2. Pendahuluan
Hasil pertanian masih melakukan kegiatan
metabolisme yang membutuhkan energi
untuk kagiatannya.
Kegiatan enzimatik masih berlangsung,
proses fisiologi dan penuaan.
Mengandung air cukup tinggi, biji bijian
sampai >30%, buah dan sayur sampai >80%.
Mengadung nutrisi yang juga dibutuhkan oleh
kehidupan lain yi serangga, mikrobia, jamur,
dll.
3. Penanganan Pascapenen dan
pengolahan produk pertanian
Konservasi yaitu upaya untuk mencegah
kerusakan setelah lewat panen atau
pascapanen (pengawetan).
Konversi yaitu upaya untuk merubah bentuk,
rasa, warna, aroma sehingga siap untuk
dikonsumsi (pengolahan).
Distribusi yaitu upaya untuk memindahkan
produk sampai ke konsumen meliputi
penyimpanan, tranportasi, penjanjaan atau
retail.
4. Pengertian Pascapenen
produk pertanian (1)
Pascapanen sering diartikan sebagai
perlakuan terhadap produk pertanian selepas
panen dengan penekanan pada konservasi
dan sering dengan pengolahan atau
perubahan bentuk minimal namun masih
merupakan ciri tunggal (misal: pengupasan,
pemecahan dan penepungan). Biasanya
dengan tujuan agar dapat disimpan lama
sampai siap untuk olah.
5. Pengertian Pascapenen
produk pertanian (2)
Dibedakan dengan pengolahan hasil
pertanian yang sering terjadi “blending” atau
pencampuran beberapa hasil pertanian
beberapa produk menjadi satu macam
komoditi dengan bentuk, citra rasa, aroma,
kandungan nutrisi atau ciri ciri lainnya serta
siap untuk dikonsumsi.
6. Pengertian Dasar (1)
Kadar air merupakan ungkapan untuk
menyatakan jumlah massa air dalam produk.
Kadar air, KA (moisture content, M)
dikemukakan dengan dua cara:
KA (basis kering, bk) = berat air/berat massa
kering x 100%
KA (basis basah, bb) = berat air/(berat massa
kering +berat air) x 100%
7. Kadar air
massa air,
wa
massa
kering, wk
Kadar air basis kering,
KA (bk) = wa/wk x 100%
Harga wa berkisar dari 0 s/d oo sehingga KA
(bk) berkisar dari 0 s/d tak terbatas.
Berat kering wk sebagai pembagi konstan
sehingga mudah untuk perhitungan.
Kadar air basis basah,
KA (bb) = wa/(wk+wa) x 100%
Harga wa berkisar dari 0 s/d (wa+wk) sehingga
KA (bk) berkisar dari 0 s/d 100% atau 1.
Berat kering (wk+wa) sebagai pembagi tidak
konstan sehingga sulit untuk perhitungan,
namun lebih mudah untuk pembahasan.
8. Kelembaban udara
Kelembaban mutlak (absolute humidity, H) udara,
H (mutlak) = wu/wk x 100%
Kemampuan udara menampung uap ada batas maksimalnya, batas maksimal tergantung suhu
udara, makin tinggi makin tinggi pula batas maksimal. Kandungan uap air pada batas
maksmial disebut kandungan uap air jenuh (saturated). Bila kandungan uap air melebihi batas
maksimal maka kelebihannya akan menjadi titik titik air embun.
Nisbah berat uap air yang ada diudara terhadap barat jenuhnya untuk suhu yang sama disebut
sebagai kelembaban nisbi atau relative humidity (RH).
Kelembaban nisbi (relative humidity, RH) udara
RH = wu/wj x 100%
Berat udara
kering, wk
Berat uap air
jenuh, wj
Berat uap
air nyata, wu
9. Pengertian Dasar (2)
Kisaran KA (bk) 0 s/d dengan pembagi
konstan.
Kisaran KA (bb) 0 s/d 100% atau 1, dengan
pembagi yang berubah.
Untuk perhitungan lebih mudah dengan ka
(bk) sedang untuk persepsi mudah ka (bb).
