SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
TEKNOLOGI DAN FORMULASI
SEDIAAN OPTHALMIC
T N SAIFULLAH S
LABORATORIUM
TEKNOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UGM
Ophthalmic drug formulation
and delivery
Sejarah perkembangan sediaan ophthalmic
Treatment terhadap penyakit mata sudah
dilakukan sejak jaman kuno.
Zaman yunani dan romawi sudah
dikenal suatu istilah collyria.
Collyria adalah suatu istilah yang
menunjukkan campuran dari material yang
larut dalam air, susu atau putih telur yang
digunakan untuk tetes mata.
Pada abad pertengahan collyria termasuk
midriatik (untuk mendilatasi pupil) digunakan
untuk kosmetik
Sampai sebelum berakhir perang dunia kedua,
konsep sterilitas menjadi keharusan dalam
sediaan ophthalmic
Selama perang dunia ke dua sampai tahun
1940an, sangat sedikit sediaan ophthalmic yg
dipasarkan
Dalam USP XIV (1950) hanya 3 jenis sediaan
ophthalmic yang ada dan semuanya dalam
bentuk ointment
Pada saat itu sediaan ophthalmic hanya
digunakan dalam komunitas/farmasi rumah
sakit dengan tingkat sterilitas yang terbatas
untuk beberapa hari
Pada tahun 1955 (dalam USP XV)
dicantumkan suatu persyaratan steril untuk
ophthalmic solution, sampai sebelum tahun
1955 belum ada persyaratan resmi tentang
persyaratan sterilitas ophthalmic solution
Persyaratan sterilitas untuk salep mata
(ophthalmic ointment) pertama kali muncul
dalam USP XVIII
Saat ini sediaan ophthalmic sudah
diformulasikan dari bentuk simple solution
sampai complex delivery systems yang
membutuhkan special formulations
DEFINISI
Sediaan ophthalmic (USP) adalah: suatu
sediaan steril terutama bebas partikel asing,
yang diformulasi dalam suatu formula
cocok dan dikemas untuk digunakan pada
mata. Termasuk didalamnya larutan,
suspensi, salep dan juga bentuk sed. padat
Untuk larutan dan suspensi sebagai vehicle
digunakan aqueous
Salep biasanya mengandung basis white
petrolatum-mineral oil base
Karakter dasar dari semua sediaan
ophthalmic adalah spesifikasi sterilitasnya
(persyaratannya menyerupai produk
parenteral).
ANATOMI MATA
Kelopak mata (eyelids)
Bola mata (Eyeball)
Konjunctiva (conjuctiva)
Sistem lakrimal (lacrimal system)
Kelopak mata (eyelids)
Kelopak mata mempunyai 2 fungsi :
melindungi bola mata dan mengeluarkan
sekresi kelenjar yang membentuk film air
mata di depan kornea.
Kelopak mata merupakan alat penutup yang
berguna utk melindungi bola mata terhadap
trauma, sinar dan pengeringan bola mata
Kantong (pockets) di kelopak disebut
superior and inferior fornices, dan
keseluruhan ruang/spasi disebut cul-de-sac
Bola mata (Eyeball)
Bola mata manusia (eyeball/bulbus/globe)
tersusun atas tiga lapis jaringan:
1. Sklera ( outer fibrous layer); merupakan jaringan
ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yg melindungi
bola mata. Bagian terdepan sklera disebut
kornea yang bersifat transparan
2. Jaringan uvea (middle vascular layer):
merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera
dan uvea dibatasi oleh ruang yg potensial mudah
dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda
paksa (perdarahan suprakoroid)
Jaringan uvea terdiri dari iris, badan siliar
dan koroid
3. Retina (nervous layer): lapisan paling
dalam, mempunyai lapisan sebanyak 10
lapis
Konjunctiva (conjuctiva)
Konjungtiva merupakan membran yang
menutupi sklera dan kelopak belakang.
Bermacam –macam obat mata dapat diserap
melalui konjungtiva ini.
Konjungtiva mengandung kelenjar mucin
yg dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat
membasahi bola mata terutama kornea.
Dikonjungtiva dapat diberikan :
Subconjunctival injections
Konjungtiva terdiri dari 3 bagian
1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus
2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera
3. Konjungtiva fornises/forniks; merupakan
tempat peralihan K. tarsal dg K. bulbi
Sistem lakrimal (lacrimal system)
Sistem lacrimal terdiri dari 2 bagian:
1. Sistem produksi atau glandula lakrimal, terletak
di tempora antero superior rongga orbita
2. Sistem ekskresi, yg terdiri dari pungtum
lakrimal, kanakuli lakrimal, sakus lakrimal, dan
duktus nasokrimal.
Sakus sakrimal terletak di bagian nasal depan
rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal
akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam
meatus inferior
Film air mata sangat berguna utk kesehatan
mata. Air mata akan masuk ke dalam sakus
sakrimal melalui pungtum lakrimal.
Permukaan conjungtiva dan cornea ditutupi
dan lubrikasi oleh film air mata yang
disekresi di conjungtiva dan kelenjar
lakrimal
Pengembangan formulasi ophthalmic
Produk ophthalmic difomulasikan dg
