Laporan kasus dietetik II ini membahas proses asuhan gizi terstandar pada pasien laki-laki berusia 39 tahun dengan diagnosis HIV/AIDS, TB paru dan anemia. Pasien mengalami penurunan berat badan, nafsu makan berkurang, dan memiliki pola makan kurang bervariasi. Berdasarkan skrining resiko gizi, pasien memerlukan asuhan gizi dini untuk mengatasi masalah gizinya.
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kasus HIV Dewasa
1. LAPORAN KASUS DIETETIK II
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN B20
(HIV/AIDS) DENGAN TB PARU DAN ANEMIA
Dosen Pengampu :
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si.
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi.
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD
Disusun oleh :
Katharina Silvia Radon
22030119100117
PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
REVISI
2. I. Latar Belakang
Tn.D berusia 39 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak
setelah berjalan 5-10 langkah, rasa sempoyongan setelah aktivitas ringan dan
batuk berdahak berwarna kuning kental. Tn D tampak kurus dan tinggi. Berat
badan actual Tn D 49 kg dengan panjang ulna ± 29 cm. Diagnosis Medis Tn.D
: B20, TB Paru, anemia. Ketika diwawancarai Tn D tampak lemas namun
dapat berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan
mengaku tinggal seorang diri. Dulu ia pernah menikah dan bekerja di Jakarta
sebagai penjual nasi warteg, kemudian bercerai dengan istrinya. Sekarang ia
bekerja sebagai petani bawang. Tn.D bekerja dari pagi hingga siang hari dan
diselingi waktu istirahat ± 30 menit setiap 1 x 2 jam dengan pendapatan tidak
menentu,± 50.000 – 100.000/hari. Tn.D mengaku bekerja sudah tidak seberat
dan semaksimal sebelum sakit. Sejak 6 bulan yang lalu ia hanya melakukan
pekerjaan ringan saat bertani. Tn D dulunya ialah seorang perokok berat dan
berhenti 6 bulan yang lalu sejak sakit. Pendidikan terakhir Tn D adalah SD.
Diketahui data biokimia : Hb 3,7 g/dl , Leukosit 4,5 x103
/uL ,Ht 11 %,
Eritrosit 0,99 x 106
/uL, RDW 23,7 %, MCV 112,1 U, MCH 37,4 kg, Netrofil
80,5%, Limfosit 15,5 %, Monosit 4%, Eosinofil 0%, Basofil 0%, LED 1 jam
>140 mm/jam, LED 2 jam > 140 mm/jam, SGOT 19,3 u/L, SGPT 14,2 u/L,
Ureum 45,3 mg/dL, Kreatinin 1,10 mg/dL , GDS 147 mg/dl . Pemeriksaan
fisik: Tekanan Darah 120/70 mmHg, RR 28x/mnt, Nadi 110 , Suhu Tubuh
380
C. Tn D mendapatkan injeksi omeprazole, salbutamol, paracetamol,
Injeksi Aminophilin, Rifamficin, INH, P2A, Etambutol, Injeksi Ca Gluconas,
Ambroxol, Injeksi MP 2x62,5 , RL16 tpm serta obat ARV.
Riwayat makan Tn D diketahui jarang mengkonsumsi ikan dan
daging,lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, telur dan sayuran yang dibeli
di warung. Sayur yang biasa dibeli yaitu sayur bayam,kangkung dan labu
siam. Selain itu, Tn D jarang mengkonsumsi buah-buahan. Tn D memiliki
kebiasaan makan dalam sebulan terakhir yakni makan 2-3 kali perhari berupa
nasi sebanyak 6-7 sdm tiap kali makan, telur 1 butir 1-2 kali perhari
(4x/minggu), tahu goreng/tahu bacem 1 potong 2-3 x perhari ( 4-5x/minggu),
tempe goreng 1 potong 2-3 x perhari (4-5x/minggu), sop sayur bening bayam,
3. wortel atau labu siam 1 mangkuk 3-4 x/minggu, buah pepaya 1-2 x
perminggu, pisang 1 buah 5-6x/minggu,buah jeruk 1 x per minggu. Tn D
terbiasa mengonsumsi 1 gelas teh manis pada waktu pagi dan sore hari atau
saat makan dengan gula 1 sdm. Ia sesekali juga mengkonsumsi kopi pada saat
makan. Sebelum masuk rumah sakit Tn D mengkonsumsi air putih ±1,5 liter
perhari ( air mineral botol 1,5 L), biasanya juga minum teh pagi dan sore atau
saat makan serta minum kopi sesekali saat makan. Selama di RS Tn D
mengaku belum pernah mendapatkan edukasi gizi tentang penyakit dan diet
yang harus dijalankan. Makanan yang dikonsumsi. Tn. D tidak memiliki
alergi makanan.
II. Skrining (Data Umum)
A. Pemilihan Metode Skrining
Metode skrining yang digunakan adalah Malnutrition Screening
Tools (MST). Skrining MST tersebut dinilai cepat, mudah dan cocok
untuk digunakan sesuai dengan kondisi pasien yang dirawat di rumah
sakit. Kelebihan alat skrining ini adalah lebih efisien (waktu: 30 detik),
pertanyaan lebih sederhana, nilai sensitivitas dan spesifisitas 93-95%,
nilai keandalan 90-97%, dan tidak bergantung kepada nilai antropometri
dan laboratorium. Kekurangan form tersebut yakni tidak bisa diterapkan
pada pasien yang sulit berkomunikasi. Namun, diketahui bahwa pasien
dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
sehingga tidak menjadi halangan.1
B. Pengisian Kuisioner
No. Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncanakan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
- Tidak
- Tidak yakin (ada tanda-tanda baju menjadi lebih
longgar)
- Ya, ada penurunan BB sebanyak:
a. 1-5 kg
b. 6-10 kg
c. 11-15 kg
d. >15 kg
- Tidak tahu berapa kg penurunannya
0
0
1
2
3
4
2
2. Apakah asupan makan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
4. - Tidak
- Ya
0
1
Total skor 2
Pasien dengan diagnosis khusus: Ya Tidak
(B20, TB paru, anemia)
Bila skor ≥2 = beresiko malnutrisi, perlu perencanaan gizi secara dini
C. Membuat Kesimpulan Kuisioner
Berdasarkan skrining MST diperoleh skor 2 ( ≥2), berisiko
malnutrisi sehingga memerlukan suatu proses asuhan gizi terstandar
secara dini.
