SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
Download to read offline
LAPORAN KASUS DIETETIK II
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN PPOK
EKSEBARSI AKUT, HAP (HOSPITAL ACQUIRED PENUMONIA),
SEPSIS DENGAN MASALAH GAGAL NAFAS HIPERKARP DAN
HIPOALBUMIN
Dosen Pengampu :
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si.
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi.
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD
Disusun oleh :
Katharina Silvia Radon
22030119100117
PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
REVISI
I. Latar Belakang
Tn. S berusia 65 tahun masuk rumah sakit (28 Agustus) dengan keluhan
sesak nafas yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu sesak yang dirasakan terus-
menerus terutama saat beraktifitas. Sesak tidak dipengaruhi dengan debu dan
cuaca.jika merasa sesak Tn.S mengkonsumsi obat naupusin. Tn.S juga
mengeluh batuk dengan dahak warna putih, dan makin hari dahak menjadi
kental kekuningan disertai demam. Tn.S juga mengeluh muntah darah sejak
SMRS. Muntah disertai dengan sisa makanan warna kecoklatan. Sejak usia
muda Tn.S merokok dan mampu menghabiskan rokok 1 pak/hari, namun
berhenti sejak 1 tahun yang lalu. Tn.S mendapat diagnosa PPOK eksaserbasi
akut , Hospital Acquired Pneumonia (HAP) dan Sepsis dengan masalah gagal
nafas hiperkarpk, hipoalbumin, hiponanerl.
Kondisi Tn.S (29 September) masih terbaring lemas dan mengeluh kondisi
tubuhnya masih sering sesak dan nafsu makannya kurang nikmat ketika
kondisinya mulai tidak stabil. Selama sakit Tn.S merasa mengalami penurunan
berat badan. Sebelum sakit Tn.S bekerja sebagai petani dan berladang. Tetapi
setelah sakit dia melakukan aktifitas yang ringan.
Tn.S memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan sehari 3x dengan makan
pagi, siang sama dan sore menggunakan menu yang berbeda. Tn.S biasa
mengkonsumsi nasi 3x sehari @ 1 ½ centong, mie instan 1 bungkus 2x/minggu,
telur dadar dan bulat 1 butir 1x/hari, ayam goreng 1 potong sedang 3x/bulan,
rendang sapi 1x/bulan, ikan tawar / laut goreng 1 ekor sedang 2x/bulan, tahu
dan tempe goreng/bacem 2x/hari. Tn.S juga mengkonsumsi sayur setiap hari.
Sayur yang biasa dikonsumsi adalah bening bayam, kacang panjang 3 sdm
2x/minggu ,oseng kangkung 3 sdm 1x/minggu, sup sayuran 1 mangkuk
2x/minggu, sayur bobor 1x/minggu. Buah yang biasa dikonsumsi pepaya dan
pisang.
Pemeriksaan nadi 86x/menit, tekanan darah 91/64 mmHg, respiratory rate
24x/menit, suhu 36,80
C. Tn.S memiliki BB 45 kg, TB 167, 5cm. Pemeriksaan
laboratorium tanggal 29 Agustsus menunjukkan hasil pH 7,430, BE 7 mmol/L,
PCO2 47 mmHg, hematokrit 28%, HCO3 31,5 mmol/L, total CO2 33 mmol/L,
Hb 10g/dl, GDS 189 mg/dL, albumin 2,5 g/dl , creatine 0,4 mg/dl. Hasil lab
tanggal 6 September Ht 27%; albumin 2,7 g/dl; Hb 8,4 g/dl; leukosit 16,1
ribu/ul; Na darah 135 mmol/L, K darah 3,4 mmol/L, Cl darah 103 mmol/L.
Pengobatan yang diberikan infus RL 20tpm, inj gentamicin 240 mg/24 jam. Inj
Methiprednisolon 30 mg/8jam, N Acethil Cystein 200mg/8 jam, KSR 1tab/
8jam,VIP Albumin 1tab/8jam, Syring Pump N-epi bila NAP <65 , Inj
Omeprazole 40 mg/12 jam, Sulcarfat Syr1C/8jam, Csprofloxoan 400 mg/8jam,
Asam Traneksamat 1 amp extra, Vit C 1 amp extra.
Tn.S tinggal bersama ke 2 anaknya dan istrinya. Keluarga dari Tn.S sangat
memotivasi untuk kesembuhannya. Kedua anaknya sudah menikah dan satu dari
anaknya bekerja di pasar. Tn S dan keluarga mengaku sebelumnya belum
pernah mendapat edukasi gizi dan diet apa yang harus dijalankan. Giginya yang
sudah mulai renggang membuat kesusahan dalam mengunyah makanan. Tn.S
tidak memiliki alergi, tetapi kurang dapat menerima makanan dengan jenis ikan
laut dikarenakan jika sudah dingin pasien merasa mual mencium bau dari ikan
tersebut sehingga membuat tidak nafsu mkan.
Semenjak jatuh sakit dan masuk rumah sakit, asupan makan pasien
menurun. Beliau hanya mampu mengasup ½ porsi dari biasanya karena dia
merasa sesak dan lemas. Karena kesusahan dalam mengunyah makanan biasa
akhirnya direkomendasikan untuk diganti dengan bubur untuk
mempermudahkan dalam mengasup makanan dari rumah sakit. Pasien
terkadang mengkonsumsi makanan diluar pemberian rumah sakit ketika lapar
dan meminum air putih dari luar rumah sakit untuk meminum obat. Saat di
rumah sakit, aktifitas Tn.S hanya terbatas di tempat tidur karena kondisinya
yang lemas dan masih merasakan sesak. Melakukan BAK dia menggunakan
pempers/ bantuan pispot dan BAB dibantu ke kamar mandi oleh anak yang
menjaganya
II. Skrining (Data Umum)
A. Pemilihan Metode Skrining
Metode skrining yang digunakan oleh Tn.S adalah MNA (Mini
Nutritional Assessment). MNA dipilih karena mudah, praktis dan satu-
satunya instrumen penilaian malnutrisi yang dikembangkan untuk lansia.1
Menurut Academy of Nutrition and Dietetics, MNA dikategorikan sebagai
metode skrining grade II, yang berarti memiliki validitas dan reliabilitas
secara umum yang cukup baik.2
Skrining terdiri dari enam item: item asupan
makanan, dua parameter antropometrik (penurunan berat badan dan indeks
massa tubuh baru-baru ini, atau BMI), dan tiga parameter umum (mobilitas,
stres fisik dan emosional, dan neuropsikologis).3
Selain itu, skrining juga
direkomendasikan untuk pasien malnutrisi di rumah sakit. Dengan
demikian, MNA sangat cocok digunakan untuk Tn. S dalam kasus ini, yakni
seorang lansia dengan kondisi hospital malnutrition.
B. Pengisian Kuisioner
C. Membuat Kesimpulan Kuisioner
Berdasarkan skrining MNA yang telah dilakukan, diperoleh skor total
3, sehingga Tn. S dikategorikan sebagai malnutrisi. Dari hasil skrining,
diketahui bahwa asupan makan Tn. S sangat berkurang (point 0) akibat
turun nafsu makan, sesak dan gigi renggang (sulit untuk mengunyah
makanan). Sehingga, Tn. S mengalami perurunan berat badan (point 1).
Mobilitas Tn. S saat ini renah, yakni terbatas ditempat tidur. Kemudian,
Tn.S juga mengalami tekanan psikologis/penyakit berat(point 0). Tn. S
diketahui tidak memiliki permasalahan neuropsikologis (point 2). IMT Tn.S
kurang dari 19 kg/m2
yakni hanya 16,14 kg/m2
(point 0). Dengan demikian,
Tn. S membutuhkan suatu proses asuhan gizi terstandar.
III. Asesmen (Pengkajian) Gizi
A. Pengkajian Riwayat Pasien (CH)
Client History (CH)
Domain Data Keterangan
CH 1.1.1
Age
65 tahun Lansia
CH 1.1.2
Gender
Laki-laki
CH 1.1.7
Role in family
Ayah, suami
CH 1.1.8
Tobacco use
 Merokok sejak usia
muda
 Mampu menghabiskan
rokok 1 pak/hari
 Berhenti sejak 1 tahun
lalu
CH 1.1.9
Physical disability
 Gigi mulai renggang
CH 1.1.10
Mobility
 Terbaring lemas di
tempat tidur (Bed-rest)
 BAK dengan
menggunakan
pempers/bantuan pispot
 BAB dibantu ke kamar
mandi oleh anak yang
menjaganya
CH 2.1.1
Patient/client chief
nutrition complaint
 Nafsu makan turun
 Sulit mengunyah
 Sesak nafas
 Lemas
CH 2.1.3
Endocrine/metabolism
 Hipoalbumin
/malnutrisi
 Demam
CH 2.1.4
Excretory
Batuk berdahak
CH 2.1.5
Gastrointestinal
Muntah darah Sejak SMRS
CH 2.1.8
Immune
 Sepsis
CH 2.1.13
Respiratory
 PPOK eksaserbasi akut
 HAP (Hospital
Acquired Pneumonia)
 Hiperkapnia
CH 3.1.2
Living/housing situation
Tinggal bersama istri dan
dua anak
CH 3.1.2 Keluarga memotivasi
Scoial and Medical
Support
kesembuhan Tn.S
CH 3.1.6
Occupation
Petani dan berladang
Kesimpulan: Tn. S adalah seorang petani berjenis kelamin laki-laki, berusia
65 tahun (lansia) yang tinggal bersama istri dan dua anak. Tn.S mengalami
penyakit PPOK eksaserbasi akut, HAP, hiperkapnia hipoalbumin dan
sepsis. Ia mengeluhkan nafsu makan turun, demam, batuk berdahak, muntah
darah, sulit mengunyah, sesak nafas dan lemas. Saat ini Tn. S hanya dapat
terbaring lemas ditempat tidur (bed-rest).
B. Pengkajian Riwayat terkait Gizi / Makanan (FH)
Food History (FH)
Domain Data Keterangan
FH 1.1.1.1
Total Energy Intake
 SMRS : 1983,0 kkal
 MRS : 991,5 kkal atau
½ dari porsi biasa
FH 1.2.1.1
Oral fluid
Tidak diketahui
FH 1.2.2.1
Amount of food
 Nasi 3x/hari : 1 ½ ctg
 Mie instant 2x/minggu
: 1 bgks
 Telur dadar dan bulat
1x/hari : 1 bh
 Ayam goreng 3x/bulan
: 1 ptg sdg
 Rendang sapi 1x/bulan
 Ikan tawar/laut goreng
2x/bulan : 1 ekor sdg
Kebiasaan makan
pasien SMRS.
Adapun kebiasan
makan MRS ½ porsi
dari biasanya.
 Tahu dan
goreng/bacem 2x/hari
 Sayur bening bayam
2x/minggu
 Sayur kacang panjang
2x/minggu : 3 sdm
 Oseng kangkung
2x/minggu : 3 sdm
 Sup sayuran 2x/minggu
: 1 mgk
 Sayur bobor 1x/minggu
 Buah pepaya dan
pisang
FH 1.2.2.2
Types of Food/Meals
Self-prepared foods Kebiasaan
FH 1.2.2.3
Meal pattern
3x/sehari (sarapan,
makan siang dan makan
malam)
Kebiasaan
FH 1.2.2.5
Food variety
Bervariasi (makanan
pokok, lauk nabati dan
hewani, sayur, buah dan
minyak)
Kebiasaan
FH 1.3.2.2
IV Fluid Intake
Infus RL 20 tpm
*(Fungsi dijelaskan
pada bagian
pembahasan)
FH 1.4.2.7
Other bioactive
 VIP Albumin 1 tab/8
jam
 Vit. C 1 amp extra
*(Fungsi dijelaskan
pada bagian
pembahasan)
FH 1.5.1.1  SMRS : 96,8 g
Total fat  MRS : 48,4 g
FH 1.5.2.1
Total protein
 SMRS : 64,1 g
 MRS : 32,05 g
FH 1.5.3.1
Total carbohydrate
 SMRS : 231,7 g
 MRS : 115,85 g
FH 1.5.4.1
Total fiber
 SMRS : 20,1 g
 MRS : 10,05 g
FH 1.6.1
Vitamin :
Vitamin A
Vitamin C
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin K
MRS :
1567,85 µg
43,8 mg
1,15 µg
3,6 µg
0 µg
FH 1.6.2
Mineral :
Ca
Zn
Fe
Sodium
Mg
MRS :
183,95 mg
3,2 mg
7,35 mg
1483,65 mg
149,35 mg
FH 2.1.2.2
Previous counseling
Belum pernah mendapat
konseling
FH 2.1.2.5
Food allergies
Tidak ada alergi
FH 3.1.1
Prescription medication
use
 Inj. Gentamicin 240
mg/24 jam
 Inj. Methiprednisolon
30 mg/8 jam
*(Fungsi dijelaskan
pada bagian
pembahasan)
 N Acethil Cystein 200
mg/8 jam
 KSR 1 tab/8 jam
 VIP Albumin 1 tab/8
jam
 Syring Pump N-epi bila
NAP < 65
 Inj. Omeprazole 40
mg/12 jam
 Sulcarfat Syr 1C/8 jam
 Csprofloxoan 400 mg/8
jam
 Asam traneksamat 1
amp extra
 Vit. C 1 amp extra
FH 4.1.1
Area and level of
knowledge
Inadekuat
Tn. S dan keluarga
mengaku
sebelumnya belum
pernah mendapat
edukasi gizi dan diet
apa yang harus
dijalankan
FH 4.2.4
Motivation
Keluarga Tn. S sangat
memotivasi untuk
kesembuhannya
FH 5.2.1
Avoidance
 Ikan laut
 Makanan bertekstur
keras
 Jika sudah dingin,
pasien merasa
mual mencium bau
ikan tersebut
sehingga membuat
tidak nafsu makan
 Gigi mulai
renggang sehingga
kesusahan dalam
mengunyah
makanan
FH 7.3.6
Type of physical
activity
 SMRS : aktivitas fisik
tinggi, yakni petani dan
berladang
 MRS : aktivitas fisik
ringan, yakni terbaring
ditempat tidur
Kesimpulan : Tn.S mengonsumsi makanan yang bervariasi namun secara
kauntitas tidak memenuhi kebutuhannya, cenderung tinggi lemak, digoreng
dan bersantan. Pola makan Tn.S yakni 3x/sehari, tidak memiliki alergi,
sedang mendapatkan infus RL dan obat-obatan.
C. Pengkajian Antropometri (AD)
Anthropometry Data (AD)
Domain Data Keterangan
AD 1.1.1
Height/Length
167,5 cm
AD 1.1.2
Weight
45 kg
Selama sakit, Tn. S
merasa mengalami
penurunan BB
AD 1.1.3
Frame size
Kurus Underweight
AD 1.1.5 16,14 kg/m2
Sangat kurus
Body Mass Index (kekurangan BB
tingkat berat)
Kesimpulan: Tn.S dikategorikan underweight menurut WHO dan sangat
kurus (kekurangan BB tingkat berat) menurut Kemenkes RI.
D. Pengkajian Data Biokimia (BD)
Biochemical Data (BD)
Domain Data Keterangan4
BD 1.1.1
Arterial pH
7,430
Normal (7,35 –
7,45)
BD 1.1.2
Arterial
bicarbonate/HCO3
31,5 mmol/L
Tinggi (22-26
mmol/L)
BD 1.1.3
PaCO2
47 mmHg
Tinggi (35 – 45
mmHg)
BD 1.2.2
Creatinin
0,4 mg/dL
Rendah (0,6 – 1,2
mg/dL)
BD 1.2.5
Sodium (Na)
135 mmol/L
Normal (135 – 145
mEq/L)
BD 1.2.6
Chloride (Cl)
103 mmol/L
Normal (101 – 111
mEq/L)
BD 1.2.7
Potassium (K)
3,4 mmol/L
Rendah (3,6 – 5
mEq/L)
BD 1.5.2
Glucose, casual
189 mg/dL
Tinggi (Normal :
120 mg/dL)
BD 1.10.1
Hemoglobin
 Awal : 10 g/dL
 Terakhir : 8,4 g/dL
Rendah (14 – 17
g/dL)
BD 1.10.2
Hematocrit
 Awal : 28%
 Terakhir : 27%
Rendah (42 – 52%)
BD 1.11.1
Albumin
 Awal : 2,5 g/dL
 Terakhir : 2,7 g/dL
Rendah (3,5 – 5
mg/dL)
Other :
 Leukosit
 BE
 Total CO2
16.000/ul
7 mmol/L
33 mmol/L
 Leukosit : Tinggi
(Normal : 4.000-
10.000/ul)
 BE : Tinggi ( 0 ± 2
mEq/L )
 Tinggi (Normal :
23 – 27 mmol/L)
Kesimpulan : Tn.S memiliki kadar HCO3, PaCO2, GDS, leukosit, BE dan
Total CO2 yang tinggi. Adapun kadar kreatinin, kalium, Hb, Ht dan albumin
yang rendah.
E. Pengkajian Data Klinis / Fisik (PD)
Nutrition Focused Physical Findings (PD)
Domain Data Keterangan
PD 1.1.1
Overall apperance
Lemas
PD 1.1.3
Cardiovascular/
pulmonary
 Hiperkarpnia
 Sesak nafas
 Batuk berdahak kuning
PD 1.1.5
Digestive system
(mouth to rectum)
 Gigi renggang
 Sulit mengunyah
makanan
 Nafsu makan turun
 Muntah darah disertai
sisa makanan warna
kecoklatan
PD 1.1.9  Tekanan darah : 91/64  Tekanan darah :
Vital sign mmHg
 Nadi : 86x/menit
 RR : 24 x/menit
 Suhu : 36,8°C
Rendah (Sistolik
120-139 dan
Diastolik 80-89)
 Nadi : Normal (60-
100x/menit)
 RR : Tinggi (12-20
x/menit)
 Suhu : Normal
(36°-38° C)5
Kesimpulan: Tn. S memiliki hiperkapnia, sesak nafas, batuk berdahak
kering, kesulitan mengunyah akibat gigi renggang, nafsu makan turun,
muntah darah. Adapun tanda vital Tn.S normal.
F. Comparative Standards
Comparative Standards (CS)
Domain Data Keterangan
CS 1.1.1
Total Energy
Estimated Needs
1655 kkal Inadequat (59,91%)
CS 1.1.2
Method for estimating
needs
Rumus Harris Benedict
dan Buku Dietetik
Penyakit Infeksi dari
Kemenkes RI.6
BMR = 66,47 + (13,7 x
BB) + (5 x TB) – (6,78
x U)
Energi = 140% dari
BMR
CS 2.1.1
Total fast estimated
needs
64,36 g Inadequat (75,20%)
CS 2.1.2 PUFA, MUFA
Type of fat needs
CS 2.1.3
Method for estimating
needs
Buku Dietetik Penyakit
Infeksi dari Kemenkes
RI.6
35%
CS 2.2.1
Total protein estimated
needs
82,75 g Inadequat (38,73%)
CS 2.1.3
Method for estimating
needs
Buku Dietetik Penyakit
Infeksi dari Kemenkes
RI.6
20%
CS 2.3.1
Total carbohydrate
estimated needs
186,2 g Inadequat (62,19%)
CS 2.3.3
Method for estimating
needs
Buku Dietetik Penyakit
Infeksi dari Kemenkes
RI. 6
45%
CS 2.4.1
Total fiber estimated
needs
25 g Adequat (80,4%)
CS 2.4.3
Method for estimating
needs
AKG 2019.7
CS 3.1.1
Total fluid estimated
needs
 Cairan total = 1820
mL
 Cairan IV = 1440 mL
 Oral intake = 380 mL
Inadequat
CS 3.1.2
Method for estimating
needs
Pedoman Tata Laksana
Gizi Klinik PDGKI.8
25-40 mL/kgBB/hari
CS 4.1
Vitamin :
Vitamin A
Vitamin C
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin K
Method for estimating
needs
650 RE / 650 µg retinol
90 mg
20 µg
15 µg
65 µg
AKG 2019.7
Adequat (241,22%)
Inadequat (48,67%)
Inadequat (5,75%)
Inadequat (24%)
Inadequat (0%)
CS 4.1
Mineral :
Ca
Zn
Fe
Sodium
Mg
Method for estimating
needs
1200 mg
11 mg
9 mg
1100 mg
350 mg
AKG 2019 dan Jurnal
Academia.7,9
Inadequat (15,33%)
Inadequat (29,1%)
Adequat (81,67%)
Kurang (34,63%)
Inadequat (134,88%)
CS 5.1.1
Ideal/reference body
weight
52 kg Kurang (7 kg)
CS 5.1.2
Recommended BMI
Rentang 18,5-22,9
kg/m2
Tidak terpenuhi (16,14
kg/m2
)
Kesimpulan : Secara keseluruhan, kecukupan energi Tn. S dikateogorikan
inadekuat (59,91%). BBI yang dianjurkan saat ini adalah 52 kg dengan
IMT 18,5 kg/m2
.
IV. Diagnosis Gizi
(NI 5.2) Malnutrition (P) berkaitan dengan penyebab fisiologis yang
meningkatkan kebutuhan nutrisi (penyakit PPOK, pneumonia, sepsis) dan
perubahan struktur gigi (mulai merenggang) (E) ditandai dengan IMT 16,14
kg/m2
(underweight); penurunan BB dan nafsu makan; penyakit PPOK
eksaserbasi akut, HAP, sepsis, sesak nafas dan muntah; asupan energi inadequat
(59,91%). (S).
(NC 5.10) Altered nutrition-related labpratory values (keseimbangan asam
basa, profil anemia, endokrin dan protein; PaCO2, HCO3, dan CO2 total) (P)
berkaitan dengan disfungsi/gangguan sitem pernafasan (E) ditandai dengan
diagnosis PPOK eksaserbasi akut, HAP, sepsis, gagal nafas; tingginya kadar
HCO3 (31,5 mmol/L), PaCO2 (47 mmHg), GDS (189 mg/dL), leukosit (16,1
ribu/μL), BE dan Total CO2; rendahnya kadar kreatinin (0,4 mg/dL), kalium
(3,4 mmol/L), Hb (8,4 g/dL), Ht (27%) dan albumin (2,7 g/dL) (S).
(NB 1.1) Food and nutrition-related knowledge deficit (P) berkaitan dengan
kurangnya pendidikan terkait nutrisi sebelumnya (E) ditandai rendahnya
kecukupan asupan MRS (59,91%), pemilihan makanan yang kurang tepat dan
riwayat merokok saat muda (S).
V. Intervensi Gizi
A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan Intervensi Gizi
a. Mencegah terjadinya penurunan BB dengan memenuhi kebutuhan
asupan energi 1655 kkal dan protein 82,75 g.
b. Mengurangi gejala, mencegah eksaserbasi berulang, memperbaiki dan
mencegah penurunan faal paru dan meningkatkan kualitas hidup dari
aspek gizi.
c. Memperbaiki dan memonitoring nilai biokimia profil keseimbangan
basa (HCO3, PCO2, dan total CO2) dan profil elektrolit (Na, K, Cl)
sehingga mencapai nilai normal.
d. Memotivasi pasien agar mampu mengimplementasikan preskripsi diet
yang telah diberikan secara bertahap dan teratur.
e. Mengedukasi Tn. S dan keluarga mengenai cara untuk mengatasi
keluhan terkait penerimaan makanan dalam rangka meningkatkan
asupan oral serta nafsu makan.
2. Preskripsi Diet
NP 1.1 Nutrition prescription
a. Diet rendah karbohidrat, tinggi protein dan lemak serta bertekstur
lunak untuk pasien PPOK.
b. Energi : 1655 kkal
c. Lemak : 64,36 g. Dianjurkan asam lemak omega 3 dan 6.
d. Protein : 82,75 g. Sumber protein berasal dari hewani maupun nabati
berdensitas tinggi.
e. Karbohidrat : 186,2 g. Dianjurkan karbohidrat kompleks.
f. Serat : 25 g/hari sesuai AKG 2019.
g. Cairan total sekitar 1820 mL, dengan cairan IV 1440 mL dan oral
intake 380 mL.
h. Asupan vitamin yang sejalan dengan penanganan PPOK yaitu Vitamin
A (650 RE), Vitamin C (90 mg), Vitamin D (20 µg), Vitamin E (15
µg), Vitamin K (65 µg).
i. Asupan mineral yang sejalan dengan PPOK, yaitu Ca (1200 mg), Zn
(11 mg), Fe (9 mg), Sodium (1100 mg), Mg (350 mg).
j. Makanan yang dianjurkan :
o Madu
o Buah tomat, berry, pisang
o Makanan tinggi vitamin C
k. Makanan yang tidak dianjurkan :
o Makanan yang mengandung gas. Misal : kol, kacang panjang,
asparagus, lobak, makanan pedas dan makanan merangsang
lainnya.
o Makanan tinggi karbohidrat karena dapat merangsang saluran
pernapasan. Misal : mie, bihun, singkong, ubi, roti dan
makanan manis.
l. Frekuensi pemberian makanan 3x makanan utama sehari dengan 3x
selingan, membuat porsi asupan menjadi lebih kecil dari biasa untuk
menghindari mual dan sesak akibat terlalu banyak asupan sewaktu.
m. Istirahat sebelum makan, rencanakan obat dan penggunaan oksigen
sekitar waktu makan.
n. Untuk mencegah aspirasi, perlu memperhatikan posisi duduk saat
makan, gunakan oksigen pada saat waktu makan, makan pelan, kunyah
dengan baik, kurangi aktivitas melelahkan dan bina lingkungan sosial
yang menyenangkan sehingga nafsu makan meningkat.
B. Rencana Implementasi
1. Pemberian Diet (Jenis, Bentuk dan Contoh Menu)
ND 1 Meals and Snacks
a. Jenis diet: Diet rendah karbohidrat, tinggi protein dan lemak
b. Bentuk makanan (termasuk modifikasi):
i. Makanan mudah cerna, yakni bertekstur lunak dengan sedikit
penyesuaian., porsi kecil, frekuensi sering.
ii. Rute makanan : oral.
iii. Jadwal makan : 3x sehari dengan 3x selingan.
c. Contoh (Rekomendasi) Menu Makanan untuk Tn.S
Waktu Makan Nama Makanan Bahan Makanan
Keterangan URT dan
Gram Matang
URT
Gram
matang
Sarapan Roti panggang Roti tawar 2 lembar 70
Selai kacang 2 sdm 20
Pudding Putih telur 1 buah 35
Agar-agar 2 sdm 20
Air putih Air putih 1 gelas 100
Selingan 1 Bubur sumsum Bubur sumsum 1 mangkok 100
Gula merah 1 sdt 5
Air putih Air putih ½ gelas 50
Makan siang Nasi tim Nasi tim 1 ½ piring 150
Tumis udang Udang 5 ekor 30
Brokoli ½ mangkok 50
Wortel ½ mangkok 50
Minyak 3
Semur tahu Tahu 2 potong 50
Kecap 1 sdt 5
Semangka Semangka 1 potong 100
Air putih Air putih 1 gelas 100
Selingan 2 Smoothies avocado Alpukat 1 potong 70
Yoghurt 2 sdm 20
Madu 1 sdt 5
Air putih ½ gelas 50
Makan malam Nasi tim Nasi tim 1 ½ piring 150
Sayur bobor Labu siam ½ mangkok 50
Kangkung ½ mangkok 50
Santan 1 mangkok 100
Rolade Daging sapi 1 potong 45
Tahu 2 potong 50
Telur ½ buah 30
Semur hati Hati ayam 3 sdm 30
2. Pendidikan Gizi
Tujuan dari pendidikan gizi terhadap Tn. S adalah untuk membantu
Tn. S mengerti dan memahami kondisi kesehatannya dan memberikan
pengetahuan dari sudut pandang gizi (asupan) terkait penanganan kondisi
tersebut. PPOK tidak bisa disembuhkan, namun kita harus mempertahankan
fungsi optimal paru. Inti dari pendidikan gizi adalah PPOK merupakan
penyakit kronik yang irreversible dan progresif sehingga memerlukan
penyesuaian keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan memburuknya
fungsi paru. Pertama, Tn. S perlu belajar mengidentifikasi penyebab sesak
nafas dan mencoba menghindari/ menguranginya. Kedua, melaksanakan
Kecap 1 sdt 5
Minyak 1 sdt 5
Pepaya Pepaya 1 potong 100
Air putih Air putih 1 gelas 80
Selingan 3 Biskuit Biskuit 3 buah 30
Starwberry Strawberry 5 buah 100
Total Zat Gizi
*Pemenuhan Vitamin Masih kurang, dapat diberikan multivitamin untuk
mencukupi kebutuhan
 Energi: 1655 kkal
 Protein: 68,2 gram
 Lemak: 71,3 gram
 Karbohidrat: 185,9 gram
 Cairan: 380 mL
 Serat: 19,9 gram
 Vitamin A : 5143,3 µg
 Vitamin C: 204,4 mg
 Vitamin D: 3,6 mg
 Vitamin E : 13,6 µg
 Vitamin K : 112,4 µg
 Ca : 416,6 mg
 Zn : 9,6 mg
 Fe : 16,5 mg
 Sodium : 1321,8 mg
 Magnesium : 344,5 mg
pengobatan dengan maksimal sesuai anjuran dokter; dan menjaga asupan gizi
adekuat, serta rajin melakukan latihan fisik dan pernafasan. Hal lain yang
perlu dilakukan adalah menjalani vaksinasi secara rutin, contohnya vaksin flu
dan vaksin pneumokokus; Memeriksakan diri secara berkala ke dokter agar
kondisi kesehatan bisa dipantau. Sebagai ahli gizi, saat ini urgensi dilakukan
terhadap peningkatan konsumsi asupan makanan Tn. S, dari asupan gizi
makro dan mikronya. Terlebih, beliau telah mengalami underweight dan
penurunan BB. Selain itu, Tn. S akan diberikan anjuran makanan (mengenai
pemilihan bahan & bentuk makanan, pengolahan, jadwal makan, dll) yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya serta pengertian/pengetahuan akan tujuan
penyelenggaraan makanan tertentu (terstandar) di rumah sakit. Anjuran
tersebut kurang lebih mirip dengan preskripsi diet dan rekomendasi menu. Hal
tersebut dapat menjadi bekal ilmu bagi Tn. S kelak sehingga dapat
diaplikasikan secara mandiri, saat keluar dari rumah sakit.
3. Konseling Gizi
Pelaksanaan Konseling Gizi