menggunakan prinsip sain dan teknologi
seperti pengembangan btk. Sed. utk. organ
target yg lain
Strategi pengembangan membutuhkan
pertimbangan safety, efficacy, stability dan
pharmaceutical elegance
Selain itu juga harus memperhatikan
regulatory requirements dinegara mana
produk akan dipasarkan
Produk ophthalmic dpt diklasifikasikan
(berdasarkan rute pemberiannya) dalam
produk topikal, intraocular dan sistemik
(oral & intravena).
Topical disini = topical ophthalmic, bukan
topikal kulit
Bentuk larutan/cair, lebih banyak digunakan
krn lebih menyenangkan dlm penggunaan
Produk intraocular biasanya dipasarkan dlm
wadah single-dose tanpa penambahan
preservatif antimikroba utk meminimalkan
toksisitas pada jaringan ocular
Pembuatan dan kontrol sterilitas produk
ophthalmic sama seperti pada produk
parenteral (small/large volume), fasilitas
pembuatan dan peralatan yang dibutuhkan
juga serupa.
Tdk seperti produk topikal kulit, topikal
ophthalmic harus diproduksi secara steril &
sterilitasnya harus terjaga sampai/selama
produk digunakan, terlebih kalau produk
ditujukan untuk multiple application.
Pertimbangan khusus untuk
topikal ophthalmic:
1. Sed. Topikal ophthalmic tdk boleh
menyebabkan rasa perih/pedih dan iritasi
pada mata.
2. Sed. Topikal ophthalmic harus didesain
utk dpt. Memberikan bioavailabilitas yg
adequate setelah pemberian satu - 2 tetes
larutan atau ½ - ¼ inci salep sebab cul-de-
sac dari mata mempunyai kapasitas
terbatas (7 l)
Katagori farmakologi/terapeutik
produk ophthalmic
Katagori farmakologi/terapeutik obat yg
digunakan dalam ilmu penyakit mata sangat
dibutuhkan untuk memahami pengembangan
bentuk sediaan ophthalmic
Obat ophthalmic dapat digolongkan menjadi
5 kelas utama:
1. Agents for the treatment of glaucoma
2. Midriatics and cycloplegics
3. Antimicrobial and anti-inflamatory agents
4. Medications for dry eye syndromes
5. intraocular products
Gloukoma adalah karakeristik dari
hipertensi ocular (naiknya tekanan
intraokular) yg ditandai dengan
meningkatnya tekanan bola mata, atropi
papil saraf optik dan menciutnya lapang
pandang
Penyakit ini disebabkan oleh:
Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan
siliar
Berkurangnya pengeluaran cairan mata di
daerah sudut bilik mata/di celah pupil
Agents for the treatment of glaucoma
Topical ophthalmic untuk treatment
glaucoma:
Parasimpatomimetik (kholinergik dan
antikholinesterase)
Obat-obat ini dklasifikasikan sbg miotik
karena dapat meng induce miosis (reduce pupil
site)
Simpatomimetik (-adrenergik blocking)
Digunakan untuk mengontrol tekanan
intraocular pada hipertensi ocular
Adrenergik antagonis
Menurunkan tekanan intraocular dg
menurunkan sekresi aqueous humor
Midriatics and cycloplegics
Midriatik adalah obat-obat yg dpt
memperbesar (dilate) pupil
secara umum midriatika dapat digunakan utk
melebarkan pupil utk memudahkan pemerikasaan
fundus okuli
pada peradangan intraokular sbg: penekan
peradangan dan melepaskan sinekia
Melemahkan akomodasi pd pemeriksaan kelainan
refraksi anak
melebarkan pupil selama pembedahan lensa yg
memerlukan pupil tetap lebar
contoh: epinefrin, fenilefrin HCl,
cycloplegia adalah obat-obat yg ditujukan
utk paralisis akomodasi (terjadi dilatasi
pupil) ketika digunakan pada mata
contoh: atropin, homatropin, tropikamida,
siklopentolat dan skopolamin.
midriasis diinduce oleh obat-obat
Simpatomimetik dan Parasimpatomimetik
Antimicrobial & anti-inflamatory agents
Digunakan utk treatment infeksi ocular pada
tempat infeksi, topikal atau intraocular
Infeksi mata kebanyakan disebabkan oleh bakteri
dan virus. Infeksi oleh fungi spt. fungi keratitis
relatif jarang
Banyak anti infeksi yang dipasarkan,
diformulasikan dg kombinasi dua/lebih senyawa
Ocular inflamasi biasanya dipadukan dg ocular
infeksi
Banyak produk-produk yg dibuat dg kombinasi
anti infeksi dan anti inflamasi
Medications for dry eye syndromes
Dry eye syndrom adalah kondisi dimana
pasien mengeluh sakit/nyeri ocular akibat
sensasi dari dryness pada mata
dry eye syndrom disebabkan karena
defisiensi/kekurangan aqueous atau
komponen mucin pada precorneal tear film
Demulcent dan emollient adalah 2 katagori
produk yg digunakan utk mengobati Dry
eye syndrom
Demulcent adalah larutan air mata buatan
yg berisi polimer cellulosic, merupakan
produk OTC dan telah direview oleh FDA
Emollient adalah preparat non aqueous utk
membentuk film occlusive pada permukaan
ocular utk mengurangi friksi (gesekan) dg
mengurangi pengurangan dari tear film
Biasanya tersedia dalam kemasan multidose
ointment tubes. Salep ini biasanya
digunakan pada saat mau tidus karena
blurring of vision
Intraocular Products