III. Asesmen (Pengkajian) Gizi
A. Pengkajian Riwayat Pasien (CH)
Client History (CH)
Domain Data Keterangan
CH 1.1.1
Age
39 tahun Dewasa
CH 1.1.2
Gender
Laki-laki
CH 1.1.4
Language
Bahasa Indonesia
CH 1.1.6
Education
Pendidikan terakhir: SD
CH 1.1.8
Tobacco use
Perokok berat, namun berhenti
6 bulan lalu
CH 2.1.1
Patient/client chief nutrition
complaint
Sesak setelah berjalan 5-10
langkah
Sempoyongan setelah
aktivitas ringan
Batuk berdahak berwarna
kuning kental
CH 2.1.7
Hematology
Anemia
CH 2.1.8
Immune
B20 HIV/AIDS
CH 2.1.13
Respiratory
TB paru, sesak nafas, batuk
berdahak
5. CH 3.1.2
Living/housing situation
Tinggal sendiri Sudah bercerai dari
istrinya
CH 3.1.6
Occupation
Dulu: penjual nasi warteg
Sekarang: petani bawang
Bekerja dari pagi-siang
hari, diselingi waktu
istirahat ±30 menit
setiap 1x2 jam.
Pendapatan tidak
menentu: ±50.000-
100.000 rupiah/hari.
Kesimpulan: Tn. D, pasien laki-laki berusia 39 tahun didiagnosis medis B20, TB paru dan
anemia. Keluhan pasien yakni sesak setelah berjalan 5-10 langkah, sempoyongan setelah
beraktivitas ringan dan batuk berdahak berwarna kuning kental. Pasien seorang perokok
aktif, namun berhenti sekitar 6 bulan lalu. Pasien berpendidikan terakhir SD, berkomunikasi
baik dalam bahasa Indonesia, tinggal seorang diri, dulu bekerja sebagai penjual nasi warteg
namun sekarang bekerja sebagai petani bawang.
B. Pengkajian Riwayat terkait Gizi / Makanan (FH)
Food History (FH)
Domain Data Keterangan
FH 1.1.1.1
Total Energy Intake
1441,7 kkal
FH 1.2.1.1
Oral fluid
Air mineral botol ±1,5
liter/hari
Teh manis gula 1 sdm pada
pagi dan sore hari atau saat
makan
Kopi saat makan (kadang-
kadang)
FH 1.2.2.1
Amount of food
Nasi 2-3x/hari @6-7 sdm
Telur 1-2x/hari atau
4x/minggu @1 btr
Tahu goreng/tahu bacem 2-
3x/hari atau 4-5x/minggu
@1 ptg
Jarang konsumsi ikan,
daging, buah-buahan
Sering konsumsi tahu,
tempe, telur dan
sayuran yang dibeli di
warung
6. Sop sayur bening, bayam,
wortel, atau labu siam 3-
4x/minggu @1 mgk
Pepaya 1-2x/minggu
Pisang 5-6x/minggu @1 bh
Jeruk 1x/minggu
FH 1.2.2.3
Meal pattern
2-3x/sehari
FH 1.2.2.5
Food variety
Kurang bervariasi
FH 1.3.2
Parenteral nutrition/IV fluid
intake
Infus RL 16 tpm Sebagai replacement
theraphy untuk
mengatasi shock,
hipovolemik, diare,
trauma dan luka bakar
Memperbaiki asidosis
metabolik
FH 1.4.3
Caffeine intake
1 gls teh manis pada pagi
dan sore hari
Sesekali konsumsi kopi saat
makan
Kafein mampu
menghambat penyerapan
Fe
FH 1.5.1.1
Total fat
29,3 g
FH 1.5.2.1
Total protein
47,7 g
FH 1.5.3.1
Total carbohydrate
236,1 g
FH 1.5.4.1
Total fiber
8,2 g
FH 1.6.1
Vitamin :
Vitamin A
Vitamin B12
Vitamin C
Vitamin D
Vitamin E
1.527,7 µg
0,8 µg
53,5 mg
0,4 µg
2,6 mg
FH 1.6.2
Mineral :
7. Zn
Fe
Cu
Ca
6,1 mg
19,3 mg
4,8 mg
1,143 mg
FH 2.1.2.2
Previous counseling
Belum pernah mendapat
konseling
FH 2.1.2.5
Food allergies
Tidak ada
FH 3.1.1
Prescription medication use
Inj. Omeprazole Menimbulkan risiko
malabsorpsi vitamin
B12 (adanya
penekanan lengkap
sekresi asam dari sel
parietal lambung)
Mengganggu
penyerapan Ca, zat
besi non heme,
vitamin B12, Cu
konsumsi sebelum
makan
Salbutamol Mengobati obstruksi
jalan napas
Efek samping: tremor,
takikardia, sakit
kepala, tegang
Paracetamol Obat pereda demam,
nyeri, mengurangi
produksi zat penyebab
inflamasi (analgesik
dan antipiretik)
Inj. Aminophilin Pereda sesak napas,
mengi, sulit bernapas
oleh asma, PPOK,
bronkitis atau
emfisema
Efek samping:
takikardia, mual,
gangguan saluran
8. cerna, sakit kepala,
gelisah
Tidak dikonsumsi
bersama makanan
tinggi lemak
Rifamdicin Anti tuberkulosis
Efek samping:
anoreksi, mual, sakit
perut, muntah, diare,
anemia
Tidak dikonsumsi
bersama makanan
tinggi lemak
INH (Isoniazid) Anti tuberkulosis
Makanan akan
meningkatkan pH
lambung mencegah
disolusi dan absorbs
Diminum saat perut
kosong pagi sebelum
makan
