SlideShare a Scribd company logo
PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP
PRODUK RUSAK PADA CV. MENARA KUDUS




                  SKRIPSI
    Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
       pada Universitas Negeri Semarang




                    Oleh :
              May Puguh Saputra
                 3351402516




        FAKULTAS EKONOMI
 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
                    2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING



Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :


                 Hari          :
                 Tanggal       :




Dosen Pembimbing I                                 Dosen Pembimbing II



Prof. Dr. Rusdarti, M.Si                           Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si
NIP. 131411053                                     NIP. 131993879




                                    Mengetahui,
                              Ketua Jurusan Akuntansi



                                   Drs. Sukirman. M.Si
                                   NIP. 131967646




                                           ii
HALAMAN PENGESAHAN



Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

           Hari       : Selasa

           Tanggal    : 21 Agustus 2007




                                 Penguji Skripsi




                           Drs. Partono Thomas, M.S
                                NIP. 131125640




     Anggota I                                       Anggota II




Prof. Dr. Rusdarti, M.Si                        Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si
NIP. 131411053                                  NIP. 131993879



                                  Mengetahui,

                            Dekan Fakultas Ekonomi




                           Drs. Agus Wahyudin, M. Si
                                NIP. 131658236




                                       iii
PERNYATAAN



Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.




                                                                 Semarang,   Juli 2007




                                                                 May Puguh Saputra
                                                                 NIM. 3351402516



                         PENGESAHAN KELULUSAN


Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :


               Hari           :
               Tanggal        :




                                   Penguji Skripsi




                              ....................................




                                              iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN



MOTTO :

1. Perilaku hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.

2. Berusaha dan berdoa adalah jalan menuju kesuksesan.

3. Jangan merasa putus asa ketika gagal karena dibalik kegagalan pasti akan ada

   keberhasilan.




                                    PERSEMBAHAN

                                    1. Ayah     dan   Ibu   tercinta   yang   selalu
                                        memberikan do’a restu pada penyusunan
                                        skripsi ini (Terima kasih)
                                    2. Teman-teman seperjuangan
                                    3. Almamaterku




                                         v
KATA PENGANTAR



           Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Dalam penulisan skripsi ini penulis

banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, sejak persiapan hingga tersusunnya

penulisan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

   Semarang.

3. Drs. Sukirman, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

   Negeri Semarang.

4. Prof. Dr. Rusdarti, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan

   memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah

   memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Pimpinan CV. Menara Kudus yang telah memberikan kesempatan kepada

   penulis untuk melakukan penelitian di perusahaan yang dipimpinnya.

7. Bapak M. Suyono, Kepala Bagian Personalia CV. Menara Kudus yang

   membimbing dan membantu perolehan data penelitian.

8. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan

   kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.




                                        vi
Kemudian atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan,

semoga mendapat berkah dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya dalam

penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran dari

pembaca sangat penulis harapkan.

           Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya

dan bagi mahasiswa akuntansi pada khususnya.




                                                Semarang     Juli 2007



                                                        Penulis




                                     vii
Sari

May Puguh Saputra. 2007. ”Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Produk Rusak
pada CV. Menara Kudus”. Skripsi Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci : Biaya kualitas, produk rusak.
         Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif, perusahaan dituntut
untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Salah satu usaha yang dilakukan
perusahaan agar dapat bersaing adalah meningkatkan kualitas hasil produksinya.
Jika kualitas produk meningkat maka akan mengurangi terjadinya produk rusak
sehingga mengakibatkan biaya-biaya yang terus menurun dan pada akhirnya
meningkatkan laba. Biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan kualitas disebut
biaya kualitas. Menurut Hansen dan Mowen biaya kualitas yang terdiri dari biaya
pencegahan dan biaya penilaian mempunyai pengaruh negatif terhadap produk
rusak, sedangkan Feigenbaum menyatakan kenaikan dalam biaya pencegahan
mengakibatkan turunnya kecacatan, yang pada gilirannya mempunyai efek positif
pada biaya penilaian karena turunnya kecacatan berarti menurunnya kebutuhan
akan aktivitas-aktivitas pemeriksaan dan pengujian yang rutin. Pada CV. Menara
Kudus telah melakukan progam perbaikan kualitas namun belum melakukan
pengelompokan dan pelaporan biaya kualitas, sehingga pihak manajemen tidak
dapat mengontrol pengeluran biaya kualitas secara optimal. Mengacu dari uraian
di atas, maka pokok permasalahan adalah seberapa besar pengaruh biaya kualitas
yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap produk rusak baik
secara simultan maupun parsial pada CV. Menara Kudus?
         Objek penelitian ini adalah CV. Menara Kudus. Variabel yang diteliti
adalah biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan produk rusak.
Data diambil dengan metode dokumentasi dan studi pustaka. Data yang diperoleh
dianalisis secara deskriptif dan inferensial
         Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan biaya pencegahan
dan biaya penilaian berpengaruh signifikan terhadap produk rusak pada CV.
Menara Kudus, dengan nilai F hitung 11,422 dan nilai signifikan 0 (nol) pada
tingkat signifikan 0,05 serta koefisien determinasi sebesar 0,409 yang berarti
biaya pencegahan dan biaya penilaian memberi pengaruh secara simultan terhadap
produk rusak sebesar 40,9% sedangkan sisanya sebesar 59,1% produk rusak
dipengaruhi oleh faktor lain. Secara parsial biaya pencegahan dan biaya penilaian
juga berpengaruh signifikan terhadap produk rusak. Biaya pencegahan
berpengaruh negatif terhadap produk rusak dan biaya penilaian berpengaruh
positif terhadap produk rusak.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa biaya pencegahan, biaya
penilaian dan produk rusak mengalami fluktuasi dalam batas kewajaran, tetapi
ada beberapa yang melampaui batas kewajaran sehingga perlu perhatian dari
manajemen.. Maka disarankan kepada CV. Menara Kudus memperhatikan biaya
pencegahan dan biaya penilaian, karena berdasarkan penelitian biaya pencegahan
bila dinaikkan dapat mengurangi jumlah produk rusak, sedangkan biaya penilaian
bila diturunkan dapat mengurangi jumlah produk rusak.



                                      viii
DAFTAR ISI

                                                                                                        Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
PERNYATAAN............................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
SARI................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv


BAB I          PENDAHULUAN
              1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
              1.2 Permasalahan............................................................................ 6
              1.3 Penegasan Istilah......................................................................            7
              1.4 Tujuan Penelitian...................................................................... 7
              1.5 Manfaat Penelitian.................................................................... 8
BAB II         LANDASAN TEORI
               2.1      Biaya ...................................................................................... 9
                       2.1.1 Definisi Biaya ............................................................... 9
                       2.1.2 Penggolongan Biaya..................................................... 9
               2.2 Kualitas ................................................................................ 13
                       2.2.1 Definisi Kualitas .......................................................... 13
                       2.2.2 Dimensi Kualitas.......................................................... 14
                       2.2.3 Faktor-faktor Mendasar yang Mempengaruhi Kualitas 15
               2.3 Biaya Kualitas .......................................................................... 17
                       2.3.1 Definisi Biaya Kualitas ................................................ 17
                       2.3.2 Pengelompokan Biaya Kualitas ................................... 18



                                                           ix
2.3.3 Perilaku Biaya Kualitas................................................ 23
               2.3.4 Analisis Biaya Kualitas................................................ 25
               2.3.5 Distribusi Optimal Biaya Kualitas ............................... 26
       2.4 TQM (Total Quality Managment )........................................... 28
               2.4.1 Definisi dan Prinsip Total Quality Managment ........... 28
               2.4.2 Pedoman Pengimplementasian TQM........................... 29
               2.4.3 Peran dan Tantangan TQM bagi Akuntansi
                       Manajemen................................................................... 33
       2.5 Produk Rusak ........................................................................... 36
       2.6 Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Produk Rusak.................... 37
       2.7 Kerangka Berfikir..................................................................... 38
       2.8 Hipotesis ................................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN
       3.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 41
       3.2 Variabel Penelitian .................................................................. 41
               3.2.1 Variabel Bebas (X)....................................................... 41
               3.2.2 Variabel Terikat (Y)..................................................... 42
       3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 42
       3.4 Metode Analisis Data .............................................................. 43
              3.4.1 Analisis Deskriptif. ........................................................ 43
              3.4.2 Analisis Inferensial. ....................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
       4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 51
             4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan......................................... 51
             4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian.......................................... 57
       4.2 Hasil Analisis Data................................................................... 66
       4.3 Pembahasan.............................................................................. 73




                                                x
BAB V   PENUTUP
        5.1 Simpulan ................................................................................ 77
        5.2 Saran            ................................................................................ 78


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




                                                  xi
DAFTAR TABEL


Tabel                                                                                  Halaman

Tabel 1.1 Data Produk Jadi dan Produk Rusak Tahun 2004-2006 .........                           6
Tabel 4.1 Data Biaya Perencanaan Produk Tahun 2004-2006 ............... 59
Tabel 4.2 Data Biaya Pemeliharaan Mesin Tahun 2004-2006 .............. 60
Tabel 4.3 Data Biaya Inspeksi Tahun 2004-2006................................... 62
Tabel 4.4 Data Biaya Pemeriksaan Distribusi Produk
           Tahun 2004-2006 .................................................................... 64
Tabel 4.5 Data Produk Rusak Tahun 2004-2006 .................................... 65
Tabel 4.6 Data Ringkasan Hasil SPSS 13.00 for windows ..................... 68




                                                   xii
DAFTAR GAMBAR


Gambar                                                                                          Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ...............................................................         40
Gambar 3.1 Statistik d Durbin Watson ...................................................             50
Gambar 4.1 Control Chart Biaya Perencanaan produk ..........................                         59
Gambar 4.2 Control Chart Biaya Pemeliharaan Mesin .........................                          61
Gambar 4.3 Control Chart Biaya Inspeksi .............................................                63
Gambar 4.4 Control Chart Biaya Pemeriksaan Distribusi Produk ........                                64
Gambar 4.5 Control Chart Produk Rusak ..............................................                 66
Gambar 4.6 Normal P-P Plot of Regression Srandarized Residual .......                                67
Gambar 4.7 Scatterplot ...........................................................................   71
Gambar 4.8 Statistik d Durbin Watson dalam Penelitian .......................                        72




                                                      xiii
DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran                                                                                        Halaman

Lampiran Tabel Tabulasi Penelitian ....................................................... 81
Lampiran Hasil Analisis Statistik ( SPSS 13 ) ........................................ 82
Lampiran Data Produk Rusak dan Data Produk Jadi.............................. 88
Lampiran Data Biaya Perencanaan Produk dan Data Biaya
             Pemeliharaan Mesin ............................................................... 89
Lampiran Data Biaya Inspeksi dan Biaya Pemeriksaan Distribusi
             Produk .................................................................................... 90
Lampiran Data Biaya Pencegahan dan Data Biaya Penilaian................. 91
Lampiran Bagan Struktur Organisasi...................................................... 92
Lampiran Surat Keterangan Penelitian ................................................... 93




                                                       xiv
BAB I

                             PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Masalah

         Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap

    perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Salah satu

    usaha yang dilakukan perusahaan agar dapat bersaing adalah meningkatkan

    kualitas hasil produksinya. Dengan hasil produksi yang berkualitas, maka

    diharapkan para pelanggan/konsumen akan tertarik dan membeli hasil

    produksi yang ditawarkan oleh perusahaan.

         Menurut Hansen dan Mowen (2005: 5) kualitas adalah derajat atau

    tingkat kesempurnaan, dalam hal ini kualitas merupakan ukuran relatif dari

    kebaikan. Secara operasional, produk atau jasa yang berkualitas adalah yang

    memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Untuk memenuhi harapan

    pelanggan tersebut dapat melalui atribut-atribut kualitas atau sering disebut

    dengan dimensi kualitas. Ada delapan dimensi kualitas, yaitu kinerja,

    estetika, kemudahan perawatan dan perbaikan, fitur, keandalan, tahan lama,

    kualitas kesesuaian dan kecocokan penggunaan.

         Untuk mencapai produk yang berkualitas, perusahaan harus selalu

    melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas produknya,

    sehingga akan diperoleh hasil akhir yang optimal. Kualitas yang meningkat

    akan mengurangi terjadinya produk rusak sehingga mengakibatkan biaya-

    biaya yang terus menurun dan pada akhirnya meningkatkan laba. Biaya yang




                                       1
2




dikeluarkan dalam kaitannya dengan usaha peningkatan kualitas produk

disebut biaya kualitas.

     Menurut Tjiptono dan Diana (2003: 34) biaya kualitas adalah biaya

yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Jadi,

biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan,

pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan. Biaya kualitas

dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu biaya pencegahan,

biaya deteksi/penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan

eksternal.

     Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan

produk yang dihasilkan. Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk

menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan

kualitas. Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada

ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang dan jasa

tersebut dikirimkan ke pihak luar (pelanggan). Biaya kegagalan eksternal

adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi

persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan

kepada para pelanggan.

     Golongan biaya kualitas yang dikeluarkan untuk mencegah produk dari

kerusakan adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian, sedangkan biaya

kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal tidak dikeluarkan untuk

mencegah produk dari kerusakan karena biaya kegagalan dikeluarkan

setelah produk itu jadi dan untuk memperbaharui produk yang rusak.
3




    Menurut Hansen dan Mowen (2005: 13) biaya pencegahan dan biaya

penilaian meningkat berarti menunjukkan jumlah unit produk rusak

menurun dan sebaliknya jika biaya pencegahan dan biaya penilaian menurun

menunjukkan jumlah unit produk rusak meningkat. Di lain pihak, biaya

kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal naik jika jumlah unit

produk rusak meningkat dan sebaliknya biaya kegagalan internal dan biaya

kegagalan eksternal turun jika jumlah unit produk rusak turun. Hal ini

menunjukkan bahwa biaya pencegahan dan biaya penilaian berpengaruh

terhadap produk rusak sedangkan biaya kegagalan internal dan biaya

kegagalan eksternal dipengaruhi oleh unit produk rusak. Sedangkan menurut

Feigenbaum (1992: 104) kenaikan dalam biaya pencegahan mengakibatkan

turunnya kecacatan, yang pada gilirannya mempunyai efek positif pada

biaya penilaian karena turunnya kecacatan berarti menurunnya kebutuhan

akan aktivitas-aktivitas pemeriksaan dan pengujian yang rutin. Dari

pendapat Feigenbaum dapat dipahami bahwa biaya pencegahan berpengaruh

negatif terhadap produk rusak sedangkan biaya penilaian berpengaruh positif

terhadap produk rusak. Hal ini dikarenakan biaya pencegahan dan biaya

penilaian dikeluarkan sebelum terjadinya produk rusak sehingga dapat

mempengaruhi besarnya jumlah produk rusak.

    Dengan demikian biaya kualitas dapat dipakai oleh perusahaan sebagai

pengukur keberhasilan program perbaikan kualitas. Hal ini berkaitan dengan

kebutuhan perusahaan yang harus selalu memantau dan melaporkan

kemajuan dari program perbaikan tersebut. Apabila suatu perusahaan ingin
4




melakukan    program    perbaikan   kualitas,   maka   perusahaan   harus

mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan pada masing-masing dari

keempat kategori biaya dalam sistem pengendalian kualitas (Gaspersz, 2005:

172). Untuk itu suatu perusahaan perlu membuat laporan biaya kualitas.

Informasi yang ada dalam laporan biaya kualitas secara garis besar

memberikan manfaat (1) Sebagai alat untuk mengukur kinerja (2) Sebagai

alat analisis mutu proses (3) Sebagai alat pemprograman (4) Sebagai alat

penganggaran yaitu untuk membuat anggaran pengeluaran dalam mencapai

program pengendali mutu (5) Sebagai alat peramal yaitu untuk

mengevaluasi dan menjamin prestasi produk dalam memenuhi persaingan

pasar (Feigenbaum, 1992: 119).

    CV. Menara Kudus merupakan salah satu unit usaha dari Menara

Group yang bergerak di bidang percetakan, penerbitan dan toko buku.

Perusahaan didirikan pada tahun 1951 ini, dalam pertumbuhannya

mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan

semakin banyaknya cabang-cabang atau kantor perwakilan yang tersebar di

seluruh Indonesia. Perkembangan yang pesat ini menunjukkan bahwa

pemasaran produk CV. Menara Kudus cukup luas, yang berarti juga bahwa

volume produksi yang tinggi mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

    Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang percetakan, penerbitan

dan toko buku, CV. Menara Kudus mempunyai keterkaitan yang sangat erat

dengan dunia pendidikan. Hal ini menjadi salah satu tujuan perusahaan yang

mendapatkan perhatian khusus, dimana perusahaan merasa mempunyai
5




suatu tanggung jawab moral dalam keikutsertaannya pada masalah

peningkatan kecerdasan masyarakat. Dengan demikian, perusahaan harus

mampu menghasilkan produk berupa buku-buku yang berkualitas. Hal ini

dapat dilihat dari keberadaan bagian quality control yang bertugas

melakukan pengawasan terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Produk-

produk yang berhasil diterbitkan antara lain: buku-buku untuk kepentingan

umum, buku dan kitab untuk madrasah dan ponpes.

     Dalam proses produksinya, CV. Menara Kudus masih terdapat

penyimpangan yaitu berupa produk rusak. Jika produk rusak tersebut

jumlahnya terus meningkat maka dapat berdampak pada peningkatan harga

pokok produksi per unit barang. Hal ini akan berdampak buruk pada tingkat

persaingan di dunia usaha. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut,

perusahaan harus dapat menekan jumlah produk rusak seminimal mungkin.

Alternatif yang dapat digunakan perusahaan dalam mengendalikan jumlah

produk rusak yaitu dengan mengeluarkan biaya kualitas yang terdiri dari

biaya pencegahan dan biaya penilaian. Dari hasil survei pendahuluan yang

peneliti lakukan, jumlah produk rusak pada CV. Menara Kudus jumlahnya

selalu berfluktuatif dalam setiap bulannya. Persentase produk rusak yang

terjadi di CV. Menara Kudus yaitu antara 2% - 4% dari produk jadi (lihat

tabel 1.1). Kecenderungan produk rusak dalam perusahaan ini adalah

terletak di bagian finishing yaitu bagian lipat potong, cetakan dan pada saat

penjilidan.
6




Tabel 1.1 Data Produk Jadi dan Produk Rusak Tahun 2004-2006

                 Tahun 2004                Tahun 2005                Tahun 2006
  Bulan
            P.Jadi P.Rusak     %     P.Jadi P.Rusak      %     P.Jadi P.Rusak      %
Januari     117900     4015   3,41   117881     3610    3,06   118030     3495    2,96
Februari    117830     3010   2,55   117865      3868   3,28   118066     4317    3,66
Maret       117862     3480   2,95   117875     3190    2,71   118043     3582    3,03
April       117872     3652   3,10   117989      3280   2,78   118032     4120    3,49
Mei         117852     3215   2,73   117968     3010    2,55   118042     4258    3,61
Juni        117882     3557   3,02   117996      3417   2,90   118023     3814    3,23
Juli        117797     3017   2,56   117986      3615   3,06   118072     4060    3,44
Agustus     117869    3757    3,19   117878     3865    3,28   118037     3546    3,00
September   117865     3456   2,93   117943      3822   3,24   118040     3318    2,81
Oktober     117880     3386   2,87   117974     3690    3,13   118029     3970    3,36
November    117835     4574   3,88   117977     3782    3,21   118037     3254    2,76
Desember    117852     4970   4,22   117980      3920   3,32   118042     3120    2,64
Sumber: Data produk jadi dan produk rusak CV. Menara Kudus yang diolah.

     Produk yang dikategorikan rusak oleh CV. Menara Kudus sudah dibuat

laporan tersendiri yang menyajikan jumlah produk rusak yang telah

diproduksi pada setiap kali proses produksi. Laporan ini digunakan sebagai

evaluasi kinerja perusahaan yang terlepas dari konsep teoritis mengenai

biaya kualitas. Namun walaupun sudah membuat laporan tersendiri

mengenai jumlah produk rusak untuk setiap kali proses produksi, laporan

produk rusak tersebut belum dapat dievaluasi untuk kepentingan manajemen

perusahaan, untuk itu harus dibandingkan dengan penyebab produk rusak

yaitu biaya kualitas. Pada dasarnya biaya kualitas dikeluarkan untuk

mengurangi produk dari kerusakan. Perusahaan belum mempunyai laporan

biaya kualitas yang disajikan secara tersendiri, meskipun perusahaan telah

mengeluarkan sejumlah biaya yang dipergunakan untuk peningkatan

kualitas. Biaya-biaya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas tersebut

berasal dari anggaran total yang masih tersebar dalam laporan biaya

produksi, biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
7




         Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

    dengan judul “Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Produk Rusak pada CV.

    Menara Kudus”.

