Korupsi telah menjadi budaya yang meluas di perguruan tinggi. Nilai-nilai luhur yang seharusnya ditransformasikan kepada mahasiswa melalui pendidikan justru semakin merosot. Mahasiswa sering mengambil jalan pintas seperti menyontek atau membayar orang lain untuk mengerjakan tugas demi lulus, bahkan beberapa dosen terlibat dalam korupsi ini. Lemahnya pengawasan dan kuatnya budaya konsumtif ber
1. Ternyata Korupsi Berbudaya Dikampus
Secara historis, Manusia sebagai penerus tonggak estafet survivals of the fittest memaksanya
terus berpikir, bergerak dan berusaha demi kelangsungan hidupnya. Berburu, bercocok tanam
dan nomaden adalah beberapa contoh cara yang ditempuh manusia untuk memperoleh garansi
kesejateraan hidupnya ditengah-tengah dunia kehidupan (lebenswelt). Sampai manusia merasa
mampu memahami dirinya sebagai subjek, pada zaman renaisans manusia menjadi subjek atas
alam, sehingga manusia sebagai subjek ini mampu dan terus berusaha untuk menafsirkan dan
merubahnya atau merekayasa alam sedemikian rupa demi suatu tujuan yaitu untuk kelangsungan
hidup manusia sendiri.
Era modernisasi telah menghasilkan beberapa perubahan yang cukup signifikan dalam merubah
cara pandang, cara berfikir serta cara bertindak manusia (Pragmatis-rasional) dalam melakukan
interaksi baik antar sesama manusia maupun dengan lingkungannya. Teknologisasi dan birokrasi
amat kentara disini, bagaimana tidak untuk memenangkan persaingan manusia secara otomatis
dituntut untuk menguasai teknologi sebagai basic-nya dan birokrasi berperan sebagai jalan yang
harus ditempuh untuk mencapai pemuasan hasrat manusia itu sendiri. Tak terlalu melenceng
kiranya ungkapan manusia sebagai homo socius disini, ia memerlukan yang lain untuk bertahan
hidup dan memaksanya untuk berinteraksi dan saling memahami satu sama lain (bermasyarakat).
Interaksi merupakan transaksi kekuasaan intersubjektif maupun interpersonal sebagai modus
hasrat-hasrat berkuasa (will to power), sehingga lambat laun terciptalah sebuah system yang
mengatur proses interaksi didalam masyarakat tersebut supaya tercipta keharmonisan.
System bermasyarakat ditandai oleh adanya aturan sebagai otoritas yang mengatur setiap
interaksi individu dalam suatu ruang lingkup wilayah kekuasaan tertentu, dari pengaturan yang
kolektif sampai pengaturan yang individuatif. Sistem pengaturan tersebut berbeda disetiap
daerah tertentu dan pada waktu tertentu. Tetapi di era globalisasi saat ini media informasi
mendeteritori batasan wilayah tersebut seolah mengatasi ruang dan waktu. Arus deras informasi
ini masuk memlalui berbagai arah dan penjuru, sedangkan kemampuan memfiltrasi setiap
individu berbeda-beda bahkan mayoritas dari mereka tidak memiliki kemampuan ini. Padahal
setiap informasi yang masuk memiliki efek positif dan negatifnya. Akibatnya konsumerisme
menjadi hal yang niscaya. Ketika seseorang telah memiliki sikap instan, maka cara yang
ditempuhnya cenderung menghalalkan segala cara demi tujuannya tersebut dan dengan waktu
yang singkat.
Menyinggung fenomena korupsi yang sedang merebak saat ini sebagai manifestasi dari
kekeroposan suatu system, Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan yang sering kali dilakukan oleh pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri,
serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak
2. Korupsi adalah produk dari sikap hidup hedonistic suatu kelompok masyarakat, yang menilai
uang sebagai standar kebenaran dan sebagai sumber kekuasaan mutlak. Dampak dari korupsi
adalah terjadi ketimpangan antara si miskin dan si kaya dan menjadi semakin kentara. Orang-
orang kaya dan politisi korup bisa masuk kedalam golongan elit yang berkuasa dan sangat
dihormati. Mereka juga memiliki status sosial yang tinggi. Timbulnya korupsi disebabkan oleh
lemahnya otoritas nilai-nilai luhur yang menjadi standar kebenaran dalam ruang lingkup wilayah
tertentu. Lemahnya otoritas nilai luhur tersebut berpengaruh terhadap gaya hidup masyarakat.
