Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan benih dengan beberapa kemasan terhadap kadar air, viabilitas, keserempakan tumbuh dan kecepatan tumbuh benih. Benih jagung, kedelai, kacang tanah dan padi disimpan selama 5 minggu dengan kemasan plastik, alumunium foil dan kertas, kemudian diuji kadar air, viabilitas, keserempakan tumbuh dan kecepatan tumbuhnya
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan unzila (131)Unzila Illa Ika
Biji merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang masih dalam keadaan perkembangan yang terkekang. Benih ialah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usahatani, memiliki fungsi agronomis. Bibit yaitu benih/biji yang telah disemai sebelumnya yang akan ditanam ke lahan atau media tanam dan memenuhi persyaratan dalam budidaya tanaman. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui struktur benih dan tipe perkecambahan benih monokotil (benih jagung dan padi) dan benih dikotil (benih kacang tanah dan kedelai). Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium agronomi Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang pada hari Senin, 09 Oktober 2017. Tanaman dikotil dan monokotil mempunyai bagian-bagian biji yaitu cadangan makanan, kulit biji, epikotil, kotiledon, hipokotil dan radikula. Tipe perkecambahan benih jagung dan padi adalah hipogeal. Tipe perkecambahan benih kacang tanah tidak terlihat pada paraktikum kali ini karena benih tidak berkecambah. Sedangkan menurut literatur tipe perkecambahan kacang tanah adalah epigeal. Begitu juga dengan tipe perkecambahan kedelai yaitu epigeal. Kata Kunci: Epigeal, Hipogeal, Plumula
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...UNESA
Istilah auksin (auxin) sebetulnya digunakan untuk menjelaskan segala jenis bahan kimia yang membantu proses pemanjangan koleoptil, meskipun auksin memiliki banyak fungsi baik pada monokotil maupun pada dikotil. Auksin alamiah yang diekstraksi dari tumbuhan merupakan suatu senyawa yang dinamai asam indolasetat (indolasetic acid, IAA). Selain auksin alamiah ini, beberapa senyawa sintetik memiliki aktivitas auksin. Meskipun auksin mempengaruhi beberapa aspek perkembangan tumbuhan, salah satu fungsinya yang paling penting adalah merangsang pemanjangan sel pada tunas muda yang sedang berkembang. Meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin. Karena auksin dari apeks tunas begerak turun ke daerah pemanjangan sel, hormon akan merangsang pertumbuhan sel-sel tersebut (Campbell dkk., 2002).
Auksin merupakan hormon pertumbuhan tanaman yang ditemukan pertama kali, dimana hormon ini berperan dalam proses pemanjangan beberapa organ tumbuhan sebagai respon adanya ekspansi atau peluasan sel (Opik et al., 2005). Auksin alamiah yang ditemukan pada tanaman berupa asam indolasetat atau indolasetic acid (IAA). IAA merupakan salah satu hormon auksin yang paling aktif, dimana hormon ini dihasilkan dari metabolisme atau sintesis L-Tryptophan (Shahab et al., 2009). Auksin berperan dalam proses perkembangan tumbuhan pada tahapan lebih lanjut serta dapat merubah ekspresi gen dengan cepat sehingga menyebabkan sel-sel di daerah pemanjangan menghasilkan protein-protein baru dalam waktu singkat (Verheye, 2010).
Auksin alami yakni tanaman yang dapat memproduksi sendiri hormon auksin endogen. Auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh tanaman, contohnya hormon IAA dan IBA. Zat pengatur tumbuh tanaman merupakan susunan organik berbeda dengan nutrient, dimana hormon dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi yang bisa mengatur proses fisiologi tanaman yang aktivitasnya dapat merangsang atau mendorong pengembangan sel, auksin sudah tersedia secara alami pada tumbuhan (Patma dkk., 2013).
Auksin sintetik yakni hormon yang berasal dari luar tubuh tumbuhan (auksin eksogen) yakni buatan manusia. Salah satu jenis auksin sintetik yang dijual di pasaran adalah atonik. Atonik merupakan salah satu merk dagang yang mengandung pengatur tumbuh auksin yang dapat merangsang pertumbuhan akar dan dapat mempercepat perkecambahan benih. Antonik ini hanya efektif pada lama perendaman tertentu. Cara pemberian zat pengarur tumbuh dapat dalam bentuk pencelupan, perendaman, penyemprotan, pengolesan dan lain-lain (Kumianjani dkk., 2013).
Kesimpulan
Hormon NAA, AIA, 2,4 D berpengaruh dalam pertumbuhan panjang jaringan koleoptil dan jaringan radikula. Pertambahan panjang jaringan tertinggi terdapat pada hormon NAA jaringan koleoptil sebesar 7,6 mm dan jaringan radikula sebesar 1,8 mm. Pertambahan panjang jaringan terendah terdapat pada akuades yaitu jaringan koleoptil sebesar 0,4 mm dan jaringan radikula 1 mm.