1.2 Permasalahan

         Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

    permasalahan dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh biaya

    kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap

    produk rusak baik secara simultan maupun parsial pada CV. Menara Kudus?

1.3 Penegasan Istilah

         Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi

    ruang lingkup permasalahan yang diteliti, sehingga jelas batas-batasnya,

    menghindari     kesalahan-kesalahan   dalam      penafsiran   judul   skripsi,

    memudahkan dalam isi dan maknanya serta sebagai pedoman dalam

    pelaksanaan penelitian. Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah :

    1. Biaya Kualitas

        Biaya kualitas (cost of quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena

        mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya (Hansen dan

        Mowen, 2005: 7). Biaya kualitas dalam penelitian ini adalah komposisi

        biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari kegiatan perbaikan kualitas

        yang dapat mempengaruhi produk rusak di CV. Menara Kudus, terdiri

        dari biaya pencegahan dan biaya penilaian.
8




    2. Produk Rusak

        Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang

        telah ditetapkan yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi

        produk yang baik (Mulyadi, 1993: 324).

1.4 Tujuan Penelitian

         Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

    besarnya pengaruh biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan

    biaya penilaian terhadap produk rusak baik secara simultan maupun parsial

    pada CV. Menara Kudus.

1.5 Manfaat Penelitian

         Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

    1. Bagi Perusahaan

        Sebagai bahan masukan dalam menyusun perencanaan dan pengendalian

        biaya kualitas, mengetahui tingkat penyimpangan produk yang terjadi,

        mengetahui pengaruh biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan

        dan biaya deteksi/penilaian terhadap produk rusak.

    2. Bagi Penulis

        Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai

        pengaruh biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya

        deteksi/penilaian terhadap produk rusak.

    3. Bagi Pihak Lain

        Sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk pemecahan masalah

        yang terkait dengan biaya kualitas dan produk rusak.
BAB II

                               LANDASAN TEORI



2.1 Biaya

   2.1.1 Definisi Biaya

                 Menurut Mulyadi (1993: 8) biaya adalah pengorbanan sumber

            ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau

            kemungkinan telah terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur

            pokok dalam definisi biaya tersebut, yaitu :

            1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

            2. Diukur dalam satuan uang

            3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi

            4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

   2.1.2 Penggolongan Biaya

                 Menurut     Mulyadi    (1993:   14)   biaya   dapat   digolongkan

            berdasarkan :

            1. Obyek pengeluaran

                   Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran

               merupakan dasar penggolongan biaya, misalnya nama obyek

               pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang

               berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.

            2. Fungsi pokok dalam perusahaan




                                         9
10




      Dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan

   menjadi tiga kelompok yaitu:

   a. Biaya produksi

      Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk

      mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk

      dijual. Menurut obyek pengeluarannya biaya produksi ini

      dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung

      dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga

      kerja langsung disebut juga biaya utama (primer cost).

      Sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

      pabrik disebut pula biaya konversi (conversion cost), yang

      merupakan biaya untuk mengkonversi bahan baku menjadi

      produk jadi.

   b. Biaya pemasaran

      Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk

      melaksanakan kegiatan pemasaran produksi.

   c. Biaya administrasi dan umum

      Biaya administrasi dan umum merupakan biaya untuk

      mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produksi

      (Mulyadi, 1993 : 14).

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

      Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat

   dikelompokkan menjadi dua:
11




   a   Biaya langsung (direct cost)

       Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi, yang penyebab

       satu-satunya adalah karena sesuatu yang dibiayai. Biaya

       produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya

       tenaga kerja langsung.

   b   Biaya tidak langsung (indirect cost)

       Biaya tidak langsung merupakan biaya yang terjadi tidak hanya

       disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung

       dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah

       biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik

       (Mulyadi, 1993 : 15).

4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume

   kegiatan.

       Dalam hubunganya dengan perubahan volume kegiatan, biaya

   dapat digolongkan menjadi:

   a   Biaya variabel

       Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah

       sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

   b   Biaya semi variabel

       Biaya semi variabel merupakan biaya yang berubah tidak

       sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

   c   Biaya semi tetap
12




       Biaya semi tetap merupakan biaya yang tetap untuk tingkat

       volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang

       konstan pada volume produksi tertentu.

   d   Biaya tetap

       Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam

       kisaran volume kegiatan tertentu (Mulyadi, 1993: 16).

5. Jangka waktu manfaat

       Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi

   menjadi dua yaitu:

       1. Pengeluaran modal (capital expenditure)

          Merupakan biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu

          periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu

          tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya

          dibebankan sebagai harga pokok aktiva dan dibebankan

          dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan

          cara depresiasi, diamortisasi atau deplesi.

       2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)

          Merupakan biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam

          periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada

          saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan

          sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang

          diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut (Mulyadi, 1993:

          17).
13




2.2 Kualitas

    2.2.1 Definisi Kualitas

               Secara umum, beberapa pakar mendefinisikan kualitas sebagai

          berikut:

          1    Philip B. Crosby

               Crosby berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian terhadap

               persyaratan (Suardi, 2003: 2).

          2    W. Edwards Deming

               Deming berpendapat bahwa kualitas berarti pemecahan masalah

               untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus (Suardi, 2003: 3).

          3    Joseph M. Juran

               Juran berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan

               penggunaan (Suardi, 2003: 3).

          4    K. Ishikawa

               Ishikawa berpendapat bahwa kualitas berarti kepuasan pelanggan

               (Suardi, 2003: 3).

          Kualitas menurut ISO 9000:2000 adalah derajat atau tingkat

          karakteristik    yang     melekat     pada   produk   yang   mencukupi

          persyaratan/keinginan. Maksud derajat atau tingkat adalah selalu ada

          peningkatan setiap saat. Sedangkan karakteristik berarti hal-hal yang

          dimiliki produk, yaitu: karakteristik fisik (elektrikal, mekanikal,

          biologikal), karakteristik perilaku (kejujuran, kesopanan), karakteristik

          sensori (bau, rasa) (Suardi, 2003: 3).
14




2.2.2 Dimensi Kualitas

          Menurut Hansen dan Mowen (2005: 5-6) produk atau jasa yang

     berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan

     dalam delapan dimensi berikut :

     1. Kinerja (performance)

        Merupakan tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk.

     2. Estetika (aesthetics)

        Berhubungan dengan penampilan produk serta jasa.

     3. Kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceability)

        Berhubungan        dengan   tingkat   kemudahan    merawat   dan

        memperbaiki produk.

     4. Fitur (features)

        Merupakan karakteristik produk yang berbeda secara fungsional

        dari produk-produk sejenis.

     5. Keandalan (reliability)

        Merupakan probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi yang

        dimaksudkan dalam jangka waktu tertentu.

     6. Tahan lama (durability)

        Merupakan umur manfaat dari fungsi produk.

     7. Kualitas kesesuaian (quality of conformance)

        Merupakan ukuran mengenai apakah sebuah produk atau jasa telah

        memenuhi spesifikasinya.
15




     8. Kecocokan penggunaan (fitnes for use)

         Merupakan kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsi-

         fungsi sebagaimana yang diiklankan.

2.2.3 Faktor-faktor mendasar yang mempengaruhi kualitas

          Menurut Feigenbaum (1992: 54-55) faktor-faktor mendasar yang

     mempengaruhi kualitas adalah sembilan bidang dasar yang sering

     disebut 9M, antara lain sebagai berikut :

     1   Market (pasar)

         Pada masa sekarang pasar mempunyai lebih luas ruang lingkupnya

         dan bahkan secara fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang

         dan jasa yang ditawarkan. Dengan bertambah banyaknya

         perusahaan, pasar menjadi bersifat internasional dan bahkan

         mendunia. Akibatnya, setiap perusahaan harus saling bersaing

         meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.

     2   Money (uang)

         Untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, perusahaan

         memerlukan adanya biaya. Biaya yang digunakan untuk usaha

         meningkatkan kualitas disebut biaya kualitas.

     3   Management (manajemen)

         Manajemen yang berkualitas adalah manajemen yang mampu

         mengalokasikan tanggung jawab setiap manajer di bidangnya

         masing-masing secara tepat untuk mengoreksi penyimpangan dari

         standar kualitas yang telah ditentukan.
16




4   Men (manusia)

    Dengan adanya manusia yang mempunyai keahlian di bidangnya

    masing-masing, perusahaan akan merencanakan, menciptakan dan

    mengoperasikan berbagai sistem yang akan menjamin suatu hasil

    yang diinginkan.

5   Motivation (motivasi)

    Pemberian motivasi yang baik kepada para pekerja maka para

    pekerja bekerja dengan benar sesuai dengan yang diinginkan

    perusahaan, hal ini berakibat baik untuk peningkatan kualitas

    produksi perusahaan.

6   Material (bahan)

    Produk yang berkualitas akan diperlukan bahan yang berkualitas

    pula, maka dalam penyediaan bahan perlu diadakan pengujian yang

    lebih ketat.

7   Machines (mesin) dan mechanization (mekanisasi)

    Permintaan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya dan

    volume produksi untuk memuaskan pelanggan dalam pasar yang

    bersaing ketat telah mendorong penggunaan perlengkapan pabrik

    beserta mekanisasinya.

8   Modern information methods (metode informasi modern)

    Informasi pada saat sekarang ini merupakan hal yang sangat

    penting, misalnya informasi tentang tanggapan para pelanggan atas

    produk yang dihasilkan. Informasi tersebut harus segera diperoleh
17




              perusahaan guna bahan pertimbangan pengambilan keputusan.

              Untuk itu diperlukan metode informasi modern guna memperoleh

              informasi secara cepat dan akurat.

          9   Mounting product requirements (persyaratan proses produksi)

              Kemajuan yang pesat di dalam kerumitan perekayasaan rancangan,

              yang memerlukan kendali yang jauh lebih ketat pada seluruh

              proses produksi, telah membuat “hal-hal kecil” yang sebelumnya

              terabaikan menjadi penting secara potensial. Meningkatnya

              kerumitan dan persyaratan-persyaratan prestasi yang lebih tinggi

              bagi produk telah menjadikan keamanan dan keterandalan produk.

2.3 Biaya Kualitas

    2.3.1 Definisi Biaya Kualitas

                  Menurut Blocher dkk (2000: 220) biaya kualitas adalah biaya-

          biaya     yang   berkaitan   dengan    pencegahan,    pengidentifikasian,

          perbaikan dan pembetulan produk yang berkualitas rendah dan dengan

          opportunity cost dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai

          akibat rendahnya kualitas.

                  Ada beberapa definisi mengenai biaya kualitas yang lain yaitu :

          1. Biaya kualitas didefinisikan sebagai biaya-biaya yang terjadi

              karena adanya kualitas yang rendah

          2. Biaya kualitas adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan karena

              melakukan pekerjaan secara salah (doing things wrong).
18




     3. Biaya kualitas adalah biaya yang dikeluarkan karena adanya

         aktivitas-aktivitas yang tidak diperlukan secara langsung untuk

         mendukung tujuan departemen.

           Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk

     mencapai suatu kualitas (Adnan, 2000: 119).

           Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

     biaya kualitas adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki

     kualitas produk.

2.3.2 Pengelompokan Biaya Kualitas

           Pada dasarnya biaya kualitas dapat dikategorikan ke dalam empat

     jenis, yaitu:

     1. Biaya        pencegahan   adalah   pengeluaran-pengeluaran   yang

         dikeluarkan untuk mencegah terjadinya cacat kualitas. Biaya

         pencegahan ini terdiri dari:

         a. Biaya pelatihan kualitas

             Biaya pelatihan kualitas adalah pengeluaran-pengeluaran untuk

             program-program pelatihan internal dan eksternal, yang

             meliputi upah dan gaji yang dibayarkan dalam pelatihan, biaya

             instruksi, biaya staf klerikal dan macam-macam biaya dan

             bahan habis pakai untuk menyiapkan pegangan dan manual

             instruksi.

         b. Biaya perencanaan kualitas
19




      Biaya perencanaan kualitas adalah upah dan overhead untuk

      perencanaan kualitas, lingkaran kualitas, desain prosedur baru,

      desain    peralatan      baru   untuk    meningkatkan      kualitas,

      kehandalan, dan evaluasi supplier.

   c. Biaya pemeliharaan peralatan

      Biaya pemeliharaan peralatan adalah biaya yang dikeluarkan

      untuk      memasang,        menyesuaikan,       mempertahankan,

      memperbaiki dan menginspeksi peralatan produksi, proses, dan

      sistem.

   d. Biaya penjaminan supplier

      Biaya penjaminan supplier adalah biaya yang dikeluarkan

      untuk mengembangkan kebutuhan dan pengukuran data,

      auditing, dan pelaporan kualitas.

2. Biaya penilaian (deteksi) dikeluarkan dalam rangka pengukuran

   dan analisis data untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai

   dengan spesifikasinya. Biaya-biaya ini terjadi setelah produksi

   tetapi sebelum penjualan. Biaya penilaian ini terdiri dari:

   a. Biaya pengujian dan inspeksi

      Biaya pengujian dan inspeksi adalah biaya yang dikeluarkan

      untuk menguji dan menginspeksi bahan yang datang, produk

      dalam proses dan produk selesai atau jasa.

   b. Peralatan pengujian
20




       Peralatan pengujian adalah pengeluaran yang terjadi untuk

       memperoleh, mengoperasikan atau mempertahankan fasilitas,

       software, mesin dan peralatan-peralatan pengujian atau

       penilaian kualitas produk, jasa atau proses.

   c. Audit kualitas

       Audit kualitas adalah gaji dan upah semua orang yang terlibat

       dalam penilaian kualitas produk atau jasa dan pengeluaran lain

       yang dikeluarkan selama penilaian kualitas.

   d. Pengujian secara laborat

   e. Pengujian dan evaluasi lapangan

   f. Biaya informasi

       Biaya        informasi   adalah   biaya   untuk   menyiapkan   dan

       membuktikan laporan kualitas.

3. Biaya kegagalan internal adalah biaya yang dikeluarkan karena

   rendahnya kualitas yang ditemukan sejak penilaian awal sampai

   dengan pengiriman kepada pelanggan. Biaya kegagalan internal ini

   terdiri dari :

   a. Biaya tindakan koreksi

       Biaya tindakan koreksi adalah biaya untuk waktu yang

       dihabiskan untuk menemukan penyebab kegagalan dan untuk

       mengkoreksi masalah.

   b. Biaya pengerjaan kembali (rework) dan biaya sisa produksi
21




       Biaya pengerjaan kembali dan biaya sisa produksi adalah

       bahan, tenaga kerja langsung dan overhead untuk sisa produksi,

       pengerjaan kembali dan inspeksi ulang.

   c. Biaya proses

       Biaya proses adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendesain

       ulang produk atau proses, pemberhentian mesin yang tidak

       direncanakan, dan gagalnya produksi karena ada penyelaan

       proses untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.

   d. Biaya ekspedisi

       Biaya ekspedisi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

       mempercepat operasi pengolahan karena adanya waktu yang

       dihabiskan untuk perbaikan atau pengerjaan kembali.

   e. Biaya inspeksi dan pengujian ulang

       Biaya inspeksi dan pengujian ulang adalah gaji, upah dan biaya

       yang dikeluarkan selama inspeksi ulang atau pengujian ulang

       produk-produk yang telah diperbaiki.

4. Biaya kegagalan eksternal merupakan biaya yang terjadi dalam

   rangka meralat cacat kualitas setelah produk sampai pada

   pelanggan dan laba yang gagal diperoleh karena diperoleh karena

   hilangnya peluang sebagai akibat adanya produk atau jasa yang

   tidak dapat diterima oleh pelanggan. Biaya kegagalan eksternal

   terdiri dari :
22




   a. Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari

       pelanggan

       Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari

       pelanggan adalah gaji dan overhead administrasi untuk

       departemen     pelayanan     kepada    pelanggan   (departemen

       ‘customer servis’) memperbaiki produk yang dikembalikan,

       cadangan atau potongan untuk kualitas rendah, dan biaya

       angkut

   b. Biaya penarikan kembali dan pertanggungjawaban produk

       Biaya penarikan kembali dan pertanggungjawaban produk

       adalah biaya administrasi untuk menangani pengembalian

       produk.

   c. Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan

       Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan

       adalah margin kontribusi yang hilang karena pesanan yang

       tertunda, penjualan yang hilang dan menurunnya pangsa pasar

       (Blocher dkk, 2000: 220).

     Biaya kualitas bisa juga dikelompokkan sebagai biaya yang dapat

diamati atau tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati

(observable quality costs) adalah biaya-biaya yang tersedia atau dapat

diperoleh   dari   catatan   akuntansi   perusahaan,   misalnya   biaya

perencanaan kualitas, biaya pemeriksaan distribusi dan biaya

pengerjaan ulang . Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden costs)
23




     adalah biaya kesempatan atau opportunitas yang terjadi karena kualitas

     produk yang buruk dan biasanya biaya opportunitas tidak disajikan

     dalam catatan akuntansi, misalnya biaya kehilangan penjualan, biaya

     ketidakpuasan pelanggan dan biaya kehilangan pangsa pasar (Hansen

     dan Mowen, 2005: 9).

2.3.3 Perilaku Biaya Kualitas

           Kualitas   dapat     diukur   berdasar   biayanya.   Perusahaan

     menginginkan agar biaya kualitas turun, namun dapat mencapai

     kualitas yang lebih tinggi, setidak-tidaknya sampai dengan titik

     tertentu. Memang, jika standar kerusakan nol dapat dicapai,

     perusahaan masih harus menanggung biaya pencegahan dan penilaian.

     Suatu perusahaan dengan program pengelolaan kualitas yang dapat

     barjalan dengan baik, menurut pakar kualitas biayanya tidak lebih dari

     2,5 % dari penjualan.

           Standar 2,5% tersebut mencakup biaya kualitas secara total

     sedangkan biaya untuk setiap elemen secara individual lebih kecil dari

     jumlah tersebut. Setiap organisasi harus menentukan standar yang

     tepat untuk setiap elemen secara individual. Anggaran dapat digunakan

     untuk menentukan besarnya standar biaya kualitas setiap elemen

     secara individual sehingga biaya kualitas total yang dianggarkan tidak

     lebih dari 2,5 % dari penjualan. Agar standar biaya kualitas dapat

     digunakan dengan baik perlu dipahami perilaku biaya kualitas sebagai

     berikut:
24




Perusahaan harus dapat mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya

kualitas secara individual. Sebagian biaya kualitas bervariasi dengan

penjualan, namun sebagian lainnya tidak. Agar laporan kinerja kualitas

dapat bermanfaat, maka:

1. Biaya kualitas harus digolongkan ke dalam biaya variabel dan

   biaya tetap dihubungkan dengan penjualan

2. Untuk biaya variabel, penyempurnaan kualitas dicerminkan oleh

   pengurangan rasio biaya variabel. Pengukuran kinerja dapat

   menggunakan salah satu dari dua cara berikut :

   a. Rasio biaya variabel pada awal dan akhir periode tertentu dapat

       digunakan        untuk   menghitung      penghematan     biaya

       sesungguhnya, atau kenaikan biaya sesungguhnya.

   b. Rasio biaya dianggarkan dan rasio sesungguhnya dapat juga

       digunakan untuk mengukur kemajuan ke arah pencapaian

       sasaran periodik.

3. Untuk biaya tetap, penyempurnaan biaya kualitas dicerminkan oleh

   perubahan absolut jumlah biaya tetap.

     Biaya   kualitas    dievaluasi   dengan   membandingkan    biaya

sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan. Pembandingan biaya

kualitas tetap menggunakan jumlah absolut biaya yang sesungguhnya

dibelanjakan dengan yang dianggarkan. Sedangkan biaya kualitas

variabel dapat dibandingkan dengan menggunakan persentase dari

penjualan, atau jumlah rupiah biaya, atau kedua-duanya. Apabila
25




      manajer terbiasa berhadapan dengan jumlah absolut atau jumlah

      rupiah, maka pendekatan yang terbaik adalah dengan membandingkan

      jumlah rupiah biaya dengan dilengkapi ukuran persentase. Perhitungan

      persentase ini dapat memberikan informasi pada manajemen mengenai

      seberapa baik standar biaya kualitas sebesar 2,5 % dapat tercapai

      (Tjiptono dan Diana, 2003: 42-43).

2.3.4 Analisis Biaya Kualitas

           Setelah biaya kualitas diidentifikasi dan disusun sesuai dengan

      kategori pengelompokannya, maka biaya kualitas dapat dianalisis

      untuk dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang

      sesuai. Proses analisis ini terdiri dari pemeriksaan setiap unsur-unsur

      biaya lain dan totalnya. Proses tersebut juga membandingkan operasi

      satu periode dengan periode sebelumnya. Dan pembandingan itu akan

      lebih berarti jika biaya kualitas tersebut dibandingkan dengan aktivitas

      lain dalam perusahaan.

