SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Download to read offline
1
PENATALAKSAAN CLEFT AND PALATE
Disusun oleh :
Azis Aimaduddin.AI
Pembimbing(K)
Dr. Amru Sungkar, SpB. SpBP-RE
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RSUD DR. MOEWARDI
2
PENATALAKSANAAN CLEFT LIP PALATE
Penatalaksanaan kelainan celah bibir dan celah langit-langit memerlukan penanganan
berbagai multidisiplin. Hal ini merupakan masalah yang kompleks, variatif, memerlukan waktu
yang lama, serta membutuhkan berbagai ilmu dan tenaga ahli, di antaranya dokter bedah
plastik, dokter anak, dokter bedah mulut, pediatric dentists, orthodontist, prosthodontist,
otolaryngologist, speech pathologist, geneticist dan psikiater atau psikolog untuk menangani
masalah psikologis pasien. (Lalwani, 2013)
Sebelum melakukan operasi, orangtua diharapkan mendapatkan konseling yang baik.
Hal ini penting untuk membantu mengurangi kecemasan orangtua pasien dan memberikan
informasi mengenai operasi yang akan dilakukan dan bagaimana tampilan anak mereka setelah
dilakukan operasi. Konseling juga dilakukan bagi anak agar saat bertambah besar mereka tidak
terganggu secara psikologis. (Lalwani, 2013)
Anak yang memiliki celah bibir dan atau celah langit-langit memiliki masalah dalam
proses makan karena itu dibutuhkan metode agar anak tetap mendapat asupan gizi yang cukup.
Pemberian makan pada anak dengan celah langit-langit lebih sulit dibanding anak dengan celah
bibir karena pada celah langit-langit, anak cenderung mengalami kesulitan menghisap atau
menelan. Untuk mengatasinya, dapat digunakan dot khusus dengan nipple yang kecil agar
aliran air susu bisa kontinu dan terkontrol. Berbeda dengan penderita celah bibir saja yang
masih bisa diberi susu dengan botol atau dot biasa. (Lee, 2013)
Beberapa praktisi merekomendasikan penggunaan obturator (plastic plate) untuk
menutup celah selama anak sedang makan. Plate ini membutuhkan modifikasi agar selalu pas
sejalan dengan perkembangan pertumbuhan langit-langit anak. Namun pada beberapa kasus
celah langit-langit, bayi bisa diberi asupan makan tanpa menggunakan obturator yaitu bila
orangtua bisa mengikuti instruksi pemberian makan yang benar. Posisi pemberian air susu
kepada anak diperhatikan, posisi untuk anak yang menderita celah bibir dengan langit-langit
atau celah langit-langit saja diusahakan lebih tegak (upright position) agar tidak mudah
tersedak. Orangtua dapat menggendong bayinya pada 35°-45° terhadap lantai. Dengan
memberikan informasi dan pelatihan, bayi bisa diberi makan dengan menggunakan preemie
nipple yaitu nipple yang sifatnya lebih lembut dan mudah disesuaikan dengan cleft atau dengan
menggunakan nipple khusus seperti Mead-Johnson cross cut nipple dimana aliran susu dapat
3
disesuaikan. Dapat juga merekomendasikan jenis dot khusus untuk anak dengan celah yaitu
dot yang memiliki nipple yang panjang atau bersayap dimana susu yang keluar bisa langsung
menuju ke faring. (Lee, 2013)
MASALAH
Manifestasi klinis masalah dari kelainan labioschisis antara lain :
1. Masalah asupan makanan
Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis. Adanya labioschisis
memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot.
Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan
hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada
bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak
udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu
proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga daapt membantu.
Memberikan asupan dengan menggunakan sendok , dapat meningkatkan resiko dari
pneumonia aspirasi. (Mulliken, 2014)
Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat
menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan penggunaan
dot khusus. Dot khusus dengan lubang yang mengarah ke posterior (cairan dalam dot ini
dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio- palatoschisis dan
bayi dengan masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu. (Mulliken, 2014).
2. Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Pada bayi dengan labioschisis, akan bernapas melalui mulut, sehingga udara akan langsung
masuk kedalam saluran napas tanpa dilembabkan dan disaring seperti pada pernapasan melalui
hidung. Hal ini akan menyebabkan terjadinya ISPA yang berulang.
3. Masalah Pendengaran
Penderita CLP mengalami gangguan pada tuba eustachia dimana akan tetjadi kelumpuhan otot
levator palatine dan tensor vili palatine yang terinsersi dengan daerah tepi pada langit-langit
keras. Infeksi telinga anak dengan labio- palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi
telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol
pembukaan dan penutupan tuba eustachius. (Mulliken, 2014) Dengan bertambahnya usia maka
insiden terjadi kegagalan fungsi tuba eustachia semakin tinggi pula. Adanya ISPA akan
4
memnyebabkan mudahnya terjadinya infeksi pada saluran tengah ( otitis media ). Evaluasi
dilakukan setiap 3-4 bulan hingga ada perbaikan. Indikasi untuk dilakukan miringotomi dan
dan pemasangan tube untuk mengalirkan carian mucous pada telinga tengah ( grommet tube
) sangat konduktif untuk mengatasi kehilangan pendengaran dan otitis media yang tidak
kunjung sembuh.
4. Gangguan pertumbuhan gigi
Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang
berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean dari
celah bibir yang terbentuk.
5. Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada
perkembangan otot-otot palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/
rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi
(hypernasal quality of speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-
otot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak
dapat kembali sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi
suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, and ch", dan terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat
membantu. (Mulliken, 2014)
6. Penderita CLP mengalami berbagai permasalahan yang ditimbulkan akibat cacat ini
adalah psikis, fungsi dan estetik dimana ketiganya saling berhubungan. Untuk fungsi dan nilai
estetik baik untuk bibir, hidung dan rahangnya diperlukan pembedahan. Disamping jasa
seorang spesialis Bedah Plastik juga dibutuhkan sebuah tim dokter lain yang terdiri dati dokter
THT, dokter gigi spesialis ortodentis, dokter anak, tim terapi bicara dan pekerja sosial.
Penderita CLP paling utama terjadi gangguan dalam berbicara, penyakit pada telinga dan
mungkin saja jalan nafas menjadi ikut terganggu. Oleh karena itu dibutuhkan seorang ahli THT
untuk melihat gangguan yang terjadi ini. (Quinn, 2015)
Bayi yang baru lahir dengan CLP segera dipertemukan dengan pekerja sosial untuk diberi
penerangan agar keluarga penderita tidak mengalami stress dan menerangkan harapan yang
bisa didapatkan dengan perawatan yang menyeluruh bagi anaknya, Selain itu dijelaskan juga
masalah yang akan dihadapi kelak pada anak. Menerangkan bagaimana memberi minum bayi
agar tidak banyak yang tumpah. Pekerja sosial membuatkan suatu record psicososial pasien
5
dari sini diambil sebagai bagian record CLP pada umumnya. Pekerja sosial akan mengikuti
perkembangan psikososial anak serta keadaan keluarga dan lingkungannya.(Mulliken, 2014)
TAHAPAN OPERASI PADA CLP
Tahapan Pre-Operasi :
Dilakukan edukasi terhadap orangtua pasien mengenai tatacaram pemberian asupan makanan
dan tindakan operasi. Sebe1um dilakukan operasi, kondisi bayi harus sehat, tindakan
pembedahan mengikuti tata cara ""rule of ten": bayi berumur lebih 10 minggu, berat 10 pon
atau 5 kg, dan memiliki hemoglobin lebih dari 10 gr%.
1. OPERASI TAHAP I ( Usia 3 bulan )
Labioplasty
Dilakukan pada usia 3 bulan, memenuhi syarat “ rule of ten “
a. Operasi labioplasty ( bibir)
b. Operasi primary rhinoplasty ( perbaikan hidung)
c. Evaluasi telinga, adakah tanda2 otitis media, bila perlu dilakukan miringotomy
kemudian pemasangan grommets tube.
2. OPERASI TAHAP II ( Usia 10-12 bulan )
Palatoplasty
Perbaikan langit-langit disebut Palatorahy dilakukan pada usia 10 - 12 bulan, usia tersebut akan
memberikan hasil fungsi bicara yang optimal karena memberikan kesempatan jaringan pasca
operasi sampai matang pada proses penyembuhan luka sehingga sebelum penderita mulai
bicara dengan demikian soft palate dapat berfungsi dengan baik. Jika operasi dilakukan
terlambat sering hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal dan suara
sengau,hal ini terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada
mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah.
Dilakukan evaluasi pendengaran dan telinga
6
3. TAHAPAN III ( Usia 1,5 -4 tahun)
Speech Terapi
a. Evaluasi bicara, dimulai 3 bulan pasca operasi,setelah penyembuhan luka baik,
tidak ada fistula. Speech terapi dilakukan oleh speech pathologist.
b. Evaluasi pendengaran dan telinga
4. TAHAPAN IV ( Usia 5-6 tahun )
Vellopharingeal Insufisiensi ( VPI )
Velofaringeal insufisiensi adalah penutupan yang tidak sempurna dari katup
velofaringeal sewaktu berbicara dan ditandai dengan hipernasalitas ( suara sengau ).
Velofaringeal insufisiensi sering digunakan untuk menggambarkan defek anatomis atau
structural yang mencegah penutupan orofaringeal yang adekuat. Insufisiensi velofaringeal
adalah tipe VPD yang paling umum. Ini termasuk dengan velum pendek atau cacat, yang
umum terjadi pada anak-anak dengan riwayat celah langit-langit, bahkan setelah perbaikan
langit-langit. Disfungsi Velofaringeal adalah kesulitan bicara yang terjadi ketika otot langit-
langit lunak di bagian belakang atap mulut tidak menutup rapat di dinding belakang
tenggorokan saat berbicara. Ini menyebabkan udara keluar melalui hidung bukan mulut.
penyebab VPI setelah tindakan palatoplasti (Nakamura dan tezuka
• Short palate
Keadaan ini disebabkan kondisi anatomis awal sebelum dioperasi terdapat cleft
palate yg dalam
• Insufficient velar elevation
Tindakan releasing otot-otot palatum saat tindakan operasi tidak dilakukan
dengan baik, sehingga gerakan velar post palatoplasty terbatas. Selain tindakan
releasing yg tidak bagus, scar post palatoplasty juga akan mempengaruhi gerakan
velar pasca palatoplasty
• Midline defect of the velum
Keadaan ini terjadi karena perbaikan defek pada muskulus uvula yang tidak baik,
sehingga menyebabkan fistula
Insufisiensi velofaringeal terjadi pada sekitar 20-30% pasien setelah perbaikan langit-
langit mulut primer. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor yang berbeda, seperti tingkat