1. Bagaimana struktur benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
2. Apa saja tipe perkecambahan benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan unzila (131)Unzila Illa Ika
Biji merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang masih dalam keadaan perkembangan yang terkekang. Benih ialah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usahatani, memiliki fungsi agronomis. Bibit yaitu benih/biji yang telah disemai sebelumnya yang akan ditanam ke lahan atau media tanam dan memenuhi persyaratan dalam budidaya tanaman. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui struktur benih dan tipe perkecambahan benih monokotil (benih jagung dan padi) dan benih dikotil (benih kacang tanah dan kedelai). Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium agronomi Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang pada hari Senin, 09 Oktober 2017. Tanaman dikotil dan monokotil mempunyai bagian-bagian biji yaitu cadangan makanan, kulit biji, epikotil, kotiledon, hipokotil dan radikula. Tipe perkecambahan benih jagung dan padi adalah hipogeal. Tipe perkecambahan benih kacang tanah tidak terlihat pada paraktikum kali ini karena benih tidak berkecambah. Sedangkan menurut literatur tipe perkecambahan kacang tanah adalah epigeal. Begitu juga dengan tipe perkecambahan kedelai yaitu epigeal. Kata Kunci: Epigeal, Hipogeal, Plumula
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...UNESA
Istilah auksin (auxin) sebetulnya digunakan untuk menjelaskan segala jenis bahan kimia yang membantu proses pemanjangan koleoptil, meskipun auksin memiliki banyak fungsi baik pada monokotil maupun pada dikotil. Auksin alamiah yang diekstraksi dari tumbuhan merupakan suatu senyawa yang dinamai asam indolasetat (indolasetic acid, IAA). Selain auksin alamiah ini, beberapa senyawa sintetik memiliki aktivitas auksin. Meskipun auksin mempengaruhi beberapa aspek perkembangan tumbuhan, salah satu fungsinya yang paling penting adalah merangsang pemanjangan sel pada tunas muda yang sedang berkembang. Meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin. Karena auksin dari apeks tunas begerak turun ke daerah pemanjangan sel, hormon akan merangsang pertumbuhan sel-sel tersebut (Campbell dkk., 2002).
Auksin merupakan hormon pertumbuhan tanaman yang ditemukan pertama kali, dimana hormon ini berperan dalam proses pemanjangan beberapa organ tumbuhan sebagai respon adanya ekspansi atau peluasan sel (Opik et al., 2005). Auksin alamiah yang ditemukan pada tanaman berupa asam indolasetat atau indolasetic acid (IAA). IAA merupakan salah satu hormon auksin yang paling aktif, dimana hormon ini dihasilkan dari metabolisme atau sintesis L-Tryptophan (Shahab et al., 2009). Auksin berperan dalam proses perkembangan tumbuhan pada tahapan lebih lanjut serta dapat merubah ekspresi gen dengan cepat sehingga menyebabkan sel-sel di daerah pemanjangan menghasilkan protein-protein baru dalam waktu singkat (Verheye, 2010).
Auksin alami yakni tanaman yang dapat memproduksi sendiri hormon auksin endogen. Auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh tanaman, contohnya hormon IAA dan IBA. Zat pengatur tumbuh tanaman merupakan susunan organik berbeda dengan nutrient, dimana hormon dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi yang bisa mengatur proses fisiologi tanaman yang aktivitasnya dapat merangsang atau mendorong pengembangan sel, auksin sudah tersedia secara alami pada tumbuhan (Patma dkk., 2013).
Auksin sintetik yakni hormon yang berasal dari luar tubuh tumbuhan (auksin eksogen) yakni buatan manusia. Salah satu jenis auksin sintetik yang dijual di pasaran adalah atonik. Atonik merupakan salah satu merk dagang yang mengandung pengatur tumbuh auksin yang dapat merangsang pertumbuhan akar dan dapat mempercepat perkecambahan benih. Antonik ini hanya efektif pada lama perendaman tertentu. Cara pemberian zat pengarur tumbuh dapat dalam bentuk pencelupan, perendaman, penyemprotan, pengolesan dan lain-lain (Kumianjani dkk., 2013).
Kesimpulan
Hormon NAA, AIA, 2,4 D berpengaruh dalam pertumbuhan panjang jaringan koleoptil dan jaringan radikula. Pertambahan panjang jaringan tertinggi terdapat pada hormon NAA jaringan koleoptil sebesar 7,6 mm dan jaringan radikula sebesar 1,8 mm. Pertambahan panjang jaringan terendah terdapat pada akuades yaitu jaringan koleoptil sebesar 0,4 mm dan jaringan radikula 1 mm.
1. Bagaimana struktur benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
2. Apa saja tipe perkecambahan benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
The Business of Marketing - Maria Carballosa [Energy Digital Summit 2015]Energy Digital Summit
This presentation was written by Maria Carballo, CMO of DrillingInfo. Maria was invited to present as a keynote speaker for the Energy Digital Summit in January 2015.
