Proposal ini merupakan salah satu tugas mata kuliah dasar-dasar metodologi penelitian. Metode RRA biasanya digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam waktu terbatas.
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
KEMACETAN PENDIDIKAN
1. Proposal Penelitian Rapid Rural Apraisal (RRA)
“Dampak Kemacetan Lalulintas Kota Yogyakarta
terhadap Pendidikan Masyarakat Kota
Yogyakarta”
Matakuliah: Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu: Dr. Mami Hajaroh, M.Pd.
Disusun
oleh:
Yulia Fauzi 13110241012
KP A
PRODI KEBIJAKAN PENDIDIKAN
JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2. 2014
Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada sehingga saya mampu menyelesaikan proposal
penelitian RRA ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya dengan judul
“Dampak Kemacetan lalulintas Kota Yogyakarta terhadap pendidikan
masyarakat Kota Yogyakarta”.
Saya menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu Saya harapkan
demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata, Saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Yogyakarta ,27 Desember 2014
Penyusun
Yulia Fauzi
13110241012
2
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
A. JUDUL..............................................................................................................4
B. LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................4
C. IDENTIFIKASI MASALAH...........................................................................4
D. RUMUSAN MASALAH.................................................................................5
E. KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................6
F. ALUR BERFIKIR.............................................................................................8
G. HIPOTESIS......................................................................................................8
H. METODE PENELITIAN EVALUASI............................................................8
I. HASIL PENELITIAN........................................................................................9
J. REKOMENDASI..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
3
4. A. JUDUL
“Dampak Kemacetan Lalulintas Kota Yogyakarta terhadap Pendidikan
Masyarakat di Kota Yogyakarta”.
B. LATAR BELAKANG
Transportasi sebagai salah satu unsur terpenting manusia dalam
menjalankan aktivitasnya sehari-hari Terlebih lagi perannya diera pembangunan
ini diharapkan pekerjaan manusia menjadi lebih efektif dan efisien. Transportasi
mampu menjadi penghubung antara sektor-sektor yang terpisah dengan
mekanisme yang telah ditentukan.
Yogyakarta dengan berbagai macam daya tariknya mampu menghinoptis
siapapun yang pernah datang untuk kembali lagi ke kota kesultanan ini. Dengan
tingkat pertumbuhannya yang pesat, kota ini juga dikenal sebagai Kota Pelajar,
karena banyaknya pelajar atau mahasiswa luar kota yang menimba ilmu
diberbagai universitas dan institusi pendidikan terkemuka Yogyakarta. Hal ini
tentunya semakin menambah angka kepadatan masyarakat Yogyakarta.
Meningkatnya angka kepadatan mahasiswa di Yogyakarta juga
menambah padatnya kendaraan yang ada di Jogja. Jumlah kendaraan yang
melewati jalan-jalan utama semakin meningkat terutama kendaraan roda dua
sehingga daya tampung dari jalan-jalan tersebut melewati batas dan menyebabkan
mobilitas masyrakat , mahasiswa khususnya terhambat.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Setiap tahun ajaran baru Kota Yogyakarta akan terasa penuh sesak
dengan berdatangannya mahasiswa dari berbagai daerah. Padatnya lingkungan
pemukiman pun sudah tak dapat terelekan. Berdasarkan data yang saya peroleh
dari situs resmi Badan Pusat Statistik Provinsi D.I Yogyakarta terdapat 69.680
mahasiswa di 10 perguruan tinggi negeri.
4
5. Dengan meningkatnya dominasi jumlah mahasiswa di Jogja, betambah
pula jumlah kendaraan yang ada. Meskipun hingga saat ini belum dipastikan
berapa jumlah mahasiswa yang membawa kendaraan luar kota masuk kedalam
Yogyakarta, namun diperkirakan hampir 50% dari jumlah mahasiswa tersebut
membawa kendaraan pribadinya, khususnya roda dua.
Sementara itu, data Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
(DPPKA) DIY mencatat perkembangan jumlah kendaraan bermotor, khususnya
roda dua yang mengalami peningkatan ± 7 juta setiap tahunnya. Akibatnya,
kemacetan tak hanya terbentuk di pusat kota tapi menyebar hingga jalur lingkar
(ring road) Yogyakarta. Sembilan puluh persen dari kendaraan roda dua tersebut
lebih banyak digunakan oleh kalangan pelajar dan mahasiswa.