keparahan dan jenis cleft, teknik bedah, dan usia pada saat operasi.
7
Diagnosis
Anamnesis : suara hipernasal, misartikulasi, nasal emisi
Pemeriksaan Fisik:
i. Evaluasi bicara( speech analisis ), mengidentifikasi adanya velofaringeal insuffisiensi,
anomaly dari organ pembentuk suara yaitu fungsi dan penempatan dari lidah, bibir, gigi,
palatum molle dan palatum durum dalam membuat bunyi atau anomaly dari neuromuscular.
ii. Evaluasi klinis, melihat derajat gerakan dari palatum molle dan otot faringeal, juga
posisi dari otot levator pada palatum molle.
iii. Test kaca, meletakkan kaca dibawah hidung dan pasien disuruh berbicara, bila kaca
berembun berarti ada udara yang keluar dari hidung saat berbicara.
Pemeriksaan Penunjang : Flexible Nasoendoscopy, Phonating cephalogram, Nasometry.
Tindakan : Vellopharingioplasty ( posterior wall augmentation, Autologous fat grafting,
5. TAHAPAN V ( usia 6-7 tahun )
Secondary Rhinoplasty dan revisi scar
6. TAHAPAN VI ( Usia 8-9 tahun )
ORTOGNATIC Surgery
Evaluasi gusi , gigi dan rahang, pembentukan lengkung orthodonti, pembuatan model
gigi.
Koreksi untuk kelainan ini dilakukan pada saat usia 8-9 tahun, dan bekerja sama dengan
dokter gigi ahli ortodonsi. Komplikasi pasca operasi yang sering terjadi berupa lepasnya
jahitan, dan terjadinya kelainan pertumbuhan maksila akibat terlalu tegangnya otot yang
dihubungkan, Pada celah bibir komplit bilateral terdapat tiga masalah tambahan yaitu keadaan
premaksila yang menonjol, kolumela yang inadekuat dan insufisiensi suplai darah ke
prolabium, kolumela dan premaksila inadekuat.( Campbell A,2010)
7. TAHAPAN VII ( usia 7-9 tahun)
ALVEOLAR BONE GRAFT
Pada usia 7-9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah alveolar/maxilla
untuk tindakan bone graft dimana ahli orthodonti yang akan mengatur pertumbuhan gigi
caninus kanan-kiri celah agar normal. Dilakukan sebelum terjadinya erupsi gigi permanen
pada saat akar gigi Caninus maxilla telah terbentuk , 2/3 panjang dari normal. Sebelum
8
dilakukan alveolar bone graft, gigi susu atau gigi lain yang mempunyai prognosis buruk di
ektraksi, agar tidak menjaikan locus minorus yang menyebabkan gagalnya alveolar bone grfat
Bone graft ini diambil dari bagian spongius crista iliaca..
8. TAHAPAN VIII
Final Touch ( usia 12-13 tahun)
9. TAHAPAN IX ( 18 tahun atau lebih )
Le Fort Osteotomy ( maxillary advancement )
Evaluasi dari tulang-muka.
Evaluasi pada perkembangan selanjutnya pada penderita CLP sering didapatkan
hipoplasia pertumbuhan maxilla sehingga terjadi dish face muka cekung. Keadaan ini
dapat dikoreksi dengan cara operasi advancement ostetomi Le Fort I(maxillary
advancement) pada usia 17 tahun dimana tulang-tulang muka telah berhenti
pertumbuhannya. Hal ini dilakukan oleh bedah ortognatik, memotong bagian tulang
yang tertinggal pertumbuhannya dan merubah posisinya maju ke depan.
Grab & Smith Plastic Surgery, 6 edition
9
Teknik Pembedahan Celah Bibir
1. Teknik untuk unilateral cleft lip
Beberapa prosedur bedah untuk memperbaiki unilateral cleft lip telah dikemukakan
dengan variasi yang beragam antara lain "Rose-Thompson Straight Line Closure, Randall-
Tennison triangular flap repair, Mulard rotation-advancement repair, LeMesurier quadrilateral
flap repair, Lip adhesion, and Skoog dan Kernahan-Bauer upper dan lower lip Z-plasty repair.
Dan masih banyak lagi teknik- teknik yang lain seperti teknik Delaire dan teknik Poole. Setiap
teknik tersebut bertujuan untuk mengembalikan kontuinitas dan fungsi dari musculus
orbicularis dan menghasilkan anatomis yang simetris. Kesemuanya mencoba untuk
memperpanjang pemendekan philtrum pada bagian bercelah dengan melekatkan jaringan dari
elemen bibir lateral ke elemen bibir medial, dengan menggunakan berbagai kombinasi antara
lain merotasi, memajukan. dan mentransposisikan penutup. (Debra, 2014)
Teknik Rose-Thompson straight line closure merupakan teknik untuk penyambungan
linear defek minimal tanpa distorsi lantai nostril diawali dengan pertimbangan mengenai titik
anatomis yang ada.
Dua teknik yang sering digunakan yaitu teknik rotasi Millard dan teknik triangular.
Teknik Millard membuat dua flap yang berlawanan di mana pada sisi medial dirotasi ke bawah
dari kolumella untuk menurunkan titik puncak ke posisi normal dan sisi lateral dimasukkan ke
arah garis tengah untuk menutupi defek pada dasar kolumella. (Debra, 2014)
Keuntungan dari teknik rotasi Millard adalah jaringan parut yang terbentuk berada pada
jalur anatomi normal dari collum philtral dan batas hidung.
Teknik triangular dikembangkan oleh Tennison dan kawan-kawan dengan
menggunakan flap triangular dari sisi lateral, dimasukkan ke sudut di sisi medial dari celah
tepat di atas batas vermillion, melintasi collum philtral sampai ke puncak cupid. Triangle ini
menambah panjang di sisi terpendek dari bibir. Teknik ini menghasilkan panjang bibir yang
baik tetapi jaringan parut yang terbentuk tidak terlihat alami. (Debra, 2014)
Teknik Milliard Rotation Advancement adalah teknik yang dikembangkan oleh
Milliard dengan perbaikan bertahap cocok untuk memperbaiki baik cleft lip komplit maupun
inkomplit. Teknik ini sederhana, tapi diperlukan mata yang baik dan tangan yang bebas karena
merupakan teknik-teknik 'cut as you go' bagian nasal rekonstruksi harus didudukkan pada
posisi anatomi sphincter oral, rotasi seluruh crus lateral + medial dari kartilago lateral,
rekonstruksi dasar hidung (baik lebar dan tingginya) dengan koreksi asimetris maksila yang
hipoplastik untuk meninggikan ala bawah yang mengalami deformitas dan penempatan
kolumella dan septum nasi ke midline untuk memperoleh nostril yang simetris.
Bagian bibir yang normal disiapkan untuk menerima bagian sisi yang sumbing pada
teknik Miliard, untuk itu maka sisi yang sehat dengan cupid’s bow. harus diiris sepanjang
bawah kolumella dan dibebaskan ke bawah, ke arah estetika normal. Bagian bibir yang
sumbing harus diiris sedemikian rupa untuk mengisi gap celah yang telah disiapkan pada bibir
yang sehat.
10
2. Teknik untuk complit dan incomplit bilateral cleft lip
Apabila celah bilateral komplit pada satu sisi dan inkomplit pada sisi yang lain tidak
hanya terjadi defisiensi bilateral tapi juga asimetris dari distorsi. Adaptasi prinsip rotation
advancement terbagi kepada dua tahap, cleft komplit dirotasi dan diangkat untuk menutupi
supaya suplai darah ke prolabium dialirkan deft incomplete. lika kolurnella terdapat
pemendekan unilateral flap c digunakan untuk pemanjangan. Satu bulan lebih kemudian, sisi
yang kedua dirotasi dan ditarik supaya simetris. (Mulliken, 2014)
3. Teknik untuk complete bilateral cleft lip
Complit bilateral cleft terdapat tiga masalah tambahan yang biasanya tidak terdapat di
incomplete cleft (1) premaksilla yang menonjol. (2) kolumella yang inadekuat atau tidak ada
(3) satu-satunya suplai darah ke prolabium adalah melalui kolumella dan premaksilla.
Perbaikan secara bedah melibatkan beberapa prosedur primer dan sekunder. Prosedur
pembedahan dan waktu pelaksanaannya bervariasi, tergantung dari tingkat keparahan defeknya
dan keputusan dari dokter bedahnya.
Waktu yang tepat untuk dilakukan operasi perbaikan masih diperdebatkan. Namun
dokter bedah plastik biasa memilih rentang waktu antara 24 jam sampai 12 bulan setelah
kelahiran. Terdapat pendapat lain yang menunda sampai beberapa bulan untuk menunggu bayi
lebih besar dan lebih kuat. Jika tidak ada kontraindikasi medis, bisa diikuti rule of ten, yaitu
dapat dilakukan operasi bila pasien berusia 10 minggu, berat badan 10 pon dan hemoglobin
setidaknya 10 g/dl. Namun jika terdapat kondisi medis yang membahayakan kesehatan bayi,
operasi ditunda sampai resiko medis minimal. (Balaji, 2013)
Penutupan bibir awal (primary lip adhesion) dilakukan selama beberapa bulan pertama
lalu dilanjutkan dengan perbaikan langit-langit. Tujuan dari penutupan bibir awal ini adalah
untuk mendapatkan penampilan yang lebih baik, mengurangi insiden penyakit saluran
pernafasan dan untuk mengizinkan perbaikan definitif tanpa halangan berupa jaringan scar
yang berlebihan. Prostetik dan orthopedic appliances dapat digunakan untuk mencetak atau
memperluas segmen maksila sebelum penutupan defek langit-langit. Selanjutnya, autogenus
bone graft dapat ditempatkan pada daerah defek tulang alveolar. (Balaji, 2013)
Prosedur perbaikan sekunder jaringan lunak dan prosedur ortognatik dapat dilakukan
untuk meningkatkan fungsi dan tampilan estetik. Teknik yang digunakan dalam penutupan
celah bibir yang baik, selain berorientasi pada kesimetrisan dan patokan anatomi bibir juga
memperhitungkan koreksi kelainan yang sering dijumpai bersamaan, misalnya hidung, baik
pada saat yang bersamaan dengan labioplasty maupun pada kesempatan yang telah
direncanakan kemudian hal ini untuk mempersiapkan jaringan dan menghindari parut atau scar
yang berlebihan. Prosedur yang mungkin dilakukan antara lain seperti perbaikan konfigurasi
anatomi bibir, hidung, langit-langit durum, langit-langit molle dan alveolus. Penggunaan alat
ortodontik juga dapat dilakukan untuk mendapatkan susunan gigi geligi yang baik didalam
lengkung rahang dan memiliki hubungan fungsional yang baik pula. (Balaji, 2013)
11
Labioplasty
Operasi labioplasty dilakukan pada usia kurang lebih 3 bulan dan mengikuti ketentuan rule of
tens yaitu :
1. Berat bayi minimal 10 pounds
2. Hemoglobin lebih atau sama dengan 10 gr/dl dan
3. lekosit maksimal 10.000 /dl.
Tujuan utama labioplasty adalah menciptakan bibir dan hidung yang seimbang dan simetris
dengan jaringan parut minimal dan menciptakan bibir yang berfungsi baik dengan mengurangi
pengaruh operasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan lengkung maksila. (Marie M.
2012)
Untuk tujuan tersebut maka setiap elemen celah bibir dan hidung harus dibentuk seanatomis
mungkin (kartilago, kulit, otot dan mukosa nasal) dengan memperhatikan pengambilan
jaringan minimal untuk mencegah kurangnya volume bibir dan hidung. Penanganan tepi insisi
yang baik juga harus dilakukan untuk mengurangi jaringan parut pasca operasi. (Marie M.
2012)
Gambar 8. triangular cleft lip repair. A) menandai daerah yang akan di triangular cleft lip repair.
B) penampakan selama operasi triangular repair. C) perbaikan komplit. (Marie M. 2012)
Palatoplasty
Tujuan palatoplasty adalah memisahkan rongga mulut dan rongga hidung, membentuk
katup velofaringeal yang kedap air dan kedap udara dan memperoleh tumbuh kembang
maksilofasial yang mendekati normal. Tantangan daripada palatoplasty dewasa ini bukanlah