Kesepakatan ka tanpa keterangan berarti bb,
untuk bk harus dicantumkan.
Untuk analisa sering menggunakan bk untuk
diskusi lebih jelas dengan bb.
10. Pengertian Dasar (3)
Udara bebas selalu mengandung uap air
didalamnya.
Udara tanpa uap air disebut udara kering dan
dengan uap air disebut udara lembab.
Ungkapan untuk menyatakan jumlah
kandungan uap air di udara disebut
kelembaban (humidity, H).
Kelembaban = berat uap air/berat udara
kering (kg/kg)
Kelembaban ini juga disebut sebagai
kelembaban mutlak (absolute humidity, ah).
11. Pengertian Dasar (4)
Kandungan uap air dalam udara ada batas
maksimalnya atau disebut kelembaban jenuh
(saturated humidity).
Kejenuhan uap air tergantung suhu, makin
tinggi suhu makin tinggi kelembaban
jenuhnya (tersedia tabel uap jenuh pada
beberapa suhu).
Nisbah kelembaban udara terhadap
kelembaban jenuhnya pada suhu sama
disebut kelembaban nisbi (relatif humidity,
RH)
12. Pengertian Dasar (5)
RH = massa uap air dalam udara/massa uas
air jenuh pada suhu sama x 100%
Kisaran RH 0 s/d 1atau 0 s/d 100%, 0 berarti
kering, 100% berarti jenuh.
RH dapat digunakan untuk menyatakan
berapa ketersediaan udara untuk menerima
uap air.
Hubungan suhu, kelembaban mutlak,
kelembaban nisbi, dan kedua macam suhu
disajikan dalam grafik yang disebut
“psychrometric chart”.
13. Umur simpan (1)
Umur simpan merupakan kemampuan bahan
atau hasil pertanian untuk dapat disimpan
dengan kualitas yang layak untuk
dikonsumsi.
Kelayakan memang ukuran yang relatif,
kelayakan berbeda antar individu, negara, dll.
Umur simpan dapat diklasifikasi pendek
(mudah rusak atau perishable), sedang dan
panjang (tidak mudah rusak atau durable).
14. Umur simpan (2)
Faktor yang mempengaruhi umur simpan:
Genetik
Prapanen
Kemasakan, umur fisiologis
Pemanenan
Penanganan dan perlakuan pasca panen
Penyimpanan
15. Faktor Penurun Kualitas
Hasil Pertanian (1)
Respirasi dan fisiologi pascapanen yaitu
masih berlangsungnya metabolisme dalam
produk,
Terjadinya proses pematangan, proses pelunakan
dan proses penuaan,
Disamping terjadinya penguapan air dari buah,
Dapat menyebabkan produk tambah matang
sampai kelewat matang dan layu.
16. Respirasi:
C6H12O6 + 6O2 ------> 6CO2 + 6H2O + panas
Dilepas ke
udara
lingkungan
Diambil
dari udara
lingkungan
Karbohidrat
dari buah
17. Faktor Penurun Kualitas
Hasil Pertanian (2)
Enzimatik yaitu terjadinya reaksi biokimia
menyebabkan browning, perubahan warna
coklat.
Mikrobiologi dan jamur, produk pertanian
mengandund nutrisi yang dibutuhkan oleh
kehidupan lain, tempat cocok untuk
tumbuhnya mikrobia dan jamur perusak.
18. Faktor Penurun Kualitas
Hasil Pertanian (3)
Kerusakan mekanik/memar yaitu akibat
benturan dengan permukaan keras sehingga
dapat menyebabkan kerusakan permanen
dipermukaan, memar atau bonyok.
Transpirasi dan kelayuan, berkurangnya
kandungan air dapat menyebabkan tegangan
sel produk berkurang, layu, mengurangi
kerenyahan dan kenikmatan mengunyah.
19. Penanganan Pascapanen
Penanganan untuk konsumsi segar
Pengawetan dengan pengeringan
Pengawetan dengan penambahan bahan
pengawet (diluar skope latihan ini)
Pengolahan (diluar skope latihan ini)
Pengemasan dan penyimpanan
20. Penanganan produk segar (1)
Beberapa jenis hasil pertanian banyak
dikonsumsi segar (buah dan sayur).
