1. 1.PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
(PEMBERHENTIAN)
Menurut Tulus (1993:167), pemutusan hubungan kerja
(separation) adalah mengembalikan karyawan ke
masyarakat. Hal ini disebabkan karyawan pada
umumnya belum meninggal dunia sampai habis masa
kerjanya. Oleh karena itu perusahaan bertanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu
yang timbul akibat dilakukannya tindakan pemutusan
hubungan kerja. Di samping itu juga harus menjamin
agar karyawan yang dikembalikan ke masyarakat harus
berada dalam kondisi sebaik mungkin.
Menurut Hasibuan (2001: 205), pemberhentian adalah
pemutusan hubungan kerja seseorang karyawan
dengan suatu organisasi perusahaan.
2. 2
• Istilah pemutusan hubungan kerja (separation)
sinonim dengan pemberhentian atau pemisahan
karyawan dari suatu organisasi.
• Fungsi pemutusan hubungan kerja atau
pemberhentain harus mendapat perhatian yang
serius dari manajer perusahaan, karena telah
diatur oleh undang-undang dan memberikan
risiko bagi perusahaan maupun untuk karyawan
3. 3.Alasan pemutusan kerja
1. Undang-Undang
2. Keinginan perusahaan
3. Keinginan karyawan
4. Pensiun
5. Kontrak kerja berakhir
6. Kesehatan karyawan
7. Meninggal dunia
8. Perusahaan dilikuidasi.
4. 4
Tulus (1993:167) menyebutkan bahwa pemutusan hubungan kerja terjadi kalau salah satu pihak atau
kedua belah pihak merasa rugi bilamana hubungan kerja tersebut dilanjutkan.
Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi karena:
kemauan karyawan,
kemauan perusahaan, atau
kemauan kedua belah pihak.
Alasan pemutusan hubungan kerja antara lain:
ketidakjujuran,
ketidakmampuan bekerja,
malas,
pemabok,
ketidakpatuhan,
kemangkiran, dan ketidaakdisiplinan,
usia lanjut,
sakit-sakitan terus menerus,
kemunduran perusahaan,
dan sebagainya.
5. 5
Ad.1.: Undang-Undang
Undang-undang dapat menyebabkan seorang karyawan harus
diberhentikan dari suatu perusahaan, misalnya karyawan anak-
anak, karyawan WNA, atau karyawan yang terlibat organisasi
terlarang.
Ad.2.: Keinginan Perusahaan:
karyawan tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya
perilaku dan disiplinnya kurang baik
melanggar peraturan-peraturan dan tata tertib perusahaan
tidak dapat bekerja sama dan terjadi konflik dengan karyawan lain
melakukan tindakan amoral dalam perusahaan
6. 6
Ad.3.: Keinginan karyawan
Pemberhentian atas keinginan karyawan sendiri
dengan mengajukan permohonan untuk berhenti
dari perusahaan tersebut. Pada umumnya karyawan
mengajukan permohonan berhenti karena
beberapa alasan, antara lain:
Pindah ke tempat lain
Kesehatan yang kurang baik
Untuk melanjutkan pendidikan
Berwiraswasta
7. 7
• Turnover karyawan akan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan. jika banyak
karyawan berhenti atas keinginan
sendiri, maka manajemen perusahaan dapat
dikatakan kurang baik dan perlu dilakukan
instrospeksi diri dari manajer.
(Hasibuan, 2001: 208-209).
8. 8
Ad.4.: Pensiun
Pensiun adalah pemberhentian karyawan atas
keinginan perusahaan, undang-undang, ataupun
keinginan karyawan sendiri. Keinginan perusahaan
mempesiunkan karyawan karena produktivitas kerjanya
rendah sebagai akibat usia lanjut, cacat fisik, kecelakaan
dalam melaksanakan pekerjaan, dsb.
Ad.5.: Kontrak kerja berakhir
Pemberhentian berdasarkan berakhirnya kontrak kerja
tidak menimbulkan konsekuensi karena telah diatur
terlebih dahulu dalam perjanjian saat mereka diterima.
9. 9
Ad.6.: Kesehatan karyawan
Kesehatan karyawan dapat menjadi alasan untuk
pemberhentian karyawan. Inisiatif pemberhentian bisa
berdasarkan keinginan perusahaan ataupun keinginan
karyawan.
