan beban kerja
audit, perencanaan program kerja pengawasan tahunan yang belum
komprehensif dalam menentukan audit universe mengakibatkan tidak
optimalnya penetuan risiko yang akan dihadapi dalam penugasan audit.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 3
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memperkaya pengetahuan
khususnya pada teknik penyusunan program kerja pengawasan tahunan
yang menggunakan pendekatan audit berbasis risiko. Sehingga
permasalahan penyusunan program kerja pengawasan tahunan yang
disusun oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan tepat,
efektif dan efesien sesuai dengan kondisi yang ada pada Organisasi,
sehingga dapat mengoptimalkan fungsi audit dengan sumber daya yang
dimiliki.
1.4 Ruang Lingkup Pembahasa
Pembahasan permasalahan ini dibatasi pada proses penyusunan
program kerja pengawasan tahunan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. BAB I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan
makalah, ruang lingkup, dan sistematika penulisan.
2. BAB II : Rujukan Teori
Bab ini menguraikan teori yang menjadi dasar pemikiran yang
berkaitan dengan ruang lingkup pembahasan.
3. BAB III : Aplikasi Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan
Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan
Bagian ini berisi tentang gambaran umum Inspektorat Jenderal
Kementerian Perhubungan dan penyusunan program kerja
pengawasan tahunan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan yang selama ini dilaksanakan, serta rencana
pengembangan sebagai upaya peningkatan dan optimalisasi fungsi
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 4
audit melalui penyusunan program kerja audit tahunan yang tepat,
efektif dan efesien.
4. BAB IV : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang dapat diberikan
Penulis untuk penyempurnaan penyusunan program kerja
pengawasan tahunan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 5
BAB II
RUJUKAN TEORI
2.1 Perencanaan Audit
Perencanaan audit tahunan merupakan program kegiatan jangka
pendek yang merupakan bagian integral dari program kerja jangka
menengah dan jangka panjang. Penyusunan rencana kerja
pengawasan tahunan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:
prioritas sasaran pengawasan, sumber daya yang tersedia, jadwal waktu
yang ada. Pencapaian sasaran pengawasan yang telah ditetapkan
memiliki potensi tidak dapat tercapai, sebagaimana yang diharapkan
disebabkan oleh berbagai hambatan yang lebih dikenal dengan istilah
risiko. Itulah sebabnya perencanaan pengawasan dewasa ini telah
menggunakan pendekatan risiko yang disebut dengan perencanaan
audit berbasis risiko. (sumber pusdiklatwas BPKP)
Standar Profesional Audit Intern dari The Institute of Internal Auditor
(IIA) menyatakan Pimpinan audit intern harus memiliki pernyataan
tentang tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab untuk bagian audit
intern. Pimpinan audit intern harus menetapkan rencana bagi
pelaksanaan tanggungjawab bagian audit intern.
Menurut Profesor Hiro Tugiman, “Audit Internal adalah suatu fungsi
penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan
mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan” (Tugiman,1997:1)
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 6
Proses perencanaan audit (Audit Planning Process)
Sumber : MAI Plan-QIA-Ina-2015
Pimpinan APIP dapat memutuskan untuk menimbang berbagai
faktorrisiko, untuk menentukan tingkat keterkaitan faktor-faktor tersebut
dengan suatu risiko. Hasil pertimbangan terhadap faktor-faktor tersebut
merupakan penilaian pimpinan terhadap dampak yang mungkin
ditimbulkan. Penilaian dilakukan untuk menyeleksi unit kerja, bagian,
bidang, program atau kegiatan yang akan diaudit. Perkiraan ini
merupakan proses sistematis untuk memperkirakan dan menerapkan
penilaian yang potensial terhadap berbagai kondisi dan atau kejadian
yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan. Proses perkiraan risiko
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 7
akan menghasilkan suatu cara bagi pengaturan dan penerapan penilaian
yang potensial, dalam penyusunan jadwal pekerjaan audit. Penetapan
auditable unit didasarkan pada kegiatan yang memiliki tingkat risiko
tinggi. Pada proses perkiraan risiko, APIP harus menggabungkan
informasi dari berbagai sumber baik dari dalam maupun dari luar instansi
pengawasan
Perencanaan pengawasan berbasis risiko dilaksanakan dengan tahapan
sistematis sebagai berikut:
1. Pengidentifikasian audit universe.
2. Pemilihan auditable unit.
3. Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan. (Pusdiklatwas
BPKP – 2007)
2.2 Rincian Tahapan Sistematis Terhadap Perencanaan Audit Berbasis
Risiko
2.2.1 Pengidentifikasian audit universe
Audit universe (mitra audit yang berpotensi untuk diaudit)
didefinisikan sebagai sejumlah entitas atau bidang yang
berpotensi untuk diaudit dalam suatu organisasi. Audit universe
dapat berupa unit kerja, bidang, bagian, program, kegiatan,
proyek dan sebagainya. Langkah awal dari proses ini adalah
mengidentifikasikan mitra audit yang berpotensi untuk diaudit
(auditable units). Sumber informasi dari dalam maupun dari luar
instansi pengawasan seperti: Rencana Pembangunan Jangka
Panjang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Rencana
Kerja Pemerintah (RKP), Kebijakan pengawasan, Kebijakan
pimpinan Departemen/LPND/Kepala Daerah, hasil kajian
pengawasan, tuntutan publik, dan sebagainya dapat digunakan
sebagai rujukan dalam pengidentifikasian audit universe tersebut
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 8
2.2.2 Pemilihan auditable unit
Pemilihan mitra audit (auditable units) perlu dilakukan
mengingatadanya keterbatasan sumber daya audit dibandingkan
dengankebutuhan. Oleh karena itu, tidak setiap unit yang
berpotensi untukdiaudit (audit universe) direncanakan untuk
diaudit. Kriteria yang digunakan untuk menilai apakah entitas,
bidang, bagian, program, kegiatan, atau proyek tergolong
berpotensi menjadi auditable units adalah:
1. Peran dan kontribusi terhadap pencapaian visi, misi, dan
tujuan organisasi.
2. Memiliki pengaruh yang cukup berarti (signifikan) terhadap
organisasi;
3. Pertimbangan biaya dan manfaat audit.
Pada proses ini pendekatan risiko dilakukan sehingga
fokuspengawasan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang tepat
dan efektif. Setiap audit universe yang telah teridentifikasi dinilai
risikonya masing-masing dengan kriteria yang telah disepakati
bersama. Penilaian risiko tersebut dilakukan dengan cara
pemberian nilai tingkat risiko untuk setiap jenis risiko dari masing-
masing audit universe.
Berdasarkan pembobotan tersebut, maka proses penilaian risiko
tersebut akan menghasilkan urut-urutan tingkat risiko dari
penilaian tertinggi hingga penilaian terendah. Berdasarkan hasil
penilaian tersebut APIP dapat menentukan rencana pengawasan
berikut jadwal pelaksanaan audit tahunan termasuk sumber daya
manusia auditornya.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 9
2.2.3 Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan
Usulan Rencana Kerja Pengawasan Tahunan kemudian setelah
dikoordinasikan dengan APIP lain untuk menghindari
adanyatumpang tindih antar APIP dan meningkatkan sinergi
pengawasan maka dihasilkanlah Program Kerja Pengawasan
Tahunan (PKPT) yangkemudian disahkan untuk dipakai sebagai
acuan pelaksanaanpengawasan tahunan.
Informasi yang dimuat dalam Program Kerja Pengawasan
Tahunan(PKPT) meliputi:
1. Identitas auditan
Kolom ini memuat nama auditan yang akan diaudit.
2. Anggaran biaya
Kolom ini memuat jumlah biaya audit yang dialokasikan
yangmeliputi: biaya perjalanan dinas dan uang harian.
Manajemen Pengawasan
3. Sasaran audit
Kolom ini memuat sasaran audit, seperti: audit komprehensif,
audit kinerja, audit dengan tujuan tertentu, audit investigasi,
audit pengadaan barang dan jasa dan sebagainya.
4. Periode audit
Kolom ini memuat periode anggaran yang sedang diaudit.
5. Jumlah auditor
Kolom ini memuat jumlah auditor yang akan ditugaskan,
meliputi: pengendali mutu, pengendali teknis, ketua tim, dan
anggota tim.
6. Waktu mulai audit
Kolom ini memuat periode waktu mingguan sebagai waktu
dimulainya penugasan audit, misalnya: minggu I Agustus
2015.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 10
7. Waktu penerbitan laporan hasil audit
Kolom ini memuat periode waktu mingguan sebagai waktu
diterbitkannya laporan hasil audit, misalnya: minggu I Agustus
2015.
2.3 Risiko
Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
akibat yang kurang menyenangkan (merugikan atau membahayakan)
dari suatu perbuatan atau tindakan. Menurut Arthur J. Keown (2000),
risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai
deviasi standar).
Definisi risiko menurut (International Standards for the Professional
Practice of Internal Auditing, The IIA 1999) merupakan kemungkinan
kejadian yang dapat memberikan dampak terhadap pencapaian tujuan.
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa definisi risiko
adalah kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh
konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi.
2.4 Audit Berbasis Risiko
Audit Berbasis Risiko adalah metodologi pemeriksaan yang
dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa risiko telah dikelola di
dalam batasan risiko yang telah ditetapkan manajemen pada tingkatan
korporasi.
Standar Profesi Audit Internal yang diterbitkan oleh Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal menyatakan dalam Standar Kinerja
bahwa Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun
perencanaan yang berbasis risiko untuk menetapkan prioritas kegiatan
audit internal, konsisten dengan tujuan organisasi. Rencana penugasan
audit internal harus berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan paling
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 11
sedikit setahun sekali. Masukan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas
Organisasi serta perkembangan terkini harus juga dipertimbangkan
dalam proses ini. Rencana penugasan audit internal harus
mempertimbangkan potensi untuk meningkatkan pengelolaan risiko,
memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan organisasi.
Audit berbasis risiko juga memastikan bahwa manajemen risiko sudah
dilakukan sesuai dengan risk appetite yang dimiliki organisasi.
Pendekatan audit ini berfokus dalam mengevaluasi risiko baik strategis,
finansial, operasional, regulasi dan lainnya yang dihadapi oleh
organisasi. Audit berbasis risiko merangking risiko yang tinggi untuk
diaudit terlebih dahulu, sehingga kemudian membantu manajemen untuk
mengetahui area mana yang berisiko dan area yang memiliki internal
control yang lemah.
Audit Berbasis Risiko merupakan pendekatan audit yang berkembang
pesat sejak tahun 2000. Pendekatan ini saat ini mendapatkan perhatian
yang luas dan dianggap sebagai pendekatan yang paling efektif karena
terbukti paling cocok diterapkan untuk kondisi lingkungan bisnis yang
selalu berubah-ubah seperti sekarang ini. Indonesia telah meratifikasi
ketentuan untuk menerapkan International Standards on Auditing (ISA)
mulai awal tahun 2013. ISA sepenuhnya mengadopsi pendekatan Audit
Berbasis Risiko, sehingga saat ini penerapan Audit Berbasis Risiko bagi
auditor di Indonesia menjadi hal wajib (mandatory).
Audit berbasis risiko lebih berupa perubahan pola pandang dari pada
sebuah teknik. Memakai kacamata audit berbasis risiko auditor harus
menilai kemampuan manajemen dalam mengukur, merespon dan
melaporkan risiko. Apabila manajemen memiliki kemampuan yang cukup
dalam mengukur, merespon dan melaporkan risiko dalam suatu area
atau proses, maka risiko bawaan bisa diturunkan. Artinya auditor tidak
harus meningkatkan tingkat ketelitian, menambah prosedur atau
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 12
menambahkan waktu analisa. Sebaliknya kalau manajemen risiko klien
buruk, maka auditor harus meningkatkan ketelitian, menambah prosedur
dan menambahkan waktu analisa. Sehingga bobot atau risk score di
masing-masing area atau proses tersebut bisa dijadikan sebagai salah
satu dasar untuk penentuan prioritas audit oleh auditor.
Penentuan prioritas berdasarkan analisa risiko ini dianggap paling tepat
dalam upaya mengalokasikan waktu dan staf auditor yang terbatas.
Audit menggunakan sampling, dan selama ini metodologi audit mengatur
bagaimana pengambilan sampling yang paling efektif dan efisien.
Internal audit telah mengalami evolusi yang pesat hingga saat ini. Hal ini
dipicu oleh berbagai risk event baik kecil maupun besar yang terjadi
secara global, mulai dari kasus Enron dan Worldcom, hingga yang
terbaru yakni krisis keuangan global, yang semakin memperkuat
pentingnya fungsi internal audit. Risiko yang bervariasi, dan juga
semakin kompleks seiring berkembangnya sistem keuangan saat ini,
menjadikan peran internal audit yang kuat semakin diperlukan.
Sehingga, ini memicu internal audit untuk terus mengalami evolusi
hingga saat ini.
Jika awalnya internal audit hanya berfokus dalam mengidentifikasi
pelanggaran semata serta menekankan compliance terhadap regulasi,
hingga kemudian punya pemahaman yang menyeluruh mengenai risiko,
kini sudah sampai berkembang risk-based audit atau audit berbasis
risiko. Berikut ini adalah evolusi yang terjadi pada internal
audit.Pendekatan audit awalnya dulu hanya berupa shotgun approach,
yakni merupakan pendekatan audit tradisional (post the facts), dimana
audit hanya bertujuan untuk mengungkap temuan, mencari-cari dan
mengidentifikasi kesalahan maupun pelanggaran baik dalam aktivitas,
kebijakan maupun laporan perusahaan.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 13
Selanjutnya berkembang menjadi compliance based approach, yakni
merupakan pendekatan audit dimana dilakukan pengecekan terhadap
keselarasan antara kebijakan dan prosedur yang dilakukan dengan
ketetapan regulasi. Hanya saja, kekurangannya adalah jika terdapat
aktivitas yang tidak comply padahal sebenarnya itu merupakan inovasi,
sementara aturan yang ditetapkan sudah out of date. Jika auditor tidak
bisa memahami perspektif yang diaudit, maka pendekatan ini bisa jadi
kontra produktif karena membatasi kreativitas.
Kemudian ada lagi control based approach, yang mirip dengan
compliance based approach, namun bedanya disini auditor
menggunakan kontrol internal yang merupakan best practice. Tim
auditor punya checklist dan framework tersendiri mengenai aktivitas
mana saja yang perlu dikontrol. Kelemahan dari pendekatan ini adalah
seringkali terlalu menekankan kontrol, sehingga seringkali melupakan
pertimbangan faktor praktis maupun cost-benefit dalam implementasi
kontrol tersebut.
Kini internal audit yang berkembang sudah mengarah kepada audit
berbasis risiko, di mana auditor pertama-tama harus memahami dulu
bagaimana visi, misi, tujuan, target, dan strategi dari perusahaan, baru
kemudian mengidentifikasi dan menganalisa area yang berpotensi
menghalangi pencapaian tujuan. Auditor bertugas untuk menentukan
apakah kontrol sudah ditempatkan dengan baik dan berjalan secara
efektif dalam mengelola risiko.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 14
Perbedaan audit tradisional dengan audit berbasis risiko
NO. Perubahan Audit Traditional Audit Berbasis Risiko
1. Audit Universe Lebih mengutamakan
area finansial
dan kepatuhan kepada
kebijakan dan prosedur
internal.
Semua aktivitas usaha,
khususnya
yang mengandung
risiko usaha
(business risk).
2. Tujuan Audit Lebih memastikan
bahwa
pengendalian internal
bekerja
secara efektif dan peran
nya untuk
meningkatkan efisiensi
tanpa
melihat keberadaannya
untuk
mengendalikan risiko.
Lebih memberikan
kepastian
(assurance) bahwa
risiko yang
diidentifikasi telah
dikurangi ke
tingkat yang dapat
diterima.
3. Rencana Audit
Tahunan
Siklus audit ditetapkan
secara
berkala dan biasanya
dilakukan
secara mendadak tanpa
memerhatikan tingkat
risiko.
Audit lebih
diprioritaskan ke area
yang berisiko tinggi.
4. Tugas
Lapangan
Dilakukan berdasarkan
pada
seperangkat rencana
kerja yang
mungkin tanpa tujuan
yang spesifik.
Tugas lapangan lebih
memastikan
perusahaan telah
mengidentifikasi,
mengendalikan dan
memantau
semua risiko yang ada.
5. Pengujian Pengujian untuk
mengonfirmasi
bekerjanya pengendalian
tanpa
mengurutkan menurut
tingkat
kepentingannya dan
lebih
mengarah kepada
penemuan
kesalahan walaupun
tidak material
dengan akibat laporan
yang tebal.
Masih tetap
menggunakan teknik
pengujian yang sama,
tetapi lebih
memastikan bahwa
pengendalian
utama (important risk
control)
berfungsi dengan baik
untuk
mengurangi risiko.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 15
6. Pelaporan Lebih mengutamakan
penyimpangan yang
signifikan
dengan tetap merekam
semua
penyimpangan yang
tidak material
tetapi jumlahnya banyak
Rekomendasi akan
diberikan dalam
kaitan dengan
manajemen risiko
agar risiko dihindari,
diakhiri,
ditransfer,
didiversifikasi atau
diterima dan dikelola.
7. Rekomendasi Rekomendasi diberikan
dalam
kaitan dengan
pengendalian agar
diperkuat, memerhatikan
cost
benefit, efisiensi, dan
efektivitas.
Rekomendasi akan
diberikan dalam
kaitan dengan
manajemen risiko
agar risiko dihindari,
diakhiri,
ditransfer,didiversifikasi
atau
diterima dan dikelola.
Pada metodologi risk based audit, perusahaan bukan hanya sekadar
punya pemahaman yang menyeluruh mengenai risiko, melainkan juga
mengontrol pengelolaannya dan memastikan bahwa kontrol berjalan
secara efektif. Jika dulunya internal audit sekedar post the facts atau
mengungkap fakta atau temuan kesalahan, maka dengan risk based