Proses metabolisme masih berlangsung
proses penuan (senescene) masih terjadi
proses pematangan (mentah menjadi
matang, matang menjadi kelewat matang dan
kelewat matang menjadi busuk.
Karena proses respirasi, fisiologi dan
penguapan dapat menyebab produk menjadi
layu.
21. Penanganan produk segar (2)
Faktor yang menyebabkan umur pendek
terutama respirasi, transpirasi dan kelayuan.
Usaha untuk memperpanjang umur simpan
adalah memanipulasi respirasi, transpirasi
dan kelayuan dengan memodifikasi udara
kelilingnya, kelembaban udara dan suhu
udara.
Kandungan oksigen dan karbohidrat
mempengaruhi laju respirasi.
22. Penanganan produk segar (3)
Kandungan udara normal,
O2 21%,
N2 79%,
CO2 0,03%
Untuk memperpanjang umur simpan produk
segar konsentrasi udara simpan dirubah
secara
menurunkan O2
meningkatkan CO2
kombinasi keduanya
23. Penanganan produk segar (4)
Pengendalian atmosfir atau kandungan gas
udara disekitar produk dibedakan
Modifikasi atmosfir (MA) yaitu dengan
modifikasi kandungan gas tertentu pada
awal penyimpanan saja.
Modifikasi aktif dengan kemasan pemeabel
dan pasif diatur pada awalnya.
Controlled atmosfir (CA) yaitu konsentrasi
gas dikendalikan konstan selama
penyimpanan.
24. Penanganan produk segar (5)
Beberapa jenis peka terhadap konsentrasi
oksigen rendah atau perka terhadap
konsentrasi gas karbon dioksida tinggi.
Penyimpanan dengan konsentrasi oksigen
rendah dapat menyebabkan terjadinya
respirasi an-aerobik, respirasi kekurangan
oksigen.
25. Tabel 1. Toleransi beberapa sayuran terhadap
kadar O2 rendah.
Kadar O2
* (%) Komoditas
0,5 Brokoli (Brassica oleracea L. Grup Italica)
Selada (Lactuca sativa L.)
Jamur merang (Agaricus bisporus L.)
Bayam (Spinacia oleracea L.)
1,0 Brussels sprouts (Brassica oleracea L. Gemmifera)
Mentimun (Cucumis sativus L.)
Bawang Bombay (Allium cepa L.)
2,0 Kobis (Brassica oleracea L. Grup Capitata)
Bunga kol (Brassica oleracea L. Grup Botrytis)
Wortel (Daucus carota L.)
Jagung manis (Zea mays L.)
Lombok (Capsicum annum L.)
5,0 Buncis (Phaseolus vulgaris L.)
10,0 Asparagus (Asparagus officinalis L.)
26. Tabel 2. Toleransi beberapa sayuran terhadap
kadar CO2 tinggi.
Kadar CO2
* (%) Komoditas
1 Bawang Bombay (Allium cepa L.)
2 Selada (Lactuca sativa L.)
3 Tomat (Lycopersicon esculentum L. Mill)
5 Wortel (Daucus carota L.)
Mentimun (Cucumis sativus L.)
Lombok (Capsicum annum L.)
7 Buncis (Phaseolus vulgaris L.)
10 Asparagus (Asparagus officinalis L.)
Kobis (Brassica oleracea L. Grup Capitata)
Seledri (Apium graveoleus L.)
15 Bayam (Spinacia oleracea L.)
20 Jamur merang (Agaricus bisporus L.)
27. Tabel 3. Perbandingan toleransi sayuran utuh
dan potongan segar terhadap kadar CO2 tinggi.
Komoditas
Konsentrasi minimal CO2 (%) terjadi
kerusakan
Utuh Potongan Segar
Brokoli
Kobis
Wortel
Selada
Jamur merang
Bawang Bombay
Lombok
Bayam
15
10
5
2
20
1
5
15
9
20
20
10
20
15
10
13
28. Tabel 4. Rekomendasi kondisi CA atau MA
selama transport atau penyimpanan sayuran.