Kenyataannya, pada ruas-ruas jalan tertentu terjadi kemacetan panjang.
Salah satu contoh pada di Jalan Kaliurang km 6 tepatnya lampu merah Kentungan
dan dijalan Terminal Condong Catur. Hampir setiap hari pada pagi hari saat pergi
kerja, anak-anak sekolah dan para mahasiswa tentunya macet tidak dapat
dihindari. Dampaknya pun bisa langsung dilihat, seperti yang disebutkan oleh
Endah dalam kompasiana.com beberapa karyawan universitas terlambat sehingga
persiapan kelas perkuliahan terhambat. Selain itu mahasiswa yang terlambat juga
menjadi tidak konsen untuk mengikuti perkuliahan.
Kondisi yang seperti ini, kemacetan yang pasti ada disetiap ruas jalan
Yogyakarta harusnya memberikan masyarakat pilihan untuk menaiki angkutan
umum , asalkan angkutan umum tersebut memang layak, nyaman dan memiliki
jurusan kelokasi yang dituju penumpangnnya.
Pada tahun 2045 nanti dapat diperkirakan kemacetan yang ada semakin
menjadi-jadi hingga berdampak buruk pada pendidikan Kota Yogyakarta. Berjam
waktu terbuang sia-sia dijalanan, yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh
mahasiswa ataupun pelajar untuk belajar. Dengan 2 jam macet sudah bisa
membaca buku. Hal ini sungguh mengurangi pengertian transportasi yang efektif
dan efisien.
D. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas penulis merumuskan masalah:
5
6. 1. Bagaimana dampak kemacetan bagi pendidikan masyarakat Kota
Yogyakarta ?
2. Apa usaha untuk mengurangi kemacetan di Kota Yogyakarta ?
E. KAJIAN PUSTAKA
1. KEMACETAN
Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi.
Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan
sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total apabila kendaraan harus
berhenti atau bergerak lambat ( Ofyar Z Tamin, 2000).
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) definisi kemacetan
ialah tidak dapat bekerja dengan baik, tersendat, serat, terhenti dan tidak lancar.
Selain itu, Hoeve (1990) juga mengatakan bahwa “Kemacetan merupakan
masalah yang timbul akibat pertumbuhan dan kepadatan penduduk” sehingga arus
kendaraan bergerak sangat lambat. Masalah kemacetan akan timbul pada kota
yang penduduknya lebih dari 2 juta jiwa, seperti Jakarta, Medan, Bandung, dan
Jogyakarta. Macet terjadi hampir setiap saat ini memang membuat lalu lintas di
ibukota terasa begitu tidak nyaman bagi para pengguna jalan.
2. LALULINTAS
Pengertian mengenai lalu lintas menurut Undang-undang No 22 tahun
2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan,
sedang yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang
diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa
Jalan dan fasilitas pendukung. Dalam hal ini, kaitan antara kendaraan dan orang
dengan ruang lalu lintas jalan merupakan entitas yang keberadaannya selalu
berdampingan.
Pemerintah memiliki tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan
jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien
melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara berlalu lintas di
jalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu lintas, perioritas
menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan pengendalian arus di
persimpangan. Dalam kaitannya dengan hal ini sebenarnya peran pemerintah
6
7. dalam mengatur lalu lintas sudah optimal. Akan tetapi karena para pengguna jalan
yang semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu, sudah tentu menjadi
kewajiban bagi pemerintah untuk terus memberikan kontribusinya dalam
menyediakan suasana lalu lintas yang baik.
Boediningsih (2011) menyatakan bahwa “Kemacetan lalu lintas terjadi
karena beberapa faktor, seperti banyak pengguna jalan yang tidak tertib, pemakai
jalan melawan arus, kurangnya petugas lalu lintas yang mengawasi, adanya mobil
yang parkir di badan jalan, permukaan jalan tidak rata, tidak ada jembatan
penyeberangan, dan tidak ada pembatasan jenis kendaraan. Banyaknya pengguna
jalan yang tidak tertib, seperti adanya pedagang kaki lima yang berjualan di tepi
jalan, dan parkir liar. Selain itu, ada pemakai jalan yang melawan arus. Hal ini
terjadi karena kurangnya jumlah petugas lalu lintas dalam mengatasi jalannya lalu
lintas terutama di jalan-jalan yang rawan macet. Penyebab lainnya adalah
permukaan jalan yang tidak rata. Sebaiknya dilakukan perbaikan jalan agar jalan
kembali rata. Selain itu, jenis kendaraan yang lewat di jalan-jalan tertentu
sebaiknya ada pembatasan, misalnya untuk mobil truk tidak boleh melewati jalan
yang rawan macet pada jam-jam sibuk dengan tujuan untuk menghindari
kemacetan lalu lintas”.
