SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tujuan pembangunan Nasioanl di bidang kesehatan adalah terciptanya hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu,
merata dan dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat (Depkes RI, 1995). Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
menjelaskan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintergrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat (Depkes RI, 2009).
Kesehtan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhsilan
pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembanguanan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembanguanan sumber daya manusia dan
produktif secara sosial dan ekonomis (Anthonie, 2013).
Mulut merupakan pintu gerbang pertama didalam sistem pencernaan. Makanan dan
minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi, lidah dan saliva.
Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan
kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi
mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehtan
2
dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam
menunjang kesehatan seseoran (Jordan, 2014).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi
kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya di
dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Peranan rongga mulut sangat besar bagi
kesehatan dan kesejahteraan manusia. Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya
tubuhnya yang sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh kerena itu,
kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang
(Gultom, 2009).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi
pengalaman karies gigi masyarakat Indonesia termasuk anak-anak adalah 72,1%, Prevalensi
karies aktif 46,5% dengan indeks rata-rata DMF-T masih tinggi yaitu 4,8. Indeks DMF-T
masyarakat provinsi NAD juga masih pada kategori sedang, yaitu 4,3. Berbagai indikator dan
target telah ditentukan WHO, antara lain anak umur 5 tahun 90% bebas karies, anak umur 12
tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi;
penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut (komponen M = 0); penduduk umur 35-44
tahun memiliki minimal 20 gigi berfungsi sebesar 90%,dan penduduk umur 35-44 tanpa gigi
(edentulous ) ≤2%; penduduk umur 65 tahun ke atas masih mempunyai gigi berfungsi sebesar
75% dan penduduk tanpa gigi ≤5%.
Hasil Karakteristik survei kesehatan, Prevalensi karies gigi pada balita usia 3-5 tahun
sebesar 81,7%. Prevalensi tertinggi terdapat pada balita perempuan (58,2%) dan balita
berusia 4 tahun (59,7%). Prevalensi karies gigi menurut kelompok usianya, usia 3 tahun
(60%), usia 4 tahun (85%), dan usia 5 tahun (86,4%) (Suryawati,dkk, 2009).
3
Penelitian yang dilakukan oleh Taverud (2009) menunjukkan bahwa prevalensi karies
gigi pada anak sangat bervariasi jika didasarkan atas golongan umur dimana anak berusia 1
tahun sebesar 5%, anak usia 2 tahun sebesar 10%, anak, usia 3 tahun sebesar 40%, anak usia
4 tahun sebesar 55%, dan anak usia 5 tahun sebesar 75%. Dengan demikian golongan umur
balita merupakan golongan rawan terjadinya karies gigi.
Pengetahuan ibu terhadap kebersihan gigi dan mulut akan menuntaskan status
kesehatan gigi anak kelak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari
pertumbuhan seorang anak, orangtua khususnya ibu harus mengetahui cara merawat gigi
anaknya tersebut, dan juga harus mengajari anaknya cara merawat gigi yang baik dan benar.
Walaupun masih memiliki gigi susu, seorang anak harus mendapatkan perhatian yang serius
dari orang tua, karena gigi susu akan mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen anak. Akan
tetapi banyak orang tua yang beranggapan bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti
oleh gigi tetap, sehingga mereka sering menganggapi bahwa kerusakan pada gigi susu yang
disebabkan oleh oral higiene yang buruk bukan merupakan suatu masalah. (Gultom, 2009).
Persatuan dokter gigi Australia pernah mengungkapkan bahwa: “kesehatan gigi geligi anak
adalah tanggung jawab ibunya”. Hal ini dapat dipahami karena umumnya yang paling dekat
dengan anak sejak usia menyusui adalah ibunya. (Machfoedz, 2008).
Rampan karies adalah istilah yang di gunakan untuk mengambarkan suatu keadaan
sebahagian besar atau semua gigi susu yang mengalami kerusakan (karies) secara luas dan
berkembang dengan cepat. Walaupun karies ini erat kaitannya dengan pemberian susu/cairan
manis lainnya dengan menggunakan botol secara berkepanjangan (mahafudo, 2008), pada
umumnya susu botol diberikan pada balita sepanjang hari sejak anak bermain sampai tidur,
efek dan tindakan ini adalah bila di gigi anak sudah bererupsi pada bulan ke -6 sehingga
insiden rampan karies ini biasa sangat tinggi terjadi pada anak. (Afnilina, 2006)
4
Berdasarkan pemeriksaan pendahuluan yang di lakukan penulis pada balita di TK
DARMA WANITA KELURAHAN DANA KECAMATAN WATOPUTE, dari 18 balita
yang di lakukan pengamatan, terdapat 12 balita yang mengalami kerusakan gigi (rampan
karies) dan 6 balita yang memiliki gigi sehat. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurang
pengetahuan ibu terhadap kerusakan gigi anak ( Rampan Karies). Oleh karena itu penulis
ingin mengetahui pengetahuan Ibu tentang rampan karies di TK DARMA WANITA
KELURAHAN DANA KECAMATAN WATOPUTE KELURAHAN DANA.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang akan dikaji adalah,
Bagaimana “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies Pada Balita di TK Darma
Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang
Rampan Karies Pada Balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan Ibu tentang rampan karies pada balita di TK
Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna.
b. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya rampan karies pada balita di TK Darma
Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna.
c. Untuk menetahui penyebab dari adanya rampan kariae pada balita di TK Darma
Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna.
5
D. Manfaat penelitian
1. bagi dinas kesehatan
hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan masukan dalam pengambialan
keputussan untuk pengembangan program kebijakan kesehatan, khususnya
pemeriksaan gigi dan mulut pada balita.
2. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengembngan ilmu pengetahuan
dan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya di bidang ini.
3. Bagi lokasi penelitian
Hasil penelitian ini sebagai masukan atau bahan informasi tentang status kesehatan
gigi dan mulut pada balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna.
4. Bagi masyarakat
Dapat memberikan informasi bagi masyarakat, khususnya ibu-ibu mengenai kejadian
dan penyebap terjadinya rampan karies pada anak balita.
5. Bagi peneliti
Memberikan ruang bagi peneliti untuk meningkatkan kemampuan untuk menuangkan
ilmunya dalam membuat karya tulis ilmiah serta menambah pengalaman dan wawasan ilmu
pengetahuan peneliti untuk meningkatkan diri dan disiplin ilmu terutama yang berkaitan
dengan keperawatan gigi atau kesehatan gigi dan mulut.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil ‘’tahu’’ dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera
manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman dan peraba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh oleh mata dan telinga. Penetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Wawan. A, dan Dewi. M. 2010).
Pengetahuan merupakan factor yang sangat penting untuk menentukan berbagai
tindakan yang dapat dilakuakan dan juga menentukan terbentuknya tindakan seseorang. Agar
manusia bisa melakukan sesuatu hal, di perlukan unsure-unsur (Wawan.A, dan Dewi. M,
2010) yaitu :
a. Pengetahuan/pengertian apa yang dilakukan.
b. Keyakinan tentang manfaat dan kebenaran hal yang dilakukanya.
c. Sarana yang di perlukan untuk melakuakan suatu tindakan.
d. Dorongan/motivasi untuk berbuat yang di sadari oleh kebutuhan yang di rasakan.
Secara umum pengertian pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), adalah hasil
dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
7
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
2. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmojo 2003 ( dalam Wawan. A dan Dewi. M, 2010 ) cara
memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, cara coba salah dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Berdasarkan
alasan itu cara ini disebut dengan metode trial (coba) error ( gagal atau salah ) atau metode
coba salah.
2. Cara kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi-tradisi