Hari, tanggal 18 Februari 2022
Jam 10.00-11.00 WIB
Tempat Ruang rawat inap Tn. S
Topik Penanganan penyakit PPOK, HAP dan sepsis utamanya
dari aspek gizi
Tujuan 1. Mengetahui preferensi Tn. S dalam menyesuaikan
jenis makanan maupun perilaku tertentu dalam
perencanaan diet
2. Memotivasi Tn. S untuk berkomitmen menjalankan
diet yang disepakati dan pola hidup dengan benar,
secara bertahap dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatannya
3. Mengidentifikasi keluhan yang dialami Tn. S dan
memberikan solusi/saran sebagai ahli gizi
Sasaran Tn. S
Waktu Dapat dilakukan saat assessment/visit/skrining pasien.
Materi 1. Pembahasan umum mengenai PPOK, HAP, sepsis
serta kaitannya dengan gizi
2. Edukasi diet rendah karbohidrat, tinggi protein dan
lemak,bahan dan pengolahan makanan apa saja yang
dianjurkan, dikurangi serta dihindari
3. Motivasi, dorongan, komitmen
Metode Konseling menggunakan metode Cognitive-Behavioral
Theory
Media Leaflet
Evaluasi 1. Meminta Tn. S untuk memberikan kesimpulan
terkait hasil yang didapatkan dari sesi konseling
secara lisan
2. Mengevaluasi kesiapan dan kesanggupan Tn. S
dalam melaksanakan diet yang disepakati
3. Evaluasi personal bagi ahli gizi terkait preferensi
makanan Tn. S
Berikut merupakan gejala dan strategi konseling gizi pada pasien
penderita PPOK menurut Buku Dietetik Penyakit Infeksi Kemenkes RI : 6
Gambar 1. Gejala dan Strategi Konseling Gizi pada Pasien Penderita PPOK
4. Koordinasi dengan Tenaga Kesehatan
Pertemuan Pokok diskusi Solusi dan Implementasi
Tenaga
Terlibat
1
Patogenesis,
diagnosis dan
pengobatan
penyakit secara
medis, interaksi
obat dan
makanan
 Menginformasikan dokter
penanggung jawab Tn. S
terkait dengan interaksi antar
obat yang dapat memperburuk
kesehatan Tn. S
 Diskusi terkait pemberian
multivitamin (terutama
vitamin antioksidan seperti
vitamin A, C dan E) untuk
penunjangan kebutuhan
vitamin Tn. S
Dokter dan
ahli gizi
2
Pencatatan
rekam medis,
kondisi klinis
dan
perkembangan
pasien
 Melakukan pengontrolan
status biokimia, fisik, klinis
Tn. S.
 Menggunakan skrining gizi,
pengukuran antropometri,
monitoring dan evaluasi.
 Memberikan informasi
Perawat, ahli
gizi
tambahan lainnya terkait
kesehatan pasien
3
Penyusunan
menu makanan
 Penyusunan menu diet sesuai
dengan kondisi kesehatan
serta daya terima Tn. S
Ahli gizi
4
Penyajian
makanan
 Penyajian makanan oleh
pramusaji bersama ahli gizi,
memastikan menu dikonsumsi
dengan baik dan sesuai selera
Tn. S
Pramusaji,
ahli gizi
VI. Perencanaan Monitoring – Evaluasi Gizi
A. Antropometri (AD)
Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan
Target
Pencapaian
Berat
Badan dan
IMT
Mengukur BB
Tn. S untuk
memastikan
adanya
peningkatan
Pengukuran dengan timbangan
tiap 1 minggu sekali serta
perhitungan IMT
Peningkatan
berat badan
Tn. S
mendekati
52 kg (BBI)
B. Biokimia (BD)
Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan
Target
Pencapaian
Biokimia
Memantau kadar
nilai
laboratorium
mendekat nilai
normal
Periksa ke laboratorium
seminggu sekali
HCO3,
PaCO2, GDS,
leukosit, BE,
Total CO2,
kreatinin,
kalium, Hb,
Ht dan
albumin
mendekati
nilai normal
C. Klinis / Fisik (PD)
Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan
Target
Pencapaian
Lemas,
batuk,
muntah,
rasa sesak
berkurang
Mendata keluhan
pasien
 Observasi dan wawancara
langsung kepada Tn. S terkait
kondisinya saat visit harian
 Memberikan asupan untuk
memberikan kekuatan dan
penyembuhan supaya tidak
lemas dan obat PPOK
Gejala
berkurang,
Tn. S
terlihat lebih
bugar/sehat
D. Asupan Makan (FH)
Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan
Target
Pencapaian
Asupan
makanan
Mengevaluasi %
penghabisan
asupan makanan
yang disediakan
RS setelah
mengalami
modifikasi diet
Metode visual comstock setiap
Tn. S selesai mengonsumsi
makanan
80%
makanan
yang
disediakan
RS setelah
dimodifikasi
dapat
diterima dan
dihabiskan
oleh Ny. TA
(dilakukan
secara
bertahap)
Kebutuhan
zat gizi
tercukupi
Mengevaluasi
kecukupan zat
gizi setelah
mengalami
modifikasi diet
Recall 24 jam setiap 3x/hari
Kebutuhan
zat gizi
makro mikro
Tn. S
terpenuhi
Pengetahuan
terkait diet
Pelaksanaan diet
sesuai rencana
Edukasi dan konseling gizi
Tn. S
melaksanakan
diet dengan
baik, lebih
paham
kondisi
kesehatannya.
VII. Pembahasan Kasus
Tn. S merupakan seorang laki-laki berusia 65 tahun (lansia) mengeluh
sesak nafas sejak 1 tahun lalu terutama saat beraktivitas, batuk dengan dahak
warna putih dimana semakin hari dahak berubah menjadi kental kekuningan
dengan disertai demam. Tn. S didiagnosa PPOK eksaserbasi akut , Hospital
Acquired Pneumonia (HAP) dan Sepsis dengan masalah gagal nafas
hiperkarpk, hipoalbumin, hiponanerl. Masalah kesehatan yang dialami Tn. S
cukup serius sehingga dilakukan skrining terlebih dahulu untuk menentukan
apakah PAGT perlu diberikan kepada pasien. Adapun instrumen skrining
yang digunakan adalah MNA (Mini Nutritional Assessment). MNA dipilih
karena mudah, praktis dan satu-satunya insrumen penilaian malnutrisi yang
dikembangkan untuk lansia. Menurut Academy of Nutrition and Dietetics,
MNA dikategorikan sebagai metode skrining grade II, yang berarti memiliki
validitas dan reliabilitas secara umum yang cukup baik.2
MNA terdiri dari
enam item: item asupan makanan, dua parameter antropometrik (penurunan
berat badan dan indeks massa tubuh baru-baru ini, atau BMI), dan tiga
parameter umum (mobilitas, stres fisik dan emosional, dan neuropsikologis).
MNA juga direkomendasikan untuk pasien malnutrisi di rumah sakit. Dengan
demikian, MNA sangat cocok digunakan untuk Tn. S dalam kasus ini, yakni
seorang lansia dengan kondisi hospital malnutrition.1,3
Berdasarkan skrining MNA yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa
Tn.S mengalami malnutrisi, sehingga perlu dilakukan perencanaan gizi secara
dini. Tn. S memiliki IMT <19 kg/m2
, mengalami penurunan asupan makanan
serta BB dan mobilitas hanya terbatas pada tempat tidur. Tn. S mengalami
penyakit yang berat dalam 3 bulan terakhir, dalam hal ini berupa diagnosa
medis dari dokter (PPOK eksaserbasi akut, HAP, sepsis). Tn. S tidak memiliki
gangguan psikologis. Oleh karena itu, skor akhir Tn. S adalah 3, dimana skor
berada pada rentang 0-7, termasuk kategori malnutrisi sehingga Tn. S
diwajibkan untuk melaksanakan asuhan gizi terstandar.
Berdasarkan pengkajian client history (CH), data penting yang
diperoleh dari Tn. S adalah sebagai berikut : Tn. S didiagnosa PPOK
eksaserbasi akut, HAP, Sepsis. Tn. S mengalami hiperkarpnia, hipoalbumin.
Keluhan Tn. S antara lain nafsu makan turun, demam, batuk berdahak,
muntah darah, sulit mengunyah, sesak nafas dan lemas. PPOK merupakan
penyakit progresif dengan gangguan aliran udara didalam paru, disebabkan
oleh adanya inflamasi pada dinding saluran bronkus dan kerusakan dinding
alveoli, sehingga pasien mengalami sesak nafas. Ciri khas dari penyakit PPOK
adalah brokitis kronis dan emfisema. Namun, dalam kasus ini kemungkinan
PPOK disebabkan oleh bronkitis kronis. Penyebab utamanya adalah asap
rokok, sesuai dengan riwayat masa muda Tn. S yang gemar merokok. Mula-
mula tubuh terpapar asap rokok yang menyebabkan respon peradangan.
Kondisi ini menurunkan fungsi kantung udara, meningkatkan pagositosis dan
menekan sejumlah imunitas/Ig A. Sehingga peradangan kronik ini
menyebabkan hyperplasia sel mengeluarkan mucus/dahak, menyebabkan
edema pada bronchus, batuk persisten dan sesak nafas pada pasien. bahkan
ketika merokok sudah dihentikan, stress inflamasi masih terus merusak
jaringan paru.9
Perokok pada pasien PPOK akan mengalami respon inflamasi
yang semakin memburuk diseluruh are saluran pernapasan, yaitu
trakeabronkial. Hal ini disebabkan oleh peningkatan repson makrofag dan
limfosit T CD8 didinding saluran napas yang akhirnya dapat mengakibatkan
gejala yang lebih buruk atau terjadi eksaserbasi, yaitu peningkatan edema
dinding bronkus dan produksi lender. Terdapat empat komorbid utama yang
paling banyak ditemukan pada pasien PPOK eksaserbasi yaitu pneumonia,
gagal jantung, sepsis dan tuberkolosis. Dalam kasus Tn. S terjadi HAP dan
sepsis karena sering ditemukan infeksi pada saluran pernapasan bawah.
Produksi sputum yang berlebih pun menyebabkan terbentuknya koloni bakteri
pathogen pada saluran napas mengakibatkan terjadinya infeksi berulang.10,11
Hospital acquired penumonial (HAP) merupakan infeksi penumonia yang
paling sering terjadi dirumah sakit akibat perawatan hospitalisasi. Tanda-tanda
penumonia antara lain batuk, demam, lemas, nafas memendek atau bertambah
cepat dan nyeri dada.12
Sepsis adalah kondisi dimana bakteri menyebar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah dengan kondisi infeksi yang sangat berat,
bisa menyebabkan organ-organ tubuh gagal berfungsi dan berujung pada
kematian.13
Dalam kasus ini, sepsis terjadi karena adanya pneumonia. Selain
itu, sepsis ternyata juga disebabkan risiko konsumsi obat kortikosteroids.14
Pada PPOK lebih lanjut, obstruksi jalan napas perifer destruksi parenkim, dan
iregulitas vaskuler pulmonal mengurangi kapasitas paru untuk pertukaran gas
sehingga menyebabkan hipoksemia (oksigen darah rendah) dan hiperkapnia
(karbondioksida darah tinggi). Ketidakseimbangan rasio ventilasi-perfusi
adalah kekuatan pendorong dibelakang hipoksemia pada pasien PPOK, tanpa
memperhatikan stadium penyakit. Hiperkapnia kronis biasanya
mengindikasikan disfungsi otot inspirasi dan hipervventilasi alveolar.15
Hipoalbumin berkaitan dengan reaksi inflamasi (PPOk dan HAP) dan kondisi
malnutrisi pada pasien. Adapun nafsu makan menurun disebabkan oleh
adanya depresi, produksi dahak berlebih, kebutuhan tubuh yang meningkat
dan menurunnya kekuatan otot saluran pernafasan.6
Berdasarkan pengkajian food history (FH), data penting yang
diperoleh dari Tn. S adalah sebagai berikut : total energi saat SMRS sebesar
1983,0 kkal dan MRS nya 991,5 kg atau ½ porsi dari biasanya. Untuk cairan
oral tidak diketahui datanya. Kebiasaan makan Tn. S antara lain konsumsi
nasi 3x sehari, 1 ½ centong, mie instan 1 bungkus 2x/minggu, telur dadar dan
bulat 1 butir 1x/hari, ayam goreng 1 potong sedang 3x/bulan, rendang sapi
1x/bulan, ikan tawar / laut goreng 1 ekor sedang 2x/bulan, tahu dan tempe
goreng/bacem 2x/hari. Tn.S juga mengkonsumsi sayur setiap hari. Sayur yang
biasa dikonsumsi adalah bening bayam, kacang panjang 3 sdm 2x/minggu
,oseng kangkung 3 sdm 1x/minggu, sup sayuran 1 mangkuk 2x/minggu, sayur
bobor 1x/minggu. Buah yang biasa dikonsumsi pepaya dan pisang. Tipe
makanannya adalah disiapkan sendiri oleh Tn. S dan keluarga. Tn.S memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan sehari 3x dengan makan pagi, siang sama
dan sore menggunakan menu yang berbeda. Makanan Tn. S termasuk
bervariasi, namun secara kuantitas tidak memenuhi kebutuhannya (MRS),
cenderung tinggi lemak, digoreng dan bersantan. Tn. S menerima pengobatan
antara lain inj. Gentamicin 240 mg/24 jam, inj. Methiprednisolon 30 mg/8
jam, N Acethil Cystein 200 mg/8 jam, KSR 1 tab/8 jam, VIP Albumin 1 tab/8
jam, Syring Pump N-epi bila NAP < 65, inj. Omeprazole 40 mg/12 jam,
Sulcarfat Syr 1C/8 jam, Csprofloxoan 400 mg/8 jam, Asam traneksamat 1
amp extra, Vit. C 1 amp extra, infus RL 20 tpm. Tn. S tidak memliki alergi,
namun kurang suka/menghindari ikan laut dan makanan bertekstur keras.
Aktivitas fisik SMRS tergolong tinggi, yakni bekerja sebagai petani dan
berladang. Namun, saat MRS aktivitas fisik tergolong ringan, yakni terbaring
lemas ditempat tidur (bed-rest). Tn. S belum pernah mendapatkan konseling
gizi sebelumnya sehingga pengetahuannya termasuk inadekuat. Namun,
keluarganya sangat memotivasi Tn.S untuk kesembuhannya.
Berikut merupakan fungsi pengobatan yang diterima oleh Tn. S:
- Inj. Gentamicin 240 mg/24 jam
Merupakan antibiotik golongan aminoglikosida untuk
mengobati infeksi oleh bakteri gram negatif, digunakan untuk
pengobatan saluran pernapasan. Gentamicin bekerja dengan
menghambat sintesa protein dan menghambat bakteri. Efek
samping berkaitan dengan faktor usia, fungsi ginjal yang menurun,
kehamilan, hipotiroidisme, disfungsi hati, penggunaan bersamaan
obat lain seperti : vankomisin, NSAID, cisplatin, siklosporin,
sefalosporin.
- Inj. Methiprednisolon 30 mg/8 jam
Merupakan kortikosteroid dengan lama kerja sedang
/intermediate, termasuk adrenokortikoid, dengan efek antiinflamasi
dan imunosupresan. Absorbsi peroral 80-90% dengan waktu paruh
3,5 jam atau lebih, 18-36 jam pada jaringan. Waktu mencapai
kadar puncak: 1-2 jam. Metabolisme terutama di hati. Ekskresi:
urine. Indikasi: asma bronkiale, rhinitis alergika, dermatitis kontak,
dermatitis atopik, lupus.
- N Acethil Cystein 200 mg/8 jam
Merupakan obat golongan mukolitik, berfungsi untuk
mengencerkan dahak yang menghalangi saluran pernapasan. Oleh
karena itu, obat ini tidak cocok diberikan untuk penderita batuk
kering.
- KSR 1 tab/8 jam
Merupakan obat untuk mencegah hipokalemia dan
mengandung kalium klorida. Digunakan untuk mengobati atau
mencegah jumlah kalium yang rendah dalam darah (hipokalemia).
- VIP Albumin 1 tab/8 jam
Merupakan kadar albumin dalam darah, berasal dari ekstrak
ikan gabus yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
meningkatkan kadar albumin yang rendah, penyembuhan pasca
operasi, tidak terjadi kekurangan protein (hipoalbumin).
- Syring Pump N-epi bila NAP < 65
Merupakan sebuah pompa elektronik digital, berfungsi untuk
mengatur laju keluarnya cairan dari alat suntik manual sehingga
volume dan waktunya bisa diatur sesuai dengan kebutuhan resep
dari dokter.
- Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
Merupakan obat untuk mengatasi, melindungi lambung, tukak
lambung dan duodenum yang terkait dengan AINS, lesi lambung
dan duodenum, regimen eradikasi H. pylori pada tukak peptik,
refluks esofagitis, dan kerongkongan.
- Sulcarfat Syr 1C/8 jam
Merupakan obat untuk mengatasi tukak pada lambung, usus
halus, gastritis kronik. Berfungsi untuk melindungi tukak dari
pengaruh agresif asam lambug dan pepsin. Sulkrarfat melindungi
asam lambung dan dapat mempercepat penyembuhan.
- Csprofloxoan 400 mg/8 jam
Ciprofloxacin hadir dalam bentuk aktif dalam cairan ludah,
sekret hidung dan bronkus, mukosa sinus, dahak, cairan blister
kulit, getah bening, cairan peritoneum, empedu, dan sekresi
prostat. Ciprofloxacin juga telah terdeteksi di paru-paru, kulit,
lemak, otot, tulang rawan, dan tulang.
- Asam traneksamat 1 amp extra
Merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghentikan perdarahan. Ketika mengalami perdarahan, tubuh
otomatis akan membekukan darah untuk menghentikan
perdarahan. Namun padabeberapa kondisi, bekuan darah yang
sudah terbentuk ini mudah hancur dan perdarahan yg terjadi.
- Vit. C 1 amp extra
Merupakan suatu formula yang tidak terlalu asam dengan
komposisi lainnya. Riset telah menunjukkan kombinasi Vitamin C
tidak asam dengan metabolit dapat diserap lebih baik dan tersedia
dalam sel darah dan jaringan. Dengan komposisi yang sinergis
seperti Vitamin C yang tidak asam, Calcium, Echinacea dan
Bioflavonoid menjadikan suplemen ini produk terbaik untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, sebagai antioksidan.
- Infus RL 20 tpm.
Merupakan cairan infus yang biasa digunakan pada pasien
dewasa dan anak-anak sebagai sumber elektrolit dan air. Cairan
ringer laktat diberikan untuk penderita dehidrasi membutuhkan
keseimbangan elektrolit tubuh.
Berdasarkan pengkajian anthropometry data (AD), data penting yang
diperoleh dari Tn. S adalah sebagai berikut: Ny. TA memiliki tinggi badan
167,5 cm, BB 45 kg dan IMT 16,14 kg/m2
. Tn. S mengalami malnutrisi dan
tergolong underweight. Hubungan antara malnutrisi dan penyakit paru sudah
lama diketahui. Pasien PPOK cenderung mengalami malnutrisi dikarenakan
bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang
meningkat karena hipoksemia menyebabkan hipermetabolisme, sehingga
sering mengalami penurunan berat badan. Berdasarkan studi populasi, antara
19-60% dari pasien PPOK diklasifikasikan kurang gizi.16
Malnutrisi
mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur, elastisitas, dan fungsi paru,
kekuatan dan ketahanan otot pernafsan, mekanisme pertahanan imunitas paru,
dan pengaturan nafas. Sebaliknya, penyakit paru (termasuk PPOK) akan
meningkatkan kebutuhan energi dan dapat mempengaruhi asupan diet menjadi
menurun.9
Berdasarkan pengkajian biochemical data (BD), data penting yang
diperoleh dari Tn. S adalah sebagai berikut: Tn. S memiliki kadar HCO3,
PaCO2, GDS, leukosit, BE dan Total CO2 yang tinggi. Adapun kadar
kreatinin, kalium, Hb, Ht dan albumin yang rendah. Tn. S memiliki PaCO2
yang tinggi sehingga mengindikasikan bahwa terdapat CO2 pada konsentrasi
yang lebih tinggi pada darah Tn. S dibanding normalnya. Hal ini disebabkan
oleh kondisi PPOK Tn. S yang menyebabkannya sesak nafas, sehingga
kesulitan untuk membuang CO2 akibat adanya gangguan ventilasi yang terjadi
akibat metabolisme karbohidrat. Tn. S juga memiliki kadar CO2 serta HCO3
yang lebih tinggi daripada normal. Peningkatan CO2 disebabkan oleh
kesulitan bernafas yang disebabkan PPOK yang kemudian berdampak pada
kadar HCO3 yang apabila terlalu tinggi mengindikasikan alkalosis (namun
berdasarkan pH darah Tn. S masih normal).17
Hiperglikemia, tingginya kadar
glukosa darah bukan berasal dari konsumsi atau riwayat genetik, melainkan
efek dari obat kortikosteroid (Inj Methiprednisolon 30 mg/8jam) yang memicu
peningkatan glukosa darah.18
Kadar kreatinin Tn. S yang rendah kemungkinan
besar disebabkan terjadinya kehilangan massa otot pada pasien PPOK.19
Rendahnya hemoglobin, hematokrit, albumin pada pasien PPOK berkaitan
dengan pengangkutan oksigen di dalam darah karena terjadi penurunan O2
dan peningkatan CO2 didalam tubuh. Hal ini jika dibiarkan terlalu lama kadar
Hb akan menurun karena pengankutan oksigen tidak maksimal, sedangkan
kadar hematokrit merupakan pengukuran sel darah merah, jika keduanya
dalam keadaan rendah dan menyebabkan anemia pada pasien PPOK.
Sedangkan albumin sebagai protein berfungsi membantu pengikatan oksigen
dalam darah dan mengganti jaringan yang rusak. Selanjutnya, tingginya kadar
leukosit merupakan kondisi peradangan ataupun infeksi menjadikan indikator
pada pasien PPOK. Leukositosis dapat menyebabkan demam, berat badan
menurun, dan sesak napas merupakan tanda yang dialami Tn. S.20,21
Berdasarkan pengkajian physical and clinical data (PD), data penting
yang diperoleh dari Tn. S adalah sebagai berikut : Tn. S memiliki hiperkapnia,
sesak nafas, batuk berdahak kering, nafsu makan turun, muntah termasuk
kedalam tanda dan gejala seseorang mengalami PPOK, seperti yang sudah
dijelaskan pada bagian pengkajian client history (CS). Kesulitan mengunyah
akibat gigi renggang yang dialami oleh Tn. S dipengaruhi oleh kondisi
fisik/fisiologis lansia yang lambat laun mengalami penurunan fungsi dan
strukturnya. Adapun tanda vital Tn. S normal.
Berdasarkan pengkajian comparative standards (CS), data penting
yang diperoleh dari Tn. S adalah sebagai berikut : kecukupan asupan Tn. S
secara umum tergolong kurang baik dari gizi makro dan mikronya.
Kecukupan energi secara umum hanya memenuhi 59,91% dari kebutuhan.
Perhitungan kebutuhan gizi makro dan mikro mengacu kepada diet pasien
PPOK. Kebutuhan energi Tn. S adalah sebesar 1655 kkal yang diperoleh dari
Rumus Harris Benedict dengan energi = 140% dari BMR. Lemak yang
diperlukan adalah 64,36 g atau 35% dari energi total, disarankan PUFA,
MUFA. Protein yang diperlukan adalah 82,75 g atau 20% dari energi total.
Karbohidrat yang diperlukan adalah 186,2 g atau 45% dari energi total. Serat
yang diperlukan 25, cairan total 1820 mL dengan cairan IV 1440 mL dan oral
intake sejumlah 380 mL. Selain itu, diperlukan juga beberapa vitamin dan
mineral yang mampu menunjang kesehatan Tn. S, yakni Vitamin A (650 RE),
Vitamin C (90 mg), Vitamin D (20 µg), Vitamin E (15 µg), Vitamin K (65
µg), Asupan mineral yang sejalan dengan PPOK, yaitu Ca (1200 mg), Zn (11
mg), Fe (9 mg), Sodium (1100 mg), Mg (350 mg). Target BB Tn. S ada pada
IMT 18,5 kg/m2
, sesuai dengan IMT Normal dalam PMK No.41 tentang
Pedoman Gizi Seimbang. Sehingga, BBI Tn. S adalah 52 kg.
Berdasarkan assessment yang telah dilakukan, didapatkan beberapa
diagnosis yang sesuai dengan Ny. TA :
- (NI 5.2) Malnutrition (P) berkaitan dengan penyebab fisiologis yang
meningkatkan kebutuhan nutrisi (penyakit PPOK, pneumonia, sepsis) dan
perubahan struktur gigi (mulai merenggang) (E) ditandai dengan IMT
16,14 kg/m2
(underweight); penurunan BB dan nafsu makan; penyakit
PPOK eksaserbasi akut, HAP, sepsis, sesak nafas dan muntah; asupan
energi inadequat (59,91%). (S).
- (NC 5.10) Altered nutrition-related labpratory values (keseimbangan
asam basa, profil anemia, endokrin dan protein; PaCO2, HCO3, dan CO2
total) (P) berkaitan dengan disfungsi/gangguan sitem pernafasan (E)
ditandai dengan diagnosis PPOK eksaserbasi akut, HAP, sepsis, gagal
nafas; tingginya kadar HCO3 (31,5 mmol/L), PaCO2 (47 mmHg), GDS
(189 mg/dL), leukosit (16,1 ribu/μL), BE dan Total CO2; rendahnya kadar
kreatinin (0,4 mg/dL), kalium (3,4 mmol/L), Hb (8,4 g/dL), Ht (27%) dan
albumin (2,7 g/dL) (S).
- (NB 1.4) Food and nutrition-related knowledge deficit (P) berkaitan
dengan kurangnya pendidikan terkait nutrisi sebelumnya (E) ditandai
rendahnya kecukupan asupan MRS (59,91%), pemilihan makanan yang
kurang tepat dan riwayat merokok saat muda (S).
Dengan demikian, diperlukan intervensi lengkap sebagai bentuk tindak
lanjut dan penanganan dari kondisi yang dialami Tn. S secara menyeluruh.
Ny. TA akan diberikan intervensi gizi, pemberian diit, pendidikan dan
konseling gizi. Ahli gizi yang menangani Tn. S juga akan melakukan
koordinasi dengan tim kesehatan lain, untuk menemukan solusi dan
pertimbangan terbaik terkait peningkatan derajat kesehatan Tn. S.
Tujuan intervensi antara lain: mencegah terjadinya penurunan BB
dengan memenuhi kebutuhan asupan energi 1655 kkal dan protein 82,75 g;
mengurangi progress penyakit PPOK dan meningkatkan status gizi pasien
tanpa memberatkan fungsi organ; memperbaiki dan memonitoring nilai
biokimia profil keseimbangan basa (HCO3, PCO2, dan total CO2) dan profil
elektrolit (Na, K, Cl) sehingga mencapai nilai normal; memotivasi pasien agar