P2A (Pyrazinamide) Anti tuberkulosis
Efek samping:
demam, anoreksi,
mual, muntah, anemia
Konsumsi
dengan/tanpa makanan
Etambutol Anti tuberkulosis
Tidak dikonsumsi
bersama makanan
tinggi lemak
Inj. Ca Gluconas Hipokalsemia berat,
mengatasi defisiensi
kalsium
Efek samping:
gangguan GI ringan,
bradikardi, aritmia
9. Tidak dikonsumsi
bersama jus grape fruit
Ambroxol Sebagai sekretolitik
pada gangguan saluran
nafas akut dan kronis,
khususnya pada
eksaserbasi bronkitis
kronis dan bronkitis
asmatik serta asma
bronkia
Efek samping:
gangguan GI ringan,
namun jarang terjadi
Inj. MP 2x62,5 Meredakan
peradangan dan gejala
alergi
Efek samping: mual,
muntah, sakit kepala,
turun nafsu makan,
hipertensi, retensi Na
dan air, serta
kehilangan kalium
Perlu duplementasi
kalium dan kalsium
Obat ARV Obat untuk mengurani
dampak HIV,
utamanya mencegah
virus menghancurkan
sel CD4
Efek samping: mual,
muntah, diare, sakit
kepala, mulut kering,
gula darah tinggi,
tubuh terasa lelah
FH 4.1.1
Area and level of knowledge
Inadekuat Belum pernah
mendapatkan edukasi
FH 7.3.1
Physical activity history
Melakukan pekerjaan ringan
saat bertani
Sejak 6 bulan lalu
10. Kesimpulan : Asupan makan pasien termasuk kurang bervariasi. Pola makan pasien 2-3x
makan/hari, tidak memiliki alergi terhadap makanan, dan belum pernah mendapatkan
konseling gizi sebelumnya (inadequat pengetahuan). Pasien menerima medikasi berupa obat
untuk asam lambung, masalah pernapasan, anti-TB, batu, suplemen kalsium, anti-inflamasi,
cairan elektrolit IV dan obat untuk mengatasi HIV.
C. Pengkajian Antropometri (AD)
Anthropometry Data (AD)
Domain Data Keterangan
AD 1.1.1
Height/Length
Panjang ulna ±29 cm
Estimasi TB: 174 cm
AD 1.1.2
Weight
49 kg Aktual
AD 1.1.3
Frame size
Kurus Kurus tinggi
Kesimpulan: Pasien memiliki estimasi tinggi badan 174 cm, panjang ulna ±29 cm, berat
badan 49 kg serta berperawakan kurus tinggi.
D. Pengkajian Data Biokimia (BD)
Biochemical Data (BD)
Domain Data pasien Data normal Keterangan
BD 1.2.1
BUN
45,3 mg/dL 5-20 mg/dL Tinggi 2
BD 1.2.2
Creatinin
1,10 mg/dL 0,6-1,2 mg/dL Normal 2
BD 1.4.2
ALT/SGPT
14,2 u/L 4-36 u/L Normal 2
BD 1.4.3
AST/SGOT
19,3 u/L 0-35 u/L Normal 2
BD 1.5.2
Glucose, casual
147 mg/dL <100 mg/dL Tinggi, namun
belum pasti DM 3
BD 1.10.1
Hemoglobin
3,7 g/dL 14-17 g/dL Rendah (anemia) 2
BD 1.10.2
Hematocrit
11% 42-52% Rendah 2
11. BD 1.10.3
MCV
112,1 U 82-99 mm3
Tinggi 2
BD 1.10.5
RDW
23,7% 11,0-14,5% Tinggi 2
Others:
Leukosit
Eritrosit
MCH
Netrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
LED
4,5 x 103
/uL
0,99 x 106
/uL
37,4 pg
80,5%
15,5%
4%
0%
0%
1 jam>140mm/jam
2 jam>140 mm/jam
>2700/uL
4,25-5,4 x 106
/uL
27-31 pg/sel
55-70%
20-40%
2-8%
1-3%
0,5-1%
<15 mm/jam
Tinggi 2
Rendah 2
Tinggi 2
Tinggi 2
Rendah 2
Normal 2
Rendah 2
Rendah 2
Tinggi 4
Kesimpulan : Nilai BUN, MCV, RDW, leukosit, MCH, netrofil dan LED pasien tinggi.
Sedangkan nilai Hb, Ht, eritrosit, limfosit, eosinofil dan basofil rendah. Data tersebut
menunjukkan terjadinya penyakit infeksi dan anemia.
E. Pengkajian Data Klinis / Fisik (PD)
Nutrition Focused Physical Findings (PD)
Domain Data pasien Data normal Keterangan
PD 1.1.1
Overall appearance
Sadar
Lemas
Berkomunikasi
dengan baik
Kurus tinggi
Gejala anemia
PD 1.1.4
Cardiovascular-
pulmonary system
Sesak jika berjalan
5-10 langkah
Batuk berdahak
berwarna kuning
kental
Kaitannya dengan
diagnosa medis TB
paru
PD 1.1.9
Vital sign
Tekanan darah
Nadi
RR
120/70 mmHg
100x/menit
28 x/menit
120/80 mmHg
55-90x/menit
12-20x/menit
Normal 5
Tinggi 5
Tinggi 5
12. Suhu 38°C 36-37°C Tinggi 5
Kesimpulan: Pasien tampak sadar, lemas dan berperawakan kurus tinggi. Pasien merasa
sesak jika berjalan 5-10 langkah dan batuk berdahak berwarna kuning kental. Tekanan darah
pasien normal, namun nadi, RR dan suhu tubuh pasien termasuk tinggi. Pasien dikatakan
mengalami takikardia, takipnea, demam.