yang dilakukan oleh seseorang, tanpa melalui penalaran, apakah yang dilakukan itu baik atau
tidak. Namun demikian kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah di terima dari sumbernya sebagai
kebenaran yang mutlak, sumber pengetahuan ini bermacam-macam dapat berupa pemimpin-
pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan
sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut di peroleh berdasarkan ada otoritas atau
kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan.
8
3. Berdasarkan pengalaman Pribadi
Adapun pepetah mengatakan ‘’pengalaman adalah guru yang terbaik’’. Pepatah
trsebut mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan.
b. Cara Ilmiah atau Cara moderen
Dalam memperoleh pengetahuan mengunakan cara yang sistematis, logis dan
ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah.
3. Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a) Factor internal
Factor-faktor internal yang dapat mempengaruhi pengetahuan (Wawan. A dan Dewi.
M, 2010) yaitu :
 Pendidikan
Pendidikan berati bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap suatu
hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahawa makin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnay makin
banyak pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan
yang di milikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikanya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru di
perkenalkan.
 Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
9
 Umur
Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis
mental. Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori yaitu ( perubahan ukuran,
perubahan proporsi, hilangnya cirri-ciri lama dan timbulnya cirri-ciri baru ). Hal ini terjadi
akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf fikir seseorang
semakin matang dan dewasa.
b) Factor eksternal
Factor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan (Wawan. A
dan Dewi. M, 2010) yaitu : faktor lingkungan yaitu merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan orang atau
kelompok. Dan factor informasi yaitu kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat
membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
4. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan ,
yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu meteri yang dipelajari sebelumnya. Termasuk
kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehensian)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
10
c. Applikasi (Application).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-
komponen, tetapi masih ada di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitan
nya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
B. Pengetahuan Orangtua
Pengetahuan orangtua terurama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga kesehatan
gigi dan mulut sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung
kebersihan gigi dan mulut anak, sehingga kesehatan gigi dan mulut anak dapat baik.
Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi
anaknya kelak. Seorang ibu memerlukan peran penting dalam keluarga, baik sebagai seorang
istri, maupun sebagai seorang ibu dari anak-anaknya. Figur pertama yang dikenal anak begitu
dia lahir adalah ibu, Oleh karena itu perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sianak.
Namun, pengetahuan saja tidak cukup, perlu di ikuti dengan sikap dan tindakan yang tepat.
(Gultom, 2009).
Sebagai orangtua terutama seorang ibu seharusnya memiliki pengetahuan mengenai
pendidikan kesehatan gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak,
11
pada anak-anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau minuman manis lainnya,
secara berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga mulut yang jelek, ini akan
mendukung terjadinya karies pada anak. penyikatan gigi merupakan tindakan yang paling
mudah di lakukan setiap harinya dengan tujuan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Dan untuk mendapatkan hasil yang optimal harus diperhatikan frekuensi penyikat gigi.
peranan orangtua hendaknya ditingkatkan dalam membiasakan menyikat gigi anak secara
teratur guna menghindarkan kerusakan gigi anak dan penyakit mulut.
Kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan gigi tetap.
Oleh karena itu, peran serta orangtua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberi
pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak kelak dapat
memelihara kebersihan gigi dan mulut. (Gultom, 2009).
C. Rampan Karies
1. Pengertian Rampant Karies
Rampan karies adalah istilah yang di gunakan untuk menggambarkan terjadinya
kerusakan yang sangat cepat pada beberapa gigi yang sering melibatkan permukaan gigi yang
biasanya relative bebas karies. Karies rampan terutama terdapat pada gigi- geligi sulung anak
yang terus-menerus menghisap botol yang berisikan gula atau dicelupkan dahulu ke dalam
larutan gula( Kidd BGM Smith, 2002). Apabila rampan karies dibiarkan proses karies ini
dapat cepat meluas mengenai seluruh gigi sehingga keadaan menjadi lebih parah dengan
akibat lanjut yaitu pulpa nekrosis dan kelainan jaringan periapikal serta kerusakan pada gigi
permanen, Pada saat itu penderita akan kesulitan makan dan akan mempengaruhi kesehatan
umum. Rampant karies juga bisa muncul pada gigi permanen pada usia remaja, karena
seringnya mereka mengkonsumsi snack-snack yang bersifat kariogenik juga minuman yang
manis diantara waktu makan. Rampant karies pada orang dewasa ditandai dengan karies pada
12
bukal dan lingual dari premolar dan molar dan juga proximal dan labial karies di insisivus
Rahang bawah ( Paradipta, 2009 ).
2. Gambaran Klinis Rampan Karies
Gambaran klinis dari Rampan karies mempunyai pola dan tipe yang khusus.
Gambaran pola kariesnya terlihat jelas, dengan lesi terutama pada bagian labial gigi insisivus
atas, dan atau pada palatal molar atas. Tipe kariesnya sejalan dengan lengkung gusi gigi
insisivus rahang atas. Proses kariesnya cenderung aktif, gigi lainnya akan terpengaruh sejalan
dengan erupsinya yaitu akan mengenai molar kesatu rahang atas, kaninus rahang bawah dan
molar kedua, namun jarang mengenai insisif rahang bawah, hal ini mungkin terjadi karena
posisinya yang terlindung oleh lidah (Paradipta, 2009).
3. Faktor Penyebab Terjadinya Rampan Karies
Penyebab utama dari Rampan Karies adalah penggunaan botol susu dalam waktu
yang berkepanjangan. Susu akan berada di dalam mulut dalam jangka waktu yang lama dan
akan terjadi fermentasi. Sehingga menyebabkan gigi akan mudah terkena infeksi. Pemberian
ASI dengan periode yang lama, memakai dot kosong yang dicelupkan ke dalam madu, sirup
atau gula juga dapat menyebabkan rampan karies. Sayangnya sebagian besar anak-anak yang
menderita rampan karies tidak sesegera mungkin diatasi. Karena orang tua baru akan
memberi perhatian,apabila telah ada keluhan dari sang anak. Kebanyakan dari mereka
berfikiran bahwa gigi susu yang terinfeksi akan mengalami pergantian oleh gigi tetap.
Sehingga perawatan terhadap gigi susu seringkali terabaikan ( Mamimendy, 2010).
13
Adapun faktor lainnya yang dapat menyebabkan Rampan karies yaitu :
a. Faktor predisposisi yaitu terjadinya rampant karies karena mengkonsumsi gula,
Berkurangnya saliva, Adanya streptokokus mutans dalam tingkat yang infeksius,
Perubahan fisiologi dalam rongga mulut misalnya karena kebiasaan oral hygiene
yang buruk.
b. Faktor herediter, orang tua yang peka terhadap karies, hal ini disebabkan karena
dalam keluarga mempunyai pola kebiasaan makan yang sama dan pemeliharaan
kesehatan gigi yang sama pula.
c. Faktor sistemik, misalnya penderita diabetes mellitus.
d. Seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat
terutama di antara waktu makan, waktu makan merupakan faktor yang
dihubungkan dengan perkembangan rampan karies.
4. Proses Terjadinya Rampan Karies
Penyebab terjadinya rampan karies ( baby bottle syndrome) adalah pemberian susu
botol yang tidak tepat, hal ini terjadi akibat kebiasaan minum susu atau cairan yang
mengandung gula dari botol dalam jangka waktu yang lama, bahkan sampai anak tertidur.
Proses karies ini berlangsung sangat cepat dan menyebar dari satu gigi ke gigi seri rahang
lainnya, pada gigi seri rahang bawah jarang terjadi karena gigi-gigi itu terlindung oleh saliva
ketika anak menghisap susu dari botol (Afrilina, 2006). Dan bila di tinjau dari dari faktor
pathogenesis bahwa posisi tidur, dengan dot botol dalam rongga mulut maka cairan manis
akan membasahi permukaan gigi sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah, pada
keaadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva mengental sehingga efek
pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian akan meningkatkan kualitas bakteri
kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa dan bakteri menurunkan ph saliva sehingga
14
lingkungan rongga mulut menjadi asam permukaan gigi yang terkena akan mengalami
demineralisasi dan akhirnya karies (Kidd Edwina).
5. Pencegahan Rampan Karies
Tindakan pencegahan terhadap rampan karies harus dilakukan, karena semakin parah
karies maka semakin kompleks pula perawatan yang harus dilakukan. Ada beberapa cara untuk
mencegah terjadinya rampan karies, meliputi :
a. Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang dan
nyaman saat tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan gula (susu
formula atau sari buah), biasakan berikan anak air putih dalam dot botol atau dot
karet.
b. Usahakan jangan memasukkan gula, madu, atau yang mengandung larutan gula ke
dalam dot botol.
c. Jangan membiarkan anak menghisap ASI secara kontinyu saat tidur, karena ASI
juga dapat menyebabkan kerusakan gigi. Biasakan anak menghisap dot botol yang
berisi air.
d. Jangan menambahkan gula yang berlebihan dalam makanan anak.
e. Gunakan kain kasa yang dibasahi air atau kain tipis untuk membersihkan gigi dan
gusi anak setelah makan atau minum yang mengandung gula atau karbohidrat. Ini
akan membantu menghilangkan plak bakteri dan gula yang tumbuh dalam gigi dan
gusi.
f. Jika air minum yang diminum setiap harinya tidak mengandung fluoride, maka
suplemen fluoride atau perawatn fluoride seperti topikal aplikasi dan fissure sealant
dapat diberikan.
15
g. Ajarkan kepada anak untuk membiasakan minum menggunakan gelas atau cangkir
menjelang umurnya 1 tahun. Anak sebaiknya berhenti minum menggunakan dot
botol setelah umurnya 1 tahun.
h. Berikan nasihat pada orang tua anak untuk segera mengunjungi dokter gigi, apabila
tampak tanda kemerahan dan bengkak pada mulut anak atau bercak/spot hitam
pada gigi anak (Paradipta, 2009).
4. Perawatan Rampan Karies
Pada kasus rampan karies dapat di lakukan beberapa perawatan sebagai berikut :
a. Relief of pain (menghilangkan rasa sakit) Tindakan yang di lakukan adalah
trepanasi apabila di jumpai ganggren pulpa atau abses, kemudian berikan obat-
obatan melalui oral (antibiotic,analgetik).
b. Menghentikan proses karies. Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan
nekrotik, setelah rasa sakit hilang kavitas dipreparasi untuk membuang semua
jaringan yang nekrotik sehingga proses karies terhenti.
c. Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan oral
hygene. Lakukan oral profilaksis pada gigi.
d. Lakukan topical aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai preventif. Apabila
tidak jumpai karies cukup dengan pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor.
e. Evaluasi secara periodic setiap3 bulan sampai diperoleh keadaan oral hygene yang
baik dan diet yang sesuia dengan anjuran koreksi faktor sistemik( bila ada) .
D. Balita
1. Pengertian Balita
Balita dan bayi yang berusia di bawah 5 tahun yang merupakan semua anak termasuk
bayi yang baru lahir, umur bayi di hitung dari 0 sampai 1 bulan neonatus, 1 bulan sampai 1
16
tahun di sebut juga dengan toddler, di bawah 2 tahun di sebut baduta, dan di bawah 5 tahun
disebut dengan balita (sari, 2008)
2. Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi Balita
Pertumbuhan gigi susu dimulai sejak janin dalam kandungan usia 8 minggu
kehamilan ibu, gigi susu pertama kali tumbuh pada bayi berusia lebih dari 6 bulan sejak ia
lahir, gigi tumbuh secara berurutan yang dimulai dengan gigi seri pertama bawah, kemudian
diikuti dengan gigi seri pertama atas, selanjutnya gigi seri kedua atas dan bawah akan tumbuh
pada usia 1 tahun, pada usia 18 bulan akan tumbuh gigi geraham pertama atas dan bawah
yang akan diikuti dengan tumbuhnya gigi taring. Pada usia 2 tahun tumbuh gigi geraham
kedua atas dan bawah. Gigi mencapai tumbuh sempurna pada saat anak berusia 2 tahun
(Afrilina,2006).
Diet yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi, tetapi
perkembangan gigi geligi tampaknya lebih banyak di pengaruhi oleh gangguan keseimbangan
kalsium dan fosfor di dalam aliran darah, panas badan yang tinggi atau infeksi usus dapat
mengganggu keseimbangan mineral dan lebih banyak mempengaruhi struktur gigi geligi
janin dibanding gangguan nutrisi ibu (Narendra, 2002).
3. Tahap-Tahap Pertumbuhan Gigi Balita
Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan seseorang anak,
tahap-tahap penting tumbuh gigi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Gigi geligi Waktu erupsi (bulan)
Geligi rahang atas :
Gigi seri pertama
Gigi seri kedua
Gigi taring
6-8 bulan
8-11 bulan
16-20 bulan
17
Gigi geraham pertama
Gigi geraham kedua
10-16 bulan
20-30 bulan
Geligi rahang bawah :
Gigi seri pertama
Gigi seri kedua
Gigi taring
Gigi geraham pertama
Gigi geraham kedua
5-7 bulan
7-10 bulan
16-20 bulan
10-16 bulan
20-30 bulan
sumber Child Development 2009
18
E. Kerangka Konsep
Orangtua terutama seorang ibu harus memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
kesehatan gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan kesehatan gigi anaknya, pada anak-
anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau minuman manis lainnya, secara
berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga mulut yang jelek, ini akan mendukung
terjadinya karies pada anak (Gultom, 2009). Rampan karies adalah nama yang di berikan kepada
kerusakan yang meliputi beberapa gigi yang cepat sekali terjadinya, seringkali meliputi
permukaan gigi yang biasanya bebas karies. Menyebar luas dan bahkan dapat menyebabkan
terkena pulpa (Kidd Edwina).
Berdasarkan konsep pemikiran di atas dapat di buat skema penelitian sebagai berikut :
Pengetahuan Ibu dan Rampan karies
Variable penelitian :
Variable bebas:
Pengetahuanibu
Variable terikat:
Rampankaries
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskiptif, yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu
tentang rampan karies pada balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus sampai September 2015
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita kelas A dan B di TK Darma
Wanita Kelurahan Dana yang jumlah balitanya 53 orang, dan ibu balita sebagai responden.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari total populasi yang jumlah balitanya 53 orang,
dan diikut sertakan ibu balita sebagai responden.
20
D. Alat dan Bahan
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Alat diagnose : untuk memeriksa karies gigi yang terdiri dari sonde, pinset, kaca
mulut.
b. Kuesioner : untuk mengetahui pengatahuan ibutentang rampan karies pada
anak balita.
c. Lembaran chek list : untuk mencatat gigi yang karies.
E. Definisi Operasional
No Variabel
Definisi
Operasional
Cara Ukur
Alat
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
1 Pengetahuan
ibu
pengetahuan
ibu bagaimana
cara
memelihara
dan merawat
kesehatan gigi
dan mulut
anak.
Wawancara Kuisioner Baik
>50%
Kurang
baik ≤
50%
Ordinal
21
2 Rampan
karies
Suatu keadaan
dimana semua
atau sebagian
besar gigi
susu
mengalami
kerusakan
secara meluas
dan proses
perkembangan
nya sangat
cepat.
pemeriksaan -Chek lis
-Diagnosa
set
-Ada
-Tidak
ada
Nominal
22
F. Cara Mengumpulkan Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dengan melakukan
pemeriksaan gigi pada anak balita dan mewawancarai orang tua atau ibu balita dengan
kuisioner yang sudah di sediakan dan data sekunder mengenai jumlah balita di TK DARMA
WANITA KELURAHAN DANA KECAMATAN WATOPUTE KABUPATEN MUNA.
G. Pengolahan Data, Analisa Data dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Setelah data berhasil di kumpulkan langkah selanjutnya yang di lakukan adalah
mengolah data sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut. Proses pengolahan
data di lakukan dengan menggunakan beberapa tahap sebagai berikut:
a. Editing
Pada tahap ini data dikumpulkan dan diperiksa kembali apakah sudah lengkap
jawabannya atau tidak, memeriksa nama dan identitas responden, data yang di berikan
berkesinambungan atau tidak dalam arti tidak ditemukan data yang bertentangan satu dengan
yang lain.
b. Coding
Yaitu dengan melakukan pengkodean data dengan angka atau kode tertentu sehingga
lebih mudah dan sederhana.
c. Tabulating
Pada tahap ini data di kelompokkan ke dalam table tertentu menurut sifat yang
dimiliki sesuai tujuan penelitian .
23
2. Analisis Data
Data yang didapat dari hasil kuisioner secara deskriptif dengan menghitung persentase
setiap variabel.
3. Penyajian Data
Data hasil penelitian dari tiap-tiap variabel di sajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan juga menggunnakan tabel silang.