hanya bagaimana menutup defek celah langit-langit namun juga bagaimana didapatkan fungsi
bicara yang optimal tanpa mengganggu pertumbuhan maksilofasial. (Bagheri, 2013)
Waktu yang paling tepat untuk dilakukannya palatoplasty masih tetap menjadi
kontroversi. Sebagian ahli bedah mendukung waktu palatoplasty sebelum usia 12 bulan karena
12
lebih menguntungkan perkembangan bicara pasien sebab proses belajar bicara dimulai pada
usia 12 bulan. (Bagheri, 2013). Penundaan palatoplasty lebih menguntungkan untuk
perkembangan maksilofasial namun lebih merugikan untuk perkembangan bicara pasien.
Waktu yang paling optimal untuk palatoplasty sampai sejauh ini secara ilmiah belum terbukti
namun sebagian besar ahli bedah sepakat bahwa palatoplasty harus dilakukan sebelum usia 2
tahun. (Bagheri, 2013)
Terdapat berbagai jenis teknik palatoplaty namun yang paling sering dipakai adalah
teknik von langenbeck dan V-Y push back (Veau- Wardill-Kilner). Kedua teknik ini memiliki
kelebihan dan kekurangan (Bagheri, 2013)
Von langenbeck Palatoplasty
Teknik von langenbeck menggunakan mukoperiosteal flap bipedikel pada palatum durum dan
palatum molle untuk menutup defek celah langit-langit. Basis anterior dan posterior bipedikel
flap didekatkan kearah medial untuk menutup celah langit-langit.
Keuntungan :
a. Teknik mudah dikerjakan
b. Waktu operasi cepat
Kekurangan :
a. Tidak mampu memanjangkan palatum ke posterior sehingga kemungkinan terjadinya
velopharingeal incompetence lebih tinggi.
b. Fungsi bicara tidak optimal
Gambar 9. A) marking desain flap B) Bipedikel mucoperiosteal flap dielevasi dari lateral
relaxing incision ke margin celah langit-langit dilanjutkan dengan penutupan lapisan
mucoperiosteum nasal. flap mucoperiosteum rongga mulut komplit. (Bagheri, 2013)
V-Y Pushback ( Veau- Wardill Kilner) palatoplasty
13
Gambar 10. A) penentuan marking insisi. B) mukoperiosteal flap oral dielevasi dengan
mempertahankan neurovascular bundle palatinus mayus pada kedua sisi dilanjutkan retroposisi
dan repair m. levator velli palatine setelah penutupan mukoperiosteal nasal. C) penjahitan
mukoperiousteum oral. (Bagheri, 2013)
Keuntungan :
1. Memperpanjang palatum ke posterior
2. Meningkatkan fungsi bicara sebagai akibat palatum yang bisa diperpanjang lebih ke
posterior
Kekurangan :
1. Kemungkinan timbul fistula pada daerah antara palatum durum dan palatum molle
karena mukoperiosteum yang tipis didaerah tersebut.
2. Meninggalkan tulang terbuka / denuded bone yang lebar pada tepi lateral celah langit-
langit. Daerah ini kemudian membentuk jaringan parut yang berperan pada konstriksi
lengkung maksila.
3. Waktu operasi lebih lama (Bagheri, 2013)
14
PERAWATAN POST OPERASI LABIOPLASTY
Setelah lapangan operasi diberihkan dengan Nacl 0,9 %,luka operasi dan jahitan diberi
dengan gentamisin zalp mata. Diberikan antibiotic selama 3 hari. Setiap 2-3 kali luka
dibersihkan dengan kassa yang dibasahi Nacl 0,9 %, kemudian di olesi lagi dengan cream
antibiotic.
Jahitan diangkat pada hari ke 6. Anak dianjurkan untuk minum dengan sendok selama
2 minggu, setelah itu diperbolehkan menggunakan dot ( Djohansyah Marjuki, 2002)
Komplikasi operasi
Early : perdarahan, wound dehisense, infeksi
Delay : fistula, parut tidak baik, asimetri bibir, wound dehisens
PERAWATAN POST OPERASI PALATOPLASTY
Segera setelah sadar, pemderita diperbolehkan minum dan makanan cair sampai dengan
3 minggu dan selanjutnya makan makanan biasa. Bagi anak kecil biasakan setelah makan
makanan cair dilanjutkan dengan minum air putih. Berikan antibiotic selama 3 hari.
( Djohansyah Marjuki, 2002)
15
DESAIN INCISI MILLARD 1
16
SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 6 BULAN DENGAN
LABIOGNATOSCHIZIS UNILATERAL SINISTRA INKOMPLIT
NON SYNDROMIK
IDENTITAS PASIEN
Nama Penderita : An. A
Umur : 6 bulan
Agama : Islam
Alamat : Karanganyar
No. CM : 459082
Masuk RS : 13 Mei 2019
II. DAFTAR MASALAH
No. Problem Aktif Tanggal Problem
Pasif
Tanggal
1. Labiognatoschizis unilateral
sinistra inkomplit
13 Mei 2019
III. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien di poli bedah plastik jam 10.30 tanggal 13 Mei 2019
Keluhan Utama : sumbing bibir dan gusi mulut
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak lahir pasien menderita sumbing bibir dan gusi. Minum ASI (-), minum ASI/susu
formula (+) dengan sendok. Pasien berobat ke dokter dan disarankan untuk operasi.
Penderita akhirnya dibawa ke poli bedah plastik RSDM. Keluhan kelainan lain tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit jantung bawaan (-)
- Riwayat alergi (-)
17
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang setelah lahir mengalami sakit seperti ini
Riwayat Sosial Ekonomi :
Ayah bekerja sebagai petani, ibu tidak bekerja. Biaya pengobatan ditanggung BPJS.
Kesan: sosial ekonomi kurang.
Riwayat Perinatal :
Pre Natal :
Anak lahir dari ibu G3P2A0, 38 tahun, hamil 39 minggu. ANC > 4x, mendapat imunisasi
TT 1x. Selama hamil ibu tidak pernah mengalami penyakit kehamilan, hipertensi (-),
DM (-), trauma saat hamil, tidak mengalami perdarahan jalan lahir, tidak pernah minum
jamu, tidak pernah meminum obat-obatan tanpa resep dokter, hanya minum vitamin
dan tablet tambah darah yang diberikan dokter.
Natal :
Lahir bayi perempuan, usia kehamilan 39 minggu, lahir secara normal, bayi lahir
langsung menangis,, biru-biru (-), kuning (-), anus (+), jari-jari lengkap, BBL 3200 gr.
Post Natal :
Anak dibawa kontrol ke dokter dan disarankan untuk dilakukan operasi, keadaan anak
didapatkan celah pada daerah bibir dan gusi mulut.
Riwayat Makan Dan Minum :
0-sekarang : susu ASI + formula, semau anak, ±10x/hari
Riwayat Imunisasi :
Lengkap sesuai umur
Riwayat Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak :
Pertumbuhan :
Berat badan : 6,0 kg
Panjang badan : 60 cm
Lingkar kepala : 37 cm
Perkembangan :
18
Perkembangan anak sesuai umur
Riwayat Keluarga Berencana Orang Tua : Tidak menggunakan kontrasepsi
IV. DIAGRAM SILSILAH KELUARGA
V. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak baik, aktif, dan tampak sumbing pada bibir dan gusi mulut
disebelah kiri
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital : HR : 104x/menit
RR : 26x/menit
T : 36,80
C
Kepala : mesosefal
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), hipertelori (-)
Telinga : discharge (-/-), low seat ear (-)
Hidung : discharge (-/-), saddle nose (-)
Mulut : tampak celah pada bibir dan gusi mulut di sebelah kiri, celah tidak
sampai langit-langit dan dasar cavum nasi, gigi belum ada.
Tenggorok : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1
Leher : trakea letak tengah
Thorax :
19
Pulmo:
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : stem fremitus tidak dapat dinilai
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2cm medial LMCS
Perkusi : konfigurasi jantung sulit dinilai
Auskultasi : suara jantung I-II normal, suara tambahan (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : supel
Perkusi : timpani, sulit dinilai
Auskultasi : bising usus (+) normal
Vertebra : spina bifida (-)
Genitalia : perempuan, labia mayor menutup labia minor
Ekstremitas : superior inferior
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capp.refill <2”/<2” <2”/<2”
Status Lokalis
I : terlihat adanya celah pada bibir dan gusi pada mulut sebelah kiri, celah bibir
tidak mencapai langit-langit.
Pa : celah pada gusi sebagian
20
VI. DIAGNOSIS
Labiognatoschizis unilateral sinistra inkomplit non syndromik
VII. PLAN
Labioplasty Millard I
21
Telah dilakukan operasi Labioplasty Millard pada tanggal 14 Mei 2019
Laporan operasi :
- Posisi supine dlm GA, toilet medan operasi tutup dengan duk steril.
- Pasang intraoral pack.
- Gambar design incisi Millard I
1. Cupid Bow yang paling rendah
2. Cupid Bow yang paling Tinggi
3. Mengukur jarak yang sama
4. Jarak; white skin roll mulai menghilang/ paling tebal dari sudut bibir
5. Tarik garis Lurus s.d batang Columella (membagi dua)
6. Sejajar dengan No.5
7. Pas disudut hidung
8. Sejajar dengan No.6
- Dilakukan Incisi dari:
5 ke 3
8 ke 3
3 ke Bawah
- Dilakukan Incisi dari:
6 ke 7
- Flap A
6 ke 4
4 ke bawah
- Flap B
5 ke 3
3 ke bawah
Flap C
- Jahit mukosa setinggi mungkin untuk menghindari fistel oronasal
- Jahit otot dengan benang multifilamen absorable 5.0
- Jahit kulit dengan benang monofilamen nonabsorable 6.0
22
TGL Follow Up Plan
15
Mei
2019
S: -
0: KU baik
Status lokalis R. Labialis:
I : luka kering, krusta (+) , wound dehisens –
Assestment :
Post labioplasty ai Labiognatoschizis unilateral
sinistra inkomplit non syndromic DPH I
Plan:
Medikasi luka
Rawat luka terbuka dgn
gentamisin zalp mata.
Minum ASI/Susu formula dg
sendok
Tidak boleh menghisap/nge
Dot selama 2 minggu
Rawat jalan
17
Mei
2019
S: -
0: KU baik
Status lokalis R. Labialis:
I : luka kering, krusta (+) , wound dehisens –
Assestment :
Post labioplasty ai Labiognatoschizis unilateral
sinistra inkomplit non syndromic DPH III
Plan:
Medikasi luka
Rawat luka terbuka dgn
gentamisin zalp mata.
Minum ASI/Susu formula dg
sendok
Tidak boleh menghisap/nge
Dot selama 2 minggu
21
Mei
2019
S: -
0: KU baik
Status lokalis R. Labialis:
I : luka kering, krusta (-) , wound dehisens –
Assestment :
Post labioplasty ai Labiognatoschizis unilateral
sinistra inkomplit non syndromic DPH VII
Plan:
Aff Hecting
Minum ASI/Susu formula dg
sendok
Tidak boleh menghisap/nge
Dot selama 2 minggu
23
DAFTAR PUSTAKA
Bagheri, Shahrokh C., Chris Jo. Cleft lip and palate. Clinical Review of Oral and maxillofacial
Surgery. Amerika: Mosby Elsevier 2013 : 336-431
Balaji SM. Textbook of oral & maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier 2013: 493-514.
Djoehansyah Marjuki, Tehnik Pembedahan Celah Bibir dan langit-langit, Jakarta, Sagung seto,
2002
Debra SJ, Michael DJ. Neonatal Cleft Lip and Cleft Palate Repair. Goliath. July 2014
Lalwani, Anil K.. Current diagnosis & treatment. Head & Neck Surgery. New York: A Lange
Medical book 2013: 323-38.
Lee, K. J.. Essential Head and Neck Surgery, 9th edition, Mc Graw Hill 2013: 293-303.
Marie M. Pediatric Cleft Lip and Palate Treatment and Management. Medscape reference :
2012
Mulliken JB. The Changing Faces of Children with Cleft Lip and Palate. NEJM. Vol:351.
August 2014. P. 745-7
Quinn FB. Cleft lip and Palate. UTMB Dept. of Otolaryngology Grand Rounds. July 2014
Smith’s Plastic surgery. 6th edition. 2015: p.201-8
Thorne CH. Congenital Anomalies and Pediatric Plastic Surgery. At : Grabb and
Tolarova, MM. Pediatric cleft lip and palate. July 2015. Available on
http://emedicine.medscape.com/article/995535-overview