Suhu (oC) % O2 % CO2
Asparagus
Brokoli
Kobis
Jagung manis
Selada
Jamur merang
Tomat (masak hijau)
Tomat (matang parsial
0-5
0-5
0-5
0-5
0-5
0-5
12-20
8-12
Udara
1-2
3-5
2-4
2-5
Udara
3-5
3-5
5-10
5-10
5-7
10-20
0
10-15
0
0
29. Penanganan produk segar (5)
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme,
respirasi dan reaksi enzimatis. Juga akan
menurunkan transpirasi dan menekan
kehidupan mikrobia serta jamur.
Penyimpanan dengan suhu diatas titik beku
dapat memperpanjang umur simpan.
Beberapa produk sayur dan buah tidak tahan
suhu dingin (chilling injuri) terutama produk
tanaman tropis.
30. Tabel 5. Klasifikasi sayuran berdasarkan
kepekaan terhadap kerusakan dingin
(chilling injury)
Komoditas resisten Komoditas peka
Artochoke
Brokoli
Bussels sprouts
Kobis
Wortel
Bunga kol
Jagung manis
Selada
Bayam
Buncis
Mentimun
Terong
Lombok
Kentang
Labu
Ubijalar
Tomat
Semangka
31. Tabel 6. Sayuran yang peka terhadap
Chilling Injury
Komoditas Kondisi waktu dan
suhu sampai timbul
gejala
Kondisi penyimpanan
normal
Asparagus
Buncis
Mentimun
Terung
Semangka
Kentang
Ubijalar
Tomat
10 hari; 0oC
3 hari; dibawah 4,5oC
2 hari, dibawah 5oC
3-4 hari; dibawah 5oC
7 hari; 0oC
20 minggu; 0-1,5oC
4-7 hari; 7,5-10oC
6 hari; 0oC
9 hari; 5oC
3 minggu; 1,5-2,5oC
7 hari; 7-10oC
10-14 hari; 7,5-10oC
7-10 hari; 7,5-10oC
14-21 hari; 7,5-10oC
5-8 bulan; 5oC
4-6 bulan; 12,5-15oC
Diatas 10-12oC untuk
hijau masak
32. Penanganan produk segar (6)
Kehilangan air dapat menyebabkan kela-
yuan pada sayur dan buah. Laju kehi-langan
air dipengaruhi oleh respirasi, tranpirasi dan
kelembaban udara (RH) .
RH tinggi (menguntungkan), menurunkan
transpirasi, menurunkan kehilangan air dan
menunda kelayuan.
RH tinggi merugikan, kondensasi air, per-
tumbuhan akar dan pertunasan, pertum-
buhan jamur.
33. Tabel 7. Kehilangan air (basis % berat segar)
yang masih dapat diterima konsumen.
Komoditas Kehilangan air maksimal (%)
Asparagus
Buncis
Brussel sprouts
Kobis
Wortel
Bunga kol
Seledri
Mentimun
Selada
Bawang Bombay
Kentang
Bayam
Brokoli
Tomat
8
5-6
8
7-10
4-8
7
10
5
3-5
10
7
3
4
7
34. Penanganan produk segar (7)
RH optimal 40 – 100%.
Secara alami beberapa jenis buah terdapat
lapisan lilin di permukaan.
Lapisan lilin dapat menghambat laju
penguapan air.
Lilin lebah (bee wax, lanceng, Jw) dapat
digunakan untuk pelapisan buah untuk
mengurangi laju penguapan.
35. Pengeringan (1)
Produk dan hasil pertanian mengandung air
atau kadar air tinggi saat dipanen.
Kadar air tinggi untuk konsumsi segar
memang sebagai satu ukurun kesegeran.
Untuk penggunaan beberapa waktu setelah
panen kadar air tinggi dapat menyebebabkan
kerusakan.
Dengan kadar air tinggi kegiatan fisiologi dan
enzimatik tinggi, mudah menyebab tumbuh
jamur dan bertunas/berkecambah.
36. Pengeringan (2)
Pengeringan merupakan usaha untuk
menurunkan kadar air sehingga produk aman
untuk disimpan atau dapat disimpan untuk
waktu lama.
