Pembangunan transmigrasi mempunyai visi yang intinya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan di kawasan yang masih tertinggal (terisolir) serta dapat meningkatkan kesejahteraan transmigran yang tinggal di daerah tersebut.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran XI - Keterkaitan Substansi, Tahapan, dan Keterlibatan Pihak-Pihak dalam Penyusunan RDTR
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran XI - Keterkaitan Substansi, Tahapan, dan Keterlibatan Pihak-Pihak dalam Penyusunan RDTR
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...bramantiyo marjuki
Review Proses Perencanaan Keruangan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan di Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kapuas Hulu Kalimantan Barat Indonesia.
PENGEMBANGAN KAWASAN DAN WILAYAH STRATEGI AGROPOLITAN DAN MINAPOLITAN.pdfDifaOktavia1
Dalam segi pembangunan berdasarkan fakta tersebut pemerintah gencar mengembangkan kawasan metropolitan dan kawasan agropolitan. Pengembangan kawasan minapolitan yang dimaksud adalah mendorong percepatan pengembangan wilayah dengan kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama dalam meningkatkan pendapatan kesejahteraan masyarakat yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendoronhgberkmbangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu pengembangan yang dapat dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan perkotaan, di mana kawasan yang memiliki potensi di bidang pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan budidaya.
Bahan Paparan pada Diskusi Publik "Indikator Kinerja Kunci Bidang Pemerintahan", kerjasama GTZ Pro-Bangkit dan Tribun Kaltim
Grand Victoria, Samarinda, 31 Oktober 2009
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran I - Kriteria Pengklasifikasian Zona dan Subzona Batang Tubuh RDTR
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Fitri Indra Wardhono
Ada banyak definisi mengenai pembangunan perdesaan. Dower, Michael dkk (2003) menyebutkan salah satu definisi yang paling mendekati :
Pembangunan Perdesaan adalah proses yang disengaja atas aspek : ekonomi, sosial, politik, budaya dan lingkungan, yang diharapkan akan berlangsung berkelanjutan, dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk lokal di wilayah perdesaan.
Penekanan pada proses yang disengaja dan berkelanjutan: pembangunan perdesaan bukanlah urusan yang berumur pendek. Pembangunan perlu dilakukan selama bertahun-tahun dan dengan cara yang disengaja.
Pembangunan perdesaan bukan tentang melindungi status quo, melainkan tentang perubahan yang disengaja untuk membuat segalanya lebih baik.
Salah satu ciri kawasan perdesaan adalah bangkitnya gaya hidup wirausahawan, yang tertarik untuk mendirikan usaha pariwisata kecil (dan lainnya), membawa serta modal keuangan, jaringan kontak, pengetahuan pasar, dan ide-ide wirausaha dari kota-kota. Beberapa pengusaha baru datang sebagai pasangan atau mitra, beberapa sebagai keluarga, beberapa sebagai pasangan. Tidak semua keterampilan kewirausahaan baru ini telah menggerakkan ekonomi perdesaan.
Terdapat transisi masyarakat perdesaan tradisional dari menjadi anggota "masyarakat jarak pendek" menjadi "masyarakat terbuka," yakni dengan adanya perubahan dalam hal sistem kontrol, konflik, dan tingkat pemberdayaannya. Hal ini merupakan konsekuensi dari masyarakat perdesaan yang akan semakin berkembang dan dengan permasalahan yang semakin kompleks. Pariwisata perdesaan dapat berakar pada pertanian berbasis atau agrowisata, tapi berkembang menjadi jauh lebih beragam, dan terus terdiversifikasi. Pariwisata perdesaan adalah serangkaian aktivitas niche dalam aktivitas niche yang lebih besar.
Keragaman situasi ekonomi di wilayah perdesaan telah mendorong dikembangkannya sembilan jenis situasi ekonomi perdesaan, baik yang ditemukan secara terpisah, apaupun merupakan kombinasi.
Wilayah perdesaan dapat didefinisikan sebagai daerah yang ekonominya didasarkan pada industri agraria/perhutanan tradisional, atau setidaknya ekstraksi (tetapi tidak biasanya pengolahan) sumber daya alam. Penurunan peran yang berlangsung terus-menerus dalam kepentingan relatif sektor pertanian dan pertumbuhan sektor jasa pasca-industri telah menyebabkan tumbuhnya banyak industri baru, termasuk pariwisata, di kawasan perdesaan. Lebih lanjut, di banyak daerah, baik yang berkembang secara ekonomi maupun yang kurang berkembang, kegiatan industri perdesaan skala kecil telah menjadi fenomena khas.
Masyarakat perdesaan memiliki berbagai karakteristik yang, secara kolektif, dapat menyebak mereka diidentifikasi sebagai lebih tradisional daripada masyarakat perkotaan kontemporer, tetapi banyak wilayah perdesaan berada dalam keadaan perubahan yang konstan, paling tidak dalam kaitannya dengan penyerapan, atau penolakan mereka terhadap nilai-nilai, struktur dan karakteristik sosial dan spasial perkotaan.
Ini adalah kumpulan ayat Al Qur'an yang "semoga" dapat membantu untuk meruqyah diri sendiri, atau orang lain, jika diperkirakan sumber permasalahannya berupa gangguan dari luar,khususnya yang bersikap gaib. Bangguan tersebut dapat berupa kecanduan "game online", penyakit keturunan, badan yang dirasakan "tidak nyaman", dll.
Mohon maaf saya sendiri bukan peruqyah. Saya hanya mengkristalkan pengalaman berbagai peruqyah yang pernah mengunakan ayat-ayat tertentu, yang pengalaman ini cukup bertaburan di internet untuk dapat dimanfaatkan.