           Disarankan agar biaya kualitas yang terlibat dikaitkan dengan

      sedikitnya tiga dasar volume yang berbeda. Dasar yang diseleksi

      tersebut dapat bervariasi, tergantung pada produk dan jenis pabrik

      untuk suatu bisnis tertentu. Contoh-contoh dasar volume yang harus

      dipertimbangkan adalah tenaga kerja langsung, tenaga kerja langsung

      yang produktif, biaya-bengkel masukan, biaya-bengkel keluaran,

      biaya-pembikinan keluaran, nilai yang dikontribusikan, unit-unit

      keluaran produktif yang ekuivalen, dan hasil penjualan bersih.
26




     Kemudian untuk menunjukkan dengan tepat bidang-bidang yang patut

     mendapatkan prioritas tertinggi dari upaya kualitas, suatu rincian

     tentang keseluruhan biaya kualitas yang terlibat berdasarkan lini

     produk     utama   atau     bidang   aliran   proses   sering   diperlukan

     (Feigenbaum, 1992: 112).

           Sedangkan menurut Gaspersz (2005: 168) perusahaan mengukur

     dan menganalisis biaya kualitas sebagai indikator keberhasilan

     program perbaikan kualitas, yang dapat dihubungkan dengan ukuran-

     ukuran biaya lain yaitu :

     1. Biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan, semakin

         rendah nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin

         sukses.

     2. Biaya kualitas dibandingkan dengan keuntungan, semakin rendah

         nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin sukses.

     3. Biaya kualitas dibandingkan dengan harga pokok penjualan (cost

         of goods sold), diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total

         terhadap nilai harga pokok penjualan, dimana semakin rendahnya

         nilai ini menunjukkan semakin suksesnya program perbaikan

         kualitas.

2.3.5 Distribusi Optimal Biaya Kualitas

     1. Pandangan Tradisional

              Pandangan tradisional mengasumsikan bahwa terdapat trade off

         antara biaya pengendalian dan biaya produk gagal. Ketika biaya
27




   pengendalian meningkat, biaya produk gagal harus turun. Selama

   penurunan biaya produk gagal lebih besar daripada kenaikan biaya

   pengendalian, perusahaan harus terus meningkatkan usahanya

   untuk mencegah atau mendeteksi unit-unit yang cacat. Pada

   akhirnya akan dicapai suatu titik dimana setiap kenaikan tambahan

   biaya dalam usaha tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar

   dari pengurangan biaya produk gagal. Titik ini menggambarkan

   tingkat minimum total biaya kualitas, dan merupakan saldo optimal

   antara biaya pengendalian dan biaya produk gagal. Titik ini juga

   yang disebut sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima

   (acceptable quality level-AQL) (Hansen dan Mowen, 2005: 14).

2. Pandangan Kontemporer

      Dalam pandangan kontemporer, sudut pandang AQL yaitu

   adanya tingkat kualitas yang dapat diterima atau sebuah produk

   dikatakan cacat jika karakteristik kualitasnya berada diluar batas

   toleransi tidak berlaku lagi. Dalam pandangan ini digunakan model

   cacat nol (zero defect). Model ini menyatakan bahwa dengan

   mengurangi unit cacat hingga nol maka akan diperolah keunggulan

   biaya. Perusahaan yang menghasilkan semakin sedikit produk

   cacat   akan   lebih    kompetitif    daripada   perusahaan    yang

   menggunakan     model     AQL.       Model   cacat   nol   kemudian

   disempurnakan lagi dengan model mutu kaku (robust quality

   model). Menurut model ini, kerugian terjadi karena diproduksinya
28




             produk yang menyimpang dari nilai target, dan semakin jauh

             penyimpangannya semakin besar kerugian.

                Selain itu kerugian masih mungkin terjadi meskipun deviasi

             masih dalam batas toleransi spesifikasi. Dengan kata lain, variasi

             spesifikasi ideal adalah merugikan dan batas toleransi tidak

             menawarkan manfaat apapun. Model cacat nol menekan biaya

             kualitas dan dengan demikian menawarkan penghematan baik

             dalam biaya maupun pekerjaan mutu yang berlebihan (Hansen dan

             Mowen, 2005: 14).

2.4 TQM (Total Quality Management)

   2.4.1 Definisi dan Prinsip Total Quality Management

              Procter dan Gamble mendefinisikan tentang manajemen kualitas

         total (Total Quality Management) sebagai upaya yang dilakukan secara

         terus menerus oleh setiap orang dalam organisasi untuk memahami,

         memenuhi dan melebihi harapan pelanggan (Blocher dkk, 2000:209).

         Dari definisi itu, terdapat tiga prinsip inti dari TQM yaitu merupakan

         proses yang :

         1   Berfokus pada pelanggan

             TQM dimulai dengan mengidentifikasi pelanggan perusahaan dan

             kebutuhan mereka. Setiap orang dalam suatu proses atau organisasi

             merupakan pelanggan bagi orang lain, baik di dalam maupun di

             luar organisasi. Proses TQM dimulai dengan mengidentifikasi

             persyaratan dan harapan. Ini merupakan dasar untuk membuat
29




         spesifikasi yang dibutuhkan untuk setiap keberhasilan pelanggan

         internal. Perusahaan dapat melayani pelanggan eksternal dengan

         baik, jika perusahaan benar-benar bisa memenuhi kebutuhan dari

         setiap pelanggan internal.

     2   Berusaha keras untuk melakukan perbaikan secara terus menerus

         Dengan adanya persaingan di pasar global dan harapan pelanggan

         yang selalu berubah, maka perusahaan perlu untuk selalu

         melakukan perbaikan kualitas secara terus menerus.

     3   Melibatkan seluruh kekuatan kerja

         Perusahaan    dapat    memenuhi     permintaan   dari   pelanggan

         eksternalnya hanya jika setiap pelanggan internal dalam proses

         dapat memuaskan pelanggan dibawahnya. Kegagalan dalam proses

         dapat mengakibatkan pada produk atau jasa cacat yang

         menyebabkan ketidakpuasan pelanggan. Untuk itu keterlibatan

         total dari seluruh kekuatan kerja dalam proses diperlukan untuk

         mencapai kualitas total.

2.4.2 Pedoman Pengimplementasian TQM

             Dalam jangka waktu tiga tahun, ada 11 tahapan dalam

     melaksanakan TQM (Blocher dkk, 2000: 211) yaitu:

     1. Tahun Pertama

         a    Membentuk dewan dan staf kualitas

              Pelaksanaan TQM memerlukan kerjasama dan usaha terbaik

              dari semua unit organisasi. Keberhasilan TQM membutuhkan
30




    ketegasan dan kepemimpinan secara aktif dari CEO (Chief

    Executive Officer) dan para manajer senior. Dewan kualitas

    harus memasukkan tim manajemen puncak dengan CEO

    sebagai ketuanya. Dewan ini mempunyai fungsi utama untuk

    mengembangkan misi kualitas dan menyatakan visi, tujuan

    perusahaan secara keseluruhan dan strategi jangka panjang.

b   Melakukan progam perbaikan kualitas eksekutif

    Untuk meyakinkan ketetapan manajer senior dan dukungan

    secara terus menerus terhadap TQM, perusahaan perlu

    melaksanakan progam pelatihan kualitas eksekutif. Fungsi dari

    progam ini adalah (1) Meningkatkan kepedulian manajemen

    senior tentang pentingnya fokus dan dukungan serta terus

    menerus   terhadap     perbaikan   kualitas   (2)   Menciptakan

    pengetahuan umum berdasarkan kualitas total dan (3)

    Menentukan harapan dan sasaran atau tujuan.

c   Melakukan audit kualitas

    Dengan audit kualitas memungkinkan perusahaan untuk

    mengidentifikasi     kekuatan   dan   kelemahan     perusahaan,

    mengembangkan rencana perbaikan kualitas strategik dalam

    jangka panjang dan mengidentifikasi peluang perbaikan

    kualitas terbaik bagi perusahaan, baik jangka pendek maupun

    jangka panjang.

d   Membuat analisis penyimpangan
31




       Dengan analisis penyimpangan, memungkinkan perusahaan

       untuk mengidentifikasi target peningkatan kualitas dan

       memberikan data obyektif untuk mengembangkan peningkatan

       kualitas strategik.

   e   Mengembangkan rencana perbaikan kualitas strategik

       Hasil dari analisis penyimpangan dan tujuan untuk perbaikan

       kualitas menjadi dasar untuk mengembangkan rencana

       strategik jangka pendek dan jangka panjang untuk menentukan

       prioritas dalam perbaikan kualitas.

2. Tahun Kedua

   a. Melakukan progam pelatihan dan komunikasi karyawan

       Progam pelatihan karyawan merupakan alat komunikasi untuk

       menyampaikan komitmen manajemen terhadap kualitas total

       dan memberikan keahlian pada para karyawan untuk mencapai

       kualitas total. Progam ini berperan penting dalam keberhasilan

       progam peningkatan kualitas.

   b. Menyusun tim kualitas

       Tim kualitas biasanya terdiri dari manajemen produk, teknisi,

       tenaga produksi, perwakilan dari pelayanan pelanggan dan

       akuntan manajemen. Tim ini menjadi kekuatan utama untuk

       mencapai kualitas, mengimplementasikan dan memonitor

       progam kualitas, dan melakukan perbaikan secara terus

       menerus.
32




   c. Menciptakan sistem pengukuran dan menentukan tujuan

      Faktor yang sangat penting untuk keberhasilan TQM adalah

      adanya ukuran yang benar-benar mencerminkan kebutuhan dan

      harapan pelanggan baik internal maupun eksternal. Sistem

      pengukuran yang baik bisa memantau TQM membutuhkan

      pengembangan sistem akuntansi yang baru, karena sistem

      akuntansi tradisional memecah-mecah informasi data kualitas

      ke dalam rekening-rekening yang banyak sekali. Sistem

      pengukuran yang baik juga harus membuat semua karyawan

      mengetahui perkembangan yang telah dicapai menuju kualitas

      total dan perbaikan lain yang dibutuhkan.

3. Tahun Ketiga

   a. Merevisi sistem, kompensasi/penilaian/pengakuan

      Penghargaan dan pengakuan merupakan alat terbaik untuk

      meningkatkan tekanan pada TQM. Usaha dan perkembangan

      TQM akan dapat diperoleh, jika perusahaan melakuan

      perubahan dalam sistem kompensasi atau penilaian/pengakuan.

   b. Meluncurkan inisiatif eksternal dengan para eksternal

      Usaha-usaha TQM harus meliputi sistem bisnis secara

      keseluruhan, mulai dari bahan baku sampai dengan konsumen

      akhir. Beberapa perusahaan yang menerapkan TQM dengan

      sukses,     pada   umumnya    menggunakan      supplier   yang

      berkualitas, yaitu dengan:
33




           1) Menurunkan jumlah supplier

               Dengan menurunkan supplier, menurunkan pula variasi

               dalam kualitas, meningkatkan komitmen supplier, dan

               memperbaiki efisiensi pengguaan sumber daya perusahaan.

           2) Memiliki supplier tidak hanya berdasarkan pada harga,

               kemampuan, kesediaan untuk memperbaiki kualitas, biaya,

               dan fleksibilitas, tetapi juga dedikasi mereka terhadap

               perbaikan secara terus menerus.

           3) Menciptakan hubungan jangka panjang dengan para

               supplier sebagai partner kerja.

           4) Melakukan spesifikasi secara tepat tentang harapan supplier

               dan memastikan konsistensi pengiriman dari supplier.

        c. Review dan revisi

           Semua karyawan, diarahkan oleh dewan kualitas dan tim

           kualitas, harus mereview perkembangan kualitas dan menilai

           kembali usaha perbaikan kualitas minimal setahun sekali.

2.4.3 Peran dan Tantangan TQM bagi Akuntansi Manajemen

     1. Peran TQM

           Peran akuntansi manajemen kualitas total (TQM) yaitu:

        a. Mengumpulkan semua informasi kualitas yang relevan.

        b. Berpartisipasi secara aktif dalam semua fase progam kualitas.

        c. Mereview serta menyebarkan laporan biaya kualitas.
34




   Sistem    manajemen    kualitas    yang    dikembangkan     tanpa

keterlibatan yang aktif dari akuntansi manjemen bisa gagal untuk

merealisasikan potensinya. Terlalu sering suatu perusahaan

memasukkan biaya kualitas dalam rekening yang berbeda-beda dan

tersebar pada produk, pemasaran, teknik dan pelayanan/jasa.

Dampak dan manfaat biaya-biaya ini akan hilang karena

perusahaan    mengalokasikan     secara      seimbang.     Akibatnya

perusahaan kurang memperhatikan biaya kualitas dan dampak

kualitas terhadap kinerja keuangan.

   Dengan pelatihan dan keahlian yang dimiliki dalam hal

analisis, pengukuran dan pelaporan informasi, akuntan manajemen

dapat   membantu    merancang     dan     melakukan      pengumpulan

informasi kualitas secara komprehensif, melakukan pengukuran

dan merancang sistem pelaporan. Akuntansi manajemen dapat

memperbaiki manajemen kualitas total (TQM) dengan cara

mengintegrasikan informasi biaya kualitas ke dalam sistem

pengukuran dan pelaporan manajemen yang sudah ada. Integrasi

ini membantu memberikan perhatian secara konstan dan terus

menerus dalam rangka memperbaiki kualitas dengan cara

melakukan pengukuran, pelaporan dan evaluasi terhadap kualitas

secara reguler merupakan aktivitas rutin daripada harus melakukan

upaya khusus yang akan dihentikan jika sudah tidak diperlukan

lagi (Blocher dkk, 2000: 234).
35




2. Tantangan TQM

     Untuk menghadapi tantangan terhadap manajemen kualitas

  total (Total Quality Management), akuntan manjemen perlu

  memahami secara jelas tentang metodologi TQM. Mereka harus

  dapat mendesain, menciptakan atau memodifikasi sistem informasi

  untuk mengukur dan memonitor kualitas dan mengevaluasi

  perkembangan kualitas total seperti yang diharapkan oleh setiap

  unit organisasi dan perusahaan secara keseluruhan. Beberapa tugas

  yang berkaitan dengan hal tersebut adalah sebagai berikut :

  a. Menentukan rekening mana yang banyak berisi data untuk

     TQM.

  b. Melakukan reorganisasi dan restrukturisasi pada sistem

     akuntansi yang ada untuk mendapatkan data biaya kualitas

     yang lengkap dan akurat.

  c. Merevisi bagian rekening untuk mencerminkan setiap kategori

     biaya kualitas.

     Sistem    akuntansi    tradisional   seringkali   gagal    untuk

  menghubungkan biaya dengan aktivitas. Akibatnya, tim kualitas

  tidak memiliki informasi yang diperlukan dan siap pakai untuk

  memfokuskan pada permasalahan kualitas. Akuntan manajemen

  perlu menghubungkan biaya kualitas dengan aktivitas sehingga tim

  kualitas dapat memfokuskan usaha mereka secara tepat untuk

  memastikan     keberhasilan   usaha-usaha    TQM.     Salah    satu
36




              pendekatan yang bisa dilakukan adalah menerapkan teknik-teknik

              dari activity based costing ke dalam TQM sehingga cost driver

              untuk biaya kualitas dapat diidentifikasi dengan jelas (Blocher dkk,

              2000: 235).

2.5 Produk Rusak

          Produk rusak atau product defects merupakan elemen penting yang

   dapat dianalisis oleh perusahaan ketika membaca laporan biaya kualitas.

   Perusahaan sering mengabaikan hal tersebut dan lebih memfokuskan pada

   perputaran biaya-biaya antar bagian atau departemen sehingga ketika laporan

   biaya kualitas dinyatakan, maka seringkali persentase produk rusak terhadap

   biaya kualitas total menjadi sangat signifikan.

          Produk rusak yang terjadi selama proses produksi mengacu pada

   produk yang tidak dapat diterima oleh konsumen dan tidak dapat dikerjakan

   ulang. Produk rusak adalah produk yang tidak sesuai standar mutu yang telah

   ditetapkan secara ekonomis tidak dapat diperbaharui menjadi produk yang

   baik (Mulyadi, 1993: 324).

          Menurut pandangan tradisional produk dinyatakan cacat atau rusak

   apabila kriteria produk tersebut terletak diluar batas atas dan batas bawah dari

   batasan spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi yang dimaksud adalah

   kriteria   yang   harus   dipenuhi    produk      tersebut   dalam   memenuhi

   kemampuannya, untuk berfungsi sebagaimana mestinya produk dibuat. Maka

   suatu produk dinyatakan rusak apabila produk tersebut tidak memenuhi

   spesifikasinya (Hansen dan Mowen, 2005: 7).
37




         Dari definisi di atas dapat diambil intisari bahwa produk yang rusak

   adalah produk yang tidak sesuai spesifikasi sehingga tidak memenuhi standar

   kualitas yang telah ditentukan, tidak dapat dikerjakan ulang (rework) dan

   memiliki nilai jual yang rendah sebagai nilai sisa (disposal value).

2.6 Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Produk Rusak

         Biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan kualitas barang disebut

   dengan biaya kualitas. Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat

   golongan yaitu biaya pencegahan, biaya deteksi/penilaian, biaya kegagalan

   internal dan biaya kegagalan eksternal (Tjiptono dan Diana, 2003: 36). Dari

   keempat golongan biaya kualitas tersebut yang mempengaruhi produk rusak

   adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian. Sedangkan biaya kegagalan

   internal dan biaya kagagalan eksternal merupakan golongan biaya kualitas

   yang dipengaruhi oleh produk rusak.

         Menurut Hansen dan Mowen (2005: 13) biaya pencegahan dan biaya

   penilaian meningkat berarti menunjukkan jumlah unit produk rusak menurun

   dan sebaliknya jika biaya pencegahan dan biaya penilaian menurun

   menunjukkan jumlah unit produk rusak meningkat. Di lain pihak, biaya

   kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal naik jika jumlah unit

   produk rusak meningkat dan sebaliknya biaya kegagalan internal dan biaya

   kegagalan eksternal turun jika jumlah unit produk rusak turun. Hal ini

   menunjukkan bahwa biaya pencegahan dan biaya penilaian berpengaruh

   terhadap produk rusak sedangkan biaya kegagalan internal dan biaya

   kegagalan eksternal dipengaruhi oleh jumlah unit produk rusak.
38




          Menurut Feigenbaum (1992: 104) kenaikan dalam biaya pencegahan

    mengakibatkan turunnya kecacatan, yang pada gilirannya mempunyai efek

    positif pada biaya penilaian karena turunnya kecacatan berarti menurunnya

    kebutuhan akan aktivitas-aktivitas pemeriksaan dan pengujian yang rutin.

    Dari pendapat Feigenbaum dapat dipahami bahwa biaya pencegahan

    berpengaruh negatif terhadap produk rusak sedangkan biaya penilaian

    berpengaruh positif terhadap produk rusak.

          Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas

    yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian dapat mempengaruhi

    jumlah unit produk rusak. Biaya pencegahan mempunyai pengaruh negatif

    terhadap produk rusak, sedangkan biaya penilaian mempunyai dua

    kemungkinan pengaruh terhadap jumlah unit produk rusak, yaitu pengaruh

    positif dan pengaruh negatif.

2.7 Kerangka Berfikir

          Produk rusak adalah produk yang tidak sesuai standar mutu yang telah

    ditetapkan secara ekonomis tidak dapat diperbaharui menjadi produk yang

    baik (Mulyadi, 1993: 324). Produk rusak merupakan elemen penting bagi

    perusahaan agar dapat bersaing dalam bisnis yang global ini. Upaya

    perbaikan dan peningkatan terhadap kualitas produk menyebabkan semakin

    tingginya biaya yang dikeluarkan. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam

    rangka mengurangi adanya produk rusak adalah biaya kualitas.

          Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang dikeluarkan karena terjadi atau

    mungkin akan terjadi kualitas yang buruk (produk rusak). Biaya kualitas
39




dikelompokkan menjadi empat, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian,

biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal.

         Biaya-biaya kualitas yang dikeluarkan untuk menjaga produk dari

kerusakan adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian, sedangkan biaya

kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal tidak dikeluarkan untuk

menjaga produk dari kerusakan. Karena pada dasarnya biaya kegagalan

dikeluarkan setelah produk itu jadi dan untuk memperbaharui produk yang

rusak.

         Pengakuan bahwa kegagalan menghasilkan produk yang berkualitas

tinggi akan menimbulkan biaya tinggi. Oleh sebab itu, perusahaan terdorong

untuk selalu meningkatkan kualitas produk sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan dengan menjadikan produk rusak (zero defect).

         Menurut Hansen dan Mowen (2005: 7) peningkatan biaya kualitas

khususnya biaya pencegahan dan biaya penilaian akan mengurangi produk

dari kerusakan. Hal ini mempunyai arti bahwa jika perusahaan meningkatkan

biaya pencegahan dan biaya penilaian akan mengurangi produk rusak.