Penurunan kandungan air dilakukan dengan
secara perpindahan air dari dalam produk ke
udara bebas.
Terjadinya perpindahan uap air karena
adanya perbedaan tekanan uap air dalam
bahan dengan udara sekitarnya.
37. Pengeringan (3)
Proses pengeringan merupakan proses
perpindahan massa uap air dari dalam
produk ke media pengering.
Daya dorong terjadinya perpindahan adalah
perbedaan tekanan uap air dalam produk
dengan udara pengering.
Model laju pengeringan dimodelkan sebagai
“single kernel” atau “biji tunggal” sehingga
dapat dikemukakan sebagai:
[M(t)-ME]/[M0-ME] = exp (-k t)
k disebut konstan laju pengeringan.
38. Pengeringan
Produk pertanian
dengan kandungan air
Panas masuk
ke produk
Air menguap
keluar
Media pemanas dan
pembawa uap air,
biasanya udara
Proses pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari media pemanas (udara)
kedalam produk disertai dengan proses perpindahan uap air keluar dari produk. Media
pemanas sekaligus berfungsi pembawa uap air perg i meninggalkan produ k. Media
pembawa panas biasanya berupa udara yang dipanasi, tetapi dapat juga partikel padat
(pasir).
39. Cara pengeringan (1)
Pengeringan secara alami atau penjemuran
yaitu pengeringan dengan memanfaatkan
panas matahari. Bahan dibentangkan untuk
menerima sinar matahari.
Penjemuran langsung.
Penjemuran langsung dengan kaca,
plastik.
Penjemuran tidak langsung dengan aliran
udara konveksi alami.
40. Cara pengeringan (2)
Penjemuran murah sumber energinya.
Tergantung alam pada iklim. Banyak
produk saat panen raya justru pada nusim
hujan.
Suhu tidak terkendali sehingga sering
menurunkan kualitas.
Beberapa komoditi tetap dilakukan dengan
penjemuran (buah anggur untuk kismis).
Dikombinasi dengan pengeringan buatan
bersumber panas pembakaran.
41. Cara pengeringan (3)
Pengeringan buatan dengan menggu-nakan
pemanasan dari hasil pembakaran.
Media udara dihembus melalui tungku
pembakaran atau pemasok energi. Atau
pemanasan kontak langsung ke produk
yang dikeringkan.
Direct atau langsung dengan gas hasil
buang disertakan sehingga asap dapat
mempengaruhi bau dan rasa.
42. Cara pengeringan (4)
Indirect udara dipanasi melalui kontak
permukaan dengan sumber pemanas.
Asap tidak serta tetapi efisiensi berku-rang.
Arah aliran bisa searah berlawanan arah
atau cross flow.
Proses pengeringan dilangsungkan secara
batch (tumpuk) atau continuous (aliran).
43. Cara pengeringan (5)
Pengeringan buatan dapat mengha-silkan
produk berkualitas, suhu terkendali, laju
bisa dipercepat.
Tidak tergantung iklim dan cuaca (tidak
harus siang hari tetapi bisa malam hari).
Biaya pengeringan tinggi terutama bahan
bakar.
Cocok untuk komoditas tinggi.
Ukuran dan kapasitas dapat dibuat besar.
44. Cara pengeringan (6)
Pengeringan tanpa pemanas atau suhu
rendah yaitu dengan tekanan vakum.
Perpindahan massa uap air berlangsung
karena tekanan uap disekitar produk
diturunkan melalui penurunan tekanan
atau dengan pem-vakuman.
Penguapan disertai dengan pengam-bilan
panas dari produk sehingga turun
mendekati nol.
45. Cara pengeringan (7)
Pengeringan dengan pembekuan (freeze
drying) dengan pemanas berlangsung pada
suhu dibawah nol atau suhu rendah.
Bahan dibekukan sampai jauh dibawah
nol.
Disertai dengan tekanan vakum.
Panas dopasok langsung ke bahan yang
dikeringkan.
Untuk produk diinginkan dengan kualitas
tinggi.
46. Cara pengeringan (8)
Pengeringan dengan puffing (kejutan) yaitu
disertai dengan tekanan diatas tekanan
atmosfir.