3. PENDIDIKAN
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya, yaitu rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan
organisasi pendidikan . Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu ke
genarasi yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan
sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik (Tirtarahardja et al., 2005).
7
8. F. ALUR BERFIKIR
G. HIPOTESIS
Penulis menggunakan Hipotesis Asosiatif. Yakni :
• Adanya dampak kemacetan bagi pendidikan masyarakat Kota
Yogyakarta
• Adanya usaha untuk mengurangi kemacetan di Kota Yogyakarta
H. METODE PENELITIAN
Berdasarkan pada permasalahan yang diteliti, metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Masyhuri (2008: 34) menjelaskan bahwa penelitian yangbersifat deskriptif
merupakan penelitian yang memberi gambaran secermat mungkn mengenai suatu
individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.
8
Observasi Mencari Latar
belakang masalah
Membatasi
masalah yang ada
Studi pustakaKondisi saat ini
Penelitian ke
lapangan
Analisis masalah
dan Pembahasan
Rekomendasi
Kesimpulan
Masalah
9. Menurut Sugiyono (2011:14) metode penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian sebagai metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme; metode
yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu; teknik
pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan perhitungan teknik sampel
tertentu yang sesuai; pengumpulan data kuantitatif/statistik dengan tujuanuntuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat/mahasiswa Kota
Yogyakarta sekitar Jl. Kaliurang dan Jl.Terminal Condong Catur.
2. Subjek
Penelitian ini mengambil sampel pada masyarakat/mahasiswa Kota
Yogyakarta sekitar Jl.Kaliurang dan Jl.Terminal Condong Catur dan juga
mahasiswa yang sering terlambat karena macet. Mengingat jumlah
masyarakat/mahasiswa yang begitu banyak maka hanya mengambil
sampel acak saja yakni ±10 Orang.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Angket : Menyebar angket pada masyarakat/mahasiswa
Kota Yogyakarta sekitar Jl.Kaliurang dan Jl.Terminal Condong
Catur dan juga mahasiswa yang sering terlambat karena macet.
b. Observasi : melakukan observasi langsung kelapangan melihat
kondisi kemacetan lalulintas di Jl.Kaliurang dan Jl.Terminal
Condong Catur.
c. Wawancara : Melakukan wawancara langsung pada salah satu
sampel mengenai dampak kemacetan yang terjadi pada pendidikan
di Kota Yogyakarta.
I. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatlah data bahwa
Kota Yogyakarta mempunyai luas area sekitar 32,5 km2 dengan jumlah penduduk
500.000 jiwa. Kepadatan penduduknya sekitar 14.000 jiwa/km2 yang meningkat
hampir empat kali lipat di siang hari.
9
10. Masyarakat Kota Yogyakarta umumnya bekerja di sektor jasa dan
perdagangan. Sektor pertanian tidak terdapat di Kota Yogyakarta. Sektor
pertanian banyak terdapat di kabupaten lain di luar Kota Yogyakarta. Seperti di
Kulonprogo, Sleman, Bantul, serta Gunung Kidul. Namun di daerah Gunung
Kidul agak sulit untuk mengembangkan sektor pertanian karena di sana tanahnya
tandus.
Sebagai Ibukota Provinsi DIY, Kota Yogyakarta merupakan kota yang
sangat padat dan penuh dengan aktifitas baik pemerintahan DIY maupun aktifitas
masyarakat Kota Yogyakarta yang beragam. Selain itu kota Yogyakarta
merupakan salah satu tempat tujuan pariwisata baik dari dalam negri maupun
macanegara. Tak pelak ini menambah kepadatan kota Yogyakarta yang semakin
ramai.
Mengutip pendapat dari salah satu narasumber bahwa “ Jogja sudah
beda dari 20 tahun yang lalu, banyak berubahnya”. Saat ini kota Yogyakarta
sangat padat dan penuh sesak dengan segala kegiatan penduduknya yang semakin
bertambah banyak. Pertumbuhan penduduk Yogyakarta sepertinya semakin
banyak namun infrastruktur tidak dapat mengikuti pertumbuhan penduduk.
