SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cacat bawaan adalah merupakan suatu kesatuan cacat lahir pada neonates
yang tidak diinginkan kehadirannya oleh orang tua maupun petugas
medis. Perhatian kita terhadap cacat bawaan masih kurang, sedangkan Negara
kita saat ini telah berhasil dalam penyelenggaraan KBn serta telah berhasil
memasyarakatkan NKKBS, maka pada zaman sekarang ini masalah kualitas hidup
anak merupakan prioroitas utama bagi program kesehatan nasional. Salah satu
faktor mempengaruhi kualitas hidup anak adalah cacat bawaan.
Kelainan bawaan seperti labioskizis, hernia diafragmatika, dan obstruksi
biliaris . Labioskiziz atau yang lebih dikenal dengan sebutan bibir sumbing,
merupakan masalah yang di alamai oleh sebagian kecil masyarakat. Setiap tahun,
diperkirakan 700-10.000 bayi lahir dengan keadaan bibir sumbing.
Namun hal tersebut dapat di atasi dengan kecanggihan alat kedokteran.
Bagi penderita yang memiliki perekonomian di atas rata-rata, dapat dengan segera
menjalani tindakan operasi. Namun bagi penderita yang belum mampu untuk
melakukan tindakan operasi tidak perlu merasa khawatir, karena pemerintah
sudah mulai mengadakan bantuan operasi gratis bagi masyarakat yang kurang
mampu.
Menurut laporan peneliti dari berbagainegara, cacat labiopalatoschizis
dapat munculdari 1 : 800 sampai 1 : 2000 kelahiran. Indonesia yang berpenduduk
200 juta lebih, tentu mempunyai dan akan mempunyai banyak kasus
labiopalatoschizis. Labiopalatoschizis merupakan kelainan bibir dan langit-langit,
hal ini biasanya disebabkan karena perkembangan bibir dan langit-langit yang
tidak dapat berkembang secara sempurna padamasa pertumbuhan di dalam
kandungan Dimana biasanya penderita labiopalatoschizis mempunyai bentuk
wajah kurang normal dan kurang jelas dalam berbicara sehingga menghambat
masa persiapan sekolahnya.
Labiopalatoschizi sering dijumpai pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan (Randwick, 2002) kelainan ini merupakan kelainan yang disebabkan
factor herediter, lingkungan, trauma, virus (SjamsulHidayat, 1997).
Kelainan ini dapat dilihat ketika bayi berada di dalam kandungan,
melalui alat yang disebut USG atau Ultrasonografi. Setelah bayi lahir kelainan ini
tampak jelas pada bibir dan langit –langitnya.
Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa
disebut labiopalatoskisis. Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang
diderita ibu pada kehamilan trimester 1. jika hanya terjadi sumbing pada bibir,
bayi tidak akan mengalami banyak gangguan karena masih dapat diberi minum
dengan dot biasa. Bayi dapat mengisap dot dengan baik asal dotnya diletakan
dibagian bibir yang tidak sumbing.
Kelainan bibir ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila
sumbing mencakup pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami
kesukaran minum, walaupun bayi dapat menghisap naun bahaya terdesak
mengancam. Bayi dengan kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan
pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran pernafasan akibat
aspirasi.keadaan umu yang kurang baik juga akan menunda tindakan untuk
meperbaiki kelainan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari permasalahan yang timbul,maka penulis tertarik untuk
membuat “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Cacat Kongenital Dengan
Labiopalatoskizis di ruangan Perinatologi RSUD Dr.Muhammad Zein Painan
Tanggal 12 september 2014”.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dengan cacat
congenital pada bayi Ny.”S”dengan Labiopalatoskizis Di Ruangan
Perinatologi RSUD.Dr.Muhammad Zein Painan Tanggal 12 September 2014
dengan menggunakan pendekatan asuhan kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data pada bayi
Ny.”S”Dengan Labiopalatoskizis di Ruangan Perinatologi RSUD
Dr.Muhammad Zein Painan Tanggal 12 September 2014.
b. Dapat mendiagnosa/masalah data pada bayi Ny,”S”Dengan
Labiopalatoskizis di Ruangan Perinatologi RSUD Dr.Muhammad Zein
Painan Tanggal 12 September 2014.
c. Dapat merumuskan diagnose/masalah potensial pada bayi Ny.”S”
Dengan Labiopalatoskizis di Ruangan Perinatologi RSUD
Dr.Muhammad Zein Painan Tanggal 12 September 2014.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Labiopalatoskizis
2.1.1 Defenisi Labiopalatoskizis
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat
kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis
medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan
Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum
pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi.
Labioskizis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana
terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat
berupa takik kecil pada bahagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan
komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung.
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi
karenakegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik.
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut
berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa
perkembangan embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak
tumbuh bersatu.
Labiopalatoshizis adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit –langit
rongga mulut dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini
disebabkan bibir dan langit-langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada
masa pembentukan mesoderm pada saat kehamilan.
Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa
adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Palatoskisi adalah adanya celah pada
garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato
pada masa kehamilan 7-12minggu.
Labiopalatoshizis yang terjadi sering kali berbentuk fistula, dimana fistula
ini dapat diartikan sebagai suatu lubang atau celah yang menghubungkan rongga
mulut dan hidung (Sarwoni, 2001).
Labiopalatoskisis merupakan kelainan congenital anomaly yang berupa
adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Kedua keadaan ini di bahas bersama
karena berhubungan sangat erat. Kelainan ini diduga terjadi pada sekitar satu
dalam 1000 kelahiran. Deformitas terbagi menjadi 3 kategori:
1. Sumbing pra alveolar, di mana yang terlibat adalah bibir, atau bibir dengan
hidung (derajat empat)
2. sumbing alveolar, dimana sumbing melibatkan bibir, tonjolan alveolar dan