mampu mengimplementasikan preskripsi diet yang telah diberikan secara
bertahap dan teratur; mengedukasi Tn. S dan keluarga mengenai cara untuk
mengatasi keluhan terkait penerimaan makanan dalam rangka meningkatkan
asupan oral serta nafsu makan.
Preskripsi diet diberikan kepada Tn.S telah disebutkan diatas
sebelumnya. Diberikan rendah karbohidrat dikarenakan metabolisme
karbohidrat menghasilkan CO2 yang tinggi (respiratory quotient tinggi),
sehingga dapat memperparah sesak. Lemak lebih sedikit menghasilkan CO2
sehingga persentasenya dibuat lebih tinggi dari biasanya. Protein juga dibuat
tinggi persentasenya karena protein berperan penting pada pasien PPOK yaitu
dengan mempertahankan massa otot (terutama otot pernafasan), meregenerasi
sel, mendukung fungsi imun, antibodi, mencegah wasting serta
hipoalbuminemia. Vitamin A, C, E merupakan sumber antioksidan yang
diperlukan untuk meringankan tingginya stress oksidatif akibat inflamasi yang
terjadi. karena pada kondisi PPOK terjadi inflamasi yang diakibatkan dan
dapat mengakibatkan tingginya stres oksidatif. Vitamin D diberikan karena
biasanya terjadi defisiensi vitamin D pada pasien PPOK karena konsumsi obat
kartikosteroid. Vitamin D perlu diberikan mengingat pasien PPOk sangat
berisiko mengalami osteoporosis dan retak tulang. Faktor resiko yang
berkaitan dengan osteoporosis adalah kebiasaan seperti merokok, rendahnya
nilai estrogen dan testosterone, kekurangan vitamin D, IMT rendah, dan
kurang bergerak. Berat badan berhubungan erat dengan densitas mineral
tulang. Penurunan berat badan dan malnutrisi berhubungan erat dengan
patogenesis densitas mineral tulang pada pasien PPOK. Magnesium dan
kalsium merupakan mineral yang diperlukan untuk memelihara kontraksi dan
relaksasi otot pernafasan.6,21
Adapun vitamin K, Zn, Fe dan sodium juga
diberikan sesuai anjuran untuk menunjang kesehatan Tn. S.
Segala intervensi tersebut, diaplikasikan kedalam suatu rekomendasi
menu dalam sehari. Rekomendasi menu yang dibuat secara umum telah
memenuhi kebutuhan Tn. S, yakni energi, protein, karbohidrat, lemak, serat,
cairan, vitamin A, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, Ca, Zn, Fe,
Sodium dan Mg. Adapun kebutuhan zat gizi mikro yang belum terpenuhi, bisa
cukupi dengan suplement/multivitamin. Diberikan 3x makan utama dan 3x
selingan. Untuk sarapan yakni: roti panggang, pudding dan air putih. Makan
siang yakni: nasi tim, tumis udang, semur tahu, semangka dan air putih.
Makan malam yakni: nasi tim, sayur bobor, rolade, semur hati, pepaya dan air
putih. Selingan yang diberikan adalah bubur sumsum, smoothies avocado,
biskuit dan strawberry. Pemilihan bahan makanan serta pengolahannya telah
disesuaikan dengan preskripsi diet sebelumnya.
Pendidikan gizi juga diberikan kepada Tn. S, dengan tujuan membantu
Tn. S mengerti dan memahami kondisi kesehatannya dan memberikan
pengetahuan dari sudut pandang gizi (asupan) terkait penanganan kondisi
tersebut. Inti dari pendidikan gizi adalah PPOK merupakan penyakit kronik
yang irreversible dan progresif sehingga memerlukan penyesuaian
keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan memburuknya fungsi paru.
Pertama, Tn. S perlu belajar mengidentifikasi penyebab sesak nafas dan
mencoba menghindari/ menguranginya. Kedua, melaksanakan pengobatan
dengan maksimal sesuai anjuran dokter; dan menjaga asupan gizi adekuat,
serta rajin melakukan latihan fisik dan pernafasan. Hal lain yang perlu
dilakukan adalah menjalani vaksinasi secara rutin, contohnya vaksin flu dan
vaksin pneumokokus; Memeriksakan diri secara berkala ke dokter agar
kondisi kesehatan bisa dipantau. Ahli gizi akan memberikan anjuran makanan
(bahan & bentuk makanan, pengolahan, jadwal makan, dll) yang sesuai
dengan kondisi kesehatannya serta pengertian/pengetahuan akan tujuan
penyelenggaraan makanan tertentu (terstandar) di rumah sakit serta
kebermanfaatannya, tidak hanya selama di rumah sakit, melainkan
diaplikasikan secara mandiri sebagai ilmu/bekal, saat keluar dari rumah sakit
kelak.
Konseling juga salah satu intervensi lain yang penting bagi Tn. S,
dengan tujuan : mengetahui preferensi Tn. S dalam menyesuaikan jenis
makanan maupun perilaku tertentu dalam perencanaan diet; memotivasi Tn. S
untuk berkomitmen menjalankan diet yang disepakati dan pola hidup dengan
benar, secara bertahap dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya;
mengidentifikasi keluhan yang dialami Tn. S dan memberikan solusi/saran
sebagai ahli gizi. Secara garis besar, materi yang dibahas adalah mengenai:
pembahasan umum mengenai PPOK, HAP, sepsis serta kaitannya dengan
gizi; edukasi diet rendah karbohidrat, tinggi protein dan lemak,bahan dan
pengolahan makanan apa saja yang dianjurkan, dikurangi serta dihindari;
motivasi, dorongan, komitmen. Apabila terdapat hal-hal yang dirasa
memberatkan/kurang berkenan dilakukan terkait pemberian diet, bisa
dilakukan negosiasi kembali hingga ditemukan solusi terbaik. Metode yang
digunakan adalah metode Cognitive-Behavioral Theory, dengan media berupa
leaflet. Selain itu, disediakan juga referensi berupa gejala dan strategi
konseling gizi pada pasien penderita PPOK menurut Buku Dietetik Penyakit
Infeksi Kemenkes RI (Gambar 1).
Ahli gizi penanggung jawab Tn. S juga akan melakukan koordinasi
dengan tenaga kesehatan lain. Ahli Gizi perlu berdiskusi terkait patogenesis,
diagnosis, pengobatan penyakit, interaksi obat makanan dengan dokter. Ahli
gizi juga perlu melakukan pemantauan terhadap perkembangan kondisi klinis
pasien, melalui pencatatan rekam medis oleh perawat. Ahli gizi sebagai
penanggung jawab Tn. S bersama ahli gizi lainnya juga harus berdiskusi
terkait intervensi gizi dan perencanaan menu yang akan diberikan. Adapun
penyajian makanan terhadap Tn. S dilakukan bersama pramusaji, untuk
memastikan kecocokan selera (setelah modifikasi dan informasi yang
diperoleh selama konseling) dan makanan dikonsumsi dengan baik.
Tahapan terakhir dari serangkaian penanganan terhadap Tn. S adalah
monitoring dan evaluasi. Tahapan ini mencakup aspek antropometri,
biokimia, fisik/klinis dan asupan makanan. Aspek antropometri penting
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan BB Tn. S yang diukur
seminggu sekali dengan target Tn. S dapat mencapai BBI (52 kg). Aspek
biokimia dilakukan untuk mengontrol kadar HCO3, PaCO2, GDS, leukosit,
BE, Total CO2, kreatinin, kalium, Hb, Ht dan albumin mendekati nilai normal
Aspek fisik/klinis terkait observasi dan pemantauan keadaan Tn. S dengan
target rasa lemas dan gangguan digestive (nyeri, mual dll) berkurang. Aspek
asupan makanan dilakukan melalui metode visual comstock, untuk
memastikan penghabisan konsumsi makanan yang dimodifikasi sebelumnya
sesuai kebutuhan, kemampuan dan selera Tn. S. Recall 24 jam setiap 3x/hari
dilakukan untuk mengevaluasi kecukupan zat gizi setelah mengalami
modifikasi diet. Selain itu, pengetahuan juga dievaluasi setiap melakukan
edukasi dan konseling gizi bersama Tn.S.
VIII. Penutup / Kesimpulan
Tn. S merupakan seorang laki-laki berusia 65 tahun (lansia) didiagnosa
mengalami PPOK eksaserbasi akut, Hosipital Acquired Pneumonia (HAP),
sepsis dengan masalah gagal nafas hiperkarp, hipoalbumin. Keluhan Tn. S
antara lain sesak nafas, batuk berdahak, nasfu makan turun, lemas dan sulit
mengunyah. Tn. S kemudian diskrining menggunakan MNA dengan skor akhir
3, dikategorikan malnutrisi sehingga ia membutuhkan proses asuhan gizi
terstandar. Dilakukan assessment terhadap Tn. S yakni pengkajian client history
(CH), food history (FH), antrhopometry data (AD), biochemical data (BD).
Diperoleh penyebab utama masalah kesehatan Tn. S adalah riwayat merokok
sejak usia muda. Berdasarkan comparative standars (CS), Tn. S diketahuai
mengalami inadequat energy (59,91%). Target BB Tn. S adalah IMT 18,5 kg/m2
dengan BBI 52 kg. Diagnosis yang diperoleh antara lain Malnutrition (NI.5.2),
Altered nutrition-related labpratory values (NC 5.10) dan Food and nutrition-
related knowledge (NB 1.1). Tn. S kemudian diberikan intervensi gizi dengan
tujuan: mencegah terjadinya penurunan BB dengan memenuhi kebutuhan
asupan energi 1655 kkal dan protein 82,75 g; mengurangi progress penyakit
PPOK dan meningkatkan status gizi pasien tanpa memberatkan fungsi organ;
memperbaiki dan memonitoring nilai biokimia profil keseimbangan basa
(HCO3, PCO2, dan total CO2) dan profil elektrolit (Na, K, Cl) sehingga
mencapai nilai normal; memotivasi pasien agar mampu mengimplementasikan
preskripsi diet yang telah diberikan secara bertahap dan teratur; mengedukasi
Tn. S dan keluarga mengenai cara untuk mengatasi keluhan terkait penerimaan
makanan dalam rangka meningkatkan asupan oral serta nafsu makan. Tn. S
diberikan preskripsi diet yang disesuaikan dengan kondisi PPOK yakni diet
rendah karbohidrat, tinggi protein dan lemak, bentuk makanan lunak
dimodifikasi, porsi kecil, rute makanan oral, frekuensi sering, jadwal makan 6x
(3x makan utama, 3x selingan) dan mendapatkan rekomendasi menu untuk
kebutuhan sehari. Inti daripada preskripsi diet yang diberikan adalah memenuhi
kebutuhan gizi Tn. S namun tidak memberatkan fungsi kerja organ. Kemudian,
diberikan pendidikan gizi dengan tujuan Tn. S untuk membantu beliau mengerti
dan memahami kondisi kesehatannya dan memberikan pengetahuan dari sudut
pandang gizi (asupan) terkait penanganan kondisi tersebut. Konseling juga akan
diberikan, guna mengetahui preferensi Tn. S dalam menyesuaikan jenis
makanan maupun perilaku tertentu dalam perencanaan diet, serta memotivasi
Tn. S untuk berkomitmen menjalankan diet yang disepakati dan pola hidup
dengan benar. Intervensi terakhir adalah kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain, agar ahli gizi dapat lebih maksimal memberikan terapi gizi bagi Tn. S.
Untuk monitoring dan evaluasi, akan dilakukan pada aspek antropometri (BB
meningkat), biokimia (pengontrolan kadar HCO3, PaCO2, GDS, leukosit, BE,
Total CO2, kreatinin, kalium, Hb, Ht dan albumin), fisik/klinis (observasi dan
pemantauan rasa lemas, batuk, muntah, sesak) dan asupan makanan (visual
comstock, recall 24 jam 3x/hari, pengetahuan makanan). Dengan demikian,
diharapkan kondisi kesehatan Tn. S segera membaik dan lekal pulih.
LAMPIRAN :
A. Leaflet Pasien
B. Leaflet Bahan Penukar
C. Perhitungan Status Gizi Tn. S
IMT = BB (kg)/TB2
(m)
= 45 /1,6752
= 16,14 kg/m2
D. Kebutuhan Zat Gizi Tn. S
Ideal/reference body weight
Target BB Tn. S ada pada IMT 18,5 kg/m2
, sesuai dengan IMT Normal dalam
PMK No.41 tentang Pedoman Gizi Seimbang.22
Sehingga, BBI Tn. S :
BBI = 18,5 kg/m2
x (1,675m)2
= 51,90 kg ≈ 52 kg
Kebutuhan energi dan zat gizi makro
Berdasarkan Buku Dietetik Penyakit Infeksi dari Kemenkes RI, jumlah energi
yang diberikan untuk Tn. S adalah rata-rata 140% dari BMR atau 25 – 35
kkal/KgBB/hari.6
Maka, terlebih dahulu menghitung BMR :
BMR = 66,47 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,78 x U)
= 66,47 + (13,7 x 52) + (5 x 167,5) – (6,68 x 65)
= 66,47 + 712,4 + 837,5 – 434,2
= 1182,2 kkal
Energi = 140% dari 1182,2
= 1655 kkal
Protein (15-20% energi total)
Berdasarkan Buku Dietetik Penyakit Infeksi dari Kemenkes RI, jumlah
protein yang diberikan untuk Tn. S adalah 1,2 – 1,7 g/kgBB atau 15-20% dari
energi total.6
- 20% x 1655 = 331/4
= 82,75 g
Karbohidrat (40-55% energi total)
Berdasarkan Buku Dietetik Penyakit Infeksi dari Kemenkes RI, jumlah
karbohidrat yang diberikan untuk Tn. S adalah 40-55% dari energi total.6
- 45% x 1655 = 744,75/4
= 186,2 g
Lemak (30-45% energi total)
Berdasarkan Buku Dietetik Penyakit Infeksi dari Kemenkes RI, jumlah lemak
yang diberikan untuk Tn. S adalah 30-45% dari energi total.6
- 35% x 1655 = 579,25/9
= 64,36 g
Serat
Serat yang diberikan sesuai dengan AKG 2019, yakni 25 g/hari
Cairan
Cairan yang diberikan sesuai dengan buku Pedoman Tata Laksana Gizi Klinik
PDGKI yakni 25-40 mL/kgBB/hari.8
Maka, kebutuhan cairan Tn.S adalah :
- Cairan total = 35 mL/kgBB/hari
= 35 x 52
= 1820 mL
- Cairan IV 1 mL = 20 tpm
= 60 x 24 jam
= 1440 mL
- Oral intake = (1820 – 1440 mL)
= 380 mL
Kebutuhan zat gizi mikro
Zat Gizi Kebutuhan 7,9
Vit. A 650 REE
Vit. C 90 mg
Vit. D 20 mcg
Vit. E 15 mcg
Vit. K 65 µg
Ca 1200 mg/hari
Zn 11 mg
Fe 9 mg
Sodium 1100 mg
Mg 350 mg
E. Hasil SQ-FFQ
KUESIONER FREKUENSI KONSUMSI ASUPAN GIZI SEMI KUANTITATIF
Nama : Tn. S
Usia : 65 tahun
Tanggal pengukuran : 17 Februari 2022
Nama Bahan
Makanan
Teknik
pengolahan
(kebiasaan)
Frekuensi Konsumsi
Porsi per kali makan
Berat
mentah
(n)
Rata-
rata
frek/hr
(f)
Rata-rata
asupan
gr/hari
(n x f)
Hari
Minggu Bulan
URT
berat matang
(g)
grg tms rbs x/mgg x/hr x/bln x/hr grg tms rbs
KARBOHIDRAT
Nasi putih v 3 1 ½ ctg 125 50 3 150
Mie instant v 2 1 1 bks 200 80 2/7 22,86
PROTEIN HEWANI
Telur ayam
(dadar)
v 1 1 btr 60 54 1 54
Telur ayam
(bulat)
v 1 1 btr 60 54 1 54
Ayam goreng v 3 1 1 ptg 50 65 3/30 6,5
Ikan goreng v 2 1 1 ekor 100 150 2/30 10
Daging sapi
(rendang)
v 1 1 1 ptg 40 64 1/30 2,13
PROTEIN NABATI
Tahu v 1 1 ptg 40 48 1 48
Tempe v 1 1 ptg 50 50 1 50
SAYURAN
Sayur bayam
bening
v 2 1 3 sdm 30 33 2/7 9,43
Sayur kacang
panjang
v 2 1 3 sdm 30 30 2/7 8,57
Oseng kangkung v 2 1 3 sdm 30 30 1/7 4,28
Sup sayur v 2 1 1 mgk 100 100 2/7 28,57
Sayur bobor v 2 1 1 mgk 100 100 1/7 14,28
BUAH-BUAHAN
Pisang 1 1bh 100 1 100
Pepaya 1 1 ptg 100 1 100
LEMAK DAN MINYAK
Minyak 40,69
SERBA-SERBI
Garam 6,94
MINUMAN
F. Analisis Zat Gizi SQ-FFQ
==========================================================
Analysis of the food record
==========================================================
Food Amount energy carbohydr.
__________________________________________________________________
beras putih giling 150 g 541.3 kcal 119.3 g
mie kering 22.86 g 64.5 kcal 12.9 g
telur ayam 108 g 167.5 kcal 1.2 g
daging ayam 6.5 g 18.5 kcal 0.0 g
ikan kembung 10 g 11.2 kcal 0.0 g
rendang sapi 40 g 77.9 kcal 1.8 g
tahu 48 g 36.5 kcal 0.9 g
tempe kedele murni 50 g 99.5 kcal 8.5 g
sayur bening campur 30 g 9.9 kcal 2.3 g
kacang panjang mentah 30 g 10.5 kcal 2.4 g
kangkung mentah 30 g 4.5 kcal 0.6 g
sayur sop 100 g 104.0 kcal 10.5 g
sayur bobor 100 g 290.3 kcal 26.5 g
pisang ambon 100 g 92.0 kcal 23.4 g
pepaya 100 g 39.0 kcal 9.8 g
minyak kelapa sawit 40.69 g 350.8 kcal 0.0 g
garam 6.94 g 0.0 kcal 0.0 g
bumbu sari mie indomie dll 20 g 65.0 kcal 11.6 g
Meal analysis: energy 1983.0 kcal (100 %), carbohydrate 231.7 g (100 %)
==========================================================
Result
==========================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
__________________________________________________________________
energy 1983.0 kcal 2036.3 kcal 97 %
protein 64.1 g(13%) 60.1 g(12 %) 107 %
carbohydr. 231.7 g(46%) 290.7 g(> 55 %) 80 %
fat 96.8 g(42%) 69.1 g(< 30 %) 140 %
dietary fiber 20.1 g 30.0 g 67 %
water 0.0 g 2700.0 g 0 %
Vit. A 3135.7 µg 800.0 µg 392 %
Vit. C 87.6 mg 100.0 mg 88 %
Vit. D 2.3 µg 5.0 µg 46 %
Vit. E (eq.) 7.2 mg 12.0 mg 60 %
Vit. E 0.0 mg - -
Vit. B6 1.6 mg 1.2 mg 133 %
zinc 6.4 mg 7.0 mg 91 %
iron 14.7 mg 15.0 mg 98 %
Vit. K 0.0 µg 60.0 µg 0 %
tot. fol.acid 279.4 µg 400.0 µg 70 %
Vit. B1 0.5 mg 1.0 mg 55 %
niacineequiv. 0.0 mg 13.0 mg 0 %
niacine 7.8 mg - -
glucose 0.0 g - -
magnesium 298.7 mg 310.0 mg 96 %
potassium 2088.5 mg 3500.0 mg 60 %
phosphorus 735.3 mg 700.0 mg 105 %
calcium 367.9 mg 1000.0 mg 37 %
sodium 2967.3 mg 2000.0 mg 148 %
cholesterol 478.0 mg - -
sat. FA 45.3 g - -
m.uns.f.acids 12.8 g - -
PUFA 8.1 g 10.0 g 81 %
short FA 0.0 g - -
middle FA 0.0 g - -
long FA 0.0 g - -
G. Analisis Zat Gizi Rekomendasi Menu
==========================================================
Analysis of the food record
==========================================================
Food Amount energy carbohydr.
__________________________________________________________________
Sarapan
roti tawar 70 g 191.7 kcal 36.3 g
Peanut butter 20 g 119.6 kcal 2.4 g
telur ayam bagian putih 35 g 17.5 kcal 0.3 g
agar-agar 20 g 0.0 kcal 0.0 g
Drinking water 100 g 0.0 kcal 0.0 g
Meal analysis: energy 328.8 kcal (20 %), carbohydrate 39.1 g (21 %)
Selingan 1
bubur sumsum/bubur belohok 100 g 34.9 kcal 6.7 g
gula merah tebu belum dimurnikan 5 g 18.8 kcal 4.9 g
Drinking water 50 g 0.0 kcal 0.0 g
Meal analysis: energy 53.7 kcal (3 %), carbohydrate 11.6 g (6 %)
Makan siang
nasi tim 150 g 175.7 kcal 38.6 g
udang segar 30 g 23.7 kcal 0.0 g
Broccoli fresh cooked 50 g 11.6 kcal 0.9 g
Carrot fresh 50 g 12.9 kcal 2.4 g
minyak kelapa sawit 3 g 25.9 kcal 0.0 g
tahu 50 g 38.0 kcal 0.9 g
kecap 5 g 3.0 kcal 0.3 g
semangka 100 g 32.0 kcal 7.2 g
Drinking water 100 g 0.0 kcal 0.0 g
Meal analysis: energy 322.8 kcal (19 %), carbohydrate 50.3 g (27 %)
Selingan 2
Avocado fresh 70 g 152.1 kcal 0.3 g
Yoghurt skimmed 20 g 7.6 kcal 0.8 g
madu 5 g 15.2 kcal 4.1 g
Drinking water 50 g 0.0 kcal 0.0 g
Meal analysis: energy 174.9 kcal (11 %), carbohydrate 5.2 g (3 %)
Makan malam
nasi tim 150 g 175.7 kcal 38.6 g
labu siam mentah 50 g 10.0 kcal 2.2 g
kangkung 50 g 7.5 kcal 1.0 g
santan 100 g 71.0 kcal 3.0 g
daging sapi 45 g 121.0 kcal 0.0 g
tahu 50 g 38.0 kcal 0.9 g
telur ayam 25 g 38.8 kcal 0.3 g
hati ayam 30 g 47.1 kcal 0.3 g
kecap 5 g 3.0 kcal 0.3 g
minyak kelapa sawit 5 g 43.1 kcal 0.0 g
Drinking water 80 g 0.0 kcal 0.0 g
pepaya 100 g 39.0 kcal 9.8 g
Meal analysis: energy 594.2 kcal (36 %), carbohydrate 56.3 g (30 %)
Selingan 3
Biscuits 30 g 149.6 kcal 17.9 g
Strawberry fresh 100 g 32.0 kcal 5.5 g
Meal analysis: energy 181.6 kcal (11 %), carbohydrate 23.4 g (13 %)
==========================================================
Result
==========================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
__________________________________________________________________
energy 1655.9 kcal 2036.3 kcal 81 %
protein 68.2 g(17%) 60.1 g(12 %) 113 %
carbohydr. 185.9 g(45%) 290.7 g(> 55 %) 64 %
fat 71.3 g(38%) 69.1 g(< 30 %) 103 %
dietary fiber 19.9 g 30.0 g 66 %
water 628.0 g 2700.0 g 23 %
Vit. A 5143.3 µg 800.0 µg 643 %
Vit. C 204.4 mg 100.0 mg 204 %
Vit. D 1.4 µg 5.0 µg 29 %
Vit. E (eq.) 7.0 mg 12.0 mg 59 %
Vit. E 3.2 mg - -
Vit. B6 1.5 mg 1.2 mg 128 %
zinc 9.6 mg 7.0 mg 137 %
iron 16.5 mg 15.0 mg 110 %
Vit. K 112.4 µg 60.0 µg 187 %
tot. fol.acid 411.2 µg 400.0 µg 103 %
Vit. B1 0.8 mg 1.0 mg 75 %
niacineequiv. 7.3 mg 13.0 mg 56 %
niacine 13.7 mg - -
glucose 3.4 g - -
magnesium 344.5 mg 310.0 mg 111 %
potassium 2290.6 mg 3500.0 mg 65 %
phosphorus 857.7 mg 700.0 mg 123 %
calcium 416.6 mg 1000.0 mg 42 %
sodium 1321.8 mg 2000.0 mg 66 %
cholesterol 414.1 mg - -
sat. FA 29.1 g - -
m.uns.f.acids 27.6 g - -
PUFA 9.6 g 10.0 g 96 %
short FA 0.4 g - -
middle FA 0.3 g - -
long FA 32.2 g - -
Daftar Pustaka :
1. Sieber, C. C. Nutritional Screening Tools-How Does The MNA Compare. J Nutr
Health Aging, 2006, 10.6: 488-491.
2. Skipper A, et al. Position of the Academy of Nutrition and Dietetics: Malnutrition
(Undernutrition) Screening Tools for All Adults. From the Academy Position
Paper. 2020; 120(4): 709-713.
3. Calvo, Isabel, et al. MNA® Mini Nutritional Assessment as A Nutritional
Screening Tool For Hospitalized Older Adults; Rationales and
Feasibility. Nutricion hospitalaria, 2012.
4. Mahan LK, Raymond JL. Krause’s Food & Nutrition Care Process 14th ed.
Amerika: Saunders Publishing. 2016.
5. Melyana, M., & Sarotama, A.. Implementasi Peringatan Abnormalitas Tanda-
Tanda Vital pada Telemedicine Workstation. Prosiding Semnastek. 2019.
6. Nuraini, Ngadiarti I, dan Moviana Y. Dietetika Penyakit Infeksi. Indonesia:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017.
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. PMK No. 28 Tahun 2019 Tentang
Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia.
Indonesia: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019.
8. PDGKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia), Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK), dalam: Pedoman Tata Laksana Gizi Klinik, PDGKI,
Jakarta, 2008: 89-91.
9. Fasitasari, Minidian. "Nutrition Therapy in Elderly with Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD)." Sains Medika 5.1 (2013): 50-61.
10. Hardiana. Studi Karakteristik Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di
RSUD A.W Sjahranie Samarinda Periode Januari-Desember. Fakultas Farmasi
Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur. 2014: 89-94.
11. Martantya. Gambaran Hitung Jenis Leukosit pada Pasien PPOk yang Dirawat di
RSUP M. Djamil Padang. Jurnal Andalas. 2014; 3 (2).
12. Instalasi, Acquired Pneumonia Hap Pada Pasien. Analisis faktor penyebab
kejadian Hospital-Acquired Pneumonia (HAP) pada pasien instalasi rawat inap
kelas III Rs Paru Jember tahun 2015. Jurnal Kesehatan Vol, 2016, 4.3: 1.
13. Kurniawan, Taufik. Kombinasi Kompres Dingin dan Aliran Udara Dingin
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Pasien Sepsis dengan Hipertermi di Ruang
Icu Rsup dr Kariadi Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2018.
14. Irvan, Febyan, Suparto, et al. Sepsis dan Tatalaksana Berdasar Guideline Terbaru.
J Anestesiol Indones. 2018;10(1):62-71.
15. Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C. M., & Gallo, B.M. Keperawatan Kritis.
Jakarta, 2005: EGC.
16. Ariyani DR. Hubungan antara status gizi dan pola makan dengan fungsi paru pada
pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di Balai Besar Kesehatan Paru
masyarakat Surakarta. Surakarta: Universitas Muhamadiyah; 2011.
17. Cukic V. The Changes of Arterial Blood Gases in COPD During Four-year
Period. Journal of the Academy of Medical Archives. 2014; 68(1): 14-18.
18. Andriana, J. Nunu, Nur.Dary F. Hubungan Glukosa Darah Sewaktu dengan IMT
pada Usia Produktif. J Ilm Widya. 2018.
19. Elmahallawy II, Qora MA. Prevalence of Chronic Renal Failure in COPD
Patients. Egyptian Journal of Chest Diseases and Tuberculosis. 2012; 62(2): 221-
227.
20. Boutou, A, K., Karrar, S., Hopkinson, N, S., Polkey, M I. Anemia and Survival in
Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A Dichotomous Rather Than A
Continuous Predictor. Journals Respir. 2011;85:126-131.
21. Nelms M, Sucher K, Lacey K RS. Nutrition Therapy for Chronic Obstructivee
Pulmonary Disease. In : Nutrition Therapy and Patophysiology. 2nd editio.
Wadsworth Cengage Learning; 2011.
22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang.