More Related Content

What's hot

Intubasi sulit pr dr danu1
Intubasi sulit pr dr danu1Intubasi sulit pr dr danu1
Intubasi sulit pr dr danu1Nur Hajriya
 
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)Syscha Lumempouw
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienSulistia Rini
 
Malformasi vaskular
Malformasi vaskularMalformasi vaskular
Malformasi vaskularSun Siregar
 
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokanModul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokanUwes Chaeruman
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Taxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur GigiTaxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur GigiPSPDG-UNUD
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenReccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenVina Widya Putri
 
Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007amelialestari417
 
Lesi rongga mulut
Lesi rongga mulutLesi rongga mulut
Lesi rongga mulutpremaysari
 

What's hot (20)

Intubasi sulit pr dr danu1
Intubasi sulit pr dr danu1Intubasi sulit pr dr danu1
Intubasi sulit pr dr danu1
 
4.oklusi
4.oklusi4.oklusi
4.oklusi
 
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Overview syok
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien
 
Anatomi fisiologi kelenjar parotis
Anatomi fisiologi kelenjar parotis Anatomi fisiologi kelenjar parotis
Anatomi fisiologi kelenjar parotis
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
Malformasi vaskular
Malformasi vaskularMalformasi vaskular
Malformasi vaskular
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura
 
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokanModul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Taxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur GigiTaxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur Gigi
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenReccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
 
Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007Tentir+menulis+resep+fkui2007
Tentir+menulis+resep+fkui2007
 
Invaginasi
InvaginasiInvaginasi
Invaginasi
 
Gic
Gic Gic
Gic
 
Lesi rongga mulut
Lesi rongga mulutLesi rongga mulut
Lesi rongga mulut
 

Similar to Cleft Lip Palate Management

Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palatoWarnet Raha
 
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nraLabiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nraAgnes Putri
 
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)idije
 
labiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakarta
labiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakartalabiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakarta
labiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakartaRejeki Lestari
 
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptxPresentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptxZidanImanaPutraFauzi
 
Diagnosis tongue tie & indikasi frenektomi
Diagnosis tongue tie & indikasi frenektomiDiagnosis tongue tie & indikasi frenektomi
Diagnosis tongue tie & indikasi frenektomiWiyarni Pambudi
 
Poster Fortegi 2017.pdf
Poster Fortegi 2017.pdfPoster Fortegi 2017.pdf
Poster Fortegi 2017.pdfBagas851026
 

Similar to Cleft Lip Palate Management (20)

LABIOKISIS
LABIOKISISLABIOKISIS
LABIOKISIS
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
Labiopalatoskisis
LabiopalatoskisisLabiopalatoskisis
Labiopalatoskisis
 
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nraLabiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
 
Askep Labiopalatoskisis
Askep LabiopalatoskisisAskep Labiopalatoskisis
Askep Labiopalatoskisis
 
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
 
labiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakarta
labiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakartalabiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakarta
labiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakarta
 
Modul 7 kb 1
Modul 7    kb 1Modul 7    kb 1
Modul 7 kb 1
 
Egalk
EgalkEgalk
Egalk
 
Modul 6 kb 2
Modul 6    kb 2Modul 6    kb 2
Modul 6 kb 2
 
perawatan-telinga
perawatan-telingaperawatan-telinga
perawatan-telinga
 
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptxPresentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
 
Diagnosis tongue tie & indikasi frenektomi
Diagnosis tongue tie & indikasi frenektomiDiagnosis tongue tie & indikasi frenektomi
Diagnosis tongue tie & indikasi frenektomi
 
Proposa kti samsia
Proposa kti samsiaProposa kti samsia
Proposa kti samsia
 
Proposa kti samsia
Proposa kti samsiaProposa kti samsia
Proposa kti samsia
 
Proposa kti samsia
Proposa kti samsiaProposa kti samsia
Proposa kti samsia
 
Modul 7 kb 3
Modul 7   kb 3Modul 7   kb 3
Modul 7 kb 3
 
Poster Fortegi 2017.pdf
Poster Fortegi 2017.pdfPoster Fortegi 2017.pdf
Poster Fortegi 2017.pdf
 

More from Azis Aimaduddin

Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptxHemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptxAzis Aimaduddin
 
Incisi pada pembedahan keganasan oncology
Incisi pada pembedahan  keganasan oncologyIncisi pada pembedahan  keganasan oncology
Incisi pada pembedahan keganasan oncologyAzis Aimaduddin
 
problem soave Hirschsprung Disease : Manifestations and treatment
problem soave Hirschsprung Disease : Manifestations and treatment problem soave Hirschsprung Disease : Manifestations and treatment
problem soave Hirschsprung Disease : Manifestations and treatment Azis Aimaduddin
 
Escarotomy, Escarectomy, Burn , combustio
Escarotomy, Escarectomy, Burn , combustioEscarotomy, Escarectomy, Burn , combustio
Escarotomy, Escarectomy, Burn , combustioAzis Aimaduddin
 
open skull fracture with open brain injury, Prolaps Cerebri
open skull fracture with open brain injury, Prolaps Cerebriopen skull fracture with open brain injury, Prolaps Cerebri
open skull fracture with open brain injury, Prolaps CerebriAzis Aimaduddin
 