biasanya palatum (derajat tiga)
3. Sumbing pasca alveolar, dimana sumbing terbatas hanya pada palatum
(derajat pertama dan kedua)
Palatoskisis lebih serius proknosanya dibandingkan dengan labioskisis.
Dari bentuknya yang terletak diantara nasofaring dengan hidung , sehingga
menimbulkan masalah dalam hal makan, memudahkan infeksi saluran pernafasan
dan infeksi telinga tengah.
Labioskisis atau clelf lip dapat terjadi berbagai derajat malformasi, mulai
dari yang ringan pada tepi bibir di kanan, di kiri atau kedua tepi bibir dari garis
tengah, sampai sumbing yang lengkap berjalan hingga ke hidung. Terdapat variasi
lanjutan dari cacat yang melibatkan palatum.
2.1.2 Etiologi
Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio
palatoschizis, antara lain:
1. Faktor
2. Genetik
Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan
dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua. Diseluruh dunia
ditemukan hampir 25 – 30 % penderita labio palatoscizhis terjadi karena
faktor herediter. Faktor dominan dan resesif dalam gen merupakan
manifestasi genetik yang menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor
genetik yang menyebabkan celah bibir dan palatum merupakan manifestasi
yang kurang potensial dalam penyatuan beberapa bagian kontak.
3. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional, baik
kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal).
Zat –zat yang berpengaruh adalah:
a. Asam folat
b. Vitamin C
c. Zn
Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat,
vitamin C dan Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut
dibutuhkan dalam tumbuh kembang organ selama masa embrional. Selain
itu gangguan sirkulasi foto maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh
kembang organ selama masa embrional.
4. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:
a. Jamu
Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat berpengaruh pada
janin, terutama terjadinya labio palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa
yang menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum jelas. Masih ada
penelitian lebih lanjut
b. Kontrasepsi hormonal
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi hormonal,
terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin, karena akan terjadi
gangguan sirkulasi fotomaternal.
c. Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama
labio palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain :
1) Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)
2) Aspirin (Obat – obat analgetika)
3) Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream
pemutih). Sehingga penggunaan obat pada ibu hamil harus dengan
pengawasan dokter.
5. Faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan
Labio palatoschizis, yaitu:
a. Zat kimia (rokok dan alkohol)
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat
berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung pada
rokok dan alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa
embrional.
b. Gangguan metabolik
Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetessangat rentan
terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat berpengaruh
padatumbuh kembang organ selama masa embrional.h
c. Penyinaran radioaktif
Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi
penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat mengganggu
proses tumbuh kembang organ selama masa embrional.
6. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang
terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat
berpengaruh terjadinya kelainan kongenital terutama labio palatoschizis.
Dari beberapa faktor tersebit diatas dapat meningkatkan terjadinya
Labio palatoshizis, tetapi tergantung dari frekuensi dari frekuensi pemakaian,
lama pemakaian, dan wktu pemakaian.
Manifestasi klinis
a. Tampak ada celah
b. Adanya rongga pada hidung
c. Distorsi hidung
d. Kesukaran dalam menghisap atau makan.
2.1.3 Patofisiologi
Cacat tebentuk pada trimester pertama, prosesnya karena tidak
terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah
menyatu (Prosesus nasalis dan maksialis) pecah kembali.
Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensi
cukup tinggi. Bibir sumbing memiliki beberapa tingkantan kerusakan sesuai
organ yang mengalami kecacatannya. Bila hanya dibibir disebut labioschizis,
tapi bisa juga mengenai gusi dan palatum atau langit-langit. Tingkat kecacatan
ini mempengaruhi keberhasilan operasi. Cacat bibir sumbing terjadi pada
trimester pertama kehamilan karena tidak terbentuknya suatu jaringan di
daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada masa
kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi,
obat2 tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering ditemukan di
desa terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik
serta gizi yang buruk. Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami
gangguan fungsi berupa kesulitan menghisap ASI, terutama jika kelainannya
mencapai langit-langit mulut. Jika demikian, ASI dari ibu harus dipompa dulu
untuk kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol berlubang besar
pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan. Posisi bayi yang tegak sangat
membantu masuknya air susu hingga ke kerongkongan. Jika tidak tegak,
sangat mungkin air susu akan masuk ke saluran napas mengingat refleks
pembukaan katup epiglottis( katup penghubung mulut dengan kerongkongan)
mesti dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur. Bibir
sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung,
tenggorokan, tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan)
sebagai akibat mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke
rongga hidung dari celah sumbingnya.
1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang
selama fase embrio pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial
dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan
oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12
minggu.
4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa
kehamilan.
2.1.4 Klasifikasi
1. Berdasarkan organ yang terlibat
a. Celah bibir ( labioscizis ) : celah terdapat pada bibir bagian atas
b. Celah gusi ( gnatoscizis ) : celah terdapat pada gusi gigi bagian atas
c. Celah palatum ( palatoscizis ) : celah terdapat pada palatum
2. Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk
a. Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung
b. Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung
3. Berdasarkan letak celah
a. Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir
b. Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir
c. Midline : celah terjadi pada tengah bibir
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah:
1) Kesulitan berbicara – hipernasalitas, artikulasi, kompensatori
Dengan adanya celah pada bibir dan palatum, pada faring terjadi
pelebaran sehingga suara yang keluar menjadi sengau.
2) Maloklusi – pola erupsi gigi abnormal
Jika celah melibatkan tulang alveol, alveol ridge terletak disebelah
palatal, sehingga disisi celah dan didaerah celah sering terjadi erupsi.
3) Masalah pendengaran – otitis media rekurens sekunder
Dengan adanya celah pada paltum sehingga muara tuba eustachii
terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media rekurens sekunder.
4) Aspirasi
Dengan terganggunya tuba eustachii, menyebabkan reflek menghisap
dan menelan terganggu akibatnya dapat terjadi aspirasi.
5) Distress pernafasan
Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat ditolong secara dini, akan
mengakibatkan distress pernafasan
6) Resiko infeksi saluran nafas
Adanya celah pada bibir dan palatum dapat mengakibatkan udara luar
dapat masuk dengan bebas ke dalam tubuh, sehingga kuman – kuman
dan bakteri dapat masuk ke dalam saluran pernafasan.
7) Pertumbuhan dan perkembangan terlambat
Dengan adanya celah pada bibir dan palatum dapat menyebabkan
kerusakan menghisap dan menelan terganggu. Akibatnya bayi menjadi
kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
8) Asimetri wajah
Jika celah melebar ke dasar hidung “ alar cartilago ” dan kurangnya
penyangga pada dasar alar pada sisi celah menyebabkan asimetris
wajah.
9) Penyakit peri odontal
Gigi permanen yang bersebelahan dengan celah yang tidak mencukupi
di dalam tulang. Sepanjang permukaan akar di dekat aspek distal dan
medial insisiv pertama dapat menyebabkan terjadinya penyakit peri
odontal.
10) Crosbite
Penderita labio palatoschizis seringkali paroksimallnya menonjol dan
lebih rendah posterior premaxillary yang colaps medialnya dapat
menyebabkan terjadinya crosbite.
11) Perubahan harga diri dan citra tubuh
Adanya celah pada bibir dan palatum serta terjadinya asimetri wajah
menyebabkan perubahan harga diri da citra tubuh.
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan labio palatoschizis adalah dengan tindakan
pembedahan. Tindakan operasi pertama kali dikerjakan untuk menutup celah
bibir palatum berdasarkan kriteria “ rule of ten “, yaitu:
1. Umur lebih dari 10 minggu ( 3 bulan )
2. Berat lebih dari 10 pond ( 5 kg )
3. Hb lebih 10 g / dl
4. Leukosit lebih dari 10.000 / ul
Cara operasi yang umum dipakai adalah cara millard. Tindakan operasi
selanjutny adalah menutup bagian langitan ( palatoplasti ), dikerjakan sedini
mungkin ( 15 – 24 bulan ) sebelum anak mampu berbicara lengkap sehingga
pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara. Kalau operasi dikerjakan
terlambat, seringkali hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara
normal ( tidak sengau ) sulit dicapai.
Bila Ini telah dilakukan tetapi suara yang keluar masih sengau dapat
dilakukan laringoplasti. Operasi ini adlah membuat bendungan pada faring
untuk memperbaiki fonasi, biasanya dilakukan pada umur 6 tahun keatas.
Pada umur 8 -9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah
alveolus atau maksila untuk memungkinkan ahli ortodonti mengatur
pertumbuhan gigi di kanan kiri celah supaya normal. Graft tulang diambil dari
dari bagian spongius kista iliaca. Tindakan operasi terakhir yang mungkin
perlu dikerjakan setelah pertumbuhan tulang – tulang muka mendekatiselesai,
pada umur 15 – 17 tahun.
Sering ditemukan hiperplasi pertumbuhan maksila sehingga gigi
geligig depan atas atau rahang atas kurang maju pertumbuhannya. Dapat
dilakukan bedah ortognatik memotong bagian tulang yang tertinggal
pertumbuhannya dan mengubah posisinya maju ke depan.
2.2 Konsep Dasar Asuhan
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Labiopalatoskizis
2.2.1 Pengkajian Data
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Labiopalatoschizis adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit-langit
rongga mulut dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini
disebabkan bibir dan langit-langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna
pada masa pembentukan mesoderm pada saa tkehamilan.
2. Beberapa penyebab labiopalatoschizis antara lain: factor genetik,
insufisiensi zat untuk tumbuh kembang, pengaruh obat teratogenik, factor
lingkungan maupunin feksik hususnya toxoplasma danklamidial.
3. Labiopalatoshizis dibagi menjadi tiga klasifikasi: berdasarkan organ yang
terlibat, berdasarkan lengkap atau tidak nyacelah yang terbentuk,
berdasarkan letakcelah.
4. Labio palatoshizis adalah suatu kelainan kongenital sehingga insidensnya
adalah kongenital. Insiden tertinggi terdapat pada orang Asia dengan
prevalensi 1:1000 kelahiran.
5. Penatalaksanaan Labio palatoshizis adalah dengan tindakan pembedahan
6. Asuhan keperawatan ditegakkan untuk mengatasi masalah dan dampak
hospitalisasi yang ditimbulkan.
5.2 Saran
Bagi masyarakat khusunya ibu hamil dapat sesering mungkin untuk
memeriksakan kehamilannya dan menghindari seminimal mungkin hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya kelainan congenital pada janin atau organ yang
dikandungnya.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.
Betz, Cecily,. 2002. Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC
Dr .Bisono, SpBp. Operasi Bibir Sumbing. EGC. Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
SalembaMedika.
Mansyoer, Arif. Dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid II. Media
Aesculapius FK UI. Jakarta.
Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
Suradi, S.Kp, dan Yuliani, Rita. S.Kp.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak.
PT Fajar Interpratama, Jakarta.
Syaifuddin,H.2006. Anaomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
EGC
Wong, Donna L.1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC. Jakarta
Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEC.
http://www.slideshare.net/evhamariaefriliana/askep-labiopalatoskisis