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...bramantiyo marjuki
Review Proses Perencanaan Keruangan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan di Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kapuas Hulu Kalimantan Barat Indonesia.
PENGEMBANGAN KAWASAN DAN WILAYAH STRATEGI AGROPOLITAN DAN MINAPOLITAN.pdfDifaOktavia1
Dalam segi pembangunan berdasarkan fakta tersebut pemerintah gencar mengembangkan kawasan metropolitan dan kawasan agropolitan. Pengembangan kawasan minapolitan yang dimaksud adalah mendorong percepatan pengembangan wilayah dengan kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama dalam meningkatkan pendapatan kesejahteraan masyarakat yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendoronhgberkmbangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu pengembangan yang dapat dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan perkotaan, di mana kawasan yang memiliki potensi di bidang pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan budidaya.
Bahan Paparan pada Diskusi Publik "Indikator Kinerja Kunci Bidang Pemerintahan", kerjasama GTZ Pro-Bangkit dan Tribun Kaltim
Grand Victoria, Samarinda, 31 Oktober 2009
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran I - Kriteria Pengklasifikasian Zona dan Subzona Batang Tubuh RDTR
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Fitri Indra Wardhono
Ada banyak definisi mengenai pembangunan perdesaan. Dower, Michael dkk (2003) menyebutkan salah satu definisi yang paling mendekati :
Pembangunan Perdesaan adalah proses yang disengaja atas aspek : ekonomi, sosial, politik, budaya dan lingkungan, yang diharapkan akan berlangsung berkelanjutan, dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk lokal di wilayah perdesaan.
Penekanan pada proses yang disengaja dan berkelanjutan: pembangunan perdesaan bukanlah urusan yang berumur pendek. Pembangunan perlu dilakukan selama bertahun-tahun dan dengan cara yang disengaja.
Pembangunan perdesaan bukan tentang melindungi status quo, melainkan tentang perubahan yang disengaja untuk membuat segalanya lebih baik.
Salah satu ciri kawasan perdesaan adalah bangkitnya gaya hidup wirausahawan, yang tertarik untuk mendirikan usaha pariwisata kecil (dan lainnya), membawa serta modal keuangan, jaringan kontak, pengetahuan pasar, dan ide-ide wirausaha dari kota-kota. Beberapa pengusaha baru datang sebagai pasangan atau mitra, beberapa sebagai keluarga, beberapa sebagai pasangan. Tidak semua keterampilan kewirausahaan baru ini telah menggerakkan ekonomi perdesaan.
Terdapat transisi masyarakat perdesaan tradisional dari menjadi anggota "masyarakat jarak pendek" menjadi "masyarakat terbuka," yakni dengan adanya perubahan dalam hal sistem kontrol, konflik, dan tingkat pemberdayaannya. Hal ini merupakan konsekuensi dari masyarakat perdesaan yang akan semakin berkembang dan dengan permasalahan yang semakin kompleks. Pariwisata perdesaan dapat berakar pada pertanian berbasis atau agrowisata, tapi berkembang menjadi jauh lebih beragam, dan terus terdiversifikasi. Pariwisata perdesaan adalah serangkaian aktivitas niche dalam aktivitas niche yang lebih besar.
Keragaman situasi ekonomi di wilayah perdesaan telah mendorong dikembangkannya sembilan jenis situasi ekonomi perdesaan, baik yang ditemukan secara terpisah, apaupun merupakan kombinasi.
Wilayah perdesaan dapat didefinisikan sebagai daerah yang ekonominya didasarkan pada industri agraria/perhutanan tradisional, atau setidaknya ekstraksi (tetapi tidak biasanya pengolahan) sumber daya alam. Penurunan peran yang berlangsung terus-menerus dalam kepentingan relatif sektor pertanian dan pertumbuhan sektor jasa pasca-industri telah menyebabkan tumbuhnya banyak industri baru, termasuk pariwisata, di kawasan perdesaan. Lebih lanjut, di banyak daerah, baik yang berkembang secara ekonomi maupun yang kurang berkembang, kegiatan industri perdesaan skala kecil telah menjadi fenomena khas.
Masyarakat perdesaan memiliki berbagai karakteristik yang, secara kolektif, dapat menyebak mereka diidentifikasi sebagai lebih tradisional daripada masyarakat perkotaan kontemporer, tetapi banyak wilayah perdesaan berada dalam keadaan perubahan yang konstan, paling tidak dalam kaitannya dengan penyerapan, atau penolakan mereka terhadap nilai-nilai, struktur dan karakteristik sosial dan spasial perkotaan.
Ini adalah kumpulan ayat Al Qur'an yang "semoga" dapat membantu untuk meruqyah diri sendiri, atau orang lain, jika diperkirakan sumber permasalahannya berupa gangguan dari luar,khususnya yang bersikap gaib. Bangguan tersebut dapat berupa kecanduan "game online", penyakit keturunan, badan yang dirasakan "tidak nyaman", dll.
Mohon maaf saya sendiri bukan peruqyah. Saya hanya mengkristalkan pengalaman berbagai peruqyah yang pernah mengunakan ayat-ayat tertentu, yang pengalaman ini cukup bertaburan di internet untuk dapat dimanfaatkan.
Pedoman RIPPDA beserta Lampiran A, B dan C berasal dari Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, yang berhasil penulis ‘selamatkan’, dari diubah dari format cetakan menjadi format tulisan. Karena itu pada beberapa tempat masih akan didapat kesalahan akibat proses pengubahan.
