Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan zona wisata dan penataan ruang kepariwisataan. Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang pentingnya pengembangan zona wisata yang terdiri dari zona inti, zona pelayanan, dan buffer zone untuk mengelompokkan aktivitas dan fasilitas pendukung wisata. Dokumen juga membahas konsep satuan ruang wilayah, destinasi, dan lokasi wisata dalam perencanaan penataan ruang kepariwisataan.
Para pelaku pariwisata Indonesia seyogyanya melakukan perencanaan yang matang dan terarah untuk menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang yang akan “ bersliweran ” atau lalu lalang di kawasan kita. Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui pendekatan “ re-positioning ” keberadaan masing-masing kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Kesemuanya ini harus disiapkan untuk memenuhi standar internasional sehingga dapat lebih kompetitif dan menarik, dibandingkan dengan kegiatan yang serupa dari negara-negara disekitar Indonesia.
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Andrie Trisaksono
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 03.04.2013
oleh Drs. Ukus Kuswara, MM
SEKJEN Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
(materi ini adalah milik Kementerian Parekraf, saya upload hanya untuk membantu mensebar luaskannya saja).
Para pelaku pariwisata Indonesia seyogyanya melakukan perencanaan yang matang dan terarah untuk menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang yang akan “ bersliweran ” atau lalu lalang di kawasan kita. Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui pendekatan “ re-positioning ” keberadaan masing-masing kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Kesemuanya ini harus disiapkan untuk memenuhi standar internasional sehingga dapat lebih kompetitif dan menarik, dibandingkan dengan kegiatan yang serupa dari negara-negara disekitar Indonesia.
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Andrie Trisaksono
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 03.04.2013
oleh Drs. Ukus Kuswara, MM
SEKJEN Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
(materi ini adalah milik Kementerian Parekraf, saya upload hanya untuk membantu mensebar luaskannya saja).
Menurut Pearce ada 6 komponen peran geografi pariwisata :
1) Pola keruangan penawaran (spatial patterns of supply)
2) Pola keruangan permintaan (spatial patterns of demand)
3) Geografi tempat-tempat wisata (the geography of resort)
4) Geografi dan aliran wisatawan (tourist movement and flows)
5) Dampak pariwisata (the impact of tourism)
6) Model-model keruangan pariwisata (models tourism space)
Data tersebut dapat diperoleh melalui survei instansional, survei lapangan, interpretasi citra dan peta, sedangkan penyajiannya dapat berupa peta dan tabel disesuaikan dengan skala perencanaan.
Mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan beradap, melalui pembangunan jiwa dan raga yang berbudaya dimulai dari diri pribadi yang berbudaya hingga Pemimpin yang berbudaya, dimulai dari Kampung Budaya hingga dengan Negara yang ber budaya.Dari sini akan tercipta Peradaban INDONESIA yang Beradab.
tentang teori sistem kepariwisataan yang telah berkembang di dunia dan sistem kepariwisataan berdasarkan UU 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan PP No. 50 Tahun 2011 tentang Ripparnas Tahun 2010-2025.
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...bramantiyo marjuki
Review Proses Perencanaan Keruangan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan di Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kapuas Hulu Kalimantan Barat Indonesia.
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Oswar Mungkasa
disampaikan oleh Iman Soedrajat (Direktur Tata Ruang Nasional, KemenPU) dalam Sosialisasi Raperpres RTR Pulau Papua dan Kepulauan maluku di Ambon 1 Oktober 2013
Pariwisata dalam dekade terakhir ini menunjukkan pertumbuhan yang mantap, ditandai dengan perkembangan perjalanan domestik oleh wisatawan nusantara, maupun per-kembangan kunjungan wisatawan mancanegara. Pariwisata nusantara, selain tumbuh dari segi jumlah pelaku perjalanannya, juga dari jumlah perjalanan yang dilakukan, sementara wisatawan mancanegara mengalami perluasan pasar.
Dari sisi sediaan, juga ditengarai munculnya berbagai destinasi baru, atas dukungan peme-rintah pusat maupun atas inisiatif daerah, selain itu juga muncul produk-produk baru menanggapi perkembangan pasar, termasuk diantaranya industri kreatif yang menjadi daya tarik wisata. Kontribusi pariwisata secara total terhadap PDB, penerimaan pajak, maupun penciptaan lapangan kerja meningkat dari tahun ke tahun. Di samping perolehan devisa, pariwisata juga menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat, mendorong pelestarian lingkungan hidup, mendorong pelestarian dan pengembangan budaya bangsa dan mendorong perkembangan daerah.
Pekerjaan pariwisata juga merupakan pekerjaan yang sangat sensitif terhadap adanya perubahan, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal sehingga pekerjaan ini sangat membutuhkan kemampuan untuk terus menerus beradaptasi dengan kebutuhan wisatawan yang berubah. Bentuk adaptasi ini salah satunya adalah dengan perencanaan yang baik.
Namun demikian, perkembangan kepariwisataan Indonesia bukannya tidak menghadapi masalah dan kendala. Pertumbuhan masih perlu diikuti dengan persebaran karena sampai saat ini ketimpangan antar wilayah masih tinggi. Selain itu juga Kementerian Parekraf sudah mencanangkan pertumbuhan yang berkualitas untuk meningkatkan daya saing dan dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan.
Kapasitas sumber daya manusia masih menjadi kendala untuk tumbuh dan berkembang secara berkualitas, di samping hambatan klasik Koordinasi antar sektor maupun antar tingkat pemerintahan yang masih perlu ditingkatkan.
Perencanaan yang baik diharapkan dapat mengurangi hambatan-hambatan untuk melangkah ke depan menuju pariwisata Indonesia yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengembangkan industri yang kredibel, serta perluasan pasar didukung oleh institusi yang kondusif.