Sedangkan menurut Feigenbaum (1992: 104) peningkatan biaya pencegahan

dan penurunan biaya penilaian akan mengurangi produk rusak. Dengan

demikian perusahaan dapat mengetahui bagaimana pengaruh biaya kualitas

khususnya biaya pencegahan dan biaya penilaian yang dikeluarkan dalam

upaya pengendalian produk rusaknya.

         Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan pada gambar 2.1

sebagai berikut :
40




                          Biaya Pencegahan
     Biaya                                                         Produk
    Kualitas                                                       Rusak
                          Biaya Penilaian

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.8 Hipotesis

          Hipotesis   merupakan     jawaban     sementara   yang   masih    diuji

    kebenarannya. Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dapat

    disimpulkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

          Ada pengaruh yang signifikan antara biaya kualitas yang terdiri dari

    biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap produk rusak baik secara

    simultan maupun parsial pada CV. Menara Kudus tahun 2004-2006.
BAB III

                             METODE PENELITIAN



3.1   Jenis Penelitian

              Jenis penelitian ini merupakan studi kasus pada CV. Menara Kudus.

      Data penelitian terdiri dari data mengenai biaya kualitas dan jumlah produk

      rusak pada     perusahaan selama tiga tahun yaitu tahun 2004-2006 yang

      disajikan dalam bentuk bulanan.

3.2   Variabel Penelitian

              Dalam penelitian ini ada 2 macam variabel penelitian yaitu variabel

      bebas (X) dan variabel terikat (Y).

      3.2.1    Variabel Bebas (X)

                     Variabel X merupakan variabel bebas yaitu variabel yang

               mempengaruhi terhadap suatu gajala (Arikunto, 2002: 97). Variabel

               bebas dalam penelitian ini adalah biaya kualitas yang terdiri dari:

               1. Biaya Pencegahan (X1)

                   Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi untuk mencegah

                   kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya pencegahan dalam

                   penelitian ini adalah biaya pencegahan yang dikeluarkan oleh

                   CV. Menara Kudus dari tahun 2004-2006 yang disajikan dalam

                   bentuk bulanan dan dinyatakan dengan satuan rupiah. Biaya

                   pencegahan ini terdiri dari biaya perencanaan produk dan biaya

                   pemeliharaan mesin.




                                            41
42




               2. Biaya Penilaian (X2)

                  Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan

                  apakah produk telah sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan

                  pelanggan. Biaya penilaian dalam penelitian ini adalah biaya

                  penilaian yang dikeluarkan oleh CV. Menara Kudus dari tahun

                  2004-2006 yang disajikan dalam bentuk bulanan dan dinyatakan

                  dengan satuan rupiah. Biaya penilaian ini terdiri dari biaya

                  inspeksi dan biaya pemeriksaan distribusi produk.

      3.2.2    Variabel Terikat (Y)

                    Variabel Y merupakan variabel yang diperkirakan akan timbul

               hubungan yang fungsional dengan variabel bebas (Arikunto, 2002:

               97). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah produk rusak

               dari tahun 2004-2006 yang disajikan dalam bentuk bulanan dan

               dinyatakan dengan satuan unit.

3.3   Metode Pengumpulan Data

              Dalam penelitian ini metode untuk mendapatkan data atau bahan

      keterangan adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode

      dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan

      sejarah berdirinya perusahaan, strutur organisasi perusahaan, data laporan

      biaya kualitas, jumlah produk jadi dan jumlah produk rusak pada CV.

      Menara Kudus dari tahun 2004-2006.
43




3.4   Metode Analisis Data

              Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk

      mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Metode

      analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

      dan analisis kuantitatif.

      3.4.1    Analisis Deskriptif

                      Analisis deskriptif adalah analisis yang menggunakan metode

               statistik untuk mengetahui pola sejumlah data penelitian, merangkum

               informasi yang terdapat dalam data penelitian dan menyajikan

               informasi tersebut dalam bentuk yang diinginkan. Tahap-tahap

               analisis deskriptif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

               1. Mengidentifikasi variabel penelitian, yaitu data biaya kualitas

                  (biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan data produk rusak.

               2. Melakukan pengolahan data penelitian dengan menggunakan

                  grafik control chart yang terdapat dalam program SPSS 13.00 for

                  windows untuk menganalisis biaya kualitas (biaya pencegahan

                  dan biaya penilaian) dan produk rusak.

      3.4.2    Analisis Inferensial

                      Analisis kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka

               yang diperoleh sebagai hasil pengukuran atau penjumlahan

               (Nurgiyantoro, 2000: 27). Analisis ini digunakan untuk mengetahui

               pengaruh    biaya      kualitas   terhadap   produk    rusak,   dengan

               menggunakan :
44




1   Uji Normalitas

        Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam

    model regresi antara variabel bebas dan variabel terikat

    mempunyai distribusi normal atau tidak.

        Uji   normalitas   dapat   dilihat   dengan   memperhatikan

    penyebaran data (titik) pada P-P Plot of Regression Standardized

    Residual melalui SPSS, dimana :

    -   Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti

        arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi

        normalitas.

    -   Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak

        mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak

        memenuhi asumsi normalitas.

        Sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Ghozali (2005:

    76) bahwa pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan

    penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau

    dengan melihat histogram dari residualnya.

2   Regresi Berganda

        Regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh

    variabel bebas (X) biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya

    penilaian) terhadap variabel terikat (Y) produk rusak mengenai

    perubahan dari setiap peningkatan atau penurunan variabel bebas
45




    yang akan mempengaruhi jumlah produk rusak pada CV. Menara

    Kudus.

    Rumus :

    Y = a + b1X1 + b2X2 +e

    Dimana: Y                = Produk rusak

                 A           = Konstanta

                 b1 - b2     = Koefisien regresi dari setiap variabel

                 X1          = Biaya pencegahan

                 X2          = Biaya penilaian

                  e          = Faktor error

    (Algifari, 2000: 93)

    Dalam penelitian ini, nilai-nilai dalam persamaan tersebut dicari

    melalui program SPSS.

3   Uji F (Uji simultan)

          Pengujian simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh

    variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel

    terikat.

    Rumus :

                  JK reg / k
        F=
               JK res / (n - k - 1)

    ( Sudjana, 2002: 355)

    Dalam penelitian ini, nilai F tersebut dicari melalui program

    SPSS.
46




    a. Merumuskan hipotesis uji F :

       Ho =     b1b2 = 0, variabel bebas secara simultan tidak

       berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

       Ha = b1b2 ≠ 0, variabel bebas secara simultan berpengaruh

       signifikan terhadap variabel terikat.

    b. Menentukan tingkat signifikansi ( α )

       Tingkat signifikansi dalam penelitian ini adalah 5% artinya

       resiko kesalahan mengambil keputusan adalah 5%

    c. Pengambilan keputusan

       1) Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka (Ho) diterima,

           artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel

           independen terhadap variabel dependen.secara statistika

           dapat dibuktikan bahwa variabel biaya kualitas tidak

           berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel produk

           rusak.

       2) Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka (Ho) ditolak,

           artinya   ada pengaruh yang signifikan dari variabel

           independen terhadap variabel dependen.

4   Koefisien Determinasi (R2)

         Koefisien determinasi digunakan secara keseluruhan untuk

    mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi

    berganda. Nilai koefisien determinasi berada dalam rentang 0

    (nol) sampai dengan 1 (satu). Jika R2 yang diperoleh mendekati 1
47




    (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut

    menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat.

    Sebaliknya jika R2 mendekati 0 (nol) maka semakin lemah

    variasi variabel bebas menerangkan variabel terikat.

    Rumus :

             JK reg
     R2 =
              ∑ y i2

    (Sudjana, 2002: 383)

    Dalam penelitian ini, nilai R2 tersebut dicari melalui program

    SPSS.

5   Uji t (Uji Parsial)

            Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

    secara individu terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini uji

    t dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

    a. Merumuskan hipotesis uji t :

        Ho =           b1b2 = 0, masing-masing variabel bebas tidak

        berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

        Ho = b1b2 ≠ 0, masing-masing variabel bebas berpengaruh

        signifikan terhadap variabel terikat.

    b. Menentukan tingkat signifikansi ( α )

        Tingkat signifikansi dalam penelitian ini adalah 5% artinya

        resiko kesalahan mengambil keputusan adalah 5%.

    c. Pengambilan keputusan
48




        1) Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) maka (Ho) diterima,

             artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel

             independen terhadap variabel dependen.secara statistika

             dapat dibuktikan bahwa variabel biaya kualitas tidak

             berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel produk

             rusak.

        2) Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) maka (Ho) ditolak,

             artinya   ada pengaruh yang signifikan dari variabel

             independen terhadap variabel dependen.

6   r2 Parsial

          Menghitung r2 digunakan untuk mengetahui sejumlah

    sumbangan dari masing-masing variabel bebas, jika variabel

    lainnya konstan terhadap variabel terikat. Semakin besar nilai r2

    maka semakin besar variasi sumbangannya terhadap variabel

    terikat. Perhitungan r2 dalam penelitian ini dilakukan dengan

    program SPSS.

7   Evaluasi Ekonometri

          Evaluasi ekonometri dimaksudkan untuk mengetahui

    apakah model regresi linier berganda yang digunakan untuk

    menganalisa dalam penelitian memenuhi asumsi klasik atau

    tidak.
49




a. Uji Multikolinieritas

         Model regresi yang baik adalah model regresi yang

   variabel-variabel bebasnya tidak memiliki korelasi yang

   tinggi atau bebas dari      multikolinieritas. Deteksi adanya

   gejala multikolinieritas dengan menggunakan Variance

   Inflaction Factor (VIF) dan tolerance melalui SPSS. Model

   regresi yang bebas multikolinieritas memiliki nilai VIF

   dibawah 10 dan nilai tolerence diatas 0,1 (Ghozali, 2005: 56).

b. Heteroskedastisitas

         Uji heteroskesdastisitas digunakan untuk mengetahui

   apakah terjadi penyimpangan model karena varian gangguan

   yang berbeda antara satu observasi ke observasi lain. Untuk

   mengetahui gejala       heteroskesdastisitas dilakukan dengan

   mengamati grafik scatter plot melalui SPSS. Model yang

   bebas dari heteroskesdastisitas memiliki grafik scatter plot

   dengan pola titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah

   sumbu Y (Ghozali, 2005: 70).

c. Uji Autokorelasi

         Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah

   terjadi korelasi antar anggota serangkaian observasi yang

   diurutkan menurut waktu (data time series) atau ruang (data

   cross section). Deteksi gejala autokorelasi digunakan nilai

   Durbin Watson yang dihitung melalui SPSS. Jika nilai
50




 Durbin Watson berada di daerah C (gambar 3.1), maka tidak

 ada autokorelasi (Gujarati, 2000 : 216)

f (d)




        A        B            C                     D            E




                                                                          d
 0          dL       dU        2           4 - dU       4 – dL        4


Gambar 3.1 Statistik d Durbin Watson.



 Keterangan gambar 3.1 :

 A = Daerah ketidaktahuan (ada autokorelasi positif).

 B = Daerah yang meragukan.

 C = Daerah meyakinkan (tidak ada autokorelasi)

 D = Daerah yang meragukan.

 E = Daerah ketidaktahuan (ada autokorelasi negatif)
BAB IV

                 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Penelitian

   4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

                Berawal dari perjalanan hidup seorang yang produktif dan

         berdedikasi tinggi tak jarang memiliki pola pemikiran untuk mandiri.

         Itulah titik awal dirintis berdirinya percetakan dan penerbitan Menara

         Kudus, beliau adalah Bapak H. Zainuri Noor yang pada waktu itu

         menjabat sebagai Direktur percetakan H.M. Maskuri Kudus yang

         keseluruhan aktivitas produksinya dipusatkan di Jl. Sunan Kudus.

                Pada waktu Bapak H. Zaenuri Noor berperan sebagai Direktur

         atau pimpinan pada percetakan H.M. Maskuri Kudus, kemajuan

         percetakan tersebut dinilai semakin meningkat dan perkembangannya

         dapat dirasakan pesat sekali sehingga tak pelak lagi terbitlah suatu

         keinginan untuk mengadakan perluasan usaha. Gagasan ini timbul dari

         Bapak H. Zaenuri Noor berdasarkan kenyataan bahwa pengadaan barang

         hasil produksi jumlahnya relatif tidak mencukupi kebutuhan pasar.

         Disamping itu adanya sikap mental mendasari kewirausahaan dan

         kemandirian beliau memperkuat keinginan untuk melaksanakan niat

         tersebut.

                Perlu dijelaskan disisni bahwa percetakan H.M. Maskuri dimana

         Bapak H. Zaenuri Noor sesepuhnya yaitu Bapak H.M. Maskuri, jadi




                                      51
52




nama   percetakan   H.M.    Maskuri    adalah   berkaitan   nama   dari

pengusahanya.

       Berkaitan dengan adanya hubungan keluarga antar pengusaha

dan Direktur (Bapak H.M. Maskuri dan Bapak H. Zaenuri Noor sebagai

mertua dan menantunya), maka rencana mengadakan perluasan usaha

dapat dimusyawarahkan dengan lebih akrab sehingga diperoleh

kesepakatan dan akhirnya doa restu diterima oleh Bapak H. Zaenuri

Noor dalam mengembangkan jiwa kemandiriannya. Akan tetapi, kendala

awal yang harus dihadapi oleh beliau adalah modal. Dengan semangat

kerja dan kegigihan yang tak pernah padam ternyata banyak jalan yang

dapat ditempuh, maka saat itu dipersiapkan data dan perijinan-perijinan

yang diperlukan dalam perluasan usaha untuk diajukan sebagai

permohonan pinjaman modal pada sebuah bank yaitu Bank Rakyat

Indonesia cabang Kudus. Ternyata usaha beliau memperoleh tanggapan

yang positif dari BRI Cabang Kudus dan pada tahun 1951 beliau

memperoleh pinjaman modal sebesar Rp. 250.000,-. Keberhasilan

memperoleh modal tersebut disampaikan pada Bapak H.M. Maskuri agar

dapat dimanfaatkan sesuai dengan yang direncanakan, akan tetapi

kenyataannya justru ditolak. Hal ini mungkin Bapak H.M. Maskuri tidak

berkenan menerima pinjaman modal dari orang lain ataupun pinjaman

modal dari Bank.

       Meskipun modal hasil pinjaman dari bank tersebut ditolak namun

berkat doa restu dari Bapak H.M. Maskuri, pada tahun 1952, Bapak H.
53




Zaenuri Noor bertekad memanfaatkan modal sebesar Rp. 250.000,-,

tersebut untuk mendirikan percetakan sendiri yang menurut rencana akan

berlokasi di Jalan Menara No. 2 Kudus.

        Adapun pinjaman modal sebesar Rp. 250.000,- tersebut berhasil

untuk membeli 4 (empat) unit mesin, kertas, tinta dan bahan-bahan yang

diperlukan dalam memenuhi usahanya. Adapun mesin-mesin yang dibeli

antara lain:

a. 1 (satu) unit mesin cetak PLANETA

b. 2 (dua) unit mesin cetak merk HEIDELBERG (Letterpres)

c. 1 (satu) unit mesin potong kertas.

        Dengan didapatkannya mesin dan peralatan yang diperlukan,

berarti sebuah perusahaan telah beroperasi dan Bapak H. Zaenuri Noor

juga telah mengelola usahannya, namun demikian perusahaan tersebut

akan sulit dikenal oleh masyarakat apabila tanpa nama, oleh karenanya

berhubungan lokasi yang ditetapkan sangat dekat dengan Masjid Menara

Kudus, maka terpilihlah Masjid peninggalan Sunan Kudus tersebut

menjadi nama perusahaan, yaitu percetakan Menara Kudus. Mengenai

tenaga kerja yang mengawali usaha percetakan Menara Kudus adalah

sebanyak 7 (tujuh) orang.

        Setelah perusahaan berjalan sekitar 5 tahun dan berhasil

mengatasi segala permasalahan yang ada, baik itu mengenai hasil

produksi maupun pemasarannya, maka dapatlah dirasakan adanya

perkembangan yang mantap, sesuai rencana jangka panjang perusahaan
54




percetakan Menara Kudus harus diperluas lagi usahanya. Akhirnya pada

tahun 1957 di Jalan H.M Subchan ZE No. 13 berdirilah perusahaan

cabang percetakan Menara Kudus. Untuk menunjang terlaksananya

aktifitas   produksi   pada    perusahaan    cabang     tersebut,   maka

didatangkanlah mesin-mesin setengah pakai dari percetakan “BOOR”

dari purwokerto dan dari Surakarta, mesin-mesin tersebut antara lain:

a. 3 (unit) mesin cetak DIEGEL

b. 4 (unit) mesin cetak SIENEL PRESS

c. 1 (satu) unit mesin potong kertas.

        Percetakan Menara Kudus pada waktu itu dipimpin langsung

oleh Bapak H. Zaenuri Noor sendiri dan bentuk badan usahanya adalah

perusahaan perseorangan. Sejalan dengan produktifitas yang semakin

meningkat dan jaringan pemasaran yang semakin luas, maka berubahlah

bentuk badan usaha percetakan Menara Kudus dari perusahaan

perseorangan menjadi Firma, yaitu Fa. Menara Kudus. Sedang yang

duduk sebagai pimpinan atau direktur adalah Bapak H. Zaenuri Noor

didampingi oleh ibu H. Zaenuri Noor sebagai wakilnya.

        Berdasarkan pada pengalaman kepemimpinannya, keuletan,

kedisiplinan dan rasa optimismenya yang tinggi, akhirnya pada tahun

1963 percetakan Menara Kudus menambah peralatan antara lain:

a. 5 (lima) unit mesin cetak DIEGEL

b. 1 (satu) unit mesin potong kertas
55




        Sejak bertambahnya mesin-mesin dan peralatan pada percetakan

Menara Kudus hasil produksi dalam cetak mencetak dapat dikatakan

mapan, disamping itu adanya perkembangan situasi pada permintaan

pasar, maka kesempatan untuk mengembangkan usaha benar-benar

terbuka lebar sehingga percetakan Menara Kudus pun berhasil

menggandakan fungsinya yang hanya percetakan menjadi percetakan

dan penerbitan. Demikianlah perjalanan usaha yang harus ditempuh oleh

Bapak H. Zaenuri Noor setapak demi setapak untuk memajukan

percetakan Menara Kudus. Adapun buku-buku yang berhasil diterbitkan

antara lain:

a. Buku-buku untuk kepentingan umum

b. Buku dan kitab untuk kepentingan Madrasah dan pondok pesantren

        Untuk memperoleh ketepatan waktu dan meningkatkan kualitas,

alternatif lain yang ditempuh percetakan Menara Kudus adalah dengan

mengirim karyawan-karyawan tertentu untuk mengikuti tugas belajar ke

berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan. Dengan adanya pengiriman

karyawan       tersebut   diharapkan   perusahaan   akan   lebih   mampu

mengimbangi laju persaingan yang semakin ketat. Disampig itu

perusahaan juga perlu mengadakan modernisasi berbagai mesin-mesin

dan peralatan sebagai penunjang tercapainya produktivitas yang

setinggi-tingginya, oleh karenanya tahun 1970 percetakan Menara Kudus

telah mendatangkan sebanyak 7 (tujuh) unit mesin dan peralatan yang

dibutuhkan, antara lain:
56




a. 3 (unit) mesin cetak HEIDELBERGH

b. 2 (dua) unit mesin potong kertas merk POLAR

c. 1 (unit) kamera

d. 1 (unit)mesin ketik IBM

        Mulai saat itulah, melalui produk andalannya percetakan Menara

Kudus sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa Tengah khususnya

dan masyarakat Indonesia pada umumnya, namun demikian perjalanan

masih panjang harus ditempuh dan perjuangannya pun tidak akan pernah

berhenti.

        Meskipun tersusun rencana dan strategi pengembangan usaha

dimasa-masa berikutnya namun Tuhan Yang Maha Kuasa yang

menentukannya. Pada tahun 1976 Bapak H. Zaenuri Noor telah

dipanggil ke Rahmatullah dan percetakan Menara Kudus pun kehilangan

figur seorang pemimpin yang dapat diandalkan.