Sementara Lampiran D dan seterusnya, bersumber dari pengalaman mengerjakan berbagai kegiatan pengembangan kepariwisataan. Dari pengalaman tersebut penulis memperoleh sejumlah tulisan yang cukup berharga untuk sekedar disimpan di dalam laptop. Dengan niat untuk turut menyebar luaskan ilmu terkait kepariwisataan, maka kumpulan tulisan tersebut kami hadirkan bersama buku pedoman tersebut, sebagai Lampiran D dan seterusnya.
Tulisan pada Lampiran D dan seterusnya tersebut berasal dari berbagai sumber, yang ‘sayangnya’ sebagian besar tidak tercatat dengan baik. Karena itu, penggunaannya disarankan tidak untuk dijadikan rujukan/referensi ilmiah, di mana dalam lingkungan akademis, keabsahan rujukan/referensi merupakan suatu keharusan. Tulisan ini hanyalah sekedar penambah wawasan tentang kepariwisataan, serta membuka jalan bagi pencarian lebih lanjut rujukan/referensi dari aspek yang dibahas dalam kumpulan tulisan ini. Kepada pihak-pihak yang merupakan sumber dari tulisan tersebut, yang kebetulan tidak kami catat, kami hanya dapat berharap kiranya Allah jualah yang dapat membalas amal shalih tersebut dengan pahala yang mengalir tidak putus-putus, selama ilmu tersebut masih dapat dimanfaatkan. Sedangkan beberapa pihak yang ‘kebetulan’ terekam, dan dapat kami cantumkan dalam kumpulan tulisan ini, antara lain dari UGM, selain adanya balasan dari Allah tersebut, kami juga menghaturkan banyak terima kasih.
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahFitri Indra Wardhono
Untuk menjadi peruqyah perlu dibekali ayat-ayat khusus, disamping yang umum seperti Al Fatihah, Al Baqarah, Ayat Qursy, 3 Qul. Berikut ini ditampilkan ayat-ayat tersebut, serta evaluasi kita (jika ingin menjadi peruqyah) seberapa jauh/banyak kita sudah menguasainya.
Kejawèn adalah suatu paham keagamaan campuran yang dianut orang-orang Jawa, yang merupakan ramuan di antara adat keagamaan asli Jawa yang percaya pada alam ghaib dengan pengaruh Hindu-Budha dari zaman Majapahit dan pengaruh agama Islam dari zaman Demak. Dalam perkembangannya, paham keagamaan kejawèn tersebut kadangkala lebih condong kepada Hindu-Budha, kadangkala lebih condong pada Islam, atau lebih mengutamakan kejawaannya, dan atau kemudian ada pula yang condong pada Kristen-Katolik. Kecederungan itu ada yang sifatnya sebagai pedoman hidup dan ada yang sifatnya mengejek dan mencela antara satu dengan yang lain.
Upacara pokok kejawèn adalah slametan, yaitu perjamuan kerukunan sosio-religius yang diikuti oleh para tetangga bersama dengan beberapa sanak saudara dan sahabat. Upacara ini diadakan bertepatan dengan saat-saat penting di dalam kehidupan (perkawinan, kehamilan, kelahiran anak, kematian, dll.), peristiwa-peristiwa komunal yang setiap tahun diadakan (bersih desa, pesta dusun/kampung yang setiap tahun diadakan bersama dengan upacara pembersihan atau persucian tertentu) dan segala macam kesempatan bila kesejahteraan umum dan keseimbangan digoncangkan. Pandangan religius kejawèn dipusatkan pada kesatuan hidup. Dalam ungkapan upacara-upacara simbolis, pandangan ini berpusat pada kesatuan harmonis dalam lingkungannya sendiri, entah itu keluarganya, tetangganya atau desanya. Dalam ungkapan yang mistik, agama Jawa memusatkan perhatiannya kepada hubungan langsung dan pribadi seseorang dengan “Yang Tunggal”. Kebangkitan aliran kejawèn dewasa ini tidak terlepas dari pandangannya terhadap agama-agama yang ada di Indonesia. Meskipun bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa, tidak berarti bangsa Indonesia seluruhnya beragama, karena kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bukan monopoli pemeluk agama saja, akan tetapi hak setiap orang sekalipun tidak mengikuti agama tertentu. Pengikut aliran kejawèn adalah orang yang ber-Tuhan, akan tetapi belum tentu beragama (resmi yang diakui di Indonesia). Mereka menghayati dan menyembah Tuhan dengan caranya sendiri di luar ajaran agama dan ternyata mendapatkan apa yang mereka cari. Atas dasar hal itu, selanjutnya mereka berusaha membentuk organisasi baru dan tersendiri yang serupa dengan agama. Mereka merasa lebih cocok dengan cara penghayatan yang mereka temukan daripada cara yang diajarkan agama yang mungkin pernah mereka peluk.
Ruqyah (dengan huruf ra’ di dhammah) adalah yaitu bacaan untuk pengobatan syar’i (berdasarkan riwayat yang shahih atau sesuai ketentuan ketentuan yang telah disepakati oleh para ulama) untuk melindungi diri dan untuk mengobati orang sakit. Bacaan ruqyah berupa ayat ayat al-Qur’an dan doa doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tidak diragukan lagi, bahwa penyembuhan dengan Al-Qur’an dan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa ruqyah merupakan penyembuhan yang bermanfaat sekaligus penawar yang sempurna bagi penyakit hati dan fisik dan bagi penyakit dunia dan akhirat. Bagaimana mungkin penyakit itu mampu melawan firman-firman Rabb bumi dan langit yang jika firman-firman itu turun ke gunung makai ia akan memporakporandakan gunung gunung. Oleh karena itu tidak ada satu penyakit hati maupun penyakit fisik melainkan ada penyembuhnya.