Tatalaksana Cidera kepala otak, COR
Tatalaksana Cidera kepala otak, CORTatalaksana Cidera kepala otak, COR
Tatalaksana Cidera kepala otak, CORAzis Aimaduddin
 
Cidera trauma Lien iatrogenik
Cidera trauma Lien iatrogenikCidera trauma Lien iatrogenik
Cidera trauma Lien iatrogenikAzis Aimaduddin
 
Myoglobinuria pada luka bakar listrik combustio
Myoglobinuria pada luka bakar listrik combustioMyoglobinuria pada luka bakar listrik combustio
Myoglobinuria pada luka bakar listrik combustioAzis Aimaduddin
 
OPTEK Lumbotomy proximal ureterolithotomy
OPTEK Lumbotomy proximal ureterolithotomyOPTEK Lumbotomy proximal ureterolithotomy
OPTEK Lumbotomy proximal ureterolithotomyAzis Aimaduddin
 
Free flap postoperative evaluation
Free flap postoperative evaluationFree flap postoperative evaluation
Free flap postoperative evaluationAzis Aimaduddin
 
Transosseus wiring circumferential wiring dentoalveolar fracture
Transosseus wiring circumferential wiring dentoalveolar fractureTransosseus wiring circumferential wiring dentoalveolar fracture
Transosseus wiring circumferential wiring dentoalveolar fractureAzis Aimaduddin
 
Teknik operasi orif femur
Teknik operasi orif femurTeknik operasi orif femur
Teknik operasi orif femurAzis Aimaduddin
 
Ca recti Miles operation Abdominalperinealresection
Ca recti Miles operation AbdominalperinealresectionCa recti Miles operation Abdominalperinealresection
Ca recti Miles operation AbdominalperinealresectionAzis Aimaduddin
 
Keganasan thyroid Ca tyroid
Keganasan thyroid Ca tyroidKeganasan thyroid Ca tyroid
Keganasan thyroid Ca tyroidAzis Aimaduddin
 
Modified Radical Mastectomy MRM aai
Modified Radical Mastectomy MRM aaiModified Radical Mastectomy MRM aai
Modified Radical Mastectomy MRM aaiAzis Aimaduddin
 

More from Azis Aimaduddin (20)

Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptxHemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
 
Incisi pada pembedahan keganasan oncology
Incisi pada pembedahan  keganasan oncologyIncisi pada pembedahan  keganasan oncology
Incisi pada pembedahan keganasan oncology
 
problem soave Hirschsprung Disease : Manifestations and treatment
problem soave Hirschsprung Disease : Manifestations and treatment problem soave Hirschsprung Disease : Manifestations and treatment
problem soave Hirschsprung Disease : Manifestations and treatment
 
Escarotomy, Escarectomy, Burn , combustio
Escarotomy, Escarectomy, Burn , combustioEscarotomy, Escarectomy, Burn , combustio
Escarotomy, Escarectomy, Burn , combustio
 
open skull fracture with open brain injury, Prolaps Cerebri
open skull fracture with open brain injury, Prolaps Cerebriopen skull fracture with open brain injury, Prolaps Cerebri
open skull fracture with open brain injury, Prolaps Cerebri
 
Tatalaksana Cidera kepala otak, COR
Tatalaksana Cidera kepala otak, CORTatalaksana Cidera kepala otak, COR
Tatalaksana Cidera kepala otak, COR
 
Cidera trauma Lien iatrogenik
Cidera trauma Lien iatrogenikCidera trauma Lien iatrogenik
Cidera trauma Lien iatrogenik
 
Myoglobinuria pada luka bakar listrik combustio
Myoglobinuria pada luka bakar listrik combustioMyoglobinuria pada luka bakar listrik combustio
Myoglobinuria pada luka bakar listrik combustio
 
OPTEK Lumbotomy proximal ureterolithotomy
OPTEK Lumbotomy proximal ureterolithotomyOPTEK Lumbotomy proximal ureterolithotomy
OPTEK Lumbotomy proximal ureterolithotomy
 
Free flap postoperative evaluation
Free flap postoperative evaluationFree flap postoperative evaluation
Free flap postoperative evaluation
 
Kolorectal ppk
Kolorectal ppkKolorectal ppk
Kolorectal ppk
 
Transosseus wiring circumferential wiring dentoalveolar fracture
Transosseus wiring circumferential wiring dentoalveolar fractureTransosseus wiring circumferential wiring dentoalveolar fracture
Transosseus wiring circumferential wiring dentoalveolar fracture
 
Vulnus degloving
Vulnus  deglovingVulnus  degloving
Vulnus degloving
 
Optek meatotomi
Optek meatotomiOptek meatotomi
Optek meatotomi
 
Teknik operasi orif femur
Teknik operasi orif femurTeknik operasi orif femur
Teknik operasi orif femur
 
Ca recti Miles operation Abdominalperinealresection
Ca recti Miles operation AbdominalperinealresectionCa recti Miles operation Abdominalperinealresection
Ca recti Miles operation Abdominalperinealresection
 
Keganasan thyroid Ca tyroid
Keganasan thyroid Ca tyroidKeganasan thyroid Ca tyroid
Keganasan thyroid Ca tyroid
 
Modified Radical Mastectomy MRM aai
Modified Radical Mastectomy MRM aaiModified Radical Mastectomy MRM aai
Modified Radical Mastectomy MRM aai
 
Zoladex ca mammae
Zoladex ca mammaeZoladex ca mammae
Zoladex ca mammae
 
Arimidex ca mammae
Arimidex ca mammaeArimidex ca mammae
Arimidex ca mammae
 

Recently uploaded

KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 

Recently uploaded (20)

KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 

Cleft Lip Palate Management

  • 1. 1 PENATALAKSAAN CLEFT AND PALATE Disusun oleh : Azis Aimaduddin.AI Pembimbing(K) Dr. Amru Sungkar, SpB. SpBP-RE PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RSUD DR. MOEWARDI
  • 2. 2 PENATALAKSANAAN CLEFT LIP PALATE Penatalaksanaan kelainan celah bibir dan celah langit-langit memerlukan penanganan berbagai multidisiplin. Hal ini merupakan masalah yang kompleks, variatif, memerlukan waktu yang lama, serta membutuhkan berbagai ilmu dan tenaga ahli, di antaranya dokter bedah plastik, dokter anak, dokter bedah mulut, pediatric dentists, orthodontist, prosthodontist, otolaryngologist, speech pathologist, geneticist dan psikiater atau psikolog untuk menangani masalah psikologis pasien. (Lalwani, 2013) Sebelum melakukan operasi, orangtua diharapkan mendapatkan konseling yang baik. Hal ini penting untuk membantu mengurangi kecemasan orangtua pasien dan memberikan informasi mengenai operasi yang akan dilakukan dan bagaimana tampilan anak mereka setelah dilakukan operasi. Konseling juga dilakukan bagi anak agar saat bertambah besar mereka tidak terganggu secara psikologis. (Lalwani, 2013) Anak yang memiliki celah bibir dan atau celah langit-langit memiliki masalah dalam proses makan karena itu dibutuhkan metode agar anak tetap mendapat asupan gizi yang cukup. Pemberian makan pada anak dengan celah langit-langit lebih sulit dibanding anak dengan celah bibir karena pada celah langit-langit, anak cenderung mengalami kesulitan menghisap atau menelan. Untuk mengatasinya, dapat digunakan dot khusus dengan nipple yang kecil agar aliran air susu bisa kontinu dan terkontrol. Berbeda dengan penderita celah bibir saja yang masih bisa diberi susu dengan botol atau dot biasa. (Lee, 2013) Beberapa praktisi merekomendasikan penggunaan obturator (plastic plate) untuk menutup celah selama anak sedang makan. Plate ini membutuhkan modifikasi agar selalu pas sejalan dengan perkembangan pertumbuhan langit-langit anak. Namun pada beberapa kasus celah langit-langit, bayi bisa diberi asupan makan tanpa menggunakan obturator yaitu bila orangtua bisa mengikuti instruksi pemberian makan yang benar. Posisi pemberian air susu kepada anak diperhatikan, posisi untuk anak yang menderita celah bibir dengan langit-langit atau celah langit-langit saja diusahakan lebih tegak (upright position) agar tidak mudah tersedak. Orangtua dapat menggendong bayinya pada 35°-45° terhadap lantai. Dengan memberikan informasi dan pelatihan, bayi bisa diberi makan dengan menggunakan preemie nipple yaitu nipple yang sifatnya lebih lembut dan mudah disesuaikan dengan cleft atau dengan menggunakan nipple khusus seperti Mead-Johnson cross cut nipple dimana aliran susu dapat
  • 3. 3 disesuaikan. Dapat juga merekomendasikan jenis dot khusus untuk anak dengan celah yaitu dot yang memiliki nipple yang panjang atau bersayap dimana susu yang keluar bisa langsung menuju ke faring. (Lee, 2013) MASALAH Manifestasi klinis masalah dari kelainan labioschisis antara lain : 1. Masalah asupan makanan Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis. Adanya labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga daapt membantu. Memberikan asupan dengan menggunakan sendok , dapat meningkatkan resiko dari pneumonia aspirasi. (Mulliken, 2014) Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus dengan lubang yang mengarah ke posterior (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio- palatoschisis dan bayi dengan masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu. (Mulliken, 2014). 2. Infeksi Saluran Pernapasan Atas Pada bayi dengan labioschisis, akan bernapas melalui mulut, sehingga udara akan langsung masuk kedalam saluran napas tanpa dilembabkan dan disaring seperti pada pernapasan melalui hidung. Hal ini akan menyebabkan terjadinya ISPA yang berulang. 3. Masalah Pendengaran Penderita CLP mengalami gangguan pada tuba eustachia dimana akan tetjadi kelumpuhan otot levator palatine dan tensor vili palatine yang terinsersi dengan daerah tepi pada langit-langit keras. Infeksi telinga anak dengan labio- palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius. (Mulliken, 2014) Dengan bertambahnya usia maka insiden terjadi kegagalan fungsi tuba eustachia semakin tinggi pula. Adanya ISPA akan
  • 4. 4 memnyebabkan mudahnya terjadinya infeksi pada saluran tengah ( otitis media ). Evaluasi dilakukan setiap 3-4 bulan hingga ada perbaikan. Indikasi untuk dilakukan miringotomi dan dan pemasangan tube untuk mengalirkan carian mucous pada telinga tengah ( grommet tube ) sangat konduktif untuk mengatasi kehilangan pendengaran dan otitis media yang tidak kunjung sembuh. 4. Gangguan pertumbuhan gigi Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk. 5. Gangguan berbicara Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada perkembangan otot-otot palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot- otot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, and ch", dan terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu. (Mulliken, 2014) 6. Penderita CLP mengalami berbagai permasalahan yang ditimbulkan akibat cacat ini adalah psikis, fungsi dan estetik dimana ketiganya saling berhubungan. Untuk fungsi dan nilai estetik baik untuk bibir, hidung dan rahangnya diperlukan pembedahan. Disamping jasa seorang spesialis Bedah Plastik juga dibutuhkan sebuah tim dokter lain yang terdiri dati dokter THT, dokter gigi spesialis ortodentis, dokter anak, tim terapi bicara dan pekerja sosial. Penderita CLP paling utama terjadi gangguan dalam berbicara, penyakit pada telinga dan mungkin saja jalan nafas menjadi ikut terganggu. Oleh karena itu dibutuhkan seorang ahli THT untuk melihat gangguan yang terjadi ini. (Quinn, 2015) Bayi yang baru lahir dengan CLP segera dipertemukan dengan pekerja sosial untuk diberi penerangan agar keluarga penderita tidak mengalami stress dan menerangkan harapan yang bisa didapatkan dengan perawatan yang menyeluruh bagi anaknya, Selain itu dijelaskan juga masalah yang akan dihadapi kelak pada anak. Menerangkan bagaimana memberi minum bayi agar tidak banyak yang tumpah. Pekerja sosial membuatkan suatu record psicososial pasien
  • 5. 5 dari sini diambil sebagai bagian record CLP pada umumnya. Pekerja sosial akan mengikuti perkembangan psikososial anak serta keadaan keluarga dan lingkungannya.(Mulliken, 2014) TAHAPAN OPERASI PADA CLP Tahapan Pre-Operasi : Dilakukan edukasi terhadap orangtua pasien mengenai tatacaram pemberian asupan makanan dan tindakan operasi. Sebe1um dilakukan operasi, kondisi bayi harus sehat, tindakan pembedahan mengikuti tata cara ""rule of ten": bayi berumur lebih 10 minggu, berat 10 pon atau 5 kg, dan memiliki hemoglobin lebih dari 10 gr%. 1. OPERASI TAHAP I ( Usia 3 bulan ) Labioplasty Dilakukan pada usia 3 bulan, memenuhi syarat “ rule of ten “ a. Operasi labioplasty ( bibir) b. Operasi primary rhinoplasty ( perbaikan hidung) c. Evaluasi telinga, adakah tanda2 otitis media, bila perlu dilakukan miringotomy kemudian pemasangan grommets tube. 2. OPERASI TAHAP II ( Usia 10-12 bulan ) Palatoplasty Perbaikan langit-langit disebut Palatorahy dilakukan pada usia 10 - 12 bulan, usia tersebut akan memberikan hasil fungsi bicara yang optimal karena memberikan kesempatan jaringan pasca operasi sampai matang pada proses penyembuhan luka sehingga sebelum penderita mulai bicara dengan demikian soft palate dapat berfungsi dengan baik. Jika operasi dilakukan terlambat sering hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal dan suara sengau,hal ini terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Dilakukan evaluasi pendengaran dan telinga
  • 6. 6 3. TAHAPAN III ( Usia 1,5 -4 tahun) Speech Terapi a. Evaluasi bicara, dimulai 3 bulan pasca operasi,setelah penyembuhan luka baik, tidak ada fistula. Speech terapi dilakukan oleh speech pathologist. b. Evaluasi pendengaran dan telinga 4. TAHAPAN IV ( Usia 5-6 tahun ) Vellopharingeal Insufisiensi ( VPI ) Velofaringeal insufisiensi adalah penutupan yang tidak sempurna dari katup velofaringeal sewaktu berbicara dan ditandai dengan hipernasalitas ( suara sengau ). Velofaringeal insufisiensi sering digunakan untuk menggambarkan defek anatomis atau structural yang mencegah penutupan orofaringeal yang adekuat. Insufisiensi velofaringeal adalah tipe VPD yang paling umum. Ini termasuk dengan velum pendek atau cacat, yang umum terjadi pada anak-anak dengan riwayat celah langit-langit, bahkan setelah perbaikan langit-langit. Disfungsi Velofaringeal adalah kesulitan bicara yang terjadi ketika otot langit- langit lunak di bagian belakang atap mulut tidak menutup rapat di dinding belakang tenggorokan saat berbicara. Ini menyebabkan udara keluar melalui hidung bukan mulut. penyebab VPI setelah tindakan palatoplasti (Nakamura dan tezuka • Short palate Keadaan ini disebabkan kondisi anatomis awal sebelum dioperasi terdapat cleft palate yg dalam • Insufficient velar elevation Tindakan releasing otot-otot palatum saat tindakan operasi tidak dilakukan dengan baik, sehingga gerakan velar post palatoplasty terbatas. Selain tindakan releasing yg tidak bagus, scar post palatoplasty juga akan mempengaruhi gerakan velar pasca palatoplasty • Midline defect of the velum Keadaan ini terjadi karena perbaikan defek pada muskulus uvula yang tidak baik, sehingga menyebabkan fistula Insufisiensi velofaringeal terjadi pada sekitar 20-30% pasien setelah perbaikan langit- langit mulut primer. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor yang berbeda, seperti tingkat keparahan dan jenis cleft, teknik bedah, dan usia pada saat operasi.