F. Comparative Standards
Comparative Standards (CS)
Domain Data Keterangan
CS 1.1.1
Total Energy Estimated
Needs
3100 kkal Defisit berat 45,54%
(SQ-FFQ: 1411,7 kkal)
CS 1.1.2
Method for estimating
needs
Rumus The-Mifflin-St.Jeor
+ koreksi HIV symptomatic
+ koreksi peningkatan suhu 6
REE: 5 + 10 (BBI) +
6,25(TB) + 5
REE HIV: (20% REE) +
REE
REE suhu: (13% REE) +
REE
CS 2.1.1
Total fat estimated needs
103 g (30% dari energi total) Defisit berat (28,44%)
(SQ-FFQ: 29,3 g)
CS 2.2.1
Total protein estimated
needs
112 g (2 g/kgBBI/hr) Defisit berat (42,6%)
(SQ-FFQ: 47,7 g)
CS 2.3.1
Total carbohydrate
estimated needs
431 g (Total energi –
(protein + lemak)
Defisit berat (52,8%)
(SQ-FFQ: 236,1 g)
CS 2.4.1
Total fiber estimated needs
36 g (AKG 2019) Defisit berat (22,78%)
(SQ-FFQ: 8,2 g)
CS 3.1.1
Total fluid estimated needs
2195 mL (35 mL/kgBBI/hr) Defisit ringan (88,4%)
(SQ-FFQ: 1940 mL)
CS 4.1.1
Vitamin: (AKG 2019)
Vitamin A 650 RE Cukup (235%)
13. Vitamin B12
Vitamin C
Vitamin D
Vitamin E
4,0 µg
90 mg
15 µg
15 µg
Kurang (20%)
Kurang (59,44%)
Kurang (2,67%)
Kurang (17,33%)
Cs 4.2.1
Mineral: (AKG 2019)
Zinc
Fe
Cu
Ca
11 mg
9 mg
900 µg
1000 mg
Kurang (55,45%)
Cukup (214,44%)
Cukup (533,33%)
Cukup (114,3%)
CS 5.1.1
Ideal/reference body
weight
IBW = 67 kg IBW = (TB-100)±10%(TB-
100)
IBW dengan BMI normal
batas bawah = 56 kg
BB = BMI (18,5 kg/m2
) x
(TB x TB (m2
))
CS 5.1.2
Recommended BMI
18,5-25,0 kg/m2
Kesimpulan: Pasien defisit tingkat berat untuk asupan energi (45,54%), protein (42,6%),
lemak (28,44%), karbohidrat (52,8%) dan serat (22,78%). Sedangkan, asupan cairan
tergolong defisit ringan dan asupan mikro tergolong defisit secara umum. BBI pasien adalah
67 kg, sedangkan BBI dengan BMI normal batas bawah adalah 56 kg dengan IMT
rekomendasi 18,5-25,0 kg/m2
.
IV. Diagnosis Gizi
(NI 2.1) Inadequate Oral Intake (P) berkaitan dengan kondisi fisiologis
yang menyebabkan peningkatan kebutuhan gizi dan defisit pengetahuan
mengenai makanan dan gizi tentang asupan makanan/minuman oral yang
tepat (E) ditandai dengan estimasi asupan yang kurang dari kebutuhan (energi
45,54%, protein 42,6%, lemak 28,44%, karbohidrat 52,78%) dan diagnosis
medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia (S).
(NC 2.2) Altered Nutrition-Related Laboratory Values (P) berkaitan
dengan respon inflamasi akibat penyakit infeksi (E) ditandai dengan nilai
MCV (112,1 U), RDW (23,7%), leukosit (4,5x103
/uL), MCH (37,4pg/sel),
netrofil (80,5%), dan LED 1 jam (> 140 mm/jam) tinggi; Hb (3,7g/dl), Ht
(11%), eritrosit (0,99x106
/uL); suhu tubuh 38o
C dan diagnosis medis B20
(HIV/AIDS), TB paru dan anemia (S).
14. V. Intervensi Gizi
A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan Intervensi Gizi
a. Memenuhi kebutuhan asupan zat gizi sesuai kebutuhan dan
kemampuan pasien secara bertahap, minimal 80% dari kebutuhan
total.
b. Mencegah terjadinya penurunan berat badan, melainkan
meningkatkan berat badan pasien secara bertahap hingga mendekati
BB normal.
c. Mengurangi progresivitas penyakit HIV/AIDS dan risiko
komorbiditas.
d. Memperbaiki kondisi respon inflamasi sehingga nilai biokimia dan
suhu tubuh pasien mendekati nilai normal.
e. Memberikan edukasi dan motivasi kepada pasien dan keluarga
kaitannya dengan tatalaksana gizi HIV/AIDS, TB paru dan anemia.
2. Preskripsi Diet
NP 1.1 Nutrition prescription
a. Makanan diberikan dalam bentuk kombinasi lunak dan biasa dengan
porsi kecil namun frekuensi sering (3x makan utama, 3x selingan)
b. Energi diberikan ditingkatkan karena adanya koreksi HIV
symptomatic dan peningkatan suhu, yakni sejumlah 3100 kkal.
Energi dapat diberikan secara bertahap dimulai dari pemenuhan
80%, 90% hingga 100% sesuai dengan kemampuan pasien.
c. Protein diberikan 2 g/KgBBI/hari atau sejumlah 112 g. Protein
berasal dari sumber hewani maupun nabati. Hindari konsumsi
sumber protein tidak matang misal telur mentah, telur setengah
matang, sushi, daging matang.
d. Lemak diberikan 30% dari energi total atau sejumlah 103 g.
Utamakan lemak kaya akan MCT (minyak kelapa, minyak inti
kelapa sawit, produk kelapa, produk susu), asam lemak omega 3 dan
6 (minyak jagung, ikan salmon, ikan canola, minyak bunga
15. matahari). Batasi asam lemak jenuh yakni <10% dari total
kebutuhan kalori atau <31 gram.
e. Karbohidrat diberikan melalui sisa pemenuhan energi yakni 431 g.