Produk intraocular dapat diklasifikasikan sbb:
Irrigating solution
Viscoelastic agents
Midriatics
Miotics
Enzymatic product
Safety pemerian formula intraocular sangat
penting sebab sel endothelial sangat sensitif
terhadap benda asing
Preservatif antimikroba tdk diperbolehkan
dlm produk introcular sebab menyebabkan
ketoksikan pada jaringan ocular
Produk bisanya dikemas dalam kemasan
unit dose pemerian
Komponen-komponen yg digunakan dalam
produk intraocular tidak boleh toksik pada
jar. ocular(endothelium corneal sgt sensitif)
Komponen-komponen yg digunakan harus
biodegradabel karena kecepatan eliminasi
komponen-komponen dari intraocular
chamber merupakan proses yg sangat
lambat. Tidak spt pada penggunaan topikal
obat dpt dieliminasi dg cepat
ABSORPSI OBAT DARI MATA
Absorpsi obat yg diberikan oral/parenteral
dpt dievaluasi dg mengukur konsentrasi
obat dalam plasma/urin sbg ukuran
bioavailabilitasnya.
Bioavailabilitas topikal sed. Ophthalmic tdk
dapat dievaluasi dg sampling cairan
jaringan ocular tanpa menyebabkan
kerusakan parah pada ocular
Sementara itu pada kasus obat obat
midriatik dan miotik, eficacy dapat
dievaluasi dengan mengukur perubahan
diameter pupil.
Eficacy dari obat glaucoma dapat
dideterminasi dengan memonitor tekanan
intraocular. Ini termasuk noninvasive
method
Pada kasus infeksi dan inflamasi eksternal
mata, seperti konjungtivitis atau blepharitis,
absoprsi obat melewati cornea bukan
merupakan pertimbangan yang penting.
Sementara itu penetrasi transcorneal
dan/atau transcojunctival menjadi faktor
terapetik yang penting untuk deep-seat
inflammation seperti iritis atau uveitis
Absorpsi pada pemberian topikal produk
ophthalmic dipengaruhi oleh beberapa
faktor:
1. Kapasitas volume yg terbatas yg bisa
ditampung oleh mata pada pemberian sediaan
2. Sekresi dan aliran dari air mata
3. Absorpsi oleh jaringan conjunctival vascular
4. Penetrasi obat melewati cornea dan sclera
5. Blinking rate
6. Reflex tearing akibat pemberian produk
Rendahnya cul-de-sac dg kapasitas hanya 7 l
(mata manusia bisa menampung 30 l dalam
keadaan tidak berkedip).
Kebanyakan sed. Tetes mata yg dikemas dalam
botol PE atau PP dg plugs dapat memberikan
20-60 l/tetes (pustaka lain 50-70 l)
Sehingga sangat penting mengontrol
banyaknya/besarnya tetesan yg harus diberikan
Patton telah membuktikan dg memberi tetes
mata pilocarpin nitrat dalam 2 konsentrasi :
5 ul dg kadar 1,61 x 10 –2 M
25 ul dg kadar 1,0 x 10 –2 M
Pemberian tetes mata dalam jumlah besar akan
percuma karena akan tumpah dan mengalir dari
lakrimal
Corneal permeation
Penetrasi transcorneal diyakini sebagai rute
utama untuk absorpsi obat kedalam mata.
Keberatannya epithelium cornea relative
impermeable untuk kebanyakan obat-obat
ocular
Cornea terdiri dari 3 lapisan utama:
1.the lipid-rich epithelium (lipophilic)
2.the lipid-poor stroma (hydrophilic)
3. the lipid-rich endothelium (lipophilic)
Struktur dan komposisi dari cornea
merupakan barier bagi transport obat
terutama untuk obat-obat dg bobot molekul
besar, polaritas besar dan bentuk garam
untuk meningkatkan bioavailabilitas ocular,
dg meningkatkan permeabilitas cornea
absorbsi obat melewati cornea dapat
dipelajari dg invitro dan invivo
pengujian absorpsi invitro lebih simple
untuk menganalisanya dibandingkan studi
invivo
untuk melihat korelasi ivivc dibuat
permodelan farmakokinetik
Koefisien permeabilitas cornea merupakan
salah satu parameter kunci dalam absorpsi
ocular dan telah dipelajari secara mendalam
secara invitro
Permeabilitas ditunjukkan dg peningkatan
koefisien partisi oktanol-air sampai plateau
dan dapat dicapai oleh seri molekul yang
sama besarnya
Epithelium adalah model dari barier lipid,
kemungkinan dg pore aqueous dan stroma
sebagai aqueous barrier
endothelium sangat tipis dan lebih porous
dibandingkan dg epithelium
Grass dan rekan telah mempelajari kinetika
penetrasi obat melewati cornea
Model dikembangkan dari hub. Koefisien
permeabilitas dg koefisien partisi serta molekuler
weight dari penetrating spesies
Model ini menganggap cornea sbg lapisan
membran dg lipid layer (epithelium) dan aqueous
layer (stroma)
1
K per =
(Ls/Ds) + Le/(Dp + PDe)
Kper = koef. Permeabilitas
P = koef. Partisi
Ls = ketebalan stroma
Le = ketebalan epithelium
Ds = koef. Difusi stroma
De = koef. Difusi epithelium
Dp = Koef. Difusi pori epithelium
Bila Dp = 0
P
Kper =
PLs/Ds + Le/De
Terlihat koefisien permeabilitas linear dg
koefisien partisi utk koefisien partisi yg
kecil dan konstan untuk koefisien partisi
besar
Jadi:
Epithelium adalah barier untuk nilai koefisien
partisi rendah
Stroma untuk nilai koefisien partisi tinggi