  • 7. 7 Diagnosis Anamnesis : suara hipernasal, misartikulasi, nasal emisi Pemeriksaan Fisik: i. Evaluasi bicara( speech analisis ), mengidentifikasi adanya velofaringeal insuffisiensi, anomaly dari organ pembentuk suara yaitu fungsi dan penempatan dari lidah, bibir, gigi, palatum molle dan palatum durum dalam membuat bunyi atau anomaly dari neuromuscular. ii. Evaluasi klinis, melihat derajat gerakan dari palatum molle dan otot faringeal, juga posisi dari otot levator pada palatum molle. iii. Test kaca, meletakkan kaca dibawah hidung dan pasien disuruh berbicara, bila kaca berembun berarti ada udara yang keluar dari hidung saat berbicara. Pemeriksaan Penunjang : Flexible Nasoendoscopy, Phonating cephalogram, Nasometry. Tindakan : Vellopharingioplasty ( posterior wall augmentation, Autologous fat grafting, 5. TAHAPAN V ( usia 6-7 tahun ) Secondary Rhinoplasty dan revisi scar 6. TAHAPAN VI ( Usia 8-9 tahun ) ORTOGNATIC Surgery Evaluasi gusi , gigi dan rahang, pembentukan lengkung orthodonti, pembuatan model gigi. Koreksi untuk kelainan ini dilakukan pada saat usia 8-9 tahun, dan bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi. Komplikasi pasca operasi yang sering terjadi berupa lepasnya jahitan, dan terjadinya kelainan pertumbuhan maksila akibat terlalu tegangnya otot yang dihubungkan, Pada celah bibir komplit bilateral terdapat tiga masalah tambahan yaitu keadaan premaksila yang menonjol, kolumela yang inadekuat dan insufisiensi suplai darah ke prolabium, kolumela dan premaksila inadekuat.( Campbell A,2010) 7. TAHAPAN VII ( usia 7-9 tahun) ALVEOLAR BONE GRAFT Pada usia 7-9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah alveolar/maxilla untuk tindakan bone graft dimana ahli orthodonti yang akan mengatur pertumbuhan gigi caninus kanan-kiri celah agar normal. Dilakukan sebelum terjadinya erupsi gigi permanen pada saat akar gigi Caninus maxilla telah terbentuk , 2/3 panjang dari normal. Sebelum
  • 8. 8 dilakukan alveolar bone graft, gigi susu atau gigi lain yang mempunyai prognosis buruk di ektraksi, agar tidak menjaikan locus minorus yang menyebabkan gagalnya alveolar bone grfat Bone graft ini diambil dari bagian spongius crista iliaca.. 8. TAHAPAN VIII Final Touch ( usia 12-13 tahun) 9. TAHAPAN IX ( 18 tahun atau lebih ) Le Fort Osteotomy ( maxillary advancement ) Evaluasi dari tulang-muka. Evaluasi pada perkembangan selanjutnya pada penderita CLP sering didapatkan hipoplasia pertumbuhan maxilla sehingga terjadi dish face muka cekung. Keadaan ini dapat dikoreksi dengan cara operasi advancement ostetomi Le Fort I(maxillary advancement) pada usia 17 tahun dimana tulang-tulang muka telah berhenti pertumbuhannya. Hal ini dilakukan oleh bedah ortognatik, memotong bagian tulang yang tertinggal pertumbuhannya dan merubah posisinya maju ke depan. Grab & Smith Plastic Surgery, 6 edition
  • 9. 9 Teknik Pembedahan Celah Bibir 1. Teknik untuk unilateral cleft lip Beberapa prosedur bedah untuk memperbaiki unilateral cleft lip telah dikemukakan dengan variasi yang beragam antara lain "Rose-Thompson Straight Line Closure, Randall- Tennison triangular flap repair, Mulard rotation-advancement repair, LeMesurier quadrilateral flap repair, Lip adhesion, and Skoog dan Kernahan-Bauer upper dan lower lip Z-plasty repair. Dan masih banyak lagi teknik- teknik yang lain seperti teknik Delaire dan teknik Poole. Setiap teknik tersebut bertujuan untuk mengembalikan kontuinitas dan fungsi dari musculus orbicularis dan menghasilkan anatomis yang simetris. Kesemuanya mencoba untuk memperpanjang pemendekan philtrum pada bagian bercelah dengan melekatkan jaringan dari elemen bibir lateral ke elemen bibir medial, dengan menggunakan berbagai kombinasi antara lain merotasi, memajukan. dan mentransposisikan penutup. (Debra, 2014) Teknik Rose-Thompson straight line closure merupakan teknik untuk penyambungan linear defek minimal tanpa distorsi lantai nostril diawali dengan pertimbangan mengenai titik anatomis yang ada. Dua teknik yang sering digunakan yaitu teknik rotasi Millard dan teknik triangular. Teknik Millard membuat dua flap yang berlawanan di mana pada sisi medial dirotasi ke bawah dari kolumella untuk menurunkan titik puncak ke posisi normal dan sisi lateral dimasukkan ke arah garis tengah untuk menutupi defek pada dasar kolumella. (Debra, 2014) Keuntungan dari teknik rotasi Millard adalah jaringan parut yang terbentuk berada pada jalur anatomi normal dari collum philtral dan batas hidung. Teknik triangular dikembangkan oleh Tennison dan kawan-kawan dengan menggunakan flap triangular dari sisi lateral, dimasukkan ke sudut di sisi medial dari celah tepat di atas batas vermillion, melintasi collum philtral sampai ke puncak cupid. Triangle ini menambah panjang di sisi terpendek dari bibir. Teknik ini menghasilkan panjang bibir yang baik tetapi jaringan parut yang terbentuk tidak terlihat alami. (Debra, 2014) Teknik Milliard Rotation Advancement adalah teknik yang dikembangkan oleh Milliard dengan perbaikan bertahap cocok untuk memperbaiki baik cleft lip komplit maupun inkomplit. Teknik ini sederhana, tapi diperlukan mata yang baik dan tangan yang bebas karena merupakan teknik-teknik 'cut as you go' bagian nasal rekonstruksi harus didudukkan pada posisi anatomi sphincter oral, rotasi seluruh crus lateral + medial dari kartilago lateral, rekonstruksi dasar hidung (baik lebar dan tingginya) dengan koreksi asimetris maksila yang hipoplastik untuk meninggikan ala bawah yang mengalami deformitas dan penempatan kolumella dan septum nasi ke midline untuk memperoleh nostril yang simetris. Bagian bibir yang normal disiapkan untuk menerima bagian sisi yang sumbing pada teknik Miliard, untuk itu maka sisi yang sehat dengan cupid’s bow. harus diiris sepanjang bawah kolumella dan dibebaskan ke bawah, ke arah estetika normal. Bagian bibir yang sumbing harus diiris sedemikian rupa untuk mengisi gap celah yang telah disiapkan pada bibir yang sehat.
  • 10. 10 2. Teknik untuk complit dan incomplit bilateral cleft lip Apabila celah bilateral komplit pada satu sisi dan inkomplit pada sisi yang lain tidak hanya terjadi defisiensi bilateral tapi juga asimetris dari distorsi. Adaptasi prinsip rotation advancement terbagi kepada dua tahap, cleft komplit dirotasi dan diangkat untuk menutupi supaya suplai darah ke prolabium dialirkan deft incomplete. lika kolurnella terdapat pemendekan unilateral flap c digunakan untuk pemanjangan. Satu bulan lebih kemudian, sisi yang kedua dirotasi dan ditarik supaya simetris. (Mulliken, 2014) 3. Teknik untuk complete bilateral cleft lip Complit bilateral cleft terdapat tiga masalah tambahan yang biasanya tidak terdapat di incomplete cleft (1) premaksilla yang menonjol. (2) kolumella yang inadekuat atau tidak ada (3) satu-satunya suplai darah ke prolabium adalah melalui kolumella dan premaksilla. Perbaikan secara bedah melibatkan beberapa prosedur primer dan sekunder. Prosedur pembedahan dan waktu pelaksanaannya bervariasi, tergantung dari tingkat keparahan defeknya dan keputusan dari dokter bedahnya. Waktu yang tepat untuk dilakukan operasi perbaikan masih diperdebatkan. Namun dokter bedah plastik biasa memilih rentang waktu antara 24 jam sampai 12 bulan setelah kelahiran. Terdapat pendapat lain yang menunda sampai beberapa bulan untuk menunggu bayi lebih besar dan lebih kuat. Jika tidak ada kontraindikasi medis, bisa diikuti rule of ten, yaitu dapat dilakukan operasi bila pasien berusia 10 minggu, berat badan 10 pon dan hemoglobin setidaknya 10 g/dl. Namun jika terdapat kondisi medis yang membahayakan kesehatan bayi, operasi ditunda sampai resiko medis minimal. (Balaji, 2013) Penutupan bibir awal (primary lip adhesion) dilakukan selama beberapa bulan pertama lalu dilanjutkan dengan perbaikan langit-langit. Tujuan dari penutupan bibir awal ini adalah untuk mendapatkan penampilan yang lebih baik, mengurangi insiden penyakit saluran pernafasan dan untuk mengizinkan perbaikan definitif tanpa halangan berupa jaringan scar yang berlebihan. Prostetik dan orthopedic appliances dapat digunakan untuk mencetak atau memperluas segmen maksila sebelum penutupan defek langit-langit. Selanjutnya, autogenus bone graft dapat ditempatkan pada daerah defek tulang alveolar. (Balaji, 2013) Prosedur perbaikan sekunder jaringan lunak dan prosedur ortognatik dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi dan tampilan estetik. Teknik yang digunakan dalam penutupan celah bibir yang baik, selain berorientasi pada kesimetrisan dan patokan anatomi bibir juga memperhitungkan koreksi kelainan yang sering dijumpai bersamaan, misalnya hidung, baik pada saat yang bersamaan dengan labioplasty maupun pada kesempatan yang telah direncanakan kemudian hal ini untuk mempersiapkan jaringan dan menghindari parut atau scar yang berlebihan. Prosedur yang mungkin dilakukan antara lain seperti perbaikan konfigurasi anatomi bibir, hidung, langit-langit durum, langit-langit molle dan alveolus. Penggunaan alat ortodontik juga dapat dilakukan untuk mendapatkan susunan gigi geligi yang baik didalam lengkung rahang dan memiliki hubungan fungsional yang baik pula. (Balaji, 2013)
  • 11. 11 Labioplasty Operasi labioplasty dilakukan pada usia kurang lebih 3 bulan dan mengikuti ketentuan rule of tens yaitu : 1. Berat bayi minimal 10 pounds 2. Hemoglobin lebih atau sama dengan 10 gr/dl dan 3. lekosit maksimal 10.000 /dl. Tujuan utama labioplasty adalah menciptakan bibir dan hidung yang seimbang dan simetris dengan jaringan parut minimal dan menciptakan bibir yang berfungsi baik dengan mengurangi pengaruh operasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan lengkung maksila. (Marie M. 2012) Untuk tujuan tersebut maka setiap elemen celah bibir dan hidung harus dibentuk seanatomis mungkin (kartilago, kulit, otot dan mukosa nasal) dengan memperhatikan pengambilan jaringan minimal untuk mencegah kurangnya volume bibir dan hidung. Penanganan tepi insisi yang baik juga harus dilakukan untuk mengurangi jaringan parut pasca operasi. (Marie M. 2012) Gambar 8. triangular cleft lip repair. A) menandai daerah yang akan di triangular cleft lip repair. B) penampakan selama operasi triangular repair. C) perbaikan komplit. (Marie M. 2012) Palatoplasty Tujuan palatoplasty adalah memisahkan rongga mulut dan rongga hidung, membentuk katup velofaringeal yang kedap air dan kedap udara dan memperoleh tumbuh kembang maksilofasial yang mendekati normal. Tantangan daripada palatoplasty dewasa ini bukanlah hanya bagaimana menutup defek celah langit-langit namun juga bagaimana didapatkan fungsi bicara yang optimal tanpa mengganggu pertumbuhan maksilofasial. (Bagheri, 2013) Waktu yang paling tepat untuk dilakukannya palatoplasty masih tetap menjadi kontroversi. Sebagian ahli bedah mendukung waktu palatoplasty sebelum usia 12 bulan karena