More Related Content

What's hot

IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tangan
IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci TanganIKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tangan
IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tanganannisakusumawardani23131129
 
Buletin kanker
Buletin kankerBuletin kanker
Buletin kankerraka42
 
Info Kita Online Maret
Info Kita Online MaretInfo Kita Online Maret
Info Kita Online Maretppidkemenkes
 
Makalah masalah kb
Makalah masalah kbMakalah masalah kb
Makalah masalah kbIntanTan1
 
Draft policy brief sopyan 2014
Draft  policy brief sopyan 2014Draft  policy brief sopyan 2014
Draft policy brief sopyan 2014sopyanbkkbn
 
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)pjj_kemenkes
 
Permasalahan program keluarga berencana,ppt
Permasalahan program keluarga berencana,pptPermasalahan program keluarga berencana,ppt
Permasalahan program keluarga berencana,pptmartaagustinasirait
 
KB 2 Manajemen Terpadu Balita Sakit / Manajemen Terpadu Bayi Muda
KB 2 Manajemen Terpadu Balita Sakit / Manajemen Terpadu Bayi MudaKB 2 Manajemen Terpadu Balita Sakit / Manajemen Terpadu Bayi Muda
KB 2 Manajemen Terpadu Balita Sakit / Manajemen Terpadu Bayi MudaUwes Chaeruman
 
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...Santy Nurmalasari
 
Policy brief remaja dan kb di sumatera selatan edit n posting
Policy brief remaja dan kb  di sumatera selatan edit n postingPolicy brief remaja dan kb  di sumatera selatan edit n posting
Policy brief remaja dan kb di sumatera selatan edit n postingUniversitas Sriwijaya
 
Makalah ph sebagian
Makalah ph sebagianMakalah ph sebagian
Makalah ph sebagianfajri ijrian
 
Personal higiene
Personal higienePersonal higiene
Personal higieneValny Majid
 

What's hot (18)

Elvipson tesis
Elvipson tesis Elvipson tesis
Elvipson tesis
 
Dahlia
DahliaDahlia
Dahlia
 
IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tangan
IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci TanganIKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tangan
IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tangan
 
Buletin kanker
Buletin kankerBuletin kanker
Buletin kanker
 
Buletin kanker
Buletin kankerBuletin kanker
Buletin kanker
 
Info Kita Online Maret
Info Kita Online MaretInfo Kita Online Maret
Info Kita Online Maret
 
Makalah masalah kb
Makalah masalah kbMakalah masalah kb
Makalah masalah kb
 
Draft policy brief sopyan 2014
Draft  policy brief sopyan 2014Draft  policy brief sopyan 2014
Draft policy brief sopyan 2014
 
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
 
Mtbs dr. yulia
Mtbs   dr. yuliaMtbs   dr. yulia
Mtbs dr. yulia
 
Permasalahan program keluarga berencana,ppt
Permasalahan program keluarga berencana,pptPermasalahan program keluarga berencana,ppt
Permasalahan program keluarga berencana,ppt
 
KB 2 Manajemen Terpadu Balita Sakit / Manajemen Terpadu Bayi Muda
KB 2 Manajemen Terpadu Balita Sakit / Manajemen Terpadu Bayi MudaKB 2 Manajemen Terpadu Balita Sakit / Manajemen Terpadu Bayi Muda
KB 2 Manajemen Terpadu Balita Sakit / Manajemen Terpadu Bayi Muda
 
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita ...
 