More Related Content

What's hot

Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aaiPenatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aaiAzis Aimaduddin
 
labioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopagus
labioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopaguslabioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopagus
labioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopagussri wahyuni
 
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)idije
 
Labioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiahLabioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiahPatrico Rillah
 
Diagnosis tongue tie & indikasi frenektomi
Diagnosis tongue tie & indikasi frenektomiDiagnosis tongue tie & indikasi frenektomi
Diagnosis tongue tie & indikasi frenektomiWiyarni Pambudi
 
Kelainan pada tulang
Kelainan pada tulangKelainan pada tulang
Kelainan pada tulangFadil Atwosn
 
Materi penyuluhan ttg kelompok rawan karies
Materi penyuluhan ttg kelompok rawan kariesMateri penyuluhan ttg kelompok rawan karies
Materi penyuluhan ttg kelompok rawan kariesSulvilius Riyanta
 

What's hot (8)

Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aaiPenatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
 
labioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopagus
labioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopaguslabioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopagus
labioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopagus
 
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
 
Labioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiahLabioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiah
 
Diagnosis tongue tie & indikasi frenektomi
Diagnosis tongue tie & indikasi frenektomiDiagnosis tongue tie & indikasi frenektomi
Diagnosis tongue tie & indikasi frenektomi
 
Kelainan pada tulang
Kelainan pada tulangKelainan pada tulang
Kelainan pada tulang
 
Materi penyuluhan ttg kelompok rawan karies
Materi penyuluhan ttg kelompok rawan kariesMateri penyuluhan ttg kelompok rawan karies
Materi penyuluhan ttg kelompok rawan karies
 
Labioskisis
LabioskisisLabioskisis
Labioskisis
 

Viewers also liked

Innovative lesson plan
Innovative lesson planInnovative lesson plan
Innovative lesson planBenson Abraham
 
Panda, Penguin, Pigeon: How do Google's animal-themed search engine updates a...
Panda, Penguin, Pigeon: How do Google's animal-themed search engine updates a...Panda, Penguin, Pigeon: How do Google's animal-themed search engine updates a...
Panda, Penguin, Pigeon: How do Google's animal-themed search engine updates a...454 Creative
 
Voor de goeie vrienden
Voor de goeie vriendenVoor de goeie vrienden
Voor de goeie vriendenWilly Troch
 
Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)
Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)
Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)Yan Eshad
 
Indulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin Solutions
Indulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin SolutionsIndulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin Solutions
Indulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin Solutionsswetharajeev
 
Indulekha ayurvedic skin care products
Indulekha ayurvedic skin care productsIndulekha ayurvedic skin care products
Indulekha ayurvedic skin care productsswetharajeev
 
Bzn ga nog mooier bloemenels
Bzn ga nog mooier bloemenelsBzn ga nog mooier bloemenels
Bzn ga nog mooier bloemenelsWilly Troch
 
Vriendschap is(16st)2
Vriendschap is(16st)2Vriendschap is(16st)2
Vriendschap is(16st)2Willy Troch
 
Digestivo
DigestivoDigestivo
DigestivoYt Gzlz
 
Специализированный модуль «ПЛАНИРОВАНИЕ ПРОИЗВОДСТВА» системы ЛОЦМАН:PLM для ...
Специализированный модуль «ПЛАНИРОВАНИЕ ПРОИЗВОДСТВА» системы ЛОЦМАН:PLM для ...Специализированный модуль «ПЛАНИРОВАНИЕ ПРОИЗВОДСТВА» системы ЛОЦМАН:PLM для ...
Специализированный модуль «ПЛАНИРОВАНИЕ ПРОИЗВОДСТВА» системы ЛОЦМАН:PLM для ...gk-it-consult
 

Viewers also liked (16)

CHILD LABOR
CHILD LABORCHILD LABOR
CHILD LABOR
 
Innovative lesson plan
Innovative lesson planInnovative lesson plan
Innovative lesson plan
 
Panda, Penguin, Pigeon: How do Google's animal-themed search engine updates a...
Panda, Penguin, Pigeon: How do Google's animal-themed search engine updates a...Panda, Penguin, Pigeon: How do Google's animal-themed search engine updates a...
Panda, Penguin, Pigeon: How do Google's animal-themed search engine updates a...
 