audit bisa melakukan anticipation before the facts artinya antisipasi
sebelum kesalahan benar-benar terjadi. Untuk melakukan audit berbasis
risiko ini, suatu organisasi harus bekerjasama dengan fungsi internal
audit supaya risiko bisa terus menerus dimonitor dan dikelola secara
proaktif sebelum benar-benar terjadi dan membahayakan pencapaian
tujuan organisasi.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 16
Beberapa manfaat audit berbasis risiko adalah:
1. Menjadi sistem check and balance terhadap kontrol organisasi.
2. Meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi kesalahan dalam
laporan keuangan.
3. Meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi dan mengukur
risiko.
4. Meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi adanya fraud
atau masalah lainnya.
5. Mengungkap temuan mengenai kelemahan yang dimiliki
manajemen.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 17
BAB III
APLIKASI PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
3.1 Sekilas tentang Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan
3.1.1 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 18
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 19
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun
2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
Inspektorat Jenderal adalah unsur pengawasan yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan. Inspektorat
Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jenderal. Dalam menjalankan fungsi
pengawasannya Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Perhubungan.
2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Perhubungan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya.
3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
Menteri Perhubungan.
4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian
Perhubungan.
5. Pelaksanaan administrasi di lingkungan Inspektorat Jenderal.
Selain tugas pokok dan fungsi di atas, Inspektorat Jenderal
melaksanakan tugas-tugas lain atas kebijakan Pimpinan Kementerian
Perhubungan seperti Koordinator kegiatan Monitoring dan Evaluasi
(Kormonev) Rencana Aksi Instansi-Pemberantasan Korupsi (RAI-PK)
Kementerian Perhubungan, RAI-PK Inspektorat Jenderal, Preventif KKN,
Evaluasi LAKIP Eselon I Kementerian, Evaluasi Pelaksanaan SPIP
Eselon I Kementerian, Reviu atas Laporan Keuangan serta penugasan
lainnya.
Dengan demikian sebagai instansi pengawasan internal Kementerian
Perhubungan, Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan
mempunyai tanggung jawab dan berperan aktif dalam upaya mencegah
dan menindaklanjuti terjadinya penyimpangan atas pelaksanaan tugas
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 20
pemerintahan dan pembangunan dilingkungan Kementerian
Perhubungan.
3.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan
Untuk mencapai visi dan misi kementerian, Inspektorat Jenderal
kemudian menerjemahkan kedalam visi, misi dan tujuan
Inspektorat Jenderal sebagai berikut:
a. Visi Inspektorat Jenderal adalah (“Terwujudnya
Kementerian Perhubungan yang bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN)”). Pernyataan visi merujuk pada ciri–
ciri good governance yang mencerminkan cita–cita
penyelenggaraan pemerintahan negara yang profesional,
transparan, akuntabel, memiliki kredibilitas dan bebas KKN
antara lain ditandai dengan adanya upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang profesional, handal
dan bermoral, bermakna sosok aparatur negara yang baik
secara institusi, individu maupun sistem yang mempunyai
kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsi secara
terampil, baik dan benar serta ditandai dengan nilai etika
dan moral untuk mewujudkan kinerja, hasil kerja terbaik
dan bermanfaat.
b. Misi Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan
adalah:
1. Meningkatkan Pengawasan intern yang berintegritas,
profesional dan amanah;
2. Mendorong penyelesaian tindak lanjut hasil audit
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 21
c. Tujuan
Tujuan merupakan implementasi pernyataan misi yang akan
dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.dengan
memformulasikan tujuan, Inspektorat Jenderal dapat secara
tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan selama 5
(lima) tahun kedepan. Adapun tujuan yang hendak dicapai
Inspektorat Jenderal sebagai berikut :
1. Meningkatnya akuntabilitas kinerja unit kerja di lingkungan
Kementerian Perhubungan;
2. Mendorong tercapainya pengendalian intern pada unit
kerja Kementerian Perhubungan;
3. Meningkatnya ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku pada Unit Kerja di lingkungan
Kementerian Perhubungan;
4. Meningkatnya penyelesaian tindak lanjut hasil audit.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 22
3.1.3 Pengawasan Intern
Pengawasan Intern yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Perhubungan adalah sebagai berikut:
3.1.4 Sumber Daya Manusia (Posisi 31 Desember 2015)
1. Berdasarkan Penjenjangan Jabatan Fungsional
Pelaksana
Lanjutan
1 INSPEKTORAT I - 8 4 8 1 - 2 23
2 INSPEKTORAT II - 8 4 8 1 - 2 23
3 INSPEKTORAT III - 8 6 9 - - 1 24
4 INSPEKTORAT IV - 8 4 8 - - 3 23
5 INSPEKTORAT V - 9 3 7 - 1 3 23
0 41 21 40 2 1 11 116
JUMLAH
TOTAL
NO. BAGIAN/SUB UNIT
Pelaksana
JABATAN AUDITOR
Utama Madya Muda Pertama Penyelia
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 23
2. Auditor berdasarkan Golongan, Pendidikan dan Jenis Kelamin
II III IV JML S-2 DIII SLTA JML L P JML
1 INSPEKTORAT I 12 11 23 9 - 3 23 15 8 23
2 INSPEKTORAT II 1 14 8 23 8 - 2 23 19 4 23
3 INSPEKTORAT III 16 8 24 9 - 1 24 16 8 24
4 INSPEKTORAT IV 2 13 8 23 7 - 2 23 18 5 23
5 INSPEKTORAT V 2 12 9 23 6 - 3 23 18 5 23
5 67 44 116 39 0 11 116 86 30 116TOTAL
13
14
PENDIDIKAN
14
14
66
JENIS KELAMIN
NO BAGIAN/SUB UNIT
GOLONGAN
S-1/D-IV
11
3.2 Penyusunan Program Kerja Audit Tahuanan Inspektorat Jenderal
Kementerian Perhubungan
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengawasan, Menteri
Perhubungan menetapakan kebijakan pengawasan 5 tahunan yang
merupakan rencana strategis pengawasan di lingkungan Kementerian
Perhubungan. Inspektorat Jenderal kemudian menetapkan kebijakan
pengawasan yang terinci sebagai pedoman dalam pengawasan di
lingkungan Kementerian Perhubungan.
Kebijakan pengawasan tahunan Inspektorat Jenderal Tahun 2015 telah
ditetapkan oleh Inspektur Jenderal Nomor SK.82/HK.006/ITJEN 2014
tanggal 15 Desember 2014. Terdapat 3 (tiga) hal penting yang menjadi
arah Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal pada Tahun 2015,
yaitu :
1. Peningkatan kualitas laporan keuangan Kementerian Perhubungan.
2. Pengawasan kegiatan-kegiatan strategis di lingkungan Kementerian
Perhubungan.
3. Aksi pencegahan dan penanggulangan Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) di lingkungan Kementerian Perhubungan.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 24
Terhadap tiga hal pokok tersebut untuk mewujudkan pengawasan yang
efektif, efisien, terarah serta terkoordinasi maka disusunlah Program
Kerja Pengawasan Tahun (PKPT) Inspektorat Jenderal 2015, yang akan
menjadi pedoman lebih terinci dalam pelaksanaan pengawasan untuk
pelaksanaan seluruh kegiatan pengawasan di lingkungan Inspektorat
Jenderal
Beberapa hal yang disusun dalam PKPT adalah sebagai berikut:
1. Wilayah Pengawasan
NO INSPEKTORAT WILAYAH PENGAWASAN
1. INSPEKTORAT I
 Inspektorat Jenderal;
 Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat;
 Unit Kerja di Provinsi : Aceh, Sumut, DKI
Jakarta, DI Yogyakarta, NTB, Kalsel dan
Sulut.
2. INSPEKTORAT II
 Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut;
 Mahkamah Pelayaran;
 Unit Kerja di Provinsi : Jatim, Bali, Kalbar,
Sulteng dan Papua
3. INSPEKTORAT III
 Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;
 Unit Kerja di Provinsi : Jambi, Bengkulu,
Lampung, Babel, Jabar, Kalteng, Sulsel dan
Maluku.
4. INSPEKTORAT IV
 Badan Penelitian dan Pengembangan
Perhubungan;
 Badan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya
Manusia Perhubungan;
 Unit Kerja di Provinsi : Sumsel, Jateng, Kaltim,
Kaltara*
, NTT, Sultra dan Maluta.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 25
5. INSPEKTORAT V
 Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Perkeretaapian;
 Sekretariat Jenderal;
 Unit Kerja di Provinsi : Sumbar, Riau, Kepri,
Banten, Gorontalo, Sulbar dan Papua Barat.
2. Objek Audit
NO. INSPEKTORAT OBJEK AUDIT
1 Inspektorat I 120
2 Inspektorat II 136
3 Inspektorat III 128
4 Inspektorat IV 129
5 Inspektorat V 119
JUMLAH 632
3. Struktur Tim
NO. PERAN KETERANGAN
1. Penanggungjawab Inspektur Jenderal / Sekretaris
Inspektorat Jenderal / Inspektur
2. Pengendali Mutu Auditor Utama, Auditor Madya
3. Pengendali Teknis Auditor Madya atau Auditor Muda
4. Ketua Tim Minimal Auditor Pertama
5. Anggota Tim Auditor atau personil Sekretariat
Inspektorat Jenderal
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 26
4. Waktu Pelaksanaan Audit
NO. PERAN
HARI AUDIT
KINERJA
ADTT
KHUSUS
DAN
INVESTIGASI
Reg. Lanj.
1. Penanggung jawab 10 3 3 - 5 Maks 5
2. Daltu 15 5 5 - 7 Maks 10
3. Dalnis 15 5 5 - 7 Maks 10
4. Ketua Tim 15 5 5 - 7 Maks 10
5. Anggota Tim :
Auditor 15 5 5 - 7 Maks 10
Sekretariat 15 5 5 - 7 Maks 10
3.3 Pengembangan Penyusunan Program Kerja Audit Tahunan
Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan dengan Audit
Berbasis Risiko.
Dalam penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT),
Inspektorat Jenderal menerapkan manajemen Audit Berbasis Risiko
hanya melihat dari sisi anggaran yang dimiliki auditi berdasarkan table
yang telah diberi rangking sebagai berikut:
NO. JUMLAH ANGGARAN
JUMLAH
AUDITI
RISIKO
1. > 500.000.000.000 12 Tinggi
2. 100.000.000.000 - 500.000.000.000 82 Besar
3. 6.500.000.000 - 100.000.000.000 386 Menengah
4. < 6.500.000.000 152 Sedang
T O T A L 632
Dari tabel di atas diketahui bahwa risiko tertinggi dimiliki oleh auditee
yang mengelola anggaran di atas Rp500 Miliar. Kemudian ditetapkan
untuk auditee yang memiliki risiko tinggi pelaksanaan auditnya menjadi
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 27
lebih prioritas dan dilaksanakan selama 15 (lima belas) hari kalender.
Metode pelaksanaan Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan
(PKPT) berbasis risiko seharusnya dilakukan setelah ada kesepakatan
risiko yang telah disepakati para Manajemen Audit untuk di lakukan Risk
Assesment, sehingga program kerja pengawasan tahunan bisa
memaksimalkan hari audit dan jumlah auditor yang ada untuk
menghasilkan tujuan pengawasan internal yang efektif dengan alokasi
anggaran yang efesien.
Langkah-langkah perencanaan audit tahunan sebaiknya melalui hal-hal
berikut:
1. Pengembangan Audit Universe
2. Pendekatan pemilihan auditee
3. Penentuan prioritas audit
4. Estimasi ketersedian sumber daya (hari audit dan jumlah auditor
yang tersedia)
5. Penjadwalan audit
6. Anggaran audit yang dimiliki
7. Pemantauan rencana audit
Implementasi audit berbasis risiko dalam perencanaan audit tahunan
dilakukan setelah pengembangan audit universe terhadap data umum,
rencana strategis, daftar kegiatan strategis dan temuan audit (internal
atau eksternal) sebelumnya telah diketahui kemuadian dilakukan validasi
melalui survei pendahuluan atau melalui pendekatan lainnya.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 28
Contoh pengembangan audit universe adalah sebagai berikut:
Sumber Objek Audit Validasi Tahunan Objek Audit
Auditor melihat dokumen berikut
sebagai sumber untuk mencari
objek audit
Setiap tahun, daftar objek audit di
perbaharui dengan melihat
1. Struktur
Organisasi/Eselonnering
1. Laporan Kuangan
2. Peraturan-peraturan/SOP
yang diterapkan
2. Realisasi Anggaran
3. Data Umum 3. Tindak Lanjut Temuan
Sebelumnya (Internal &
Eksternal)
4. Daftar Kegiatan Strategis 4. Anggaran yang dikelola
Setelah pengembangan audit universe pendekatan Audit Berbasis Risiko
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan faktor risiko
Faktor risiko adalah kriteria yang digunakan untuk menggambarkan
kondisi risiko yang ada umumnya dimiliki oleh seluruh auditee. Untuk
suatu faktor yang sama, objek audit dapat memiliki tingkat risiko
yang berbeda-beda. Bebarapa contoh faktor risiko yang dapat
digunakan untuk menilai objek audit antara lain adalah :
1) Jumlah dana yang dikelola oleh auditee, Semakin besar dana
yang dikelola maka semakin besar risiko yang dimiliki.
2) Kondisi pengendalian intern. Auditee yang mengembangkan
sistem pengendalian intern yang memadai dan efektif memiliki
risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan auditee yang
memiliki sistem pengendalian intern lemah.
3) Peputaran pegawai. Semakin tinggi peputaran pegawai
menunjukan risiko yang lebih besar.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 29
4) Waktu sejak audit yang lalu. Semakin dekat waktu audit
sebelumnya semakin kecil risiko yang ada.
5) Kompetensi dan integritas manajemen. Manajemen yang
memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi membawa risiko
yang rendah.
b. Menentukan skala risiko dan membuat pedoman penilaian terhadap
semua faktor risiko yang ada.
Dalam memudahkan manajemen untuk melakukan assessment
risiko pada masing-masing auditee, manajemen menetapkan skala
dan pedoman penilaian dari semua faktor risiko yang digunakan.
Misalnya 1 sampai 4, untuk menggambarkan tingkat signifikasi
risiko yang dapat terjadi pada objek audit. Skala 1 untuk menunjukan
risiko paling kecil dan 4 untuk menunjukan risiko paling tinggi.
Contoh penetapan skala risiko dan pedoman penilaian
Risk Factor & Nilai Score Risk Factor & Nilai Score
Anggaran Turnover Pimpinan
Diatas 500 Miliar 4 Jarang (7 dan seterusnya) 1
100 Miliar-500 Miliar 3 Sedang-Jarang (4-6 Thn) 2
6.5 Miliar-100Miliar 2 Sedang-Sering (2-3 Thn) 3
Dibawah 6.5 Miliar 1 Sering (1 Thn) 4
Audit Sebelumnya Kondisi Internal Control
Kurang 12 Bln 1 Baik Sekali (tidak ada ctt penting) 1
1 Tahun s.d 2 Tahun 2 Baik (kurang dr 2 ctt penting) 2
2 Tahun s.d 3 Tahun 3 Sedang (2-5 ctt penting) 3
Lebih dari 3 Tahun 4 Jelek ( lebih dari 5 ctt penting 4
c. Melakukan risk assessment
Assesment risiko dilakukan berdasarkan skala yang telah ditentukan
dan risk assessment dilakukan terhadap semua faktor risiko yang
telah ditetapkan.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 30
Contoh risk assessment terhadap beberapa risiko yang telah
ditetapkan
1
PUSAT
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA
MANUSIA
PERHUBUNGAN
LAUT
3 4 1 1 2 3 14
2
KANTOR
KESYAHBANDARA
N DAN OTORITAS
PELABUHAN
TANJUNG EMAS
4 2 1 4 2 2 15
3
BANDAR UDARA
JUWATA DI
TARAKAN
2 1 1 2 1 2 9
4
DISTRIK NAVIGASI
CILACAP
2 3 1 1 2 2 11
5
KANTOR
ADMINISTRATOR
TERMINAL
PETIKEMAS SOLO
JEBRES
2 3 2 2 2 2 13
Jumlah
LHA
Eksternal
No Auditee
Internal
Kontrol
Tindak
Lanjut
LHA
Internal
Kegiatan
Strategis
Anggaran
Contoh tabel di atas mengambil hanya beberapa objek auditee yang
ada di wilayah Inspektorat IV. Dari tabel tersebut diketahui bahwa
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut
yang memiliki anggaran paling besar belum tentu memiliki faktor
risiko (dengan jumlah 14) yang paling besar untuk di audit. Faktor
risiko terbesar (dengan jumlah 15) dimiliki oleh Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Tanjung Emas walaupun
hanya memiliki 1 (satu) kegiatan strategis. Sedangkan Bandar Udara
Juwata Tarakanmemliki faktor risiko terkecil (dengan jumlah 9) untuk
di lakukan audit.
Berdasarkan simulasi tabel di atas diketahui pendekatan risiko
terhadap auditee untuk menyusun Program Kerja Pengawasan
Tahunan tidak bisa hanya melihat satu faktor risiko saja. Tetapi
assessment risiko dilakukan dengan menjumlah semua faktor risiko
yang assessment.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 31
d. Merangking audit universe berdasarkan hasil risk assessment
Daftar Auditee pada tahap ini yang telah dihitung dengan jumlah nilai
dari masing-masing faktor risiko terkait dapat diurutkan mulai dari
yang mempunyai jumlai risiko tertingi sampai dengan yang terendah.
Berdasarkan data tabel pada langkah risk assessment diketahui
urutan/rangking auditee yang memiliki faktor resiko tertinggi sampai
dengan yang terendah sebagai berikut:
1) Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Tanjung Emas
(total risiko 15)
2) Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan
Laut (total risiko 14)
3) Kantor Administrator Terminal Petikemas Solo Jebres (total
risiko 13)
4) Distrik Navigasi Cilacap (total risiko 11)
5) Bandar Udara Juwata Tarakan(total risiko 9)
3.4 Manfaat penerapan audit berbasis risiko
Jika telah diketahui jumlah hari audit ideal (ha) terhadap masing auditee
terhadap faktor-faktor risiko yang dimiliki adalah sebanya 80 hari audit
Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Tanjung Emas (20 ha),
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut (15 ha)
Kantor Administrator Terminal Petikemas Solo Jebres (15 ha) Distrik
Navigasi Cilacap (15 ha) Bandar Udara Juwata Tarakan( 15 ha) akan
tetapi dengan sumber daya (jumlah auditor dan hari audit yeng tersedia)
yang dimiliki Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan hanya 50
hari audit.
Akan tetapi jika Manajemen menentukan hanya berdasarkan auditee
yang memiliki anggaran yang paling besar yaitu Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut, Distrik Navigasi Cilacap dan
Bandar Udara Juwata Tarakan dengan jumlah faktor resiko 38
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 32
(14+11+13) dengan jumlah hari audit sebanyak 45 ha (15+15+15) maka
penyusunan program kerja pengawasan tahunan yang disusun melalui