Menurut Pearce ada 6 komponen peran geografi pariwisata :
1) Pola keruangan penawaran (spatial patterns of supply)
2) Pola keruangan permintaan (spatial patterns of demand)
3) Geografi tempat-tempat wisata (the geography of resort)
4) Geografi dan aliran wisatawan (tourist movement and flows)
5) Dampak pariwisata (the impact of tourism)
6) Model-model keruangan pariwisata (models tourism space)
Data tersebut dapat diperoleh melalui survei instansional, survei lapangan, interpretasi citra dan peta, sedangkan penyajiannya dapat berupa peta dan tabel disesuaikan dengan skala perencanaan.
Mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan beradap, melalui pembangunan jiwa dan raga yang berbudaya dimulai dari diri pribadi yang berbudaya hingga Pemimpin yang berbudaya, dimulai dari Kampung Budaya hingga dengan Negara yang ber budaya.Dari sini akan tercipta Peradaban INDONESIA yang Beradab.
tentang teori sistem kepariwisataan yang telah berkembang di dunia dan sistem kepariwisataan berdasarkan UU 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan PP No. 50 Tahun 2011 tentang Ripparnas Tahun 2010-2025.
Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan ...bramantiyo marjuki
Review Proses Perencanaan Keruangan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan di Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kapuas Hulu Kalimantan Barat Indonesia.
Struktur Ruang dan Pola Ruang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan Pulau P...Oswar Mungkasa
disampaikan oleh Iman Soedrajat (Direktur Tata Ruang Nasional, KemenPU) dalam Sosialisasi Raperpres RTR Pulau Papua dan Kepulauan maluku di Ambon 1 Oktober 2013
Pariwisata dalam dekade terakhir ini menunjukkan pertumbuhan yang mantap, ditandai dengan perkembangan perjalanan domestik oleh wisatawan nusantara, maupun per-kembangan kunjungan wisatawan mancanegara. Pariwisata nusantara, selain tumbuh dari segi jumlah pelaku perjalanannya, juga dari jumlah perjalanan yang dilakukan, sementara wisatawan mancanegara mengalami perluasan pasar.
Dari sisi sediaan, juga ditengarai munculnya berbagai destinasi baru, atas dukungan peme-rintah pusat maupun atas inisiatif daerah, selain itu juga muncul produk-produk baru menanggapi perkembangan pasar, termasuk diantaranya industri kreatif yang menjadi daya tarik wisata. Kontribusi pariwisata secara total terhadap PDB, penerimaan pajak, maupun penciptaan lapangan kerja meningkat dari tahun ke tahun. Di samping perolehan devisa, pariwisata juga menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat, mendorong pelestarian lingkungan hidup, mendorong pelestarian dan pengembangan budaya bangsa dan mendorong perkembangan daerah.
Pekerjaan pariwisata juga merupakan pekerjaan yang sangat sensitif terhadap adanya perubahan, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal sehingga pekerjaan ini sangat membutuhkan kemampuan untuk terus menerus beradaptasi dengan kebutuhan wisatawan yang berubah. Bentuk adaptasi ini salah satunya adalah dengan perencanaan yang baik.
Namun demikian, perkembangan kepariwisataan Indonesia bukannya tidak menghadapi masalah dan kendala. Pertumbuhan masih perlu diikuti dengan persebaran karena sampai saat ini ketimpangan antar wilayah masih tinggi. Selain itu juga Kementerian Parekraf sudah mencanangkan pertumbuhan yang berkualitas untuk meningkatkan daya saing dan dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan.
Kapasitas sumber daya manusia masih menjadi kendala untuk tumbuh dan berkembang secara berkualitas, di samping hambatan klasik Koordinasi antar sektor maupun antar tingkat pemerintahan yang masih perlu ditingkatkan.
Perencanaan yang baik diharapkan dapat mengurangi hambatan-hambatan untuk melangkah ke depan menuju pariwisata Indonesia yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengembangkan industri yang kredibel, serta perluasan pasar didukung oleh institusi yang kondusif.
Disebagian daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, penataan ruang belum mendapat proporsi perhatian utama sebagai instrumen dasar penyusunan Rencana Program Pembangunan Daerah, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat dan dunia usaha. Hal ini
tercermin dengan semakin luasnya lahan yang beralih fungsi seperti lahan pertanian beririgasi teknis berubah menjadi permukiman atau industri, penggundulan hutan yang berakibat banjir, dll. Konflik-konflik pemanfaatan ruang baik antara masyarakat dengan
pemerintah, antar instansi pemerintah maupun antar kewenangan
tingkatan pemerintahan semakin hari semakin marak dan dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan. Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang telah terjadi dikotomi
kebutuhan antara menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah
dari sumberdaya alam yang dimiliki tanpa/kurang memperhatikan
dampak lingkungan dan penyelamatan ruang. Belum optimalnya kelembagaan penataan ruang di daerah serta
mekanisme pengawasan pemanfaatan ruang.
Sebagai pusat perkembangan perdagangan dan jasa, industri, maritim dan pendidikan, maka Kota Surabaya mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Namun potensi tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan. Selain itu sifat pengelolaan dari potensi wisata tersebut masih parsial dan belum terpadu sehingga perlu upaya untuk merencanakan dan mengembangkan pariwisata. Agar tujuan pariwisata dapat dicapai, maka pembangunan pariwisata perlu direncanakan dengan baik dan terintegrasi dengan pengembangan daerah secara keseluruhan.
Dalam perspektif pengembangan kota, pariwisata memiliki keterkaitan lintas sektor dan usaha, serta mampu membangkitkan multiplier effect yang sangat signifikan bagi tumbuhnya mata rantai usaha lintas skala usaha, terutama UKM, sehingga membantu penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Dampak langsung berkembangnya kegiatan pariwisata akan sangat terasa dalam perkembangan usaha perhotelan, jasa pemandu wisata, restoran, perusahaan transportasi, galeri seni, serta jasa keuangan. Dampak tidak langsung akan dirasakan pada pendapatan pemerintah, seniman, pengrajin, dsb. Di samping itu, perkembangan pariwisata juga memberikan dampak ikutan pada sektor agribis, perdagangan, dan industri kecil. Dalam lingkup kota, pengembangan pariwisata akan terkait dengan revitalisasi kawasan kota lama/bersejarah, mendorong pertumbuhan dan peningkatan kualitas ruang kota melalui pengembangan infrastruktur dan fasilitas pariwisata, serta menghidupkan kegiatan ekonomi lintas skala usaha.