Selain sebagai tujuan pariwisata, kota Yogyakarta merupakan salah satu
kota pendidikan di Indonesia. Tak pelak jika saat ini banyak perguruan tinggi-
perguruan tinggi baru yang banyak muncul di Yogyakarta. Seiring dengan
banyaknya kemunculan perguruan tinggi- perguruan tinggi tersebut maka akan
semakin banyak calon mahasiswa yang akan datang ke kota Yogyakarta yang
senakin menambah sesak kota Yogyakarta. Kedatangan para mahasiswa dari
berbagai daerah biasanya juga menyertakan kendaraan pribadinya dari kota
asalnya. Keadaan ini semakin menambah padat kendaraan yang ada di jalan-jalan
kota Yogyakarta.
Kota Yogyakarta mempunyai 467 jalan, dengan panjang total 441 km
(DISHUB DIY, 2005). Jumlah total kendaraan bermotor di DIY sekitar 749.273
unit dan hampir semuanya bergerak ke kota Yogya pada siang hari. Di satu sisi
jumlah kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta akan terus meningkat, sementara
di sisi lain jumlah jalan relatif konstan. Maka bisa dipastikan bahwa lambat laun
daya dukung jalan akan tidak mencukupi untuk mendukung dan menampung
10
11. mobilitas kendaraan di Kota Yogyakarta. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya
kemacetan lalu lintas yang terjadi hampir setiap pagi, siang, sore, dan malam di
beberapa ruas jalan besar di Kota Yogyakarta, seperti terlihat di perempatan MM
UGM, perempatan Mirota Kampus, perempatan Tugu, perempatan Jalan
Magelang, depan Saphir square, bahkan di perempatan Condong Catur Ring Road
Utara.
Jalan yang ada tidak dapat menampung jumlah kendaraan yang menuju
kota pada saat yang bersamaan. Dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan
bermotor di Kota Yogyakarta (mencapai 8000 per bulan), bisa dipastikan
permasalahan transportasi perkotaan ini (kemacetan dan lain–lain) akan menjadi
semakin parah dan sukar diperbaiki. Kondisi jalan yang sudah tidak mendukung
lalu lintas transportasi semakin diperparah dengan penggunaan badan jalan
sebagai lahan parkir daerah perdagangan dan pedagang kaki lima (sebagaimana
tampak di beberapa ruas jalan).
Ketidakmampuan daya dukung jalan yang ada terhadap mobilitas
kendaraan bermotor, yang bermuara pada masalah seperti kemacetan tentunya
banyak membawa dampak negatif. Dampak negatif tersebut antara lain polusi
udara yang mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Dampak lain yang
ditimbulkan adalah pemborosan energi, waktu, dan biaya dari pengguna jalan
karena terjebak kemacetan. Selain itu, aktivitas belajar mengajar masyarakat juga
menjadi terganggu, tidak efektif dan efisien. Dampak lain berupa semakin
menurunnya kualitas dan kuantitas jalan karena dipaksa menampung beban yang
tidak dicukupi.
Kepadatan kendaraan di Yogyakarta ditambah lagi kurangnya kesadaran
akan pentingnya tertib berlalu lintas harusnya menjadi perhatian, pelanggaran pun
banyak terjadi hal ini ditunjukan dengan maraknya pengguna jalan yang
menerobos lampu merah, tidak sabar dijalan hingga terjadilan kemacetan yang
semakin parah.
Masalah kemacetan akan berdampak bagi berbagai sektor penting di
KotaYogyakarta, salah satunya sektor Pendidikan. Kota jogjayang memiliki
predikat kota pelajar lambat laun akan sirna jika pada kenyataannya pelajar
tersebut tidak menunjukan kapabilitasnya sebagai pelajar.
11
12. Pelajar dan mahasiswa yang tidak memiliki kesadaran akan tepat waktu
tentunya saat akan pergi kuliah sudah tidak keburu waktu dan tergesa-gesa. Jika
seluruh mahasiswa atau pelajar Jogja seperti ini tetunya kemacetan pasti terjadi.
Bertemu dalam waktu yang bersamaan, berlomba untuk cepat sampai tujuan tanpa
mematuhi aturan tataterlib berlalulintas yang baik.