pendekatan risiko tidak akan maksimal mengcover risiko dan sumber
daya yang dimiliki. Sebaliknya jika pendekatan risiko yang dilakukan
berdasarkan jumlah seluruh faktor pada tahapan assessment dapat
mengcover risiko dan sumber daya (hari audit dan jumlah auditor) yang
ada. Penjelasan pada uraian sebelumnya dapat dilihat pada simulasi
tabel berikut.
Ideal Tersedia Hasil HA
Score
Resiko
HA
Score
Resiko
1
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PERHUBUNGAN LAUT
15 15 14 15 14
2
KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS
PELABUHAN TANJUNG EMAS
20 20 15
3 BANDAR UDARA JUWATA TARAKAN 15
4 DISTRIK NAVIGASI CILACAP 15 15 11
5
KANTOR ADMINISTRATOR TERMINAL PETIKEMAS SOLO
JEBRES
15 15 13 15 13
80 45 38 50 42
Audit hanya
dari sisi
anggaran
Audit
Berbasis
Risiko
Diketahuinya
Hari Audit
NO Auditee
50 -30
TOTAL
Tabel tersebut mengambarkan pelaksanaan memiliko kekurangan 30
hari audit dan jika hanya berdasarkan sisi anggaran dengan
menyesuaikan sumber daya (jumlah auditor dan hari audit yang tersedia)
pelaksanaan audit hanya akan menghabiska 45 hari audit dan hanya
mampu mencover 38 risiko yang ada. Sedangkan pelaksanaan audit
melalui pendekatan berbasis risiko mampu mengoptimalkan sumber
daya dan risiko yang ada. Bisa dibayangkan tabel tersebut hanya
mensimulasikan terhadap 5 (lima) auditee sudah mampu mengetahui
tidak maksimalnya sumber daya yang ada dengan sisa 5 ha (50-45) dan
tidak maksimalnya risiko yang tercover selisih 4 risiko (42-38). Hal
tersebut menandakan pentingnya memasukan seluruh faktor risiko yang
ada dalam melakukan risk assessmet. Jika dari simulasi hanya
mengambarkan 5 (lima) daftar auditee bagaimana jika terdapat ratusan
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 33
auditee, berapat banyak sumber daya yang di optimal digunakan dan
risiko yang tidak tercover.
3.5 Audit terhadap semua auditi
Bagaimana jika Menteri Perhubungan selaku Stakeholder mengiginkan
Inspektorat melakukan audit terhadap semua auditee. Hal tersebut
dimungkinan bisa karena permintaan atau program dari pemerintah
dalam rangka mewujudkan good governace secepat mungkin. Hal
tersebut tentunya harus diantisipasi oleh Inspektorat Jenderal dengan
mempertimbangkan jumlah auditor yang ada dan jumlah hari audit yang
tersedia, maka alokasi waktunya harus disesuaikan dengan proporsi
masing-masing score dengan total seluruh score.
Adapun perhitungan simulasinya sebagai berikut (dengan asumsi jumlah
hari audit yang tersedia sebanyak 50 ha) :
NO Auditee
Score
Resiko
% Resiko
(Resiko /Total
Risk)
Hari Pemeriksaan
(% risk x HA)
a b c d e
1
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PERHUBUNGAN LAUT
14 23% 11
2
KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS
PELABUHAN TANJUNG EMAS
15 24% 12
3 BANDAR UDARA JUWATA DI TARAKAN 9 15% 7
4 DISTRIK NAVIGASI CILACAP 11 18% 9
5
KANTOR ADMINISTRATOR TERMINAL PETIKEMAS
SOLO JEBRES
13 21% 10
62 100% 50TOTAL
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Hal 36
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Menteri Perhubungan No 91 Tahun 2015 tentang Tata Cara Tetap
Pengawasan di Lingkungan Kementerian Perhubungan.
2. Keputusan Inspektur Jenderal SK.08/HK.206/ITJEN-2014 Tanggal 15
Desember 2014 tentang Kebijakan Pengawasan (Jakwas) Inspektorat
Jenderal Tahun 2015.
3. Keputusan Inspektur Jenderal SK.15/HK.206/ITJEN-2014 Tanggal 3 Pebruari
2015 tentang Program Kerja Pengawasan Tahunan Inspektorat Jenderal
Tahun Anggaran 2015.
4. Prosedur Mutu Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan No 10 Tahun
2015 Tentang Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan (Sertified
ISO 9001:2008).
5. Keputusan Menteri Perhubungan No: KP 932 Tahun 2014 Tanggal 22
Desember 2014 tentang Piagam Pengawasan Internal Kementerian
Perhubungan.
6. Yayasan Pendidikan Internal Audit, Modul Pelatihan Audit Tingkat Manajerial
2014.
7. The Institute of Internal Auditors, Coordinating Risk Management and
Assurance, 2012.
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP).
10.Pusdiklatwas Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan. 2007.
Audit Berpeduli Resiko, Edisi Keempat, Bogor
11.Standar Profesi Audit Internal yang ditetapkan oleh Konsorsium Organisasi
Profesi Audit Internal pada tanggal 12 Mei 2004.
12.Tugiman, Hiro. 1997. Standar Profesional Auditor Internal, Jilid 5, Kanisius,
Yogyakarta.
Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial
BIODATA
Nama : Maizar Radjin
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Maret 1982
Pendidikan Terakhir : Magister Akuntansi Universitas Pancasila
Pekerjaan : Pegawai Inspektorat Jenderal Kemenhub
ALamat Kantor : Jalan Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta Pusat
Telepon : 085678 22 101
Email : maizar_rdj@yahoo.com / maizar_radjin@dephub.go.id
27 APRIL 2015
IMPLEMENTASI AUDIT BERBASIS RISIKO
DALAM PENYUSUNAN PROGRAM KERJA
PENGAWASAN TAHUNAN ATAS SATUAN KERJA
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
 PROFESIONAL – INTEGRITAS – AMANAH 
5 Agustus 2015
OLEH : MAIZAR RADJIN
LATAR BELAKANG MASALAH
Katalis/Quality
Assurance
ITJEN
KEMENHUB
7 UNIT KERJA
(ENTITAS)
± 132
(SATKER/AUDITEE)
± 5800
KEGIATAN
115
AUDITOR
± 64, 9 triliun
100, 3 M
0, 15 %
Beban Kerja Perauditor
1. @ Auditor ± 1-2 Audite
2. @ Auditor ± 50 Kegiatan
3. @ Auditor ± 500 Miliar
1. Audit
2. Reviu
3. Evaluasi
4. Pemantauan
5. Pengawasan
Lainnya
IDENTIFIKASI MASALAH BERSADARKAN TEORI
GUNUNG ES (ICE BERG TEORY)
Yang disidangkan ke pengadilan ( 20%)
Yang diketemukan tetapi tidak sampai
ke Pengadilan (20%)
Yang tercium tetapi belum diketemukan
(60%)
YPIA -2015 Modul : Perkembangan Profesi Internal Auditor “Accountant's Guide to Fraud Detection & Control
Davia,H.R et al 2000
Tampak
Mata
Kasat Mata
Fundamental
Watchdog Konsultatif
Katalis/Quality
Assurance
Melakukan pengawasan
fungsional terhadap
auditi dengan melihat,
membandingkan,
mengukur dan menilai
kinerja auditi
dibandingkan dengan
standar kebijakan
Menteri dan peraturan
yang berlaku dan kmd
memberikan
rekomendasi.
Bimbingan dan
konsultasi terhadap
peningkatan kinerja
aparatur berbasis
hasil pengawasan.
Berperan aktif dalam
membangun sistem dan
mendorong terwujudnya
Kemenhub menjadi
lembaga pemerintahan
yang baik dan bersih (good
governance dan clean
government).
PARADIGMA PENGAWASAN
PENGAWASAN INTERN
AUDIT REVIU
EVALUASI
PEMANTAUAN
PENGAWASAN
LAINNYA
AUDIT DENGAN TUJUAN
TERTENTU
Mencakup Audit yang Tidak
Termasuk dalam Audit Kinerja
Penelahaan ulang bukti bukti
kegiatan untuk memastikan
bahwa kegiatan telah
dilaksanakan sesuai ketentuan,
standar, rencana, atau norma
yang ditetapkan.
Kegiatan membandingkan hasil/prestasi
suatu kegiatan dengan standar, rencana,
atau normayang telah di tetapkan, dan
menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
dalam mencapai tujuan.
Proses penilaian kemajuan suatu
program atau kegiatan dalam
mencapai tujuan yang telah
ditetapakan.
Kegiatan pengawasan lainnya antara
lain berupa sosialisasi mengenai
pengawasan, pendidikan dan
pelatihan pengawasan,
pembimbingan dan konsultasi,
pengelolaan hasil pengawasan, dan
pemaparan hasil pengawasan.
AUDIT KINERJA
Audit atas Pengelolaan
Keuangan Negara dan Audit
Pelaksanaan Tugas dan
Fungsi
PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL (PP 60 2008)
AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA)
Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara
Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan
terpercaya
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan
Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik
Melakukan revolusi karakter bangsa
Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
APIP(ITJEN)
Sumber Renstra ITJEN 2015: 2015
SASARAN NASIONAL
(RPJMN 2015-2019)
Kapasitas Sarana &
Prasarana
Keterpaduan Antarmoda/
Multimoda
Kinerja Pelayanan
Konektivitas Nasional &
Global
Keamanan &
Keselamatan
Ramah Lingkungan
Perdesaan, Rawan
Bencana, Tertinggal &
Perbatasan
ISU STRATEGIS
(RPJMN 2015-2019)
Konektivitas
Transportasi
Perkotaan
Pelayanan angkutan
massal perkotaan
Kinerja lalu lintas
perkotaan
Manjemen transportasi
perkotaan
1
2
1
2
3
4
6
7
8
5
SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019
Menurunnya Angka Kecelakaan Transportasi
Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan
Transportasi
Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi
Meningkatnya kompetensi SDM transportasi, meningkatnya kualitas dan
kuantitas lulusan diklat SDM perhubungan serta tenaga pendidik
transportasi
Meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dalam mendukung
pembangunan bidang transportasi
Meningkatnya kinerja capaian Kementerian Perhubungan dalam
mewujudkan good governance
Meningkatnya penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang
perhubungan
Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya
penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi
Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam mewujudkan clean
governance
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan
keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda untuk
mengurangi backlog maupun bottleneck kapasitas sarana & prasarana
Keselamatan dan Keamanan
Meningkatnya kontribusi sektor transportasi terhadap PDB
Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang
Meningkatkan layanan transportasi di perbatasan negara, pulau terluar
dan wilayah non komersial lainnya
Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan
Meningkatkan aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen
transportasi perkotaan
Pelayanan
Kapasitas Transportasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
SINKRONISASI SASARAN RPJMN DENGAN RENSTRA KEMENHUB 2015-2019
Sumber Renstra Kemenhub 2015: 2015
STRATEGI PENGAWASAN
STRATEGI MANAJEMEN SDM SERTA
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN
TEKNIS LAINNYA
Kegiatan yang akan dilaksanakan
1.
Pelaksanaan Audit berbasis resiko (Risk
Based Audit)
2.
Pelaksanaan Audit Tematik, sesuai dengan isu
yang berkembang (Audit dengan tujuan
tertentu)
3.
Pendampingan kegiatan yang dianggap
strategis di lingkungan Kementerian
Perhubungan
4.
Pendampingan pada tahap perencanaan
seperti pendampingan pembahasan pagu
kebutuhan dan Reviu RKA
5. Koordinasi dengan aparat pengawas ekternal
6.
Reviu laporan keuangan, Evaluasi LAKIP serta
reviu dan evaluasi lainnya sesuai dengan
arahan pimpinan
7. Pemantauan tindak lanjut hasil audit
8.
Pemantauan kegiatan – kegiatan berskala
nasional seperti pemantauan haji,
pemantauan lebaran, natal serta tahun baru
Kegiatan yang akan dilaksanakan
1. Peningkatan Kualntitas dan Kualitas SDM Pengawasan
2. Perencanaan Program dan Kegiatan
3. Pengelolaan keuangan dan aset
4. Pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK)
STRATEGI INSPEKTORAT JENDERAL
Sumber Renstra ITJEN 2015: 2015
1
2
PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN
INSPEKTORAT JENDERAL TAHUNAN TA. 2015
NO. PAGU
JUMLAH
UPT/SATKER
RISIKO
1. > 500.000.000.000 12 Tinggi
2. 100.000.000.000 - 500.000.000.000 82 Besar
3. 6.500.000.000 - 100.000.000.000 386 Menengah
4. < 6.500.000.000 152 Sedang
T O T A L 632
1. Kebijakan Pengawasan Inpektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan (Kualitas LK, Keg. Strategis, & APKKN)
2. Program Kerja Pengawasan Tahunan Ta.2015
Berdasarkan Tingkat Risiko di atas pelaksanaan Audit
Terhadap Auditee yang memiliki risiko tinggi dilaksanakan
selama 15 hari per auditee
DAMPAKNYA
BAGAIMANA?????
IMPLEMENTAISI AUDIT BERBASIS RESIKO PADA PENYUSUNAN PROGRAM
KERJA PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL TAHUNAN
TAHAPAN PERENCANAAN AUDIT TAHUNAN
1. Pengembangan Audit Universe
2. Pendekatan Pemilihan Auditee
3. Penentuan Prioritas Audit
4. Estimasi Ketersedian Sumber Daya
5. Penjadwalan Audit
6. Anggaran Audit
7. Pemantauan Rencana Audit
Risk Scoring
dan Risk Bassed
IMPLEMENTAISI AUDIT BERBASIS RESIKO PADA PENYUSUNAN PROGRAM
KERJA PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL TAHUNAN
Pegembangan Audit Universe
1. Identifikasi sumber informasi daftar auditee
• Data Umum;
• Daftar Kegiatan Strategis;
• Rencana Strategis;
• Temuan sebelumnya (Ekternal dan Internal);
• dll
2. Validasi Sumber Informasi
Pendekatan RBA
1. Menentukan faktor risiko;
2. Melakukan asessment risiko;
3. Rangking auditee;
4. Tentukan rencana dan frekuensi audit.
1. MENENTUKAN FAKTOR RISIKO
Kondisi Internal Kontrol
Dana/anggaran yang dikelola
Eselonering (Besarnya Entitas)
Kegiatan Strategis
Hasil Audit Internal Sebelumnya
Hasil Audit Eksternal Sebelumnya
Renspon terhadap temuan (tindak
lanjut audit)
**Faktor risiko telah ditentukan Manajemen Audit sesuai dengan kesepakatan
bersama
2. MENENTUKAN SKALA TERTENTU
*** SKALA YANG DITENTUKAN 1 S.D 4
SKALA 4 : RISIKO TINGGI
SKALA 3 : RISIKO BESAR
SKALA 2 : RISIKO MENENGAH
SKALA 1 : RISIKO KECIL
2. MEMBUAT PEDOMAN PENILAIAN TERHADAP SEMUA FAKTOR
RESIKO YANG ADA
Pedoman penilaian dibuat untuk membantu Tim Melakukan Risk Assesment
Risk Factor & Nilai Score Risk Factor & Nilai Score
Anggaran Turnover Pimpinan
Diatas 500 Miliar 4 Sedang (4-6 Thn) 1
100 Miliar-500 Miliar 3 Sedang-Jarang (7-8 Thn) 2
6.5 Miliar-100Miliar 2 Sedang-Sering (2-3 Thn) 3
Dibawah 6.5 Miliar 1 Jarang (1 Thn) 4
Audit Sebelumnya Kondisi Internal Control
Kurang 12 Bln 1 Baik Sekali (tidak ada ctt
penting)
1
1 Tahun s.d 2 Tahun 2 Baik (kurang dr 2 ctt penting) 2
2 Tahun s.d 3 Tahun 3 Sedang (2-5 ctt penting) 3
Lebih dari 3 Tahun 4 Jelek ( lebih dari 5 ctt penting 4
3. R ISK A SSESMEN T A U D IT U N IVER SE
1. Contoh dari Audit Universe Inspektorat IV;
2. Risk Assesment dilakukan oleh auditor yang berpengalaman cukup
No Auditee
Internal
Kontrol
Anggaran
Kegiatan
Strategis
LHA
Internal
LHA
Eksternal
Tindak
Lanjut
Jumlah
1
PUSAT
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA
MANUSIA
PERHUBUNGAN
LAUT
3 4 1 1 2 3 14
2
KANTOR
KESYAHBANDARAN
DAN OTORITAS
PELABUHAN
TANJUNG EMAS
4 2 1 4 2 2 15
3 BANDAR UDARA
JUWATA DI TARAKAN
2 1 1 2 1 2 9
4 DISTRIK NAVIGASI
CILACAP
2 3 1 1 2 2 11
5
KANTOR
ADMINISTRATOR
TERMINAL
PETIKEMAS SOLO
JEBRES
2 3 2 2 2 2 13
4. MERANGKING AUDIT UNIVERSE BERDASARKAN HASIL RISK
ASSESMENT
No Auditee Score Rangking
1
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERHUBUNGAN LAUT
14 2
2
KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS
PELABUHAN TANJUNG EMAS
15 1
3 BANDAR UDARA JUWATA DI TARAKAN 9 5
4 DISTRIK NAVIGASI CILACAP 11 3
5
KANTOR ADMINISTRATOR TERMINAL
PETIKEMAS SOLO JEBRES
13 4
Penentuan Program Kerja Pengawsan Tahunan (PKPT) didasarkan pada
penyesuaian antara rangking auditable dengan sumberdaya audit yang
yang tersedia. Jika anggaran dan personel yang tersedia hanya cukup untuk
mengaudit sebagian unit auditable, maka pemilihan unit sebaiknya
mendahulukan unit yang memiliki resiko tinggi
MANFAAT PENERAPAN AUDIT BERBASIS RESIKO
SECARA KOMPREHENSIF
NO Auditee
Diketahuinya Hari
Audit
Pelaksanaan
Audit hanya dari
sisi anggaran
RBA
Ideal
Terse
dia
Hasil HA
Score
Resiko
HA
Score
Resiko
1
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERHUBUNGAN LAUT
15
50 -30 (1)
15 14 15 14
2
KANTOR KESYAHBANDARAN DAN
OTORITAS PELABUHAN TANJUNG EMAS
20 20 15
3 BANDAR UDARA JUWATA DI TARAKAN 15
4 DISTRIK NAVIGASI CILACAP 15 15 11
5
KANTOR ADMINISTRATOR TERMINAL
PETIKEMAS SOLO JEBRES
15 15 13 15 13
Total 80 45 (2) 38 (2) 50 (3) 42 (3)
Diketahui
1. Hari Audit (HA) yang tersedia kurang dari jumlah HA ideal
2. RBA tidak Unsefull, Cover resiko tidak maksimal, penggunaan SDM dan HA tidak maksimal;
3. HA dan SDM Audit serta Resiko tercover lebih maksimal.
AUDIT TERHADAP SEMUA AUDITI
NO Auditee
Score
Resiko
% Resiko
(Resiko /Total
Risk)
Hari
Pemeriksaan (%
risk x HA)
a b c d e
1
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERHUBUNGAN LAUT
14 23% 11
2
KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS
PELABUHAN TANJUNG EMAS
15 24% 12
3 BANDAR UDARA JUWATA DITARAKAN 9 15% 7
4 DISTRIK NAVIGASICILACAP 11 18% 9
5
KANTOR ADMINISTRATOR TERMINAL PETIKEMAS
SOLO JEBRES
13 21% 10
62 100% 50TOTAL
Dengan asumsi Inspektorat Jenderal hanya memiliki personel auditor dengan jumlah
orang hari yang tersedia sebanyak 50 hari dan telah melakukan assesment terhadap
seluruh audit universe.
Bagaimana jika Menteri Perhubungan selaku stakeholder mengiginkan kita
mengaudit semua auditi kita???
KESIMPULAN
Audit berbasis resiko tidak bisa dilakukan hanya dengan menilai beberapa
faktor risiko saja, faktor resiko yang telah ditentukan oleh para
Manajemen Audit harus di Implementasikan seluruhnya dalam
melakukan Risk Assesment.
Audit Berbasir Resiko dapat membantu Manajemen Audit untuk
melihat terlebih dahulu risiko yang dimiliki Auditee.
Faktor Resiko Auditee harus terus menerus di Update sesuai
dengan perkembangan organisasi dan kebijakan yang ada.
Para Manajemen Audit harus konsisten melakukan penyusunan
pelaksanaan audit berdasarkan risk scoring yang ditetapkan .
SARAN
Membuat/merevisi program kerja pengawasan
tahuanan dengan mengikuti kaidah-kaidah teori yang
berkembang saat ini (best practice).
Menyusun/merevisi formulir-formulir standar
yang mendukung proses pelaksanaan audit
berbasis risiko
Penentuan objek audit/unit audit pada proses
bisnis yan akan diaudit dalam suatu unit kerja
berdasarkan pada hasil risk assessment
Mempertimbangkan sumber daya (tenaga waktu dan
biaya) dalam melakukan perencanaan audit sehingga
didapatkan hasil audit yang optimal.
KERJAKAN DENGAN HATI APA YANG ANDA SENANGI, AKAN BERARTI BAGI
SESAMA. Prof. Hiro Tugiman
Pintar, Hebat dan Kaya itu BIASAA…menularkannya baru LUARRR BIASA.
maizar