Voor de goeie vrienden
Voor de goeie vriendenVoor de goeie vrienden
Voor de goeie vrienden
 
Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)
Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)
Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)
 
Indulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin Solutions
Indulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin SolutionsIndulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin Solutions
Indulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin Solutions
 
Zonsondergangen
ZonsondergangenZonsondergangen
Zonsondergangen
 
Indulekha ayurvedic skin care products
Indulekha ayurvedic skin care productsIndulekha ayurvedic skin care products
Indulekha ayurvedic skin care products
 
Politici ldr 1
Politici ldr 1Politici ldr 1
Politici ldr 1
 
Bzn ga nog mooier bloemenels
Bzn ga nog mooier bloemenelsBzn ga nog mooier bloemenels
Bzn ga nog mooier bloemenels
 
Privacy policy procedure
Privacy policy procedurePrivacy policy procedure
Privacy policy procedure
 
Vriendschap is(16st)2
Vriendschap is(16st)2Vriendschap is(16st)2
Vriendschap is(16st)2
 
Digestivo
DigestivoDigestivo
Digestivo
 
Mind mapping
Mind mapping Mind mapping
Mind mapping
 
Специализированный модуль «ПЛАНИРОВАНИЕ ПРОИЗВОДСТВА» системы ЛОЦМАН:PLM для ...
Специализированный модуль «ПЛАНИРОВАНИЕ ПРОИЗВОДСТВА» системы ЛОЦМАН:PLM для ...Специализированный модуль «ПЛАНИРОВАНИЕ ПРОИЗВОДСТВА» системы ЛОЦМАН:PLM для ...
Специализированный модуль «ПЛАНИРОВАНИЕ ПРОИЗВОДСТВА» системы ЛОЦМАН:PLM для ...
 
Learners
LearnersLearners
Learners
 

Similar to Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Labiopalatoskizis

Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palatoWarnet Raha
 
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdfdokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdfpdsbedahjuli23
 
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptxPresentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptxZidanImanaPutraFauzi
 
Makalah hypertiroid
Makalah hypertiroidMakalah hypertiroid
Makalah hypertiroidyohanes meor
 
Makalah siaran radio hr rabu.ptx
Makalah siaran radio hr rabu.ptxMakalah siaran radio hr rabu.ptx
Makalah siaran radio hr rabu.ptxdrgimaniarti
 
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaanAskep anak dengan pembedahan sistem pencernaan
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaanSeptian Muna Barakati
 
Cleft Lip & Palate.pptx
Cleft Lip & Palate.pptxCleft Lip & Palate.pptx
Cleft Lip & Palate.pptxfandysetiawan7
 
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan PeriodontalDefinisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan PeriodontalFerdiana Agustin
 
Feeding plate review
Feeding plate reviewFeeding plate review
Feeding plate reviewFauzan Arif
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan  tbcMakalah hubungan asfiksia dengan  tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan tbcSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post maturSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 

Similar to Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Labiopalatoskizis (20)

Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdfdokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
 
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptxPresentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
 
Jurding denrad deklay
Jurding denrad deklayJurding denrad deklay
Jurding denrad deklay
 
Makalah hypertiroid
Makalah hypertiroidMakalah hypertiroid
Makalah hypertiroid
 
Makalah siaran radio hr rabu.ptx
Makalah siaran radio hr rabu.ptxMakalah siaran radio hr rabu.ptx
Makalah siaran radio hr rabu.ptx
 
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaanAskep anak dengan pembedahan sistem pencernaan
Askep anak dengan pembedahan sistem pencernaan
 
Cleft Lip & Palate.pptx
Cleft Lip & Palate.pptxCleft Lip & Palate.pptx
Cleft Lip & Palate.pptx
 
Asuhan neonatus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan neonatus AKPER PEMKAB MUNAAsuhan neonatus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan neonatus AKPER PEMKAB MUNA
 
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan PeriodontalDefinisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Penyakit Jaringan Periodontal
 
Feeding plate review
Feeding plate reviewFeeding plate review
Feeding plate review
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan  tbcMakalah hubungan asfiksia dengan  tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah wiwin n kawan kawan
Makalah wiwin n kawan kawanMakalah wiwin n kawan kawan
Makalah wiwin n kawan kawan
 
Karies
KariesKaries
Karies
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
 

More from Yan Eshad

Format pengkajian dan kata pengantar selesai
Format pengkajian dan kata pengantar selesaiFormat pengkajian dan kata pengantar selesai
Format pengkajian dan kata pengantar selesaiYan Eshad
 
(Eft)emotional freedom technique cici
(Eft)emotional  freedom technique cici(Eft)emotional  freedom technique cici
(Eft)emotional freedom technique ciciYan Eshad
 
Bab i nefrotik
Bab i nefrotikBab i nefrotik
Bab i nefrotikYan Eshad
 
Daftar pustaka baru lusia
Daftar pustaka baru lusiaDaftar pustaka baru lusia
Daftar pustaka baru lusiaYan Eshad
 
Arthritis gout leaflet indah
Arthritis gout leaflet indahArthritis gout leaflet indah
Arthritis gout leaflet indahYan Eshad
 
Bioarang ries
Bioarang riesBioarang ries
Bioarang riesYan Eshad
 

More from Yan Eshad (7)

Format pengkajian dan kata pengantar selesai
Format pengkajian dan kata pengantar selesaiFormat pengkajian dan kata pengantar selesai
Format pengkajian dan kata pengantar selesai
 
(Eft)emotional freedom technique cici
(Eft)emotional  freedom technique cici(Eft)emotional  freedom technique cici
(Eft)emotional freedom technique cici
 