Masyarakat yang terkena macet dijalanan menghabiskan kurang lebih 2
jam waktu dijalanan. Waktu ini terbuang sia-sia. Padahal, dengan 2 jam ini
masyarkat atau mahasiswa khususnya mampu menggunakannya untuk kegiatan
perkuliahan dan belajar. Kenyataannya, saat ini mahasiswa yang terlambat 15
menit datang kekelas sudah tidak boleh memasuki ruang perkuliahan, belum lagi
mereka yang energinya habis terkuras saat macet menjadi tidak konsen untuk
mengikuti kegiatan perkuliahan. Hal ini menjadi pengaruh buruk bagi peningkatan
kualiatas pendidikan di Yogyakarta. Mahasiswa yan sudah jauh-jauh dari kos
melawan kemacetan tapi harus pupus harapannya saat kelas perkuliahan sudah
bubar, dan ia pun tidak mendapatkan materi yang harusnya ia dapatkan didalam
kelas.
Selain itu, udara yang tidak stabil, polusi udara semakin memperkeruh
kondisi kemacetan. Udara pagi hari yang semestinya menghirup oksigen kedalm
tubuh, namun sudah tercemari asap-asa kendaraan bermotor. Suara klakson dari
pengemudi kendaraan pun menambah kebisingan lalulintas. Melihat kondisi yang
seperti ini, menjadi pengaruh buruk bagi mental dan kesehatan masyrakat.
Masyarakat atau mahasiswa khususnya menjadi arogan bahkan bertindak diluar
batasnya sebagai seorang mahasiswa. Dengan mental dan kesehatan yang tidak
sehat, kegiatan belajar mengajar yang akan dijalani pun menjadi tidak stabil.
Belum lagi kondisi jalan yang rusak, membuat mahasiswa yang terburu-buru
karena telat perkuliahan tidak hati-hati sehingga terjadilah kecelakaan.
Kecelakaan yang seperti ini mrupakan salah satu penyebab terjadinya kemacetan.
Kemacetan dengan jeda waktu yang lama berpotensi menimbulkan rasa
tidak nyaman, hal ini berdampak dampak pada menurunnya tingkat disiplin
berkendara utamanya pada pengendara sepeda motor yang menyebabkan keadaan
lalulintas yang kacau. Menurut data kepolisian polres Kota Yogyakarta angka
kecelakaan yang melibatkan pengendara sepeda motor didominasi oleh
12
13. pengendara sepeda motor sebagai pelaku (pemicu). Hal ini mengindikasikan
tingkat kelalaian berkendara yang relatif tinggi. Selain itu pelanggaran rambu
lalulintas juga marak terjadi diantaranya penyerobotan lampu merah, pelanggaran
marka jalan, dan penggunaan trotoar sebagai jalan.
J. REKOMENDASI
Berdasarkan penjelasan permasalahan yang terjadi di atas, perlu adanya
solusi agar kota Yogyakarta terbebas dari kemacetan. Berbagai solusi yang yang
seharusnya dilakukan antara lain :
1. Pelebaran Dan Penghalusan jalan
Pelebaran dan penghalusan jalan juga mempunyai sedikit kontribusi pada
permasalahan transportasi yang dihadapi Yogyakarta, dimana jalan yang sempit
akan menghambat laju transportasi sehingga mempunyai kemungkinan
menyebabkan kemacetan, begitu pula dengan kualitas jalan ( kualitas pengaspalan
jalan), misalnya jalan yang banyak berlubang juga akan menghambat laju
perjalanan kendaraan yang berakibat pada efektifitas perjalanan, selain itu juga
mempunyai resiko mengakibatkan kecelakaan. Dengan dilakukan pelebaran dan
penghalusan jalan, maka jalan akan dapat menampung jumlah kendaraan yang
lebih banyak dan lebih lancar, sehingga beban jalan dan permasalahan kemacetan
dapat dikurangi.
2. Kajian Rute Alternatif
Berkurangnya daya dukung jalan untuk mendukung arus transportasi yang
menyebabkan terjadinya masalah transportasi seperti kemacetan disinyalir
disebabkan antara lain masuknya kendaraan dalam jumlah besar pada waktu yang
sama ke jalan – jalan utama di yogyakarta. Oleh karena itu, untuk mengurangi
beban yang ditanggung oleh jalan – jalan utama, dan untuk mengurangi
kemacetan yang ditimbulkan, dapat dilakukan upaya pembukaan jalur alternatif
yang sebenarnya potensial dan selama ini mungkin kurang diminati
penggunaannya kemungkinan karena belum tersosialisasi dengan baik atau
kondisinya rusak (tidak rata dan berlubang) sehingga harus diperbaiki dan
disosialisasikan dengan lebih baik supaya dapat menarik pengguna jalan sehingga
13
14. penggunaan jalan dapat terdistribusi merata dan beban jalan utama dapat lebih
berkurang.