More Related Content

What's hot

Laporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortisonLaporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortisonKezia Hani Novita
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
 
transdermal farmasi
transdermal farmasitransdermal farmasi
transdermal farmasiSarah Najib
 
Teknologi Formulasi Sediaan Steril
Teknologi Formulasi Sediaan SterilTeknologi Formulasi Sediaan Steril
Teknologi Formulasi Sediaan SterilAbulkhair Abdullah
 
PENGANTAR SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID FARMASI.ppt
PENGANTAR SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID FARMASI.pptPENGANTAR SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID FARMASI.ppt
PENGANTAR SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID FARMASI.pptyoustiana rusita
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliKezia Hani Novita
 
Bentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obatBentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obat4nakmans4
 
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul HemostatikFormulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul HemostatikNesha Mutiara
 
Laporan teknologi farmasi
Laporan teknologi farmasiLaporan teknologi farmasi
Laporan teknologi farmasinonawulan
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Taofik Rusdiana
 
Tinjauan Sediaan Lotion
Tinjauan Sediaan LotionTinjauan Sediaan Lotion
Tinjauan Sediaan Lotionzipiklan
 

What's hot (20)

Laporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortisonLaporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortison
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
 
Kul1. basis salep
Kul1. basis salepKul1. basis salep
Kul1. basis salep
 
transdermal farmasi
transdermal farmasitransdermal farmasi
transdermal farmasi
 
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensiMateri kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
 
Teknologi Formulasi Sediaan Steril
Teknologi Formulasi Sediaan SterilTeknologi Formulasi Sediaan Steril
Teknologi Formulasi Sediaan Steril
 
PENGANTAR SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID FARMASI.ppt
PENGANTAR SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID FARMASI.pptPENGANTAR SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID FARMASI.ppt
PENGANTAR SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID FARMASI.ppt
 