More Related Content

What's hot

NCP pasien CKD, DM type II dan hipertensi.pptx
NCP pasien CKD, DM type II dan hipertensi.pptxNCP pasien CKD, DM type II dan hipertensi.pptx
NCP pasien CKD, DM type II dan hipertensi.pptxIrfasusilawati
 
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hariPerencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hariFakhriyah Elita
 
Gizi balita anak sekolah
Gizi balita anak sekolahGizi balita anak sekolah
Gizi balita anak sekolahdestariska
 
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiKasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiDessycis
 
Ncp kanker kolon
Ncp kanker kolonNcp kanker kolon
Ncp kanker kolonelsegintzna
 
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)Feny Kartika
 
Memahami konsep neraca bahan makanan
Memahami konsep neraca bahan makananMemahami konsep neraca bahan makanan
Memahami konsep neraca bahan makananriri_hermana
 
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncpPpt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncpRahmi Fadhilla
 
Gizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaGizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaAgnescia Sera
 
STUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNG
STUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNGSTUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNG
STUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNGIndri Savitri
 
Manajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusiaManajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusiaSiti Sahati
 
Konsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangKonsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangAgnescia Sera
 
Pert 6 ffq dan dietary history
Pert 6 ffq dan dietary historyPert 6 ffq dan dietary history
Pert 6 ffq dan dietary historyDhila Faya
 

What's hot (20)

NCP pasien CKD, DM type II dan hipertensi.pptx
NCP pasien CKD, DM type II dan hipertensi.pptxNCP pasien CKD, DM type II dan hipertensi.pptx
NCP pasien CKD, DM type II dan hipertensi.pptx
 
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hariPerencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
 
Kasus pjk
Kasus pjkKasus pjk
Kasus pjk
 
Gizi balita anak sekolah
Gizi balita anak sekolahGizi balita anak sekolah
Gizi balita anak sekolah
 
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiKasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
 
Ncp kanker kolon
Ncp kanker kolonNcp kanker kolon
Ncp kanker kolon
 
Kasus stroke hipertensi
Kasus stroke hipertensiKasus stroke hipertensi
Kasus stroke hipertensi
 