Strategi pengembangan pariwisata Surabaya merupakan perumusan suatu rencana menyeluruh untuk pengembangan obyek wisata, sarana dan prasarana pariwisata, serta kualitas hidup masyarakat Kota Surabaya.
- - -
Catatan : paparan ini disusun oleh Bappeko Surabaya 2007, dipergunakan untuk menyiapkan dokumen yang berisi Kebijakan Pengembangan Pariwisata, Strategi dan Langkah Pengembangan Pariwisata serta program pembangunan yang akan dilakukan untuk jangka panjang.
Dengan tujuan :
a. Memberikan informasi/data tentang potensi obyek dan tujuan wisata Kota Surabaya.
b. Memberikan informasi/data tentang jumlah proyeksi kunjungan wisata sesuai sasaran dan kapasitas pengembangan.
c. Memberikan informasi/data tentang sasaran ekonomi, yaitu manfaat ekonomi yang diperoleh dari pengembangan pariwisata, meliputi jumlah tenaga kerja yang diharapkan terserap di sektor pariwisata, pendapatan daerah, serta kesempatan berusaha masyarakat.
d. Memberikan informasi/data tentang sasaran sosial budaya, seperti meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap budaya lokal/ tradisional, tergalinya aspek-aspek budaya tradisional atau keunikan budaya lokal yang keseluruhan akan mendorong pelestarian nilai-nilai budaya tradisional dan memelihara kepribadian bangsa.
e. Memberikan informasi/data tentang sasaran fisik/lingkungan hidup yang dapat menjadi sarana pelestarian lingkungan hidup.
Masterplan Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development 2011-...Parivartin
This is the English translation of the "Masterplan Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development 2011-2015" or the "Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (MP3EI)" in Bahasa Indonesia, authored and published by the Coordinating Ministry for Economic Affairs, Ministry of National Planning & Development, and the National Development Planning Agency.
This has been uploaded by Parivartin to provide wider availability to the economic planning and policy direction of the Indonesia Government to wider English-speaking audience. All copyright is held by the Indonesian Government's respective ministries and agencies.
This publication was originally published at the Coordinating Ministry for Economic Affairs website: http://www.ekon.go.id/
Pedoman penyusunan RIPPDA (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah), dari Depbudpar, 2007. Pedoman ini disusun oleh Depbudpar.
Walaupun beberapa terminologi dan NSPK sudah berubah, dengan sedikit modifikasi pedoman ini masih dapat digunakan.
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Pelabuhan KEK Marunda adalah untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai Kebijakan Pengembangan Pelabuhan KEK Marunda pada lokasi yang direncanakan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Marunda, beserta segenap sasarannya yang akan digunakan sebagai dasar bagi pelaksanaan pembangunan Pelabuhan kedepan, lengkap dengan fasilitas pelabuhan antara lain : Dermaga, Gudang, Lapangan Penumpukan, Perkantoran, Jalan, Reservoir/Instalasi Air, Jaringan Instalasi Listrik dan lain-lain, dalam suatu tata letak pelabuhan.
Aneka metodologi dari berbagai proposal proyek. Tidak semua metodologi di sini dari proyek yang 'berhasil', ada juga yang dari proyek 'gagal'. Proyek bisa gagal karena :
- Kualitas keilmiahan dan akademisnya kurang, atau
- Pendekatan 'ehm-ehm' kurang.
Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
Indonesia adalah negara dengan potensi alam melimpah yang perlu dimanfaatkan sepenuhnya oleh segenap komponen bangsa. Pemanfaatan harus dilakukan secara efektif dan efisien dengan memperhatikan kesinambungan dan pewarisan kpd generasi berikutnya. Dengan luasnya wilayah dan berpencarnya menjadi ribuan pulau besar – kecil mempersulit pemanfaatan maksimal potensi tersebut disamping dukungan dalam berbagai bidang yang masih sangat kurang. Salah satu kendala penggalian potensi tersebut adalah belum lancarnya sistem transportasi dari pusat produksi untuk dibawa ke pembeli ataupun langsung kepada konsumen. Tampak bahwa keberadaan pelabuhan dan berbagai infrastruktur didalamnya sangat dibutuhkan.
http://odoritour.com
Achyaruddin
Direktur Produk Pariwisata
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Disampaikan dalam Acara Forum Koordinasi antar Pelaku Industri Pariwisata, 11 Nopember 2008, Hotel Puri Artha Yogyakarta.
Pengertian Produk Wisata
Ciri – Ciri Produk Wisata
Produk Industri Pariwisata
USAHA PARIWISATA
Kebijakan dan Langkah-langkah Pengembangan Pariwisata Indonesia
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Fitri Indra Wardhono
Ada banyak definisi mengenai pembangunan perdesaan. Dower, Michael dkk (2003) menyebutkan salah satu definisi yang paling mendekati :
Pembangunan Perdesaan adalah proses yang disengaja atas aspek : ekonomi, sosial, politik, budaya dan lingkungan, yang diharapkan akan berlangsung berkelanjutan, dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk lokal di wilayah perdesaan.
Penekanan pada proses yang disengaja dan berkelanjutan: pembangunan perdesaan bukanlah urusan yang berumur pendek. Pembangunan perlu dilakukan selama bertahun-tahun dan dengan cara yang disengaja.
Pembangunan perdesaan bukan tentang melindungi status quo, melainkan tentang perubahan yang disengaja untuk membuat segalanya lebih baik.
Salah satu ciri kawasan perdesaan adalah bangkitnya gaya hidup wirausahawan, yang tertarik untuk mendirikan usaha pariwisata kecil (dan lainnya), membawa serta modal keuangan, jaringan kontak, pengetahuan pasar, dan ide-ide wirausaha dari kota-kota. Beberapa pengusaha baru datang sebagai pasangan atau mitra, beberapa sebagai keluarga, beberapa sebagai pasangan. Tidak semua keterampilan kewirausahaan baru ini telah menggerakkan ekonomi perdesaan.