Global Social Channels: A Panel Moderated by Deven Nonbgri - Energy Digital S...Energy Digital Summit
This presentation was a collaboration on a social media panel at the Energy Digital Summit, 2014. Our panelists were:
Jaymie Massey, Communications Professional
Jen Pearsall, Social Media Manager, Reliant Energy
Joel Tarver, Digital Communications Manager, Baker Hughes
Nelson Rodriguez, VP Global Marketing, Aquent
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
Penyimpanan kemasan
1. KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH
PERENCANAAN KEGIATAN DAN LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENYIMPANAN DAN PENGEMASAN BENIH
Acara Praktikum : Pengecambahan Benih Hasil Penyimpanan dengan
Beberapa Kemasan
Tujuan : Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui cara pengemasan benih juga menjaga
kondisi fisik benih dari kontaminasi penyakit
2. Mengetahui pengaruh penyimpanan benih dengan
beberapa macam kemasan
Program Studi : Teknik Produksi Benih
Anggota : 1. Ruliana Umar NIM : A41 121 268
2. Asep Supiandi NIM : A41 121 650
3. Icha Trisna NIM : A41 121 656
4. Rianti Latifah NIM : A41 121 661
Gol. / Kelompok : C / 3
Tempat : Laboratorium Teknologi Benih
Pembimbing : Dwi Rahmawati SP, MP
LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
2014
Telah Diperiksa :
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyimpanan benih atau kelompok benih (lot benih) diharapkan dapat
mempertahankan kualitas benih dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan
lamanya penyimpanan. Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari
faktor-faktor biotik dan abiotik, mempertahankan kemurnian benih baik secara
fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan.
Penggunaan bahan kemasan yang tepat dapat melindungi benih dari perubahan
kondisi lingkungan simpan yaitu kelembapan nisbi dan suhu. Kemasan yang baik
dan tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih
sehingga benih dapat disimpan lebih lama.
Prinsip dasar pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas
dan vigor benih, dan salah satu tolok ukurnya adalah kadar air benih. Menurut
Barton dalam Justice dan Bass (1979), kadar air merupakan faktor yang paling
mempengaruhi kemunduran benih. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemunduran
benih meningkat sejalan dengan meningkatnya pada kadar air benih.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini, antara lain :
1. Mengetahui cara pengemasan benih juga menjaga kondisi fisik benih dari
kontaminasi penyakit
2. Mengetahui pengaruh penyimpanan benih dengan beberapa macam kemasan
3. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan teknologi pengemasan perlu diterapkan dalam mendukung
pemenuhan kebutuhan benih bermutu. Berbeda dengan pengemasan barang yang
tidak memiliki daya tumbuh, teknik pengemasan benih memiliki kekhususan yaitu
mempertahankan viabilitas atau daya tumbuh. Pada teknik pengemasan barang
yang menjadi target adalah kerusakan fisik barang sedapat mungkin nol atau tidak
terjadi kerusakan, dengan mengupayakan agar keutuhan fisik barang dan
keamanan dibagian dalam barang tersebut terjamin keutuhannya. Sementara pada
pengemasan benih tanaman, target utamanya adalah keamanan terhadap daya
tumbuh yang dalam pengertiannya adalah wujud fisik benih tidak mengalami
perubahan baik secara fisiologis dan biokimiawi.
Dengan demikian, guna mempertahankan kualitas benih salah satunya
adalah dipengaruhi oleh tempat pengemasan. Kegiatan pengemasan bertujuan
untuk mempertahankan kualitas benih selama dalam penyimpanan dan atau
pemasaran, sehingga benih tetap terjamin daya kecambahnya secara normal.
Bahkan dari kemasan plastik memiliki kekuatan terhadap tekanan, tidak mudah
robek dan kedap udaraserta mampu menahan masuknya air kedalam kemasan.
Bahan pengemas yang terbuat ari alumunium foil bersifat porous karena dilapisi
bahan plastik didalamnya , tetapi kekuatan regangan tidak sebaik dengan bahan
pengemas plastik. Bahan plastik cenderung lebih kuat sedangkan bahan dari
alumunium foil kekuatan terhadap renggangannya sedang sehingga sangat
dimungkinkan sekali tempat kemasan mudah rusak dan memungkinkan adanya
pertukaran udara dari luar dan uap air kedalam kemasan sehingga sedikit demi
sedikit kualitas benih menurun. Sedangkan untuk bahan pengemas kertas sangat
mudah sekali sobek dan bersifat porous sehingga pertukaran gas-gas dari luar
ataupun uap air dapat dengan mudah terjadi, hal seperti inilah yang mempercepat
proses deteriorasi pada benih. Bahan pengemas dari kertas hanya mampu untuk
jangka penyimpanan yang relative singkat.
4. BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum Teknik Penyimpanan dan Pengemasan Benih yang berjudul
Pengecambahan Benih Hasil Penyimpanan dengan Beberapa Kemasan Semester
V Tahun 2014 dilaksanakan pada:
Tempat : Laboratorium Teknologi Benih
Hari/Tanggal : Selasa, 30 September 2014 (Penggunaan Kemasan)
Selasa, 11 November 2014 (Pengamatan)
Waktu : 11.00 – 13.00 WIB
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum
berlangsung antara lain:
1. Plastik
2. Amplop coklat
3. Alumunium foil
4. Wadah plastik
5. Shiller
6. Timbangan analitik
7. Germinator
8. Label
9. Kertas merang
10. Kertas buram
11. Karet
12. Oven
13. Cawan porselen
14. Benih jagung, kedelai, kacang
tanah dan padi
5. 3.3 Prosedur Kerja
1. Pelaksanaan praktek
a. Pengaruh Kemasan
Siapkan alumunium foil, amplop dan plastik
Timbang masing-masing 50 gram benih jagung, benih kedelai, benih padi
dan benih kacang tanah.