More Related Content

What's hot

Penganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatPenganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatDanny Akbar
 
Pengukuran kinerja sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publikPengukuran kinerja sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publikMirsa Niati
 
Contoh prosedur internal audit
Contoh prosedur internal auditContoh prosedur internal audit
Contoh prosedur internal auditImran Amami
 
Penilaian Maturitas Penyelenggaraan SPIP Terintegrasi (New SPIP) pada Perguru...
Penilaian Maturitas Penyelenggaraan SPIP Terintegrasi (New SPIP) pada Perguru...Penilaian Maturitas Penyelenggaraan SPIP Terintegrasi (New SPIP) pada Perguru...
Penilaian Maturitas Penyelenggaraan SPIP Terintegrasi (New SPIP) pada Perguru...Sujatmiko Wibowo
 
Contoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditor
Contoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditorContoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditor
Contoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditordavidpiet
 
Penyusunan Anggaran berbasis Kinerja
Penyusunan Anggaran berbasis KinerjaPenyusunan Anggaran berbasis Kinerja
Penyusunan Anggaran berbasis KinerjaDadang Solihin
 
Auditing Resume Arens
Auditing Resume ArensAuditing Resume Arens
Auditing Resume Arenspadlah1984
 
Quiz 6 pengendalian internal dan evaluasinya
Quiz 6   pengendalian internal dan evaluasinyaQuiz 6   pengendalian internal dan evaluasinya
Quiz 6 pengendalian internal dan evaluasinyaHutria Angelina Mamentu
 
Makalah fraud auditing
Makalah fraud auditingMakalah fraud auditing
Makalah fraud auditingdewi masita
 
Laporan hasil audit manajemen
Laporan hasil audit manajemenLaporan hasil audit manajemen
Laporan hasil audit manajemen9elevenStarUnila
 
Peran Auditor Internal Pemerintah
Peran Auditor Internal PemerintahPeran Auditor Internal Pemerintah
Peran Auditor Internal PemerintahSujatmiko Wibowo
 
Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)
Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)
Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)Jiantari Marthen
 
16a.sapd simulasi-skpd
16a.sapd simulasi-skpd16a.sapd simulasi-skpd
16a.sapd simulasi-skpdNadia Amelia
 
Tabel temuan audit_produksi_riset_develo
Tabel temuan audit_produksi_riset_develoTabel temuan audit_produksi_riset_develo
Tabel temuan audit_produksi_riset_develoarimayawulantara
 

What's hot (20)

Present bab 13 auditing
Present bab 13 auditingPresent bab 13 auditing
Present bab 13 auditing
 
Penganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatPenganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusat
 
Pengukuran kinerja sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publikPengukuran kinerja sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publik
 
Fraud Risk Management
Fraud Risk ManagementFraud Risk Management
Fraud Risk Management
 
SAPP
SAPPSAPP
SAPP
 
Kewajiban Hukum Auditor
Kewajiban Hukum AuditorKewajiban Hukum Auditor
Kewajiban Hukum Auditor
 
Perencanaan audit
Perencanaan auditPerencanaan audit
Perencanaan audit
 
Contoh prosedur internal audit
Contoh prosedur internal auditContoh prosedur internal audit
Contoh prosedur internal audit
 
Penilaian Maturitas Penyelenggaraan SPIP Terintegrasi (New SPIP) pada Perguru...
Penilaian Maturitas Penyelenggaraan SPIP Terintegrasi (New SPIP) pada Perguru...Penilaian Maturitas Penyelenggaraan SPIP Terintegrasi (New SPIP) pada Perguru...
Penilaian Maturitas Penyelenggaraan SPIP Terintegrasi (New SPIP) pada Perguru...
 
Contoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditor
Contoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditorContoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditor
Contoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditor
 
PROSEDUR AUDIT
PROSEDUR AUDITPROSEDUR AUDIT
PROSEDUR AUDIT
 
Penyusunan Anggaran berbasis Kinerja
Penyusunan Anggaran berbasis KinerjaPenyusunan Anggaran berbasis Kinerja
Penyusunan Anggaran berbasis Kinerja
 
Auditing Resume Arens
Auditing Resume ArensAuditing Resume Arens
Auditing Resume Arens
 
Quiz 6 pengendalian internal dan evaluasinya
Quiz 6   pengendalian internal dan evaluasinyaQuiz 6   pengendalian internal dan evaluasinya
Quiz 6 pengendalian internal dan evaluasinya
 
Makalah fraud auditing
Makalah fraud auditingMakalah fraud auditing
Makalah fraud auditing
 
Laporan hasil audit manajemen
Laporan hasil audit manajemenLaporan hasil audit manajemen
Laporan hasil audit manajemen
 
Peran Auditor Internal Pemerintah
Peran Auditor Internal PemerintahPeran Auditor Internal Pemerintah
Peran Auditor Internal Pemerintah
 
Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)
Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)
Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)
 
16a.sapd simulasi-skpd
16a.sapd simulasi-skpd16a.sapd simulasi-skpd
16a.sapd simulasi-skpd
 
Tabel temuan audit_produksi_riset_develo
Tabel temuan audit_produksi_riset_develoTabel temuan audit_produksi_riset_develo
Tabel temuan audit_produksi_riset_develo
 

Similar to Perencanaan audit berbasis risiko sertifikasi qia

Lampiran_1_PerBAN-PT_No_2_Th.-2019-Instrumen_APS_Penduan_Penyusunan_LED.pdf
Lampiran_1_PerBAN-PT_No_2_Th.-2019-Instrumen_APS_Penduan_Penyusunan_LED.pdfLampiran_1_PerBAN-PT_No_2_Th.-2019-Instrumen_APS_Penduan_Penyusunan_LED.pdf
Lampiran_1_PerBAN-PT_No_2_Th.-2019-Instrumen_APS_Penduan_Penyusunan_LED.pdfAnisPrabowo1
 
Pelaporan dan Tindak Lanjut Hasil Audit (Kel 4 - Iswandi & Khairul Katsirin).ppt
Pelaporan dan Tindak Lanjut Hasil Audit (Kel 4 - Iswandi & Khairul Katsirin).pptPelaporan dan Tindak Lanjut Hasil Audit (Kel 4 - Iswandi & Khairul Katsirin).ppt
Pelaporan dan Tindak Lanjut Hasil Audit (Kel 4 - Iswandi & Khairul Katsirin).pptKHAIRULKATSIRIN
 
Kupas Tuntas Telaah Sejawat Ekstern 21032023_Kirim.pdf
Kupas Tuntas Telaah Sejawat Ekstern 21032023_Kirim.pdfKupas Tuntas Telaah Sejawat Ekstern 21032023_Kirim.pdf
Kupas Tuntas Telaah Sejawat Ekstern 21032023_Kirim.pdfCaturMashuri
 
Audit Kepatuhan pada Perguruan Tinggi Negeri
Audit Kepatuhan pada Perguruan Tinggi NegeriAudit Kepatuhan pada Perguruan Tinggi Negeri
Audit Kepatuhan pada Perguruan Tinggi NegeriSujatmiko Wibowo
 
Audit Responbilities and Objectives
Audit Responbilities and ObjectivesAudit Responbilities and Objectives
Audit Responbilities and ObjectivesSuryo Aji Saputro
 
penulisan-laporan-hasil-audit
penulisan-laporan-hasil-auditpenulisan-laporan-hasil-audit
penulisan-laporan-hasil-auditjhonhabibi1
 
Tugas rmk ch 10 susanti nurul ramadani
Tugas rmk ch 10 susanti nurul ramadaniTugas rmk ch 10 susanti nurul ramadani
Tugas rmk ch 10 susanti nurul ramadaniErdha Reidha
 
Panduan ami-its-2017.compressed
Panduan ami-its-2017.compressedPanduan ami-its-2017.compressed
Panduan ami-its-2017.compressedWidi Kariyanto
 
Model Risk Control Matrix Mujiastono1 , Dody Mardiansyah2 , Gustian Wiwaha
Model Risk Control Matrix Mujiastono1 , Dody Mardiansyah2 , Gustian WiwahaModel Risk Control Matrix Mujiastono1 , Dody Mardiansyah2 , Gustian Wiwaha
Model Risk Control Matrix Mujiastono1 , Dody Mardiansyah2 , Gustian WiwahaBesarArdhiNugraha
 
Presentasi seminar proposal diklat pim IV
Presentasi seminar proposal diklat pim IVPresentasi seminar proposal diklat pim IV
Presentasi seminar proposal diklat pim IValiyudhi_h
 
Perjanjian Kinerja (PK) Unsyiah.pptx
Perjanjian Kinerja  (PK)     Unsyiah.pptxPerjanjian Kinerja  (PK)     Unsyiah.pptx
Perjanjian Kinerja (PK) Unsyiah.pptxfaunimaharani2
 
PERENCANAAN_PENUGASAN_AUDIT_2011.pdf
PERENCANAAN_PENUGASAN_AUDIT_2011.pdfPERENCANAAN_PENUGASAN_AUDIT_2011.pdf
PERENCANAAN_PENUGASAN_AUDIT_2011.pdfAnitaelsalinda
 
Audit SPI atas Pengelolaan BMN.pdf
Audit  SPI  atas Pengelolaan BMN.pdfAudit  SPI  atas Pengelolaan BMN.pdf
Audit SPI atas Pengelolaan BMN.pdfSujatmiko Wibowo
 

Similar to Perencanaan audit berbasis risiko sertifikasi qia (20)

Pedoman telaah sejawat ekstern bagi apip inspektorat jenderal pusat dan daerah
Pedoman telaah sejawat ekstern bagi apip inspektorat jenderal pusat dan daerahPedoman telaah sejawat ekstern bagi apip inspektorat jenderal pusat dan daerah
Pedoman telaah sejawat ekstern bagi apip inspektorat jenderal pusat dan daerah
 
Lampiran_1_PerBAN-PT_No_2_Th.-2019-Instrumen_APS_Penduan_Penyusunan_LED.pdf
Lampiran_1_PerBAN-PT_No_2_Th.-2019-Instrumen_APS_Penduan_Penyusunan_LED.pdfLampiran_1_PerBAN-PT_No_2_Th.-2019-Instrumen_APS_Penduan_Penyusunan_LED.pdf
Lampiran_1_PerBAN-PT_No_2_Th.-2019-Instrumen_APS_Penduan_Penyusunan_LED.pdf
 
Pelaporan dan Tindak Lanjut Hasil Audit (Kel 4 - Iswandi & Khairul Katsirin).ppt
Pelaporan dan Tindak Lanjut Hasil Audit (Kel 4 - Iswandi & Khairul Katsirin).pptPelaporan dan Tindak Lanjut Hasil Audit (Kel 4 - Iswandi & Khairul Katsirin).ppt
Pelaporan dan Tindak Lanjut Hasil Audit (Kel 4 - Iswandi & Khairul Katsirin).ppt
 
Kupas Tuntas Telaah Sejawat Ekstern 21032023_Kirim.pdf
Kupas Tuntas Telaah Sejawat Ekstern 21032023_Kirim.pdfKupas Tuntas Telaah Sejawat Ekstern 21032023_Kirim.pdf
Kupas Tuntas Telaah Sejawat Ekstern 21032023_Kirim.pdf
 
Audit Kepatuhan pada Perguruan Tinggi Negeri
Audit Kepatuhan pada Perguruan Tinggi NegeriAudit Kepatuhan pada Perguruan Tinggi Negeri
Audit Kepatuhan pada Perguruan Tinggi Negeri
 