Bab i nefrotik
Bab i nefrotikBab i nefrotik
Bab i nefrotik
 
2 bab ii
2 bab ii2 bab ii
2 bab ii
 
Daftar pustaka baru lusia
Daftar pustaka baru lusiaDaftar pustaka baru lusia
Daftar pustaka baru lusia
 
Arthritis gout leaflet indah
Arthritis gout leaflet indahArthritis gout leaflet indah
Arthritis gout leaflet indah
 
Bioarang ries
Bioarang riesBioarang ries
Bioarang ries
 

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Labiopalatoskizis

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacat bawaan adalah merupakan suatu kesatuan cacat lahir pada neonates yang tidak diinginkan kehadirannya oleh orang tua maupun petugas medis. Perhatian kita terhadap cacat bawaan masih kurang, sedangkan Negara kita saat ini telah berhasil dalam penyelenggaraan KBn serta telah berhasil memasyarakatkan NKKBS, maka pada zaman sekarang ini masalah kualitas hidup anak merupakan prioroitas utama bagi program kesehatan nasional. Salah satu faktor mempengaruhi kualitas hidup anak adalah cacat bawaan. Kelainan bawaan seperti labioskizis, hernia diafragmatika, dan obstruksi biliaris . Labioskiziz atau yang lebih dikenal dengan sebutan bibir sumbing, merupakan masalah yang di alamai oleh sebagian kecil masyarakat. Setiap tahun, diperkirakan 700-10.000 bayi lahir dengan keadaan bibir sumbing. Namun hal tersebut dapat di atasi dengan kecanggihan alat kedokteran. Bagi penderita yang memiliki perekonomian di atas rata-rata, dapat dengan segera menjalani tindakan operasi. Namun bagi penderita yang belum mampu untuk melakukan tindakan operasi tidak perlu merasa khawatir, karena pemerintah sudah mulai mengadakan bantuan operasi gratis bagi masyarakat yang kurang mampu. Menurut laporan peneliti dari berbagainegara, cacat labiopalatoschizis dapat munculdari 1 : 800 sampai 1 : 2000 kelahiran. Indonesia yang berpenduduk 200 juta lebih, tentu mempunyai dan akan mempunyai banyak kasus labiopalatoschizis. Labiopalatoschizis merupakan kelainan bibir dan langit-langit,
  • 2. hal ini biasanya disebabkan karena perkembangan bibir dan langit-langit yang tidak dapat berkembang secara sempurna padamasa pertumbuhan di dalam kandungan Dimana biasanya penderita labiopalatoschizis mempunyai bentuk wajah kurang normal dan kurang jelas dalam berbicara sehingga menghambat masa persiapan sekolahnya. Labiopalatoschizi sering dijumpai pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan (Randwick, 2002) kelainan ini merupakan kelainan yang disebabkan factor herediter, lingkungan, trauma, virus (SjamsulHidayat, 1997). Kelainan ini dapat dilihat ketika bayi berada di dalam kandungan, melalui alat yang disebut USG atau Ultrasonografi. Setelah bayi lahir kelainan ini tampak jelas pada bibir dan langit –langitnya. Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa disebut labiopalatoskisis. Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang diderita ibu pada kehamilan trimester 1. jika hanya terjadi sumbing pada bibir, bayi tidak akan mengalami banyak gangguan karena masih dapat diberi minum dengan dot biasa. Bayi dapat mengisap dot dengan baik asal dotnya diletakan dibagian bibir yang tidak sumbing. Kelainan bibir ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing mencakup pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran minum, walaupun bayi dapat menghisap naun bahaya terdesak mengancam. Bayi dengan kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi.keadaan umu yang kurang baik juga akan menunda tindakan untuk meperbaiki kelainan tersebut.
  • 3. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari permasalahan yang timbul,maka penulis tertarik untuk membuat “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Cacat Kongenital Dengan Labiopalatoskizis di ruangan Perinatologi RSUD Dr.Muhammad Zein Painan Tanggal 12 september 2014”. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dengan cacat congenital pada bayi Ny.”S”dengan Labiopalatoskizis Di Ruangan Perinatologi RSUD.Dr.Muhammad Zein Painan Tanggal 12 September 2014 dengan menggunakan pendekatan asuhan kebidanan. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data pada bayi Ny.”S”Dengan Labiopalatoskizis di Ruangan Perinatologi RSUD Dr.Muhammad Zein Painan Tanggal 12 September 2014. b. Dapat mendiagnosa/masalah data pada bayi Ny,”S”Dengan Labiopalatoskizis di Ruangan Perinatologi RSUD Dr.Muhammad Zein Painan Tanggal 12 September 2014. c. Dapat merumuskan diagnose/masalah potensial pada bayi Ny.”S” Dengan Labiopalatoskizis di Ruangan Perinatologi RSUD Dr.Muhammad Zein Painan Tanggal 12 September 2014.
  • 4. BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Labiopalatoskizis 2.1.1 Defenisi Labiopalatoskizis Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi. Labioskizis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada bahagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung. Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi karenakegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik. Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. Labiopalatoshizis adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit –langit rongga mulut dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit-langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa pembentukan mesoderm pada saat kehamilan.
  • 5. Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Palatoskisi adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12minggu. Labiopalatoshizis yang terjadi sering kali berbentuk fistula, dimana fistula ini dapat diartikan sebagai suatu lubang atau celah yang menghubungkan rongga mulut dan hidung (Sarwoni, 2001). Labiopalatoskisis merupakan kelainan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Kedua keadaan ini di bahas bersama karena berhubungan sangat erat. Kelainan ini diduga terjadi pada sekitar satu dalam 1000 kelahiran. Deformitas terbagi menjadi 3 kategori: 1. Sumbing pra alveolar, di mana yang terlibat adalah bibir, atau bibir dengan hidung (derajat empat) 2. sumbing alveolar, dimana sumbing melibatkan bibir, tonjolan alveolar dan biasanya palatum (derajat tiga) 3. Sumbing pasca alveolar, dimana sumbing terbatas hanya pada palatum (derajat pertama dan kedua) Palatoskisis lebih serius proknosanya dibandingkan dengan labioskisis. Dari bentuknya yang terletak diantara nasofaring dengan hidung , sehingga menimbulkan masalah dalam hal makan, memudahkan infeksi saluran pernafasan dan infeksi telinga tengah.