BAB I
BAB IBAB I
BAB I
 
Mtbs
MtbsMtbs
Mtbs
 
Policy brief remaja dan kb di sumatera selatan edit n posting
Policy brief remaja dan kb  di sumatera selatan edit n postingPolicy brief remaja dan kb  di sumatera selatan edit n posting
Policy brief remaja dan kb di sumatera selatan edit n posting
 
Makalah ph sebagian
Makalah ph sebagianMakalah ph sebagian
Makalah ph sebagian
 
Personal higiene
Personal higienePersonal higiene
Personal higiene
 

Similar to Proposa kti samsia

Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulutGambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulutOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaNia Indah
 
Proposal pelayanan kesehatan_gigi_dan_mu
Proposal pelayanan kesehatan_gigi_dan_muProposal pelayanan kesehatan_gigi_dan_mu
Proposal pelayanan kesehatan_gigi_dan_muAlfian Yanda
 
HEALTH BELIEF MODEL KESEHATAN GIGI.pptx
HEALTH BELIEF MODEL KESEHATAN GIGI.pptxHEALTH BELIEF MODEL KESEHATAN GIGI.pptx
HEALTH BELIEF MODEL KESEHATAN GIGI.pptxAnggryMambait
 
Pbl konservasi 2
Pbl konservasi 2Pbl konservasi 2
Pbl konservasi 2Adam Bima
 
Proposal kegiatan promosi_dan_penyuluhan
Proposal kegiatan promosi_dan_penyuluhanProposal kegiatan promosi_dan_penyuluhan
Proposal kegiatan promosi_dan_penyuluhanazkanmuttaqin
 
Jurnal ahmad rizki aditama
Jurnal ahmad rizki aditamaJurnal ahmad rizki aditama
Jurnal ahmad rizki aditamasapakademik
 
Kesehatan lingkungan dan gigi ppt
Kesehatan lingkungan dan gigi pptKesehatan lingkungan dan gigi ppt
Kesehatan lingkungan dan gigi pptBoyolali
 
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1andiprasetya42
 
kesehatan gigi dan pendekatannya
kesehatan gigi dan pendekatannyakesehatan gigi dan pendekatannya
kesehatan gigi dan pendekatannyaBoyolali
 

Similar to Proposa kti samsia (20)

Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulutGambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
 
Kti sartika dewi
Kti sartika dewiKti sartika dewi
Kti sartika dewi
 
Tugas makalah ibu halimah 2
Tugas makalah ibu halimah 2Tugas makalah ibu halimah 2
Tugas makalah ibu halimah 2
 
PAPER 2.docx
PAPER 2.docxPAPER 2.docx
PAPER 2.docx
 
PAPER 2.docx
PAPER 2.docxPAPER 2.docx
PAPER 2.docx
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Proposal pelayanan kesehatan_gigi_dan_mu
Proposal pelayanan kesehatan_gigi_dan_muProposal pelayanan kesehatan_gigi_dan_mu
Proposal pelayanan kesehatan_gigi_dan_mu
 
DHE samantha.pptx
DHE samantha.pptxDHE samantha.pptx
DHE samantha.pptx
 
HEALTH BELIEF MODEL KESEHATAN GIGI.pptx
HEALTH BELIEF MODEL KESEHATAN GIGI.pptxHEALTH BELIEF MODEL KESEHATAN GIGI.pptx
HEALTH BELIEF MODEL KESEHATAN GIGI.pptx
 
Pbl konservasi 2
Pbl konservasi 2Pbl konservasi 2
Pbl konservasi 2
 
Proposal kegiatan promosi_dan_penyuluhan
Proposal kegiatan promosi_dan_penyuluhanProposal kegiatan promosi_dan_penyuluhan
Proposal kegiatan promosi_dan_penyuluhan
 
Jurnal ahmad rizki aditama
Jurnal ahmad rizki aditamaJurnal ahmad rizki aditama
Jurnal ahmad rizki aditama
 
Kesehatan lingkungan dan gigi ppt
Kesehatan lingkungan dan gigi pptKesehatan lingkungan dan gigi ppt
Kesehatan lingkungan dan gigi ppt
 
5. bab i
5. bab i5. bab i
5. bab i
 
Conto hpostingpkm
Conto hpostingpkmConto hpostingpkm
Conto hpostingpkm
 
Tugas makalah ibu halimah
Tugas makalah ibu halimahTugas makalah ibu halimah
Tugas makalah ibu halimah
 
Tugas makalah ibu halimah
Tugas makalah ibu halimahTugas makalah ibu halimah
Tugas makalah ibu halimah
 
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
Program kegiatan ukgm puskesmas keling 1
 
116-220-1-SM.pdf
116-220-1-SM.pdf116-220-1-SM.pdf
116-220-1-SM.pdf
 
kesehatan gigi dan pendekatannya
kesehatan gigi dan pendekatannyakesehatan gigi dan pendekatannya
kesehatan gigi dan pendekatannya
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Proposa kti samsia