Bahan dipanasi sambil diberi tekanan
udara diatas atmosfir.
Panas dipasok langsung ke bahan yang
dikeringkan lewat kontak permukaan.
Setelah mencapai pemanasan cukup
tekanan dilepas mendadak.
Akibatnya penguapan berlangsung men-
dadak dan disertai dengan desakan
meregangkan pori pori produk.
47. Alat pengering (1)
Penjemuran pada lantai jemur,sarana pe-
ngeringan yang paling sederhana, berupa
lantai jemur, jalan beraspal atau tikar.
Penjemuran dg kaca dan plastik, perbaikan
cara penjemuran dilengkapi dengan tutup
kaca/ plastik untuk dari lingkungan kotor.
Pengering dengan solar kolektor dan
kombinasi, panas matahari dikumpulkan
dengan kolektor kemudian dihembuskan
udara kebahan yang dikeringkan.
48. Alat pengering (2)
Pengering kotak/bed dryer/batch dryer,
pemanas dari hasil pembakaran kemudian
udara dihembuskan dari pemanan ke produk
yang dikeringkan dalam kotak tetap. Bahan
dalam satu tumpukan
Pengering rak, seperti bed dryer, hanya
bahan ditempatkan dalam rak rak yang dapat
dimasukan dan dikeluarkan bila kering.
Bahan dalam satu tumpukan di rak.
49. Alat pengering (3)
Rotary dryer, berupa drum berputar yang
menerima panas pembakaran, bahan dalam
drum sehingga kontak langsung. Drum
diputar agar terjadi pemanasan merata.
Continuous dryer, pemanasan seperti dalam
bed dryer tetapi bahan mengalir secara
continuous melewati hembusan udara panas.
50. Alat pengering (4)
Cabinet dryer, seperti pada pengeringan
continuous, tetapi aliran bahan ditempat-kan
pada kabinet yang bergerak melewati udara
panas. Kabinet bergerak seperti kereta
gantung.
Spray dryer, pengeringan dengan semprot,
untuk bahan caair mengandung padatan.
Cairan disemprotkan kedalam ruang disertai
dengan aliran udara panas. Cairan menguap
meninggalkan bubuk kering.
51. Alat pengering (5)
Drum dryer, untuk bahan pasta atau cair,
pemanasan dengan kontak langsung melalui
permukaan luar drum berputar.
Vacuum dryer, produk ditempatkan dalam
ruang kedap kemudian tekanan divakum
selama terjadi penguapan.
Freeze dryer, produk dibekukan kemudian
ditempatkan dalam pelat pemanas dan
disertai dengan tekanan vakum.
52. Modifikasi penjemuran
Kaca/plastik bening
Kasa untuk
aliran angin
Penjemuran dengan tutup plastik
atau kaca disertai dengan jalan
angin.
Produk
pertanian
Udara panas
Kaca/plastik bening
Plat hitam
Alat pengering dengan solar kolektor. Sumber panas dapat
dikombinasi dengan pemanas buatan. Produk pertanian
dapat disusun dalam rak rak sehingga mudah pemasukan
dan pengeluarannya.
53. Prinsip pengering buatan
Produk
pertanian
Ruang pemerata Pemanas
Blo
w er
Pipa pembawa
Pengering buatan kotak/ bed dryer/ batch dryer.
Udara
Udara panas
Asap
Tungku
pemanas
Udara
Udara panas
Asap
Tungku
pemanas
Asap
Pemanasan direct atau
langsung, asap bercampur
dengan udara pemanas.
Pemanasan indirect atau tak
langsung, asap terpisah dari
udara pemanas.
54. Pengemasan (1)
Fungsi Pengemasan:
Mengisolasi isi kemasan dari atmosfir bebas
sehingga tercipta lingkungan yang sesuai:
Dari kelembaban udara yang kurang
sesuai, tinggi atau rendah.
Dari komposisi udara yang tidak sesuai
(MA, CA).
Dari kontaminasi mikrobia/jamur.
Dari kotoran dan debu.
Dari cahaya terutama ultraviolet.
Dari kerusakan mekanis dan fisik.