Tata cara meruqyah adalah sebagai berikut:
1. Keyakinan bahwa kesembuhan datang hanya dari Allah.
2. Ruqyah harus dengan Al Qur’an, hadits atau dengan nama dan sifat Allah, dengan bahasa Arab atau bahasa yang dapat dipahami.
3. Mengikhlaskan niat dan menghadapkan diri kepada Allah saat membaca dan berdoa.
4. Membaca Surat Al Fatihah dan meniup anggota tubuh yang sakit. Demikian juga membaca surat Al Falaq, An Naas, Al Ikhlash, Al Kafirun. Dan seluruh Al Qur’an, pada dasarnya dapat digunakan untuk meruqyah. Akan tetapi ayat-ayat yang disebutkan dalil-dalilnya, tentu akan lebih berpengaruh.
5. Menghayati makna yang terkandung dalam bacaan Al Qur’an dan doa yang sedang dibaca.
6. Orang yang meruqyah hendaknya memperdengarkan bacaan ruqyahnya, baik yang berupa ayat Al Qur’an maupun doa-doa dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Supaya penderita belajar dan merasa nyaman bahwa ruqyah yang dibacakan sesuai dengan syariat.
7. Meniup pada tubuh orang yang sakit di tengah-tengah pembacaan ruqyah. Masalah ini, menurut Syaikh Al Utsaimin mengandung kelonggaran. Caranya, dengan tiupan yang lembut tanpa keluar air ludah. ‘Aisyah pernah ditanya tentang tiupan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam meruqyah. Ia menjawab: “Seperti tiupan orang yang makan kismis, tidak ada air ludahnya (yang keluar)”. (HR Muslim, kitab As Salam, 14/182). Atau tiupan tersebut disertai keluarnya sedikit air ludah sebagaimana dijelaskan dalam hadits ‘Alaqah bin Shahhar As Salithi, tatkala ia meruqyah seseorang yang gila, ia mengatakan: “Maka aku membacakan Al Fatihah padanya selama tiga hari, pagi dan sore. Setiap kali aku menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan aku ludahkan. Dia seolah-olah lepas dari sebuah ikatan”. [HR Abu Dawud, 4/3901 dan Al Fathu Ar Rabbani, 17/184].
8. Jika meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya, tidak masalah. Untuk media yang paling baik ditiup adalah minyak zaitun.
9. Mengusap yang sakit dengan tangan kanan.
10. Bagi yang meruqyah diri sendiri, letakkan tangan di tempat yang
Ruqyah adalah Seni Penyembuhan dari segala macam penyakit baik fisik, psikis, gangguan makhluk halus maupun serangan sihir yang telah diajarkan oleh Rasulullah Sholallau ‘Alaihi wassalam (Seorang Nabi Utusan Tuhan Terahir di Muka Bumi ini). Selain itu Ruqyah juga merupakan seni perlawanan, perlindungan dan pembentengan diri dari segala macam mara bahaya yang bersifat fisik, maupun psikis.
Energi Ruqyah berasal dari keberkahan dan mu’jizat bacaan ayat Suci Al Qur’an dan Doa-doa Nabi Muhammad SAW.
Agar rumah tidak seram dan angker laksana kuburan. Agar rumah tidak menjadi tempat nongkrong Iblis dan syetan, supaya rumah menjadi sarang kebaikan dan keberkahan, maka hiasilah dengan sholat-sholat sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah. Beliau bersabda, “Kerjakanlah sholat kalian di rumah, dan janganlah kalian menjadikannya sebagai kuburan.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Umar).
Yang dimaksud di sini adalah sholat sunnah, sebagaimana diterangkan dalam riwayatnya yang lain, “Wahai manusia, sholatlah di rumah kalian. Karena sesungguhnya sholat seseorang yang paling utama adalah di rumahnya, kecuali sholat yang wajib.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan dalam sabdanya yang lain, “Apabila seseorang telah melaksanakan sholatnya di masjid, maka hendaknya ia memberikan bagian dari sholatnya untuk rumahnya. Karena Allah akan menjadikan kebaikan di rumahnya karena sholat yang dilakukannya.” (HR. Muslim)
Para pelaku pariwisata Indonesia seyogyanya melakukan perencanaan yang matang dan terarah untuk menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang yang akan “ bersliweran ” atau lalu lalang di kawasan kita. Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui pendekatan “ re-positioning ” keberadaan masing-masing kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Kesemuanya ini harus disiapkan untuk memenuhi standar internasional sehingga dapat lebih kompetitif dan menarik, dibandingkan dengan kegiatan yang serupa dari negara-negara disekitar Indonesia.
Seperti halnya manusia yang merupakan bagian dari alam, maka karya manusia yang timbul itu pada hakekatnya merupakan sebagian dari alam itu juga.
Oleh karena itu suatu karya seharusnya tidak menimbulkan disharmoni dengan alam sekitarnya maupun disharmoni dengan manusia calon pemakai itu sendiri.
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Fitri Indra Wardhono
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, yang perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang.
Pengelolaan Wilayah Pesisir dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan: antara Pemerintah-Pemerintah Daerah, antar Pemerintah Daerah, antar sektor, antara Pemerintah,dunia usaha dan masyarakat, antara ekosistem daratan & lautan; dan antara ilmu pengetahuan dan manajemen.