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tujuan pembangunan Nasioanl di bidang kesehatan adalah terciptanya hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat (Depkes RI, 1995). Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menjelaskan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintergrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat (Depkes RI, 2009). Kesehtan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhsilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembanguanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembanguanan sumber daya manusia dan produktif secara sosial dan ekonomis (Anthonie, 2013). Mulut merupakan pintu gerbang pertama didalam sistem pencernaan. Makanan dan minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi, lidah dan saliva. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehtan
  • 2. 2 dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseoran (Jordan, 2014). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya di dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Peranan rongga mulut sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya tubuhnya yang sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh kerena itu, kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang (Gultom, 2009). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi pengalaman karies gigi masyarakat Indonesia termasuk anak-anak adalah 72,1%, Prevalensi karies aktif 46,5% dengan indeks rata-rata DMF-T masih tinggi yaitu 4,8. Indeks DMF-T masyarakat provinsi NAD juga masih pada kategori sedang, yaitu 4,3. Berbagai indikator dan target telah ditentukan WHO, antara lain anak umur 5 tahun 90% bebas karies, anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi; penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut (komponen M = 0); penduduk umur 35-44 tahun memiliki minimal 20 gigi berfungsi sebesar 90%,dan penduduk umur 35-44 tanpa gigi (edentulous ) ≤2%; penduduk umur 65 tahun ke atas masih mempunyai gigi berfungsi sebesar 75% dan penduduk tanpa gigi ≤5%. Hasil Karakteristik survei kesehatan, Prevalensi karies gigi pada balita usia 3-5 tahun sebesar 81,7%. Prevalensi tertinggi terdapat pada balita perempuan (58,2%) dan balita berusia 4 tahun (59,7%). Prevalensi karies gigi menurut kelompok usianya, usia 3 tahun (60%), usia 4 tahun (85%), dan usia 5 tahun (86,4%) (Suryawati,dkk, 2009).
  • 3. 3 Penelitian yang dilakukan oleh Taverud (2009) menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi pada anak sangat bervariasi jika didasarkan atas golongan umur dimana anak berusia 1 tahun sebesar 5%, anak usia 2 tahun sebesar 10%, anak, usia 3 tahun sebesar 40%, anak usia 4 tahun sebesar 55%, dan anak usia 5 tahun sebesar 75%. Dengan demikian golongan umur balita merupakan golongan rawan terjadinya karies gigi. Pengetahuan ibu terhadap kebersihan gigi dan mulut akan menuntaskan status kesehatan gigi anak kelak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan seorang anak, orangtua khususnya ibu harus mengetahui cara merawat gigi anaknya tersebut, dan juga harus mengajari anaknya cara merawat gigi yang baik dan benar. Walaupun masih memiliki gigi susu, seorang anak harus mendapatkan perhatian yang serius dari orang tua, karena gigi susu akan mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen anak. Akan tetapi banyak orang tua yang beranggapan bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti oleh gigi tetap, sehingga mereka sering menganggapi bahwa kerusakan pada gigi susu yang disebabkan oleh oral higiene yang buruk bukan merupakan suatu masalah. (Gultom, 2009). Persatuan dokter gigi Australia pernah mengungkapkan bahwa: “kesehatan gigi geligi anak adalah tanggung jawab ibunya”. Hal ini dapat dipahami karena umumnya yang paling dekat dengan anak sejak usia menyusui adalah ibunya. (Machfoedz, 2008). Rampan karies adalah istilah yang di gunakan untuk mengambarkan suatu keadaan sebahagian besar atau semua gigi susu yang mengalami kerusakan (karies) secara luas dan berkembang dengan cepat. Walaupun karies ini erat kaitannya dengan pemberian susu/cairan manis lainnya dengan menggunakan botol secara berkepanjangan (mahafudo, 2008), pada umumnya susu botol diberikan pada balita sepanjang hari sejak anak bermain sampai tidur, efek dan tindakan ini adalah bila di gigi anak sudah bererupsi pada bulan ke -6 sehingga insiden rampan karies ini biasa sangat tinggi terjadi pada anak. (Afnilina, 2006)
  • 4. 4 Berdasarkan pemeriksaan pendahuluan yang di lakukan penulis pada balita di TK DARMA WANITA KELURAHAN DANA KECAMATAN WATOPUTE, dari 18 balita yang di lakukan pengamatan, terdapat 12 balita yang mengalami kerusakan gigi (rampan karies) dan 6 balita yang memiliki gigi sehat. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurang pengetahuan ibu terhadap kerusakan gigi anak ( Rampan Karies). Oleh karena itu penulis ingin mengetahui pengetahuan Ibu tentang rampan karies di TK DARMA WANITA KELURAHAN DANA KECAMATAN WATOPUTE KELURAHAN DANA. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang akan dikaji adalah, Bagaimana “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies Pada Balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies Pada Balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan Ibu tentang rampan karies pada balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna. b. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya rampan karies pada balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna. c. Untuk menetahui penyebab dari adanya rampan kariae pada balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna.
  • 5. 5 D. Manfaat penelitian 1. bagi dinas kesehatan hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan masukan dalam pengambialan keputussan untuk pengembangan program kebijakan kesehatan, khususnya pemeriksaan gigi dan mulut pada balita. 2. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengembngan ilmu pengetahuan dan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya di bidang ini. 3. Bagi lokasi penelitian Hasil penelitian ini sebagai masukan atau bahan informasi tentang status kesehatan gigi dan mulut pada balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna. 4. Bagi masyarakat Dapat memberikan informasi bagi masyarakat, khususnya ibu-ibu mengenai kejadian dan penyebap terjadinya rampan karies pada anak balita. 5. Bagi peneliti Memberikan ruang bagi peneliti untuk meningkatkan kemampuan untuk menuangkan ilmunya dalam membuat karya tulis ilmiah serta menambah pengalaman dan wawasan ilmu pengetahuan peneliti untuk meningkatkan diri dan disiplin ilmu terutama yang berkaitan dengan keperawatan gigi atau kesehatan gigi dan mulut.
  • 6. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil ‘’tahu’’ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh oleh mata dan telinga. Penetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Wawan. A, dan Dewi. M. 2010). Pengetahuan merupakan factor yang sangat penting untuk menentukan berbagai tindakan yang dapat dilakuakan dan juga menentukan terbentuknya tindakan seseorang. Agar manusia bisa melakukan sesuatu hal, di perlukan unsure-unsur (Wawan.A, dan Dewi. M, 2010) yaitu : a. Pengetahuan/pengertian apa yang dilakukan. b. Keyakinan tentang manfaat dan kebenaran hal yang dilakukanya. c. Sarana yang di perlukan untuk melakuakan suatu tindakan. d. Dorongan/motivasi untuk berbuat yang di sadari oleh kebutuhan yang di rasakan. Secara umum pengertian pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
  • 7. 7 Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). 2. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmojo 2003 ( dalam Wawan. A dan Dewi. M, 2010 ) cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut : a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan 1. Cara coba salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, cara coba salah dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Berdasarkan alasan itu cara ini disebut dengan metode trial (coba) error ( gagal atau salah ) atau metode coba salah. 2. Cara kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh seseorang, tanpa melalui penalaran, apakah yang dilakukan itu baik atau tidak. Namun demikian kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah di terima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak, sumber pengetahuan ini bermacam-macam dapat berupa pemimpin- pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut di peroleh berdasarkan ada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan.