Gunakan karbohidrat kompleks, seperti nasi, ubi, singkong, talas,
kentang, sereal dll.
f. Cairan diberikan 35-40 mL/kgBBI/hari atau 2195 mL.
g. Serat diberikan sesuai AKG 2019, yakni 36 g.
h. Vitamin diberikan sesuai AKG 2019, yakni vitamin A 650 RE;
vitamin B12 4,0 µg; vitamin C 90 mg; vitamin D 15 µg; dan vitamin
E 15 µg.
i. Mineral diberikan sesuai AKG 2019, yakni Zinc 11 mg; Fe 9 mg;
Cu 900 µg; dan Ca 1000 mg.
j. Pengolahan makanan dilakukan dengan cara merebus, mengukus
dan menumis serta kurangi cara penggorengan.
k. Hindari konsumsi kopi, bahan makanan yang mengandung sorbitol
untuk menghindari gerakan peristalktik yang tidak diinginkan dan
diare.
l. Hindari konsumsi makanan mentah seperti telur mentah, daging atau
makanan laut.
m. Hindari penggunaan bumbu pedas dan bumbu lain yang merangsang
pencernaan.
n. Hindari konsumsi makanan bergas karena dapat mengganggu
pernapasan, gerak otot diafragma serta meningkatkan dyspnea.
o. Batasi konsumsi makanan tinggi lemak dan natrium, misal cake,
junk food, gorengan, ikan asin, telur asin dan makanan yang
diawetkan lainnya.
p. Gunakan air matang/masak untuk minum dan memasak.
q. Cuci buah dan sayuran yang dikonsumsi secara menyeluruh.
r. Jaga higiene dan sanitasi makanan sejak mempersiapkan, mengolah
hingga menyajikan makanan.
16. B. Rencana Implementasi
1. Pemberian Diet (Jenis, Bentuk dan Contoh Menu)
ND 1 Meals and Snacks
a. Jenis diet: diet TETP (tinggi energi tinggi protein)
b. Bentuk makanan (termasuk modifikasi):
i. Makanan berbentuk kombinasi biasa dan lunak
ii. Rute makanan: oral
iii. Jadwal makan: 3x makan utama, 3x selingan
c. Perencanaan menu diet
Hari % Pemenuhan Perhitungan Zat Gizi
1 80% dari total kebutuhan
energi
Energi: 2480 kkal
Protein: 89,6 g
Lemak: 82,4 g
Karbohidrat: 344,8 g
2 90% dari total kebutuhan
energi
Energi: 2790 kkal
Protein: 100,8 g
Lemak: 92,7 g
Karbohidrat: 387,9 g
3 100% dari total kebutuhan
energi
Energi: 3100 kkal
Protein: 112 g
Lemak: 103 g
Karbohidrat: 431 g
d. Contoh rekomendasi menu untuk pasien (2480 kkal)
Waktu Makan
Nama
Makanan
Bahan Makanan
Keterangan URT dan
Gram Matang
URT
Gram
matang
Sarapan Nasi tim Nasi tim 1 prg 200
Telur dadar Telur ayam 1 bh 54
Minyak kelapa 1 sdt 5
Sayur bening Bayam 2 sdm 20
Jagung 3 sdm 30
17. Wortel 2 sdm 20
Smoothies
strawberry
Strawberry 6 bh 100
Susu skim 1 ½ gls 150
Selingan Bubur sumsum Bubur tepung beras 1 mgk 150
Gula merah 35
Kue lapis Kue lapis ½ ptg 25
Makan siang Nasi tim Nasi tim 1 prg 200
Pepes ikan Ikan kembung 1 ptg 50
Tumis tempe Tempe 1 ptg 40
Kacang panjang 2 sdm 20
Wortel 2 sdm 20
Minyak kelapa 1 sdt 5
Jus alpukat Alpukat 1 ptg 75
Madu 1 sdt 5
Air ½ gls 100
Selingan Getuk Getuk 1 bh 30
Kue lapis Kue lapis 1 ptg 50
Susu skim Susu skim 1 gls 200
Makan malam Nasi tim Nasi tim 1 prg 200
Rolade Daging ayam 1 ptg 50
Tahu 1 ptg 40
Sayur sop Kentang 3 sdm 30
Jamur 2 sdm 20
Wortel 2 sdm 20
Kol 2 sdm 20
Minyak kelapa 1 sdt 5
Jus apel Apel 1 ptg 100
Gula pasir 1 sdt 5
18. 2. Edukasi dan Konseling Gizi
Pelaksanaan Edukasi dan Konseling Gizi
Hari, tanggal Rabu, 27 April 2022
Jam 10.00-11.00 WIB
Tempat Ruang rawat inap pasien
Topik Diet TETP untuk pasien infeksi HIV, TB dan anemia
Tujuan - Memberikan edukasi terkait infeksi HIV-TB dengan anemia
- Memberi pemahaman mengenai tatalaksana diet TETP untuk
pasien infeksi HIV-TB
- Menambah motivasi pasien dan keluarga agar mematuhi
panduan diet yang telah disepakati
Sasaran Pasien dan keluarga
Waktu 1 jam
Materi - Pengetahuan terkait HIV, TB dan anemia serta peranan gizi
dalam menangani kondisi infeksi dan imunitas tubuh
- Pengetahuan terkait tatalaksana diet TETP untuk pasien
HIV-TB
- Pengetahuan terkait kiat hidup sehat untuk pasien HIV-TB
yakni mengenai pentingnya higiene & sanitasi; olahraga;
ART; manajemen stress; dan penggunaan rokok.
- Pemberian motivasi kepada keluarga pasien untuk
memberikan dukungan emosional
Metode Tatap muka
Media Leaflet
Evaluasi - Menguji secara lisan pasien terkait materi yang telah
diberikan
- Mengevaluasi kesanggupan pasien untuk mengusahakan
memberikan diet yang mencukupi kebutuhan asupan pasien
Air 1 gls 200
Selingan Susu skim Susu skim 1 gls 200
Martabak Martabak 1 ptg 40
Kandungan gizi
Energi : 2488,6 kkal
Protein: 87,7 g
Lemak: 82,8 g
Karbohidrat: 349,9 g
19. - Evaluasi pribadi ahli gizi apakah sudah dapat
mengidentifikasi masalah pemberian makan pada pasien dan
memberikan solusi.
3. Koordinasi dengan Tenaga Kesehatan
Pertemuan Pokok diskusi Solusi dan Implementasi Tenaga
Terlibat
1
HIV, TB dan
anemia
Koordinasi terkait keselelarasan
diagnosis medis dan gizi, memberikan
edukasi kepada keluarga terkait
penyakit infeksi yang dialami pasien
Dokter
2
Pencatatan rekam
medis, kondisi
klinis dan
perkembangan
pasien
Diskusi terkait uji/pengukuran oleh
perawat yang disesuaikan dengan bab
monitoring dan evaluasi yang dibuat
oleh ahli gizi.