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
 
Kasus hati hepatitis
Kasus hati hepatitisKasus hati hepatitis
Kasus hati hepatitis
 
3 modul gizi kb 1 3
3 modul gizi kb 1 33 modul gizi kb 1 3
3 modul gizi kb 1 3
 
Memahami konsep neraca bahan makanan
Memahami konsep neraca bahan makananMemahami konsep neraca bahan makanan
Memahami konsep neraca bahan makanan
 
Kasus infeksi dhf
Kasus infeksi dhfKasus infeksi dhf
Kasus infeksi dhf
 
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncpPpt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
Ppt rencana asuhan gizi dengan metode ncp
 
Gizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaGizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balita
 
Kasus gout
Kasus goutKasus gout
Kasus gout
 
STUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNG
STUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNGSTUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNG
STUDY KASUS HT,DISLIPIDEMIA, CKD, ASAM URAT DAN JANTUNG
 
Manajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusiaManajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusia
 
Konsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangKonsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbang
 
Diet demam typhoid
Diet demam typhoidDiet demam typhoid
Diet demam typhoid
 
Pert 6 ffq dan dietary history
Pert 6 ffq dan dietary historyPert 6 ffq dan dietary history
Pert 6 ffq dan dietary history
 

Similar to NCP Kasus Penyakit Pernapasan

Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli giziLanggeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli giziYakoovAbadi
 
Dasar dietetik
Dasar dietetikDasar dietetik
Dasar dietetiksis mkes
 
ANISYA KADRYA ZAHRA_DIV REGULER_NCP TB (2) (1).docx
ANISYA KADRYA ZAHRA_DIV REGULER_NCP TB (2) (1).docxANISYA KADRYA ZAHRA_DIV REGULER_NCP TB (2) (1).docx
ANISYA KADRYA ZAHRA_DIV REGULER_NCP TB (2) (1).docxZahraanisyaA
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Diagnosa penyakit
Diagnosa penyakitDiagnosa penyakit
Diagnosa penyakitarieww
 
Nutritional care process diagnosis
Nutritional care process diagnosisNutritional care process diagnosis
Nutritional care process diagnosisputrikinasih6
 
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptxTuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptxEvanYoung38
 
Laporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaLaporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaIs Muhar
 
The role of nutrition for mental health
The role of nutrition for mental healthThe role of nutrition for mental health
The role of nutrition for mental healthAzimatul Karimah
 
Home visit dmt2 tidak terkontrol + pasca stroke
Home visit dmt2 tidak terkontrol + pasca strokeHome visit dmt2 tidak terkontrol + pasca stroke
Home visit dmt2 tidak terkontrol + pasca strokeUlfa Diya
 
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIA
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIAKasus farmakoterapi DYSPEPSIA
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIADyah Ervy
 

Similar to NCP Kasus Penyakit Pernapasan (20)

Kasus Musculoskeletal
Kasus MusculoskeletalKasus Musculoskeletal
Kasus Musculoskeletal
 
Kasus HIV Dewasa
Kasus HIV DewasaKasus HIV Dewasa
Kasus HIV Dewasa
 
Modul jatuh
Modul jatuhModul jatuh
Modul jatuh
 
NCP_DM_ULKUS.docx
NCP_DM_ULKUS.docxNCP_DM_ULKUS.docx
NCP_DM_ULKUS.docx
 
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli giziLanggeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
 
Batu empedu
Batu empeduBatu empedu
Batu empedu
 
Askep gastitis
Askep gastitisAskep gastitis
Askep gastitis
 
Makalah hiv aids
Makalah hiv aidsMakalah hiv aids
Makalah hiv aids
 
Dasar dietetik
Dasar dietetikDasar dietetik
Dasar dietetik
 
Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
ANISYA KADRYA ZAHRA_DIV REGULER_NCP TB (2) (1).docx
ANISYA KADRYA ZAHRA_DIV REGULER_NCP TB (2) (1).docxANISYA KADRYA ZAHRA_DIV REGULER_NCP TB (2) (1).docx
ANISYA KADRYA ZAHRA_DIV REGULER_NCP TB (2) (1).docx
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Diagnosa penyakit
Diagnosa penyakitDiagnosa penyakit
Diagnosa penyakit
 
Nutritional care process diagnosis
Nutritional care process diagnosisNutritional care process diagnosis
Nutritional care process diagnosis
 
DASAR ILMU GIZI
DASAR ILMU GIZIDASAR ILMU GIZI
DASAR ILMU GIZI
 
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptxTuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
 
Laporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaLaporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsia
 
The role of nutrition for mental health
The role of nutrition for mental healthThe role of nutrition for mental health
The role of nutrition for mental health
 
Home visit dmt2 tidak terkontrol + pasca stroke
Home visit dmt2 tidak terkontrol + pasca strokeHome visit dmt2 tidak terkontrol + pasca stroke
Home visit dmt2 tidak terkontrol + pasca stroke
 
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIA
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIAKasus farmakoterapi DYSPEPSIA
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIA
 

Recently uploaded

MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxDesiNatalia68
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 

Recently uploaded (20)

MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 

NCP Kasus Penyakit Pernapasan

  • 1. LAPORAN KASUS DIETETIK II PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN PPOK EKSEBARSI AKUT, HAP (HOSPITAL ACQUIRED PENUMONIA), SEPSIS DENGAN MASALAH GAGAL NAFAS HIPERKARP DAN HIPOALBUMIN Dosen Pengampu : Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si. Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi. Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD Disusun oleh : Katharina Silvia Radon 22030119100117 PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2022 REVISI
  • 2. I. Latar Belakang Tn. S berusia 65 tahun masuk rumah sakit (28 Agustus) dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu sesak yang dirasakan terus- menerus terutama saat beraktifitas. Sesak tidak dipengaruhi dengan debu dan cuaca.jika merasa sesak Tn.S mengkonsumsi obat naupusin. Tn.S juga mengeluh batuk dengan dahak warna putih, dan makin hari dahak menjadi kental kekuningan disertai demam. Tn.S juga mengeluh muntah darah sejak SMRS. Muntah disertai dengan sisa makanan warna kecoklatan. Sejak usia muda Tn.S merokok dan mampu menghabiskan rokok 1 pak/hari, namun berhenti sejak 1 tahun yang lalu. Tn.S mendapat diagnosa PPOK eksaserbasi akut , Hospital Acquired Pneumonia (HAP) dan Sepsis dengan masalah gagal nafas hiperkarpk, hipoalbumin, hiponanerl. Kondisi Tn.S (29 September) masih terbaring lemas dan mengeluh kondisi tubuhnya masih sering sesak dan nafsu makannya kurang nikmat ketika kondisinya mulai tidak stabil. Selama sakit Tn.S merasa mengalami penurunan berat badan. Sebelum sakit Tn.S bekerja sebagai petani dan berladang. Tetapi setelah sakit dia melakukan aktifitas yang ringan. Tn.S memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan sehari 3x dengan makan pagi, siang sama dan sore menggunakan menu yang berbeda. Tn.S biasa mengkonsumsi nasi 3x sehari @ 1 ½ centong, mie instan 1 bungkus 2x/minggu, telur dadar dan bulat 1 butir 1x/hari, ayam goreng 1 potong sedang 3x/bulan, rendang sapi 1x/bulan, ikan tawar / laut goreng 1 ekor sedang 2x/bulan, tahu dan tempe goreng/bacem 2x/hari. Tn.S juga mengkonsumsi sayur setiap hari. Sayur yang biasa dikonsumsi adalah bening bayam, kacang panjang 3 sdm 2x/minggu ,oseng kangkung 3 sdm 1x/minggu, sup sayuran 1 mangkuk 2x/minggu, sayur bobor 1x/minggu. Buah yang biasa dikonsumsi pepaya dan pisang. Pemeriksaan nadi 86x/menit, tekanan darah 91/64 mmHg, respiratory rate 24x/menit, suhu 36,80 C. Tn.S memiliki BB 45 kg, TB 167, 5cm. Pemeriksaan laboratorium tanggal 29 Agustsus menunjukkan hasil pH 7,430, BE 7 mmol/L,
  • 3. PCO2 47 mmHg, hematokrit 28%, HCO3 31,5 mmol/L, total CO2 33 mmol/L, Hb 10g/dl, GDS 189 mg/dL, albumin 2,5 g/dl , creatine 0,4 mg/dl. Hasil lab tanggal 6 September Ht 27%; albumin 2,7 g/dl; Hb 8,4 g/dl; leukosit 16,1 ribu/ul; Na darah 135 mmol/L, K darah 3,4 mmol/L, Cl darah 103 mmol/L. Pengobatan yang diberikan infus RL 20tpm, inj gentamicin 240 mg/24 jam. Inj Methiprednisolon 30 mg/8jam, N Acethil Cystein 200mg/8 jam, KSR 1tab/ 8jam,VIP Albumin 1tab/8jam, Syring Pump N-epi bila NAP <65 , Inj Omeprazole 40 mg/12 jam, Sulcarfat Syr1C/8jam, Csprofloxoan 400 mg/8jam, Asam Traneksamat 1 amp extra, Vit C 1 amp extra. Tn.S tinggal bersama ke 2 anaknya dan istrinya. Keluarga dari Tn.S sangat memotivasi untuk kesembuhannya. Kedua anaknya sudah menikah dan satu dari anaknya bekerja di pasar. Tn S dan keluarga mengaku sebelumnya belum pernah mendapat edukasi gizi dan diet apa yang harus dijalankan. Giginya yang sudah mulai renggang membuat kesusahan dalam mengunyah makanan. Tn.S tidak memiliki alergi, tetapi kurang dapat menerima makanan dengan jenis ikan laut dikarenakan jika sudah dingin pasien merasa mual mencium bau dari ikan tersebut sehingga membuat tidak nafsu mkan. Semenjak jatuh sakit dan masuk rumah sakit, asupan makan pasien menurun. Beliau hanya mampu mengasup ½ porsi dari biasanya karena dia merasa sesak dan lemas. Karena kesusahan dalam mengunyah makanan biasa akhirnya direkomendasikan untuk diganti dengan bubur untuk mempermudahkan dalam mengasup makanan dari rumah sakit. Pasien terkadang mengkonsumsi makanan diluar pemberian rumah sakit ketika lapar dan meminum air putih dari luar rumah sakit untuk meminum obat. Saat di rumah sakit, aktifitas Tn.S hanya terbatas di tempat tidur karena kondisinya yang lemas dan masih merasakan sesak. Melakukan BAK dia menggunakan pempers/ bantuan pispot dan BAB dibantu ke kamar mandi oleh anak yang menjaganya
  • 4. II. Skrining (Data Umum) A. Pemilihan Metode Skrining Metode skrining yang digunakan oleh Tn.S adalah MNA (Mini Nutritional Assessment). MNA dipilih karena mudah, praktis dan satu- satunya instrumen penilaian malnutrisi yang dikembangkan untuk lansia.1 Menurut Academy of Nutrition and Dietetics, MNA dikategorikan sebagai metode skrining grade II, yang berarti memiliki validitas dan reliabilitas secara umum yang cukup baik.2 Skrining terdiri dari enam item: item asupan makanan, dua parameter antropometrik (penurunan berat badan dan indeks massa tubuh baru-baru ini, atau BMI), dan tiga parameter umum (mobilitas, stres fisik dan emosional, dan neuropsikologis).3 Selain itu, skrining juga direkomendasikan untuk pasien malnutrisi di rumah sakit. Dengan demikian, MNA sangat cocok digunakan untuk Tn. S dalam kasus ini, yakni seorang lansia dengan kondisi hospital malnutrition. B. Pengisian Kuisioner
  • 5. C. Membuat Kesimpulan Kuisioner Berdasarkan skrining MNA yang telah dilakukan, diperoleh skor total 3, sehingga Tn. S dikategorikan sebagai malnutrisi. Dari hasil skrining, diketahui bahwa asupan makan Tn. S sangat berkurang (point 0) akibat turun nafsu makan, sesak dan gigi renggang (sulit untuk mengunyah makanan). Sehingga, Tn. S mengalami perurunan berat badan (point 1). Mobilitas Tn. S saat ini renah, yakni terbatas ditempat tidur. Kemudian, Tn.S juga mengalami tekanan psikologis/penyakit berat(point 0). Tn. S diketahui tidak memiliki permasalahan neuropsikologis (point 2). IMT Tn.S kurang dari 19 kg/m2 yakni hanya 16,14 kg/m2 (point 0). Dengan demikian, Tn. S membutuhkan suatu proses asuhan gizi terstandar. III. Asesmen (Pengkajian) Gizi A. Pengkajian Riwayat Pasien (CH) Client History (CH) Domain Data Keterangan CH 1.1.1 Age 65 tahun Lansia CH 1.1.2 Gender Laki-laki CH 1.1.7 Role in family Ayah, suami CH 1.1.8 Tobacco use  Merokok sejak usia muda  Mampu menghabiskan rokok 1 pak/hari  Berhenti sejak 1 tahun lalu CH 1.1.9 Physical disability  Gigi mulai renggang
  • 6. CH 1.1.10 Mobility  Terbaring lemas di tempat tidur (Bed-rest)  BAK dengan menggunakan pempers/bantuan pispot  BAB dibantu ke kamar mandi oleh anak yang menjaganya CH 2.1.1 Patient/client chief nutrition complaint  Nafsu makan turun  Sulit mengunyah  Sesak nafas  Lemas CH 2.1.3 Endocrine/metabolism  Hipoalbumin /malnutrisi  Demam CH 2.1.4 Excretory Batuk berdahak CH 2.1.5 Gastrointestinal Muntah darah Sejak SMRS CH 2.1.8 Immune  Sepsis CH 2.1.13 Respiratory  PPOK eksaserbasi akut  HAP (Hospital Acquired Pneumonia)  Hiperkapnia CH 3.1.2 Living/housing situation Tinggal bersama istri dan dua anak CH 3.1.2 Keluarga memotivasi
  • 7. Scoial and Medical Support kesembuhan Tn.S CH 3.1.6 Occupation Petani dan berladang Kesimpulan: Tn. S adalah seorang petani berjenis kelamin laki-laki, berusia 65 tahun (lansia) yang tinggal bersama istri dan dua anak. Tn.S mengalami penyakit PPOK eksaserbasi akut, HAP, hiperkapnia hipoalbumin dan sepsis. Ia mengeluhkan nafsu makan turun, demam, batuk berdahak, muntah darah, sulit mengunyah, sesak nafas dan lemas. Saat ini Tn. S hanya dapat terbaring lemas ditempat tidur (bed-rest). B. Pengkajian Riwayat terkait Gizi / Makanan (FH) Food History (FH) Domain Data Keterangan FH 1.1.1.1 Total Energy Intake  SMRS : 1983,0 kkal  MRS : 991,5 kkal atau ½ dari porsi biasa FH 1.2.1.1 Oral fluid Tidak diketahui FH 1.2.2.1 Amount of food  Nasi 3x/hari : 1 ½ ctg  Mie instant 2x/minggu : 1 bgks  Telur dadar dan bulat 1x/hari : 1 bh  Ayam goreng 3x/bulan : 1 ptg sdg  Rendang sapi 1x/bulan  Ikan tawar/laut goreng 2x/bulan : 1 ekor sdg Kebiasaan makan pasien SMRS. Adapun kebiasan makan MRS ½ porsi dari biasanya.
  • 8.  Tahu dan goreng/bacem 2x/hari  Sayur bening bayam 2x/minggu  Sayur kacang panjang 2x/minggu : 3 sdm  Oseng kangkung 2x/minggu : 3 sdm  Sup sayuran 2x/minggu : 1 mgk  Sayur bobor 1x/minggu  Buah pepaya dan pisang FH 1.2.2.2 Types of Food/Meals Self-prepared foods Kebiasaan FH 1.2.2.3 Meal pattern 3x/sehari (sarapan, makan siang dan makan malam) Kebiasaan FH 1.2.2.5 Food variety Bervariasi (makanan pokok, lauk nabati dan hewani, sayur, buah dan minyak) Kebiasaan FH 1.3.2.2 IV Fluid Intake Infus RL 20 tpm *(Fungsi dijelaskan pada bagian pembahasan) FH 1.4.2.7 Other bioactive  VIP Albumin 1 tab/8 jam  Vit. C 1 amp extra *(Fungsi dijelaskan pada bagian pembahasan) FH 1.5.1.1  SMRS : 96,8 g
  • 9. Total fat  MRS : 48,4 g FH 1.5.2.1 Total protein  SMRS : 64,1 g  MRS : 32,05 g FH 1.5.3.1 Total carbohydrate  SMRS : 231,7 g  MRS : 115,85 g FH 1.5.4.1 Total fiber  SMRS : 20,1 g  MRS : 10,05 g FH 1.6.1 Vitamin : Vitamin A Vitamin C Vitamin D Vitamin E Vitamin K MRS : 1567,85 µg 43,8 mg 1,15 µg 3,6 µg 0 µg FH 1.6.2 Mineral : Ca Zn Fe Sodium Mg MRS : 183,95 mg 3,2 mg 7,35 mg 1483,65 mg 149,35 mg FH 2.1.2.2 Previous counseling Belum pernah mendapat konseling FH 2.1.2.5 Food allergies Tidak ada alergi FH 3.1.1 Prescription medication use  Inj. Gentamicin 240 mg/24 jam  Inj. Methiprednisolon 30 mg/8 jam *(Fungsi dijelaskan pada bagian pembahasan)
  • 10.  N Acethil Cystein 200 mg/8 jam  KSR 1 tab/8 jam  VIP Albumin 1 tab/8 jam  Syring Pump N-epi bila NAP < 65  Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam  Sulcarfat Syr 1C/8 jam  Csprofloxoan 400 mg/8 jam  Asam traneksamat 1 amp extra  Vit. C 1 amp extra FH 4.1.1 Area and level of knowledge Inadekuat Tn. S dan keluarga mengaku sebelumnya belum pernah mendapat edukasi gizi dan diet apa yang harus dijalankan FH 4.2.4 Motivation Keluarga Tn. S sangat memotivasi untuk kesembuhannya FH 5.2.1 Avoidance  Ikan laut  Makanan bertekstur keras  Jika sudah dingin, pasien merasa mual mencium bau ikan tersebut
  • 11. sehingga membuat tidak nafsu makan  Gigi mulai renggang sehingga kesusahan dalam mengunyah makanan FH 7.3.6 Type of physical activity  SMRS : aktivitas fisik tinggi, yakni petani dan berladang  MRS : aktivitas fisik ringan, yakni terbaring ditempat tidur Kesimpulan : Tn.S mengonsumsi makanan yang bervariasi namun secara kauntitas tidak memenuhi kebutuhannya, cenderung tinggi lemak, digoreng dan bersantan. Pola makan Tn.S yakni 3x/sehari, tidak memiliki alergi, sedang mendapatkan infus RL dan obat-obatan. C. Pengkajian Antropometri (AD) Anthropometry Data (AD) Domain Data Keterangan AD 1.1.1 Height/Length 167,5 cm AD 1.1.2 Weight 45 kg Selama sakit, Tn. S merasa mengalami penurunan BB AD 1.1.3 Frame size Kurus Underweight AD 1.1.5 16,14 kg/m2 Sangat kurus
  • 12. Body Mass Index (kekurangan BB tingkat berat) Kesimpulan: Tn.S dikategorikan underweight menurut WHO dan sangat kurus (kekurangan BB tingkat berat) menurut Kemenkes RI. D. Pengkajian Data Biokimia (BD) Biochemical Data (BD) Domain Data Keterangan4 BD 1.1.1 Arterial pH 7,430 Normal (7,35 – 7,45) BD 1.1.2 Arterial bicarbonate/HCO3 31,5 mmol/L Tinggi (22-26 mmol/L) BD 1.1.3 PaCO2 47 mmHg Tinggi (35 – 45 mmHg) BD 1.2.2 Creatinin 0,4 mg/dL Rendah (0,6 – 1,2 mg/dL) BD 1.2.5 Sodium (Na) 135 mmol/L Normal (135 – 145 mEq/L) BD 1.2.6 Chloride (Cl) 103 mmol/L Normal (101 – 111 mEq/L) BD 1.2.7 Potassium (K) 3,4 mmol/L Rendah (3,6 – 5 mEq/L) BD 1.5.2 Glucose, casual 189 mg/dL Tinggi (Normal : 120 mg/dL) BD 1.10.1 Hemoglobin  Awal : 10 g/dL  Terakhir : 8,4 g/dL Rendah (14 – 17 g/dL) BD 1.10.2 Hematocrit  Awal : 28%  Terakhir : 27% Rendah (42 – 52%)
  • 13. BD 1.11.1 Albumin  Awal : 2,5 g/dL  Terakhir : 2,7 g/dL Rendah (3,5 – 5 mg/dL) Other :  Leukosit  BE  Total CO2 16.000/ul 7 mmol/L 33 mmol/L  Leukosit : Tinggi (Normal : 4.000- 10.000/ul)  BE : Tinggi ( 0 ± 2 mEq/L )  Tinggi (Normal : 23 – 27 mmol/L) Kesimpulan : Tn.S memiliki kadar HCO3, PaCO2, GDS, leukosit, BE dan Total CO2 yang tinggi. Adapun kadar kreatinin, kalium, Hb, Ht dan albumin yang rendah. E. Pengkajian Data Klinis / Fisik (PD) Nutrition Focused Physical Findings (PD) Domain Data Keterangan PD 1.1.1 Overall apperance Lemas PD 1.1.3 Cardiovascular/ pulmonary  Hiperkarpnia  Sesak nafas  Batuk berdahak kuning PD 1.1.5 Digestive system (mouth to rectum)  Gigi renggang  Sulit mengunyah makanan  Nafsu makan turun  Muntah darah disertai sisa makanan warna kecoklatan PD 1.1.9  Tekanan darah : 91/64  Tekanan darah :
  • 14. Vital sign mmHg  Nadi : 86x/menit  RR : 24 x/menit  Suhu : 36,8°C Rendah (Sistolik 120-139 dan Diastolik 80-89)  Nadi : Normal (60- 100x/menit)  RR : Tinggi (12-20 x/menit)  Suhu : Normal (36°-38° C)5 Kesimpulan: Tn. S memiliki hiperkapnia, sesak nafas, batuk berdahak kering, kesulitan mengunyah akibat gigi renggang, nafsu makan turun, muntah darah. Adapun tanda vital Tn.S normal. F. Comparative Standards Comparative Standards (CS) Domain Data Keterangan CS 1.1.1 Total Energy Estimated Needs 1655 kkal Inadequat (59,91%) CS 1.1.2 Method for estimating needs Rumus Harris Benedict dan Buku Dietetik Penyakit Infeksi dari Kemenkes RI.6 BMR = 66,47 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,78 x U) Energi = 140% dari BMR CS 2.1.1 Total fast estimated needs 64,36 g Inadequat (75,20%) CS 2.1.2 PUFA, MUFA
  • 15. Type of fat needs CS 2.1.3 Method for estimating needs Buku Dietetik Penyakit Infeksi dari Kemenkes RI.6 35% CS 2.2.1 Total protein estimated needs 82,75 g Inadequat (38,73%) CS 2.1.3 Method for estimating needs Buku Dietetik Penyakit Infeksi dari Kemenkes RI.6 20% CS 2.3.1 Total carbohydrate estimated needs 186,2 g Inadequat (62,19%) CS 2.3.3 Method for estimating needs Buku Dietetik Penyakit Infeksi dari Kemenkes RI. 6 45% CS 2.4.1 Total fiber estimated needs 25 g Adequat (80,4%) CS 2.4.3 Method for estimating needs AKG 2019.7 CS 3.1.1 Total fluid estimated needs  Cairan total = 1820 mL  Cairan IV = 1440 mL  Oral intake = 380 mL Inadequat CS 3.1.2 Method for estimating needs Pedoman Tata Laksana Gizi Klinik PDGKI.8 25-40 mL/kgBB/hari
  • 16. CS 4.1 Vitamin : Vitamin A Vitamin C Vitamin D Vitamin E Vitamin K Method for estimating needs 650 RE / 650 µg retinol 90 mg 20 µg 15 µg 65 µg AKG 2019.7 Adequat (241,22%) Inadequat (48,67%) Inadequat (5,75%) Inadequat (24%) Inadequat (0%) CS 4.1 Mineral : Ca Zn Fe Sodium Mg Method for estimating needs 1200 mg 11 mg 9 mg 1100 mg 350 mg AKG 2019 dan Jurnal Academia.7,9 Inadequat (15,33%) Inadequat (29,1%) Adequat (81,67%) Kurang (34,63%) Inadequat (134,88%) CS 5.1.1 Ideal/reference body weight 52 kg Kurang (7 kg) CS 5.1.2 Recommended BMI Rentang 18,5-22,9 kg/m2 Tidak terpenuhi (16,14 kg/m2 ) Kesimpulan : Secara keseluruhan, kecukupan energi Tn. S dikateogorikan inadekuat (59,91%). BBI yang dianjurkan saat ini adalah 52 kg dengan IMT 18,5 kg/m2 .
  • 17. IV. Diagnosis Gizi (NI 5.2) Malnutrition (P) berkaitan dengan penyebab fisiologis yang meningkatkan kebutuhan nutrisi (penyakit PPOK, pneumonia, sepsis) dan perubahan struktur gigi (mulai merenggang) (E) ditandai dengan IMT 16,14 kg/m2 (underweight); penurunan BB dan nafsu makan; penyakit PPOK eksaserbasi akut, HAP, sepsis, sesak nafas dan muntah; asupan energi inadequat (59,91%). (S). (NC 5.10) Altered nutrition-related labpratory values (keseimbangan asam basa, profil anemia, endokrin dan protein; PaCO2, HCO3, dan CO2 total) (P) berkaitan dengan disfungsi/gangguan sitem pernafasan (E) ditandai dengan diagnosis PPOK eksaserbasi akut, HAP, sepsis, gagal nafas; tingginya kadar HCO3 (31,5 mmol/L), PaCO2 (47 mmHg), GDS (189 mg/dL), leukosit (16,1 ribu/μL), BE dan Total CO2; rendahnya kadar kreatinin (0,4 mg/dL), kalium (3,4 mmol/L), Hb (8,4 g/dL), Ht (27%) dan albumin (2,7 g/dL) (S). (NB 1.1) Food and nutrition-related knowledge deficit (P) berkaitan dengan kurangnya pendidikan terkait nutrisi sebelumnya (E) ditandai rendahnya kecukupan asupan MRS (59,91%), pemilihan makanan yang kurang tepat dan riwayat merokok saat muda (S). V. Intervensi Gizi A. Perencanaan (Planning) 1. Tujuan Intervensi Gizi a. Mencegah terjadinya penurunan BB dengan memenuhi kebutuhan asupan energi 1655 kkal dan protein 82,75 g. b. Mengurangi gejala, mencegah eksaserbasi berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru dan meningkatkan kualitas hidup dari aspek gizi. c. Memperbaiki dan memonitoring nilai biokimia profil keseimbangan basa (HCO3, PCO2, dan total CO2) dan profil elektrolit (Na, K, Cl) sehingga mencapai nilai normal.
  • 18. d. Memotivasi pasien agar mampu mengimplementasikan preskripsi diet yang telah diberikan secara bertahap dan teratur. e. Mengedukasi Tn. S dan keluarga mengenai cara untuk mengatasi keluhan terkait penerimaan makanan dalam rangka meningkatkan asupan oral serta nafsu makan. 2. Preskripsi Diet NP 1.1 Nutrition prescription a. Diet rendah karbohidrat, tinggi protein dan lemak serta bertekstur lunak untuk pasien PPOK. b. Energi : 1655 kkal c. Lemak : 64,36 g. Dianjurkan asam lemak omega 3 dan 6. d. Protein : 82,75 g. Sumber protein berasal dari hewani maupun nabati berdensitas tinggi. e. Karbohidrat : 186,2 g. Dianjurkan karbohidrat kompleks. f. Serat : 25 g/hari sesuai AKG 2019. g. Cairan total sekitar 1820 mL, dengan cairan IV 1440 mL dan oral intake 380 mL. h. Asupan vitamin yang sejalan dengan penanganan PPOK yaitu Vitamin A (650 RE), Vitamin C (90 mg), Vitamin D (20 µg), Vitamin E (15 µg), Vitamin K (65 µg). i. Asupan mineral yang sejalan dengan PPOK, yaitu Ca (1200 mg), Zn (11 mg), Fe (9 mg), Sodium (1100 mg), Mg (350 mg). j. Makanan yang dianjurkan : o Madu o Buah tomat, berry, pisang o Makanan tinggi vitamin C k. Makanan yang tidak dianjurkan : o Makanan yang mengandung gas. Misal : kol, kacang panjang, asparagus, lobak, makanan pedas dan makanan merangsang lainnya.
  • 19. o Makanan tinggi karbohidrat karena dapat merangsang saluran pernapasan. Misal : mie, bihun, singkong, ubi, roti dan makanan manis. l. Frekuensi pemberian makanan 3x makanan utama sehari dengan 3x selingan, membuat porsi asupan menjadi lebih kecil dari biasa untuk menghindari mual dan sesak akibat terlalu banyak asupan sewaktu. m. Istirahat sebelum makan, rencanakan obat dan penggunaan oksigen sekitar waktu makan. n. Untuk mencegah aspirasi, perlu memperhatikan posisi duduk saat makan, gunakan oksigen pada saat waktu makan, makan pelan, kunyah dengan baik, kurangi aktivitas melelahkan dan bina lingkungan sosial yang menyenangkan sehingga nafsu makan meningkat. B. Rencana Implementasi 1. Pemberian Diet (Jenis, Bentuk dan Contoh Menu) ND 1 Meals and Snacks a. Jenis diet: Diet rendah karbohidrat, tinggi protein dan lemak b. Bentuk makanan (termasuk modifikasi): i. Makanan mudah cerna, yakni bertekstur lunak dengan sedikit penyesuaian., porsi kecil, frekuensi sering. ii. Rute makanan : oral. iii. Jadwal makan : 3x sehari dengan 3x selingan. c. Contoh (Rekomendasi) Menu Makanan untuk Tn.S Waktu Makan Nama Makanan Bahan Makanan Keterangan URT dan Gram Matang URT Gram matang Sarapan Roti panggang Roti tawar 2 lembar 70 Selai kacang 2 sdm 20
  • 20. Pudding Putih telur 1 buah 35 Agar-agar 2 sdm 20 Air putih Air putih 1 gelas 100 Selingan 1 Bubur sumsum Bubur sumsum 1 mangkok 100 Gula merah 1 sdt 5 Air putih Air putih ½ gelas 50 Makan siang Nasi tim Nasi tim 1 ½ piring 150 Tumis udang Udang 5 ekor 30 Brokoli ½ mangkok 50 Wortel ½ mangkok 50 Minyak 3 Semur tahu Tahu 2 potong 50 Kecap 1 sdt 5 Semangka Semangka 1 potong 100 Air putih Air putih 1 gelas 100 Selingan 2 Smoothies avocado Alpukat 1 potong 70 Yoghurt 2 sdm 20 Madu 1 sdt 5 Air putih ½ gelas 50 Makan malam Nasi tim Nasi tim 1 ½ piring 150 Sayur bobor Labu siam ½ mangkok 50 Kangkung ½ mangkok 50 Santan 1 mangkok 100 Rolade Daging sapi 1 potong 45 Tahu 2 potong 50 Telur ½ buah 30 Semur hati Hati ayam 3 sdm 30
  • 21. 2. Pendidikan Gizi Tujuan dari pendidikan gizi terhadap Tn. S adalah untuk membantu Tn. S mengerti dan memahami kondisi kesehatannya dan memberikan pengetahuan dari sudut pandang gizi (asupan) terkait penanganan kondisi tersebut. PPOK tidak bisa disembuhkan, namun kita harus mempertahankan fungsi optimal paru. Inti dari pendidikan gizi adalah PPOK merupakan penyakit kronik yang irreversible dan progresif sehingga memerlukan penyesuaian keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan memburuknya fungsi paru. Pertama, Tn. S perlu belajar mengidentifikasi penyebab sesak nafas dan mencoba menghindari/ menguranginya. Kedua, melaksanakan Kecap 1 sdt 5 Minyak 1 sdt 5 Pepaya Pepaya 1 potong 100 Air putih Air putih 1 gelas 80 Selingan 3 Biskuit Biskuit 3 buah 30 Starwberry Strawberry 5 buah 100 Total Zat Gizi *Pemenuhan Vitamin Masih kurang, dapat diberikan multivitamin untuk mencukupi kebutuhan  Energi: 1655 kkal  Protein: 68,2 gram  Lemak: 71,3 gram  Karbohidrat: 185,9 gram  Cairan: 380 mL  Serat: 19,9 gram  Vitamin A : 5143,3 µg  Vitamin C: 204,4 mg  Vitamin D: 3,6 mg  Vitamin E : 13,6 µg  Vitamin K : 112,4 µg  Ca : 416,6 mg  Zn : 9,6 mg  Fe : 16,5 mg  Sodium : 1321,8 mg  Magnesium : 344,5 mg
  • 22. pengobatan dengan maksimal sesuai anjuran dokter; dan menjaga asupan gizi adekuat, serta rajin melakukan latihan fisik dan pernafasan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah menjalani vaksinasi secara rutin, contohnya vaksin flu dan vaksin pneumokokus; Memeriksakan diri secara berkala ke dokter agar kondisi kesehatan bisa dipantau. Sebagai ahli gizi, saat ini urgensi dilakukan terhadap peningkatan konsumsi asupan makanan Tn. S, dari asupan gizi makro dan mikronya. Terlebih, beliau telah mengalami underweight dan penurunan BB. Selain itu, Tn. S akan diberikan anjuran makanan (mengenai pemilihan bahan & bentuk makanan, pengolahan, jadwal makan, dll) yang sesuai dengan kondisi kesehatannya serta pengertian/pengetahuan akan tujuan penyelenggaraan makanan tertentu (terstandar) di rumah sakit. Anjuran tersebut kurang lebih mirip dengan preskripsi diet dan rekomendasi menu. Hal tersebut dapat menjadi bekal ilmu bagi Tn. S kelak sehingga dapat diaplikasikan secara mandiri, saat keluar dari rumah sakit. 3. Konseling Gizi Pelaksanaan Konseling Gizi Hari, tanggal 18 Februari 2022 Jam 10.00-11.00 WIB Tempat Ruang rawat inap Tn. S Topik Penanganan penyakit PPOK, HAP dan sepsis utamanya dari aspek gizi Tujuan 1. Mengetahui preferensi Tn. S dalam menyesuaikan jenis makanan maupun perilaku tertentu dalam perencanaan diet 2. Memotivasi Tn. S untuk berkomitmen menjalankan diet yang disepakati dan pola hidup dengan benar, secara bertahap dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya 3. Mengidentifikasi keluhan yang dialami Tn. S dan
