Dokumen tersebut membahas tentang contoh pelanggaran Pasal 28 Ayat 3 UUD 1945 yaitu penanganan anak jalanan yang tidak manusiawi seperti ditembak dan dibuang, serta usaha mencegah anak jalanan dengan memberikan beasiswa pendidikan.
2. PASAL 28 AYAT 3
Undang Undang Pasal 28 Ayat 3 tentang Hak
Asasi Kemanusiaan :
setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia
setiap orang berhak untuk memajukan dirinya
dalam memperjuangkan secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa dan negaranya
3. CONTOH PENERAPAN PASAL 28 AYAT 3
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Pemberian bimbingan belajar kepada anak-anak
kurang mampu didaerah terpencil
2. Pemberian beasiswa kepada pelajar/ mahasiswa
yang berprestasi dan kurang mampu demi
mencapai hak pendidikannya.
3. Pelajar/mahasiswa menggali berbagai informasi
melalui internet.
4. CONTOH PELANGGARAN PASAL 28 AYAT 3
1. Penanganan Anak-Anak Jalanan Yang Tidak Manusiawi
Banyak yang menilai bahwa penanganan anak-anak yang berkeliaran di
jalanan adalah suatu hal yang dilematis. Setiap daerah di Indonesia
mempunyai peraturan dan kebijakan yang hampir seragam tentang
penanganan kaum papa yang beredar di jalanan setiap harinya. Tetapi
mari ambil contoh dengan penanganan anak-anak jalanan di negara lain.
Di Brazil, jutaan anak menjalani hidupnya di jalanan. Mereka mencari
uang untuk bertahan hidup, atau untuk mengejar mimpi mereka menjadi
pe sepakbola terkenal di dunia. Seperti yang kita tahu, banyak dari pemain
sepakbola terkenal asal Brazil, seperti Ronaldinho atau Romario, berasal
dari keluarga yang tidak mampu, keduanya mengawali mimpi menjadi pe
sepakbola terkenal dari jalanan, dengan bermain bola di jalan-jalan kumuh
di Brazil. Tetapi bagaimana dengan anak-anak Brazil lainnya, ternyata
banyak dari mereka yang bahkan menjadi kriminal. Dengan imbalan 100-
200USD, anak-anak Rio de Janeiro atau Sao Paulo, bisa dengan mudah
menjadi pembunuh bayaran atau bahkan menjadi kurir narkoba.
5. Menanggapi menjamurnya anak-anak jalanan di Brazil, pemerintah kota
setempat ternyata menjalankan kebijakan yang mengerikan. Mereka
merespon keresahan masyarakat atas kehadiran anak-anak jalanan dengan
jalan pintas : anak-anak itu ditembaki dan dibunuh secara massal– pada
malam hari,. ketika mereka tertidur di taman-taman kota atau di emperan-
emperan toko.
Bagaimana dengan di Indonesia?. Ternyata banyak dari pemerintah daerah
di Indonesia menjalankan jalan pintas dan cara-cara tidak manusiawi dalam
menanggulangi problem urbanisasi termasuk problem anak-anak jalanan.
Baru-baru ini aparat Polisi Pamongpraja Kotamadya Serang menciduk dan
menangkap anak-anak jalanan dan para gelandangan di malam hari,
kemudian orang-orang yang malang itu diangkut dengan kendaraan dan
dibuang di wilayah Kabupaten Pandeglang. Siapa sangka, tindakan biadab
seperti itu bisa dilakukan oleh aparat pemerintah di sebuah negara yang
berazaskan Pancasila.
6. Seperti yang terjadi pada anak-anak jalanan yang beredar di jalan
Padjajaran Bogor, Rabu (23/7) siang lalu, ratusan anak terjaring razia
yang dilakukan oleh Satpol PP Bogor. Apa yang dialami oleh anak-anak
jalanan di Bogor tersebut sangat kontas dengan anak-anak yang berada
di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), pada saat yang sama, anak-
anak di TMII bernyanyi, menari, baca puisi, dan berdialog dengan
Presiden SBY.
Ternyata seperti itulah solusi pemerintah untuk mengurangi jumlah
anak-anak jalanan di Indonesia. Pemerintah ternyata lebih menyukai
untuk melakukan tindakan represif dibanding menyediakan mereka
sarana dan media yang lebih bermanfaat bagi mereka.
7. 2. Cegah Anak Jalanan Dengan Beasiswa
Negara kita mempunyai masalah pendidikan yang serius. Mahalnya
biaya pendidikan menyebabkan akses pendidikan yang tidak merata,
bahkan semakin memperbesar angka putus sekolah. Kebijakan
program sekolah gratis pun memberikan kenyataan yang berbeda,
adanya pungutan−pungutan biaya masih sering terjadi di sekolah.
Fenomena yang masih hangat untuk dibicarakan saat ini adalah
permasalahan anak jalanan. Tak lagi asing bagi kita, ketika melihat
anak−anak usia sekolah berkeliaran di jalan−jalan atau perempatan
lampu merah, menjadi penjual koran, pemulung atau bahkan menjadi
peminta−minta. Kebutuhan yang mendesak memaksa mereka untuk
menjadi anak jalanan.
8. Mencoba memberikan alternatif solusi, PKPU D.I Yogyakarta
sebagai lembaga kemanusiaan nasional memfokuskan
pemberdayaan masyarakat dengan program pendidikan.
Program pendidikan tersebut dilakukan dalam bentuk program
Beasiswa Muda Cendikia kepada anak−anak yang tergolong
kaum dhuafa baik yatim piatu atau tidak, mulai dari kalangan
SD, SMP hingga SMA/SMK.
Minggu (24/1/2010), PKPU D.I Yogyakarta meyelenggarakan
program pelatihan dan pendampingan anak asuh Muda
Cendikia. Bertempat di Aula Kantor Pos Besar Yogyakarta,
sebanyak 70 anak asuh Muda Cendikia mendapatkan
pendampingan dan pelatihan secara menyeluruh.
Bersama tentor dari Bimbingan Belajar Jogja Math Solution dan
pendamping dari Prima Cendikia. Anak asuh Muda Cendikia
mendapatkan pendampingan keagamaan, akademis serta
pelatihan skillbahasa inggris.
9. Menurut Muthori, Ketua Divisi Pendayagunaan PKPU D.I
Yogyakarta, Program Beasiswa Muda Cendikia adalah program
beasiswa berbasis komunitas meliputi beasiswa pendidikan,
pendampingan dan pembinaan keislaman rutin mingguan,
bimbingan Alquran, bahasa Inggris, outbond activity dan pelatihan
life skill. “Harapan kami selain mendapat beasiswa, anak asuh
Muda Cendikia memiliki motivasi dan pemahaman agar mereka
terus bersekolah dan tidak menjadi anak jalanan,” lanjut Muthori.
Saat ini penerima beasiswa PKPU D.I Yogyakarta sebanyak 464
anak. Beasiswa yang diberikan mencakup sekitar wilayah Gunung
Kidul, Bantul, Kulon Progo, Sleman dan Kota Yogyakarta. Dana
beasiswa tersebut merupakan sumbangan para donator, dermawan
yang peduli terhadap pendidikan bagi para dhuafa. Semoga dengan
ini mengurangi anak jalanan yang ada. (Ramdhan Fahrony/PKPU
Yogyakarta)