Perawat
3
Interaksi obat dan
makanan
Koordinasi terkait interaksi antara
makanan dan suplementasi/obat yang
diterima pasien.
Farmasi
4
Penyusunan jadwal
makan dan materi
edukasi gizi
Menyusun jumlah dan jadwal yang
akan diberikan kepada pasien
Diskusi mengenai materi edukasi
gizi yang perlu disampaikan kepada
pasien dan keluarga.
Ahli gizi
VI. Perencanaan Monitoring – Evaluasi Gizi
A. Asupan Makan (FH)
Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan
Target
Pencapaian
Asupan
makanan
Mengevaluasi %
penghabisan
asupan makanan
yang disediakan
RS setelah
mengalami
modifikasi diet
Visual comstock setiap pasien
selesai mengonsumsi makanan
Recall 24 hours setiap hari
100% makanan
yang
disediakan RS
setelah
dimodifikasi
dapat diterima
dan dihabiskan
oleh pasien
20. B. Fisik/Klinis (PD)
Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan
Target
Pencapaian
Tanda vital:
suhu tubuh,
RR dan HR
Memeriksa tanda
vital pasien
Pengukuran setiap hari secara
berkala menggunakan alat ukur
Tanda vital
dalam keadaan
normal
Keluhan:
sesak nafas,
batuk, lemas,
sempoyongan
Mendata keluhan
pasien
Observasi langsung setiap hari Keluhan
mereda/keadaan
pasien
membaik
C. Biokimia (BD)
Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan
Target
Pencapaian
Hemoglobin
Memeriksa nilai
lab pasien
Periksa ke laboratorium setiap
minggu
Nilai lab
mendekati nilai
normal
Hematocrit
MCV
RDW
Leukosit
Eritrosit
MCH
Netrofil
Limfosit
Eosinofil
Basofil
LED
D. Antropometri (AD)
Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan
Target
Pencapaian
BB Memantau dan
memeriksa berat
badan pasien
Melakukan pengukuran
menggunakan timbangan tiap
minggu
BB mendekati
nilai normal
atau minimal
tidak terjadi
penurunan BB
yang tidak
diinginkan
21. TB Melakukan
pengukuran tinggi
badan pasien
Menggunakan microtoise atau
stadiometer
Nilai TB yang
akurat
VII. Pembahasan Kasus
Tn. D, seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun datang kerumah
sakit dengan keluhan sesak setelah berjalan 5-10 langkah, rasa
sempoyongan setelah aktivitas ringan dan batuk berdahak berwarna kuning
kental. Pasien tampak kurus, tinggi dan lemas namun tetap dapat
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Pasien
didiagnosis medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia. Kemudian,
pasien diskrining menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST)
dengan tujuan mengeidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi, tidak
berisiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus tersebut salah
satunya kelainan metabolik dan pasien dengan imunitas. Skrining MST
digunakan karena dinilai cepat, mudah dan cocok untuk digunakan sesuai
dengan kondisi pasien yang dirawat di rumah sakit. Kelebihan alat skrining
ini adalah lebih efisien (waktu: 30 detik), pertanyaan lebih sederhana, nilai
sensitivitas dan spesifisitas 93-95%, nilai keandalan 90-97%, dan tidak
bergantung kepada nilai antropometri dan laboratorium. Kekurangan form
tersebut yakni tidak bisa diterapkan pada pasien yang sulit berkomunikasi.
Namun, diketahui bahwa pasien dapat berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik sehingga tidak menjadi halangan.1
Hasil skor yang
diperoleh adalah 2 (≥2), sehingga pasien dinyatakan berisiko malnutrisi dan
memerlukan suatu proses asuhan gizi terstandar segera.
Berdasarkan pengkajian client history (CH), diketahui bahwa Tn. D
merupakan seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun memiliki keluhan
yakni sesak setelah berjalan 5-10 langkah, sempoyongan setelah melakukan
aktivitas ringan serta batuk berdahak berwarna kuning kental. Pasien
didiagnosis medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu virus yang
menyerang sistem imunitas. HIV dapat berkembang menjadi Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sindrom penyakit yang muncul
22. karena melemahnya sistem kekebalan tubuh.7
HIV terbagi menjadi empat
tahap yakni tahap pertama: infeksi, tahap kedua: asimptomatik, tahap
ketigaL simptomatik dan tahap keempat: AIDS. Tahap infeksi, virus HIV
mulai bereplikasi dalam tubuh, menyebabkan infeksi seperti flu, demam,
ruam dan sakit tenggorokan. Tahap asimptomatik, tidak menunjukkan
gejala luar, namun berlangsung selama 8-10 tahun. Tahap sipmtomatik,
HIV berkembang menganggu sistem kekebalan tubuh menjadi rusak.
Biasanya terjadi sariawan, penurunan BB, diare akut, TB, kelelahan yang
muncul sebagai infeksi oportunistik. Tahap AIDS, terjadi peningkatan
jumlah sel CD4+
dalam tubuh, yang menandakan bahwa sistem imun tubuh
telah terganggu sehingga menyerang sel limfosit-T.8
Tuberculosis yakni penyakit infeksi paru menular yang disebabkan
oleh mikrobakteri, terutama microbakterium tuberculosis. Penyebarannya
terjadi melalui udara dengan waktu inkubasi sekitar 4-8 minggu. Bakteri
tersebut didalam tubuh akan memproduksi sitokin, meningkatkan kadar
gamma interferon, interlukin -10 dan interlukin -6 yang diikuti dengan
peningkatan kadar kortisol, prolaktin, dan hormone thyroid dan
menurunkan kadar testosterone dan dehidropiandrosteron. Efek dari ini
kebutuhan energi tubuh meningkat. Gejala pada pasien TB dibedakan
menjadi akut dan kronik. Gejala akut misal demam yang berlangsung lama
dan terjadi pada malam hari disertai keringat malam, turun nafsu makan,
perasaan lemah, batuk >3 minggu. Adapun gejala kronik tidak terlalu
berbeda dengan akut yakni panas tidak terlalu tinggi namun hilang datang
dan nafsu makan rendah. Kondisi tersebut yang menyebabkan asupan
makan tidak adekuat sehingga terjadi status gizi kurang, dimana perlu
diatasi segera mengingat rendahnya daya imun tubuh pasien.9
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari normal. Anemia merupakan salah satu
komplikasi hematologi yang sering terjadi pada pasien HIV dan merupakan
faktor risiko independen kematian pada infeksi HIV.9
Anemia pada pasien
dapat terjdi dikarenakan komplikasi metabolik atau pengobatan yang
diterima.2
Gejala anemia antara lain lemas, sakit kepala, kepala pusing, mata
23. berkunang, mudah mengantuk, sulit berkonsentrasi dan mudah lelah, Pasien
diketahui diketahui berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik, berpendidikan terakhir SD, tinggal sendiran. Dulu, pasien bekerja
sebagai penjual nasi warteg, namun sekarang bekerja sebagai petani
bawang. Selain itu, pasien merupakan perokok berat, namun telah berhenti
6 bulan lalu.