Tetes hidung
Tetes hidungTetes hidung
Tetes hidung
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
 
Salep mata
Salep mataSalep mata
Salep mata
 
Bentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obatBentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obat
 
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul HemostatikFormulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
 
Laporan teknologi farmasi
Laporan teknologi farmasiLaporan teknologi farmasi
Laporan teknologi farmasi
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
Evaluasi sediaan
Evaluasi sediaanEvaluasi sediaan
Evaluasi sediaan
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
MATERI INJEKSI 2
MATERI INJEKSI 2MATERI INJEKSI 2
MATERI INJEKSI 2
 
Tinjauan Sediaan Lotion
Tinjauan Sediaan LotionTinjauan Sediaan Lotion
Tinjauan Sediaan Lotion
 
ppt gel
ppt gelppt gel
ppt gel
 
Gel
GelGel
Gel
 

Similar to OPHTHALMIC FORMULATION

Similar to OPHTHALMIC FORMULATION (20)

21. dr. iit farmakologi obat topikal mata
21. dr. iit   farmakologi obat topikal mata21. dr. iit   farmakologi obat topikal mata
21. dr. iit farmakologi obat topikal mata
 
Dry Eye Syndrome
Dry Eye SyndromeDry Eye Syndrome
Dry Eye Syndrome
 
La rangki obat tetes mata
La rangki obat tetes mataLa rangki obat tetes mata
La rangki obat tetes mata
 
Makalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mataMakalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mata
 
Al-fath pemberian obat topikal.pptx
Al-fath pemberian obat topikal.pptxAl-fath pemberian obat topikal.pptx
Al-fath pemberian obat topikal.pptx
 
Sistem indera
Sistem inderaSistem indera
Sistem indera
 
Askep konjungvitis kel 1
Askep konjungvitis kel 1Askep konjungvitis kel 1
Askep konjungvitis kel 1
 
Pemberian obat topikal
Pemberian obat topikalPemberian obat topikal
Pemberian obat topikal
 
KATARAK.pptx
KATARAK.pptxKATARAK.pptx
KATARAK.pptx
 
Makalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mataMakalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mata
 
Modul 1 kb 4
Modul 1 kb 4Modul 1 kb 4
Modul 1 kb 4
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaan
 
Alat indera
Alat inderaAlat indera
Alat indera
 
sediaan optalmik.pptx
sediaan optalmik.pptxsediaan optalmik.pptx
sediaan optalmik.pptx
 
Makalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mataMakalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mata
 
Askep truma-mata
Askep truma-mataAskep truma-mata
Askep truma-mata
 
Danu
DanuDanu
Danu
 
Biofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
Biofarmasetika Materi Sediaan InhalasiBiofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
Biofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
 
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdfModul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
 
Salep mata
Salep mataSalep mata
Salep mata
 

Recently uploaded

materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 

Recently uploaded (20)

materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 

OPHTHALMIC FORMULATION

  • 1. TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN OPTHALMIC T N SAIFULLAH S LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UGM
  • 2. Ophthalmic drug formulation and delivery Sejarah perkembangan sediaan ophthalmic Treatment terhadap penyakit mata sudah dilakukan sejak jaman kuno. Zaman yunani dan romawi sudah dikenal suatu istilah collyria. Collyria adalah suatu istilah yang menunjukkan campuran dari material yang larut dalam air, susu atau putih telur yang digunakan untuk tetes mata.
  • 3. Pada abad pertengahan collyria termasuk midriatik (untuk mendilatasi pupil) digunakan untuk kosmetik Sampai sebelum berakhir perang dunia kedua, konsep sterilitas menjadi keharusan dalam sediaan ophthalmic Selama perang dunia ke dua sampai tahun 1940an, sangat sedikit sediaan ophthalmic yg dipasarkan Dalam USP XIV (1950) hanya 3 jenis sediaan ophthalmic yang ada dan semuanya dalam bentuk ointment
  • 4. Pada saat itu sediaan ophthalmic hanya digunakan dalam komunitas/farmasi rumah sakit dengan tingkat sterilitas yang terbatas untuk beberapa hari Pada tahun 1955 (dalam USP XV) dicantumkan suatu persyaratan steril untuk ophthalmic solution, sampai sebelum tahun 1955 belum ada persyaratan resmi tentang persyaratan sterilitas ophthalmic solution Persyaratan sterilitas untuk salep mata (ophthalmic ointment) pertama kali muncul dalam USP XVIII
  • 5. Saat ini sediaan ophthalmic sudah diformulasikan dari bentuk simple solution sampai complex delivery systems yang membutuhkan special formulations DEFINISI Sediaan ophthalmic (USP) adalah: suatu sediaan steril terutama bebas partikel asing, yang diformulasi dalam suatu formula cocok dan dikemas untuk digunakan pada mata. Termasuk didalamnya larutan, suspensi, salep dan juga bentuk sed. padat
  • 6. Untuk larutan dan suspensi sebagai vehicle digunakan aqueous Salep biasanya mengandung basis white petrolatum-mineral oil base Karakter dasar dari semua sediaan ophthalmic adalah spesifikasi sterilitasnya (persyaratannya menyerupai produk parenteral).
  • 7. ANATOMI MATA Kelopak mata (eyelids) Bola mata (Eyeball) Konjunctiva (conjuctiva) Sistem lakrimal (lacrimal system)
  • 8.
  • 9.
  • 10. Kelopak mata (eyelids) Kelopak mata mempunyai 2 fungsi : melindungi bola mata dan mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea. Kelopak mata merupakan alat penutup yang berguna utk melindungi bola mata terhadap trauma, sinar dan pengeringan bola mata Kantong (pockets) di kelopak disebut superior and inferior fornices, dan keseluruhan ruang/spasi disebut cul-de-sac
  • 11. Bola mata (Eyeball) Bola mata manusia (eyeball/bulbus/globe) tersusun atas tiga lapis jaringan: 1. Sklera ( outer fibrous layer); merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yg melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan 2. Jaringan uvea (middle vascular layer): merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yg potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa (perdarahan suprakoroid)
  • 12. Jaringan uvea terdiri dari iris, badan siliar dan koroid 3. Retina (nervous layer): lapisan paling dalam, mempunyai lapisan sebanyak 10 lapis
  • 13. Konjunctiva (conjuctiva) Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak belakang. Bermacam –macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar mucin yg dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Dikonjungtiva dapat diberikan : Subconjunctival injections
  • 14. Konjungtiva terdiri dari 3 bagian 1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus 2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera 3. Konjungtiva fornises/forniks; merupakan tempat peralihan K. tarsal dg K. bulbi
  • 15. Sistem lakrimal (lacrimal system) Sistem lacrimal terdiri dari 2 bagian: 1. Sistem produksi atau glandula lakrimal, terletak di tempora antero superior rongga orbita 2. Sistem ekskresi, yg terdiri dari pungtum lakrimal, kanakuli lakrimal, sakus lakrimal, dan duktus nasokrimal. Sakus sakrimal terletak di bagian nasal depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior
  • 16. Film air mata sangat berguna utk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam sakus sakrimal melalui pungtum lakrimal. Permukaan conjungtiva dan cornea ditutupi dan lubrikasi oleh film air mata yang disekresi di conjungtiva dan kelenjar lakrimal
  • 17.
  • 18. Pengembangan formulasi ophthalmic Produk ophthalmic difomulasikan dg menggunakan prinsip sain dan teknologi seperti pengembangan btk. Sed. utk. organ target yg lain Strategi pengembangan membutuhkan pertimbangan safety, efficacy, stability dan pharmaceutical elegance Selain itu juga harus memperhatikan regulatory requirements dinegara mana produk akan dipasarkan