        Saat ini CV. Percetakan dan Penerbitan Menara Kudus memiliki

perwakilan dibeberapa kota, antara lain:

a. Di Jakarta, Jl. Kramat II/54 A

b. Di Yogyakarta, Jl. Ibu Ruswo 51

c. Di Malang, Jl. KH.A. Dahlan 12

d. Di Surabaya, Jl. Sasak 49-51

        Sedangkan di Kota Kudus merupakan pusat produksi, memiliki

3(tiga) unit kerja, antara lain :
57




     a. Unit I, Jl. Menara No. 2 Kudus

        Sebagai unit perkantoran dan pemasaran

     b. Unit II, Jl. H.M Subchan Z.E. No. 13 Kudus

        Sebagai unit produksi

     c. Unit III, Jl. Besito No. 35 Kudus

        Sebagai unit produksi



4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian

     1. Identifikasi Biaya Kualitas

              Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan

        terjadi karena kualitas buruk. Jadi, biaya kualitas adalah biaya yang

        berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan

        pencegahan kerusakan. Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi

        empat golongan, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya

        kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Dalam penelitian

        ini biaya kualitas yang diteliti adalah biaya kualitas yang terdiri dari

        biaya pencegahan dan biaya penilaian.

              CV. Menara Kudus selama ini telah mengeluarkan biaya-biaya

        yang terkait dengan peningkatan kualitas meskipun belum disusun

        secara tersendiri ke dalam laporan biaya kualitas. biaya-biaya

        tersebut antara lain adalah biaya perencanaan produk, biaya

        pemeliharaan mesin, biaya inspeksi, biaya pemeriksaan distribusi

        produk, biaya pengawasan, biaya scrap, biaya rework, biaya
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap

More Related Content

What's hot

Penentuan harga transfer
Penentuan harga transferPenentuan harga transfer
Penentuan harga transfervitalfrans
 
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
Lulu Wildatiumi
 
Akuntansi investasi23
Akuntansi investasi23Akuntansi investasi23
Akuntansi investasi23
farisfebrianto
 
Laporan keuangan konsolidasi metode ekuitas
Laporan keuangan konsolidasi metode ekuitasLaporan keuangan konsolidasi metode ekuitas
Laporan keuangan konsolidasi metode ekuitasrizky nurul chasanah
 
Teknik penganggaran modal
Teknik penganggaran modalTeknik penganggaran modal
Teknik penganggaran modal
Anis Fithriyani
 
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer PricingSistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Fergieta Prahasdhika
 
sistem pengendalian manajemen ch 13
sistem pengendalian manajemen ch 13sistem pengendalian manajemen ch 13
sistem pengendalian manajemen ch 13
Shofia hilmy
 
Kunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 
PERHITUNGAN BIAYA VARIABEL DAN LAPORAN SEGMEN ALAT UNTUK MANAJEMEN
PERHITUNGAN BIAYA VARIABEL DAN LAPORAN SEGMEN ALAT UNTUK MANAJEMEN PERHITUNGAN BIAYA VARIABEL DAN LAPORAN SEGMEN ALAT UNTUK MANAJEMEN
PERHITUNGAN BIAYA VARIABEL DAN LAPORAN SEGMEN ALAT UNTUK MANAJEMEN
Falanni Firyal Fawwaz
 
MO II Forecasting
MO II ForecastingMO II Forecasting
MO II Forecasting
Lilia Pascariani
 
Penentuan Harga Transfer
Penentuan Harga TransferPenentuan Harga Transfer
Penentuan Harga Transfer
widya adhy
 
Bab. 18 Masalah Internasional dalam Akuntansi Manajemen
Bab. 18 Masalah Internasional dalam Akuntansi ManajemenBab. 18 Masalah Internasional dalam Akuntansi Manajemen
Bab. 18 Masalah Internasional dalam Akuntansi Manajemen
Fitri Ayu Kusuma Wijayanti
 
PPT Balanced Scorecard
PPT Balanced Scorecard PPT Balanced Scorecard
PPT Balanced Scorecard
Yesica Adicondro
 
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintahpersamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
Reza Yudhalaksana
 
34020 7-853463552856
34020 7-85346355285634020 7-853463552856
34020 7-853463552856Sefri Yunita
 
Chapter 2-manajemen-keuangan
Chapter 2-manajemen-keuanganChapter 2-manajemen-keuangan
Chapter 2-manajemen-keuangan
Novi Sitoresmi
 
Harga transfer
Harga transferHarga transfer
Harga transfer
Riski Pepenk
 
KLASIFIKASI BIAYA
KLASIFIKASI BIAYAKLASIFIKASI BIAYA
KLASIFIKASI BIAYA
Ary Efendi
 
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASBKERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASBmas ijup
 
PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi
PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksiPSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi
PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi
Futurum2
 

What's hot (20)

Penentuan harga transfer
Penentuan harga transferPenentuan harga transfer
Penentuan harga transfer
 
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
Tugas manajemen keuangan 2 - Manajemen Piutang & Persediaan - 2019
 
Akuntansi investasi23
Akuntansi investasi23Akuntansi investasi23
Akuntansi investasi23
 
Laporan keuangan konsolidasi metode ekuitas
Laporan keuangan konsolidasi metode ekuitasLaporan keuangan konsolidasi metode ekuitas
Laporan keuangan konsolidasi metode ekuitas
 
Teknik penganggaran modal
Teknik penganggaran modalTeknik penganggaran modal
Teknik penganggaran modal
 
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer PricingSistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
 
sistem pengendalian manajemen ch 13
sistem pengendalian manajemen ch 13sistem pengendalian manajemen ch 13
sistem pengendalian manajemen ch 13
 
Kunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjono
 
PERHITUNGAN BIAYA VARIABEL DAN LAPORAN SEGMEN ALAT UNTUK MANAJEMEN
PERHITUNGAN BIAYA VARIABEL DAN LAPORAN SEGMEN ALAT UNTUK MANAJEMEN PERHITUNGAN BIAYA VARIABEL DAN LAPORAN SEGMEN ALAT UNTUK MANAJEMEN
PERHITUNGAN BIAYA VARIABEL DAN LAPORAN SEGMEN ALAT UNTUK MANAJEMEN
 
MO II Forecasting
MO II ForecastingMO II Forecasting
MO II Forecasting
 
Penentuan Harga Transfer
Penentuan Harga TransferPenentuan Harga Transfer
Penentuan Harga Transfer
 
Bab. 18 Masalah Internasional dalam Akuntansi Manajemen
Bab. 18 Masalah Internasional dalam Akuntansi ManajemenBab. 18 Masalah Internasional dalam Akuntansi Manajemen
Bab. 18 Masalah Internasional dalam Akuntansi Manajemen
 
PPT Balanced Scorecard
PPT Balanced Scorecard PPT Balanced Scorecard
PPT Balanced Scorecard
 
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintahpersamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
 
34020 7-853463552856
34020 7-85346355285634020 7-853463552856
34020 7-853463552856
 
Chapter 2-manajemen-keuangan
Chapter 2-manajemen-keuanganChapter 2-manajemen-keuangan
Chapter 2-manajemen-keuangan
 
Harga transfer
Harga transferHarga transfer
Harga transfer
 
KLASIFIKASI BIAYA
KLASIFIKASI BIAYAKLASIFIKASI BIAYA
KLASIFIKASI BIAYA
 
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASBKERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
 
PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi
PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksiPSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi
PSAK 22 (revisi 2010) - bab 2 biaya terkait akuisisi & biaya transaksi
 

Similar to Pengaruh biaya kualitas terhadap

Going concern
Going concernGoing concern
Going concern
Hikmah Shifa
 
Pengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaranPengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaranrsd kol abundjani
 
50091904 s kripsi-kimia
50091904 s kripsi-kimia50091904 s kripsi-kimia
50091904 s kripsi-kimia
gusty_21
 
7370
73707370
sekripsi
sekripsisekripsi
sekripsiboiys
 
Eko sri darminto
Eko sri darmintoEko sri darminto
Eko sri darminto
Annisa Fitriani
 
Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...
Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...
Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...
Excruciate Limited
 
4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru
4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru
4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru
rikosmith
 
Tesis media 5
Tesis media 5Tesis media 5
Tesis media 5
Budi Santoso
 
Melani wuwungan
Melani wuwunganMelani wuwungan
Melani wuwungan
Fathur Marah
 
Pujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihPujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsih
Yeni Oktarina
 
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
Uofa_Unsada
 
1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover
1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover
1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover
Dodit Mujiono
 
Nuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdf
Nuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdfNuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdf
Nuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdf
nuvinurmala
 
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
08552723782
 
ANALISIS PERILAKU USER DAN EX USER PADA PRODUK GULA PASIR GULAKU
ANALISIS PERILAKU USER DAN EX USER PADA PRODUK GULA PASIR GULAKUANALISIS PERILAKU USER DAN EX USER PADA PRODUK GULA PASIR GULAKU
ANALISIS PERILAKU USER DAN EX USER PADA PRODUK GULA PASIR GULAKU
Uofa_Unsada
 
Baku mutu-pascasarjana-2018
Baku mutu-pascasarjana-2018Baku mutu-pascasarjana-2018
Baku mutu-pascasarjana-2018
ArGun2
 

Similar to Pengaruh biaya kualitas terhadap (20)

Going concern
Going concernGoing concern
Going concern
 
Pengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaranPengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaran
 
50091904 s kripsi-kimia
50091904 s kripsi-kimia50091904 s kripsi-kimia
50091904 s kripsi-kimia
 
Doc
DocDoc
Doc
 
7370
73707370
7370
 
sekripsi
sekripsisekripsi
sekripsi
 
Eko sri darminto
Eko sri darmintoEko sri darminto
Eko sri darminto
 
Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...
Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...
Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...
 
doc
docdoc
doc
 
4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru
4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru
4770849 persepsi-guru-sekolah-dasar-terhadap-program-sertifikasi-guru
 
Tesis media 5
Tesis media 5Tesis media 5
Tesis media 5
 
Melani wuwungan
Melani wuwunganMelani wuwungan
Melani wuwungan
 
Pujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihPujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsih
 
1
11
1
 
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
 
1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover
1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover
1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover
 
Nuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdf
Nuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdfNuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdf
Nuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdf
 
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
 
ANALISIS PERILAKU USER DAN EX USER PADA PRODUK GULA PASIR GULAKU
ANALISIS PERILAKU USER DAN EX USER PADA PRODUK GULA PASIR GULAKUANALISIS PERILAKU USER DAN EX USER PADA PRODUK GULA PASIR GULAKU
ANALISIS PERILAKU USER DAN EX USER PADA PRODUK GULA PASIR GULAKU
 
Baku mutu-pascasarjana-2018
Baku mutu-pascasarjana-2018Baku mutu-pascasarjana-2018
Baku mutu-pascasarjana-2018
 

More from yogieardhensa

Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariahSkripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariahyogieardhensa
 
Pma di indonesia
Pma di indonesiaPma di indonesia
Pma di indonesia
yogieardhensa
 
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerahPerimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
yogieardhensa
 
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahPenyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahyogieardhensa
 
Pengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganPengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuangan
yogieardhensa
 
Pengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamPengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamyogieardhensa
 
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangPengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
yogieardhensa
 
Pengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimPengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimyogieardhensa
 
Penerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagaiPenerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagaiyogieardhensa
 
Pedomanskripsijurakuntansi
PedomanskripsijurakuntansiPedomanskripsijurakuntansi
Pedomanskripsijurakuntansiyogieardhensa
 
Kinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransiKinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransiyogieardhensa
 
Kemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otdaKemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otdayogieardhensa
 
Ios dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaanIos dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaanyogieardhensa
 
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
yogieardhensa
 
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginanFaktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
yogieardhensa
 
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiFaktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiyogieardhensa
 
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeuFaktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeuyogieardhensa
 

More from yogieardhensa (20)

Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariahSkripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
 
Situs skripsi
Situs skripsiSitus skripsi
Situs skripsi
 
Pma di indonesia
Pma di indonesiaPma di indonesia
Pma di indonesia
 
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerahPerimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
 
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahPenyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
 
Pengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganPengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuangan
 
Pengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamPengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp saham
 
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangPengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
 
Pengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimPengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatim
 
Penerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagaiPenerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagai
 
Pedomanskripsijurakuntansi
PedomanskripsijurakuntansiPedomanskripsijurakuntansi
Pedomanskripsijurakuntansi
 
Nasabahbanksyariah
NasabahbanksyariahNasabahbanksyariah
Nasabahbanksyariah
 
Kinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransiKinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransi
 
Kemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otdaKemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otda
 
Ipo dan underpriced
Ipo dan underpricedIpo dan underpriced
Ipo dan underpriced
 
Ios dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaanIos dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaan
 
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
 
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginanFaktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
 
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiFaktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
 
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeuFaktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
 