Masukkan kedalam masing-masing kemasan
Tutup wadah plastik
Beri label pada wadah
Benih disimpan dan diamati setelah 5 minggu penyimpanan.
b. Pengujian kadar air setelah penyimpanan dan daya kecambah
Lakukan uji KA seperti pada pengujian KA awal
Lakukan uji daya kecambah dan vigor dengan metode UKDp
Siapkan kertas merang lembab
Alaskan kertas merang dengan plastik
Susun benih jagung, kedelai, kacang tanah dan padi masing-masing
sebanyak 25 butir diatas kertas merang secara zig zag.
Setelah itu tutup dengan kertas merang lembab
Gulung lapisan kertas merang yang sudah berisi benih lalu ikat dengan
karet.
Beri label dan amati perkecambahan dan vigornya (KST dan KCT)
3.4 Metode praktikum
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
faktorial dengan 12 perlakuan dan 6 ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah
sebagai berikut :
B1 : Jagung
B2 : Kedelai
B3 : Kacang tanah
B4 : Padi
K1 : Kertas
K2 : Plastik
K3 : Alumunium foil
6. 3.5 Parameter Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah 5 minggu penyimpanan dengan peubah
pengamatan sebagai berikut :
a. Kadar air (%)
Menghitung persentase hilangnya berat ketika benih dikeringkan
menggunakan metode oven.
b. Daya kecambah (%)
Mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai menggunakan metode
UKDdP, kemudian menghitung persentase viabilitasnya.
c. Keserempakan tumbuh (%)
Mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai menggunakan metode
UKDdP, kemudian menghitung persentase kecambah normal kuat pada hari
tertentu diantara first count dan final count.
d. Kecepatan tumbuh (% / etmal)
Mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai menggunakan metode
UKDdP, kemudian menghitung persentase kecambah normal kuat pada hari
ke-3 sampai hari ke-5
7. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Kadar air sebelum penyimpanan
Benih M1 M2 M3 % KA
Jagung 54,894 5,182 59.485 11
Kacang Tanah 44,526 5,291 49.537 5
Kedelai 52,198 5,071 56.809 9
Padi 45,129 5,193 49.847 9
Tabel 2. Kadar air setelah penyimpanan dengan 3 perlakuan kemasan
Alumunium Foil % Kadar Air Rerata
Benih
Ulang
1
Ulang
2
Ulang
3
Ulang
4
Ulang
5
Ulang
6 KA
Jagung 11,24 11,718 12,917 12,068 12,313 11,906 12,027
Kac. Tanah 6,45 6,691 8,491 7,789 7,936 7,829 7,531
Kedelai 9,932 9,298 10,329 9,992 9,853 9,682 9,848
Padi 9,096 10,082 9,393 8,953 8,921 9,554 9,333
Plastik % Kadar Air
Benih
Ulang
1
Ulang
2
Ulang
3
Ulang
4
Ulang
5
Ulang
6
Jagung 11,375 12,306 12,827 12,161 11,604 11,762 12,006
Kac. Tanah 7,457 8,602 7,326 7,465 7,528 6,858 7,539
Kedelai 10,377 9,202 11,840 10,221 9,579 9,813 10,172
Padi 9,455 9,561 10,183 12,793 9,529 10,079 10,267
Kertas % Kadar Air
Benih
Ulang
1
Ulang
2
Ulang
3
Ulang
4
Ulang
5
Ulang
6
Jagung 11,581 11,520 12,122 11,148 11,168 11,037 11,429
Kac. Tanah 10,652 11,664 6,369 6,026 5,900 6,136 7,791
Kedelai 10,303 10,160 10,808 9,683 9,222 9,506 9,947
Padi 10,486 10,669 11,474 10,950 9,626 10,181 10,564
8. Tabel 3. Data Viabilitas Benih
Alumunium Foil % Viabilitas Benih Rerata
Benih
Ulang
1
Ulang
2
Ulang
3
Ulang
4
Ulang
5
Ulang
6 DB
Jagung 96 94 96 98 96 84 94
Kac. Tanah 24 40 36 40 56 48 41
Kedelai 56 74 56 72 44 96 66
Padi 96 96 100 100 80 76 91
Plastik % Viabilitas Benih
Benih
Ulang
1
Ulang
2
Ulang
3
Ulang
4
Ulang
5
Ulang
6
Jagung 96 94 100 100 84 92 94
Kac. Tanah 52 36 28 20 72 84 49
Kedelai 20 28 28 44 60 76 43