Sebagai contoh, Pada masyarakat jawa dikenal budaya mbecek, upeti, patron-klien dan lain
sebagainya. Budaya-budaya tersebut boleh jadi dikatakan sebagai akar dari timbulnya korupsi di
kemudian hari.
Basic keperibadian bangsa Indonesia dilandasi oleh nilai luhur pancasila, Kampus adalah salah
satu media transformasi yang seyogyanya menjadi sarana penanaman sekaligus pemupukkan
nilai-nilai luhur tersebut kepada generasi penerus bangsa khususnya mahasiswa. Tetapi dalam
kenyataannya kampus tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik, nilai-nilai luhur
tersebut kian hari kian merosot atau gagal ditransformasikan. dan yang sangat memperihatinkan
yang semula kampus diidealkan sebagai sarana menimba ilmu sekarang ibarat pasar dimana
segala sesuatunya dapat dinominalkan dengan uang, seperti nilai dan ijazah yang
diperjualbelikan. Bentuk-bentuk penyimpangan moral yang tidak sesuai dengan nilai luhur
pancasila yang lazim terjadi dikampus ialah seperti sogokan (bribery), pemerasan (exstortion),
dan nepotisme.
Dalam proses belajar mengajar-baik dogmatis maupun kritis-dapat kita temui gejala-gejala
korupsi di bangku perkuliahan, ketika mahasiswa dihadapkan pada permasalahan yang harus
dipecahkan seperti dalam bentuk tugas misalnya terkadang kebanyakan dari mereka memilih
cara-cara pintas yang lebih hemat waktu yaitu dengan mengambil dari internet (copy paste)
kemudian disusun sesuai format yang telah ditentukan. Namun ada lagi yang lebih
memperihatinkan lagi, seorang mahasiswa rela mengeluarkan biaya dengan catatan ia
memperoleh apa yang ia inginkan (dikerjakan orang lain) dalam menyelesaikan tugasnya itu
termasuk skripsi. Permasalahannya sebenarnya tidak terletak pada jenis ataupun metoda yang
digunakan, tetapi terletak pada pelakunya termasuk dosen. Seorang dosen seyogyanya menjadi
fasilitator dan pemantau proses itu dilaksanakan. Sekali lagi kerutan dahi masih nampak di muka
ibu pertiwi, oknum-oknum dosen masih banyak terlibat pada kasus-kasus diatas.
Kejujuran saat ini menjadi barang langka dan pameo bagi setiap kalangan ,karena kejujuran
adalah is the best policy. Ada pandangan kalau kita jujur maka kita ‘ajur’ (rugi) hal ini terjadi
bagi kalangan pemerintah dimana mereka gencar melakukan kebohongan yaitu membohongi
rakyat dengan korupsi. Jika mereka mengungkapkan kebenaran maka rakyat tahu bagaimana
keboborokan pemerintah.Untuk itulah mereka bungkam untuk tidak mengatakannya.Hal ini juga
terjadi di dunia kampus kalau kita tidak menyontek,copy paste,bekerja sama dengan teman maka
kita adalah termasuk orang yang cupu.Untuk itu kita perlu gencar membudayakan jujur bagi
kalangan mahasiswa karena kita sebagai generasi muda yang memimpin massa depan.Akar
3. kebiasaan korupsi di kalangan pemerintah adalah karena kebiasaan mereka pada saat mahasiswa
melakukan perbuatan yang tidak jujur.
Lemahnya pengawasan dan derasnya arus informasi menyebabkan lunturnya nilai-nilai luhur
pada setiap individu menandakan lemahnya otoritas dari sebuah system yang ada. Semakin
tingginya afirmasi terhadap suatu system, maka tingkat resistensinya pun semakin besar. Lalu
pentingkah mana antara memiliki kemampuan mengenyam pendidikan tinggi dengan
kemampuan membayar biaya pendidikan tinggi?