  • 8. 8 3. Berdasarkan pengalaman Pribadi Adapun pepetah mengatakan ‘’pengalaman adalah guru yang terbaik’’. Pepatah trsebut mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. b. Cara Ilmiah atau Cara moderen Dalam memperoleh pengetahuan mengunakan cara yang sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah. 3. Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a) Factor internal Factor-faktor internal yang dapat mempengaruhi pengetahuan (Wawan. A dan Dewi. M, 2010) yaitu :  Pendidikan Pendidikan berati bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahawa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnay makin banyak pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang di milikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikanya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru di perkenalkan.  Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
  • 9. 9  Umur Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis mental. Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori yaitu ( perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya cirri-ciri lama dan timbulnya cirri-ciri baru ). Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf fikir seseorang semakin matang dan dewasa. b) Factor eksternal Factor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan (Wawan. A dan Dewi. M, 2010) yaitu : faktor lingkungan yaitu merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan orang atau kelompok. Dan factor informasi yaitu kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. 4. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan , yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu meteri yang dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. b. Memahami (Comprehensian) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
  • 10. 10 c. Applikasi (Application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya). d. Analisis (Analysis) Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen- komponen, tetapi masih ada di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitan nya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. B. Pengetahuan Orangtua Pengetahuan orangtua terurama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung kebersihan gigi dan mulut anak, sehingga kesehatan gigi dan mulut anak dapat baik. Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya kelak. Seorang ibu memerlukan peran penting dalam keluarga, baik sebagai seorang istri, maupun sebagai seorang ibu dari anak-anaknya. Figur pertama yang dikenal anak begitu dia lahir adalah ibu, Oleh karena itu perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sianak. Namun, pengetahuan saja tidak cukup, perlu di ikuti dengan sikap dan tindakan yang tepat. (Gultom, 2009). Sebagai orangtua terutama seorang ibu seharusnya memiliki pengetahuan mengenai pendidikan kesehatan gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak,
  • 11. 11 pada anak-anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau minuman manis lainnya, secara berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga mulut yang jelek, ini akan mendukung terjadinya karies pada anak. penyikatan gigi merupakan tindakan yang paling mudah di lakukan setiap harinya dengan tujuan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Dan untuk mendapatkan hasil yang optimal harus diperhatikan frekuensi penyikat gigi. peranan orangtua hendaknya ditingkatkan dalam membiasakan menyikat gigi anak secara teratur guna menghindarkan kerusakan gigi anak dan penyakit mulut. Kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan gigi tetap. Oleh karena itu, peran serta orangtua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberi pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak kelak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulut. (Gultom, 2009). C. Rampan Karies 1. Pengertian Rampant Karies Rampan karies adalah istilah yang di gunakan untuk menggambarkan terjadinya kerusakan yang sangat cepat pada beberapa gigi yang sering melibatkan permukaan gigi yang biasanya relative bebas karies. Karies rampan terutama terdapat pada gigi- geligi sulung anak yang terus-menerus menghisap botol yang berisikan gula atau dicelupkan dahulu ke dalam larutan gula( Kidd BGM Smith, 2002). Apabila rampan karies dibiarkan proses karies ini dapat cepat meluas mengenai seluruh gigi sehingga keadaan menjadi lebih parah dengan akibat lanjut yaitu pulpa nekrosis dan kelainan jaringan periapikal serta kerusakan pada gigi permanen, Pada saat itu penderita akan kesulitan makan dan akan mempengaruhi kesehatan umum. Rampant karies juga bisa muncul pada gigi permanen pada usia remaja, karena seringnya mereka mengkonsumsi snack-snack yang bersifat kariogenik juga minuman yang manis diantara waktu makan. Rampant karies pada orang dewasa ditandai dengan karies pada
  • 12. 12 bukal dan lingual dari premolar dan molar dan juga proximal dan labial karies di insisivus Rahang bawah ( Paradipta, 2009 ). 2. Gambaran Klinis Rampan Karies Gambaran klinis dari Rampan karies mempunyai pola dan tipe yang khusus. Gambaran pola kariesnya terlihat jelas, dengan lesi terutama pada bagian labial gigi insisivus atas, dan atau pada palatal molar atas. Tipe kariesnya sejalan dengan lengkung gusi gigi insisivus rahang atas. Proses kariesnya cenderung aktif, gigi lainnya akan terpengaruh sejalan dengan erupsinya yaitu akan mengenai molar kesatu rahang atas, kaninus rahang bawah dan molar kedua, namun jarang mengenai insisif rahang bawah, hal ini mungkin terjadi karena posisinya yang terlindung oleh lidah (Paradipta, 2009). 3. Faktor Penyebab Terjadinya Rampan Karies Penyebab utama dari Rampan Karies adalah penggunaan botol susu dalam waktu yang berkepanjangan. Susu akan berada di dalam mulut dalam jangka waktu yang lama dan akan terjadi fermentasi. Sehingga menyebabkan gigi akan mudah terkena infeksi. Pemberian ASI dengan periode yang lama, memakai dot kosong yang dicelupkan ke dalam madu, sirup atau gula juga dapat menyebabkan rampan karies. Sayangnya sebagian besar anak-anak yang menderita rampan karies tidak sesegera mungkin diatasi. Karena orang tua baru akan memberi perhatian,apabila telah ada keluhan dari sang anak. Kebanyakan dari mereka berfikiran bahwa gigi susu yang terinfeksi akan mengalami pergantian oleh gigi tetap. Sehingga perawatan terhadap gigi susu seringkali terabaikan ( Mamimendy, 2010).
  • 13. 13 Adapun faktor lainnya yang dapat menyebabkan Rampan karies yaitu : a. Faktor predisposisi yaitu terjadinya rampant karies karena mengkonsumsi gula, Berkurangnya saliva, Adanya streptokokus mutans dalam tingkat yang infeksius, Perubahan fisiologi dalam rongga mulut misalnya karena kebiasaan oral hygiene yang buruk. b. Faktor herediter, orang tua yang peka terhadap karies, hal ini disebabkan karena dalam keluarga mempunyai pola kebiasaan makan yang sama dan pemeliharaan kesehatan gigi yang sama pula. c. Faktor sistemik, misalnya penderita diabetes mellitus. d. Seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat terutama di antara waktu makan, waktu makan merupakan faktor yang dihubungkan dengan perkembangan rampan karies. 4. Proses Terjadinya Rampan Karies Penyebab terjadinya rampan karies ( baby bottle syndrome) adalah pemberian susu botol yang tidak tepat, hal ini terjadi akibat kebiasaan minum susu atau cairan yang mengandung gula dari botol dalam jangka waktu yang lama, bahkan sampai anak tertidur. Proses karies ini berlangsung sangat cepat dan menyebar dari satu gigi ke gigi seri rahang lainnya, pada gigi seri rahang bawah jarang terjadi karena gigi-gigi itu terlindung oleh saliva ketika anak menghisap susu dari botol (Afrilina, 2006). Dan bila di tinjau dari dari faktor pathogenesis bahwa posisi tidur, dengan dot botol dalam rongga mulut maka cairan manis akan membasahi permukaan gigi sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah, pada keaadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva mengental sehingga efek pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian akan meningkatkan kualitas bakteri kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa dan bakteri menurunkan ph saliva sehingga