Terdapat transisi masyarakat perdesaan tradisional dari menjadi anggota "masyarakat jarak pendek" menjadi "masyarakat terbuka," yakni dengan adanya perubahan dalam hal sistem kontrol, konflik, dan tingkat pemberdayaannya. Hal ini merupakan konsekuensi dari masyarakat perdesaan yang akan semakin berkembang dan dengan permasalahan yang semakin kompleks. Pariwisata perdesaan dapat berakar pada pertanian berbasis atau agrowisata, tapi berkembang menjadi jauh lebih beragam, dan terus terdiversifikasi. Pariwisata perdesaan adalah serangkaian aktivitas niche dalam aktivitas niche yang lebih besar.
Keragaman situasi ekonomi di wilayah perdesaan telah mendorong dikembangkannya sembilan jenis situasi ekonomi perdesaan, baik yang ditemukan secara terpisah, apaupun merupakan kombinasi.
Wilayah perdesaan dapat didefinisikan sebagai daerah yang ekonominya didasarkan pada industri agraria/perhutanan tradisional, atau setidaknya ekstraksi (tetapi tidak biasanya pengolahan) sumber daya alam. Penurunan peran yang berlangsung terus-menerus dalam kepentingan relatif sektor pertanian dan pertumbuhan sektor jasa pasca-industri telah menyebabkan tumbuhnya banyak industri baru, termasuk pariwisata, di kawasan perdesaan. Lebih lanjut, di banyak daerah, baik yang berkembang secara ekonomi maupun yang kurang berkembang, kegiatan industri perdesaan skala kecil telah menjadi fenomena khas.
Masyarakat perdesaan memiliki berbagai karakteristik yang, secara kolektif, dapat menyebak mereka diidentifikasi sebagai lebih tradisional daripada masyarakat perkotaan kontemporer, tetapi banyak wilayah perdesaan berada dalam keadaan perubahan yang konstan, paling tidak dalam kaitannya dengan penyerapan, atau penolakan mereka terhadap nilai-nilai, struktur dan karakteristik sosial dan spasial perkotaan.
Ini adalah kumpulan ayat Al Qur'an yang "semoga" dapat membantu untuk meruqyah diri sendiri, atau orang lain, jika diperkirakan sumber permasalahannya berupa gangguan dari luar,khususnya yang bersikap gaib. Bangguan tersebut dapat berupa kecanduan "game online", penyakit keturunan, badan yang dirasakan "tidak nyaman", dll.
Mohon maaf saya sendiri bukan peruqyah. Saya hanya mengkristalkan pengalaman berbagai peruqyah yang pernah mengunakan ayat-ayat tertentu, yang pengalaman ini cukup bertaburan di internet untuk dapat dimanfaatkan.
Pedoman RIPPDA beserta Lampiran A, B dan C berasal dari Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, yang berhasil penulis ‘selamatkan’, dari diubah dari format cetakan menjadi format tulisan. Karena itu pada beberapa tempat masih akan didapat kesalahan akibat proses pengubahan.
Sementara Lampiran D dan seterusnya, bersumber dari pengalaman mengerjakan berbagai kegiatan pengembangan kepariwisataan. Dari pengalaman tersebut penulis memperoleh sejumlah tulisan yang cukup berharga untuk sekedar disimpan di dalam laptop. Dengan niat untuk turut menyebar luaskan ilmu terkait kepariwisataan, maka kumpulan tulisan tersebut kami hadirkan bersama buku pedoman tersebut, sebagai Lampiran D dan seterusnya.
Tulisan pada Lampiran D dan seterusnya tersebut berasal dari berbagai sumber, yang ‘sayangnya’ sebagian besar tidak tercatat dengan baik. Karena itu, penggunaannya disarankan tidak untuk dijadikan rujukan/referensi ilmiah, di mana dalam lingkungan akademis, keabsahan rujukan/referensi merupakan suatu keharusan. Tulisan ini hanyalah sekedar penambah wawasan tentang kepariwisataan, serta membuka jalan bagi pencarian lebih lanjut rujukan/referensi dari aspek yang dibahas dalam kumpulan tulisan ini. Kepada pihak-pihak yang merupakan sumber dari tulisan tersebut, yang kebetulan tidak kami catat, kami hanya dapat berharap kiranya Allah jualah yang dapat membalas amal shalih tersebut dengan pahala yang mengalir tidak putus-putus, selama ilmu tersebut masih dapat dimanfaatkan. Sedangkan beberapa pihak yang ‘kebetulan’ terekam, dan dapat kami cantumkan dalam kumpulan tulisan ini, antara lain dari UGM, selain adanya balasan dari Allah tersebut, kami juga menghaturkan banyak terima kasih.
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahFitri Indra Wardhono
Untuk menjadi peruqyah perlu dibekali ayat-ayat khusus, disamping yang umum seperti Al Fatihah, Al Baqarah, Ayat Qursy, 3 Qul. Berikut ini ditampilkan ayat-ayat tersebut, serta evaluasi kita (jika ingin menjadi peruqyah) seberapa jauh/banyak kita sudah menguasainya.
Kejawèn adalah suatu paham keagamaan campuran yang dianut orang-orang Jawa, yang merupakan ramuan di antara adat keagamaan asli Jawa yang percaya pada alam ghaib dengan pengaruh Hindu-Budha dari zaman Majapahit dan pengaruh agama Islam dari zaman Demak. Dalam perkembangannya, paham keagamaan kejawèn tersebut kadangkala lebih condong kepada Hindu-Budha, kadangkala lebih condong pada Islam, atau lebih mengutamakan kejawaannya, dan atau kemudian ada pula yang condong pada Kristen-Katolik. Kecederungan itu ada yang sifatnya sebagai pedoman hidup dan ada yang sifatnya mengejek dan mencela antara satu dengan yang lain.