Berdasarkan pengkajian food history (FH), diketahui bahwa total
asupan energi yang dikonsumsi pasien dalam satu bulan terakhir,
berdasarkan hasil analisis form SQ-FFQ yakni sejumlah 1441,7 kkal. Pola
makan pasien yakni 2-3x/sehari. Adapun kebiasaan makan pasien antara
lain konsumsi nasi 2-3x/hari @6-7 sdm; telur 1-2x/hari atau 4x/minggu @1
btr; tahu goreng/tahu bacem 2-3x/hari atau 4-5x/minggu @1 ptg; sop sayur
bening, bayam, wortel, atau labu siam 3-4x/minggu @1 mgk; pepaya 1-
2x/minggu; dan pisang 5-6x/minggu @1 bh. Cairan yang dikonsumsi pasien
biasanya air mineral ±1,5 liter, teh manis gula 1 sdm pada pagi dan sore hari
atau saat makan serta terkadang juga mengonsumsi kopi saat makan. Pasien
jarang mengonsumsi ikan, daging, buah-buahan melainkan lebih sering
mengonsumsi tahu, tempe, telur dan sayuran yang dibeli diwarung. Pasien
tidak memliki alergi terhadap makanan. Diketahui bahwa makanan yang
dikonsumsi pasien tersebut tergolong kurang bervariasi. Pasien juga
tergolong inadekuat edukasi mengenai zat gizi karena ia mengaku belum
pernah mendapatkan edukasi/konseling gizi sebelumnya. Selain itu, pasien
juga menerima medikasi berupa inj. Omeprazole, salbutamol, paracetamol,
inj. Aminophilin, rifamdicin, INH (isoniazid), P2A (pyrazinamide),
etambutol, inj. Ca gluconas, ambroxol, inj. MP 2x62,5, RL 16 tpm dan obat
ARV. Medikasi tersebut diberikan untuk mengatasi asam lambung, masalah
pernapasan, anti-TB, batu, suplemen kalsium, anti-inflamasi, cairan
elektrolit IV dan obat untuk mengatasi HIV.
Berdasarkan pengkajian anthropometry data (AD), diketahui bahwa
panjang ulna pasien ±29 cm dan berat badan 49 kg. Kemudian, dihitung
estimasi perkiraan tinggi badan menggunakan rumus Ilayperuma 10
, yakni
174 cm. Tidak dihitung IMT pasien, karena dinilai tidak akurat jika
24. menggunakan TB estimasi. Pasien dikatakan kurang status gizi, dilihat dari
perawakannya yang kurus tinggi. Status gizi yang buruk pada pasien HIV
disebabkan karena asupan gizi yang kurang baik, adanya perubahan laju
metabolisme tubuh, perubahan mekanisme kerja traktus digestivus,
interaksi obat dengan zat gizi. Keadaan malnutrisi pada pasien HIV ini dapat
menyebabkan turunnya imunitas, meningkatkan resiko untuk terkena
infeksi oportunistik, dan mempengaruhi absorbsi obat ARV dalam tubuh.
Tahap akhir dari keadaan malnutrisi ini adalah HIV wasting syndrome. Oleh
karena itu, status gizi yang buruk pada pasien HIV dapat mempercepat
progresivitas penyakit menjadi AIDS, mortalitas yang meningkat dan
penurunan harapan hidup pasien dengan HIV.11
Berdasarkan pengkajian biochecmical data (BD), diketahui bahwa
nilai ureum, MCV, RDW, leukosit, MCH, netrofil, dan LED tinggi.