Padi 100 92 100 100 100 80 95
Kertas % Viabilitas Benih
Benih
Ulang
1
Ulang
2
Ulang
3
Ulang
4
Ulang
5
Ulang
6
Jagung 96 90 96 96 72 96 91
Kac. Tanah 52 44 52 56 36 64 51
Kedelai 36 60 60 84 36 60 56
Padi 92 98 96 92 64 100 90
Tabel 4. Data Keserempakan Tumbuh
Alumunium Foil % Keserempakan Tumbuh Rerata
Benih
Ulang
1
Ulang
2
Ulang
3
Ulang
4
Ulang
5
Ulang
6 KST
Jagung 96 82 60 84 28 48 66
Kac. Tanah 20 48 16 32 44 20 30
Kedelai 28 32 16 64 28 16 31
Padi 96 68 28 88 32 32 57
Plastik % Keserempakan Tumbuh
Benih
Ulang
1
Ulang
2
Ulang
3
Ulang
4
Ulang
5
Ulang
6
Jagung 96 80 60 80 52 68 73
9. Kac. Tanah 32 64 12 12 32 20 29
Kedelai 8 30 16 28 36 16 22
Padi 100 88 28 76 44 48 64
Kertas % Keserempakan Tumbuh
Benih
Ulang
1
Ulang
2
Ulang
3
Ulang
4
Ulang
5
Ulang
6
Jagung 92 84 36 80 52 24 61
Kac. Tanah 48 54 16 48 24 20 35
Kedelai 24 62 20 68 24 36 39
Padi 96 82 36 76 24 32 58
Tabel 5. Data Kecepatan Tumbuh
Alumunium Foil % Kecepatan Tumbuh Rerata
Benih
Ulang
1
Ulang
2
Ulang
3
Ulang
4
Ulang
5
Ulang
6 KCT
Jagung 22,4 20 25,7 16,8 24,8 29 23,1
Kac. Tanah 1,7 14,8 4,9 5,5 15,6 20,6 10,5
Kedelai 6,4 19,3 10,4 6,2 10,1 15,3 11,3
Padi 18,6 16,7 23,2 15 24,2 26,6 20,7
Plastik % Kecepatan Tumbuh
Benih
Ulang
1
Ulang
2
Ulang
3
Ulang
4
Ulang
5
Ulang
6
Jagung 27 22 25,5 24,8 30 29,4 26,5
Kac. Tanah 6 13,3 9,5 6,8 14,7 24,6 12,5
Kedelai 3,4 16,4 9,4 9,5 15,4 17,6 12,0
Padi 21,6 15 21,8 21,7 21,9 24,1 21,0
Kertas % Kecepatan Tumbuh
Benih
Ulang
1
Ulang
2
Ulang
3
Ulang
4
Ulang
5
Ulang
6
Jagung 25,4 22,8 25,7 24,4 29,1 31 26,4
Kac. Tanah 7,5 13,6 9,9 5,7 13,6 23,1 12,2
Kedelai 8,3 17,7 12,2 13,9 14,6 25,2 15,3
Padi 21,6 15,7 21,5 15,3 24,4 30,3 21,5
10. 4.2 Pembahasan
4.2.1 Kadar Air
Hasil analisis sidik ragam dengan pengamatan kadar air diketahui bahwa
pengamatan pada masing-masing perlakuan menunjukkan hasil seperti yang
tertera pada Tabel 4.2.1.1
Tabel 4.2.1.1 Hasil ANOVA Kadar air
SK db JK KT F hitung Notasi 5% 1%
Perlakuan 11 167,374 15,216 14,991 ** 1,952212 2,55867
B 3 1,300 53,483 52,693 ** 2,758078 4,125892
K 2 160,449 0,650 0,640 NS 3,150411 4,977432
BXK 6 5,626 0,938 0,924 NS 2,254053 3,118674
Galat 60 60,900 1,015
Total 71 228,274
Keterangan: NS = tidak berbeda nyata
** = berbeda sangat nyata
Dari analisis sidik ragam kadar air menunjukkan bahwa perlakuan jenis
kemasan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata, sedangkan perlakuan
jenis benih memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Interaksi antara
jenis benih dan jenis kemasan menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap kadar
air. Untuk mengetahui perlakuan jenis benih yang berbeda sangat nyata, maka
dilakukan Uji Beda Nyata Jujur 5%. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.1.2
Tabel 4.2.1.2 Hasil Uji Lanjutan Perlakuan Jenis Benih dengan BNJ pada Taraf
5% Terhadap Kadar Air Benih
Perlakuan Jenis Benih Rata-rata
Notasi
(B) (%)
B1 70,92 c
B2 59,93 b
B3 45,72 a
B4 60,32 b
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan berbeda tidak
nyata pada taraf 5%.
11. Pada Tabel 4.2.1.2, terlihat bahwa jenis benih pada B1 (Jagung) berbeda nyata
dengan B2 (Kedelai), B3 (K. Tanah) dan B4 (Padi).
Pengaruh jenis benih terhadap kadar air diketahui paling tinggi terdapat
pada perlakuan B1 (70,92%), kemudian perlakuan B4 (60,32%) dan perlakuan B2
(59,93%), serta kadar air paling rendah adalah perlakuan B3 (45,72%).