Upacara pokok kejawèn adalah slametan, yaitu perjamuan kerukunan sosio-religius yang diikuti oleh para tetangga bersama dengan beberapa sanak saudara dan sahabat. Upacara ini diadakan bertepatan dengan saat-saat penting di dalam kehidupan (perkawinan, kehamilan, kelahiran anak, kematian, dll.), peristiwa-peristiwa komunal yang setiap tahun diadakan (bersih desa, pesta dusun/kampung yang setiap tahun diadakan bersama dengan upacara pembersihan atau persucian tertentu) dan segala macam kesempatan bila kesejahteraan umum dan keseimbangan digoncangkan. Pandangan religius kejawèn dipusatkan pada kesatuan hidup. Dalam ungkapan upacara-upacara simbolis, pandangan ini berpusat pada kesatuan harmonis dalam lingkungannya sendiri, entah itu keluarganya, tetangganya atau desanya. Dalam ungkapan yang mistik, agama Jawa memusatkan perhatiannya kepada hubungan langsung dan pribadi seseorang dengan “Yang Tunggal”. Kebangkitan aliran kejawèn dewasa ini tidak terlepas dari pandangannya terhadap agama-agama yang ada di Indonesia. Meskipun bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa, tidak berarti bangsa Indonesia seluruhnya beragama, karena kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bukan monopoli pemeluk agama saja, akan tetapi hak setiap orang sekalipun tidak mengikuti agama tertentu. Pengikut aliran kejawèn adalah orang yang ber-Tuhan, akan tetapi belum tentu beragama (resmi yang diakui di Indonesia). Mereka menghayati dan menyembah Tuhan dengan caranya sendiri di luar ajaran agama dan ternyata mendapatkan apa yang mereka cari. Atas dasar hal itu, selanjutnya mereka berusaha membentuk organisasi baru dan tersendiri yang serupa dengan agama. Mereka merasa lebih cocok dengan cara penghayatan yang mereka temukan daripada cara yang diajarkan agama yang mungkin pernah mereka peluk.
Ruqyah (dengan huruf ra’ di dhammah) adalah yaitu bacaan untuk pengobatan syar’i (berdasarkan riwayat yang shahih atau sesuai ketentuan ketentuan yang telah disepakati oleh para ulama) untuk melindungi diri dan untuk mengobati orang sakit. Bacaan ruqyah berupa ayat ayat al-Qur’an dan doa doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tidak diragukan lagi, bahwa penyembuhan dengan Al-Qur’an dan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa ruqyah merupakan penyembuhan yang bermanfaat sekaligus penawar yang sempurna bagi penyakit hati dan fisik dan bagi penyakit dunia dan akhirat. Bagaimana mungkin penyakit itu mampu melawan firman-firman Rabb bumi dan langit yang jika firman-firman itu turun ke gunung makai ia akan memporakporandakan gunung gunung. Oleh karena itu tidak ada satu penyakit hati maupun penyakit fisik melainkan ada penyembuhnya.
Tata cara meruqyah adalah sebagai berikut:
1. Keyakinan bahwa kesembuhan datang hanya dari Allah.
2. Ruqyah harus dengan Al Qur’an, hadits atau dengan nama dan sifat Allah, dengan bahasa Arab atau bahasa yang dapat dipahami.
3. Mengikhlaskan niat dan menghadapkan diri kepada Allah saat membaca dan berdoa.
4. Membaca Surat Al Fatihah dan meniup anggota tubuh yang sakit. Demikian juga membaca surat Al Falaq, An Naas, Al Ikhlash, Al Kafirun. Dan seluruh Al Qur’an, pada dasarnya dapat digunakan untuk meruqyah. Akan tetapi ayat-ayat yang disebutkan dalil-dalilnya, tentu akan lebih berpengaruh.
5. Menghayati makna yang terkandung dalam bacaan Al Qur’an dan doa yang sedang dibaca.
6. Orang yang meruqyah hendaknya memperdengarkan bacaan ruqyahnya, baik yang berupa ayat Al Qur’an maupun doa-doa dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Supaya penderita belajar dan merasa nyaman bahwa ruqyah yang dibacakan sesuai dengan syariat.
7. Meniup pada tubuh orang yang sakit di tengah-tengah pembacaan ruqyah. Masalah ini, menurut Syaikh Al Utsaimin mengandung kelonggaran. Caranya, dengan tiupan yang lembut tanpa keluar air ludah. ‘Aisyah pernah ditanya tentang tiupan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam meruqyah. Ia menjawab: “Seperti tiupan orang yang makan kismis, tidak ada air ludahnya (yang keluar)”. (HR Muslim, kitab As Salam, 14/182). Atau tiupan tersebut disertai keluarnya sedikit air ludah sebagaimana dijelaskan dalam hadits ‘Alaqah bin Shahhar As Salithi, tatkala ia meruqyah seseorang yang gila, ia mengatakan: “Maka aku membacakan Al Fatihah padanya selama tiga hari, pagi dan sore. Setiap kali aku menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan aku ludahkan. Dia seolah-olah lepas dari sebuah ikatan”. [HR Abu Dawud, 4/3901 dan Al Fathu Ar Rabbani, 17/184].
8. Jika meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya, tidak masalah. Untuk media yang paling baik ditiup adalah minyak zaitun.
9. Mengusap yang sakit dengan tangan kanan.
10. Bagi yang meruqyah diri sendiri, letakkan tangan di tempat yang
Ruqyah adalah Seni Penyembuhan dari segala macam penyakit baik fisik, psikis, gangguan makhluk halus maupun serangan sihir yang telah diajarkan oleh Rasulullah Sholallau ‘Alaihi wassalam (Seorang Nabi Utusan Tuhan Terahir di Muka Bumi ini). Selain itu Ruqyah juga merupakan seni perlawanan, perlindungan dan pembentengan diri dari segala macam mara bahaya yang bersifat fisik, maupun psikis.
Energi Ruqyah berasal dari keberkahan dan mu’jizat bacaan ayat Suci Al Qur’an dan Doa-doa Nabi Muhammad SAW.
Agar rumah tidak seram dan angker laksana kuburan. Agar rumah tidak menjadi tempat nongkrong Iblis dan syetan, supaya rumah menjadi sarang kebaikan dan keberkahan, maka hiasilah dengan sholat-sholat sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah. Beliau bersabda, “Kerjakanlah sholat kalian di rumah, dan janganlah kalian menjadikannya sebagai kuburan.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Umar).
