Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
1. Bagaimana struktur benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
2. Apa saja tipe perkecambahan benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...UNESA
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aklimatisasi anggrek dari in vitro ke in vivo dilakukan secara bertahap menggunakan community pot dengan media arang dan sabut kelapa, kemudian ditutup dengan plastik. Sebelum diaklimatisasi, planlet anggrek dikeluarkan dari botol dan dicuci hingga bersih sampai tidak ada media agar yang masih menempel pada akar.
2. Pada penyilangan (Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek Dendrobium sp.) anggrek disilangkan dengan sesamanya dengan menempelkan serbuk sari pada putik bunga anggrek dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian diberi label yang berisi nama spesies jantan dan betina anggrek yang disilangkan dengan tanggal saat melakukan penyilangan.
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
1. Bagaimana struktur benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
2. Apa saja tipe perkecambahan benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...UNESA
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aklimatisasi anggrek dari in vitro ke in vivo dilakukan secara bertahap menggunakan community pot dengan media arang dan sabut kelapa, kemudian ditutup dengan plastik. Sebelum diaklimatisasi, planlet anggrek dikeluarkan dari botol dan dicuci hingga bersih sampai tidak ada media agar yang masih menempel pada akar.
2. Pada penyilangan (Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek Dendrobium sp.) anggrek disilangkan dengan sesamanya dengan menempelkan serbuk sari pada putik bunga anggrek dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian diberi label yang berisi nama spesies jantan dan betina anggrek yang disilangkan dengan tanggal saat melakukan penyilangan.
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji dan merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji
Evapotranspirasi adalah proses penguapan air yang berasal dari permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air dan penguapan melalui jaringan tumbuhan melalui stomata
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DAN BIBIT
ACARA 3
PENGUJIAN INDEKS VIGOR
Disusun Oleh :
Nama : Inayatul Fitria Dewi
NPM : 1510401057
Kelompok : B3
Asisten : Siti Hadiyanti A.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
2. ACARA 3
PENGUJIAN INDEKS VIGOR
I. TUJUAN
1. Menguji indeks vigor suatu benih dengan pendekatan matematis
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Schmidt (2000) Vigor adalah kemampuan benih untuk tumbuh
normal dalam keadaan lapangan produksi sub optimum atau kemampuan benih
untuk disimpan dalam kondisi simpan sub optimum (terbuka). Dalam keadaan
lapang ataupun kondisi simpan optimum, benih memiliki kemampuan tumbuh
maupun simpan melebihi normal. Vigor berkaitan dengan tingkat keadaan
lingkungan dimana benih yang tidak dorman akan tidak berkecambah. Benih yang
memiliki kekuatan hidup rendah akan berkecambah dan pembibitan hanya dapat
dilakukan dalam keadaan lingkungan yang sempit atau dalam keadaan khusus
yang baik. Hal ini bisa saja mengacu pada media perkecambahan, benih bisa saja
berkecambah dengan hasil baik tetapi mungkin memiliki kekuatan terbatas untuk
menembus tanah lebih dalam atau menembus lapisan kertas atau akar kecambah
yang tumbuh keatas tidak berhasil tumbuh ke dalam tanah (Schmidt, 2000).
Vigor benih dalam hitungan viabilitas absolute merupakan indikasi
viabilitas benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang dalam kondisi
yang suboptimum. Tolok ukur kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan
tumbuh karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang
yang suboptimum. Kecepatan tumbuh benih diukur dengan jumlah tambahan
perkecambahan setiap hari (Sadjad, 1993).
Kehilangan vigor dapat dianggap sebagai suatu tahap perantara dari
kehidupan benihnya, yaitu yang terjadi antara awal dan akhir proses kemunduran.
Kemunduran vigor sangat sulit untuk diukur. Metode yang dapat digunakan untuk
mengukur vigor adalah metode yang berdasarkan pengukuran yang berhubungan
dengan daya kecambah (Justice dan Louis, 1990).
3. Menurut Kuswanto (1996), metode pengujian vigor benih dapat dibagi
menjadi 2 jenis pengujian, yaitu:
1. Pengujian langsung
Pada pengujian ini benih dikecambahkan dalam kondisi yang
menyerupai keadaan di lapangan. Kelemahan metode ini terletak pada suhu
pengujian yang dibuat standar.
2. Pengujian tidak langsung
Benih dikecambahkan dan yang diamati adalah pertumbuhan plumula
dan radikula.