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasFitri Indra Wardhono
Secara umum, buku ini memuat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang dan
pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan serta pedoman praktis yang dapat digunakan
di dalam penataan ruang kawasan-kawasan spesifik seperti perkotaan, perdesaan, wilayah
pariwisata di pesisir, dan di kawasan rawan bencana longsor.
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasFitri Indra Wardhono
Teori menyebutkan bahwa salah satu cara yang efektif dalam membangun
wilayah adalah melalui pengembangan kawasan, lebih khusus lagi melalui
pendekatan klaster. Dalam suatu klaster, berbagai kegiatan ekonomi dari para pelaku
usaha saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain menghasilkan barang
dan jasa yang unik. Bagaimana mengembangkan kegiatan usaha yang saling
mendukung itu merupakan kunci bagi pengembangan ekonomi suatu wilayah.
Buku “Penyusunan Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk
Percepatan Pembangunan Daerah” ini disusun berdasarkan penelaahan literatur
dan pengamatan lapangan. Banyak kajian telah dilakukan dan banyak buku telah
ditulis mengenai berbagai aspek pengembangan kawasan, namun yang
menggabungkan semua kajian dan buku tentang pengembangan kawasan-kawasan
itu menjadi satu masih belum ada. Buku ini dimaksudkan untuk mengisi kekurangan
itu.
Penyusunan buku ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi
Pemerintah Daerah, baik tingkat propinsi maupun dan khususnya tingkat
kabupaten/kota, bahkan bagi tingkat kecamatan dan desa dalam menyusun
perencanaan pengembangan kawasan di wilayahnya, baik secara individual maupun
secara terpadu. Diharapkan buku ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun program, kebijakan dan rencana pengembangan kawasan.
Buku ini akan terus disempurnakan agar semakin memenuhi kebutuhan
semua pihak. Untuk itu saran perbaikan dari para pembaca dan pengguna buku ini
sangat diharapkan.
2. RENTEK SARANA
• LAHAN
• RTJK
• FASILTAS UMUM
• SARANA AIR BERSIH
3. PERENCANAAN PEMBUKAAN LAHAN
KEBIJAKAN
Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB)
Lahan Pekarangan Siap Tanam
Lahan Usaha Siap Olah
METODE PEMBUKAAN LAHAN
Mekanis : Seluruh Pekerjaan dilakukan dengan peralatan (Hutan primer dan
sekunder)
Semi Mekanis : Sebagian pekerjaan dibantu dengan peralatan sebagian lagi
dikerjakan oleh tenaga manusia dan alat tradisionkan (hutan sekunder, dan
primer)
Manual : Seluruh pekerjaan dikerjakan oleh tenaga manusia dan alat-alat
tradisional (hutan tersier dan semak belukar)
4. TAHAPAN PEMBUKAAN LAHAN
KLASIFIKASI LAHAN BERTEGAKAN KAYU
• Tebas, Tebang, Potong dan
- Tebas : diameter pohon < 10 cm (alat parang)
- Tebang : diameter pohon > 10 – 30 cm (alat kampak)
- Potong : diameter pohon > 30 cm (alat chain saw)
• Pilah, Kumpul, Bersih
- Pilah : memilah kayu limbah, komersil, non komersil dan yang
dimanfaatkan
- Kumpul : mengumpulkan dengan menyusun masing-masing kayu
yang telah dipilah pada areal jalur tumpukan/sejajar kontur
sebagai penahan tanah/terasering
- Bersih : membersihkan areal dari sisa-sisa potongan dan menumpukan
kembali pada areal jalur tumpukan
Penilaian Hasil
Masing-masing tahapan dinilai hasil akhirnya, setelah selesai pekerjaan.
5. KLASIFIKASI LAHAN SEMAK BELUKAR
Tebas, Kumpul, Bersih
- Tebas : Menebas bersih semak belukar dan menumpukan pada
areal jalur tumpukan/areal garis kontur
- Kumpul : Mengumpulkan dan menumpuk kayu limbah secara
memanjang dan sejajar garis kontur pada bagian
belakang rumah transmigran (LP).
- Bersih : membersihkan areal dari sisa-sisa tebasan dan
menumpukan kembali pada areal jalur tumpukan
PENILAIAN HASIL
Masing-masing tahapan dinilai hasil akhirnya, setelah selesai pekerjaan.
KLASIFIKASI LAHAN ALANG-ALANG
Penyemprotan : Penyemprotan dengan bahan kimi ( herbisida ) dengan dosis sesuai
rekomendasi pabrik untuk mematikan alang-alang secara tuntas hingga ke akar-akarnya
( dua minggu )
Penilaian dilakukan setelah dua minggu.Lebih dari 80 % Alang-alang mati.
PENGOLAHAN LAHAN
Pembajakan/ Penggaruan
Memperbaiki tata air tanah, membersihkan dari kotoran-kotoran (dgn membenamkan)
Serta mengurangi bahaya erosi, menggemburkan dan memudahkan untuk diolah oleh
transmigran.
6. •METODA
a. Mekanis : dengan bajak singkal ( dish plow) atau bajak garu ( dish harow ) ditarik dengan
traktor (Crawler tractor ) dengan kedalaman 20 cm (spesifikasi).
Dilakukan 2 kali tahapan, Pertama tegak lurus kontur dan yang kedua sejajar
kontur
b. Manual : Dilakukan tenaga manusia dengan alat cangkul/ garu dan kedalaman 20
KONSERVASI LAHAN
PENANAMAN COVER CROPS
Tujuan : - Melindungi dari Erosi
- Meningkatkan kesuburan kimia dan fisik tanah
- Menekan pertumbuhan alang-alang / gulma
Jenis Cover Crop : - Colopogonium
- Centrosema Pubescens
- Peuraria Javanica dll
7.