Untuk lebih jelasnya, rata-rata Kadar Air dapat dilihat pada grafik yang
tertera pada Gambar 4.2.1.3
Untuk mempertahankan kualitas benih salah satunya adalah dipengaruhi
oleh tempat pengemasan. Kegiatan pengemasan bertujuan untuk mempertahankan
kualitas benih selama dalam penyimpanan dan atau pemasaran, sehingga benih
tetap terjamin daya kecambahnya secara normal. Kemasan plastik merupakan
kemasan yang tepat untuk penyimpanan benih terutama untuk benih-benih yang
akan disimpan lama. Bahan dari kemasan plastik memiliki kekuatan terhadap
tekanan, tidak mudah robek dan kedap udara serta mampu menahan masuknya air
ke dalam kemasan. Dilihat dari rata-rata kadar air benih yang dikemas dengan
menggunakan alumunium foil lebih baik daripada benih dengan pengemasan
menggunakan kertas. Bahan pengemas yang terbuat dari alumunium foil tidak
bersifat porus karena dilapisi bahan plastik di dalamnya, tetapi kekuatan regangan
tidak sebaik dengan bahan pengemas plastik. Bahan plastik cenderung lebih kuat
sedangkan bahan dari alumunium foil kekuatan terhadap regangannya sedang
sehingga sangat dimungkinkan sekali tempat kemasan mudah rusak dan
memungkinkan adanya pertukaran udara dari luar dan uap air kedalam kemasan
sehingga sedikit demi sedikit kualitas benih menurun.
11.429
12.005 12.027
9.947 10.172 9.847
7.791 7.539 7.531
10.564 10.266
9.333
0
2
4
6
8
10
12
14
B1K1 B1K2 B1K3 B2K1 B2K2 B2K3 B3K1 B3K2 B3K3 B4K1 B4K2 B4K3
12. Sedangkan untuk bahan pengemas kertas sangat mudah sekali robek dan
bersifat porus sehingga pertukaran gas-gas dari luar ataupun uap air dapat dengan
mudah terjadi, hal seperti inilah yang mempercepat proses deteriorasi pada benih.
Bahan pengemas dari kertas hanya mampu untuk jangka penyimpanan yang relatif
singkat.
4.2.2 Daya Kecambah
Tujuan pengemasan adalah untuk mempertahankan kualitas benih selama
dalam penyimpanan dan atau pemasaran, sehingga benih tetap terjamin daya
tumbuh dan daya kecambahnya secara normal. Dari hasil analisis sidik ragam
daya kecambah dapat dilihat pada tabel 4.2.2.1
Tabel 4.2.2.1 Hasil ANOVA Daya Kecambah
SK db JK KT
F
hitung
Notasi 5% 1%
Perlakuan 11 34364,444 3124,040 15,010 ** 1,952212 2,55867
B 3 98,111 10738,222 51,593 ** 2,758078 4,125892
K 2 32214,667 49,056 0,236 NS 3,150411 4,977432
BXK 6 2051,667 341,944 1,643 NS 2,254053 3,118674
Galat 60 12488,000 208,133
Total 71 46852,444
Keterangan: NS = tidak berbeda nyata
** = berbeda sangat nyata
Dari analisis sidik ragam daya kecambah menunjukkan bahwa perlakuan
jenis kemasan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata, sedangkan
perlakuan jenis benih memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Interaksi
antara jenis benih dan jenis kemasan menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap
daya kecambah. Untuk mengetahui perlakuan jenis benih yang berbeda sangat
nyata, maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur 5%. Hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 4.2.2.2
13. Tabel 4.2.2.2 Hasil Uji Lanjutan Perlakuan Jenis Benih dengan BNJ pada Taraf
5% Terhadap Daya Kecambah
Perlakuan Jenis Benih Rata-rata
Notasi
(B) (%)
B1 558,6667 c
B2 330 b
B3 280 a
B4 554 c
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan berbeda tidak
nyata pada taraf 5%.
Pada Tabel 4.2.2.2, terlihat bahwa jenis benih pada B1 (Jagung) berbeda
nyata dengan B2 (Kedelai), B3 (K. Tanah), tetapi berbeda tidak nyata pada B4
(Padi). Pengaruh jenis benih terhadap daya kecambah diketahui paling tinggi
terdapat pada perlakuan B1 (558,6667%), kemudian perlakuan B4 (554%) dan
perlakuan B2 (330%), serta daya kecambah paling rendah adalah perlakuan B3
(280%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa daya berkecambah tiap-tiap
benih berbeda, sama dengan kandungan air didalamnya. Penyimpanan benih
dengan berbagi jenis kemasan bertujuan untuk mengetahui kemasan yang cocok
digunakan untuk penyimpanan benih dimana kemasan itu dapat menjaga kadar air
dan viabilitas selama penyimpanan. Dimana pada praktikum kali ini kami
menggunakan aluminium foil, kertas amplop dan plastik. Dari ketiga metode ini
memiliki ketahanan yang berbeda-beda. Bahan kemasan kertas merupakan bahan
yang kedap udara, kertas merupakan struktur lembaran yang terbuat dari pulp dan
bahan lain sebagai bahan tambahan dengan fungsi tertentu. Bagian terbesar kertas
adalah pulp, sedangkan bahan lain sebagai bahan tambahan hanya sedikit karena
digunakan hanya untuk mendapat sifat tertentu. Kemasan kertas memang tidak
sebaik kemasan plastic dalam mempertahankan kadar air benih, tetapi masih lebih
baik dibanding kemasan kain. Sifat kertas yang mudah basah pada kondisi lembap
diduga sebagai penyebab meningkatnya kadar air benih pada periode simpan
selanjutnya. Dari segi sifat kekedapan udara maupun uap air, aluminum foil lebih
baik dibanding plastik, tetapi dari segi kekuatan dan keelastisan, aluminum foil
14. mudah sobek dan lebih kedap udara dari kertas. Kemasan yang baik dalah
kemasan yang kedap akan udara untuk menghambat laju respirasi benih.