  • 6. Labioskisis atau clelf lip dapat terjadi berbagai derajat malformasi, mulai dari yang ringan pada tepi bibir di kanan, di kiri atau kedua tepi bibir dari garis tengah, sampai sumbing yang lengkap berjalan hingga ke hidung. Terdapat variasi lanjutan dari cacat yang melibatkan palatum. 2.1.2 Etiologi Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio palatoschizis, antara lain: 1. Faktor 2. Genetik Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua. Diseluruh dunia ditemukan hampir 25 – 30 % penderita labio palatoscizhis terjadi karena faktor herediter. Faktor dominan dan resesif dalam gen merupakan manifestasi genetik yang menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor genetik yang menyebabkan celah bibir dan palatum merupakan manifestasi yang kurang potensial dalam penyatuan beberapa bagian kontak. 3. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional, baik kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal). Zat –zat yang berpengaruh adalah: a. Asam folat b. Vitamin C c. Zn Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C dan Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut
  • 7. dibutuhkan dalam tumbuh kembang organ selama masa embrional. Selain itu gangguan sirkulasi foto maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama masa embrional. 4. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah: a. Jamu Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa yang menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum jelas. Masih ada penelitian lebih lanjut b. Kontrasepsi hormonal Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi hormonal, terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin, karena akan terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal. c. Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama labio palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain : 1) Talidomid, diazepam (obat – obat penenang) 2) Aspirin (Obat – obat analgetika) 3) Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream pemutih). Sehingga penggunaan obat pada ibu hamil harus dengan pengawasan dokter.
  • 8. 5. Faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio palatoschizis, yaitu: a. Zat kimia (rokok dan alkohol) Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung pada rokok dan alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa embrional. b. Gangguan metabolik Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetessangat rentan terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat berpengaruh padatumbuh kembang organ selama masa embrional.h c. Penyinaran radioaktif Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat mengganggu proses tumbuh kembang organ selama masa embrional. 6. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh terjadinya kelainan kongenital terutama labio palatoschizis. Dari beberapa faktor tersebit diatas dapat meningkatkan terjadinya Labio palatoshizis, tetapi tergantung dari frekuensi dari frekuensi pemakaian, lama pemakaian, dan wktu pemakaian.
  • 9. Manifestasi klinis a. Tampak ada celah b. Adanya rongga pada hidung c. Distorsi hidung d. Kesukaran dalam menghisap atau makan. 2.1.3 Patofisiologi Cacat tebentuk pada trimester pertama, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (Prosesus nasalis dan maksialis) pecah kembali. Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensi cukup tinggi. Bibir sumbing memiliki beberapa tingkantan kerusakan sesuai organ yang mengalami kecacatannya. Bila hanya dibibir disebut labioschizis, tapi bisa juga mengenai gusi dan palatum atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhi keberhasilan operasi. Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak terbentuknya suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada masa kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi, obat2 tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik serta gizi yang buruk. Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa kesulitan menghisap ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut. Jika demikian, ASI dari ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol berlubang besar pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan. Posisi bayi yang tegak sangat
  • 10. membantu masuknya air susu hingga ke kerongkongan. Jika tidak tegak, sangat mungkin air susu akan masuk ke saluran napas mengingat refleks pembukaan katup epiglottis( katup penghubung mulut dengan kerongkongan) mesti dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur. Bibir sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung, tenggorokan, tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan) sebagai akibat mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah sumbingnya. 1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio pada trimester I. 2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu. 3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu. 4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan. 2.1.4 Klasifikasi 1. Berdasarkan organ yang terlibat a. Celah bibir ( labioscizis ) : celah terdapat pada bibir bagian atas b. Celah gusi ( gnatoscizis ) : celah terdapat pada gusi gigi bagian atas c. Celah palatum ( palatoscizis ) : celah terdapat pada palatum