55. Pengemasan (2)
Fungsi Pengemasan:
Menciptakan satuan untuk penjajaan (tepung
satu kantong, beras satu karung).
Memudahkan transportasi.
Estitika dan keindahan.
Ciri produk, identitas produk.
Tempat informasi, merek, nutrisi, kedalu
warso, cara penggunaan, dsb.
57. Pengemasan (4)
Bahan Pengemas:
Daun
Merupakan bahan kemas tradisional,
Kadang untuk memberi citarasa daun,
aroma daun (pepes dibungkus daun lebih
enak),
Tidak kedap terhadap lingkungan udara
bebas, ramah lingkungan, biogradable.
Mudah terkontaminasi, sekadar untuk
memudahkan trasnportasi, sebagai satu-
an penjajaan, tempat makan (dulu).
58. Pengemasan (5)
Bahan Pengemas:
Tanah liat, keramik.
Tanah liat yang dibakar, gerabag,
Lebih bersifat tradisional, arts,
Tidak kedap udara dan kelembaban, bisa
kedap cahaya,
Satuan kurang standard,
Kurang ramah lingkungan
Peka terhadap kerusakan mekanik/fisik.
59. Pengemasan (6)
Bahan Pengemas:
Gelas
Dibuat dari silika, bahan inert,
Lebih tahan mekanik dan fisik,
Dapat dibuat artistik,
Kedap udara dan lembab, namun tidak
kedap cahaya,
Dapat menapilkan isi sehingga menarik
pembeli.
Bisa didaur ulang, tidak biogradable.
60. Pengemasan (7)
Bahan Pengemas:
Kertas
Dibuat dari bahan pertanian sehingga
ramah lingkungan, dapat didaur ulang dan
biogradable,
Tidak kedap massa, udara, air, sedikit
cahaya,
Printable, bisa dibubuhkan informasi.
61. Pengemasan (8)
Bahan Pengemas:
Plastik
Dibuat dari bahan minyak, termasuk
kurang ramah lingkungan, dapat didaur
ulang dan tidak biogradable,
Dikembangkan plastik dari bahan hayati,
lebih ramah dan biogradable,
Agak kedap udara, air, sedikit cahaya,
masih permeabel dapat dilewati uap,
udara, tidak mudah bereaksi dengan isi.
62. Pengemasan (9)
Bahan Pengemas:
Logam (aluminium, stainless steel)
Tidak ramah lingkungan, tidak bio-
gradable, dapat didaur ulang,
Mutlak kedap air, gas, udara/uap air dan
cahaya, kurang inert,
Kuat terhadap kerusakan mekanik/fisik
Dapat dibentuk menjadi lembaran luwes
(aluminium foil)
64. Penyimpanan (1)
Produksi bahan pertanian bersifat musiman,
diproduksi pada musim tertentu,
Konsumsi relatif konstan sepanjang tahun,
Penyimpanan dapat menjadi buffer antara
supply dan demand,
Penyimpanan berfungsi dan berupaya untuk
memperpanjang umur simpan,
Sudah menerima perlakuan untuk memper-
panjang umur simpan (pengeringan, pem-
bersihan, pengupasan, pengecilan, dsb)
65. Penyimpanan (2)
Penyimpanan dilakukan secara curah (bulk,
pada biji bijian), dalam wadah (container)
atau sudah terkemas.
Selama dalam penyimpanan produk masih
dapat melakukan respirasi, transpirasi.
Kelembaban udara dapat menyebabkan
kadar air bahan naik sehingga mudah
terancam jamur dan mikrobia,
Banyak musuh antara lain serangga, tikus,
burung dan manusia.
66. Penyimpanan (3)
Untuk mengatasi respirasi dan transprasi
dapat diterapkan cara penyimpanan CA dan
MA disertai dengan pendinginan.
Untuk mengatasi kelembaban dan kena-ikan
kadar air dilakukan penghembusan udara
kering (aerasi) secara periodik se-hingga
kadar air relatif konstan.
Dapat menggunakan bahan penyerap
kelembaban, namun untuk volume kecil.
Menggunakan bahan anti serangga, tikus
dan meningkatkan keamanan.