Untuk lebih jelasnya, rata-rata Daya Kecambah dapat dilihat pada grafik
yang tertera pada Gambar 4.2.2.3
4.2.3 Keserempakan Tumbuh
Keserempakan tumbuh merupakan persentase kecambah normal kuat yang
diamati antara first count dan final count. Data hasil analisis sidik ragam
keserempakan tumbuh dapat dilihat pada tabel 4.2.3.1.
Tabel 4.2.3.1 Hasil ANOVA Keserempakan Tumbuh
SK db JK KT
F
hitung
Notasi 5% 1%
Perlakuan 11 20734,833 1884,985 3,729 ** 1,952212 2,55867
B 3 57,333 6403,759 12,669 ** 2,758078 4,125892
K 2 19211,278 28,667 0,057 NS 3,150411 4,977432
BXK 6 1466,222 244,370 0,483 NS 2,254053 3,118674
Galat 60 30328,667 505,478
Total 71 51063,500
Keterangan: ns = tidak berbeda nyata
** = berbeda sangat nyata
Dari analisis sidik ragam daya kecambah menunjukkan bahwa perlakuan
jenis kemasan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata, sedangkan
perlakuan jenis benih memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Interaksi
antara jenis benih dan jenis kemasan menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap
daya kecambah. Untuk mengetahui perlakuan jenis benih yang berbeda sangat
nyata, maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur 5%. Hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 4.2.3.2
94.3 94
56
42.6
66.3
50.6 48.6
40.6
90.3 95.3 91.3
0
20
40
60
80
100
120
B1K2 B1K3 B2K1 B2K2 B2K3 B3K1 B3K2 B3K3 B4K1 B4K2 B4K3
15. Tabel 4.2.3.2 Hasil Uji Lanjutan Perlakuan Jenis Benih dengan BNJ pada Taraf
5% Terhadap Keserempakan Tumbuh
Perlakuan Jenis Benih Rata-rata
Notasi
(B) (%)
B1 400,6667 b
B2 184 a
B3 187,3333 a
B4 358 b
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan berbeda tidak
nyata pada taraf 5%.
Pada Tabel 4.2.3.2, terlihat bahwa jenis benih pada B1 (Jagung) berbeda
nyata dengan B2 (Kedelai) dan B3 (K. Tanah) tetapi berbeda tidak nyata pada B4
(Padi). Pengaruh jenis benih terhadap keserempakan tumbuh diketahui paling
tinggi terdapat pada perlakuan B1 (400,6667%), kemudian perlakuan B4 (358%)
dan perlakuan B3 (187,3333%), serta kadar air paling rendah adalah perlakuan B2
(184%).
Dapat di lihat bahwa pada benih jagung dan padi memiliki daya kecambah
normal kuat paling banyak diantara benih yang lainnya. Untuk perkecambahan
kacang tanah dan kedelai yang uji, hanya sedikit benih yang berkecambah normal
kuat, selebihnya tidak terjadi proses perkecambahan melainkan hanya terjadi
pembengkakkan dan lama kelamaan terjadi pembusukan. Hal ini kami duga
karena terlalu banyaknya air yang membasahi kertas, dalam perkecambahan air
yang merupakan factor eksternal yang utama yang dibutuhkan dalam keadaan
yang cukup, tetapi karena air yang ada pada kertas sepertinya melebihi
kecukupan, sehingga terlalu lembab yang menyebabkan timbulnya jamur, karena
banyaknya air memungkinkan keadaan biji atau benih yang digulung dalam kertas
yang dibasahi tersebut seperti direndam.
16. Untuk lebih jelasnya, rata-rata Keserempakan Tumbuh dapat dilihat pada
grafik yang tertera pada Gambar 4.2.3.3
4.2.4 Kecepatan Tumbuh
Vigor benih di dalam pertanaman akan tercermin dalam kekuatan tumbuh
benih melalui kecepatan tumbuh benih dan keserempakan tumbuh benih.
Kecepatan tumbuh benih adalah jumlah % kecambah normal/etmal. Berikut ini
merupakan tabel 4.2.4.1 hasil analisis sidik ragam kecepatan tumbuh.