  • 19. Produk ophthalmic dpt diklasifikasikan (berdasarkan rute pemberiannya) dalam produk topikal, intraocular dan sistemik (oral & intravena). Topical disini = topical ophthalmic, bukan topikal kulit Bentuk larutan/cair, lebih banyak digunakan krn lebih menyenangkan dlm penggunaan Produk intraocular biasanya dipasarkan dlm wadah single-dose tanpa penambahan preservatif antimikroba utk meminimalkan toksisitas pada jaringan ocular
  • 20. Pembuatan dan kontrol sterilitas produk ophthalmic sama seperti pada produk parenteral (small/large volume), fasilitas pembuatan dan peralatan yang dibutuhkan juga serupa. Tdk seperti produk topikal kulit, topikal ophthalmic harus diproduksi secara steril & sterilitasnya harus terjaga sampai/selama produk digunakan, terlebih kalau produk ditujukan untuk multiple application.
  • 21. Pertimbangan khusus untuk topikal ophthalmic: 1. Sed. Topikal ophthalmic tdk boleh menyebabkan rasa perih/pedih dan iritasi pada mata. 2. Sed. Topikal ophthalmic harus didesain utk dpt. Memberikan bioavailabilitas yg adequate setelah pemberian satu - 2 tetes larutan atau ½ - ¼ inci salep sebab cul-de- sac dari mata mempunyai kapasitas terbatas (7 l)
  • 22. Katagori farmakologi/terapeutik produk ophthalmic Katagori farmakologi/terapeutik obat yg digunakan dalam ilmu penyakit mata sangat dibutuhkan untuk memahami pengembangan bentuk sediaan ophthalmic Obat ophthalmic dapat digolongkan menjadi 5 kelas utama: 1. Agents for the treatment of glaucoma 2. Midriatics and cycloplegics 3. Antimicrobial and anti-inflamatory agents 4. Medications for dry eye syndromes 5. intraocular products
  • 23. Gloukoma adalah karakeristik dari hipertensi ocular (naiknya tekanan intraokular) yg ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atropi papil saraf optik dan menciutnya lapang pandang Penyakit ini disebabkan oleh: Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata/di celah pupil Agents for the treatment of glaucoma
  • 24. Topical ophthalmic untuk treatment glaucoma: Parasimpatomimetik (kholinergik dan antikholinesterase) Obat-obat ini dklasifikasikan sbg miotik karena dapat meng induce miosis (reduce pupil site) Simpatomimetik (-adrenergik blocking) Digunakan untuk mengontrol tekanan intraocular pada hipertensi ocular Adrenergik antagonis Menurunkan tekanan intraocular dg menurunkan sekresi aqueous humor
  • 25. Midriatics and cycloplegics Midriatik adalah obat-obat yg dpt memperbesar (dilate) pupil secara umum midriatika dapat digunakan utk melebarkan pupil utk memudahkan pemerikasaan fundus okuli pada peradangan intraokular sbg: penekan peradangan dan melepaskan sinekia Melemahkan akomodasi pd pemeriksaan kelainan refraksi anak melebarkan pupil selama pembedahan lensa yg memerlukan pupil tetap lebar contoh: epinefrin, fenilefrin HCl,
  • 26. cycloplegia adalah obat-obat yg ditujukan utk paralisis akomodasi (terjadi dilatasi pupil) ketika digunakan pada mata contoh: atropin, homatropin, tropikamida, siklopentolat dan skopolamin. midriasis diinduce oleh obat-obat Simpatomimetik dan Parasimpatomimetik
  • 27. Antimicrobial & anti-inflamatory agents Digunakan utk treatment infeksi ocular pada tempat infeksi, topikal atau intraocular Infeksi mata kebanyakan disebabkan oleh bakteri dan virus. Infeksi oleh fungi spt. fungi keratitis relatif jarang Banyak anti infeksi yang dipasarkan, diformulasikan dg kombinasi dua/lebih senyawa Ocular inflamasi biasanya dipadukan dg ocular infeksi Banyak produk-produk yg dibuat dg kombinasi anti infeksi dan anti inflamasi
  • 28. Medications for dry eye syndromes Dry eye syndrom adalah kondisi dimana pasien mengeluh sakit/nyeri ocular akibat sensasi dari dryness pada mata dry eye syndrom disebabkan karena defisiensi/kekurangan aqueous atau komponen mucin pada precorneal tear film Demulcent dan emollient adalah 2 katagori produk yg digunakan utk mengobati Dry eye syndrom
  • 29. Demulcent adalah larutan air mata buatan yg berisi polimer cellulosic, merupakan produk OTC dan telah direview oleh FDA Emollient adalah preparat non aqueous utk membentuk film occlusive pada permukaan ocular utk mengurangi friksi (gesekan) dg mengurangi pengurangan dari tear film Biasanya tersedia dalam kemasan multidose ointment tubes. Salep ini biasanya digunakan pada saat mau tidus karena blurring of vision
  • 30. Intraocular Products Produk intraocular dapat diklasifikasikan sbb: Irrigating solution Viscoelastic agents Midriatics Miotics Enzymatic product