Grand design pk apip iacm
Grand design pk apip iacmGrand design pk apip iacm
Grand design pk apip iacm
 
Audit Responbilities and Objectives
Audit Responbilities and ObjectivesAudit Responbilities and Objectives
Audit Responbilities and Objectives
 
plan and steps auditing
plan and steps auditingplan and steps auditing
plan and steps auditing
 
Reviu renstra inspektorat jenderal kemenhub 2015 2019
Reviu renstra inspektorat jenderal kemenhub 2015 2019Reviu renstra inspektorat jenderal kemenhub 2015 2019
Reviu renstra inspektorat jenderal kemenhub 2015 2019
 
penulisan-laporan-hasil-audit
penulisan-laporan-hasil-auditpenulisan-laporan-hasil-audit
penulisan-laporan-hasil-audit
 
Langkah inspektorat jenderal kemenhub menjadi stratagic patner
Langkah inspektorat jenderal kemenhub menjadi stratagic patnerLangkah inspektorat jenderal kemenhub menjadi stratagic patner
Langkah inspektorat jenderal kemenhub menjadi stratagic patner
 
Tugas rmk ch 10 susanti nurul ramadani
Tugas rmk ch 10 susanti nurul ramadaniTugas rmk ch 10 susanti nurul ramadani
Tugas rmk ch 10 susanti nurul ramadani
 
Panduan ami-its-2017.compressed
Panduan ami-its-2017.compressedPanduan ami-its-2017.compressed
Panduan ami-its-2017.compressed
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Model Risk Control Matrix Mujiastono1 , Dody Mardiansyah2 , Gustian Wiwaha
Model Risk Control Matrix Mujiastono1 , Dody Mardiansyah2 , Gustian WiwahaModel Risk Control Matrix Mujiastono1 , Dody Mardiansyah2 , Gustian Wiwaha
Model Risk Control Matrix Mujiastono1 , Dody Mardiansyah2 , Gustian Wiwaha
 
Presentasi seminar proposal diklat pim IV
Presentasi seminar proposal diklat pim IVPresentasi seminar proposal diklat pim IV
Presentasi seminar proposal diklat pim IV
 
Perjanjian Kinerja (PK) Unsyiah.pptx
Perjanjian Kinerja  (PK)     Unsyiah.pptxPerjanjian Kinerja  (PK)     Unsyiah.pptx
Perjanjian Kinerja (PK) Unsyiah.pptx
 
PERENCANAAN_PENUGASAN_AUDIT_2011.pdf
PERENCANAAN_PENUGASAN_AUDIT_2011.pdfPERENCANAAN_PENUGASAN_AUDIT_2011.pdf
PERENCANAAN_PENUGASAN_AUDIT_2011.pdf
 
isu strategis pengawasan
isu strategis pengawasanisu strategis pengawasan
isu strategis pengawasan
 
Audit SPI atas Pengelolaan BMN.pdf
Audit  SPI  atas Pengelolaan BMN.pdfAudit  SPI  atas Pengelolaan BMN.pdf
Audit SPI atas Pengelolaan BMN.pdf
 

More from Dr .Maizar Radjin, SE., M.Ak., QIA., QRMA, CRGP

More from Dr .Maizar Radjin, SE., M.Ak., QIA., QRMA, CRGP (20)

Detasering_secondment_BLU_SPI_APIP.pdf
Detasering_secondment_BLU_SPI_APIP.pdfDetasering_secondment_BLU_SPI_APIP.pdf
Detasering_secondment_BLU_SPI_APIP.pdf
 
Aturan pALING LENGKAP Manajemen ASN_pns _sESUAI_NSPK_SLIDE SHARE.pdf
Aturan pALING LENGKAP Manajemen ASN_pns _sESUAI_NSPK_SLIDE SHARE.pdfAturan pALING LENGKAP Manajemen ASN_pns _sESUAI_NSPK_SLIDE SHARE.pdf
Aturan pALING LENGKAP Manajemen ASN_pns _sESUAI_NSPK_SLIDE SHARE.pdf
 
Transformasi Internal Audit_APIP_Auditor Agile_Itjen_Kemenhub_Agile Auditing_...
Transformasi Internal Audit_APIP_Auditor Agile_Itjen_Kemenhub_Agile Auditing_...Transformasi Internal Audit_APIP_Auditor Agile_Itjen_Kemenhub_Agile Auditing_...
Transformasi Internal Audit_APIP_Auditor Agile_Itjen_Kemenhub_Agile Auditing_...
 
Perilaku Kerja Inovatif Memediasi Pengaruh Integritas, Kompetensi Dan Leader...
Perilaku Kerja Inovatif Memediasi Pengaruh Integritas, Kompetensi Dan  Leader...Perilaku Kerja Inovatif Memediasi Pengaruh Integritas, Kompetensi Dan  Leader...
Perilaku Kerja Inovatif Memediasi Pengaruh Integritas, Kompetensi Dan Leader...
 
Buku Saku Perilaku Kerja Inovatif dan Efektivitas Kerja Internal Audit
Buku Saku Perilaku Kerja Inovatif dan Efektivitas Kerja Internal AuditBuku Saku Perilaku Kerja Inovatif dan Efektivitas Kerja Internal Audit
Buku Saku Perilaku Kerja Inovatif dan Efektivitas Kerja Internal Audit
 
Sistem manajemen kinerja pns permenpan 8 tahun 2021
Sistem manajemen kinerja pns permenpan 8 tahun 2021Sistem manajemen kinerja pns permenpan 8 tahun 2021
Sistem manajemen kinerja pns permenpan 8 tahun 2021
 
Change it today birokrasi is modern model
Change it today birokrasi is modern modelChange it today birokrasi is modern model
Change it today birokrasi is modern model
 
Penyederhanaan struktur organisasi kementerian lembaga penyederhanaan birokrasi
Penyederhanaan struktur organisasi kementerian  lembaga penyederhanaan birokrasiPenyederhanaan struktur organisasi kementerian  lembaga penyederhanaan birokrasi
Penyederhanaan struktur organisasi kementerian lembaga penyederhanaan birokrasi
 
Manajemen talenta ASN arah model birokrasi 2020 2024
Manajemen talenta ASN arah model birokrasi 2020 2024Manajemen talenta ASN arah model birokrasi 2020 2024
Manajemen talenta ASN arah model birokrasi 2020 2024
 
Pentingnya pengendalian risiko bagi organsiasi menghadapi revolusi global dar...
Pentingnya pengendalian risiko bagi organsiasi menghadapi revolusi global dar...Pentingnya pengendalian risiko bagi organsiasi menghadapi revolusi global dar...
Pentingnya pengendalian risiko bagi organsiasi menghadapi revolusi global dar...
 
Mewujudkan birokrasi di era disrupsi dan tatanan normal baru
Mewujudkan birokrasi di era disrupsi dan tatanan normal baruMewujudkan birokrasi di era disrupsi dan tatanan normal baru
Mewujudkan birokrasi di era disrupsi dan tatanan normal baru
 
Three lines model updated, IIA update model tiga lapis pertahanan risiko
Three lines model updated, IIA update model tiga lapis pertahanan risikoThree lines model updated, IIA update model tiga lapis pertahanan risiko
Three lines model updated, IIA update model tiga lapis pertahanan risiko
 
Dua model pengukuran dampak ekonomi proyek infrastruktur publik
Dua model pengukuran dampak ekonomi proyek infrastruktur publikDua model pengukuran dampak ekonomi proyek infrastruktur publik
Dua model pengukuran dampak ekonomi proyek infrastruktur publik
 
Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...
Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...
Perencanaan dan penganggaran yang lebih efisien, efektif dan bermanfaat bagi ...
 
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaRedesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
 
Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...
Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...
Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...
 
Kebijakan implementasi reformasi birokrasi RB 2020 2024
Kebijakan implementasi reformasi birokrasi RB 2020 2024Kebijakan implementasi reformasi birokrasi RB 2020 2024
Kebijakan implementasi reformasi birokrasi RB 2020 2024
 
Proses audit jarak jauh selama dan setelah corona virus disease 2019 covid 19
Proses audit jarak jauh selama dan setelah corona virus disease 2019 covid 19Proses audit jarak jauh selama dan setelah corona virus disease 2019 covid 19
Proses audit jarak jauh selama dan setelah corona virus disease 2019 covid 19
 
Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (...
Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (...Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (...
Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (...
 
Value based internal auditing - Nilai Dasar Internal Audit
Value based internal auditing - Nilai Dasar Internal AuditValue based internal auditing - Nilai Dasar Internal Audit
Value based internal auditing - Nilai Dasar Internal Audit
 

Recently uploaded

Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfdrmdbriarren
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxrohiwanto
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasiasaliaraudhatii
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxSusatyoTriwilopo
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 

Recently uploaded (16)

Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 

Perencanaan audit berbasis risiko sertifikasi qia

  • 1. IMPLEMENTASI AUDIT BERBASIS RISIKO DALAM PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN ATAS SATUAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MAKALAH Disajikan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) Disusun Oleh : MAIZAR RADJIN YAYASAN PENDIDIKAN INTERNAL AUDIT IN HOUSE TRAINING SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL AUDITOR Angkatan 001 / Tingkat Manajerial Juli dan Agustus 2015 – JAKARTA
  • 2. iii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR………………………………………………………….. i DAFTAR ISI…………………………………………..................................... iii BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1 1.1. Latar Belakang……………………………………............. 1 1.2. Penjelasan Masalah………………………………............ 2 1.3. Tujuan Penulisan Makalah………………………............. 3 1.4. Ruang Lingkup Pembahasan……….............................. 3 1.5. Sistematika Penulisan……………………………............ 3 BAB II RUJUKAN TEORI..................................................................... 4 2.1. Perencanaan Audit……………………………………...... 5 2.2. Rincian Tahapan Sistematis Terhadap Perencanaan Audit Berbasis Risiko……………………………….......... 7 2.2.1 Pengidentifikasian Audit Universe....................... 7 2.2.2 Pemilihan Auditable Unit..................................... 8 2.2.3 Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT).................................................. 9 2.3. Risiko………………………............................................. 10 2.4. Audit Berbasis Risiko………........................................... 10
  • 3. iv BAB III APLIKASI PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN........................................... 17 3.1. Sekilas Tentang Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan………………………………... 17 3.1.1 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan.................................... 17 3.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan.................................... 20 3.1.3 Pengawasan Intern................................................ 22 3.1.4 Sumber Daya Manusia.......................................... 22 3.2. Penyusunan Program Kerja Audit Tahuanan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan……………….......... 23 3.3. Pengembangan Penyusunan Program Kerja Audit Tahunan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan dengan Audit Berbasis Risiko…………..... 23 3.4. Manfaat Penerapan Audit Berbasis ................................ 31 3.5 Audit Terhadap Semua Auditi.....……….......................... 33
  • 4. v BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 34 4.1. Kesimpulan…………………………………...................... 34 4.2. Saran………………………………………………….......... 34 DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 36 LAMPIRAN
  • 5. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman i KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya berkat rahmat dan petunjuk-Nya makalah dengan judul ” Implementasi Audit Berbasis Risiko dalam Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan Atas Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian Perhubungan” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Penyusunan makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA), di mana pada prosesnya melibatkan bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Inspektur Jenderal dan segenap Manajemen di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan atas komitmen yang begitu besar dalam peningkatan kualitas Internal Auditor Kementerian Perhubungan; 2. Seluruh Pengajar berserta para Peserta program sertifikasi QIA tingkat Lanjutan dan Manajerial yang telah berbagi pengalaman dan pengetahuannya selama program sertifikasi ini; 3. Keluarga Besar Bagian Perencanaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan yang telah mendoakan dan meringankan beban dalam mengikuti program sertifikasi ini; 4. Seluruh jajaran Inspektorat Jenderal yang penulis tidak dapat sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu penulis secara langsung dan tidak langsung dalam pelaksanaan program sertifikasi ini;
  • 6. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman ii 5. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan doa hingga terselesaikannya makalah ini; 6. Staf Administrasi YPIA yang telah membantu kelancaran dalam proses sertifikasi ini. Sebagai penutup penyusun menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati penyusun memohon masukan dan saran yang membangun dari rekan-rekan pembaca untuk dapat lebih menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi kepada semua pihak. Amin… Jakarta, 3 Agustus 2015 Maizar Radjin
  • 7. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Perhubungan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 60 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan. Untuk menjawab perkembangan kebijakan pemerintah terhadap peningkatan pengendalian intern tersebut, Inspektorat Jenderal setiap tahunnya menyusun Kebijakan Pengawasan dan pada tahun 2015 telah ditetapkan Keputusan Inspektur Jenderal Nomor SK No. SK.08/HK.206/ITJEN-2014. Inspektorat Jenderal selaku pengawas intern diminta selalu berperan aktif dengan mengawal mulai dari proses perencanaan sampai dengan pelaporan, di antaranya dengan melakukan Reviu Rencana Kerja dan Anggara (RKA), Reviu Revisi DIPA, dan Reviu Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) serta melakukan pendampingan rencana penyusunan pagu kebutuhan masing-masing Unit Kerja untuk periode tahun berikutnya, Koordinasi Monitoring dan Evaluasi AP-KKN (KORMONEV), serta melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap WBS (Whistle Blowing System) dan Pengendalian Gratifikasi. Tahun 2015 Kementerian Perhubungan mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp64.9 Trilliun sedangkan Inspektorat Jenderal hanya mendapat alokasi anggaran sebesar Rp100.3 Milliar atau sebesar 0.15 % dari total anggaran Kementerian Perhubungan untuk melaksanakan program kerja pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur.
  • 8. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 2 Jumlah Auditor Inspektorat Jenderal saat ini sebanyak 116 orang dan harus mengawasi sebanyak 632 Auditee. Ini menyebabkan terhadap hasil evaluasi BPKP Inspektorat Jenderal masih memerlukan jumlah tenaga auditor minimum sebanyak 160 orang yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Menyikapi hal tersebut dalam penyusunan Program Kerja Audit Tahunan (PKAT) untuk tercapainya hasil pengawasan yang optimal, Inspektorat Jenderal harus menerapkan manajemen Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit). Perubahan paradigma Auditor Internal sebagai Penjamin Mutu dan Konsultan terhadap kinerja Kementerian Perhubungan harus mampu menjadikan Inspektorat Jenderal berperan aktif dalam membangun sistem dan mendorong terwujudnya Kemenhub menjadi lembaga pemerintahan yang baik dan bersih sehingga Inspektorat Jenderal mampu menjadi telinga dan mata bagi pimpinan tertinggi di Kementerian Perhubungan. Diketahuinya berbagai permasalahan mengharuskan Inspektorat Jenderal melakukan upaya strategis dalam menyusun program kerja pengawasan tahunan melalui audit berbasis risiko. Penerapan audit berbasis risiko dimaksudkan sebagai upaya meminimalisasi risiko yang dapat mengakibatkan dampak buruk di masa depan. Artinya tiap organisasi perlu menerapkan dan memastikan manajemen risiko berjalan secara efektif. 1.2 Penjelasan Masalah Jumlah auditee dan anggaran di Lingkungan Kementerian Perhubungan tidak sesuai terhadap jumlah Auditor yang ada pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan dengan kondisi saat ini. Dengan ketimpangan jumlah auditor serta perluasan cukupan dan beban kerja audit, perencanaan program kerja pengawasan tahunan yang belum komprehensif dalam menentukan audit universe mengakibatkan tidak optimalnya penetuan risiko yang akan dihadapi dalam penugasan audit.
  • 9. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 3 1.3 Tujuan Penulisan Makalah Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memperkaya pengetahuan khususnya pada teknik penyusunan program kerja pengawasan tahunan yang menggunakan pendekatan audit berbasis risiko. Sehingga permasalahan penyusunan program kerja pengawasan tahunan yang disusun oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan tepat, efektif dan efesien sesuai dengan kondisi yang ada pada Organisasi, sehingga dapat mengoptimalkan fungsi audit dengan sumber daya yang dimiliki. 1.4 Ruang Lingkup Pembahasa Pembahasan permasalahan ini dibatasi pada proses penyusunan program kerja pengawasan tahunan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. BAB I : Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan makalah, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. 2. BAB II : Rujukan Teori Bab ini menguraikan teori yang menjadi dasar pemikiran yang berkaitan dengan ruang lingkup pembahasan. 3. BAB III : Aplikasi Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan Bagian ini berisi tentang gambaran umum Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan dan penyusunan program kerja pengawasan tahunan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan yang selama ini dilaksanakan, serta rencana pengembangan sebagai upaya peningkatan dan optimalisasi fungsi
  • 10. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 4 audit melalui penyusunan program kerja audit tahunan yang tepat, efektif dan efesien. 4. BAB IV : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang dapat diberikan Penulis untuk penyempurnaan penyusunan program kerja pengawasan tahunan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan.
  • 11. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 5 BAB II RUJUKAN TEORI 2.1 Perencanaan Audit Perencanaan audit tahunan merupakan program kegiatan jangka pendek yang merupakan bagian integral dari program kerja jangka menengah dan jangka panjang. Penyusunan rencana kerja pengawasan tahunan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: prioritas sasaran pengawasan, sumber daya yang tersedia, jadwal waktu yang ada. Pencapaian sasaran pengawasan yang telah ditetapkan memiliki potensi tidak dapat tercapai, sebagaimana yang diharapkan disebabkan oleh berbagai hambatan yang lebih dikenal dengan istilah risiko. Itulah sebabnya perencanaan pengawasan dewasa ini telah menggunakan pendekatan risiko yang disebut dengan perencanaan audit berbasis risiko. (sumber pusdiklatwas BPKP) Standar Profesional Audit Intern dari The Institute of Internal Auditor (IIA) menyatakan Pimpinan audit intern harus memiliki pernyataan tentang tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab untuk bagian audit intern. Pimpinan audit intern harus menetapkan rencana bagi pelaksanaan tanggungjawab bagian audit intern. Menurut Profesor Hiro Tugiman, “Audit Internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan” (Tugiman,1997:1)
  • 12. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 6 Proses perencanaan audit (Audit Planning Process) Sumber : MAI Plan-QIA-Ina-2015 Pimpinan APIP dapat memutuskan untuk menimbang berbagai faktorrisiko, untuk menentukan tingkat keterkaitan faktor-faktor tersebut dengan suatu risiko. Hasil pertimbangan terhadap faktor-faktor tersebut merupakan penilaian pimpinan terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan. Penilaian dilakukan untuk menyeleksi unit kerja, bagian, bidang, program atau kegiatan yang akan diaudit. Perkiraan ini merupakan proses sistematis untuk memperkirakan dan menerapkan penilaian yang potensial terhadap berbagai kondisi dan atau kejadian yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan. Proses perkiraan risiko
  • 13. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 7 akan menghasilkan suatu cara bagi pengaturan dan penerapan penilaian yang potensial, dalam penyusunan jadwal pekerjaan audit. Penetapan auditable unit didasarkan pada kegiatan yang memiliki tingkat risiko tinggi. Pada proses perkiraan risiko, APIP harus menggabungkan informasi dari berbagai sumber baik dari dalam maupun dari luar instansi pengawasan Perencanaan pengawasan berbasis risiko dilaksanakan dengan tahapan sistematis sebagai berikut: 1. Pengidentifikasian audit universe. 2. Pemilihan auditable unit. 3. Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan. (Pusdiklatwas BPKP – 2007) 2.2 Rincian Tahapan Sistematis Terhadap Perencanaan Audit Berbasis Risiko 2.2.1 Pengidentifikasian audit universe Audit universe (mitra audit yang berpotensi untuk diaudit) didefinisikan sebagai sejumlah entitas atau bidang yang berpotensi untuk diaudit dalam suatu organisasi. Audit universe dapat berupa unit kerja, bidang, bagian, program, kegiatan, proyek dan sebagainya. Langkah awal dari proses ini adalah mengidentifikasikan mitra audit yang berpotensi untuk diaudit (auditable units). Sumber informasi dari dalam maupun dari luar instansi pengawasan seperti: Rencana Pembangunan Jangka Panjang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Kebijakan pengawasan, Kebijakan pimpinan Departemen/LPND/Kepala Daerah, hasil kajian pengawasan, tuntutan publik, dan sebagainya dapat digunakan sebagai rujukan dalam pengidentifikasian audit universe tersebut
  • 14. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 8 2.2.2 Pemilihan auditable unit Pemilihan mitra audit (auditable units) perlu dilakukan mengingatadanya keterbatasan sumber daya audit dibandingkan dengankebutuhan. Oleh karena itu, tidak setiap unit yang berpotensi untukdiaudit (audit universe) direncanakan untuk diaudit. Kriteria yang digunakan untuk menilai apakah entitas, bidang, bagian, program, kegiatan, atau proyek tergolong berpotensi menjadi auditable units adalah: 1. Peran dan kontribusi terhadap pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi. 2. Memiliki pengaruh yang cukup berarti (signifikan) terhadap organisasi; 3. Pertimbangan biaya dan manfaat audit. Pada proses ini pendekatan risiko dilakukan sehingga fokuspengawasan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang tepat dan efektif. Setiap audit universe yang telah teridentifikasi dinilai risikonya masing-masing dengan kriteria yang telah disepakati bersama. Penilaian risiko tersebut dilakukan dengan cara pemberian nilai tingkat risiko untuk setiap jenis risiko dari masing- masing audit universe. Berdasarkan pembobotan tersebut, maka proses penilaian risiko tersebut akan menghasilkan urut-urutan tingkat risiko dari penilaian tertinggi hingga penilaian terendah. Berdasarkan hasil penilaian tersebut APIP dapat menentukan rencana pengawasan berikut jadwal pelaksanaan audit tahunan termasuk sumber daya manusia auditornya.
  • 15. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 9 2.2.3 Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan Usulan Rencana Kerja Pengawasan Tahunan kemudian setelah dikoordinasikan dengan APIP lain untuk menghindari adanyatumpang tindih antar APIP dan meningkatkan sinergi pengawasan maka dihasilkanlah Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) yangkemudian disahkan untuk dipakai sebagai acuan pelaksanaanpengawasan tahunan. Informasi yang dimuat dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan(PKPT) meliputi: 1. Identitas auditan Kolom ini memuat nama auditan yang akan diaudit. 2. Anggaran biaya Kolom ini memuat jumlah biaya audit yang dialokasikan yangmeliputi: biaya perjalanan dinas dan uang harian. Manajemen Pengawasan 3. Sasaran audit Kolom ini memuat sasaran audit, seperti: audit komprehensif, audit kinerja, audit dengan tujuan tertentu, audit investigasi, audit pengadaan barang dan jasa dan sebagainya. 4. Periode audit Kolom ini memuat periode anggaran yang sedang diaudit. 5. Jumlah auditor Kolom ini memuat jumlah auditor yang akan ditugaskan, meliputi: pengendali mutu, pengendali teknis, ketua tim, dan anggota tim. 6. Waktu mulai audit Kolom ini memuat periode waktu mingguan sebagai waktu dimulainya penugasan audit, misalnya: minggu I Agustus 2015.
  • 16. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 10 7. Waktu penerbitan laporan hasil audit Kolom ini memuat periode waktu mingguan sebagai waktu diterbitkannya laporan hasil audit, misalnya: minggu I Agustus 2015. 2.3 Risiko Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan atau membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Menurut Arthur J. Keown (2000), risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar). Definisi risiko menurut (International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing, The IIA 1999) merupakan kemungkinan kejadian yang dapat memberikan dampak terhadap pencapaian tujuan. Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa definisi risiko adalah kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi. 2.4 Audit Berbasis Risiko Audit Berbasis Risiko adalah metodologi pemeriksaan yang dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa risiko telah dikelola di dalam batasan risiko yang telah ditetapkan manajemen pada tingkatan korporasi. Standar Profesi Audit Internal yang diterbitkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal menyatakan dalam Standar Kinerja bahwa Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun perencanaan yang berbasis risiko untuk menetapkan prioritas kegiatan audit internal, konsisten dengan tujuan organisasi. Rencana penugasan audit internal harus berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan paling
  • 17. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 11 sedikit setahun sekali. Masukan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi serta perkembangan terkini harus juga dipertimbangkan dalam proses ini. Rencana penugasan audit internal harus mempertimbangkan potensi untuk meningkatkan pengelolaan risiko, memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan organisasi. Audit berbasis risiko juga memastikan bahwa manajemen risiko sudah dilakukan sesuai dengan risk appetite yang dimiliki organisasi. Pendekatan audit ini berfokus dalam mengevaluasi risiko baik strategis, finansial, operasional, regulasi dan lainnya yang dihadapi oleh organisasi. Audit berbasis risiko merangking risiko yang tinggi untuk diaudit terlebih dahulu, sehingga kemudian membantu manajemen untuk mengetahui area mana yang berisiko dan area yang memiliki internal control yang lemah. Audit Berbasis Risiko merupakan pendekatan audit yang berkembang pesat sejak tahun 2000. Pendekatan ini saat ini mendapatkan perhatian yang luas dan dianggap sebagai pendekatan yang paling efektif karena terbukti paling cocok diterapkan untuk kondisi lingkungan bisnis yang selalu berubah-ubah seperti sekarang ini. Indonesia telah meratifikasi ketentuan untuk menerapkan International Standards on Auditing (ISA) mulai awal tahun 2013. ISA sepenuhnya mengadopsi pendekatan Audit Berbasis Risiko, sehingga saat ini penerapan Audit Berbasis Risiko bagi auditor di Indonesia menjadi hal wajib (mandatory). Audit berbasis risiko lebih berupa perubahan pola pandang dari pada sebuah teknik. Memakai kacamata audit berbasis risiko auditor harus menilai kemampuan manajemen dalam mengukur, merespon dan melaporkan risiko. Apabila manajemen memiliki kemampuan yang cukup dalam mengukur, merespon dan melaporkan risiko dalam suatu area atau proses, maka risiko bawaan bisa diturunkan. Artinya auditor tidak harus meningkatkan tingkat ketelitian, menambah prosedur atau