Tabel 4.2.4.1 Hasil ANOVA Kecepatan Tumbuh
SK db JK KT
F
hitung
Notasi 5% 1%
Perlakuan 11 2426,824 220,620 8,009 ** 1,952212 2,55867
B 3 73,676 770,493 27,970 ** 2,758078 4,125892
K 2 2311,478 36,838 1,337 NS 3,150411 4,977432
BXK 6 41,670 6,945 0,252 NS 2,254053 3,118674
Galat 60 1652,855 27,548
Total 71 4079,679
Keterangan: ns = tidak berbeda nyata
** = berbeda sangat nyata
Dari analisis sidik ragam daya kecambah menunjukkan bahwa perlakuan
jenis kemasan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata, sedangkan
perlakuan jenis benih memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Interaksi
antara jenis benih dan jenis kemasan menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap
kecepatan tumbuh. Untuk mengetahui perlakuan jenis benih yang berbeda sangat
nyata, maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur 5%. Hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 4.2.4.2
61.3
72.6
66.3
39
22.3
30.6
35
28.6 30
57.6
64
56.666
0
20
40
60
80
B1K1 B1K2 B1K3 B2K1 B2K2 B2K3 B3K1 B3K2 B3K3 B4K1 B4K2 B4K3
17. Tabel 4.2.4.2 Hasil Uji Lanjutan Perlakuan Jenis Benih dengan BNJ pada Taraf
5% Terhadap Kecepatan Tumbuh
Perlakuan Jenis Benih Rata-rata
Notasi
(B) (%)
B1 151,9333 c
B2 77,1 a
B3 70,46667 a
B4 126,4 b
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan berbeda tidak
nyata pada taraf 5%.
Pada Tabel 4.2.4.2, terlihat bahwa jenis benih pada B1 (Jagung) berbeda
nyata dengan B2 (Kedelai), B3 (K. Tanah) dan B4 (Padi). Tetapi benih pada B2
(Kedelai) tidak berbeda nyata dengan B3 (Kacang Tanah). Pengaruh jenis benih
terhadap kecepatan tumbuh diketahui paling tinggi terdapat pada perlakuan B1
(151,9333%), kemudian perlakuan B4 (126,4%) dan perlakuan B2 (77,1%), serta
kecepatan tumbuh paling rendah adalah perlakuan B3 (70,46667%).
Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan
sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubungan
dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain :
a) Kecepatan dan keserempakan daya berkecambah dan pertumbuhan kecambah.
b) Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang
tidak sesuai untuk pertumbuhan.
c) Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami penyimpanan
(Salomao, 2002)
Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan
dengan kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda
dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu
sendiri adalah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula di
embrio. Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan
kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung (Kuswanto, 1997).
18. Daya kecambah benih semakin menurun sejalan dengan bertambahnya
umur benih. Hingga sekarangpun kebanyakan penelitian tentang perubahan
fisiologis dan biokimiawi pada benih, biji berminyak, dan biji konsumsi
mengikutsertakan rencana untuk menentukan persentase daya kecambahnya
sebagai kriteria kemunduran atau perubahan (Sutopo, 1993).
Untuk lebih jelasnya, rata-rata Kecepatan Tumbuh dapat dilihat pada
grafik yang tertera pada Gambar 4.2.4.3
26.4 26.45
23.11
15.31
11.95 11.28 12.23 12.48
10.51
21.46 21.01 20.71
0
5
10
15
20
25
30
B1K1 B1K2 B1K3 B2K1 B2K2 B2K3 B3K1 B3K2 B3K3 B4K1 B4K2 B4K3
19. BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa kesimpulan yang dapat kami ambil yaitu :
1. Perlakuan kemasan (kertas, plastik dan alumunium foil) tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap parameter pengamatan yang diamati yaitu kadar
air, daya kecambah, keserempakan tumbuh serta kecepatan tumbuh.
2. Sebaliknya perlakuan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata dilihat
dari parameter pengamatan yang di amati.
3. Kadar air benih jagung akan terjaga apabila menggunakan kemasan kertas,
untuk benih kedelai sebaiknya menggunakan alumunium foil, untuk benih
kacang tanah sebaiknya menggunakan alumunium foil, sedangkan untuk benih
padi sebaiknya menggunakan kertas.
4. Benih jagung lebih baik apabila disimpan pada kemasan plastik, karena
persentase viabilitasnya akan tetap terjaga, benih kedelai dalam
penyimpanannya lebih baik apabila disimpan menggunakan alumunium foil,
benih kacang tanah lebih baik apabila disimpan menggunakan kemasan kertas,
sedangkan benih padi lebih baik apabila menggunakan plastik.
5. Dilihat dari vigornya untuk parameter keserempakan tumbuh benih jagung
lebih baik apabila disimpan menggunakan kemasan plastik, kedelai
menggunakan kemasan kertas, kacang tanah menggunakan kemasan kertas dan
padi menggunakn kemasan plastik.
6. Untuk parameter kecepatan tumbuh benih jagung lebih baik apabila disimpan
menggunakan plastik, kedelai lebih baik menggunakan kemasan kertas, kacang
tanah menggunakan plastik dan padi menggunakan kertas.
7. Apabila penyimpanan dilakukan untuk jangka pendek dapat menggunakan
kertas atau alumunium foil, tetapi apabila benih akan disimpan untuk jangk
panjang sebaiknya menggunakan kemasan plastik yang lebih resisten terhadap
tekanan dan regangan.