  • 23. memberikan solusi/saran sebagai ahli gizi Sasaran Tn. S Waktu Dapat dilakukan saat assessment/visit/skrining pasien. Materi 1. Pembahasan umum mengenai PPOK, HAP, sepsis serta kaitannya dengan gizi 2. Edukasi diet rendah karbohidrat, tinggi protein dan lemak,bahan dan pengolahan makanan apa saja yang dianjurkan, dikurangi serta dihindari 3. Motivasi, dorongan, komitmen Metode Konseling menggunakan metode Cognitive-Behavioral Theory Media Leaflet Evaluasi 1. Meminta Tn. S untuk memberikan kesimpulan terkait hasil yang didapatkan dari sesi konseling secara lisan 2. Mengevaluasi kesiapan dan kesanggupan Tn. S dalam melaksanakan diet yang disepakati 3. Evaluasi personal bagi ahli gizi terkait preferensi makanan Tn. S Berikut merupakan gejala dan strategi konseling gizi pada pasien penderita PPOK menurut Buku Dietetik Penyakit Infeksi Kemenkes RI : 6
  • 24. Gambar 1. Gejala dan Strategi Konseling Gizi pada Pasien Penderita PPOK 4. Koordinasi dengan Tenaga Kesehatan Pertemuan Pokok diskusi Solusi dan Implementasi Tenaga Terlibat 1 Patogenesis, diagnosis dan pengobatan penyakit secara medis, interaksi obat dan makanan  Menginformasikan dokter penanggung jawab Tn. S terkait dengan interaksi antar obat yang dapat memperburuk kesehatan Tn. S  Diskusi terkait pemberian multivitamin (terutama vitamin antioksidan seperti vitamin A, C dan E) untuk penunjangan kebutuhan vitamin Tn. S Dokter dan ahli gizi 2 Pencatatan rekam medis, kondisi klinis dan perkembangan pasien  Melakukan pengontrolan status biokimia, fisik, klinis Tn. S.  Menggunakan skrining gizi, pengukuran antropometri, monitoring dan evaluasi.  Memberikan informasi Perawat, ahli gizi
  • 25. tambahan lainnya terkait kesehatan pasien 3 Penyusunan menu makanan  Penyusunan menu diet sesuai dengan kondisi kesehatan serta daya terima Tn. S Ahli gizi 4 Penyajian makanan  Penyajian makanan oleh pramusaji bersama ahli gizi, memastikan menu dikonsumsi dengan baik dan sesuai selera Tn. S Pramusaji, ahli gizi VI. Perencanaan Monitoring – Evaluasi Gizi A. Antropometri (AD) Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan Target Pencapaian Berat Badan dan IMT Mengukur BB Tn. S untuk memastikan adanya peningkatan Pengukuran dengan timbangan tiap 1 minggu sekali serta perhitungan IMT Peningkatan berat badan Tn. S mendekati 52 kg (BBI) B. Biokimia (BD) Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan Target Pencapaian Biokimia Memantau kadar nilai laboratorium mendekat nilai normal Periksa ke laboratorium seminggu sekali HCO3, PaCO2, GDS, leukosit, BE, Total CO2, kreatinin,
  • 26. kalium, Hb, Ht dan albumin mendekati nilai normal C. Klinis / Fisik (PD) Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan Target Pencapaian Lemas, batuk, muntah, rasa sesak berkurang Mendata keluhan pasien  Observasi dan wawancara langsung kepada Tn. S terkait kondisinya saat visit harian  Memberikan asupan untuk memberikan kekuatan dan penyembuhan supaya tidak lemas dan obat PPOK Gejala berkurang, Tn. S terlihat lebih bugar/sehat D. Asupan Makan (FH) Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan Target Pencapaian Asupan makanan Mengevaluasi % penghabisan asupan makanan yang disediakan RS setelah mengalami modifikasi diet Metode visual comstock setiap Tn. S selesai mengonsumsi makanan 80% makanan yang disediakan RS setelah dimodifikasi dapat diterima dan dihabiskan
  • 27. oleh Ny. TA (dilakukan secara bertahap) Kebutuhan zat gizi tercukupi Mengevaluasi kecukupan zat gizi setelah mengalami modifikasi diet Recall 24 jam setiap 3x/hari Kebutuhan zat gizi makro mikro Tn. S terpenuhi Pengetahuan terkait diet Pelaksanaan diet sesuai rencana Edukasi dan konseling gizi Tn. S melaksanakan diet dengan baik, lebih paham kondisi kesehatannya. VII. Pembahasan Kasus Tn. S merupakan seorang laki-laki berusia 65 tahun (lansia) mengeluh sesak nafas sejak 1 tahun lalu terutama saat beraktivitas, batuk dengan dahak warna putih dimana semakin hari dahak berubah menjadi kental kekuningan dengan disertai demam. Tn. S didiagnosa PPOK eksaserbasi akut , Hospital Acquired Pneumonia (HAP) dan Sepsis dengan masalah gagal nafas hiperkarpk, hipoalbumin, hiponanerl. Masalah kesehatan yang dialami Tn. S cukup serius sehingga dilakukan skrining terlebih dahulu untuk menentukan apakah PAGT perlu diberikan kepada pasien. Adapun instrumen skrining yang digunakan adalah MNA (Mini Nutritional Assessment). MNA dipilih karena mudah, praktis dan satu-satunya insrumen penilaian malnutrisi yang dikembangkan untuk lansia. Menurut Academy of Nutrition and Dietetics,
  • 28. MNA dikategorikan sebagai metode skrining grade II, yang berarti memiliki validitas dan reliabilitas secara umum yang cukup baik.2 MNA terdiri dari enam item: item asupan makanan, dua parameter antropometrik (penurunan berat badan dan indeks massa tubuh baru-baru ini, atau BMI), dan tiga parameter umum (mobilitas, stres fisik dan emosional, dan neuropsikologis). MNA juga direkomendasikan untuk pasien malnutrisi di rumah sakit. Dengan demikian, MNA sangat cocok digunakan untuk Tn. S dalam kasus ini, yakni seorang lansia dengan kondisi hospital malnutrition.1,3 Berdasarkan skrining MNA yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa Tn.S mengalami malnutrisi, sehingga perlu dilakukan perencanaan gizi secara dini. Tn. S memiliki IMT <19 kg/m2 , mengalami penurunan asupan makanan serta BB dan mobilitas hanya terbatas pada tempat tidur. Tn. S mengalami penyakit yang berat dalam 3 bulan terakhir, dalam hal ini berupa diagnosa medis dari dokter (PPOK eksaserbasi akut, HAP, sepsis). Tn. S tidak memiliki gangguan psikologis. Oleh karena itu, skor akhir Tn. S adalah 3, dimana skor berada pada rentang 0-7, termasuk kategori malnutrisi sehingga Tn. S diwajibkan untuk melaksanakan asuhan gizi terstandar. Berdasarkan pengkajian client history (CH), data penting yang diperoleh dari Tn. S adalah sebagai berikut : Tn. S didiagnosa PPOK eksaserbasi akut, HAP, Sepsis. Tn. S mengalami hiperkarpnia, hipoalbumin. Keluhan Tn. S antara lain nafsu makan turun, demam, batuk berdahak, muntah darah, sulit mengunyah, sesak nafas dan lemas. PPOK merupakan penyakit progresif dengan gangguan aliran udara didalam paru, disebabkan oleh adanya inflamasi pada dinding saluran bronkus dan kerusakan dinding alveoli, sehingga pasien mengalami sesak nafas. Ciri khas dari penyakit PPOK adalah brokitis kronis dan emfisema. Namun, dalam kasus ini kemungkinan PPOK disebabkan oleh bronkitis kronis. Penyebab utamanya adalah asap rokok, sesuai dengan riwayat masa muda Tn. S yang gemar merokok. Mula- mula tubuh terpapar asap rokok yang menyebabkan respon peradangan. Kondisi ini menurunkan fungsi kantung udara, meningkatkan pagositosis dan
  • 29. menekan sejumlah imunitas/Ig A. Sehingga peradangan kronik ini menyebabkan hyperplasia sel mengeluarkan mucus/dahak, menyebabkan edema pada bronchus, batuk persisten dan sesak nafas pada pasien. bahkan ketika merokok sudah dihentikan, stress inflamasi masih terus merusak jaringan paru.9 Perokok pada pasien PPOK akan mengalami respon inflamasi yang semakin memburuk diseluruh are saluran pernapasan, yaitu trakeabronkial. Hal ini disebabkan oleh peningkatan repson makrofag dan limfosit T CD8 didinding saluran napas yang akhirnya dapat mengakibatkan gejala yang lebih buruk atau terjadi eksaserbasi, yaitu peningkatan edema dinding bronkus dan produksi lender. Terdapat empat komorbid utama yang paling banyak ditemukan pada pasien PPOK eksaserbasi yaitu pneumonia, gagal jantung, sepsis dan tuberkolosis. Dalam kasus Tn. S terjadi HAP dan sepsis karena sering ditemukan infeksi pada saluran pernapasan bawah. Produksi sputum yang berlebih pun menyebabkan terbentuknya koloni bakteri pathogen pada saluran napas mengakibatkan terjadinya infeksi berulang.10,11 Hospital acquired penumonial (HAP) merupakan infeksi penumonia yang paling sering terjadi dirumah sakit akibat perawatan hospitalisasi. Tanda-tanda penumonia antara lain batuk, demam, lemas, nafas memendek atau bertambah cepat dan nyeri dada.12 Sepsis adalah kondisi dimana bakteri menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dengan kondisi infeksi yang sangat berat, bisa menyebabkan organ-organ tubuh gagal berfungsi dan berujung pada kematian.13 Dalam kasus ini, sepsis terjadi karena adanya pneumonia. Selain itu, sepsis ternyata juga disebabkan risiko konsumsi obat kortikosteroids.14 Pada PPOK lebih lanjut, obstruksi jalan napas perifer destruksi parenkim, dan iregulitas vaskuler pulmonal mengurangi kapasitas paru untuk pertukaran gas sehingga menyebabkan hipoksemia (oksigen darah rendah) dan hiperkapnia (karbondioksida darah tinggi). Ketidakseimbangan rasio ventilasi-perfusi adalah kekuatan pendorong dibelakang hipoksemia pada pasien PPOK, tanpa memperhatikan stadium penyakit. Hiperkapnia kronis biasanya mengindikasikan disfungsi otot inspirasi dan hipervventilasi alveolar.15
  • 30. Hipoalbumin berkaitan dengan reaksi inflamasi (PPOk dan HAP) dan kondisi malnutrisi pada pasien. Adapun nafsu makan menurun disebabkan oleh adanya depresi, produksi dahak berlebih, kebutuhan tubuh yang meningkat dan menurunnya kekuatan otot saluran pernafasan.6 Berdasarkan pengkajian food history (FH), data penting yang diperoleh dari Tn. S adalah sebagai berikut : total energi saat SMRS sebesar 1983,0 kkal dan MRS nya 991,5 kg atau ½ porsi dari biasanya. Untuk cairan oral tidak diketahui datanya. Kebiasaan makan Tn. S antara lain konsumsi nasi 3x sehari, 1 ½ centong, mie instan 1 bungkus 2x/minggu, telur dadar dan bulat 1 butir 1x/hari, ayam goreng 1 potong sedang 3x/bulan, rendang sapi 1x/bulan, ikan tawar / laut goreng 1 ekor sedang 2x/bulan, tahu dan tempe goreng/bacem 2x/hari. Tn.S juga mengkonsumsi sayur setiap hari. Sayur yang biasa dikonsumsi adalah bening bayam, kacang panjang 3 sdm 2x/minggu ,oseng kangkung 3 sdm 1x/minggu, sup sayuran 1 mangkuk 2x/minggu, sayur bobor 1x/minggu. Buah yang biasa dikonsumsi pepaya dan pisang. Tipe makanannya adalah disiapkan sendiri oleh Tn. S dan keluarga. Tn.S memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan sehari 3x dengan makan pagi, siang sama dan sore menggunakan menu yang berbeda. Makanan Tn. S termasuk bervariasi, namun secara kuantitas tidak memenuhi kebutuhannya (MRS), cenderung tinggi lemak, digoreng dan bersantan. Tn. S menerima pengobatan antara lain inj. Gentamicin 240 mg/24 jam, inj. Methiprednisolon 30 mg/8 jam, N Acethil Cystein 200 mg/8 jam, KSR 1 tab/8 jam, VIP Albumin 1 tab/8 jam, Syring Pump N-epi bila NAP < 65, inj. Omeprazole 40 mg/12 jam, Sulcarfat Syr 1C/8 jam, Csprofloxoan 400 mg/8 jam, Asam traneksamat 1 amp extra, Vit. C 1 amp extra, infus RL 20 tpm. Tn. S tidak memliki alergi, namun kurang suka/menghindari ikan laut dan makanan bertekstur keras. Aktivitas fisik SMRS tergolong tinggi, yakni bekerja sebagai petani dan berladang. Namun, saat MRS aktivitas fisik tergolong ringan, yakni terbaring lemas ditempat tidur (bed-rest). Tn. S belum pernah mendapatkan konseling
  • 31. gizi sebelumnya sehingga pengetahuannya termasuk inadekuat. Namun, keluarganya sangat memotivasi Tn.S untuk kesembuhannya. Berikut merupakan fungsi pengobatan yang diterima oleh Tn. S: - Inj. Gentamicin 240 mg/24 jam Merupakan antibiotik golongan aminoglikosida untuk mengobati infeksi oleh bakteri gram negatif, digunakan untuk pengobatan saluran pernapasan. Gentamicin bekerja dengan menghambat sintesa protein dan menghambat bakteri. Efek samping berkaitan dengan faktor usia, fungsi ginjal yang menurun, kehamilan, hipotiroidisme, disfungsi hati, penggunaan bersamaan obat lain seperti : vankomisin, NSAID, cisplatin, siklosporin, sefalosporin. - Inj. Methiprednisolon 30 mg/8 jam Merupakan kortikosteroid dengan lama kerja sedang /intermediate, termasuk adrenokortikoid, dengan efek antiinflamasi dan imunosupresan. Absorbsi peroral 80-90% dengan waktu paruh 3,5 jam atau lebih, 18-36 jam pada jaringan. Waktu mencapai kadar puncak: 1-2 jam. Metabolisme terutama di hati. Ekskresi: urine. Indikasi: asma bronkiale, rhinitis alergika, dermatitis kontak, dermatitis atopik, lupus. - N Acethil Cystein 200 mg/8 jam Merupakan obat golongan mukolitik, berfungsi untuk mengencerkan dahak yang menghalangi saluran pernapasan. Oleh karena itu, obat ini tidak cocok diberikan untuk penderita batuk kering. - KSR 1 tab/8 jam Merupakan obat untuk mencegah hipokalemia dan mengandung kalium klorida. Digunakan untuk mengobati atau mencegah jumlah kalium yang rendah dalam darah (hipokalemia). - VIP Albumin 1 tab/8 jam
  • 32. Merupakan kadar albumin dalam darah, berasal dari ekstrak ikan gabus yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kadar albumin yang rendah, penyembuhan pasca operasi, tidak terjadi kekurangan protein (hipoalbumin). - Syring Pump N-epi bila NAP < 65 Merupakan sebuah pompa elektronik digital, berfungsi untuk mengatur laju keluarnya cairan dari alat suntik manual sehingga volume dan waktunya bisa diatur sesuai dengan kebutuhan resep dari dokter. - Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam Merupakan obat untuk mengatasi, melindungi lambung, tukak lambung dan duodenum yang terkait dengan AINS, lesi lambung dan duodenum, regimen eradikasi H. pylori pada tukak peptik, refluks esofagitis, dan kerongkongan. - Sulcarfat Syr 1C/8 jam Merupakan obat untuk mengatasi tukak pada lambung, usus halus, gastritis kronik. Berfungsi untuk melindungi tukak dari pengaruh agresif asam lambug dan pepsin. Sulkrarfat melindungi asam lambung dan dapat mempercepat penyembuhan. - Csprofloxoan 400 mg/8 jam Ciprofloxacin hadir dalam bentuk aktif dalam cairan ludah, sekret hidung dan bronkus, mukosa sinus, dahak, cairan blister kulit, getah bening, cairan peritoneum, empedu, dan sekresi prostat. Ciprofloxacin juga telah terdeteksi di paru-paru, kulit, lemak, otot, tulang rawan, dan tulang. - Asam traneksamat 1 amp extra Merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghentikan perdarahan. Ketika mengalami perdarahan, tubuh otomatis akan membekukan darah untuk menghentikan
  • 33. perdarahan. Namun padabeberapa kondisi, bekuan darah yang sudah terbentuk ini mudah hancur dan perdarahan yg terjadi. - Vit. C 1 amp extra Merupakan suatu formula yang tidak terlalu asam dengan komposisi lainnya. Riset telah menunjukkan kombinasi Vitamin C tidak asam dengan metabolit dapat diserap lebih baik dan tersedia dalam sel darah dan jaringan. Dengan komposisi yang sinergis seperti Vitamin C yang tidak asam, Calcium, Echinacea dan Bioflavonoid menjadikan suplemen ini produk terbaik untuk meningkatkan daya tahan tubuh, sebagai antioksidan. - Infus RL 20 tpm. Merupakan cairan infus yang biasa digunakan pada pasien dewasa dan anak-anak sebagai sumber elektrolit dan air. Cairan ringer laktat diberikan untuk penderita dehidrasi membutuhkan keseimbangan elektrolit tubuh. Berdasarkan pengkajian anthropometry data (AD), data penting yang diperoleh dari Tn. S adalah sebagai berikut: Ny. TA memiliki tinggi badan 167,5 cm, BB 45 kg dan IMT 16,14 kg/m2 . Tn. S mengalami malnutrisi dan tergolong underweight. Hubungan antara malnutrisi dan penyakit paru sudah lama diketahui. Pasien PPOK cenderung mengalami malnutrisi dikarenakan bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia menyebabkan hipermetabolisme, sehingga sering mengalami penurunan berat badan. Berdasarkan studi populasi, antara 19-60% dari pasien PPOK diklasifikasikan kurang gizi.16 Malnutrisi mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur, elastisitas, dan fungsi paru, kekuatan dan ketahanan otot pernafsan, mekanisme pertahanan imunitas paru, dan pengaturan nafas. Sebaliknya, penyakit paru (termasuk PPOK) akan meningkatkan kebutuhan energi dan dapat mempengaruhi asupan diet menjadi menurun.9
  • 34. Berdasarkan pengkajian biochemical data (BD), data penting yang diperoleh dari Tn. S adalah sebagai berikut: Tn. S memiliki kadar HCO3, PaCO2, GDS, leukosit, BE dan Total CO2 yang tinggi. Adapun kadar kreatinin, kalium, Hb, Ht dan albumin yang rendah. Tn. S memiliki PaCO2 yang tinggi sehingga mengindikasikan bahwa terdapat CO2 pada konsentrasi yang lebih tinggi pada darah Tn. S dibanding normalnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi PPOK Tn. S yang menyebabkannya sesak nafas, sehingga kesulitan untuk membuang CO2 akibat adanya gangguan ventilasi yang terjadi akibat metabolisme karbohidrat. Tn. S juga memiliki kadar CO2 serta HCO3 yang lebih tinggi daripada normal. Peningkatan CO2 disebabkan oleh kesulitan bernafas yang disebabkan PPOK yang kemudian berdampak pada kadar HCO3 yang apabila terlalu tinggi mengindikasikan alkalosis (namun berdasarkan pH darah Tn. S masih normal).17 Hiperglikemia, tingginya kadar glukosa darah bukan berasal dari konsumsi atau riwayat genetik, melainkan efek dari obat kortikosteroid (Inj Methiprednisolon 30 mg/8jam) yang memicu peningkatan glukosa darah.18 Kadar kreatinin Tn. S yang rendah kemungkinan besar disebabkan terjadinya kehilangan massa otot pada pasien PPOK.19 Rendahnya hemoglobin, hematokrit, albumin pada pasien PPOK berkaitan dengan pengangkutan oksigen di dalam darah karena terjadi penurunan O2 dan peningkatan CO2 didalam tubuh. Hal ini jika dibiarkan terlalu lama kadar Hb akan menurun karena pengankutan oksigen tidak maksimal, sedangkan kadar hematokrit merupakan pengukuran sel darah merah, jika keduanya dalam keadaan rendah dan menyebabkan anemia pada pasien PPOK. Sedangkan albumin sebagai protein berfungsi membantu pengikatan oksigen dalam darah dan mengganti jaringan yang rusak. Selanjutnya, tingginya kadar leukosit merupakan kondisi peradangan ataupun infeksi menjadikan indikator pada pasien PPOK. Leukositosis dapat menyebabkan demam, berat badan menurun, dan sesak napas merupakan tanda yang dialami Tn. S.20,21 Berdasarkan pengkajian physical and clinical data (PD), data penting yang diperoleh dari Tn. S adalah sebagai berikut : Tn. S memiliki hiperkapnia,
  • 35. sesak nafas, batuk berdahak kering, nafsu makan turun, muntah termasuk kedalam tanda dan gejala seseorang mengalami PPOK, seperti yang sudah dijelaskan pada bagian pengkajian client history (CS). Kesulitan mengunyah akibat gigi renggang yang dialami oleh Tn. S dipengaruhi oleh kondisi fisik/fisiologis lansia yang lambat laun mengalami penurunan fungsi dan strukturnya. Adapun tanda vital Tn. S normal. Berdasarkan pengkajian comparative standards (CS), data penting yang diperoleh dari Tn. S adalah sebagai berikut : kecukupan asupan Tn. S secara umum tergolong kurang baik dari gizi makro dan mikronya. Kecukupan energi secara umum hanya memenuhi 59,91% dari kebutuhan. Perhitungan kebutuhan gizi makro dan mikro mengacu kepada diet pasien PPOK. Kebutuhan energi Tn. S adalah sebesar 1655 kkal yang diperoleh dari Rumus Harris Benedict dengan energi = 140% dari BMR. Lemak yang diperlukan adalah 64,36 g atau 35% dari energi total, disarankan PUFA, MUFA. Protein yang diperlukan adalah 82,75 g atau 20% dari energi total. Karbohidrat yang diperlukan adalah 186,2 g atau 45% dari energi total. Serat yang diperlukan 25, cairan total 1820 mL dengan cairan IV 1440 mL dan oral intake sejumlah 380 mL. Selain itu, diperlukan juga beberapa vitamin dan mineral yang mampu menunjang kesehatan Tn. S, yakni Vitamin A (650 RE), Vitamin C (90 mg), Vitamin D (20 µg), Vitamin E (15 µg), Vitamin K (65 µg), Asupan mineral yang sejalan dengan PPOK, yaitu Ca (1200 mg), Zn (11 mg), Fe (9 mg), Sodium (1100 mg), Mg (350 mg). Target BB Tn. S ada pada IMT 18,5 kg/m2 , sesuai dengan IMT Normal dalam PMK No.41 tentang Pedoman Gizi Seimbang. Sehingga, BBI Tn. S adalah 52 kg. Berdasarkan assessment yang telah dilakukan, didapatkan beberapa diagnosis yang sesuai dengan Ny. TA : - (NI 5.2) Malnutrition (P) berkaitan dengan penyebab fisiologis yang meningkatkan kebutuhan nutrisi (penyakit PPOK, pneumonia, sepsis) dan perubahan struktur gigi (mulai merenggang) (E) ditandai dengan IMT 16,14 kg/m2 (underweight); penurunan BB dan nafsu makan; penyakit
  • 36. PPOK eksaserbasi akut, HAP, sepsis, sesak nafas dan muntah; asupan energi inadequat (59,91%). (S). - (NC 5.10) Altered nutrition-related labpratory values (keseimbangan asam basa, profil anemia, endokrin dan protein; PaCO2, HCO3, dan CO2 total) (P) berkaitan dengan disfungsi/gangguan sitem pernafasan (E) ditandai dengan diagnosis PPOK eksaserbasi akut, HAP, sepsis, gagal nafas; tingginya kadar HCO3 (31,5 mmol/L), PaCO2 (47 mmHg), GDS (189 mg/dL), leukosit (16,1 ribu/μL), BE dan Total CO2; rendahnya kadar kreatinin (0,4 mg/dL), kalium (3,4 mmol/L), Hb (8,4 g/dL), Ht (27%) dan albumin (2,7 g/dL) (S). - (NB 1.4) Food and nutrition-related knowledge deficit (P) berkaitan dengan kurangnya pendidikan terkait nutrisi sebelumnya (E) ditandai rendahnya kecukupan asupan MRS (59,91%), pemilihan makanan yang kurang tepat dan riwayat merokok saat muda (S). Dengan demikian, diperlukan intervensi lengkap sebagai bentuk tindak lanjut dan penanganan dari kondisi yang dialami Tn. S secara menyeluruh. Ny. TA akan diberikan intervensi gizi, pemberian diit, pendidikan dan konseling gizi. Ahli gizi yang menangani Tn. S juga akan melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain, untuk menemukan solusi dan pertimbangan terbaik terkait peningkatan derajat kesehatan Tn. S. Tujuan intervensi antara lain: mencegah terjadinya penurunan BB dengan memenuhi kebutuhan asupan energi 1655 kkal dan protein 82,75 g; mengurangi progress penyakit PPOK dan meningkatkan status gizi pasien tanpa memberatkan fungsi organ; memperbaiki dan memonitoring nilai biokimia profil keseimbangan basa (HCO3, PCO2, dan total CO2) dan profil elektrolit (Na, K, Cl) sehingga mencapai nilai normal; memotivasi pasien agar mampu mengimplementasikan preskripsi diet yang telah diberikan secara bertahap dan teratur; mengedukasi Tn. S dan keluarga mengenai cara untuk mengatasi keluhan terkait penerimaan makanan dalam rangka meningkatkan asupan oral serta nafsu makan.