8.
9.
10. RUMAH TRANSMIGRAN ( PTB )
Jenis konstruksi untuk Rumah Transmigran ( standar ) pada lahan kering
digunakan dengan konstruksi non panggung dan untuk lahan basah
menggunakan konstruksi panggung,
Luasan bangunan Rumah Transmigran untuk lahan kering dan basah
ditetapkan minimal Type 36 m2,
Penetapan type bangunan berdasarkan perhitungan kebutuhan ruang
bangunan sederhana ( Standar PU )dengan norma luasan minimal seluas 7m2
per orang,
Bentuk Desain Rumah dapat dimodifikasi sesuai dengan arsitektur / budaya
lokal dengan menggunakan material lokal sepanjang pembiayaannya tidak
melewati norma biaya standar yang ditetapkan
, namun apabila pembiayaannya melebihi standar anggaran ,maka kekurangan
biaya ditanggung pemerintah daerah setempat
15. RUMAH TRANSMIGRAN dengan konsep RTUPT
( PTB )
UNTUK TRANSMIGRAN DAERAH ASAL / TPA
menyusun metode perencanaan teknisnya berdasarkan
rekomendasi RTUPT ,
Rumah transmigran TPA yang dibangun pada lahan kering (
non panggung ) dan lahan basah ( panggung ) mengunakan
Type 36 m2 standar ( PTB ),
Spesifisikasi teknis rumah transmigran TPA untuk lahan kering
(non panggung ) dan lahan basah ( panggung ) sama dengan
peruntukan rumah transmigran standar (PTB),
Bentuk desian dapat dimodifikasi sesuai dengan gambar arsitek
/budaya lokal dengan menggunakan material lokal/setempet
16. UNTUK TRANSMIGRAN DAERAH SETEMPAT / TPS
Metode perencanaan teknisnya dilakukan dengan cara melakukan
identifikasi lapangan untuk memperoleh data data tentang
kebutuhan dan permintaan transmigran setempat / TPS dalam
merenovasi / menambah ruang pada bangunan rumah yang sudah
ada,
Pembuatan desain bangunan didasarkan atas kebutuhan dan
permintaan transmigran TPS yang disesuaikan dengan kondisi
bangunan rumah yang sudah ada,
Desain renovasi rumah transmigran yang telah disepakati, ditanda
tangani oleh pemilik rumah / transmigran TPS yang bersangkutan,
Pekerjaan renovasi rumah transmigran TPS dilaksanakan dengan
menggunakan jenis material dan pembiayaan yang sama dengan
pembangunan rumah baru Type 36 m2 ( standar )
konstruksi panggung maupun non panggung.
17. FASILITAS UMUM
Jenis Fasilitas umum ( Standar )
Kantor unit
Gudang unit
Balai desa
Rumah Kepala unit
Puskesmas pembantu / PUSTU
Rumah petugas
Mesjid
Gereja
Sekolah Dasar
18. KANTOR UNIT
Jenis konstruksi (standar) untuk lahan kering
menggunakan konstruksi non panggung, sedangkan
untuk lahan basah mengunakan konstruksi panggung,
Luasan bangunan standar untuk lahan kering dan basah
ditetapkan, minimal 124 m2
Penetapan type bangunan berdasarkan perhitungan
kebutuhan ruang dengan norma luasan minimal seluas 6
m2 per orang,
Bentuk Desain Kantor Unit dapat dimodifikasi sesuai
dengan arsitektur / budaya lokal dengan menggunakan
material lokal/setempat sepanjang pembiayaannya tidak
melewati norma biaya standar yang ditetapkan , namun
apabila pembiayaannya melebihi ,maka kekurangan
biaya ditanggung pemerintah daerah setempat
23. GUDANG UNIT
Jenis konstruksi Gudang Unit ( Standar ) untuk lahan kering
menggunakan konstruksi non panggung, sedangkan untuk lahan
basah mengunakan konstruksi panggung,
Luasan bangunan Gudang Unit untuk lahan kering dan basah
ditetapkan, minimal 67,50 m2
Penetapan type bangunan Gudang Unit berdasarkan perhitungan
kebutuhan ruang dengan norma luasan minimal seluas 3 m2 per
orang,
Bentuk desain dapat dimodifikasi sesuai dengan arsitek/budaya
lokal, menggunakan material setempat
26. BALAI DESA
Jenis konstruksi Balai Desa ( Standar ) untuk lahan
kering menggunakan konstruksi non panggung,
sedangkan untuk lahan basah mengunakan konstruksi
panggung,
Luasan bangunan Balai Desa untuk lahan kering dan
basah ditetapkan, minimal 135 m2,
Penetapan type bangunan Balai Desa berdasarkan
perhitungan kebutuhan ruang dengan norma luasan
minimal seluas 6 m2 per orang,
Bentuk Desain Balai Desa dapat dimodifikasi sesuai
dengan arsitektur / budaya lokal dengan menggunakan
material lokal sepanjang pembiayaannya tidak melewati
norma biaya standar yang ditetapkan , namun apabila
pembiayaannya melebihi ,maka kekurangan biaya
ditanggung pemerintah daerah setempat
29. RUMAH KEPALA UNIT
Jenis konstruksi Rumah Kepala Unit ( Standar ) untuk lahan kering
menggunakan konstruksi non panggung, sedangkan untuk lahan basah