3. Penataan transportasi publik agar penggunaan kendaraan pribadi berkurang.
Sarana transportasi publik di Yogyakarta sudah lama terkenal tidak efektif, tidak
nyaman, tidak efisien dari segi waktu perjalanan dan lebih mahal daripada
menggunakan kendaraan pribadi. Selain itu trayek yang ada dipandang tidak
optimal karena terdapat banyak overlapping trayek yang juga bermuara pada
kemacetan jalan. Oleh karena itu penataan kembali transportasi publik di kota
Yogyakarta sangat perlu dilakukan agar masyarakat dapat kembali tertarik untuk
menggunakan transportasi publik, sehingga penggunaan kendaraan pribadi dapat
berkurang. Penataan ini dapat berupa perampingan dan pengaturan kembali trayek
agar lebih optimal,peremajaan armada bus ( sekaligus mengurangi polusi udara
yang diakibatkan asap buangan kendaraan lama yang terkenal kurang
perawatannya dan pada umumnya sudah berumur lama ), dan atau penambahan
jam operasional hingga malam hari (sehingga dapat menampung mobilitas
penumpang pada malam hari dan dapat mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi di malam hari).
4. Mahasiswa dan masyarakat harus disadarkan mengenai perlunya tertib
berlalulintas agar terciptanya efektif dan keefisiensian waktu dijalan.
5. Pemerintah harus membuat peraturan dan melakukan penertiban terhadap
kendaraan luar kota agar mengurangi kepadatan kendaraan yang dibawa dari luar
kota.
6. Memperbaiki serta memperbanyak sarana transportasi umum yang
memadai bagi masyarakat dan mahasiswa khusunya, karena sejauh ini, mahasiswa
memakai kendaraan pribadi karena kurangnya akses untuk menjangkau
transportasi publik yang telah disediakan.
7. Gencarnya melakukan sosialiasi akan transportasi umum, sosialissi ini tak
hanya dilakukan oleh pemerintah saja,tapi harus ada kerja sama dari semua
kalangan masyarakat Yogyakarta demi teciptanya Yogyakarta yang aman,
nyaman dan tentram.
14
15. DAFTAR PUSTAKA
1. BPS.(2012). Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis
tahun 1987-2012. Diunduh dari
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=17¬ab=12. Pada hari
Sabtu, 27 Desember 2014 pukul 09.08 WIB.
2. Endah N.Sulistyawati.(2010). Padatnya penduduk kota daerah istimewa
yogyakarta mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar
KBM. Diunduh dari
http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/17/padatnya-penduduk-
kota-daerah-istimewa-yogyakarta-mempengaruhi-proses-
kegiatan-belajar-mengajar-kbm-325393.html. Pada hari Sabtu
27 Desember 2014, pukul 10.46 WIB.
3. Esa.(2014). Puluhan ribu motor baru sesaki DIY tiap tahun. Diunduh
darihttp://jogja.tribunnews.com/2014/08/26/puluhan-ribu-motor-
baru-sesaki-diy-tiap-tahun/. Pada hari Sabtu, 27 Desember 2014
pukul 10.00 WIB.
4. Hoeve.(1990). Handbook of Perception and Action: Perception. Diedit
oleh Wolfgang Prinz,Bruce Bridgeman. Academic Press.24-28
oval Road, London NW1 7DX, UK.
5. Ihsan Fuad. (2005). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Pt Rineka Cipta.
6. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia ) edisi ketiga. Departemen
Pendidikan Nasional. Balai Pustaka.
7. Tamin, Ofyar Z.(2000). Perencanaan dan Pemodelan
Transportasi. ITB. Bandung.
8. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalulintas dan Angkutan
Jalan.
9. Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
15
16. 10. Widyawati Boediningsih, SH.,MH. (2011) Dampak Kepadatan Lalu
Lintas Terhadap Polusi Udara Kota Surabaya. Fakultas Hukum,
XX (20) : 120
16