  • 14. 14 lingkungan rongga mulut menjadi asam permukaan gigi yang terkena akan mengalami demineralisasi dan akhirnya karies (Kidd Edwina). 5. Pencegahan Rampan Karies Tindakan pencegahan terhadap rampan karies harus dilakukan, karena semakin parah karies maka semakin kompleks pula perawatan yang harus dilakukan. Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya rampan karies, meliputi : a. Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang dan nyaman saat tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan gula (susu formula atau sari buah), biasakan berikan anak air putih dalam dot botol atau dot karet. b. Usahakan jangan memasukkan gula, madu, atau yang mengandung larutan gula ke dalam dot botol. c. Jangan membiarkan anak menghisap ASI secara kontinyu saat tidur, karena ASI juga dapat menyebabkan kerusakan gigi. Biasakan anak menghisap dot botol yang berisi air. d. Jangan menambahkan gula yang berlebihan dalam makanan anak. e. Gunakan kain kasa yang dibasahi air atau kain tipis untuk membersihkan gigi dan gusi anak setelah makan atau minum yang mengandung gula atau karbohidrat. Ini akan membantu menghilangkan plak bakteri dan gula yang tumbuh dalam gigi dan gusi. f. Jika air minum yang diminum setiap harinya tidak mengandung fluoride, maka suplemen fluoride atau perawatn fluoride seperti topikal aplikasi dan fissure sealant dapat diberikan.
  • 15. 15 g. Ajarkan kepada anak untuk membiasakan minum menggunakan gelas atau cangkir menjelang umurnya 1 tahun. Anak sebaiknya berhenti minum menggunakan dot botol setelah umurnya 1 tahun. h. Berikan nasihat pada orang tua anak untuk segera mengunjungi dokter gigi, apabila tampak tanda kemerahan dan bengkak pada mulut anak atau bercak/spot hitam pada gigi anak (Paradipta, 2009). 4. Perawatan Rampan Karies Pada kasus rampan karies dapat di lakukan beberapa perawatan sebagai berikut : a. Relief of pain (menghilangkan rasa sakit) Tindakan yang di lakukan adalah trepanasi apabila di jumpai ganggren pulpa atau abses, kemudian berikan obat- obatan melalui oral (antibiotic,analgetik). b. Menghentikan proses karies. Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik, setelah rasa sakit hilang kavitas dipreparasi untuk membuang semua jaringan yang nekrotik sehingga proses karies terhenti. c. Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan oral hygene. Lakukan oral profilaksis pada gigi. d. Lakukan topical aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai preventif. Apabila tidak jumpai karies cukup dengan pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor. e. Evaluasi secara periodic setiap3 bulan sampai diperoleh keadaan oral hygene yang baik dan diet yang sesuia dengan anjuran koreksi faktor sistemik( bila ada) . D. Balita 1. Pengertian Balita Balita dan bayi yang berusia di bawah 5 tahun yang merupakan semua anak termasuk bayi yang baru lahir, umur bayi di hitung dari 0 sampai 1 bulan neonatus, 1 bulan sampai 1
  • 16. 16 tahun di sebut juga dengan toddler, di bawah 2 tahun di sebut baduta, dan di bawah 5 tahun disebut dengan balita (sari, 2008) 2. Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi Balita Pertumbuhan gigi susu dimulai sejak janin dalam kandungan usia 8 minggu kehamilan ibu, gigi susu pertama kali tumbuh pada bayi berusia lebih dari 6 bulan sejak ia lahir, gigi tumbuh secara berurutan yang dimulai dengan gigi seri pertama bawah, kemudian diikuti dengan gigi seri pertama atas, selanjutnya gigi seri kedua atas dan bawah akan tumbuh pada usia 1 tahun, pada usia 18 bulan akan tumbuh gigi geraham pertama atas dan bawah yang akan diikuti dengan tumbuhnya gigi taring. Pada usia 2 tahun tumbuh gigi geraham kedua atas dan bawah. Gigi mencapai tumbuh sempurna pada saat anak berusia 2 tahun (Afrilina,2006). Diet yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi, tetapi perkembangan gigi geligi tampaknya lebih banyak di pengaruhi oleh gangguan keseimbangan kalsium dan fosfor di dalam aliran darah, panas badan yang tinggi atau infeksi usus dapat mengganggu keseimbangan mineral dan lebih banyak mempengaruhi struktur gigi geligi janin dibanding gangguan nutrisi ibu (Narendra, 2002). 3. Tahap-Tahap Pertumbuhan Gigi Balita Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan seseorang anak, tahap-tahap penting tumbuh gigi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Gigi geligi Waktu erupsi (bulan) Geligi rahang atas : Gigi seri pertama Gigi seri kedua Gigi taring 6-8 bulan 8-11 bulan 16-20 bulan
  • 17. 17 Gigi geraham pertama Gigi geraham kedua 10-16 bulan 20-30 bulan Geligi rahang bawah : Gigi seri pertama Gigi seri kedua Gigi taring Gigi geraham pertama Gigi geraham kedua 5-7 bulan 7-10 bulan 16-20 bulan 10-16 bulan 20-30 bulan sumber Child Development 2009
  • 18. 18 E. Kerangka Konsep Orangtua terutama seorang ibu harus memiliki pengetahuan mengenai pendidikan kesehatan gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan kesehatan gigi anaknya, pada anak- anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau minuman manis lainnya, secara berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga mulut yang jelek, ini akan mendukung terjadinya karies pada anak (Gultom, 2009). Rampan karies adalah nama yang di berikan kepada kerusakan yang meliputi beberapa gigi yang cepat sekali terjadinya, seringkali meliputi permukaan gigi yang biasanya bebas karies. Menyebar luas dan bahkan dapat menyebabkan terkena pulpa (Kidd Edwina). Berdasarkan konsep pemikiran di atas dapat di buat skema penelitian sebagai berikut : Pengetahuan Ibu dan Rampan karies Variable penelitian : Variable bebas: Pengetahuanibu Variable terikat: Rampankaries
  • 19. 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskiptif, yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang rampan karies pada balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus sampai September 2015 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita kelas A dan B di TK Darma Wanita Kelurahan Dana yang jumlah balitanya 53 orang, dan ibu balita sebagai responden. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dari total populasi yang jumlah balitanya 53 orang, dan diikut sertakan ibu balita sebagai responden.
  • 20. 20 D. Alat dan Bahan Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Alat diagnose : untuk memeriksa karies gigi yang terdiri dari sonde, pinset, kaca mulut. b. Kuesioner : untuk mengetahui pengatahuan ibutentang rampan karies pada anak balita. c. Lembaran chek list : untuk mencatat gigi yang karies. E. Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Pengetahuan ibu pengetahuan ibu bagaimana cara memelihara dan merawat kesehatan gigi dan mulut anak. Wawancara Kuisioner Baik >50% Kurang baik ≤ 50% Ordinal
  • 21. 21 2 Rampan karies Suatu keadaan dimana semua atau sebagian besar gigi susu mengalami kerusakan secara meluas dan proses perkembangan nya sangat cepat. pemeriksaan -Chek lis -Diagnosa set -Ada -Tidak ada Nominal
  • 22. 22 F. Cara Mengumpulkan Data Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dengan melakukan pemeriksaan gigi pada anak balita dan mewawancarai orang tua atau ibu balita dengan kuisioner yang sudah di sediakan dan data sekunder mengenai jumlah balita di TK DARMA WANITA KELURAHAN DANA KECAMATAN WATOPUTE KABUPATEN MUNA. G. Pengolahan Data, Analisa Data dan Penyajian Data 1. Pengolahan Data Setelah data berhasil di kumpulkan langkah selanjutnya yang di lakukan adalah mengolah data sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut. Proses pengolahan data di lakukan dengan menggunakan beberapa tahap sebagai berikut: a. Editing Pada tahap ini data dikumpulkan dan diperiksa kembali apakah sudah lengkap jawabannya atau tidak, memeriksa nama dan identitas responden, data yang di berikan berkesinambungan atau tidak dalam arti tidak ditemukan data yang bertentangan satu dengan yang lain. b. Coding Yaitu dengan melakukan pengkodean data dengan angka atau kode tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana. c. Tabulating Pada tahap ini data di kelompokkan ke dalam table tertentu menurut sifat yang dimiliki sesuai tujuan penelitian .
  • 23. 23 2. Analisis Data Data yang didapat dari hasil kuisioner secara deskriptif dengan menghitung persentase setiap variabel. 3. Penyajian Data Data hasil penelitian dari tiap-tiap variabel di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan juga menggunnakan tabel silang.