  • 18. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 12 menambahkan waktu analisa. Sebaliknya kalau manajemen risiko klien buruk, maka auditor harus meningkatkan ketelitian, menambah prosedur dan menambahkan waktu analisa. Sehingga bobot atau risk score di masing-masing area atau proses tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu dasar untuk penentuan prioritas audit oleh auditor. Penentuan prioritas berdasarkan analisa risiko ini dianggap paling tepat dalam upaya mengalokasikan waktu dan staf auditor yang terbatas. Audit menggunakan sampling, dan selama ini metodologi audit mengatur bagaimana pengambilan sampling yang paling efektif dan efisien. Internal audit telah mengalami evolusi yang pesat hingga saat ini. Hal ini dipicu oleh berbagai risk event baik kecil maupun besar yang terjadi secara global, mulai dari kasus Enron dan Worldcom, hingga yang terbaru yakni krisis keuangan global, yang semakin memperkuat pentingnya fungsi internal audit. Risiko yang bervariasi, dan juga semakin kompleks seiring berkembangnya sistem keuangan saat ini, menjadikan peran internal audit yang kuat semakin diperlukan. Sehingga, ini memicu internal audit untuk terus mengalami evolusi hingga saat ini. Jika awalnya internal audit hanya berfokus dalam mengidentifikasi pelanggaran semata serta menekankan compliance terhadap regulasi, hingga kemudian punya pemahaman yang menyeluruh mengenai risiko, kini sudah sampai berkembang risk-based audit atau audit berbasis risiko. Berikut ini adalah evolusi yang terjadi pada internal audit.Pendekatan audit awalnya dulu hanya berupa shotgun approach, yakni merupakan pendekatan audit tradisional (post the facts), dimana audit hanya bertujuan untuk mengungkap temuan, mencari-cari dan mengidentifikasi kesalahan maupun pelanggaran baik dalam aktivitas, kebijakan maupun laporan perusahaan.
  • 19. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 13 Selanjutnya berkembang menjadi compliance based approach, yakni merupakan pendekatan audit dimana dilakukan pengecekan terhadap keselarasan antara kebijakan dan prosedur yang dilakukan dengan ketetapan regulasi. Hanya saja, kekurangannya adalah jika terdapat aktivitas yang tidak comply padahal sebenarnya itu merupakan inovasi, sementara aturan yang ditetapkan sudah out of date. Jika auditor tidak bisa memahami perspektif yang diaudit, maka pendekatan ini bisa jadi kontra produktif karena membatasi kreativitas. Kemudian ada lagi control based approach, yang mirip dengan compliance based approach, namun bedanya disini auditor menggunakan kontrol internal yang merupakan best practice. Tim auditor punya checklist dan framework tersendiri mengenai aktivitas mana saja yang perlu dikontrol. Kelemahan dari pendekatan ini adalah seringkali terlalu menekankan kontrol, sehingga seringkali melupakan pertimbangan faktor praktis maupun cost-benefit dalam implementasi kontrol tersebut. Kini internal audit yang berkembang sudah mengarah kepada audit berbasis risiko, di mana auditor pertama-tama harus memahami dulu bagaimana visi, misi, tujuan, target, dan strategi dari perusahaan, baru kemudian mengidentifikasi dan menganalisa area yang berpotensi menghalangi pencapaian tujuan. Auditor bertugas untuk menentukan apakah kontrol sudah ditempatkan dengan baik dan berjalan secara efektif dalam mengelola risiko.
  • 20. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 14 Perbedaan audit tradisional dengan audit berbasis risiko NO. Perubahan Audit Traditional Audit Berbasis Risiko 1. Audit Universe Lebih mengutamakan area finansial dan kepatuhan kepada kebijakan dan prosedur internal. Semua aktivitas usaha, khususnya yang mengandung risiko usaha (business risk). 2. Tujuan Audit Lebih memastikan bahwa pengendalian internal bekerja secara efektif dan peran nya untuk meningkatkan efisiensi tanpa melihat keberadaannya untuk mengendalikan risiko. Lebih memberikan kepastian (assurance) bahwa risiko yang diidentifikasi telah dikurangi ke tingkat yang dapat diterima. 3. Rencana Audit Tahunan Siklus audit ditetapkan secara berkala dan biasanya dilakukan secara mendadak tanpa memerhatikan tingkat risiko. Audit lebih diprioritaskan ke area yang berisiko tinggi. 4. Tugas Lapangan Dilakukan berdasarkan pada seperangkat rencana kerja yang mungkin tanpa tujuan yang spesifik. Tugas lapangan lebih memastikan perusahaan telah mengidentifikasi, mengendalikan dan memantau semua risiko yang ada. 5. Pengujian Pengujian untuk mengonfirmasi bekerjanya pengendalian tanpa mengurutkan menurut tingkat kepentingannya dan lebih mengarah kepada penemuan kesalahan walaupun tidak material dengan akibat laporan yang tebal. Masih tetap menggunakan teknik pengujian yang sama, tetapi lebih memastikan bahwa pengendalian utama (important risk control) berfungsi dengan baik untuk mengurangi risiko.
  • 21. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 15 6. Pelaporan Lebih mengutamakan penyimpangan yang signifikan dengan tetap merekam semua penyimpangan yang tidak material tetapi jumlahnya banyak Rekomendasi akan diberikan dalam kaitan dengan manajemen risiko agar risiko dihindari, diakhiri, ditransfer, didiversifikasi atau diterima dan dikelola. 7. Rekomendasi Rekomendasi diberikan dalam kaitan dengan pengendalian agar diperkuat, memerhatikan cost benefit, efisiensi, dan efektivitas. Rekomendasi akan diberikan dalam kaitan dengan manajemen risiko agar risiko dihindari, diakhiri, ditransfer,didiversifikasi atau diterima dan dikelola. Pada metodologi risk based audit, perusahaan bukan hanya sekadar punya pemahaman yang menyeluruh mengenai risiko, melainkan juga mengontrol pengelolaannya dan memastikan bahwa kontrol berjalan secara efektif. Jika dulunya internal audit sekedar post the facts atau mengungkap fakta atau temuan kesalahan, maka dengan risk based audit bisa melakukan anticipation before the facts artinya antisipasi sebelum kesalahan benar-benar terjadi. Untuk melakukan audit berbasis risiko ini, suatu organisasi harus bekerjasama dengan fungsi internal audit supaya risiko bisa terus menerus dimonitor dan dikelola secara proaktif sebelum benar-benar terjadi dan membahayakan pencapaian tujuan organisasi.
  • 22. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 16 Beberapa manfaat audit berbasis risiko adalah: 1. Menjadi sistem check and balance terhadap kontrol organisasi. 2. Meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi kesalahan dalam laporan keuangan. 3. Meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi dan mengukur risiko. 4. Meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi adanya fraud atau masalah lainnya. 5. Mengungkap temuan mengenai kelemahan yang dimiliki manajemen.
  • 23. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 17 BAB III APLIKASI PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 3.1 Sekilas tentang Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan 3.1.1 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan
  • 24. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 18
  • 25. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 19 Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan Inspektorat Jenderal adalah unsur pengawasan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan. Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jenderal. Dalam menjalankan fungsi pengawasannya Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Perhubungan. 2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Perhubungan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. 3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Perhubungan. 4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Perhubungan. 5. Pelaksanaan administrasi di lingkungan Inspektorat Jenderal. Selain tugas pokok dan fungsi di atas, Inspektorat Jenderal melaksanakan tugas-tugas lain atas kebijakan Pimpinan Kementerian Perhubungan seperti Koordinator kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Kormonev) Rencana Aksi Instansi-Pemberantasan Korupsi (RAI-PK) Kementerian Perhubungan, RAI-PK Inspektorat Jenderal, Preventif KKN, Evaluasi LAKIP Eselon I Kementerian, Evaluasi Pelaksanaan SPIP Eselon I Kementerian, Reviu atas Laporan Keuangan serta penugasan lainnya. Dengan demikian sebagai instansi pengawasan internal Kementerian Perhubungan, Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan mempunyai tanggung jawab dan berperan aktif dalam upaya mencegah dan menindaklanjuti terjadinya penyimpangan atas pelaksanaan tugas
  • 26. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 20 pemerintahan dan pembangunan dilingkungan Kementerian Perhubungan. 3.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan Untuk mencapai visi dan misi kementerian, Inspektorat Jenderal kemudian menerjemahkan kedalam visi, misi dan tujuan Inspektorat Jenderal sebagai berikut: a. Visi Inspektorat Jenderal adalah (“Terwujudnya Kementerian Perhubungan yang bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)”). Pernyataan visi merujuk pada ciri– ciri good governance yang mencerminkan cita–cita penyelenggaraan pemerintahan negara yang profesional, transparan, akuntabel, memiliki kredibilitas dan bebas KKN antara lain ditandai dengan adanya upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang profesional, handal dan bermoral, bermakna sosok aparatur negara yang baik secara institusi, individu maupun sistem yang mempunyai kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsi secara terampil, baik dan benar serta ditandai dengan nilai etika dan moral untuk mewujudkan kinerja, hasil kerja terbaik dan bermanfaat. b. Misi Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan adalah: 1. Meningkatkan Pengawasan intern yang berintegritas, profesional dan amanah; 2. Mendorong penyelesaian tindak lanjut hasil audit
  • 27. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 21 c. Tujuan Tujuan merupakan implementasi pernyataan misi yang akan dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.dengan memformulasikan tujuan, Inspektorat Jenderal dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan selama 5 (lima) tahun kedepan. Adapun tujuan yang hendak dicapai Inspektorat Jenderal sebagai berikut : 1. Meningkatnya akuntabilitas kinerja unit kerja di lingkungan Kementerian Perhubungan; 2. Mendorong tercapainya pengendalian intern pada unit kerja Kementerian Perhubungan; 3. Meningkatnya ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku pada Unit Kerja di lingkungan Kementerian Perhubungan; 4. Meningkatnya penyelesaian tindak lanjut hasil audit.
  • 28. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 22 3.1.3 Pengawasan Intern Pengawasan Intern yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan adalah sebagai berikut: 3.1.4 Sumber Daya Manusia (Posisi 31 Desember 2015) 1. Berdasarkan Penjenjangan Jabatan Fungsional Pelaksana Lanjutan 1 INSPEKTORAT I - 8 4 8 1 - 2 23 2 INSPEKTORAT II - 8 4 8 1 - 2 23 3 INSPEKTORAT III - 8 6 9 - - 1 24 4 INSPEKTORAT IV - 8 4 8 - - 3 23 5 INSPEKTORAT V - 9 3 7 - 1 3 23 0 41 21 40 2 1 11 116 JUMLAH TOTAL NO. BAGIAN/SUB UNIT Pelaksana JABATAN AUDITOR Utama Madya Muda Pertama Penyelia
  • 29. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 23 2. Auditor berdasarkan Golongan, Pendidikan dan Jenis Kelamin II III IV JML S-2 DIII SLTA JML L P JML 1 INSPEKTORAT I 12 11 23 9 - 3 23 15 8 23 2 INSPEKTORAT II 1 14 8 23 8 - 2 23 19 4 23 3 INSPEKTORAT III 16 8 24 9 - 1 24 16 8 24 4 INSPEKTORAT IV 2 13 8 23 7 - 2 23 18 5 23 5 INSPEKTORAT V 2 12 9 23 6 - 3 23 18 5 23 5 67 44 116 39 0 11 116 86 30 116TOTAL 13 14 PENDIDIKAN 14 14 66 JENIS KELAMIN NO BAGIAN/SUB UNIT GOLONGAN S-1/D-IV 11 3.2 Penyusunan Program Kerja Audit Tahuanan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengawasan, Menteri Perhubungan menetapakan kebijakan pengawasan 5 tahunan yang merupakan rencana strategis pengawasan di lingkungan Kementerian Perhubungan. Inspektorat Jenderal kemudian menetapkan kebijakan pengawasan yang terinci sebagai pedoman dalam pengawasan di lingkungan Kementerian Perhubungan. Kebijakan pengawasan tahunan Inspektorat Jenderal Tahun 2015 telah ditetapkan oleh Inspektur Jenderal Nomor SK.82/HK.006/ITJEN 2014 tanggal 15 Desember 2014. Terdapat 3 (tiga) hal penting yang menjadi arah Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal pada Tahun 2015, yaitu : 1. Peningkatan kualitas laporan keuangan Kementerian Perhubungan. 2. Pengawasan kegiatan-kegiatan strategis di lingkungan Kementerian Perhubungan. 3. Aksi pencegahan dan penanggulangan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di lingkungan Kementerian Perhubungan.
  • 30. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 24 Terhadap tiga hal pokok tersebut untuk mewujudkan pengawasan yang efektif, efisien, terarah serta terkoordinasi maka disusunlah Program Kerja Pengawasan Tahun (PKPT) Inspektorat Jenderal 2015, yang akan menjadi pedoman lebih terinci dalam pelaksanaan pengawasan untuk pelaksanaan seluruh kegiatan pengawasan di lingkungan Inspektorat Jenderal Beberapa hal yang disusun dalam PKPT adalah sebagai berikut: 1. Wilayah Pengawasan NO INSPEKTORAT WILAYAH PENGAWASAN 1. INSPEKTORAT I  Inspektorat Jenderal;  Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Darat;  Unit Kerja di Provinsi : Aceh, Sumut, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, NTB, Kalsel dan Sulut. 2. INSPEKTORAT II  Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;  Mahkamah Pelayaran;  Unit Kerja di Provinsi : Jatim, Bali, Kalbar, Sulteng dan Papua 3. INSPEKTORAT III  Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;  Unit Kerja di Provinsi : Jambi, Bengkulu, Lampung, Babel, Jabar, Kalteng, Sulsel dan Maluku. 4. INSPEKTORAT IV  Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan;  Badan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perhubungan;  Unit Kerja di Provinsi : Sumsel, Jateng, Kaltim, Kaltara* , NTT, Sultra dan Maluta.
  • 31. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 25 5. INSPEKTORAT V  Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perkeretaapian;  Sekretariat Jenderal;  Unit Kerja di Provinsi : Sumbar, Riau, Kepri, Banten, Gorontalo, Sulbar dan Papua Barat. 2. Objek Audit NO. INSPEKTORAT OBJEK AUDIT 1 Inspektorat I 120 2 Inspektorat II 136 3 Inspektorat III 128 4 Inspektorat IV 129 5 Inspektorat V 119 JUMLAH 632 3. Struktur Tim NO. PERAN KETERANGAN 1. Penanggungjawab Inspektur Jenderal / Sekretaris Inspektorat Jenderal / Inspektur 2. Pengendali Mutu Auditor Utama, Auditor Madya 3. Pengendali Teknis Auditor Madya atau Auditor Muda 4. Ketua Tim Minimal Auditor Pertama 5. Anggota Tim Auditor atau personil Sekretariat Inspektorat Jenderal
  • 32. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 26 4. Waktu Pelaksanaan Audit NO. PERAN HARI AUDIT KINERJA ADTT KHUSUS DAN INVESTIGASI Reg. Lanj. 1. Penanggung jawab 10 3 3 - 5 Maks 5 2. Daltu 15 5 5 - 7 Maks 10 3. Dalnis 15 5 5 - 7 Maks 10 4. Ketua Tim 15 5 5 - 7 Maks 10 5. Anggota Tim : Auditor 15 5 5 - 7 Maks 10 Sekretariat 15 5 5 - 7 Maks 10 3.3 Pengembangan Penyusunan Program Kerja Audit Tahunan Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan dengan Audit Berbasis Risiko. Dalam penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT), Inspektorat Jenderal menerapkan manajemen Audit Berbasis Risiko hanya melihat dari sisi anggaran yang dimiliki auditi berdasarkan table yang telah diberi rangking sebagai berikut: NO. JUMLAH ANGGARAN JUMLAH AUDITI RISIKO 1. > 500.000.000.000 12 Tinggi 2. 100.000.000.000 - 500.000.000.000 82 Besar 3. 6.500.000.000 - 100.000.000.000 386 Menengah 4. < 6.500.000.000 152 Sedang T O T A L 632 Dari tabel di atas diketahui bahwa risiko tertinggi dimiliki oleh auditee yang mengelola anggaran di atas Rp500 Miliar. Kemudian ditetapkan untuk auditee yang memiliki risiko tinggi pelaksanaan auditnya menjadi
  • 33. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 27 lebih prioritas dan dilaksanakan selama 15 (lima belas) hari kalender. Metode pelaksanaan Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) berbasis risiko seharusnya dilakukan setelah ada kesepakatan risiko yang telah disepakati para Manajemen Audit untuk di lakukan Risk Assesment, sehingga program kerja pengawasan tahunan bisa memaksimalkan hari audit dan jumlah auditor yang ada untuk menghasilkan tujuan pengawasan internal yang efektif dengan alokasi anggaran yang efesien. Langkah-langkah perencanaan audit tahunan sebaiknya melalui hal-hal berikut: 1. Pengembangan Audit Universe 2. Pendekatan pemilihan auditee 3. Penentuan prioritas audit 4. Estimasi ketersedian sumber daya (hari audit dan jumlah auditor yang tersedia) 5. Penjadwalan audit 6. Anggaran audit yang dimiliki 7. Pemantauan rencana audit Implementasi audit berbasis risiko dalam perencanaan audit tahunan dilakukan setelah pengembangan audit universe terhadap data umum, rencana strategis, daftar kegiatan strategis dan temuan audit (internal atau eksternal) sebelumnya telah diketahui kemuadian dilakukan validasi melalui survei pendahuluan atau melalui pendekatan lainnya.
  • 34. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 28 Contoh pengembangan audit universe adalah sebagai berikut: Sumber Objek Audit Validasi Tahunan Objek Audit Auditor melihat dokumen berikut sebagai sumber untuk mencari objek audit Setiap tahun, daftar objek audit di perbaharui dengan melihat 1. Struktur Organisasi/Eselonnering 1. Laporan Kuangan 2. Peraturan-peraturan/SOP yang diterapkan 2. Realisasi Anggaran 3. Data Umum 3. Tindak Lanjut Temuan Sebelumnya (Internal & Eksternal) 4. Daftar Kegiatan Strategis 4. Anggaran yang dikelola Setelah pengembangan audit universe pendekatan Audit Berbasis Risiko dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Menentukan faktor risiko Faktor risiko adalah kriteria yang digunakan untuk menggambarkan kondisi risiko yang ada umumnya dimiliki oleh seluruh auditee. Untuk suatu faktor yang sama, objek audit dapat memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda. Bebarapa contoh faktor risiko yang dapat digunakan untuk menilai objek audit antara lain adalah : 1) Jumlah dana yang dikelola oleh auditee, Semakin besar dana yang dikelola maka semakin besar risiko yang dimiliki. 2) Kondisi pengendalian intern. Auditee yang mengembangkan sistem pengendalian intern yang memadai dan efektif memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan auditee yang memiliki sistem pengendalian intern lemah. 3) Peputaran pegawai. Semakin tinggi peputaran pegawai menunjukan risiko yang lebih besar.
  • 35. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 29 4) Waktu sejak audit yang lalu. Semakin dekat waktu audit sebelumnya semakin kecil risiko yang ada. 5) Kompetensi dan integritas manajemen. Manajemen yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi membawa risiko yang rendah. b. Menentukan skala risiko dan membuat pedoman penilaian terhadap semua faktor risiko yang ada. Dalam memudahkan manajemen untuk melakukan assessment risiko pada masing-masing auditee, manajemen menetapkan skala dan pedoman penilaian dari semua faktor risiko yang digunakan. Misalnya 1 sampai 4, untuk menggambarkan tingkat signifikasi risiko yang dapat terjadi pada objek audit. Skala 1 untuk menunjukan risiko paling kecil dan 4 untuk menunjukan risiko paling tinggi. Contoh penetapan skala risiko dan pedoman penilaian Risk Factor & Nilai Score Risk Factor & Nilai Score Anggaran Turnover Pimpinan Diatas 500 Miliar 4 Jarang (7 dan seterusnya) 1 100 Miliar-500 Miliar 3 Sedang-Jarang (4-6 Thn) 2 6.5 Miliar-100Miliar 2 Sedang-Sering (2-3 Thn) 3 Dibawah 6.5 Miliar 1 Sering (1 Thn) 4 Audit Sebelumnya Kondisi Internal Control Kurang 12 Bln 1 Baik Sekali (tidak ada ctt penting) 1 1 Tahun s.d 2 Tahun 2 Baik (kurang dr 2 ctt penting) 2 2 Tahun s.d 3 Tahun 3 Sedang (2-5 ctt penting) 3 Lebih dari 3 Tahun 4 Jelek ( lebih dari 5 ctt penting 4 c. Melakukan risk assessment Assesment risiko dilakukan berdasarkan skala yang telah ditentukan dan risk assessment dilakukan terhadap semua faktor risiko yang telah ditetapkan.