  • 11. 2. Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk a. Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung b. Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung 3. Berdasarkan letak celah a. Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir b. Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir c. Midline : celah terjadi pada tengah bibir 2.1.5 Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah: 1) Kesulitan berbicara – hipernasalitas, artikulasi, kompensatori Dengan adanya celah pada bibir dan palatum, pada faring terjadi pelebaran sehingga suara yang keluar menjadi sengau. 2) Maloklusi – pola erupsi gigi abnormal Jika celah melibatkan tulang alveol, alveol ridge terletak disebelah palatal, sehingga disisi celah dan didaerah celah sering terjadi erupsi. 3) Masalah pendengaran – otitis media rekurens sekunder Dengan adanya celah pada paltum sehingga muara tuba eustachii terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media rekurens sekunder. 4) Aspirasi Dengan terganggunya tuba eustachii, menyebabkan reflek menghisap dan menelan terganggu akibatnya dapat terjadi aspirasi. 5) Distress pernafasan Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat ditolong secara dini, akan mengakibatkan distress pernafasan
  • 12. 6) Resiko infeksi saluran nafas Adanya celah pada bibir dan palatum dapat mengakibatkan udara luar dapat masuk dengan bebas ke dalam tubuh, sehingga kuman – kuman dan bakteri dapat masuk ke dalam saluran pernafasan. 7) Pertumbuhan dan perkembangan terlambat Dengan adanya celah pada bibir dan palatum dapat menyebabkan kerusakan menghisap dan menelan terganggu. Akibatnya bayi menjadi kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi. 8) Asimetri wajah Jika celah melebar ke dasar hidung “ alar cartilago ” dan kurangnya penyangga pada dasar alar pada sisi celah menyebabkan asimetris wajah. 9) Penyakit peri odontal Gigi permanen yang bersebelahan dengan celah yang tidak mencukupi di dalam tulang. Sepanjang permukaan akar di dekat aspek distal dan medial insisiv pertama dapat menyebabkan terjadinya penyakit peri odontal. 10) Crosbite Penderita labio palatoschizis seringkali paroksimallnya menonjol dan lebih rendah posterior premaxillary yang colaps medialnya dapat menyebabkan terjadinya crosbite.
  • 13. 11) Perubahan harga diri dan citra tubuh Adanya celah pada bibir dan palatum serta terjadinya asimetri wajah menyebabkan perubahan harga diri da citra tubuh. 2.1.6 Penatalaksanaan Penatalaksanaan labio palatoschizis adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan operasi pertama kali dikerjakan untuk menutup celah bibir palatum berdasarkan kriteria “ rule of ten “, yaitu: 1. Umur lebih dari 10 minggu ( 3 bulan ) 2. Berat lebih dari 10 pond ( 5 kg ) 3. Hb lebih 10 g / dl 4. Leukosit lebih dari 10.000 / ul Cara operasi yang umum dipakai adalah cara millard. Tindakan operasi selanjutny adalah menutup bagian langitan ( palatoplasti ), dikerjakan sedini mungkin ( 15 – 24 bulan ) sebelum anak mampu berbicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara. Kalau operasi dikerjakan terlambat, seringkali hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal ( tidak sengau ) sulit dicapai. Bila Ini telah dilakukan tetapi suara yang keluar masih sengau dapat dilakukan laringoplasti. Operasi ini adlah membuat bendungan pada faring untuk memperbaiki fonasi, biasanya dilakukan pada umur 6 tahun keatas. Pada umur 8 -9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah alveolus atau maksila untuk memungkinkan ahli ortodonti mengatur pertumbuhan gigi di kanan kiri celah supaya normal. Graft tulang diambil dari dari bagian spongius kista iliaca. Tindakan operasi terakhir yang mungkin
  • 14. perlu dikerjakan setelah pertumbuhan tulang – tulang muka mendekatiselesai, pada umur 15 – 17 tahun. Sering ditemukan hiperplasi pertumbuhan maksila sehingga gigi geligig depan atas atau rahang atas kurang maju pertumbuhannya. Dapat dilakukan bedah ortognatik memotong bagian tulang yang tertinggal pertumbuhannya dan mengubah posisinya maju ke depan. 2.2 Konsep Dasar Asuhan Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Labiopalatoskizis 2.2.1 Pengkajian Data
  • 15. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Labiopalatoschizis adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit-langit rongga mulut dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit-langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa pembentukan mesoderm pada saa tkehamilan. 2. Beberapa penyebab labiopalatoschizis antara lain: factor genetik, insufisiensi zat untuk tumbuh kembang, pengaruh obat teratogenik, factor lingkungan maupunin feksik hususnya toxoplasma danklamidial. 3. Labiopalatoshizis dibagi menjadi tiga klasifikasi: berdasarkan organ yang terlibat, berdasarkan lengkap atau tidak nyacelah yang terbentuk, berdasarkan letakcelah. 4. Labio palatoshizis adalah suatu kelainan kongenital sehingga insidensnya adalah kongenital. Insiden tertinggi terdapat pada orang Asia dengan prevalensi 1:1000 kelahiran. 5. Penatalaksanaan Labio palatoshizis adalah dengan tindakan pembedahan 6. Asuhan keperawatan ditegakkan untuk mengatasi masalah dan dampak hospitalisasi yang ditimbulkan. 5.2 Saran Bagi masyarakat khusunya ibu hamil dapat sesering mungkin untuk memeriksakan kehamilannya dan menghindari seminimal mungkin hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan congenital pada janin atau organ yang dikandungnya.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC. Betz, Cecily,. 2002. Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC Dr .Bisono, SpBp. Operasi Bibir Sumbing. EGC. Jakarta. Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : SalembaMedika. Mansyoer, Arif. Dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid II. Media Aesculapius FK UI. Jakarta. Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC. Suradi, S.Kp, dan Yuliani, Rita. S.Kp.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. PT Fajar Interpratama, Jakarta. Syaifuddin,H.2006. Anaomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC Wong, Donna L.1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC. Jakarta Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEC. http://www.slideshare.net/evhamariaefriliana/askep-labiopalatoskisis