Yang dimaksud di sini adalah sholat sunnah, sebagaimana diterangkan dalam riwayatnya yang lain, “Wahai manusia, sholatlah di rumah kalian. Karena sesungguhnya sholat seseorang yang paling utama adalah di rumahnya, kecuali sholat yang wajib.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan dalam sabdanya yang lain, “Apabila seseorang telah melaksanakan sholatnya di masjid, maka hendaknya ia memberikan bagian dari sholatnya untuk rumahnya. Karena Allah akan menjadikan kebaikan di rumahnya karena sholat yang dilakukannya.” (HR. Muslim)
Seperti halnya manusia yang merupakan bagian dari alam, maka karya manusia yang timbul itu pada hakekatnya merupakan sebagian dari alam itu juga.
Oleh karena itu suatu karya seharusnya tidak menimbulkan disharmoni dengan alam sekitarnya maupun disharmoni dengan manusia calon pemakai itu sendiri.
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Fitri Indra Wardhono
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, yang perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang.
Pengelolaan Wilayah Pesisir dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan: antara Pemerintah-Pemerintah Daerah, antar Pemerintah Daerah, antar sektor, antara Pemerintah,dunia usaha dan masyarakat, antara ekosistem daratan & lautan; dan antara ilmu pengetahuan dan manajemen.
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasFitri Indra Wardhono
Secara umum, buku ini memuat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang dan
pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan serta pedoman praktis yang dapat digunakan
di dalam penataan ruang kawasan-kawasan spesifik seperti perkotaan, perdesaan, wilayah
pariwisata di pesisir, dan di kawasan rawan bencana longsor.
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasFitri Indra Wardhono
Teori menyebutkan bahwa salah satu cara yang efektif dalam membangun
wilayah adalah melalui pengembangan kawasan, lebih khusus lagi melalui
pendekatan klaster. Dalam suatu klaster, berbagai kegiatan ekonomi dari para pelaku
usaha saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain menghasilkan barang
dan jasa yang unik. Bagaimana mengembangkan kegiatan usaha yang saling
mendukung itu merupakan kunci bagi pengembangan ekonomi suatu wilayah.
Buku “Penyusunan Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk
Percepatan Pembangunan Daerah” ini disusun berdasarkan penelaahan literatur
dan pengamatan lapangan. Banyak kajian telah dilakukan dan banyak buku telah
ditulis mengenai berbagai aspek pengembangan kawasan, namun yang
menggabungkan semua kajian dan buku tentang pengembangan kawasan-kawasan
itu menjadi satu masih belum ada. Buku ini dimaksudkan untuk mengisi kekurangan
itu.
Penyusunan buku ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi
Pemerintah Daerah, baik tingkat propinsi maupun dan khususnya tingkat
kabupaten/kota, bahkan bagi tingkat kecamatan dan desa dalam menyusun
perencanaan pengembangan kawasan di wilayahnya, baik secara individual maupun
secara terpadu. Diharapkan buku ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun program, kebijakan dan rencana pengembangan kawasan.
Buku ini akan terus disempurnakan agar semakin memenuhi kebutuhan
semua pihak. Untuk itu saran perbaikan dari para pembaca dan pengguna buku ini
sangat diharapkan.
3. Peletakan Zonasi
3
Zona Pelayanan
Buffer Zone
Zona Inti
Suatu area di mana seluruh aktifitas dan
fasilitas pendukung ditempatkan atau
dikelompokkan, termasuk pusat jaringan
infrastruktur dasar, fasilitas akses, pelayanan
pengunjung dan pengelola
Di mana atraksi/daya tarik utama berada.
Aktifitas utama berwisata di area ini harus
dilengkapi dengan fasilitas wisata utama.
Suatu area yang memisahkan daya tarik
utama dengan kelompok-kelompok aktifitas
dan fasilitas pendukung.
Beberapa fasilitas dasar dapat tersedia di
area ini.
Fungsi utama : memisahkan aktifitas yang
ada di antara jedua zona lainnya yang tidak
sepadan dengan citra daya tarik wisata dan
kenyamanan pengunjung.
4. Zona Wisata
Pengembangan kawasan wisata alam harus mengikuti
prinsip-prinsip pengembangan dan perencanaan
pemanfatan kawasan terdiri dari subsistem tata ruang atau
pendaerahan (zoning). Penzoningan tersebut digambarkan
dalam 4 (empat) zona (Lawson dan Bovy, 1977).
6. Konsep Struktur Ruang
6
Keterangan :
Kota Pusat Pelayanan Pariwisata Provinsi (Kendari)
Kota Pusat Pelayanan Pariwisata Sub-Wilayah(WPP)
Kota Pusat Pelayanan Pariwisata Kawasan Pengembanga
Pariwisata (KPP)
ODTW Alam Jalur Wisata Provinsi
ODTW Budaya Jalur Wisata Lokal
ODTW Minat Khusus
Batas WilayahPengembangan Pariwisata (WPP)
Batas Kawasan PengembangaPariwisata (KPP)
7. Satuan Ruang Wilayah Pariwisata
dan Unsur Pembentuknya
1. Satuan ruang pariwisata pada hakekatnya akan bersifat hirarkis dan
bergradasi menurut luasan, ketersediaan akses, dan kompleksitas unsur
pembentuknya. Konsep satuan ruang pariwisata meliputi :
a. Ruang wilayah atau region;
b. Ruang destinasi; dan
c. Lokasi atau tapak (site) pariwisata.
2. Satuan region atau wilayah pariwisata merupakan skala pembagi ruang
destinasi wisata nasional, lebih luas dari suatu provinsi dan dapat
mencakup beberapa provinsi. Pada satuan ruang tersebut, kepentingan
pengelolaan pariwisata cenderung berada pada level kebijakan
dibandingkan kegiatan pengembangan lahan (land development).