Pengaruh biaya kualitas terhadap

  • 1. PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP PRODUK RUSAK PADA CV. MENARA KUDUS SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh : May Puguh Saputra 3351402516 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007
  • 2. PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada : Hari : Tanggal : Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Rusdarti, M.Si Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si NIP. 131411053 NIP. 131993879 Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi Drs. Sukirman. M.Si NIP. 131967646 ii
  • 3. HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Selasa Tanggal : 21 Agustus 2007 Penguji Skripsi Drs. Partono Thomas, M.S NIP. 131125640 Anggota I Anggota II Prof. Dr. Rusdarti, M.Si Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si NIP. 131411053 NIP. 131993879 Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi Drs. Agus Wahyudin, M. Si NIP. 131658236 iii
  • 4. PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Juli 2007 May Puguh Saputra NIM. 3351402516 PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada : Hari : Tanggal : Penguji Skripsi .................................... iv
  • 5. MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : 1. Perilaku hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. 2. Berusaha dan berdoa adalah jalan menuju kesuksesan. 3. Jangan merasa putus asa ketika gagal karena dibalik kegagalan pasti akan ada keberhasilan. PERSEMBAHAN 1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan do’a restu pada penyusunan skripsi ini (Terima kasih) 2. Teman-teman seperjuangan 3. Almamaterku v
  • 6. KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, sejak persiapan hingga tersusunnya penulisan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Sukirman, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 4. Prof. Dr. Rusdarti, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Pimpinan CV. Menara Kudus yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di perusahaan yang dipimpinnya. 7. Bapak M. Suyono, Kepala Bagian Personalia CV. Menara Kudus yang membimbing dan membantu perolehan data penelitian. 8. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. vi
  • 7. Kemudian atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga mendapat berkah dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi mahasiswa akuntansi pada khususnya. Semarang Juli 2007 Penulis vii
  • 8. Sari May Puguh Saputra. 2007. ”Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Produk Rusak pada CV. Menara Kudus”. Skripsi Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Biaya kualitas, produk rusak. Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif, perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Salah satu usaha yang dilakukan perusahaan agar dapat bersaing adalah meningkatkan kualitas hasil produksinya. Jika kualitas produk meningkat maka akan mengurangi terjadinya produk rusak sehingga mengakibatkan biaya-biaya yang terus menurun dan pada akhirnya meningkatkan laba. Biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan kualitas disebut biaya kualitas. Menurut Hansen dan Mowen biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian mempunyai pengaruh negatif terhadap produk rusak, sedangkan Feigenbaum menyatakan kenaikan dalam biaya pencegahan mengakibatkan turunnya kecacatan, yang pada gilirannya mempunyai efek positif pada biaya penilaian karena turunnya kecacatan berarti menurunnya kebutuhan akan aktivitas-aktivitas pemeriksaan dan pengujian yang rutin. Pada CV. Menara Kudus telah melakukan progam perbaikan kualitas namun belum melakukan pengelompokan dan pelaporan biaya kualitas, sehingga pihak manajemen tidak dapat mengontrol pengeluran biaya kualitas secara optimal. Mengacu dari uraian di atas, maka pokok permasalahan adalah seberapa besar pengaruh biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap produk rusak baik secara simultan maupun parsial pada CV. Menara Kudus? Objek penelitian ini adalah CV. Menara Kudus. Variabel yang diteliti adalah biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan produk rusak. Data diambil dengan metode dokumentasi dan studi pustaka. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan inferensial Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan biaya pencegahan dan biaya penilaian berpengaruh signifikan terhadap produk rusak pada CV. Menara Kudus, dengan nilai F hitung 11,422 dan nilai signifikan 0 (nol) pada tingkat signifikan 0,05 serta koefisien determinasi sebesar 0,409 yang berarti biaya pencegahan dan biaya penilaian memberi pengaruh secara simultan terhadap produk rusak sebesar 40,9% sedangkan sisanya sebesar 59,1% produk rusak dipengaruhi oleh faktor lain. Secara parsial biaya pencegahan dan biaya penilaian juga berpengaruh signifikan terhadap produk rusak. Biaya pencegahan berpengaruh negatif terhadap produk rusak dan biaya penilaian berpengaruh positif terhadap produk rusak. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa biaya pencegahan, biaya penilaian dan produk rusak mengalami fluktuasi dalam batas kewajaran, tetapi ada beberapa yang melampaui batas kewajaran sehingga perlu perhatian dari manajemen.. Maka disarankan kepada CV. Menara Kudus memperhatikan biaya pencegahan dan biaya penilaian, karena berdasarkan penelitian biaya pencegahan bila dinaikkan dapat mengurangi jumlah produk rusak, sedangkan biaya penilaian bila diturunkan dapat mengurangi jumlah produk rusak. viii
  • 9. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii PERNYATAAN............................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi SARI................................................................................................................. viii DAFTAR ISI.................................................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 1.2 Permasalahan............................................................................ 6 1.3 Penegasan Istilah...................................................................... 7 1.4 Tujuan Penelitian...................................................................... 7 1.5 Manfaat Penelitian.................................................................... 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya ...................................................................................... 9 2.1.1 Definisi Biaya ............................................................... 9 2.1.2 Penggolongan Biaya..................................................... 9 2.2 Kualitas ................................................................................ 13 2.2.1 Definisi Kualitas .......................................................... 13 2.2.2 Dimensi Kualitas.......................................................... 14 2.2.3 Faktor-faktor Mendasar yang Mempengaruhi Kualitas 15 2.3 Biaya Kualitas .......................................................................... 17 2.3.1 Definisi Biaya Kualitas ................................................ 17 2.3.2 Pengelompokan Biaya Kualitas ................................... 18 ix
  • 10. 2.3.3 Perilaku Biaya Kualitas................................................ 23 2.3.4 Analisis Biaya Kualitas................................................ 25 2.3.5 Distribusi Optimal Biaya Kualitas ............................... 26 2.4 TQM (Total Quality Managment )........................................... 28 2.4.1 Definisi dan Prinsip Total Quality Managment ........... 28 2.4.2 Pedoman Pengimplementasian TQM........................... 29 2.4.3 Peran dan Tantangan TQM bagi Akuntansi Manajemen................................................................... 33 2.5 Produk Rusak ........................................................................... 36 2.6 Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Produk Rusak.................... 37 2.7 Kerangka Berfikir..................................................................... 38 2.8 Hipotesis ................................................................................ 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 41 3.2 Variabel Penelitian .................................................................. 41 3.2.1 Variabel Bebas (X)....................................................... 41 3.2.2 Variabel Terikat (Y)..................................................... 42 3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 42 3.4 Metode Analisis Data .............................................................. 43 3.4.1 Analisis Deskriptif. ........................................................ 43 3.4.2 Analisis Inferensial. ....................................................... 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 51 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan......................................... 51 4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian.......................................... 57 4.2 Hasil Analisis Data................................................................... 66 4.3 Pembahasan.............................................................................. 73 x
  • 11. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ................................................................................ 77 5.2 Saran ................................................................................ 78 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi
  • 12. DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1.1 Data Produk Jadi dan Produk Rusak Tahun 2004-2006 ......... 6 Tabel 4.1 Data Biaya Perencanaan Produk Tahun 2004-2006 ............... 59 Tabel 4.2 Data Biaya Pemeliharaan Mesin Tahun 2004-2006 .............. 60 Tabel 4.3 Data Biaya Inspeksi Tahun 2004-2006................................... 62 Tabel 4.4 Data Biaya Pemeriksaan Distribusi Produk Tahun 2004-2006 .................................................................... 64 Tabel 4.5 Data Produk Rusak Tahun 2004-2006 .................................... 65 Tabel 4.6 Data Ringkasan Hasil SPSS 13.00 for windows ..................... 68 xii
  • 13. DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................... 40 Gambar 3.1 Statistik d Durbin Watson ................................................... 50 Gambar 4.1 Control Chart Biaya Perencanaan produk .......................... 59 Gambar 4.2 Control Chart Biaya Pemeliharaan Mesin ......................... 61 Gambar 4.3 Control Chart Biaya Inspeksi ............................................. 63 Gambar 4.4 Control Chart Biaya Pemeriksaan Distribusi Produk ........ 64 Gambar 4.5 Control Chart Produk Rusak .............................................. 66 Gambar 4.6 Normal P-P Plot of Regression Srandarized Residual ....... 67 Gambar 4.7 Scatterplot ........................................................................... 71 Gambar 4.8 Statistik d Durbin Watson dalam Penelitian ....................... 72 xiii
  • 14. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran Tabel Tabulasi Penelitian ....................................................... 81 Lampiran Hasil Analisis Statistik ( SPSS 13 ) ........................................ 82 Lampiran Data Produk Rusak dan Data Produk Jadi.............................. 88 Lampiran Data Biaya Perencanaan Produk dan Data Biaya Pemeliharaan Mesin ............................................................... 89 Lampiran Data Biaya Inspeksi dan Biaya Pemeriksaan Distribusi Produk .................................................................................... 90 Lampiran Data Biaya Pencegahan dan Data Biaya Penilaian................. 91 Lampiran Bagan Struktur Organisasi...................................................... 92 Lampiran Surat Keterangan Penelitian ................................................... 93 xiv
  • 15. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Salah satu usaha yang dilakukan perusahaan agar dapat bersaing adalah meningkatkan kualitas hasil produksinya. Dengan hasil produksi yang berkualitas, maka diharapkan para pelanggan/konsumen akan tertarik dan membeli hasil produksi yang ditawarkan oleh perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2005: 5) kualitas adalah derajat atau tingkat kesempurnaan, dalam hal ini kualitas merupakan ukuran relatif dari kebaikan. Secara operasional, produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Untuk memenuhi harapan pelanggan tersebut dapat melalui atribut-atribut kualitas atau sering disebut dengan dimensi kualitas. Ada delapan dimensi kualitas, yaitu kinerja, estetika, kemudahan perawatan dan perbaikan, fitur, keandalan, tahan lama, kualitas kesesuaian dan kecocokan penggunaan. Untuk mencapai produk yang berkualitas, perusahaan harus selalu melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas produknya, sehingga akan diperoleh hasil akhir yang optimal. Kualitas yang meningkat akan mengurangi terjadinya produk rusak sehingga mengakibatkan biaya- biaya yang terus menurun dan pada akhirnya meningkatkan laba. Biaya yang 1
  • 16. 2 dikeluarkan dalam kaitannya dengan usaha peningkatan kualitas produk disebut biaya kualitas. Menurut Tjiptono dan Diana (2003: 34) biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Jadi, biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan. Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu biaya pencegahan, biaya deteksi/penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas. Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang dan jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar (pelanggan). Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan. Golongan biaya kualitas yang dikeluarkan untuk mencegah produk dari kerusakan adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian, sedangkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal tidak dikeluarkan untuk mencegah produk dari kerusakan karena biaya kegagalan dikeluarkan setelah produk itu jadi dan untuk memperbaharui produk yang rusak.
  • 17. 3 Menurut Hansen dan Mowen (2005: 13) biaya pencegahan dan biaya penilaian meningkat berarti menunjukkan jumlah unit produk rusak menurun dan sebaliknya jika biaya pencegahan dan biaya penilaian menurun menunjukkan jumlah unit produk rusak meningkat. Di lain pihak, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal naik jika jumlah unit produk rusak meningkat dan sebaliknya biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal turun jika jumlah unit produk rusak turun. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pencegahan dan biaya penilaian berpengaruh terhadap produk rusak sedangkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal dipengaruhi oleh unit produk rusak. Sedangkan menurut Feigenbaum (1992: 104) kenaikan dalam biaya pencegahan mengakibatkan turunnya kecacatan, yang pada gilirannya mempunyai efek positif pada biaya penilaian karena turunnya kecacatan berarti menurunnya kebutuhan akan aktivitas-aktivitas pemeriksaan dan pengujian yang rutin. Dari pendapat Feigenbaum dapat dipahami bahwa biaya pencegahan berpengaruh negatif terhadap produk rusak sedangkan biaya penilaian berpengaruh positif terhadap produk rusak. Hal ini dikarenakan biaya pencegahan dan biaya penilaian dikeluarkan sebelum terjadinya produk rusak sehingga dapat mempengaruhi besarnya jumlah produk rusak. Dengan demikian biaya kualitas dapat dipakai oleh perusahaan sebagai pengukur keberhasilan program perbaikan kualitas. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan perusahaan yang harus selalu memantau dan melaporkan kemajuan dari program perbaikan tersebut. Apabila suatu perusahaan ingin
  • 18. 4 melakukan program perbaikan kualitas, maka perusahaan harus mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan pada masing-masing dari keempat kategori biaya dalam sistem pengendalian kualitas (Gaspersz, 2005: 172). Untuk itu suatu perusahaan perlu membuat laporan biaya kualitas. Informasi yang ada dalam laporan biaya kualitas secara garis besar memberikan manfaat (1) Sebagai alat untuk mengukur kinerja (2) Sebagai alat analisis mutu proses (3) Sebagai alat pemprograman (4) Sebagai alat penganggaran yaitu untuk membuat anggaran pengeluaran dalam mencapai program pengendali mutu (5) Sebagai alat peramal yaitu untuk mengevaluasi dan menjamin prestasi produk dalam memenuhi persaingan pasar (Feigenbaum, 1992: 119). CV. Menara Kudus merupakan salah satu unit usaha dari Menara Group yang bergerak di bidang percetakan, penerbitan dan toko buku. Perusahaan didirikan pada tahun 1951 ini, dalam pertumbuhannya mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya cabang-cabang atau kantor perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia. Perkembangan yang pesat ini menunjukkan bahwa pemasaran produk CV. Menara Kudus cukup luas, yang berarti juga bahwa volume produksi yang tinggi mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang percetakan, penerbitan dan toko buku, CV. Menara Kudus mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan dunia pendidikan. Hal ini menjadi salah satu tujuan perusahaan yang mendapatkan perhatian khusus, dimana perusahaan merasa mempunyai
  • 19. 5 suatu tanggung jawab moral dalam keikutsertaannya pada masalah peningkatan kecerdasan masyarakat. Dengan demikian, perusahaan harus mampu menghasilkan produk berupa buku-buku yang berkualitas. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan bagian quality control yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Produk- produk yang berhasil diterbitkan antara lain: buku-buku untuk kepentingan umum, buku dan kitab untuk madrasah dan ponpes. Dalam proses produksinya, CV. Menara Kudus masih terdapat penyimpangan yaitu berupa produk rusak. Jika produk rusak tersebut jumlahnya terus meningkat maka dapat berdampak pada peningkatan harga pokok produksi per unit barang. Hal ini akan berdampak buruk pada tingkat persaingan di dunia usaha. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan harus dapat menekan jumlah produk rusak seminimal mungkin. Alternatif yang dapat digunakan perusahaan dalam mengendalikan jumlah produk rusak yaitu dengan mengeluarkan biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian. Dari hasil survei pendahuluan yang peneliti lakukan, jumlah produk rusak pada CV. Menara Kudus jumlahnya selalu berfluktuatif dalam setiap bulannya. Persentase produk rusak yang terjadi di CV. Menara Kudus yaitu antara 2% - 4% dari produk jadi (lihat tabel 1.1). Kecenderungan produk rusak dalam perusahaan ini adalah terletak di bagian finishing yaitu bagian lipat potong, cetakan dan pada saat penjilidan.
  • 20. 6 Tabel 1.1 Data Produk Jadi dan Produk Rusak Tahun 2004-2006 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Bulan P.Jadi P.Rusak % P.Jadi P.Rusak % P.Jadi P.Rusak % Januari 117900 4015 3,41 117881 3610 3,06 118030 3495 2,96 Februari 117830 3010 2,55 117865 3868 3,28 118066 4317 3,66 Maret 117862 3480 2,95 117875 3190 2,71 118043 3582 3,03 April 117872 3652 3,10 117989 3280 2,78 118032 4120 3,49 Mei 117852 3215 2,73 117968 3010 2,55 118042 4258 3,61 Juni 117882 3557 3,02 117996 3417 2,90 118023 3814 3,23 Juli 117797 3017 2,56 117986 3615 3,06 118072 4060 3,44 Agustus 117869 3757 3,19 117878 3865 3,28 118037 3546 3,00 September 117865 3456 2,93 117943 3822 3,24 118040 3318 2,81 Oktober 117880 3386 2,87 117974 3690 3,13 118029 3970 3,36 November 117835 4574 3,88 117977 3782 3,21 118037 3254 2,76 Desember 117852 4970 4,22 117980 3920 3,32 118042 3120 2,64 Sumber: Data produk jadi dan produk rusak CV. Menara Kudus yang diolah. Produk yang dikategorikan rusak oleh CV. Menara Kudus sudah dibuat laporan tersendiri yang menyajikan jumlah produk rusak yang telah diproduksi pada setiap kali proses produksi. Laporan ini digunakan sebagai evaluasi kinerja perusahaan yang terlepas dari konsep teoritis mengenai biaya kualitas. Namun walaupun sudah membuat laporan tersendiri mengenai jumlah produk rusak untuk setiap kali proses produksi, laporan produk rusak tersebut belum dapat dievaluasi untuk kepentingan manajemen perusahaan, untuk itu harus dibandingkan dengan penyebab produk rusak yaitu biaya kualitas. Pada dasarnya biaya kualitas dikeluarkan untuk mengurangi produk dari kerusakan. Perusahaan belum mempunyai laporan biaya kualitas yang disajikan secara tersendiri, meskipun perusahaan telah mengeluarkan sejumlah biaya yang dipergunakan untuk peningkatan kualitas. Biaya-biaya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas tersebut berasal dari anggaran total yang masih tersebar dalam laporan biaya produksi, biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
  • 21. 7 Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Produk Rusak pada CV. Menara Kudus”. 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap produk rusak baik secara simultan maupun parsial pada CV. Menara Kudus? 1.3 Penegasan Istilah Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang diteliti, sehingga jelas batas-batasnya, menghindari kesalahan-kesalahan dalam penafsiran judul skripsi, memudahkan dalam isi dan maknanya serta sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian. Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Biaya Kualitas Biaya kualitas (cost of quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya (Hansen dan Mowen, 2005: 7). Biaya kualitas dalam penelitian ini adalah komposisi biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari kegiatan perbaikan kualitas yang dapat mempengaruhi produk rusak di CV. Menara Kudus, terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian.
  • 22. 8 2. Produk Rusak Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik (Mulyadi, 1993: 324). 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap produk rusak baik secara simultan maupun parsial pada CV. Menara Kudus. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan dalam menyusun perencanaan dan pengendalian biaya kualitas, mengetahui tingkat penyimpangan produk yang terjadi, mengetahui pengaruh biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya deteksi/penilaian terhadap produk rusak. 2. Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai pengaruh biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya deteksi/penilaian terhadap produk rusak. 3. Bagi Pihak Lain Sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk pemecahan masalah yang terkait dengan biaya kualitas dan produk rusak.
  • 23. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Definisi Biaya Menurut Mulyadi (1993: 8) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut, yaitu : 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi. 2. Diukur dalam satuan uang 3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. 2.1.2 Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (1993: 14) biaya dapat digolongkan berdasarkan : 1. Obyek pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya, misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”. 2. Fungsi pokok dalam perusahaan 9
  • 24. 10 Dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: a. Biaya produksi Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut obyek pengeluarannya biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut juga biaya utama (primer cost). Sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik disebut pula biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi. b. Biaya pemasaran Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produksi. c. Biaya administrasi dan umum Biaya administrasi dan umum merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produksi (Mulyadi, 1993 : 14). 3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua:
  • 25. 11 a Biaya langsung (direct cost) Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b Biaya tidak langsung (indirect cost) Biaya tidak langsung merupakan biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (Mulyadi, 1993 : 15). 4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam hubunganya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi: a Biaya variabel Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. b Biaya semi variabel Biaya semi variabel merupakan biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. c Biaya semi tetap
  • 26. 12 Biaya semi tetap merupakan biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d Biaya tetap Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu (Mulyadi, 1993: 16). 5. Jangka waktu manfaat Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Pengeluaran modal (capital expenditure) Merupakan biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara depresiasi, diamortisasi atau deplesi. 2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) Merupakan biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut (Mulyadi, 1993: 17).