Grow rate merupakan metode pengujian tidak langsung, metode ini yang
diukur adalah kecepatan perkecambahan. Kecepatan berkecambah dapat
dinyatakan dengan index-vigor yang merefleksikan jumlah benih yang
berkecambah pada interval satu hari setelah berkecambah.
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 12 Desember 2018 bertempat di
Laboratorium Fakultas Teknik Universitas Tidar. Adapun alat dan bahan yang
digunakan diantaranya, benih padi, benih jagung, benih kedelai, aquadest, alkohol,
petridish, plat kaca, pinset, dan kertas saring.
Adapun langkah kerja untuk pengujian indeks vigor dengan cara
mengecambahkan benih jagung, benih padi dan benih kedelai pada Petridis yang
telah diberi kertas saring. Menaruhnya benih-benih tersebut dengan menggunakan
pinset yang telah disemprot dengan alcohol. Benih yang diperlukan sebanyak 100
byah per benih dengan 3 kali ulangan. Kemudian dilakukan pengamatan setiap
hari selama 7 hari dengan menghitung benih berkecambah dan menyingkirkannya.
Menghitung indeks vigor dan koefesien vigornya.
4. IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan pengujian indeks vigor benih
BENIH
PENGAMATAN KE NILAI
IV
NILAI
KV1 2 3 6 7
PADI 0 18.5 30 27.75 14.75 45.63 22.94
JAGUNG 0 40.75 33.25 17.75 3.25 44.67 30.60
KEDELAI 0 47.25 29.25 19.75 3.25 46.92 30.76
Vigor suatu benih merupakan sebuah indikasi bahwa benih mampu
berkecambah secara normal. Tumbuhnya kecambah secara normal ini akan
memberikan gambaran bahwa benih mampu berkecambah di lapang produksi (pre-
nursery) dengan baik. Vigor yang tinggi pada benih menggambarkan bahwasanya
benih akan semakin mudah untuk berkecambah dengan baik dan semakin rendah
vigor dari suatu benih maka kecepatan berkcembah suatu benih juga akan semakin
menurun bahkan tidak ada kenampakan sama sekali dalam suatu perkecambahan.
Dari percobaan yang telah dilakukan merupakan pengujian indeks vigor
secara tidak langsung dengan cara mengecambahkan benih dengan mengamati
pertumbuhan plumule serta radikel pada benih. Pada percobaan yang telah
dilakukan pada benih padi, jagung dan kedelai menunjukkan bahwa rata-rata
indeks vigor yang dimiliki yaitu 45.63, 44.67, dan 46.92. Rata-rata dari indeks
vigor masing-masing benih kurang dari 50%. Sedangkan nilai KV pada
perkecambahan padi diantaranya yaitu, padi 22.94, jagung 30.60 dan kedelai
30.76.
Dari hasil pengamatan diatas bahwasanya indeks vigor dan koefesien vigor
pada benih memiliki rata-rata yang rendah pada padi, jagung dan kedelai. Menurut
Kuswanto (1996), bahwa indeks vigor pada benih merefleksikan dari kecepatan
berkecambah atau grow rate. Ketika kecepatan berkecambahnya rendah maka
kemampuan benih untuk berkcmbah juga akan rendah, sehingga daya tumbuh di
lapang nantinya juga akan rendah. Lamanya benih berkecambah sehingga
5. mengahasilkan indeks vigor yang rendah dapat disebabkan karena lamanya proses
imbibisi benih akibat kulit benih yang terlalu keras, embrio yang belum masak
sehingga harus mengalami proses ang lebih panjang lagi untuk berkecambah
ataupun sebelum berkecambah benih terserang oleh jamur dikarenakan kurang
sterilnya alat dan bahan yang digunakan.
V. KESIMPULAN
1. Indeks vigor merupakan gambaran dari suatu benih untuk mampu
berkecambah di lapang
2. Metode percobaan yang telah dilakukan menggunakan metode tidak langsung
dengan cara mengecambahkan benih dengan mengamati pertumbuhan plumue
dan radikel
3. Nilai indeks vigor pada padi, jagung dan kedelai yaitu 45.63, 44.67, dan 46.92
4. Nilai koefesien vigor padi 22.94, jagung 30.60 dan kedelai 30.76.
5. Indeks vigor dan koefesien vigor pada benih padi, jagung dan kedelai kurang
dari 50% sehingga dapat dikatahui bahwa kecepatan berkecambahnya sangat
rendah
DAFTAR PUSTAKA
Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih.
Rajawali, Jakarta.
Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogjakarta.140 hal.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta.
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub
Tropis 2000. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial,
Departemen Kehutanan, Jakarta.