  • 31. Safety pemerian formula intraocular sangat penting sebab sel endothelial sangat sensitif terhadap benda asing Preservatif antimikroba tdk diperbolehkan dlm produk introcular sebab menyebabkan ketoksikan pada jaringan ocular Produk bisanya dikemas dalam kemasan unit dose pemerian Komponen-komponen yg digunakan dalam produk intraocular tidak boleh toksik pada jar. ocular(endothelium corneal sgt sensitif)
  • 32. Komponen-komponen yg digunakan harus biodegradabel karena kecepatan eliminasi komponen-komponen dari intraocular chamber merupakan proses yg sangat lambat. Tidak spt pada penggunaan topikal obat dpt dieliminasi dg cepat
  • 33. ABSORPSI OBAT DARI MATA Absorpsi obat yg diberikan oral/parenteral dpt dievaluasi dg mengukur konsentrasi obat dalam plasma/urin sbg ukuran bioavailabilitasnya. Bioavailabilitas topikal sed. Ophthalmic tdk dapat dievaluasi dg sampling cairan jaringan ocular tanpa menyebabkan kerusakan parah pada ocular
  • 34. Sementara itu pada kasus obat obat midriatik dan miotik, eficacy dapat dievaluasi dengan mengukur perubahan diameter pupil. Eficacy dari obat glaucoma dapat dideterminasi dengan memonitor tekanan intraocular. Ini termasuk noninvasive method Pada kasus infeksi dan inflamasi eksternal mata, seperti konjungtivitis atau blepharitis, absoprsi obat melewati cornea bukan merupakan pertimbangan yang penting.
  • 35. Sementara itu penetrasi transcorneal dan/atau transcojunctival menjadi faktor terapetik yang penting untuk deep-seat inflammation seperti iritis atau uveitis Absorpsi pada pemberian topikal produk ophthalmic dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1. Kapasitas volume yg terbatas yg bisa ditampung oleh mata pada pemberian sediaan 2. Sekresi dan aliran dari air mata 3. Absorpsi oleh jaringan conjunctival vascular
  • 36. 4. Penetrasi obat melewati cornea dan sclera 5. Blinking rate 6. Reflex tearing akibat pemberian produk Rendahnya cul-de-sac dg kapasitas hanya 7 l (mata manusia bisa menampung 30 l dalam keadaan tidak berkedip). Kebanyakan sed. Tetes mata yg dikemas dalam botol PE atau PP dg plugs dapat memberikan 20-60 l/tetes (pustaka lain 50-70 l) Sehingga sangat penting mengontrol banyaknya/besarnya tetesan yg harus diberikan
  • 37. Patton telah membuktikan dg memberi tetes mata pilocarpin nitrat dalam 2 konsentrasi : 5 ul dg kadar 1,61 x 10 –2 M 25 ul dg kadar 1,0 x 10 –2 M Pemberian tetes mata dalam jumlah besar akan percuma karena akan tumpah dan mengalir dari lakrimal
  • 38. Corneal permeation Penetrasi transcorneal diyakini sebagai rute utama untuk absorpsi obat kedalam mata. Keberatannya epithelium cornea relative impermeable untuk kebanyakan obat-obat ocular Cornea terdiri dari 3 lapisan utama: 1.the lipid-rich epithelium (lipophilic) 2.the lipid-poor stroma (hydrophilic) 3. the lipid-rich endothelium (lipophilic)
  • 39. Struktur dan komposisi dari cornea merupakan barier bagi transport obat terutama untuk obat-obat dg bobot molekul besar, polaritas besar dan bentuk garam untuk meningkatkan bioavailabilitas ocular, dg meningkatkan permeabilitas cornea absorbsi obat melewati cornea dapat dipelajari dg invitro dan invivo pengujian absorpsi invitro lebih simple untuk menganalisanya dibandingkan studi invivo untuk melihat korelasi ivivc dibuat permodelan farmakokinetik
  • 40. Koefisien permeabilitas cornea merupakan salah satu parameter kunci dalam absorpsi ocular dan telah dipelajari secara mendalam secara invitro Permeabilitas ditunjukkan dg peningkatan koefisien partisi oktanol-air sampai plateau dan dapat dicapai oleh seri molekul yang sama besarnya Epithelium adalah model dari barier lipid, kemungkinan dg pore aqueous dan stroma sebagai aqueous barrier endothelium sangat tipis dan lebih porous dibandingkan dg epithelium
  • 41. Grass dan rekan telah mempelajari kinetika penetrasi obat melewati cornea Model dikembangkan dari hub. Koefisien permeabilitas dg koefisien partisi serta molekuler weight dari penetrating spesies Model ini menganggap cornea sbg lapisan membran dg lipid layer (epithelium) dan aqueous layer (stroma) 1 K per = (Ls/Ds) + Le/(Dp + PDe)
  • 42. Kper = koef. Permeabilitas P = koef. Partisi Ls = ketebalan stroma Le = ketebalan epithelium Ds = koef. Difusi stroma De = koef. Difusi epithelium Dp = Koef. Difusi pori epithelium Bila Dp = 0 P Kper = PLs/Ds + Le/De
  • 43. Terlihat koefisien permeabilitas linear dg koefisien partisi utk koefisien partisi yg kecil dan konstan untuk koefisien partisi besar Jadi: Epithelium adalah barier untuk nilai koefisien partisi rendah Stroma untuk nilai koefisien partisi tinggi