  • 12. 12 lebih menguntungkan perkembangan bicara pasien sebab proses belajar bicara dimulai pada usia 12 bulan. (Bagheri, 2013). Penundaan palatoplasty lebih menguntungkan untuk perkembangan maksilofasial namun lebih merugikan untuk perkembangan bicara pasien. Waktu yang paling optimal untuk palatoplasty sampai sejauh ini secara ilmiah belum terbukti namun sebagian besar ahli bedah sepakat bahwa palatoplasty harus dilakukan sebelum usia 2 tahun. (Bagheri, 2013) Terdapat berbagai jenis teknik palatoplaty namun yang paling sering dipakai adalah teknik von langenbeck dan V-Y push back (Veau- Wardill-Kilner). Kedua teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan (Bagheri, 2013) Von langenbeck Palatoplasty Teknik von langenbeck menggunakan mukoperiosteal flap bipedikel pada palatum durum dan palatum molle untuk menutup defek celah langit-langit. Basis anterior dan posterior bipedikel flap didekatkan kearah medial untuk menutup celah langit-langit. Keuntungan : a. Teknik mudah dikerjakan b. Waktu operasi cepat Kekurangan : a. Tidak mampu memanjangkan palatum ke posterior sehingga kemungkinan terjadinya velopharingeal incompetence lebih tinggi. b. Fungsi bicara tidak optimal Gambar 9. A) marking desain flap B) Bipedikel mucoperiosteal flap dielevasi dari lateral relaxing incision ke margin celah langit-langit dilanjutkan dengan penutupan lapisan mucoperiosteum nasal. flap mucoperiosteum rongga mulut komplit. (Bagheri, 2013) V-Y Pushback ( Veau- Wardill Kilner) palatoplasty
  • 13. 13 Gambar 10. A) penentuan marking insisi. B) mukoperiosteal flap oral dielevasi dengan mempertahankan neurovascular bundle palatinus mayus pada kedua sisi dilanjutkan retroposisi dan repair m. levator velli palatine setelah penutupan mukoperiosteal nasal. C) penjahitan mukoperiousteum oral. (Bagheri, 2013) Keuntungan : 1. Memperpanjang palatum ke posterior 2. Meningkatkan fungsi bicara sebagai akibat palatum yang bisa diperpanjang lebih ke posterior Kekurangan : 1. Kemungkinan timbul fistula pada daerah antara palatum durum dan palatum molle karena mukoperiosteum yang tipis didaerah tersebut. 2. Meninggalkan tulang terbuka / denuded bone yang lebar pada tepi lateral celah langit- langit. Daerah ini kemudian membentuk jaringan parut yang berperan pada konstriksi lengkung maksila. 3. Waktu operasi lebih lama (Bagheri, 2013)
  • 14. 14 PERAWATAN POST OPERASI LABIOPLASTY Setelah lapangan operasi diberihkan dengan Nacl 0,9 %,luka operasi dan jahitan diberi dengan gentamisin zalp mata. Diberikan antibiotic selama 3 hari. Setiap 2-3 kali luka dibersihkan dengan kassa yang dibasahi Nacl 0,9 %, kemudian di olesi lagi dengan cream antibiotic. Jahitan diangkat pada hari ke 6. Anak dianjurkan untuk minum dengan sendok selama 2 minggu, setelah itu diperbolehkan menggunakan dot ( Djohansyah Marjuki, 2002) Komplikasi operasi Early : perdarahan, wound dehisense, infeksi Delay : fistula, parut tidak baik, asimetri bibir, wound dehisens PERAWATAN POST OPERASI PALATOPLASTY Segera setelah sadar, pemderita diperbolehkan minum dan makanan cair sampai dengan 3 minggu dan selanjutnya makan makanan biasa. Bagi anak kecil biasakan setelah makan makanan cair dilanjutkan dengan minum air putih. Berikan antibiotic selama 3 hari. ( Djohansyah Marjuki, 2002)
  • 16. 16 SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 6 BULAN DENGAN LABIOGNATOSCHIZIS UNILATERAL SINISTRA INKOMPLIT NON SYNDROMIK IDENTITAS PASIEN Nama Penderita : An. A Umur : 6 bulan Agama : Islam Alamat : Karanganyar No. CM : 459082 Masuk RS : 13 Mei 2019 II. DAFTAR MASALAH No. Problem Aktif Tanggal Problem Pasif Tanggal 1. Labiognatoschizis unilateral sinistra inkomplit 13 Mei 2019 III. ANAMNESIS Alloanamnesis dengan ibu pasien di poli bedah plastik jam 10.30 tanggal 13 Mei 2019 Keluhan Utama : sumbing bibir dan gusi mulut Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak lahir pasien menderita sumbing bibir dan gusi. Minum ASI (-), minum ASI/susu formula (+) dengan sendok. Pasien berobat ke dokter dan disarankan untuk operasi. Penderita akhirnya dibawa ke poli bedah plastik RSDM. Keluhan kelainan lain tidak ada. Riwayat Penyakit Dahulu : - Riwayat penyakit jantung bawaan (-) - Riwayat alergi (-)
  • 17. 17 Riwayat Penyakit Keluarga : - Tidak ada anggota keluarga yang setelah lahir mengalami sakit seperti ini Riwayat Sosial Ekonomi : Ayah bekerja sebagai petani, ibu tidak bekerja. Biaya pengobatan ditanggung BPJS. Kesan: sosial ekonomi kurang. Riwayat Perinatal : Pre Natal : Anak lahir dari ibu G3P2A0, 38 tahun, hamil 39 minggu. ANC > 4x, mendapat imunisasi TT 1x. Selama hamil ibu tidak pernah mengalami penyakit kehamilan, hipertensi (-), DM (-), trauma saat hamil, tidak mengalami perdarahan jalan lahir, tidak pernah minum jamu, tidak pernah meminum obat-obatan tanpa resep dokter, hanya minum vitamin dan tablet tambah darah yang diberikan dokter. Natal : Lahir bayi perempuan, usia kehamilan 39 minggu, lahir secara normal, bayi lahir langsung menangis,, biru-biru (-), kuning (-), anus (+), jari-jari lengkap, BBL 3200 gr. Post Natal : Anak dibawa kontrol ke dokter dan disarankan untuk dilakukan operasi, keadaan anak didapatkan celah pada daerah bibir dan gusi mulut. Riwayat Makan Dan Minum : 0-sekarang : susu ASI + formula, semau anak, ±10x/hari Riwayat Imunisasi : Lengkap sesuai umur Riwayat Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak : Pertumbuhan : Berat badan : 6,0 kg Panjang badan : 60 cm Lingkar kepala : 37 cm Perkembangan :
  • 18. 18 Perkembangan anak sesuai umur Riwayat Keluarga Berencana Orang Tua : Tidak menggunakan kontrasepsi IV. DIAGRAM SILSILAH KELUARGA V. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : tampak baik, aktif, dan tampak sumbing pada bibir dan gusi mulut disebelah kiri Kesadaran : compos mentis Tanda Vital : HR : 104x/menit RR : 26x/menit T : 36,80 C Kepala : mesosefal Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), hipertelori (-) Telinga : discharge (-/-), low seat ear (-) Hidung : discharge (-/-), saddle nose (-) Mulut : tampak celah pada bibir dan gusi mulut di sebelah kiri, celah tidak sampai langit-langit dan dasar cavum nasi, gigi belum ada. Tenggorok : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 Leher : trakea letak tengah Thorax :
  • 19. 19 Pulmo: Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis Palpasi : stem fremitus tidak dapat dinilai Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-) Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2cm medial LMCS Perkusi : konfigurasi jantung sulit dinilai Auskultasi : suara jantung I-II normal, suara tambahan (-) Abdomen : Inspeksi : datar Palpasi : supel Perkusi : timpani, sulit dinilai Auskultasi : bising usus (+) normal Vertebra : spina bifida (-) Genitalia : perempuan, labia mayor menutup labia minor Ekstremitas : superior inferior Sianosis -/- -/- Edema -/- -/- Akral dingin -/- -/- Capp.refill <2”/<2” <2”/<2” Status Lokalis I : terlihat adanya celah pada bibir dan gusi pada mulut sebelah kiri, celah bibir tidak mencapai langit-langit. Pa : celah pada gusi sebagian
  • 20. 20 VI. DIAGNOSIS Labiognatoschizis unilateral sinistra inkomplit non syndromik VII. PLAN Labioplasty Millard I
  • 21. 21 Telah dilakukan operasi Labioplasty Millard pada tanggal 14 Mei 2019 Laporan operasi : - Posisi supine dlm GA, toilet medan operasi tutup dengan duk steril. - Pasang intraoral pack. - Gambar design incisi Millard I 1. Cupid Bow yang paling rendah 2. Cupid Bow yang paling Tinggi 3. Mengukur jarak yang sama 4. Jarak; white skin roll mulai menghilang/ paling tebal dari sudut bibir 5. Tarik garis Lurus s.d batang Columella (membagi dua) 6. Sejajar dengan No.5 7. Pas disudut hidung 8. Sejajar dengan No.6 - Dilakukan Incisi dari: 5 ke 3 8 ke 3 3 ke Bawah - Dilakukan Incisi dari: 6 ke 7 - Flap A 6 ke 4 4 ke bawah - Flap B 5 ke 3 3 ke bawah Flap C - Jahit mukosa setinggi mungkin untuk menghindari fistel oronasal - Jahit otot dengan benang multifilamen absorable 5.0 - Jahit kulit dengan benang monofilamen nonabsorable 6.0
  • 22. 22 TGL Follow Up Plan 15 Mei 2019 S: - 0: KU baik Status lokalis R. Labialis: I : luka kering, krusta (+) , wound dehisens – Assestment : Post labioplasty ai Labiognatoschizis unilateral sinistra inkomplit non syndromic DPH I Plan: Medikasi luka Rawat luka terbuka dgn gentamisin zalp mata. Minum ASI/Susu formula dg sendok Tidak boleh menghisap/nge Dot selama 2 minggu Rawat jalan 17 Mei 2019 S: - 0: KU baik Status lokalis R. Labialis: I : luka kering, krusta (+) , wound dehisens – Assestment : Post labioplasty ai Labiognatoschizis unilateral sinistra inkomplit non syndromic DPH III Plan: Medikasi luka Rawat luka terbuka dgn gentamisin zalp mata. Minum ASI/Susu formula dg sendok Tidak boleh menghisap/nge Dot selama 2 minggu 21 Mei 2019 S: - 0: KU baik Status lokalis R. Labialis: I : luka kering, krusta (-) , wound dehisens – Assestment : Post labioplasty ai Labiognatoschizis unilateral sinistra inkomplit non syndromic DPH VII Plan: Aff Hecting Minum ASI/Susu formula dg sendok Tidak boleh menghisap/nge Dot selama 2 minggu
  • 23. 23 DAFTAR PUSTAKA Bagheri, Shahrokh C., Chris Jo. Cleft lip and palate. Clinical Review of Oral and maxillofacial Surgery. Amerika: Mosby Elsevier 2013 : 336-431 Balaji SM. Textbook of oral & maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier 2013: 493-514. Djoehansyah Marjuki, Tehnik Pembedahan Celah Bibir dan langit-langit, Jakarta, Sagung seto, 2002 Debra SJ, Michael DJ. Neonatal Cleft Lip and Cleft Palate Repair. Goliath. July 2014 Lalwani, Anil K.. Current diagnosis & treatment. Head & Neck Surgery. New York: A Lange Medical book 2013: 323-38. Lee, K. J.. Essential Head and Neck Surgery, 9th edition, Mc Graw Hill 2013: 293-303. Marie M. Pediatric Cleft Lip and Palate Treatment and Management. Medscape reference : 2012 Mulliken JB. The Changing Faces of Children with Cleft Lip and Palate. NEJM. Vol:351. August 2014. P. 745-7 Quinn FB. Cleft lip and Palate. UTMB Dept. of Otolaryngology Grand Rounds. July 2014 Smith’s Plastic surgery. 6th edition. 2015: p.201-8 Thorne CH. Congenital Anomalies and Pediatric Plastic Surgery. At : Grabb and Tolarova, MM. Pediatric cleft lip and palate. July 2015. Available on http://emedicine.medscape.com/article/995535-overview