3. Satuan wilayah atau region terbentuk melalui unsur-unsur :
a. Satu atau lebih destinasi pariwisata,
b. Satu atau lebih gerbang primer (entry),
c. Akses penghubung gerbang ke destinasi oleh prasarana transportasi, dan
d. Prasarana pendukung dan jasa wisata lainnya.
7
9. Sistem Pusat-Pusat dan Koridor Sirkulasi Dalam
Satuan Ruang Wilayah (Region) Pariwisat
1. Satuan wilayah atau region pariwisata dapat melingkupi
satu atau beberapa kota besar, menengah, dan kecil
serta hinterland yang melayani satu atau lebih destinasi
pariwisata yang terhubungkan oleh prasarana
transportasi dengan delineasi tidak terbatas dalam satu
satuan administratif.
2. Gerbang primer yang umumnya diwakili oleh kota utama
atau kota besar lainnya secara fungsional didukung oleh
gerbang sekunder dan berbagai moda transportasi.
9
10. Sistem Pusat-Pusat dan Koridor Sirkulasi Dalam
Satuan Ruang Wilayah (Region) Pariwisata
10
Small
Town
Rural Area
Secondary Destination Zona Primary Destination Zona
Medium or
Large City
Circulation
Corridor
11. Satuan Ruang Zona Destinasi
1. Dalam konteks Nasional, satuan ruang wilayah membagi wilayah kepariwisataan Nasional
dalam beberapa satuan ruang yang terdiri dari satu atau lebih wilayah Provinsi atau dalam
kebijakan pengembangan pariwisata Nasional relevan dengan DPN sebagaimana
dimaksudkan oleh perwilayahan pariwisata. Dalam kebijakan nasional tersebut persyaratan
pembentukan DPN adalah adanya daya tarik wisata yang bersifat unggulan; gerbang
internasional sebagai akses primer; kota-kota sebagai gerbang sekunder; akses antara
gerbang primer dan sekunder; serta adanya lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi yang
mendukung kegiatan pariwisata.
2. Satuan destinasi pariwisata dimaksudkan sebagai bagian dari suatu satuan wilayah
pariwisata yang mencakup satu atau lebih obyek dan atraksi wisata; dilengkapi prasarana
dan sarana penunjang, kelompok masyarakat, dan lingkungan pendukung pariwisata. Pada
satuan ruang tersebut, dibutuhkan peran berbagai pemangku kepentingan pariwisata,
seperti pengembang, perencana, pelaku usaha wisata, dan Pemerintah Daerah dalam
perencanaan dan pengelolaan pariwisata.
3. Satuan ruang destinasi pariwisata yang direpresentasikan oleh keberadaan obyek dan
atraksi wisata dalam suatu cluster atau lebih; akses atau koridor sirkulasi utama yang
diwakili oleh prasarana transportasi; komunitas yang menyelenggarakan jasa, pelayanan,
sarana, dan atraksi wisata; serta adanya linkages yang menghubungkan seluruh fungsi
yang ada. 11
12. Skema Satuan Ruang Zona Destinasi
COMMUNITY
DESTINATION ZONE
ACCESS
ATTRACTION COMPLEX
Limit of community influence Service facilities, products,
atractions.
Group of things to see and
do based upon research-
design.
Gateway : direction,
information, impression.
Circulation
corridor.
Withheld fromm
travel tourism,
recrestion
development.
SECTION
CIRCULATION GATEWAY COMMUNITY LINKAGE ATTRACTION
LINKAGE
12
13. Konfigurasi Fungsional Zona Destinasi
Gunn et al (2002) menjelaskan lebih lanjut bahwasanya satuan destinasi
pariwisata sebagai satuan geografis merupakan konfigurasi dari :
1. Nucleus yang mengakomodasikan seluruh fitur atraksi wisata alam
dan binaan utama yang menjadi tujuan dan kepentingan wisatawan;
2. Inviolate Belt yang merupakan suatu area atau kawasan yang
berfungsi sebagai penyangga bagi nucleus agar daya tarik
estetikanya tidak menurun oleh invasi pembangunan non-pariwisata
serta berfungsi menghadirkan pengenalan obyek wisata secara lebih
tepat melalui penggunaan lahan dan estetikanya; serta zone of
closure yang merupakan kawasan terluar dimana terdapat prasarana
akses dan komunitas yang menyelenggarakan fungsi pelayanan dan
jasa wisata.
14. Konfigurasi Fungsional Zona Destinasi
INVIOLATE BELT
NUCLEUS
ZONE OF CLOSURE
THE PRINCIPAL
ATTRACTION FORCE
ESSENTIAL SETTING
OUTER AREA OF INFLUENCE
(MUST INCLUDE A SERVICE CENTER
OR A COMMUNITY)
14
15. Satuan Tapak atau Lokasi (Site) Pariwisata
1. Satuan tapak atau lokasi (site) pariwisata merupakan satuan ruang destinasi wisata
terkecil dimana obyek dan atraksi wisata berlokasi.
2. Satuan tapak atau lokasi dapat mewakili fungsi nucleus. Pada skala ini bekerja faktor-
faktor fisik, ekologis, sosio-ekonomi, dan sosio-budaya secara intensif yang
merupakan interaksi lingkungan binaan dengan lingkungan alam. Dalam konteks
tersebut, maka kepentingan satuan tapak atau lokasi adalah berfungsinya
sumberdaya setempat sebagai potensi obyek dan atraksi wisata.
3. Daya tarik wisata adalah :
a. Segala sesuatu yang dapat menarik pengunjung untuk datang berwisata ke suatu tempat
tertentu
b. Segala sumberdaya permanen yang telah ditentukan dan dikendalikan dan yang dikelola untuk
dinikmati, disenangi, menjadi tempat hiburan atau pendidikan bagi pengunjung umum
Secara luas hal ini diwakili oleh keindahan dan kekayaan alam; kondisi klimatologi;
lansekap; vegetasi; badan air permukaan; kehidupan satwa liar; biota akuatik;
peninggalan sejarah, budaya, dan agama; kehidupan tradisional; fasilitas hiburan,
sosial, dan budaya; produk kemajuan teknologi; atraksi spesifik yang
diselenggarakan secara periodik; dan sebagainya.