Ad.7.: Meninggal dunia
Karyawan yang meninggal dunia secara otomatis putus
hubungan kerjanya dengan perusahaan. Perusahaan
memberikan pesangon atau uang pensiun bagi keluarga
yang ditinggalkan sesuai dengan pearturan yang ada.
10. 10
Ad.8.: Perusahaan dilikuidasi
Karyawan akan dilepas jika perusahaan
dilikuidasi atau ditutup karena bangkrut.
Bangkrutnya perusahaan harus berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku, sedangkan
karyawan yang dilepas harus mendapat
pesangon sesuai dengan ketentuan
pemerintah (Hasibuan, 2001: 2007-2009).
11. 11,jeneis-jenis pemutusan hu bungan
kerja
pengunduran diri (resignation),
pemberhentian sementara (lay-off),
pemecatan (disharge), dan
pemensiunan (retirement).
Jenis dan banyaknya pemutusan hubungan kerja dapat memberikan
kesan terhadap efektivitas pengelolaan perusahaan. Jika terlampau
banyak pengunduran diri menandakan bahwa skala pengupahan
tidak kompetitif. Pemberhentian sementara yang terjadi berkali-kaai
menandakan bahwa integrasi antara produksi dan permintaan pasar
adalah buruk. Terlalu banyak terjadi pemecatan memberikan kesan
bahwa prosedur seleksi atau pelatihan tidak baik. Terlampau banyak
pemensiunan memberikan indikasi kurang baiknya manajemen
bauran usia (age mix) di antara para karyawan perusahaan
(Tulus, 1994: 169).
12. 12
Ad.1.: Pengunduran diri:
Pengunduran diri (resignation) adalah pemutusan
hubungan kerja yang diawali dari pihak karyawan.
Apabila hal ini terjadi di dalam masa percobaan
(probation period), tidak menimbulkan masalah
beban kewajiban, baik bagi perusahaan maupun
karyawan. Lain halnya, bila ikatan kerja
berdasarkan atas perjanjian (kontrak) tertentu
yang memungkinkan pihak perusahaan menuntut
ganti rugi biaya-biaya seleksi, pelatihan dan
sebagainya.
13. 13
Ad.2.: Pemberhentian Sementara
Pemberhentian sementara (lay-off), adalah pemutusan hubungan
kerja yang umumnya terjadi bila terdapat situasi dan kondisi pada
perusahaan:
Tidak ada pekerjaan yang tersedia bagi karyawan yang dirumahkan.
Pimpinan mengharapkan, bahwa situasi tiadanya pekerjaan akan
bersifat kontemporer dan tidak lama.
Pimpinan bermaksud memanggil kembali karyawan untuk
dipekerjakan bilamana pekerjaan tersedia kembali.
Menurut Tulus (1994:170), Pemberhentian sementara bukanlah
pemberhentian mutlak, yang memutuskan hubungan kerja secara
permanen. Namun demikian tidak mustahil pemberhentian
sementara pada akhirnya menjadi pemberhentian permanen, bila
secara berkepanjangan situasi dan kondisi perusahaan tidak
membaik, bahkan mungkin memburuk
14. 14
Ad.3. Pemecatan
Pemecatan (discharge) merupakan pemutusan
hubungan kerja paling drastis yang dapat dikenakan
terhadap karyawan. Pemecatan hendaknya dilakukan
secara adil dalam arti ada alasan cukup untuk memecat
dan semua langkah yang nalar diambil untuk
menyelamatkan karyawan ybs dan ternyata tidak
berhasil. Pemecatan dapat terjadi atas dasar prestasi
yang tidak memuaskan, perilaku yang tidak baik, kurang
memenuhi syarat untuk melaksanakan pekerjaan, atau
brubahnya persyaratan pekerjaan (Tulus. 1994: 171).
15. 15
Ad.4. : Pemensiunan
Pemensiunan (retirement) terjadi sebagai
suatu pemutusan hubungan kerja bilamana
karyawan mencapai umur maksimum dan
masa kerja maksimum menurut batas-batas
yang ditentukan perusahaan.Perusahaan
mempunyai kewajiban berupa pembayaran
tunjangan pensiun.