mengunakan konstruksi panggung,
Luasan bangunan Rumah Kepala Unit untuk lahan kering dan basah
ditetapkan, minimal 64 m2,
Penetapan type bangunan Rumah Kepala Unit berdasarkan perhitungan
kebutuhan ruang dengan norma luasan minimal seluas 6 m2 per orang,
Bentuk Desain Kantor Unit dapat dimodifikasi sesuai dengan arsitektur /
budaya lokal dengan menggunakan material lokal/setempat sepanjang
pembiayaannya tidak melewati norma biaya standar yang ditetapkan ,
namun apabila pembiayaannya melebihi ,maka kekurangan biaya ditanggung
pemerintah daerah setempat
32. PUSKESMAS PEMBANTU / PUSTU
Jenis konstruksi PUSTU( Standar ) untuk lahan kering menggunakan
konstruksi non panggung, sedangkan untuk lahan basah mengunakan
konstruksi panggung,
Luasan bangunan PUSTU untuk lahan kering dan basah ditetapkan, minimal
82,50 m2,
Penetapan type bangunan PUSTU berdasarkan perhitungan kebutuhan
ruang dengan norma luasan minimal seluas 6 m2 per orang,
Bentuk Desain Kantor Unit dapat dimodifikasi sesuai dengan arsitektur /
budaya lokal dengan menggunakan material lokal/setempat sepanjang
pembiayaannya tidak melewati norma biaya standar yang ditetapkan ,
namun apabila pembiayaannya melebihi ,maka kekurangan biaya
ditanggung pemerintah daerah setempat
35. RUMAH PETUGAS
Jenis konstruksi Rumah Petugas Kopel ( Standar ) untuk lahan
kering menggunakan konstruksi non panggung, sedangkan
untuk lahan basah mengunakan konstruksi panggung,
Luasan bangunan Rumah Petugas Kopel untuk lahan kering
dan lahan basah ditetapkan, minimal 138 m2,
Penetapan type bangunan Rumah Petugas Kopel berdasarkan
perhitungan kebutuhan ruang dengan norma luasan minimal
seluas 6 m2 per orang,
Bentuk Desain Kantor Unit dapat dimodifikasi sesuai dengan
arsitektur / budaya lokal dengan menggunakan material
lokal/setempat sepanjang pembiayaannya tidak melewati
norma biaya standar yang ditetapkan , namun apabila
pembiayaannya melebihi ,maka kekurangan biaya ditanggung
pemerintah daerah setempat
38. RUMAH IBADAH
Jenis konstruksi Rumah Ibadah berupa Mesjid atau Gereja ( Standar )
untuk lahan kering menggunakan konstruksi non panggung,sedangkan
untuk lahan basah mengunakan konstruksi panggung,
Luasan bangunan Rumah Ibadah berupa Mesjid atau Gereja untuk lahan
kering dan basah ditetapkan, minimal 110 m2,
Penetapan type bangunan Rumah Ibadah berupa Mesjid atau Gereja
berdasarkan perhitungan kebutuhan ruang dengan norma luasan minimal
seluas 2 m2 per orang,
Bentuk Desain Kantor Unit dapat dimodifikasi sesuai dengan arsitektur /
budaya lokal dengan menggunakan material lokal/setempat sepanjang
pembiayaannya tidak melewati norma biaya standar yang ditetapkan ,
namun apabila pembiayaannya melebihi ,maka kekurangan biaya
ditanggung pemerintah daerah setempat
43. SEKOLAH DASAR
Jenis konstruksi bangunan Sekolah Dasar ( Standar ) untuk lahan kering
menggunakan konstruksi non panggung, sedangkan untuk lahan basah
mengunakan konstruksi panggung,
Luasan bangunan Sekolah Dasar untuk lahan kering dan basah ditetapkan,
minimal 215 m2,
Penetapan type bangunan Sekolah Dasar berdasarkan perhitungan kebutuhan
ruang dengan norma luasan minimal seluas 4 m2 per orang,
Bentuk Desain Kantor Unit dapat dimodifikasi sesuai dengan arsitektur /
budaya lokal dengan menggunakan material lokal/setempat sepanjang
pembiayaannya tidak melewati norma biaya standar yang ditetapkan , namun
apabila pembiayaannya melebihi ,maka kekurangan biaya ditanggung
pemerintah daerah setempat
46. CATATAN
Jika anggaran tidak mencukupi , minimal sarana bangunan FU yang harus tersedia
adalah ; Gudang Unit, Balai Desa , Rumah Ibadah dan PUSTU,Sekolah Dasar ,
Pada lahan Peruntukan Fasilitas Umum yang terbatasmaka dapat di desain satu
bangunan serbaguna yang berfungsi untuk beberapa kegiatan pelayanan umum ,
Untuk Pembangunan Sarana Pendidikan berupa Bangunan SD melalui program
Transmigrasi , perlu adanya kebijakan yang dijadikan acuan dalam pengalokasian
anggaran maupun kewenangan untuk pembangunannya. Namun demikian pada
program PTB untuk kegiatan pembangunan gedung SD baik dilokasi PTB atau PTA
bina yang belum memiliki gedung SD dapat mengusulkan untuk diprogramkan,
sementara untuk pengadaan tenaga pengajar / Guru tetap menjadi kewenangan
Dep.DIKNAS ditingkat Kab./Kota / Provinsi.