  • 36. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 30 Contoh risk assessment terhadap beberapa risiko yang telah ditetapkan 1 PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAUT 3 4 1 1 2 3 14 2 KANTOR KESYAHBANDARA N DAN OTORITAS PELABUHAN TANJUNG EMAS 4 2 1 4 2 2 15 3 BANDAR UDARA JUWATA DI TARAKAN 2 1 1 2 1 2 9 4 DISTRIK NAVIGASI CILACAP 2 3 1 1 2 2 11 5 KANTOR ADMINISTRATOR TERMINAL PETIKEMAS SOLO JEBRES 2 3 2 2 2 2 13 Jumlah LHA Eksternal No Auditee Internal Kontrol Tindak Lanjut LHA Internal Kegiatan Strategis Anggaran Contoh tabel di atas mengambil hanya beberapa objek auditee yang ada di wilayah Inspektorat IV. Dari tabel tersebut diketahui bahwa Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut yang memiliki anggaran paling besar belum tentu memiliki faktor risiko (dengan jumlah 14) yang paling besar untuk di audit. Faktor risiko terbesar (dengan jumlah 15) dimiliki oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Tanjung Emas walaupun hanya memiliki 1 (satu) kegiatan strategis. Sedangkan Bandar Udara Juwata Tarakanmemliki faktor risiko terkecil (dengan jumlah 9) untuk di lakukan audit. Berdasarkan simulasi tabel di atas diketahui pendekatan risiko terhadap auditee untuk menyusun Program Kerja Pengawasan Tahunan tidak bisa hanya melihat satu faktor risiko saja. Tetapi assessment risiko dilakukan dengan menjumlah semua faktor risiko yang assessment.
  • 37. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 31 d. Merangking audit universe berdasarkan hasil risk assessment Daftar Auditee pada tahap ini yang telah dihitung dengan jumlah nilai dari masing-masing faktor risiko terkait dapat diurutkan mulai dari yang mempunyai jumlai risiko tertingi sampai dengan yang terendah. Berdasarkan data tabel pada langkah risk assessment diketahui urutan/rangking auditee yang memiliki faktor resiko tertinggi sampai dengan yang terendah sebagai berikut: 1) Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Tanjung Emas (total risiko 15) 2) Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut (total risiko 14) 3) Kantor Administrator Terminal Petikemas Solo Jebres (total risiko 13) 4) Distrik Navigasi Cilacap (total risiko 11) 5) Bandar Udara Juwata Tarakan(total risiko 9) 3.4 Manfaat penerapan audit berbasis risiko Jika telah diketahui jumlah hari audit ideal (ha) terhadap masing auditee terhadap faktor-faktor risiko yang dimiliki adalah sebanya 80 hari audit Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Tanjung Emas (20 ha), Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut (15 ha) Kantor Administrator Terminal Petikemas Solo Jebres (15 ha) Distrik Navigasi Cilacap (15 ha) Bandar Udara Juwata Tarakan( 15 ha) akan tetapi dengan sumber daya (jumlah auditor dan hari audit yeng tersedia) yang dimiliki Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan hanya 50 hari audit. Akan tetapi jika Manajemen menentukan hanya berdasarkan auditee yang memiliki anggaran yang paling besar yaitu Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut, Distrik Navigasi Cilacap dan Bandar Udara Juwata Tarakan dengan jumlah faktor resiko 38
  • 38. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 32 (14+11+13) dengan jumlah hari audit sebanyak 45 ha (15+15+15) maka penyusunan program kerja pengawasan tahunan yang disusun melalui pendekatan risiko tidak akan maksimal mengcover risiko dan sumber daya yang dimiliki. Sebaliknya jika pendekatan risiko yang dilakukan berdasarkan jumlah seluruh faktor pada tahapan assessment dapat mengcover risiko dan sumber daya (hari audit dan jumlah auditor) yang ada. Penjelasan pada uraian sebelumnya dapat dilihat pada simulasi tabel berikut. Ideal Tersedia Hasil HA Score Resiko HA Score Resiko 1 PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAUT 15 15 14 15 14 2 KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN TANJUNG EMAS 20 20 15 3 BANDAR UDARA JUWATA TARAKAN 15 4 DISTRIK NAVIGASI CILACAP 15 15 11 5 KANTOR ADMINISTRATOR TERMINAL PETIKEMAS SOLO JEBRES 15 15 13 15 13 80 45 38 50 42 Audit hanya dari sisi anggaran Audit Berbasis Risiko Diketahuinya Hari Audit NO Auditee 50 -30 TOTAL Tabel tersebut mengambarkan pelaksanaan memiliko kekurangan 30 hari audit dan jika hanya berdasarkan sisi anggaran dengan menyesuaikan sumber daya (jumlah auditor dan hari audit yang tersedia) pelaksanaan audit hanya akan menghabiska 45 hari audit dan hanya mampu mencover 38 risiko yang ada. Sedangkan pelaksanaan audit melalui pendekatan berbasis risiko mampu mengoptimalkan sumber daya dan risiko yang ada. Bisa dibayangkan tabel tersebut hanya mensimulasikan terhadap 5 (lima) auditee sudah mampu mengetahui tidak maksimalnya sumber daya yang ada dengan sisa 5 ha (50-45) dan tidak maksimalnya risiko yang tercover selisih 4 risiko (42-38). Hal tersebut menandakan pentingnya memasukan seluruh faktor risiko yang ada dalam melakukan risk assessmet. Jika dari simulasi hanya mengambarkan 5 (lima) daftar auditee bagaimana jika terdapat ratusan
  • 39. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Halaman 33 auditee, berapat banyak sumber daya yang di optimal digunakan dan risiko yang tidak tercover. 3.5 Audit terhadap semua auditi Bagaimana jika Menteri Perhubungan selaku Stakeholder mengiginkan Inspektorat melakukan audit terhadap semua auditee. Hal tersebut dimungkinan bisa karena permintaan atau program dari pemerintah dalam rangka mewujudkan good governace secepat mungkin. Hal tersebut tentunya harus diantisipasi oleh Inspektorat Jenderal dengan mempertimbangkan jumlah auditor yang ada dan jumlah hari audit yang tersedia, maka alokasi waktunya harus disesuaikan dengan proporsi masing-masing score dengan total seluruh score. Adapun perhitungan simulasinya sebagai berikut (dengan asumsi jumlah hari audit yang tersedia sebanyak 50 ha) : NO Auditee Score Resiko % Resiko (Resiko /Total Risk) Hari Pemeriksaan (% risk x HA) a b c d e 1 PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAUT 14 23% 11 2 KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN TANJUNG EMAS 15 24% 12 3 BANDAR UDARA JUWATA DI TARAKAN 9 15% 7 4 DISTRIK NAVIGASI CILACAP 11 18% 9 5 KANTOR ADMINISTRATOR TERMINAL PETIKEMAS SOLO JEBRES 13 21% 10 62 100% 50TOTAL
  • 40. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial Hal 36 DAFTAR PUSTAKA 1. Peraturan Menteri Perhubungan No 91 Tahun 2015 tentang Tata Cara Tetap Pengawasan di Lingkungan Kementerian Perhubungan. 2. Keputusan Inspektur Jenderal SK.08/HK.206/ITJEN-2014 Tanggal 15 Desember 2014 tentang Kebijakan Pengawasan (Jakwas) Inspektorat Jenderal Tahun 2015. 3. Keputusan Inspektur Jenderal SK.15/HK.206/ITJEN-2014 Tanggal 3 Pebruari 2015 tentang Program Kerja Pengawasan Tahunan Inspektorat Jenderal Tahun Anggaran 2015. 4. Prosedur Mutu Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan No 10 Tahun 2015 Tentang Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan (Sertified ISO 9001:2008). 5. Keputusan Menteri Perhubungan No: KP 932 Tahun 2014 Tanggal 22 Desember 2014 tentang Piagam Pengawasan Internal Kementerian Perhubungan. 6. Yayasan Pendidikan Internal Audit, Modul Pelatihan Audit Tingkat Manajerial 2014. 7. The Institute of Internal Auditors, Coordinating Risk Management and Assurance, 2012. 8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). 10.Pusdiklatwas Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan. 2007. Audit Berpeduli Resiko, Edisi Keempat, Bogor 11.Standar Profesi Audit Internal yang ditetapkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal pada tanggal 12 Mei 2004. 12.Tugiman, Hiro. 1997. Standar Profesional Auditor Internal, Jilid 5, Kanisius, Yogyakarta.
  • 41. Sertifikasi QIA – Tingkat Manajerial BIODATA Nama : Maizar Radjin Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Maret 1982 Pendidikan Terakhir : Magister Akuntansi Universitas Pancasila Pekerjaan : Pegawai Inspektorat Jenderal Kemenhub ALamat Kantor : Jalan Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta Pusat Telepon : 085678 22 101 Email : maizar_rdj@yahoo.com / maizar_radjin@dephub.go.id
  • 42. 27 APRIL 2015 IMPLEMENTASI AUDIT BERBASIS RISIKO DALAM PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN ATAS SATUAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN  PROFESIONAL – INTEGRITAS – AMANAH  5 Agustus 2015 OLEH : MAIZAR RADJIN
  • 43. LATAR BELAKANG MASALAH Katalis/Quality Assurance ITJEN KEMENHUB 7 UNIT KERJA (ENTITAS) ± 132 (SATKER/AUDITEE) ± 5800 KEGIATAN 115 AUDITOR ± 64, 9 triliun 100, 3 M 0, 15 % Beban Kerja Perauditor 1. @ Auditor ± 1-2 Audite 2. @ Auditor ± 50 Kegiatan 3. @ Auditor ± 500 Miliar 1. Audit 2. Reviu 3. Evaluasi 4. Pemantauan 5. Pengawasan Lainnya
  • 44. IDENTIFIKASI MASALAH BERSADARKAN TEORI GUNUNG ES (ICE BERG TEORY) Yang disidangkan ke pengadilan ( 20%) Yang diketemukan tetapi tidak sampai ke Pengadilan (20%) Yang tercium tetapi belum diketemukan (60%) YPIA -2015 Modul : Perkembangan Profesi Internal Auditor “Accountant's Guide to Fraud Detection & Control Davia,H.R et al 2000 Tampak Mata Kasat Mata Fundamental
  • 45. Watchdog Konsultatif Katalis/Quality Assurance Melakukan pengawasan fungsional terhadap auditi dengan melihat, membandingkan, mengukur dan menilai kinerja auditi dibandingkan dengan standar kebijakan Menteri dan peraturan yang berlaku dan kmd memberikan rekomendasi. Bimbingan dan konsultasi terhadap peningkatan kinerja aparatur berbasis hasil pengawasan. Berperan aktif dalam membangun sistem dan mendorong terwujudnya Kemenhub menjadi lembaga pemerintahan yang baik dan bersih (good governance dan clean government). PARADIGMA PENGAWASAN
  • 46. PENGAWASAN INTERN AUDIT REVIU EVALUASI PEMANTAUAN PENGAWASAN LAINNYA AUDIT DENGAN TUJUAN TERTENTU Mencakup Audit yang Tidak Termasuk dalam Audit Kinerja Penelahaan ulang bukti bukti kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai ketentuan, standar, rencana, atau norma yang ditetapkan. Kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau normayang telah di tetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapakan. Kegiatan pengawasan lainnya antara lain berupa sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan konsultasi, pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan. AUDIT KINERJA Audit atas Pengelolaan Keuangan Negara dan Audit Pelaksanaan Tugas dan Fungsi PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL (PP 60 2008)
  • 47. AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik Melakukan revolusi karakter bangsa Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia APIP(ITJEN) Sumber Renstra ITJEN 2015: 2015
  • 48. SASARAN NASIONAL (RPJMN 2015-2019) Kapasitas Sarana & Prasarana Keterpaduan Antarmoda/ Multimoda Kinerja Pelayanan Konektivitas Nasional & Global Keamanan & Keselamatan Ramah Lingkungan Perdesaan, Rawan Bencana, Tertinggal & Perbatasan ISU STRATEGIS (RPJMN 2015-2019) Konektivitas Transportasi Perkotaan Pelayanan angkutan massal perkotaan Kinerja lalu lintas perkotaan Manjemen transportasi perkotaan 1 2 1 2 3 4 6 7 8 5 SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 Menurunnya Angka Kecelakaan Transportasi Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi Meningkatnya kompetensi SDM transportasi, meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan diklat SDM perhubungan serta tenaga pendidik transportasi Meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dalam mendukung pembangunan bidang transportasi Meningkatnya kinerja capaian Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good governance Meningkatnya penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam mewujudkan clean governance Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda untuk mengurangi backlog maupun bottleneck kapasitas sarana & prasarana Keselamatan dan Keamanan Meningkatnya kontribusi sektor transportasi terhadap PDB Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang Meningkatkan layanan transportasi di perbatasan negara, pulau terluar dan wilayah non komersial lainnya Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan Meningkatkan aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan Pelayanan Kapasitas Transportasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 SINKRONISASI SASARAN RPJMN DENGAN RENSTRA KEMENHUB 2015-2019 Sumber Renstra Kemenhub 2015: 2015
  • 49. STRATEGI PENGAWASAN STRATEGI MANAJEMEN SDM SERTA DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA Kegiatan yang akan dilaksanakan 1. Pelaksanaan Audit berbasis resiko (Risk Based Audit) 2. Pelaksanaan Audit Tematik, sesuai dengan isu yang berkembang (Audit dengan tujuan tertentu) 3. Pendampingan kegiatan yang dianggap strategis di lingkungan Kementerian Perhubungan 4. Pendampingan pada tahap perencanaan seperti pendampingan pembahasan pagu kebutuhan dan Reviu RKA 5. Koordinasi dengan aparat pengawas ekternal 6. Reviu laporan keuangan, Evaluasi LAKIP serta reviu dan evaluasi lainnya sesuai dengan arahan pimpinan 7. Pemantauan tindak lanjut hasil audit 8. Pemantauan kegiatan – kegiatan berskala nasional seperti pemantauan haji, pemantauan lebaran, natal serta tahun baru Kegiatan yang akan dilaksanakan 1. Peningkatan Kualntitas dan Kualitas SDM Pengawasan 2. Perencanaan Program dan Kegiatan 3. Pengelolaan keuangan dan aset 4. Pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) STRATEGI INSPEKTORAT JENDERAL Sumber Renstra ITJEN 2015: 2015 1 2
  • 50. PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL TAHUNAN TA. 2015 NO. PAGU JUMLAH UPT/SATKER RISIKO 1. > 500.000.000.000 12 Tinggi 2. 100.000.000.000 - 500.000.000.000 82 Besar 3. 6.500.000.000 - 100.000.000.000 386 Menengah 4. < 6.500.000.000 152 Sedang T O T A L 632 1. Kebijakan Pengawasan Inpektorat Jenderal Kementerian Perhubungan (Kualitas LK, Keg. Strategis, & APKKN) 2. Program Kerja Pengawasan Tahunan Ta.2015 Berdasarkan Tingkat Risiko di atas pelaksanaan Audit Terhadap Auditee yang memiliki risiko tinggi dilaksanakan selama 15 hari per auditee DAMPAKNYA BAGAIMANA?????
  • 51. IMPLEMENTAISI AUDIT BERBASIS RESIKO PADA PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL TAHUNAN TAHAPAN PERENCANAAN AUDIT TAHUNAN 1. Pengembangan Audit Universe 2. Pendekatan Pemilihan Auditee 3. Penentuan Prioritas Audit 4. Estimasi Ketersedian Sumber Daya 5. Penjadwalan Audit 6. Anggaran Audit 7. Pemantauan Rencana Audit Risk Scoring dan Risk Bassed
  • 52. IMPLEMENTAISI AUDIT BERBASIS RESIKO PADA PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL TAHUNAN Pegembangan Audit Universe 1. Identifikasi sumber informasi daftar auditee • Data Umum; • Daftar Kegiatan Strategis; • Rencana Strategis; • Temuan sebelumnya (Ekternal dan Internal); • dll 2. Validasi Sumber Informasi Pendekatan RBA 1. Menentukan faktor risiko; 2. Melakukan asessment risiko; 3. Rangking auditee; 4. Tentukan rencana dan frekuensi audit.
  • 53. 1. MENENTUKAN FAKTOR RISIKO Kondisi Internal Kontrol Dana/anggaran yang dikelola Eselonering (Besarnya Entitas) Kegiatan Strategis Hasil Audit Internal Sebelumnya Hasil Audit Eksternal Sebelumnya Renspon terhadap temuan (tindak lanjut audit) **Faktor risiko telah ditentukan Manajemen Audit sesuai dengan kesepakatan bersama
  • 54. 2. MENENTUKAN SKALA TERTENTU *** SKALA YANG DITENTUKAN 1 S.D 4 SKALA 4 : RISIKO TINGGI SKALA 3 : RISIKO BESAR SKALA 2 : RISIKO MENENGAH SKALA 1 : RISIKO KECIL
  • 55. 2. MEMBUAT PEDOMAN PENILAIAN TERHADAP SEMUA FAKTOR RESIKO YANG ADA Pedoman penilaian dibuat untuk membantu Tim Melakukan Risk Assesment Risk Factor & Nilai Score Risk Factor & Nilai Score Anggaran Turnover Pimpinan Diatas 500 Miliar 4 Sedang (4-6 Thn) 1 100 Miliar-500 Miliar 3 Sedang-Jarang (7-8 Thn) 2 6.5 Miliar-100Miliar 2 Sedang-Sering (2-3 Thn) 3 Dibawah 6.5 Miliar 1 Jarang (1 Thn) 4 Audit Sebelumnya Kondisi Internal Control Kurang 12 Bln 1 Baik Sekali (tidak ada ctt penting) 1 1 Tahun s.d 2 Tahun 2 Baik (kurang dr 2 ctt penting) 2 2 Tahun s.d 3 Tahun 3 Sedang (2-5 ctt penting) 3 Lebih dari 3 Tahun 4 Jelek ( lebih dari 5 ctt penting 4
  • 56. 3. R ISK A SSESMEN T A U D IT U N IVER SE 1. Contoh dari Audit Universe Inspektorat IV; 2. Risk Assesment dilakukan oleh auditor yang berpengalaman cukup No Auditee Internal Kontrol Anggaran Kegiatan Strategis LHA Internal LHA Eksternal Tindak Lanjut Jumlah 1 PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAUT 3 4 1 1 2 3 14 2 KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN TANJUNG EMAS 4 2 1 4 2 2 15 3 BANDAR UDARA JUWATA DI TARAKAN 2 1 1 2 1 2 9 4 DISTRIK NAVIGASI CILACAP 2 3 1 1 2 2 11 5 KANTOR ADMINISTRATOR TERMINAL PETIKEMAS SOLO JEBRES 2 3 2 2 2 2 13
  • 57. 4. MERANGKING AUDIT UNIVERSE BERDASARKAN HASIL RISK ASSESMENT No Auditee Score Rangking 1 PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAUT 14 2 2 KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN TANJUNG EMAS 15 1 3 BANDAR UDARA JUWATA DI TARAKAN 9 5 4 DISTRIK NAVIGASI CILACAP 11 3 5 KANTOR ADMINISTRATOR TERMINAL PETIKEMAS SOLO JEBRES 13 4 Penentuan Program Kerja Pengawsan Tahunan (PKPT) didasarkan pada penyesuaian antara rangking auditable dengan sumberdaya audit yang yang tersedia. Jika anggaran dan personel yang tersedia hanya cukup untuk mengaudit sebagian unit auditable, maka pemilihan unit sebaiknya mendahulukan unit yang memiliki resiko tinggi
  • 58. MANFAAT PENERAPAN AUDIT BERBASIS RESIKO SECARA KOMPREHENSIF NO Auditee Diketahuinya Hari Audit Pelaksanaan Audit hanya dari sisi anggaran RBA Ideal Terse dia Hasil HA Score Resiko HA Score Resiko 1 PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAUT 15 50 -30 (1) 15 14 15 14 2 KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN TANJUNG EMAS 20 20 15 3 BANDAR UDARA JUWATA DI TARAKAN 15 4 DISTRIK NAVIGASI CILACAP 15 15 11 5 KANTOR ADMINISTRATOR TERMINAL PETIKEMAS SOLO JEBRES 15 15 13 15 13 Total 80 45 (2) 38 (2) 50 (3) 42 (3) Diketahui 1. Hari Audit (HA) yang tersedia kurang dari jumlah HA ideal 2. RBA tidak Unsefull, Cover resiko tidak maksimal, penggunaan SDM dan HA tidak maksimal; 3. HA dan SDM Audit serta Resiko tercover lebih maksimal.
  • 59. AUDIT TERHADAP SEMUA AUDITI NO Auditee Score Resiko % Resiko (Resiko /Total Risk) Hari Pemeriksaan (% risk x HA) a b c d e 1 PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAUT 14 23% 11 2 KANTOR KESYAHBANDARAN DAN OTORITAS PELABUHAN TANJUNG EMAS 15 24% 12 3 BANDAR UDARA JUWATA DITARAKAN 9 15% 7 4 DISTRIK NAVIGASICILACAP 11 18% 9 5 KANTOR ADMINISTRATOR TERMINAL PETIKEMAS SOLO JEBRES 13 21% 10 62 100% 50TOTAL Dengan asumsi Inspektorat Jenderal hanya memiliki personel auditor dengan jumlah orang hari yang tersedia sebanyak 50 hari dan telah melakukan assesment terhadap seluruh audit universe. Bagaimana jika Menteri Perhubungan selaku stakeholder mengiginkan kita mengaudit semua auditi kita???
  • 60. KESIMPULAN Audit berbasis resiko tidak bisa dilakukan hanya dengan menilai beberapa faktor risiko saja, faktor resiko yang telah ditentukan oleh para Manajemen Audit harus di Implementasikan seluruhnya dalam melakukan Risk Assesment. Audit Berbasir Resiko dapat membantu Manajemen Audit untuk melihat terlebih dahulu risiko yang dimiliki Auditee. Faktor Resiko Auditee harus terus menerus di Update sesuai dengan perkembangan organisasi dan kebijakan yang ada. Para Manajemen Audit harus konsisten melakukan penyusunan pelaksanaan audit berdasarkan risk scoring yang ditetapkan .
  • 61. SARAN Membuat/merevisi program kerja pengawasan tahuanan dengan mengikuti kaidah-kaidah teori yang berkembang saat ini (best practice). Menyusun/merevisi formulir-formulir standar yang mendukung proses pelaksanaan audit berbasis risiko Penentuan objek audit/unit audit pada proses bisnis yan akan diaudit dalam suatu unit kerja berdasarkan pada hasil risk assessment Mempertimbangkan sumber daya (tenaga waktu dan biaya) dalam melakukan perencanaan audit sehingga didapatkan hasil audit yang optimal.
  • 62. KERJAKAN DENGAN HATI APA YANG ANDA SENANGI, AKAN BERARTI BAGI SESAMA. Prof. Hiro Tugiman Pintar, Hebat dan Kaya itu BIASAA…menularkannya baru LUARRR BIASA. maizar