  • 27. 13 2.2 Kualitas 2.2.1 Definisi Kualitas Secara umum, beberapa pakar mendefinisikan kualitas sebagai berikut: 1 Philip B. Crosby Crosby berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian terhadap persyaratan (Suardi, 2003: 2). 2 W. Edwards Deming Deming berpendapat bahwa kualitas berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus (Suardi, 2003: 3). 3 Joseph M. Juran Juran berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan penggunaan (Suardi, 2003: 3). 4 K. Ishikawa Ishikawa berpendapat bahwa kualitas berarti kepuasan pelanggan (Suardi, 2003: 3). Kualitas menurut ISO 9000:2000 adalah derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan/keinginan. Maksud derajat atau tingkat adalah selalu ada peningkatan setiap saat. Sedangkan karakteristik berarti hal-hal yang dimiliki produk, yaitu: karakteristik fisik (elektrikal, mekanikal, biologikal), karakteristik perilaku (kejujuran, kesopanan), karakteristik sensori (bau, rasa) (Suardi, 2003: 3).
  • 28. 14 2.2.2 Dimensi Kualitas Menurut Hansen dan Mowen (2005: 5-6) produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam delapan dimensi berikut : 1. Kinerja (performance) Merupakan tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk. 2. Estetika (aesthetics) Berhubungan dengan penampilan produk serta jasa. 3. Kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceability) Berhubungan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk. 4. Fitur (features) Merupakan karakteristik produk yang berbeda secara fungsional dari produk-produk sejenis. 5. Keandalan (reliability) Merupakan probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi yang dimaksudkan dalam jangka waktu tertentu. 6. Tahan lama (durability) Merupakan umur manfaat dari fungsi produk. 7. Kualitas kesesuaian (quality of conformance) Merupakan ukuran mengenai apakah sebuah produk atau jasa telah memenuhi spesifikasinya.
  • 29. 15 8. Kecocokan penggunaan (fitnes for use) Merupakan kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsi- fungsi sebagaimana yang diiklankan. 2.2.3 Faktor-faktor mendasar yang mempengaruhi kualitas Menurut Feigenbaum (1992: 54-55) faktor-faktor mendasar yang mempengaruhi kualitas adalah sembilan bidang dasar yang sering disebut 9M, antara lain sebagai berikut : 1 Market (pasar) Pada masa sekarang pasar mempunyai lebih luas ruang lingkupnya dan bahkan secara fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang dan jasa yang ditawarkan. Dengan bertambah banyaknya perusahaan, pasar menjadi bersifat internasional dan bahkan mendunia. Akibatnya, setiap perusahaan harus saling bersaing meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. 2 Money (uang) Untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, perusahaan memerlukan adanya biaya. Biaya yang digunakan untuk usaha meningkatkan kualitas disebut biaya kualitas. 3 Management (manajemen) Manajemen yang berkualitas adalah manajemen yang mampu mengalokasikan tanggung jawab setiap manajer di bidangnya masing-masing secara tepat untuk mengoreksi penyimpangan dari standar kualitas yang telah ditentukan.
  • 30. 16 4 Men (manusia) Dengan adanya manusia yang mempunyai keahlian di bidangnya masing-masing, perusahaan akan merencanakan, menciptakan dan mengoperasikan berbagai sistem yang akan menjamin suatu hasil yang diinginkan. 5 Motivation (motivasi) Pemberian motivasi yang baik kepada para pekerja maka para pekerja bekerja dengan benar sesuai dengan yang diinginkan perusahaan, hal ini berakibat baik untuk peningkatan kualitas produksi perusahaan. 6 Material (bahan) Produk yang berkualitas akan diperlukan bahan yang berkualitas pula, maka dalam penyediaan bahan perlu diadakan pengujian yang lebih ketat. 7 Machines (mesin) dan mechanization (mekanisasi) Permintaan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya dan volume produksi untuk memuaskan pelanggan dalam pasar yang bersaing ketat telah mendorong penggunaan perlengkapan pabrik beserta mekanisasinya. 8 Modern information methods (metode informasi modern) Informasi pada saat sekarang ini merupakan hal yang sangat penting, misalnya informasi tentang tanggapan para pelanggan atas produk yang dihasilkan. Informasi tersebut harus segera diperoleh
  • 31. 17 perusahaan guna bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan metode informasi modern guna memperoleh informasi secara cepat dan akurat. 9 Mounting product requirements (persyaratan proses produksi) Kemajuan yang pesat di dalam kerumitan perekayasaan rancangan, yang memerlukan kendali yang jauh lebih ketat pada seluruh proses produksi, telah membuat “hal-hal kecil” yang sebelumnya terabaikan menjadi penting secara potensial. Meningkatnya kerumitan dan persyaratan-persyaratan prestasi yang lebih tinggi bagi produk telah menjadikan keamanan dan keterandalan produk. 2.3 Biaya Kualitas 2.3.1 Definisi Biaya Kualitas Menurut Blocher dkk (2000: 220) biaya kualitas adalah biaya- biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk yang berkualitas rendah dan dengan opportunity cost dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas. Ada beberapa definisi mengenai biaya kualitas yang lain yaitu : 1. Biaya kualitas didefinisikan sebagai biaya-biaya yang terjadi karena adanya kualitas yang rendah 2. Biaya kualitas adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan karena melakukan pekerjaan secara salah (doing things wrong).
  • 32. 18 3. Biaya kualitas adalah biaya yang dikeluarkan karena adanya aktivitas-aktivitas yang tidak diperlukan secara langsung untuk mendukung tujuan departemen. Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk mencapai suatu kualitas (Adnan, 2000: 119). Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kualitas produk. 2.3.2 Pengelompokan Biaya Kualitas Pada dasarnya biaya kualitas dapat dikategorikan ke dalam empat jenis, yaitu: 1. Biaya pencegahan adalah pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya cacat kualitas. Biaya pencegahan ini terdiri dari: a. Biaya pelatihan kualitas Biaya pelatihan kualitas adalah pengeluaran-pengeluaran untuk program-program pelatihan internal dan eksternal, yang meliputi upah dan gaji yang dibayarkan dalam pelatihan, biaya instruksi, biaya staf klerikal dan macam-macam biaya dan bahan habis pakai untuk menyiapkan pegangan dan manual instruksi. b. Biaya perencanaan kualitas
  • 33. 19 Biaya perencanaan kualitas adalah upah dan overhead untuk perencanaan kualitas, lingkaran kualitas, desain prosedur baru, desain peralatan baru untuk meningkatkan kualitas, kehandalan, dan evaluasi supplier. c. Biaya pemeliharaan peralatan Biaya pemeliharaan peralatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasang, menyesuaikan, mempertahankan, memperbaiki dan menginspeksi peralatan produksi, proses, dan sistem. d. Biaya penjaminan supplier Biaya penjaminan supplier adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan kebutuhan dan pengukuran data, auditing, dan pelaporan kualitas. 2. Biaya penilaian (deteksi) dikeluarkan dalam rangka pengukuran dan analisis data untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan spesifikasinya. Biaya-biaya ini terjadi setelah produksi tetapi sebelum penjualan. Biaya penilaian ini terdiri dari: a. Biaya pengujian dan inspeksi Biaya pengujian dan inspeksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menguji dan menginspeksi bahan yang datang, produk dalam proses dan produk selesai atau jasa. b. Peralatan pengujian
  • 34. 20 Peralatan pengujian adalah pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh, mengoperasikan atau mempertahankan fasilitas, software, mesin dan peralatan-peralatan pengujian atau penilaian kualitas produk, jasa atau proses. c. Audit kualitas Audit kualitas adalah gaji dan upah semua orang yang terlibat dalam penilaian kualitas produk atau jasa dan pengeluaran lain yang dikeluarkan selama penilaian kualitas. d. Pengujian secara laborat e. Pengujian dan evaluasi lapangan f. Biaya informasi Biaya informasi adalah biaya untuk menyiapkan dan membuktikan laporan kualitas. 3. Biaya kegagalan internal adalah biaya yang dikeluarkan karena rendahnya kualitas yang ditemukan sejak penilaian awal sampai dengan pengiriman kepada pelanggan. Biaya kegagalan internal ini terdiri dari : a. Biaya tindakan koreksi Biaya tindakan koreksi adalah biaya untuk waktu yang dihabiskan untuk menemukan penyebab kegagalan dan untuk mengkoreksi masalah. b. Biaya pengerjaan kembali (rework) dan biaya sisa produksi
  • 35. 21 Biaya pengerjaan kembali dan biaya sisa produksi adalah bahan, tenaga kerja langsung dan overhead untuk sisa produksi, pengerjaan kembali dan inspeksi ulang. c. Biaya proses Biaya proses adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang produk atau proses, pemberhentian mesin yang tidak direncanakan, dan gagalnya produksi karena ada penyelaan proses untuk perbaikan dan pengerjaan kembali. d. Biaya ekspedisi Biaya ekspedisi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempercepat operasi pengolahan karena adanya waktu yang dihabiskan untuk perbaikan atau pengerjaan kembali. e. Biaya inspeksi dan pengujian ulang Biaya inspeksi dan pengujian ulang adalah gaji, upah dan biaya yang dikeluarkan selama inspeksi ulang atau pengujian ulang produk-produk yang telah diperbaiki. 4. Biaya kegagalan eksternal merupakan biaya yang terjadi dalam rangka meralat cacat kualitas setelah produk sampai pada pelanggan dan laba yang gagal diperoleh karena diperoleh karena hilangnya peluang sebagai akibat adanya produk atau jasa yang tidak dapat diterima oleh pelanggan. Biaya kegagalan eksternal terdiri dari :
  • 36. 22 a. Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan adalah gaji dan overhead administrasi untuk departemen pelayanan kepada pelanggan (departemen ‘customer servis’) memperbaiki produk yang dikembalikan, cadangan atau potongan untuk kualitas rendah, dan biaya angkut b. Biaya penarikan kembali dan pertanggungjawaban produk Biaya penarikan kembali dan pertanggungjawaban produk adalah biaya administrasi untuk menangani pengembalian produk. c. Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan adalah margin kontribusi yang hilang karena pesanan yang tertunda, penjualan yang hilang dan menurunnya pangsa pasar (Blocher dkk, 2000: 220). Biaya kualitas bisa juga dikelompokkan sebagai biaya yang dapat diamati atau tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality costs) adalah biaya-biaya yang tersedia atau dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan, misalnya biaya perencanaan kualitas, biaya pemeriksaan distribusi dan biaya pengerjaan ulang . Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden costs)
  • 37. 23 adalah biaya kesempatan atau opportunitas yang terjadi karena kualitas produk yang buruk dan biasanya biaya opportunitas tidak disajikan dalam catatan akuntansi, misalnya biaya kehilangan penjualan, biaya ketidakpuasan pelanggan dan biaya kehilangan pangsa pasar (Hansen dan Mowen, 2005: 9). 2.3.3 Perilaku Biaya Kualitas Kualitas dapat diukur berdasar biayanya. Perusahaan menginginkan agar biaya kualitas turun, namun dapat mencapai kualitas yang lebih tinggi, setidak-tidaknya sampai dengan titik tertentu. Memang, jika standar kerusakan nol dapat dicapai, perusahaan masih harus menanggung biaya pencegahan dan penilaian. Suatu perusahaan dengan program pengelolaan kualitas yang dapat barjalan dengan baik, menurut pakar kualitas biayanya tidak lebih dari 2,5 % dari penjualan. Standar 2,5% tersebut mencakup biaya kualitas secara total sedangkan biaya untuk setiap elemen secara individual lebih kecil dari jumlah tersebut. Setiap organisasi harus menentukan standar yang tepat untuk setiap elemen secara individual. Anggaran dapat digunakan untuk menentukan besarnya standar biaya kualitas setiap elemen secara individual sehingga biaya kualitas total yang dianggarkan tidak lebih dari 2,5 % dari penjualan. Agar standar biaya kualitas dapat digunakan dengan baik perlu dipahami perilaku biaya kualitas sebagai berikut:
  • 38. 24 Perusahaan harus dapat mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya kualitas secara individual. Sebagian biaya kualitas bervariasi dengan penjualan, namun sebagian lainnya tidak. Agar laporan kinerja kualitas dapat bermanfaat, maka: 1. Biaya kualitas harus digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap dihubungkan dengan penjualan 2. Untuk biaya variabel, penyempurnaan kualitas dicerminkan oleh pengurangan rasio biaya variabel. Pengukuran kinerja dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut : a. Rasio biaya variabel pada awal dan akhir periode tertentu dapat digunakan untuk menghitung penghematan biaya sesungguhnya, atau kenaikan biaya sesungguhnya. b. Rasio biaya dianggarkan dan rasio sesungguhnya dapat juga digunakan untuk mengukur kemajuan ke arah pencapaian sasaran periodik. 3. Untuk biaya tetap, penyempurnaan biaya kualitas dicerminkan oleh perubahan absolut jumlah biaya tetap. Biaya kualitas dievaluasi dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan. Pembandingan biaya kualitas tetap menggunakan jumlah absolut biaya yang sesungguhnya dibelanjakan dengan yang dianggarkan. Sedangkan biaya kualitas variabel dapat dibandingkan dengan menggunakan persentase dari penjualan, atau jumlah rupiah biaya, atau kedua-duanya. Apabila
  • 39. 25 manajer terbiasa berhadapan dengan jumlah absolut atau jumlah rupiah, maka pendekatan yang terbaik adalah dengan membandingkan jumlah rupiah biaya dengan dilengkapi ukuran persentase. Perhitungan persentase ini dapat memberikan informasi pada manajemen mengenai seberapa baik standar biaya kualitas sebesar 2,5 % dapat tercapai (Tjiptono dan Diana, 2003: 42-43). 2.3.4 Analisis Biaya Kualitas Setelah biaya kualitas diidentifikasi dan disusun sesuai dengan kategori pengelompokannya, maka biaya kualitas dapat dianalisis untuk dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang sesuai. Proses analisis ini terdiri dari pemeriksaan setiap unsur-unsur biaya lain dan totalnya. Proses tersebut juga membandingkan operasi satu periode dengan periode sebelumnya. Dan pembandingan itu akan lebih berarti jika biaya kualitas tersebut dibandingkan dengan aktivitas lain dalam perusahaan. Disarankan agar biaya kualitas yang terlibat dikaitkan dengan sedikitnya tiga dasar volume yang berbeda. Dasar yang diseleksi tersebut dapat bervariasi, tergantung pada produk dan jenis pabrik untuk suatu bisnis tertentu. Contoh-contoh dasar volume yang harus dipertimbangkan adalah tenaga kerja langsung, tenaga kerja langsung yang produktif, biaya-bengkel masukan, biaya-bengkel keluaran, biaya-pembikinan keluaran, nilai yang dikontribusikan, unit-unit keluaran produktif yang ekuivalen, dan hasil penjualan bersih.
  • 40. 26 Kemudian untuk menunjukkan dengan tepat bidang-bidang yang patut mendapatkan prioritas tertinggi dari upaya kualitas, suatu rincian tentang keseluruhan biaya kualitas yang terlibat berdasarkan lini produk utama atau bidang aliran proses sering diperlukan (Feigenbaum, 1992: 112). Sedangkan menurut Gaspersz (2005: 168) perusahaan mengukur dan menganalisis biaya kualitas sebagai indikator keberhasilan program perbaikan kualitas, yang dapat dihubungkan dengan ukuran- ukuran biaya lain yaitu : 1. Biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan, semakin rendah nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin sukses. 2. Biaya kualitas dibandingkan dengan keuntungan, semakin rendah nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin sukses. 3. Biaya kualitas dibandingkan dengan harga pokok penjualan (cost of goods sold), diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total terhadap nilai harga pokok penjualan, dimana semakin rendahnya nilai ini menunjukkan semakin suksesnya program perbaikan kualitas. 2.3.5 Distribusi Optimal Biaya Kualitas 1. Pandangan Tradisional Pandangan tradisional mengasumsikan bahwa terdapat trade off antara biaya pengendalian dan biaya produk gagal. Ketika biaya
  • 41. 27 pengendalian meningkat, biaya produk gagal harus turun. Selama penurunan biaya produk gagal lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian, perusahaan harus terus meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit-unit yang cacat. Pada akhirnya akan dicapai suatu titik dimana setiap kenaikan tambahan biaya dalam usaha tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengurangan biaya produk gagal. Titik ini menggambarkan tingkat minimum total biaya kualitas, dan merupakan saldo optimal antara biaya pengendalian dan biaya produk gagal. Titik ini juga yang disebut sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima (acceptable quality level-AQL) (Hansen dan Mowen, 2005: 14). 2. Pandangan Kontemporer Dalam pandangan kontemporer, sudut pandang AQL yaitu adanya tingkat kualitas yang dapat diterima atau sebuah produk dikatakan cacat jika karakteristik kualitasnya berada diluar batas toleransi tidak berlaku lagi. Dalam pandangan ini digunakan model cacat nol (zero defect). Model ini menyatakan bahwa dengan mengurangi unit cacat hingga nol maka akan diperolah keunggulan biaya. Perusahaan yang menghasilkan semakin sedikit produk cacat akan lebih kompetitif daripada perusahaan yang menggunakan model AQL. Model cacat nol kemudian disempurnakan lagi dengan model mutu kaku (robust quality model). Menurut model ini, kerugian terjadi karena diproduksinya
  • 42. 28 produk yang menyimpang dari nilai target, dan semakin jauh penyimpangannya semakin besar kerugian. Selain itu kerugian masih mungkin terjadi meskipun deviasi masih dalam batas toleransi spesifikasi. Dengan kata lain, variasi spesifikasi ideal adalah merugikan dan batas toleransi tidak menawarkan manfaat apapun. Model cacat nol menekan biaya kualitas dan dengan demikian menawarkan penghematan baik dalam biaya maupun pekerjaan mutu yang berlebihan (Hansen dan Mowen, 2005: 14). 2.4 TQM (Total Quality Management) 2.4.1 Definisi dan Prinsip Total Quality Management Procter dan Gamble mendefinisikan tentang manajemen kualitas total (Total Quality Management) sebagai upaya yang dilakukan secara terus menerus oleh setiap orang dalam organisasi untuk memahami, memenuhi dan melebihi harapan pelanggan (Blocher dkk, 2000:209). Dari definisi itu, terdapat tiga prinsip inti dari TQM yaitu merupakan proses yang : 1 Berfokus pada pelanggan TQM dimulai dengan mengidentifikasi pelanggan perusahaan dan kebutuhan mereka. Setiap orang dalam suatu proses atau organisasi merupakan pelanggan bagi orang lain, baik di dalam maupun di luar organisasi. Proses TQM dimulai dengan mengidentifikasi persyaratan dan harapan. Ini merupakan dasar untuk membuat
  • 43. 29 spesifikasi yang dibutuhkan untuk setiap keberhasilan pelanggan internal. Perusahaan dapat melayani pelanggan eksternal dengan baik, jika perusahaan benar-benar bisa memenuhi kebutuhan dari setiap pelanggan internal. 2 Berusaha keras untuk melakukan perbaikan secara terus menerus Dengan adanya persaingan di pasar global dan harapan pelanggan yang selalu berubah, maka perusahaan perlu untuk selalu melakukan perbaikan kualitas secara terus menerus. 3 Melibatkan seluruh kekuatan kerja Perusahaan dapat memenuhi permintaan dari pelanggan eksternalnya hanya jika setiap pelanggan internal dalam proses dapat memuaskan pelanggan dibawahnya. Kegagalan dalam proses dapat mengakibatkan pada produk atau jasa cacat yang menyebabkan ketidakpuasan pelanggan. Untuk itu keterlibatan total dari seluruh kekuatan kerja dalam proses diperlukan untuk mencapai kualitas total. 2.4.2 Pedoman Pengimplementasian TQM Dalam jangka waktu tiga tahun, ada 11 tahapan dalam melaksanakan TQM (Blocher dkk, 2000: 211) yaitu: 1. Tahun Pertama a Membentuk dewan dan staf kualitas Pelaksanaan TQM memerlukan kerjasama dan usaha terbaik dari semua unit organisasi. Keberhasilan TQM membutuhkan
  • 44. 30 ketegasan dan kepemimpinan secara aktif dari CEO (Chief Executive Officer) dan para manajer senior. Dewan kualitas harus memasukkan tim manajemen puncak dengan CEO sebagai ketuanya. Dewan ini mempunyai fungsi utama untuk mengembangkan misi kualitas dan menyatakan visi, tujuan perusahaan secara keseluruhan dan strategi jangka panjang. b Melakukan progam perbaikan kualitas eksekutif Untuk meyakinkan ketetapan manajer senior dan dukungan secara terus menerus terhadap TQM, perusahaan perlu melaksanakan progam pelatihan kualitas eksekutif. Fungsi dari progam ini adalah (1) Meningkatkan kepedulian manajemen senior tentang pentingnya fokus dan dukungan serta terus menerus terhadap perbaikan kualitas (2) Menciptakan pengetahuan umum berdasarkan kualitas total dan (3) Menentukan harapan dan sasaran atau tujuan. c Melakukan audit kualitas Dengan audit kualitas memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, mengembangkan rencana perbaikan kualitas strategik dalam jangka panjang dan mengidentifikasi peluang perbaikan kualitas terbaik bagi perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. d Membuat analisis penyimpangan
  • 45. 31 Dengan analisis penyimpangan, memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi target peningkatan kualitas dan memberikan data obyektif untuk mengembangkan peningkatan kualitas strategik. e Mengembangkan rencana perbaikan kualitas strategik Hasil dari analisis penyimpangan dan tujuan untuk perbaikan kualitas menjadi dasar untuk mengembangkan rencana strategik jangka pendek dan jangka panjang untuk menentukan prioritas dalam perbaikan kualitas. 2. Tahun Kedua a. Melakukan progam pelatihan dan komunikasi karyawan Progam pelatihan karyawan merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan komitmen manajemen terhadap kualitas total dan memberikan keahlian pada para karyawan untuk mencapai kualitas total. Progam ini berperan penting dalam keberhasilan progam peningkatan kualitas. b. Menyusun tim kualitas Tim kualitas biasanya terdiri dari manajemen produk, teknisi, tenaga produksi, perwakilan dari pelayanan pelanggan dan akuntan manajemen. Tim ini menjadi kekuatan utama untuk mencapai kualitas, mengimplementasikan dan memonitor progam kualitas, dan melakukan perbaikan secara terus menerus.
  • 46. 32 c. Menciptakan sistem pengukuran dan menentukan tujuan Faktor yang sangat penting untuk keberhasilan TQM adalah adanya ukuran yang benar-benar mencerminkan kebutuhan dan harapan pelanggan baik internal maupun eksternal. Sistem pengukuran yang baik bisa memantau TQM membutuhkan pengembangan sistem akuntansi yang baru, karena sistem akuntansi tradisional memecah-mecah informasi data kualitas ke dalam rekening-rekening yang banyak sekali. Sistem pengukuran yang baik juga harus membuat semua karyawan mengetahui perkembangan yang telah dicapai menuju kualitas total dan perbaikan lain yang dibutuhkan. 3. Tahun Ketiga a. Merevisi sistem, kompensasi/penilaian/pengakuan Penghargaan dan pengakuan merupakan alat terbaik untuk meningkatkan tekanan pada TQM. Usaha dan perkembangan TQM akan dapat diperoleh, jika perusahaan melakuan perubahan dalam sistem kompensasi atau penilaian/pengakuan. b. Meluncurkan inisiatif eksternal dengan para eksternal Usaha-usaha TQM harus meliputi sistem bisnis secara keseluruhan, mulai dari bahan baku sampai dengan konsumen akhir. Beberapa perusahaan yang menerapkan TQM dengan sukses, pada umumnya menggunakan supplier yang berkualitas, yaitu dengan:
  • 47. 33 1) Menurunkan jumlah supplier Dengan menurunkan supplier, menurunkan pula variasi dalam kualitas, meningkatkan komitmen supplier, dan memperbaiki efisiensi pengguaan sumber daya perusahaan. 2) Memiliki supplier tidak hanya berdasarkan pada harga, kemampuan, kesediaan untuk memperbaiki kualitas, biaya, dan fleksibilitas, tetapi juga dedikasi mereka terhadap perbaikan secara terus menerus. 3) Menciptakan hubungan jangka panjang dengan para supplier sebagai partner kerja. 4) Melakukan spesifikasi secara tepat tentang harapan supplier dan memastikan konsistensi pengiriman dari supplier. c. Review dan revisi Semua karyawan, diarahkan oleh dewan kualitas dan tim kualitas, harus mereview perkembangan kualitas dan menilai kembali usaha perbaikan kualitas minimal setahun sekali. 2.4.3 Peran dan Tantangan TQM bagi Akuntansi Manajemen 1. Peran TQM Peran akuntansi manajemen kualitas total (TQM) yaitu: a. Mengumpulkan semua informasi kualitas yang relevan. b. Berpartisipasi secara aktif dalam semua fase progam kualitas. c. Mereview serta menyebarkan laporan biaya kualitas.
  • 48. 34 Sistem manajemen kualitas yang dikembangkan tanpa keterlibatan yang aktif dari akuntansi manjemen bisa gagal untuk merealisasikan potensinya. Terlalu sering suatu perusahaan memasukkan biaya kualitas dalam rekening yang berbeda-beda dan tersebar pada produk, pemasaran, teknik dan pelayanan/jasa. Dampak dan manfaat biaya-biaya ini akan hilang karena perusahaan mengalokasikan secara seimbang. Akibatnya perusahaan kurang memperhatikan biaya kualitas dan dampak kualitas terhadap kinerja keuangan. Dengan pelatihan dan keahlian yang dimiliki dalam hal analisis, pengukuran dan pelaporan informasi, akuntan manajemen dapat membantu merancang dan melakukan pengumpulan informasi kualitas secara komprehensif, melakukan pengukuran dan merancang sistem pelaporan. Akuntansi manajemen dapat memperbaiki manajemen kualitas total (TQM) dengan cara mengintegrasikan informasi biaya kualitas ke dalam sistem pengukuran dan pelaporan manajemen yang sudah ada. Integrasi ini membantu memberikan perhatian secara konstan dan terus menerus dalam rangka memperbaiki kualitas dengan cara melakukan pengukuran, pelaporan dan evaluasi terhadap kualitas secara reguler merupakan aktivitas rutin daripada harus melakukan upaya khusus yang akan dihentikan jika sudah tidak diperlukan lagi (Blocher dkk, 2000: 234).