  • 37. Preskripsi diet diberikan kepada Tn.S telah disebutkan diatas sebelumnya. Diberikan rendah karbohidrat dikarenakan metabolisme karbohidrat menghasilkan CO2 yang tinggi (respiratory quotient tinggi), sehingga dapat memperparah sesak. Lemak lebih sedikit menghasilkan CO2 sehingga persentasenya dibuat lebih tinggi dari biasanya. Protein juga dibuat tinggi persentasenya karena protein berperan penting pada pasien PPOK yaitu dengan mempertahankan massa otot (terutama otot pernafasan), meregenerasi sel, mendukung fungsi imun, antibodi, mencegah wasting serta hipoalbuminemia. Vitamin A, C, E merupakan sumber antioksidan yang diperlukan untuk meringankan tingginya stress oksidatif akibat inflamasi yang terjadi. karena pada kondisi PPOK terjadi inflamasi yang diakibatkan dan dapat mengakibatkan tingginya stres oksidatif. Vitamin D diberikan karena biasanya terjadi defisiensi vitamin D pada pasien PPOK karena konsumsi obat kartikosteroid. Vitamin D perlu diberikan mengingat pasien PPOk sangat berisiko mengalami osteoporosis dan retak tulang. Faktor resiko yang berkaitan dengan osteoporosis adalah kebiasaan seperti merokok, rendahnya nilai estrogen dan testosterone, kekurangan vitamin D, IMT rendah, dan kurang bergerak. Berat badan berhubungan erat dengan densitas mineral tulang. Penurunan berat badan dan malnutrisi berhubungan erat dengan patogenesis densitas mineral tulang pada pasien PPOK. Magnesium dan kalsium merupakan mineral yang diperlukan untuk memelihara kontraksi dan relaksasi otot pernafasan.6,21 Adapun vitamin K, Zn, Fe dan sodium juga diberikan sesuai anjuran untuk menunjang kesehatan Tn. S. Segala intervensi tersebut, diaplikasikan kedalam suatu rekomendasi menu dalam sehari. Rekomendasi menu yang dibuat secara umum telah memenuhi kebutuhan Tn. S, yakni energi, protein, karbohidrat, lemak, serat, cairan, vitamin A, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, Ca, Zn, Fe, Sodium dan Mg. Adapun kebutuhan zat gizi mikro yang belum terpenuhi, bisa cukupi dengan suplement/multivitamin. Diberikan 3x makan utama dan 3x selingan. Untuk sarapan yakni: roti panggang, pudding dan air putih. Makan
  • 38. siang yakni: nasi tim, tumis udang, semur tahu, semangka dan air putih. Makan malam yakni: nasi tim, sayur bobor, rolade, semur hati, pepaya dan air putih. Selingan yang diberikan adalah bubur sumsum, smoothies avocado, biskuit dan strawberry. Pemilihan bahan makanan serta pengolahannya telah disesuaikan dengan preskripsi diet sebelumnya. Pendidikan gizi juga diberikan kepada Tn. S, dengan tujuan membantu Tn. S mengerti dan memahami kondisi kesehatannya dan memberikan pengetahuan dari sudut pandang gizi (asupan) terkait penanganan kondisi tersebut. Inti dari pendidikan gizi adalah PPOK merupakan penyakit kronik yang irreversible dan progresif sehingga memerlukan penyesuaian keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan memburuknya fungsi paru. Pertama, Tn. S perlu belajar mengidentifikasi penyebab sesak nafas dan mencoba menghindari/ menguranginya. Kedua, melaksanakan pengobatan dengan maksimal sesuai anjuran dokter; dan menjaga asupan gizi adekuat, serta rajin melakukan latihan fisik dan pernafasan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah menjalani vaksinasi secara rutin, contohnya vaksin flu dan vaksin pneumokokus; Memeriksakan diri secara berkala ke dokter agar kondisi kesehatan bisa dipantau. Ahli gizi akan memberikan anjuran makanan (bahan & bentuk makanan, pengolahan, jadwal makan, dll) yang sesuai dengan kondisi kesehatannya serta pengertian/pengetahuan akan tujuan penyelenggaraan makanan tertentu (terstandar) di rumah sakit serta kebermanfaatannya, tidak hanya selama di rumah sakit, melainkan diaplikasikan secara mandiri sebagai ilmu/bekal, saat keluar dari rumah sakit kelak. Konseling juga salah satu intervensi lain yang penting bagi Tn. S, dengan tujuan : mengetahui preferensi Tn. S dalam menyesuaikan jenis makanan maupun perilaku tertentu dalam perencanaan diet; memotivasi Tn. S untuk berkomitmen menjalankan diet yang disepakati dan pola hidup dengan benar, secara bertahap dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya; mengidentifikasi keluhan yang dialami Tn. S dan memberikan solusi/saran
  • 39. sebagai ahli gizi. Secara garis besar, materi yang dibahas adalah mengenai: pembahasan umum mengenai PPOK, HAP, sepsis serta kaitannya dengan gizi; edukasi diet rendah karbohidrat, tinggi protein dan lemak,bahan dan pengolahan makanan apa saja yang dianjurkan, dikurangi serta dihindari; motivasi, dorongan, komitmen. Apabila terdapat hal-hal yang dirasa memberatkan/kurang berkenan dilakukan terkait pemberian diet, bisa dilakukan negosiasi kembali hingga ditemukan solusi terbaik. Metode yang digunakan adalah metode Cognitive-Behavioral Theory, dengan media berupa leaflet. Selain itu, disediakan juga referensi berupa gejala dan strategi konseling gizi pada pasien penderita PPOK menurut Buku Dietetik Penyakit Infeksi Kemenkes RI (Gambar 1). Ahli gizi penanggung jawab Tn. S juga akan melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan lain. Ahli Gizi perlu berdiskusi terkait patogenesis, diagnosis, pengobatan penyakit, interaksi obat makanan dengan dokter. Ahli gizi juga perlu melakukan pemantauan terhadap perkembangan kondisi klinis pasien, melalui pencatatan rekam medis oleh perawat. Ahli gizi sebagai penanggung jawab Tn. S bersama ahli gizi lainnya juga harus berdiskusi terkait intervensi gizi dan perencanaan menu yang akan diberikan. Adapun penyajian makanan terhadap Tn. S dilakukan bersama pramusaji, untuk memastikan kecocokan selera (setelah modifikasi dan informasi yang diperoleh selama konseling) dan makanan dikonsumsi dengan baik. Tahapan terakhir dari serangkaian penanganan terhadap Tn. S adalah monitoring dan evaluasi. Tahapan ini mencakup aspek antropometri, biokimia, fisik/klinis dan asupan makanan. Aspek antropometri penting dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan BB Tn. S yang diukur seminggu sekali dengan target Tn. S dapat mencapai BBI (52 kg). Aspek biokimia dilakukan untuk mengontrol kadar HCO3, PaCO2, GDS, leukosit, BE, Total CO2, kreatinin, kalium, Hb, Ht dan albumin mendekati nilai normal Aspek fisik/klinis terkait observasi dan pemantauan keadaan Tn. S dengan target rasa lemas dan gangguan digestive (nyeri, mual dll) berkurang. Aspek
  • 40. asupan makanan dilakukan melalui metode visual comstock, untuk memastikan penghabisan konsumsi makanan yang dimodifikasi sebelumnya sesuai kebutuhan, kemampuan dan selera Tn. S. Recall 24 jam setiap 3x/hari dilakukan untuk mengevaluasi kecukupan zat gizi setelah mengalami modifikasi diet. Selain itu, pengetahuan juga dievaluasi setiap melakukan edukasi dan konseling gizi bersama Tn.S. VIII. Penutup / Kesimpulan Tn. S merupakan seorang laki-laki berusia 65 tahun (lansia) didiagnosa mengalami PPOK eksaserbasi akut, Hosipital Acquired Pneumonia (HAP), sepsis dengan masalah gagal nafas hiperkarp, hipoalbumin. Keluhan Tn. S antara lain sesak nafas, batuk berdahak, nasfu makan turun, lemas dan sulit mengunyah. Tn. S kemudian diskrining menggunakan MNA dengan skor akhir 3, dikategorikan malnutrisi sehingga ia membutuhkan proses asuhan gizi terstandar. Dilakukan assessment terhadap Tn. S yakni pengkajian client history (CH), food history (FH), antrhopometry data (AD), biochemical data (BD). Diperoleh penyebab utama masalah kesehatan Tn. S adalah riwayat merokok sejak usia muda. Berdasarkan comparative standars (CS), Tn. S diketahuai mengalami inadequat energy (59,91%). Target BB Tn. S adalah IMT 18,5 kg/m2 dengan BBI 52 kg. Diagnosis yang diperoleh antara lain Malnutrition (NI.5.2), Altered nutrition-related labpratory values (NC 5.10) dan Food and nutrition- related knowledge (NB 1.1). Tn. S kemudian diberikan intervensi gizi dengan tujuan: mencegah terjadinya penurunan BB dengan memenuhi kebutuhan asupan energi 1655 kkal dan protein 82,75 g; mengurangi progress penyakit PPOK dan meningkatkan status gizi pasien tanpa memberatkan fungsi organ; memperbaiki dan memonitoring nilai biokimia profil keseimbangan basa (HCO3, PCO2, dan total CO2) dan profil elektrolit (Na, K, Cl) sehingga mencapai nilai normal; memotivasi pasien agar mampu mengimplementasikan preskripsi diet yang telah diberikan secara bertahap dan teratur; mengedukasi Tn. S dan keluarga mengenai cara untuk mengatasi keluhan terkait penerimaan
  • 41. makanan dalam rangka meningkatkan asupan oral serta nafsu makan. Tn. S diberikan preskripsi diet yang disesuaikan dengan kondisi PPOK yakni diet rendah karbohidrat, tinggi protein dan lemak, bentuk makanan lunak dimodifikasi, porsi kecil, rute makanan oral, frekuensi sering, jadwal makan 6x (3x makan utama, 3x selingan) dan mendapatkan rekomendasi menu untuk kebutuhan sehari. Inti daripada preskripsi diet yang diberikan adalah memenuhi kebutuhan gizi Tn. S namun tidak memberatkan fungsi kerja organ. Kemudian, diberikan pendidikan gizi dengan tujuan Tn. S untuk membantu beliau mengerti dan memahami kondisi kesehatannya dan memberikan pengetahuan dari sudut pandang gizi (asupan) terkait penanganan kondisi tersebut. Konseling juga akan diberikan, guna mengetahui preferensi Tn. S dalam menyesuaikan jenis makanan maupun perilaku tertentu dalam perencanaan diet, serta memotivasi Tn. S untuk berkomitmen menjalankan diet yang disepakati dan pola hidup dengan benar. Intervensi terakhir adalah kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, agar ahli gizi dapat lebih maksimal memberikan terapi gizi bagi Tn. S. Untuk monitoring dan evaluasi, akan dilakukan pada aspek antropometri (BB meningkat), biokimia (pengontrolan kadar HCO3, PaCO2, GDS, leukosit, BE, Total CO2, kreatinin, kalium, Hb, Ht dan albumin), fisik/klinis (observasi dan pemantauan rasa lemas, batuk, muntah, sesak) dan asupan makanan (visual comstock, recall 24 jam 3x/hari, pengetahuan makanan). Dengan demikian, diharapkan kondisi kesehatan Tn. S segera membaik dan lekal pulih.
  • 43.
  • 44. B. Leaflet Bahan Penukar
  • 45.
  • 46. C. Perhitungan Status Gizi Tn. S IMT = BB (kg)/TB2 (m) = 45 /1,6752 = 16,14 kg/m2 D. Kebutuhan Zat Gizi Tn. S Ideal/reference body weight Target BB Tn. S ada pada IMT 18,5 kg/m2 , sesuai dengan IMT Normal dalam PMK No.41 tentang Pedoman Gizi Seimbang.22 Sehingga, BBI Tn. S : BBI = 18,5 kg/m2 x (1,675m)2 = 51,90 kg ≈ 52 kg Kebutuhan energi dan zat gizi makro Berdasarkan Buku Dietetik Penyakit Infeksi dari Kemenkes RI, jumlah energi yang diberikan untuk Tn. S adalah rata-rata 140% dari BMR atau 25 – 35 kkal/KgBB/hari.6 Maka, terlebih dahulu menghitung BMR : BMR = 66,47 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,78 x U) = 66,47 + (13,7 x 52) + (5 x 167,5) – (6,68 x 65) = 66,47 + 712,4 + 837,5 – 434,2 = 1182,2 kkal Energi = 140% dari 1182,2 = 1655 kkal Protein (15-20% energi total) Berdasarkan Buku Dietetik Penyakit Infeksi dari Kemenkes RI, jumlah protein yang diberikan untuk Tn. S adalah 1,2 – 1,7 g/kgBB atau 15-20% dari energi total.6 - 20% x 1655 = 331/4 = 82,75 g Karbohidrat (40-55% energi total) Berdasarkan Buku Dietetik Penyakit Infeksi dari Kemenkes RI, jumlah karbohidrat yang diberikan untuk Tn. S adalah 40-55% dari energi total.6 - 45% x 1655 = 744,75/4
  • 47. = 186,2 g Lemak (30-45% energi total) Berdasarkan Buku Dietetik Penyakit Infeksi dari Kemenkes RI, jumlah lemak yang diberikan untuk Tn. S adalah 30-45% dari energi total.6 - 35% x 1655 = 579,25/9 = 64,36 g Serat Serat yang diberikan sesuai dengan AKG 2019, yakni 25 g/hari Cairan Cairan yang diberikan sesuai dengan buku Pedoman Tata Laksana Gizi Klinik PDGKI yakni 25-40 mL/kgBB/hari.8 Maka, kebutuhan cairan Tn.S adalah : - Cairan total = 35 mL/kgBB/hari = 35 x 52 = 1820 mL - Cairan IV 1 mL = 20 tpm = 60 x 24 jam = 1440 mL - Oral intake = (1820 – 1440 mL) = 380 mL Kebutuhan zat gizi mikro Zat Gizi Kebutuhan 7,9 Vit. A 650 REE Vit. C 90 mg Vit. D 20 mcg Vit. E 15 mcg Vit. K 65 µg Ca 1200 mg/hari Zn 11 mg Fe 9 mg
  • 49. E. Hasil SQ-FFQ KUESIONER FREKUENSI KONSUMSI ASUPAN GIZI SEMI KUANTITATIF Nama : Tn. S Usia : 65 tahun Tanggal pengukuran : 17 Februari 2022 Nama Bahan Makanan Teknik pengolahan (kebiasaan) Frekuensi Konsumsi Porsi per kali makan Berat mentah (n) Rata- rata frek/hr (f) Rata-rata asupan gr/hari (n x f) Hari Minggu Bulan URT berat matang (g) grg tms rbs x/mgg x/hr x/bln x/hr grg tms rbs KARBOHIDRAT Nasi putih v 3 1 ½ ctg 125 50 3 150 Mie instant v 2 1 1 bks 200 80 2/7 22,86 PROTEIN HEWANI Telur ayam (dadar) v 1 1 btr 60 54 1 54 Telur ayam (bulat) v 1 1 btr 60 54 1 54 Ayam goreng v 3 1 1 ptg 50 65 3/30 6,5 Ikan goreng v 2 1 1 ekor 100 150 2/30 10
  • 50. Daging sapi (rendang) v 1 1 1 ptg 40 64 1/30 2,13 PROTEIN NABATI Tahu v 1 1 ptg 40 48 1 48 Tempe v 1 1 ptg 50 50 1 50 SAYURAN Sayur bayam bening v 2 1 3 sdm 30 33 2/7 9,43 Sayur kacang panjang v 2 1 3 sdm 30 30 2/7 8,57 Oseng kangkung v 2 1 3 sdm 30 30 1/7 4,28 Sup sayur v 2 1 1 mgk 100 100 2/7 28,57 Sayur bobor v 2 1 1 mgk 100 100 1/7 14,28 BUAH-BUAHAN Pisang 1 1bh 100 1 100 Pepaya 1 1 ptg 100 1 100 LEMAK DAN MINYAK Minyak 40,69 SERBA-SERBI Garam 6,94 MINUMAN
  • 51.
  • 52. F. Analisis Zat Gizi SQ-FFQ ========================================================== Analysis of the food record ========================================================== Food Amount energy carbohydr. __________________________________________________________________ beras putih giling 150 g 541.3 kcal 119.3 g mie kering 22.86 g 64.5 kcal 12.9 g telur ayam 108 g 167.5 kcal 1.2 g daging ayam 6.5 g 18.5 kcal 0.0 g ikan kembung 10 g 11.2 kcal 0.0 g rendang sapi 40 g 77.9 kcal 1.8 g tahu 48 g 36.5 kcal 0.9 g tempe kedele murni 50 g 99.5 kcal 8.5 g sayur bening campur 30 g 9.9 kcal 2.3 g kacang panjang mentah 30 g 10.5 kcal 2.4 g kangkung mentah 30 g 4.5 kcal 0.6 g sayur sop 100 g 104.0 kcal 10.5 g sayur bobor 100 g 290.3 kcal 26.5 g pisang ambon 100 g 92.0 kcal 23.4 g pepaya 100 g 39.0 kcal 9.8 g minyak kelapa sawit 40.69 g 350.8 kcal 0.0 g garam 6.94 g 0.0 kcal 0.0 g bumbu sari mie indomie dll 20 g 65.0 kcal 11.6 g Meal analysis: energy 1983.0 kcal (100 %), carbohydrate 231.7 g (100 %) ========================================================== Result ========================================================== Nutrient analysed recommended percentage content value value/day fulfillment __________________________________________________________________ energy 1983.0 kcal 2036.3 kcal 97 % protein 64.1 g(13%) 60.1 g(12 %) 107 % carbohydr. 231.7 g(46%) 290.7 g(> 55 %) 80 % fat 96.8 g(42%) 69.1 g(< 30 %) 140 % dietary fiber 20.1 g 30.0 g 67 % water 0.0 g 2700.0 g 0 % Vit. A 3135.7 µg 800.0 µg 392 % Vit. C 87.6 mg 100.0 mg 88 % Vit. D 2.3 µg 5.0 µg 46 %
  • 53. Vit. E (eq.) 7.2 mg 12.0 mg 60 % Vit. E 0.0 mg - - Vit. B6 1.6 mg 1.2 mg 133 % zinc 6.4 mg 7.0 mg 91 % iron 14.7 mg 15.0 mg 98 % Vit. K 0.0 µg 60.0 µg 0 % tot. fol.acid 279.4 µg 400.0 µg 70 % Vit. B1 0.5 mg 1.0 mg 55 % niacineequiv. 0.0 mg 13.0 mg 0 % niacine 7.8 mg - - glucose 0.0 g - - magnesium 298.7 mg 310.0 mg 96 % potassium 2088.5 mg 3500.0 mg 60 % phosphorus 735.3 mg 700.0 mg 105 % calcium 367.9 mg 1000.0 mg 37 % sodium 2967.3 mg 2000.0 mg 148 % cholesterol 478.0 mg - - sat. FA 45.3 g - - m.uns.f.acids 12.8 g - - PUFA 8.1 g 10.0 g 81 % short FA 0.0 g - - middle FA 0.0 g - - long FA 0.0 g - - G. Analisis Zat Gizi Rekomendasi Menu ========================================================== Analysis of the food record ========================================================== Food Amount energy carbohydr. __________________________________________________________________ Sarapan roti tawar 70 g 191.7 kcal 36.3 g Peanut butter 20 g 119.6 kcal 2.4 g telur ayam bagian putih 35 g 17.5 kcal 0.3 g agar-agar 20 g 0.0 kcal 0.0 g Drinking water 100 g 0.0 kcal 0.0 g Meal analysis: energy 328.8 kcal (20 %), carbohydrate 39.1 g (21 %) Selingan 1 bubur sumsum/bubur belohok 100 g 34.9 kcal 6.7 g
  • 54. gula merah tebu belum dimurnikan 5 g 18.8 kcal 4.9 g Drinking water 50 g 0.0 kcal 0.0 g Meal analysis: energy 53.7 kcal (3 %), carbohydrate 11.6 g (6 %) Makan siang nasi tim 150 g 175.7 kcal 38.6 g udang segar 30 g 23.7 kcal 0.0 g Broccoli fresh cooked 50 g 11.6 kcal 0.9 g Carrot fresh 50 g 12.9 kcal 2.4 g minyak kelapa sawit 3 g 25.9 kcal 0.0 g tahu 50 g 38.0 kcal 0.9 g kecap 5 g 3.0 kcal 0.3 g semangka 100 g 32.0 kcal 7.2 g Drinking water 100 g 0.0 kcal 0.0 g Meal analysis: energy 322.8 kcal (19 %), carbohydrate 50.3 g (27 %) Selingan 2 Avocado fresh 70 g 152.1 kcal 0.3 g Yoghurt skimmed 20 g 7.6 kcal 0.8 g madu 5 g 15.2 kcal 4.1 g Drinking water 50 g 0.0 kcal 0.0 g Meal analysis: energy 174.9 kcal (11 %), carbohydrate 5.2 g (3 %) Makan malam nasi tim 150 g 175.7 kcal 38.6 g labu siam mentah 50 g 10.0 kcal 2.2 g kangkung 50 g 7.5 kcal 1.0 g santan 100 g 71.0 kcal 3.0 g daging sapi 45 g 121.0 kcal 0.0 g tahu 50 g 38.0 kcal 0.9 g telur ayam 25 g 38.8 kcal 0.3 g hati ayam 30 g 47.1 kcal 0.3 g kecap 5 g 3.0 kcal 0.3 g minyak kelapa sawit 5 g 43.1 kcal 0.0 g Drinking water 80 g 0.0 kcal 0.0 g pepaya 100 g 39.0 kcal 9.8 g Meal analysis: energy 594.2 kcal (36 %), carbohydrate 56.3 g (30 %) Selingan 3 Biscuits 30 g 149.6 kcal 17.9 g Strawberry fresh 100 g 32.0 kcal 5.5 g
  • 55. Meal analysis: energy 181.6 kcal (11 %), carbohydrate 23.4 g (13 %) ========================================================== Result ========================================================== Nutrient analysed recommended percentage content value value/day fulfillment __________________________________________________________________ energy 1655.9 kcal 2036.3 kcal 81 % protein 68.2 g(17%) 60.1 g(12 %) 113 % carbohydr. 185.9 g(45%) 290.7 g(> 55 %) 64 % fat 71.3 g(38%) 69.1 g(< 30 %) 103 % dietary fiber 19.9 g 30.0 g 66 % water 628.0 g 2700.0 g 23 % Vit. A 5143.3 µg 800.0 µg 643 % Vit. C 204.4 mg 100.0 mg 204 % Vit. D 1.4 µg 5.0 µg 29 % Vit. E (eq.) 7.0 mg 12.0 mg 59 % Vit. E 3.2 mg - - Vit. B6 1.5 mg 1.2 mg 128 % zinc 9.6 mg 7.0 mg 137 % iron 16.5 mg 15.0 mg 110 % Vit. K 112.4 µg 60.0 µg 187 % tot. fol.acid 411.2 µg 400.0 µg 103 % Vit. B1 0.8 mg 1.0 mg 75 % niacineequiv. 7.3 mg 13.0 mg 56 % niacine 13.7 mg - - glucose 3.4 g - - magnesium 344.5 mg 310.0 mg 111 % potassium 2290.6 mg 3500.0 mg 65 % phosphorus 857.7 mg 700.0 mg 123 % calcium 416.6 mg 1000.0 mg 42 % sodium 1321.8 mg 2000.0 mg 66 % cholesterol 414.1 mg - - sat. FA 29.1 g - - m.uns.f.acids 27.6 g - - PUFA 9.6 g 10.0 g 96 % short FA 0.4 g - - middle FA 0.3 g - - long FA 32.2 g - -
  • 56. Daftar Pustaka : 1. Sieber, C. C. Nutritional Screening Tools-How Does The MNA Compare. J Nutr Health Aging, 2006, 10.6: 488-491. 2. Skipper A, et al. Position of the Academy of Nutrition and Dietetics: Malnutrition (Undernutrition) Screening Tools for All Adults. From the Academy Position Paper. 2020; 120(4): 709-713. 3. Calvo, Isabel, et al. MNA® Mini Nutritional Assessment as A Nutritional Screening Tool For Hospitalized Older Adults; Rationales and Feasibility. Nutricion hospitalaria, 2012. 4. Mahan LK, Raymond JL. Krause’s Food & Nutrition Care Process 14th ed. Amerika: Saunders Publishing. 2016. 5. Melyana, M., & Sarotama, A.. Implementasi Peringatan Abnormalitas Tanda- Tanda Vital pada Telemedicine Workstation. Prosiding Semnastek. 2019. 6. Nuraini, Ngadiarti I, dan Moviana Y. Dietetika Penyakit Infeksi. Indonesia: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. 7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. PMK No. 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia. Indonesia: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. 8. PDGKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia), Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), dalam: Pedoman Tata Laksana Gizi Klinik, PDGKI, Jakarta, 2008: 89-91. 9. Fasitasari, Minidian. "Nutrition Therapy in Elderly with Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)." Sains Medika 5.1 (2013): 50-61. 10. Hardiana. Studi Karakteristik Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di RSUD A.W Sjahranie Samarinda Periode Januari-Desember. Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur. 2014: 89-94. 11. Martantya. Gambaran Hitung Jenis Leukosit pada Pasien PPOk yang Dirawat di RSUP M. Djamil Padang. Jurnal Andalas. 2014; 3 (2).
  • 57. 12. Instalasi, Acquired Pneumonia Hap Pada Pasien. Analisis faktor penyebab kejadian Hospital-Acquired Pneumonia (HAP) pada pasien instalasi rawat inap kelas III Rs Paru Jember tahun 2015. Jurnal Kesehatan Vol, 2016, 4.3: 1. 13. Kurniawan, Taufik. Kombinasi Kompres Dingin dan Aliran Udara Dingin Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Pasien Sepsis dengan Hipertermi di Ruang Icu Rsup dr Kariadi Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2018. 14. Irvan, Febyan, Suparto, et al. Sepsis dan Tatalaksana Berdasar Guideline Terbaru. J Anestesiol Indones. 2018;10(1):62-71. 15. Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C. M., & Gallo, B.M. Keperawatan Kritis. Jakarta, 2005: EGC. 16. Ariyani DR. Hubungan antara status gizi dan pola makan dengan fungsi paru pada pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di Balai Besar Kesehatan Paru masyarakat Surakarta. Surakarta: Universitas Muhamadiyah; 2011. 17. Cukic V. The Changes of Arterial Blood Gases in COPD During Four-year Period. Journal of the Academy of Medical Archives. 2014; 68(1): 14-18. 18. Andriana, J. Nunu, Nur.Dary F. Hubungan Glukosa Darah Sewaktu dengan IMT pada Usia Produktif. J Ilm Widya. 2018. 19. Elmahallawy II, Qora MA. Prevalence of Chronic Renal Failure in COPD Patients. Egyptian Journal of Chest Diseases and Tuberculosis. 2012; 62(2): 221- 227. 20. Boutou, A, K., Karrar, S., Hopkinson, N, S., Polkey, M I. Anemia and Survival in Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A Dichotomous Rather Than A Continuous Predictor. Journals Respir. 2011;85:126-131. 21. Nelms M, Sucher K, Lacey K RS. Nutrition Therapy for Chronic Obstructivee Pulmonary Disease. In : Nutrition Therapy and Patophysiology. 2nd editio. Wadsworth Cengage Learning; 2011. 22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.