15
17. Posisi Geografis Destinasi Pariwisata
1. Posisi geografis destinasi pariwisata menjelaskan mengenai
hubungan antara segmen pasar dan destinasi pariwisata menurut
fungsi jarak, waktu, dan kemudahan akses.
2. Sebagaimana telah dijelaskan dalam konsep keruangan, maka
fungsi-fungsi tersebut diwakili oleh prasarana dan sarana
transportasi menuju dan dari gerbang primer (entry); sistem
penanganan (handling) wisatawan menuju destinasi; obyek dan
atraksi wisata yang ditawarkan dalam suatu cluster atau lebih;
koridor sirkulasi utama di dalam destinasi yang menghubungkan
antara obyek dan atraksi wisata dengan prasarana dan sarana
penunjang wisata; komunitas yang menyelenggarakan jasa,
pelayanan, sarana, dan atraksi wisata.
17
19. Pola Konfigurasi Spasial Destinasi Pariwisata
Pola keruangan destinasi pariwisata diwakili oleh 5 (lima) konfigurasi
yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan destinasi pariwisata,
yaitu :
1. Single destination, dimana sebagian besar kegiatan wisata berada
dalam satu destinasi
2. En route, dimana beberapa destinasi dapat dikunjungi dalam
perjalanan ke destinasi utama
3. Base camp, dimana destinasi yang lain dapat dikunjungi sewaktu
berada dalam destinasi utama
4. Regional tour, dimana beberapa destinasi dapat dikunjungi ketika
berada dalam sebuah wilayah target
5. Trip chaining, merupakan tur perjalanan keliling yang dapat
melingkupi beberapa destinasi
19
20. Pola Konfigurasi Spasial Destinasi Pariwisata
5. Trip Chaining1. Single Destination
4. Regional Tour
3. Base Camp
2. En Route
ORIGIN
20
21. Unsur Destinasi Pariwisata
1. Destinasi pariwisata terdiri atas 3 (tiga) unsur utama, yakni :
a. Kompleks obyek dan atraksi wisata, dapat direpresentasikan oleh suatu cluster
atau gabungan beberapa cluster
b. Koridor sirkulasi di antara cluster
c. Area bukan obyek dan atraksi wisata, yang memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata pada masa mendatang
2. Zonasi keruangan suatu destinasi pariwisata didelineasi ke dalam 3 (tiga)
zona utama, yakni :
a. Nucleus yang merepresentasikan satuan ruang berupa kompleks atau cluster
dimana fitur obyek dan atraksi wisata utama berada
b. Inviolate belt yang direpresentasikan oleh kawasan di sekeliling nucleus yang
secara fungsional guna lahan dan estetikanya memberikan pengenalan bagi
obyek dan atraksi wisata yang dituju
c. Zone of closure direpresentasikan oleh kawasan terluar, dimana fungsi
kepentingan aksesibilitas, informasi, dan pelayanan masyarakat bagi pariwisata
tersedia
21
22. Hubungan Koridor Sirkulasi Dalam Destinasi Pariwisata
1. Koridor sirkulasi suatu destinasi pariwisata ditujukan untuk menciptakan
akses di dalam destinasi direpresentasikan oleh prasarana dan sarana
transportasi.
2. Koridor sirkulasi menghubungkan obuek dan atraksi wisata dengan
prasarana dan sarana penunjang pariwisata, seperti lokasi air terjun,
konservasi satwa dan tumbuhan, diving, paralayang, sailing, dan lainnya
dengan hotel, cottage, penginapan, restoran, fasilitas kesehatan, dan
lainnya.
3. Perencanaan koridor sirkulasi perlu mempertimbangkan pola
keterhubungan (linkage) antara unsur-unsur wisata dalam destinasi, yaitu :
a. Compatibility atau saling melengkapi. Sirkulasi direncanakan dengan prinsip
efisiensi dan pelayanan jumlah wisatawan yang lebih besar
b. Incompatibility, jika obyek dan atraksi wisata memiliki karakteristik berbeda,
sehingga dalam perencanaan fisik dan manajemen perlu dipisahkan
c. Distant complementarity, jika obyek dan atraksi wisata terpisah jauh, sehingga
perlu dihubungkan melalui manajemen paket perjalanan
22
23. Hubungan Koridor Sirkulasi Dalam Destinasi Pariwisata
23
C. Distant Complementarity
B. Incompatibility
A. Compatibility
1 + 1 > 2
1 + 1 < 2
Large attraction
supported by
other similar
atractions.
Disimilar
attraction
demand
separation.
27. Aspek-Aspek Dalam Pengembangan Kawasan Strategis
Destinasi Pariwisata Pemasaran Pariwisata Industri Pariwisata Kelembagaan
Kepariwisataan
1. Daya Tarik Wisata 1. Pasar Wisatawan 1. Struktur Industri 1. Organisasi
a. Daya Tarik Wisata Alam 2. Citra Pariwisata a. Hotel/Penginapan Kepariwisataan
b Daya Tarik Wisata 3. Promosi Pariwisata b. Restoran dan Rumah Makan 2. SDM Pariwisata
Budaya 4. Kemitraan c. BPW/BPU 3. Penelitian Dan
c. Daya Tarik Wisata Hasil Pemasaran d. Sarana dan Prasarana Pengembangan
Buatan Manusia Pariwisata Komunikasi
2. Aksesibilitas Pariwisata e. Galeri Seni dan Toko
3. Prasarana Umum, Fasilitas Cenderamata
Umum dan Fasilitas f. Bank dan Penukaran Uang
Pariwisata g. Aksesibilitas
a. Prasarana Umum h. Paket Perjalanan Wisata
b. Fasilitas Umum i. Informasi dan Sistem Informasi
c. Fasilitas Pariwisata 2. Tanggung Jawab Terhadap
4. Keterlibatan Masyarakat Lingkungan
Dalam Kepariwisataan 3. Daya Saing
5. Investasi di Bidang 4. Kemitraan Usaha
Pariwisata 5. Kredibilitas Bisnis