  • 49. 35 2. Tantangan TQM Untuk menghadapi tantangan terhadap manajemen kualitas total (Total Quality Management), akuntan manjemen perlu memahami secara jelas tentang metodologi TQM. Mereka harus dapat mendesain, menciptakan atau memodifikasi sistem informasi untuk mengukur dan memonitor kualitas dan mengevaluasi perkembangan kualitas total seperti yang diharapkan oleh setiap unit organisasi dan perusahaan secara keseluruhan. Beberapa tugas yang berkaitan dengan hal tersebut adalah sebagai berikut : a. Menentukan rekening mana yang banyak berisi data untuk TQM. b. Melakukan reorganisasi dan restrukturisasi pada sistem akuntansi yang ada untuk mendapatkan data biaya kualitas yang lengkap dan akurat. c. Merevisi bagian rekening untuk mencerminkan setiap kategori biaya kualitas. Sistem akuntansi tradisional seringkali gagal untuk menghubungkan biaya dengan aktivitas. Akibatnya, tim kualitas tidak memiliki informasi yang diperlukan dan siap pakai untuk memfokuskan pada permasalahan kualitas. Akuntan manajemen perlu menghubungkan biaya kualitas dengan aktivitas sehingga tim kualitas dapat memfokuskan usaha mereka secara tepat untuk memastikan keberhasilan usaha-usaha TQM. Salah satu
  • 50. 36 pendekatan yang bisa dilakukan adalah menerapkan teknik-teknik dari activity based costing ke dalam TQM sehingga cost driver untuk biaya kualitas dapat diidentifikasi dengan jelas (Blocher dkk, 2000: 235). 2.5 Produk Rusak Produk rusak atau product defects merupakan elemen penting yang dapat dianalisis oleh perusahaan ketika membaca laporan biaya kualitas. Perusahaan sering mengabaikan hal tersebut dan lebih memfokuskan pada perputaran biaya-biaya antar bagian atau departemen sehingga ketika laporan biaya kualitas dinyatakan, maka seringkali persentase produk rusak terhadap biaya kualitas total menjadi sangat signifikan. Produk rusak yang terjadi selama proses produksi mengacu pada produk yang tidak dapat diterima oleh konsumen dan tidak dapat dikerjakan ulang. Produk rusak adalah produk yang tidak sesuai standar mutu yang telah ditetapkan secara ekonomis tidak dapat diperbaharui menjadi produk yang baik (Mulyadi, 1993: 324). Menurut pandangan tradisional produk dinyatakan cacat atau rusak apabila kriteria produk tersebut terletak diluar batas atas dan batas bawah dari batasan spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi yang dimaksud adalah kriteria yang harus dipenuhi produk tersebut dalam memenuhi kemampuannya, untuk berfungsi sebagaimana mestinya produk dibuat. Maka suatu produk dinyatakan rusak apabila produk tersebut tidak memenuhi spesifikasinya (Hansen dan Mowen, 2005: 7).
  • 51. 37 Dari definisi di atas dapat diambil intisari bahwa produk yang rusak adalah produk yang tidak sesuai spesifikasi sehingga tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan, tidak dapat dikerjakan ulang (rework) dan memiliki nilai jual yang rendah sebagai nilai sisa (disposal value). 2.6 Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Produk Rusak Biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan kualitas barang disebut dengan biaya kualitas. Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu biaya pencegahan, biaya deteksi/penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal (Tjiptono dan Diana, 2003: 36). Dari keempat golongan biaya kualitas tersebut yang mempengaruhi produk rusak adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian. Sedangkan biaya kegagalan internal dan biaya kagagalan eksternal merupakan golongan biaya kualitas yang dipengaruhi oleh produk rusak. Menurut Hansen dan Mowen (2005: 13) biaya pencegahan dan biaya penilaian meningkat berarti menunjukkan jumlah unit produk rusak menurun dan sebaliknya jika biaya pencegahan dan biaya penilaian menurun menunjukkan jumlah unit produk rusak meningkat. Di lain pihak, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal naik jika jumlah unit produk rusak meningkat dan sebaliknya biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal turun jika jumlah unit produk rusak turun. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pencegahan dan biaya penilaian berpengaruh terhadap produk rusak sedangkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal dipengaruhi oleh jumlah unit produk rusak.
  • 52. 38 Menurut Feigenbaum (1992: 104) kenaikan dalam biaya pencegahan mengakibatkan turunnya kecacatan, yang pada gilirannya mempunyai efek positif pada biaya penilaian karena turunnya kecacatan berarti menurunnya kebutuhan akan aktivitas-aktivitas pemeriksaan dan pengujian yang rutin. Dari pendapat Feigenbaum dapat dipahami bahwa biaya pencegahan berpengaruh negatif terhadap produk rusak sedangkan biaya penilaian berpengaruh positif terhadap produk rusak. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian dapat mempengaruhi jumlah unit produk rusak. Biaya pencegahan mempunyai pengaruh negatif terhadap produk rusak, sedangkan biaya penilaian mempunyai dua kemungkinan pengaruh terhadap jumlah unit produk rusak, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. 2.7 Kerangka Berfikir Produk rusak adalah produk yang tidak sesuai standar mutu yang telah ditetapkan secara ekonomis tidak dapat diperbaharui menjadi produk yang baik (Mulyadi, 1993: 324). Produk rusak merupakan elemen penting bagi perusahaan agar dapat bersaing dalam bisnis yang global ini. Upaya perbaikan dan peningkatan terhadap kualitas produk menyebabkan semakin tingginya biaya yang dikeluarkan. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengurangi adanya produk rusak adalah biaya kualitas. Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang dikeluarkan karena terjadi atau mungkin akan terjadi kualitas yang buruk (produk rusak). Biaya kualitas
  • 53. 39 dikelompokkan menjadi empat, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Biaya-biaya kualitas yang dikeluarkan untuk menjaga produk dari kerusakan adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian, sedangkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal tidak dikeluarkan untuk menjaga produk dari kerusakan. Karena pada dasarnya biaya kegagalan dikeluarkan setelah produk itu jadi dan untuk memperbaharui produk yang rusak. Pengakuan bahwa kegagalan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi akan menimbulkan biaya tinggi. Oleh sebab itu, perusahaan terdorong untuk selalu meningkatkan kualitas produk sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan menjadikan produk rusak (zero defect). Menurut Hansen dan Mowen (2005: 7) peningkatan biaya kualitas khususnya biaya pencegahan dan biaya penilaian akan mengurangi produk dari kerusakan. Hal ini mempunyai arti bahwa jika perusahaan meningkatkan biaya pencegahan dan biaya penilaian akan mengurangi produk rusak. Sedangkan menurut Feigenbaum (1992: 104) peningkatan biaya pencegahan dan penurunan biaya penilaian akan mengurangi produk rusak. Dengan demikian perusahaan dapat mengetahui bagaimana pengaruh biaya kualitas khususnya biaya pencegahan dan biaya penilaian yang dikeluarkan dalam upaya pengendalian produk rusaknya. Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan pada gambar 2.1 sebagai berikut :
  • 54. 40 Biaya Pencegahan Biaya Produk Kualitas Rusak Biaya Penilaian Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 2.8 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih diuji kebenarannya. Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ada pengaruh yang signifikan antara biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap produk rusak baik secara simultan maupun parsial pada CV. Menara Kudus tahun 2004-2006.
  • 55. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan studi kasus pada CV. Menara Kudus. Data penelitian terdiri dari data mengenai biaya kualitas dan jumlah produk rusak pada perusahaan selama tiga tahun yaitu tahun 2004-2006 yang disajikan dalam bentuk bulanan. 3.2 Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada 2 macam variabel penelitian yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). 3.2.1 Variabel Bebas (X) Variabel X merupakan variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi terhadap suatu gajala (Arikunto, 2002: 97). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah biaya kualitas yang terdiri dari: 1. Biaya Pencegahan (X1) Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya pencegahan dalam penelitian ini adalah biaya pencegahan yang dikeluarkan oleh CV. Menara Kudus dari tahun 2004-2006 yang disajikan dalam bentuk bulanan dan dinyatakan dengan satuan rupiah. Biaya pencegahan ini terdiri dari biaya perencanaan produk dan biaya pemeliharaan mesin. 41
  • 56. 42 2. Biaya Penilaian (X2) Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk telah sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan pelanggan. Biaya penilaian dalam penelitian ini adalah biaya penilaian yang dikeluarkan oleh CV. Menara Kudus dari tahun 2004-2006 yang disajikan dalam bentuk bulanan dan dinyatakan dengan satuan rupiah. Biaya penilaian ini terdiri dari biaya inspeksi dan biaya pemeriksaan distribusi produk. 3.2.2 Variabel Terikat (Y) Variabel Y merupakan variabel yang diperkirakan akan timbul hubungan yang fungsional dengan variabel bebas (Arikunto, 2002: 97). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah produk rusak dari tahun 2004-2006 yang disajikan dalam bentuk bulanan dan dinyatakan dengan satuan unit. 3.3 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode untuk mendapatkan data atau bahan keterangan adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan sejarah berdirinya perusahaan, strutur organisasi perusahaan, data laporan biaya kualitas, jumlah produk jadi dan jumlah produk rusak pada CV. Menara Kudus dari tahun 2004-2006.
  • 57. 43 3.4 Metode Analisis Data Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. 3.4.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis yang menggunakan metode statistik untuk mengetahui pola sejumlah data penelitian, merangkum informasi yang terdapat dalam data penelitian dan menyajikan informasi tersebut dalam bentuk yang diinginkan. Tahap-tahap analisis deskriptif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi variabel penelitian, yaitu data biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan data produk rusak. 2. Melakukan pengolahan data penelitian dengan menggunakan grafik control chart yang terdapat dalam program SPSS 13.00 for windows untuk menganalisis biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan produk rusak. 3.4.2 Analisis Inferensial Analisis kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran atau penjumlahan (Nurgiyantoro, 2000: 27). Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh biaya kualitas terhadap produk rusak, dengan menggunakan :
  • 58. 44 1 Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi antara variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilihat dengan memperhatikan penyebaran data (titik) pada P-P Plot of Regression Standardized Residual melalui SPSS, dimana : - Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. - Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Ghozali (2005: 76) bahwa pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. 2 Regresi Berganda Regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X) biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian) terhadap variabel terikat (Y) produk rusak mengenai perubahan dari setiap peningkatan atau penurunan variabel bebas
  • 59. 45 yang akan mempengaruhi jumlah produk rusak pada CV. Menara Kudus. Rumus : Y = a + b1X1 + b2X2 +e Dimana: Y = Produk rusak A = Konstanta b1 - b2 = Koefisien regresi dari setiap variabel X1 = Biaya pencegahan X2 = Biaya penilaian e = Faktor error (Algifari, 2000: 93) Dalam penelitian ini, nilai-nilai dalam persamaan tersebut dicari melalui program SPSS. 3 Uji F (Uji simultan) Pengujian simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Rumus : JK reg / k F= JK res / (n - k - 1) ( Sudjana, 2002: 355) Dalam penelitian ini, nilai F tersebut dicari melalui program SPSS.
  • 60. 46 a. Merumuskan hipotesis uji F : Ho = b1b2 = 0, variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Ha = b1b2 ≠ 0, variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. b. Menentukan tingkat signifikansi ( α ) Tingkat signifikansi dalam penelitian ini adalah 5% artinya resiko kesalahan mengambil keputusan adalah 5% c. Pengambilan keputusan 1) Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka (Ho) diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.secara statistika dapat dibuktikan bahwa variabel biaya kualitas tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel produk rusak. 2) Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka (Ho) ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. 4 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan secara keseluruhan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi berganda. Nilai koefisien determinasi berada dalam rentang 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Jika R2 yang diperoleh mendekati 1
  • 61. 47 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2 mendekati 0 (nol) maka semakin lemah variasi variabel bebas menerangkan variabel terikat. Rumus : JK reg R2 = ∑ y i2 (Sudjana, 2002: 383) Dalam penelitian ini, nilai R2 tersebut dicari melalui program SPSS. 5 Uji t (Uji Parsial) Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini uji t dilakukan dengan menggunakan program SPSS. a. Merumuskan hipotesis uji t : Ho = b1b2 = 0, masing-masing variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Ho = b1b2 ≠ 0, masing-masing variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. b. Menentukan tingkat signifikansi ( α ) Tingkat signifikansi dalam penelitian ini adalah 5% artinya resiko kesalahan mengambil keputusan adalah 5%. c. Pengambilan keputusan
  • 62. 48 1) Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) maka (Ho) diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.secara statistika dapat dibuktikan bahwa variabel biaya kualitas tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel produk rusak. 2) Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) maka (Ho) ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. 6 r2 Parsial Menghitung r2 digunakan untuk mengetahui sejumlah sumbangan dari masing-masing variabel bebas, jika variabel lainnya konstan terhadap variabel terikat. Semakin besar nilai r2 maka semakin besar variasi sumbangannya terhadap variabel terikat. Perhitungan r2 dalam penelitian ini dilakukan dengan program SPSS. 7 Evaluasi Ekonometri Evaluasi ekonometri dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisa dalam penelitian memenuhi asumsi klasik atau tidak.
  • 63. 49 a. Uji Multikolinieritas Model regresi yang baik adalah model regresi yang variabel-variabel bebasnya tidak memiliki korelasi yang tinggi atau bebas dari multikolinieritas. Deteksi adanya gejala multikolinieritas dengan menggunakan Variance Inflaction Factor (VIF) dan tolerance melalui SPSS. Model regresi yang bebas multikolinieritas memiliki nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerence diatas 0,1 (Ghozali, 2005: 56). b. Heteroskedastisitas Uji heteroskesdastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan model karena varian gangguan yang berbeda antara satu observasi ke observasi lain. Untuk mengetahui gejala heteroskesdastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatter plot melalui SPSS. Model yang bebas dari heteroskesdastisitas memiliki grafik scatter plot dengan pola titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y (Ghozali, 2005: 70). c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series) atau ruang (data cross section). Deteksi gejala autokorelasi digunakan nilai Durbin Watson yang dihitung melalui SPSS. Jika nilai
  • 64. 50 Durbin Watson berada di daerah C (gambar 3.1), maka tidak ada autokorelasi (Gujarati, 2000 : 216) f (d) A B C D E d 0 dL dU 2 4 - dU 4 – dL 4 Gambar 3.1 Statistik d Durbin Watson. Keterangan gambar 3.1 : A = Daerah ketidaktahuan (ada autokorelasi positif). B = Daerah yang meragukan. C = Daerah meyakinkan (tidak ada autokorelasi) D = Daerah yang meragukan. E = Daerah ketidaktahuan (ada autokorelasi negatif)
  • 65. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berawal dari perjalanan hidup seorang yang produktif dan berdedikasi tinggi tak jarang memiliki pola pemikiran untuk mandiri. Itulah titik awal dirintis berdirinya percetakan dan penerbitan Menara Kudus, beliau adalah Bapak H. Zainuri Noor yang pada waktu itu menjabat sebagai Direktur percetakan H.M. Maskuri Kudus yang keseluruhan aktivitas produksinya dipusatkan di Jl. Sunan Kudus. Pada waktu Bapak H. Zaenuri Noor berperan sebagai Direktur atau pimpinan pada percetakan H.M. Maskuri Kudus, kemajuan percetakan tersebut dinilai semakin meningkat dan perkembangannya dapat dirasakan pesat sekali sehingga tak pelak lagi terbitlah suatu keinginan untuk mengadakan perluasan usaha. Gagasan ini timbul dari Bapak H. Zaenuri Noor berdasarkan kenyataan bahwa pengadaan barang hasil produksi jumlahnya relatif tidak mencukupi kebutuhan pasar. Disamping itu adanya sikap mental mendasari kewirausahaan dan kemandirian beliau memperkuat keinginan untuk melaksanakan niat tersebut. Perlu dijelaskan disisni bahwa percetakan H.M. Maskuri dimana Bapak H. Zaenuri Noor sesepuhnya yaitu Bapak H.M. Maskuri, jadi 51
  • 66. 52 nama percetakan H.M. Maskuri adalah berkaitan nama dari pengusahanya. Berkaitan dengan adanya hubungan keluarga antar pengusaha dan Direktur (Bapak H.M. Maskuri dan Bapak H. Zaenuri Noor sebagai mertua dan menantunya), maka rencana mengadakan perluasan usaha dapat dimusyawarahkan dengan lebih akrab sehingga diperoleh kesepakatan dan akhirnya doa restu diterima oleh Bapak H. Zaenuri Noor dalam mengembangkan jiwa kemandiriannya. Akan tetapi, kendala awal yang harus dihadapi oleh beliau adalah modal. Dengan semangat kerja dan kegigihan yang tak pernah padam ternyata banyak jalan yang dapat ditempuh, maka saat itu dipersiapkan data dan perijinan-perijinan yang diperlukan dalam perluasan usaha untuk diajukan sebagai permohonan pinjaman modal pada sebuah bank yaitu Bank Rakyat Indonesia cabang Kudus. Ternyata usaha beliau memperoleh tanggapan yang positif dari BRI Cabang Kudus dan pada tahun 1951 beliau memperoleh pinjaman modal sebesar Rp. 250.000,-. Keberhasilan memperoleh modal tersebut disampaikan pada Bapak H.M. Maskuri agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan yang direncanakan, akan tetapi kenyataannya justru ditolak. Hal ini mungkin Bapak H.M. Maskuri tidak berkenan menerima pinjaman modal dari orang lain ataupun pinjaman modal dari Bank. Meskipun modal hasil pinjaman dari bank tersebut ditolak namun berkat doa restu dari Bapak H.M. Maskuri, pada tahun 1952, Bapak H.
  • 67. 53 Zaenuri Noor bertekad memanfaatkan modal sebesar Rp. 250.000,-, tersebut untuk mendirikan percetakan sendiri yang menurut rencana akan berlokasi di Jalan Menara No. 2 Kudus. Adapun pinjaman modal sebesar Rp. 250.000,- tersebut berhasil untuk membeli 4 (empat) unit mesin, kertas, tinta dan bahan-bahan yang diperlukan dalam memenuhi usahanya. Adapun mesin-mesin yang dibeli antara lain: a. 1 (satu) unit mesin cetak PLANETA b. 2 (dua) unit mesin cetak merk HEIDELBERG (Letterpres) c. 1 (satu) unit mesin potong kertas. Dengan didapatkannya mesin dan peralatan yang diperlukan, berarti sebuah perusahaan telah beroperasi dan Bapak H. Zaenuri Noor juga telah mengelola usahannya, namun demikian perusahaan tersebut akan sulit dikenal oleh masyarakat apabila tanpa nama, oleh karenanya berhubungan lokasi yang ditetapkan sangat dekat dengan Masjid Menara Kudus, maka terpilihlah Masjid peninggalan Sunan Kudus tersebut menjadi nama perusahaan, yaitu percetakan Menara Kudus. Mengenai tenaga kerja yang mengawali usaha percetakan Menara Kudus adalah sebanyak 7 (tujuh) orang. Setelah perusahaan berjalan sekitar 5 tahun dan berhasil mengatasi segala permasalahan yang ada, baik itu mengenai hasil produksi maupun pemasarannya, maka dapatlah dirasakan adanya perkembangan yang mantap, sesuai rencana jangka panjang perusahaan
  • 68. 54 percetakan Menara Kudus harus diperluas lagi usahanya. Akhirnya pada tahun 1957 di Jalan H.M Subchan ZE No. 13 berdirilah perusahaan cabang percetakan Menara Kudus. Untuk menunjang terlaksananya aktifitas produksi pada perusahaan cabang tersebut, maka didatangkanlah mesin-mesin setengah pakai dari percetakan “BOOR” dari purwokerto dan dari Surakarta, mesin-mesin tersebut antara lain: a. 3 (unit) mesin cetak DIEGEL b. 4 (unit) mesin cetak SIENEL PRESS c. 1 (satu) unit mesin potong kertas. Percetakan Menara Kudus pada waktu itu dipimpin langsung oleh Bapak H. Zaenuri Noor sendiri dan bentuk badan usahanya adalah perusahaan perseorangan. Sejalan dengan produktifitas yang semakin meningkat dan jaringan pemasaran yang semakin luas, maka berubahlah bentuk badan usaha percetakan Menara Kudus dari perusahaan perseorangan menjadi Firma, yaitu Fa. Menara Kudus. Sedang yang duduk sebagai pimpinan atau direktur adalah Bapak H. Zaenuri Noor didampingi oleh ibu H. Zaenuri Noor sebagai wakilnya. Berdasarkan pada pengalaman kepemimpinannya, keuletan, kedisiplinan dan rasa optimismenya yang tinggi, akhirnya pada tahun 1963 percetakan Menara Kudus menambah peralatan antara lain: a. 5 (lima) unit mesin cetak DIEGEL b. 1 (satu) unit mesin potong kertas
  • 69. 55 Sejak bertambahnya mesin-mesin dan peralatan pada percetakan Menara Kudus hasil produksi dalam cetak mencetak dapat dikatakan mapan, disamping itu adanya perkembangan situasi pada permintaan pasar, maka kesempatan untuk mengembangkan usaha benar-benar terbuka lebar sehingga percetakan Menara Kudus pun berhasil menggandakan fungsinya yang hanya percetakan menjadi percetakan dan penerbitan. Demikianlah perjalanan usaha yang harus ditempuh oleh Bapak H. Zaenuri Noor setapak demi setapak untuk memajukan percetakan Menara Kudus. Adapun buku-buku yang berhasil diterbitkan antara lain: a. Buku-buku untuk kepentingan umum b. Buku dan kitab untuk kepentingan Madrasah dan pondok pesantren Untuk memperoleh ketepatan waktu dan meningkatkan kualitas, alternatif lain yang ditempuh percetakan Menara Kudus adalah dengan mengirim karyawan-karyawan tertentu untuk mengikuti tugas belajar ke berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan. Dengan adanya pengiriman karyawan tersebut diharapkan perusahaan akan lebih mampu mengimbangi laju persaingan yang semakin ketat. Disampig itu perusahaan juga perlu mengadakan modernisasi berbagai mesin-mesin dan peralatan sebagai penunjang tercapainya produktivitas yang setinggi-tingginya, oleh karenanya tahun 1970 percetakan Menara Kudus telah mendatangkan sebanyak 7 (tujuh) unit mesin dan peralatan yang dibutuhkan, antara lain:
  • 70. 56 a. 3 (unit) mesin cetak HEIDELBERGH b. 2 (dua) unit mesin potong kertas merk POLAR c. 1 (unit) kamera d. 1 (unit)mesin ketik IBM Mulai saat itulah, melalui produk andalannya percetakan Menara Kudus sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa Tengah khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, namun demikian perjalanan masih panjang harus ditempuh dan perjuangannya pun tidak akan pernah berhenti. Meskipun tersusun rencana dan strategi pengembangan usaha dimasa-masa berikutnya namun Tuhan Yang Maha Kuasa yang menentukannya. Pada tahun 1976 Bapak H. Zaenuri Noor telah dipanggil ke Rahmatullah dan percetakan Menara Kudus pun kehilangan figur seorang pemimpin yang dapat diandalkan. Saat ini CV. Percetakan dan Penerbitan Menara Kudus memiliki perwakilan dibeberapa kota, antara lain: a. Di Jakarta, Jl. Kramat II/54 A b. Di Yogyakarta, Jl. Ibu Ruswo 51 c. Di Malang, Jl. KH.A. Dahlan 12 d. Di Surabaya, Jl. Sasak 49-51 Sedangkan di Kota Kudus merupakan pusat produksi, memiliki 3(tiga) unit kerja, antara lain :
  • 71. 57 a. Unit I, Jl. Menara No. 2 Kudus Sebagai unit perkantoran dan pemasaran b. Unit II, Jl. H.M Subchan Z.E. No. 13 Kudus Sebagai unit produksi c. Unit III, Jl. Besito No. 35 Kudus Sebagai unit produksi 4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian 1. Identifikasi Biaya Kualitas Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas buruk. Jadi, biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan. Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Dalam penelitian ini biaya kualitas yang diteliti adalah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian. CV. Menara Kudus selama ini telah mengeluarkan biaya-biaya yang terkait dengan peningkatan kualitas meskipun belum disusun secara tersendiri ke dalam laporan biaya kualitas. biaya-biaya tersebut antara lain adalah biaya perencanaan produk, biaya pemeliharaan mesin, biaya inspeksi, biaya pemeriksaan distribusi produk, biaya pengawasan, biaya scrap, biaya rework, biaya