Bentuk Desain Kantor Unit dapat dimodifikasi sesuai dengan arsitektur /
budaya lokal dengan menggunakan material lokal/setempat sepanjang
pembiayaannya tidak melewati norma biaya standar yang ditetapkan , namun
apabila pembiayaannya melebihi ,maka kekurangan biaya ditanggung
pemerintah daerah setempat
47. CONTOH DESAIN TEKNIS BANGUNAN SERBA GUNA TERPADU SESUAI ARSITEKTUR / BUDAYA
LOKAL DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Gedung serbaguna terpadu
48. Kantor desa
R. PKK
R. LKMD
Pustu
Knt. POS
Ruang
pertemuan
R. PPL
49. SARANA AIR BERSIH ( SAB )
Jenis Sarana air bersih Standar
Gentong plastik
Sumur gali
Pompa tangan dangkal
Jenis Sarana air bersih Non Standar
Air permukaan grafitasi dan non grafitasi
Sumur bor tanah dalam + Perpipaan
Kolam tandon air (KTA)
Bendali
Bak penampung air hujan
Water Treatment
50. DASAR PERENCANAAN TEKNIS SARANA AIR BERSIH (SAB)
REKOMENDASI DARI HASIL RTSP / RTUPT MENYANGKUT ; DATA
DATA TENTANG POTENSI AIR BERSIH DAN PETA SUMBERDAYA AIR
faktor geografis : keberadaan lokasi , jumlah penduduk yang akan dilayani
kebutuhan air bersihnya,
Pertimbangan aspek tofografi : Elevasi dan jarak sumber air
ke lokasi permukiman
Ketersediaan Sumber air : Air Hujan , Air Permukaan ,
Air Tanah yang memenuhi standar kuantitas ( 60 Ltr / org/Hari ) dan
kualitas kesehatan (Tidak berasa, berbau dan berwarna ).
51. SAB STANDAR
SAB standar menggunakan desain tipikal dari Direktorat Jenderal
P4T.
Untuk lokasi transmigrasi dilahan kering diberikan Sumur Gali 1
unit / 2-5 KK dan 1 bh gentong plastik / KK dan untuk yang
dilahan basah 5 bh gentong plastik / KK ( dengan kapasitas 300
LIter / bh )
Gentong plastik di desain khusus untuk memudahkan
pengangkutan dan menghindari penyalah gunaan,
Pompa tangan dangkal / dalam dibangun jika sumur gali tidak
memungkinkan, dengan norma 1 pompa tangan melayani 5 KK
52. TAHAPAN
PERENCANAAN TEKNIS SAB NON STANDAR
• Tahapan Persiapan
Berupa kegiatan pengumpulan: data debit air, jarak sumber air kepermukiman,status
kepemilikan sumber air, beda tinggi sumber air dengan permukiman
• Survey Lapangan
> Pengukuran jarak dan beda tinggi sumber air ke permukiman
> Penelitian kualitas dan kuantitas serta kontiniutas air baku
> Analisa data iklim
• Pekerjaan Desain
> Pembuatan gambar kerja : lay out jaringan pipa, dimensi pipa
> Perhitungan volume
> Rencana Anggaran Biaya ( RAB )
> Spesifikasi Teknis
53. 105 cm
70 cm
56 cm
Volume bersih 300 liter
Bahan plastik HDPE
Berat kosong min 7,6 Kg
Ketebalan plastik 2,8 mm
TIPIKAL BENTUK GENTONG PLASTIK STANDAR
54. SUMUR GALI
Syarat teknis :
Sumber air berasal dari air tanah dangkal dengan dasar
kedalaman penggalian sumur harus dibawah muka air
minimal 2 m,
Diameter sumur antara 1 – 2 meter,
Jarak sumur dengan sumber limbah minimum 10 meter ,
Untuk menghindari kontaminasi dari air permukaan dibuat
pasangan batu / buis beton yang kedap air sedalam 2 – 3 meter
dan untuk bagian atas permukaan tanah dari sumur diberi
tembok pengaman setinggi 0,80 – 1 meter ,
Lantai sumur dibuat kedap air ( beton tumbuk ) dengan radius
2 – 3 m2, dengan Kemiringan lantai floor 2 % agar air tidak
tergenang ,
Sumur dapat melayani 2 – 4 KK / Unit ,
56. POMPA TANGAN DANGKAL
Syarat teknis :
Sumber air berasal dari air tanah dangkal dengan
kedalaman maksimal 10 m ,
Jarak sumur dengan sumber limbah minimum 10 meter,
Sumur dapat melayani 2 – 5 KK / Unit ,
Jenis Pompa yang digunakan sesuai dengan spesifikasi teknis
yang telah ditetapkan.
58. SAB non STANDAR
SAB non standar harus dibuat desain teknisnya terlebih
dahulu,sebelum dapat diprogramkan ataupun diajukan
pengusulannya
SAB non standar merupakan alternatif terakhir jika SAB
standar tidak memungkinkan, jenis disesuaikan dengan
kondisi topografi, curah hujan dan karakter tanah
63. Permasalahan
Usulan daerah untuk kegiatan PTB, Rehabilitasi maupun
Peningkatan Prasarana dan Sarana sering belum dilengkapi
dengan data pendukung antara lain ; hasil perencanaan
teknis , data / informasi teknis lainnya , RAB, maupun data
penunjang berupa foto-foto menyangkut kondisi
prasarana maupun sarana sehingga menyulitkan
dilakukannya pencermatan untuk menentukan kelayakan
usulan baik dari segi teknis maupun kebutuhan riil
anggaran pembangunannya.
Harga satuan yang diusulkan dalam RAB tidak didasarkan
pada harga satuan material dan upah kerja yang berlaku
dan resmi dikeluarkan Pemda setempat.