Tingginya MCV danMCH dapat menjadi tanda adanya kekurangan vitamin
B6, B9, atau B12. Nilai RDW tinggi dapat berkaitan dengan anemia akibat
inflamasi kronis. Tingginya nilai leukosit dan neutrofil dapat dikarenakan
adanya infeksi yang sejalan dengan diagnosis medis pasien yaitu infeksi HIV
dan TB Paru.2
LED menggambarkan komposisi plasma serta perbandingan
eritrosit dan plasma. Nilai LED pasien tinggi karena pasien mengalami
infeksi, terlebih nilai LED pasien yang lebih dari 100 mm/jam dihubungkan
dengan kondisiinfeksi serius. Nilai Hb, Ht, eritrosit, limfosit, eosinofil, dan
basofil rendah. Rendahnya nilai hemoglobin dan hematokrit menandakan
anemia pada pasien. Penurunan hemoglobin selalu diikuti dengan
penurunan hematokritdan sel darah merah. Limfosit, eosinofil, dan basofil
rendah kemungkinan karena sel darah putih yang bekerja melawan infeksi
bakteri adalah neutrofil. Eosinofil untuk gangguan alergi dan infeksi parasit,
limfosit untukmelawan infeksi virus dan bakteri, dan basofil untuk melawan
kelainan darah.4
Nilai GDS belum pasti DM.3
Berdasarkan pengkajian physical findings (PD), diketahui bahwa
pasien dalam keadaan sadar, lemas dan berperawakan kurus tinggi. Pasien
memiliki keluhan kardiovaskular-pulmonary yakni sesak jika berjalan 5-10
langkah, batuk berdahak berwarna kuning kental. Tanda vital pasien tinggi
25. pada nadi, RR, suhu, sedangkan tekanan darahnya normal. Pasien dikatakan
mengalami takikardia, takipnea dan demam. Tanda tersebut menandakan
adanya infeksi pada tubuh pasien, yaitu HIV dan TB.4
Berdasarkan comparative standars (CS), diketahui bahwa pasien
mengalami defisit tingkat berat untuk asupan energi (45,54%), protein
(42,6%), lemak (28,4%), karbohidrat (52,8%) dan serat (22,78%). Asupan
mikro dan cairan pasien juga secara umum tergolong defisit. Asupan makan
berpengaruh bagi pasien kaitannya untuk mencegah malnutrisi dan wasting,
mengembalikan dan mempertahankan berat badan ideal, meningkatkan
kemampuan tubuh melawan berbagai infeksi oportunistik sepsis,
meningkatkan efek obat-obatan dan memperbaiki serta meningkatkan
kualitas hidup. Tanpa asupan makanan yang baik, stress metabolik akibat
infeksi menimbulkan kehilangan berat badan dan rusaknya sel bagian tubuh
organ vital.12,13
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
beberapa diagnosis antara lain:
o (NI 2.1) Inadequate Oral Intake (P) berkaitan dengan kondisi
fisiologis yang menyebabkan peningkatan kebutuhan gizi dan defisit
pengetahuan mengenai makanan dan gizi tentang asupan
makanan/minuman oral yang tepat (E) ditandai dengan estimasi
asupan yang kurang dari kebutuhan (energi 45,54%, protein 42,6%,
lemak 28,44%, karbohidrat 52,78%) dan diagnosis medis B20
(HIV/AIDS), TB paru dan anemia (S).
o (NC 2.2) Altered Nutrition-Related Laboratory Values (P)
berkaitan dengan respon inflamasi akibat penyakit infeksi (E) ditandai
dengan nilai MCV (112,1 U), RDW (23,7%), leukosit (4,5x103
/uL),
MCH (37,4pg/sel), netrofil (80,5%), dan LED 1 jam (> 140 mm/jam)
tinggi; Hb (3,7g/dl), Ht (11%), eritrosit (0,99x106
/uL); suhu tubuh
38o
C dan diagnosis medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia (S).
Selanjutnya, dibuat suatu intervensi gizi untuk pasien. adapun tujuan
intervensi gizi yakni memenuhi kebutuhan asupan zat gizi sesuai kebutuhan
dan kemampuan pasien secara bertahap, minimal 80% dari kebutuhan total;
26. mencegah terjadinya penurunan berat badan, melainkan meningkatkan berat
badan pasien secara bertahap hingga mendekati BB normal; mengurangi
progresivitas penyakit HIV/AIDS dan risiko komorbiditas; memperbaiki
kondisi respon inflamasi sehingga nilai biokimia dan suhu tubuh pasien
mendekati nilai normal; dan memberikan edukasi dan motivasi kepada
pasien dan keluarga kaitannya dengan tatalaksana gizi HIV/AIDS, TB paru
dan anemia.
Preksripsi diet yang diberikan antara lain makanan diberikan dalam
bentuk kombinasi lunak dan biasa dengan porsi kecil namun frekuensi
sering (3x makan utama, 3x selingan); energi diberikan ditingkatkan karena
adanya koreksi HIV symptomatic dan peningkatan suhu, yakni sejumlah
3100 kkal. Energi dapat diberikan secara bertahap dimulai dari pemenuhan
80%, 90% hingga 100% sesuai dengan kemampuan pasien; protein
diberikan 2 g/KgBBI/hari atau sejumlah 112 g. Protein berasal dari sumber
hewani maupun nabati. Hindari konsumsi sumber protein tidak matang
misal telur mentah, telur setengah matang, sushi, daging matang; lemak
diberikan 30% dari energi total atau sejumlah 103 g. Utamakan lemak kaya
akan MCT (minyak kelapa, minyak inti kelapa sawit, produk kelapa, produk
susu), asam lemak omega 3 dan 6 (minyak jagung, ikan salmon, ikan canola,
minyak bunga matahari). Batasi asam lemak jenuh yakni <10% dari total
kebutuhan kalori atau <31 gram; karbohidrat diberikan melalui sisa
pemenuhan energi yakni 431 g. Gunakan karbohidrat kompleks, seperti
nasi, ubi, singkong, talas, kentang, sereal dll; cairan diberikan 35-40
mL/kgBBI/hari atau 2195 mL; serat diberikan sesuai AKG 2019, yakni 36
g; vitamin diberikan sesuai AKG 2019, yakni vitamin A 650 RE; vitamin
B12 4,0 µg; vitamin C 90 mg; vitamin D 15 µg; dan vitamin E 15 µg;
mineral diberikan sesuai AKG 2019, yakni Zinc 11 mg; Fe 9 mg; Cu 900
µg; dan Ca 1000 mg. Selain itu, pasien juga diberikan beberapa anjuran
makan antara lain pengolahan makanan dilakukan dengan cara merebus,
mengukus dan menumis serta kurangi cara penggorengan; hindari konsumsi
kopi, bahan makanan yang mengandung sorbitol untuk menghindari
gerakan peristalktik yang tidak diinginkan dan diare; hindari konsumsi
27. makanan mentah seperti telur mentah, daging atau makanan laut; hindari
penggunaan bumbu pedas dan bumbu lain yang merangsang pencernaan;
hindari konsumsi makanan bergas karena dapat mengganggu pernapasan,
gerak otot diafragma serta meningkatkan dyspnea; batasi konsumsi
makanan tinggi lemak dan natrium, misal cake, junk food, gorengan, ikan
asin, telur asin dan makanan yang diawetkan lainnya; gunakan air
matang/masak untuk minum dan memasak; cuci buah dan sayuran yang
dikonsumsi secara menyeluruh; serta jaga higiene dan sanitasi makanan
sejak mempersiapkan, mengolah hingga menyajikan makanan.
Adapun rencana implementasi meliputi pemberian diet, edukasi dan
konseling gizi serta koordinasi dengan tenaga kesehatan. Pemberian diet
yakni diet TETP (tinggi energi tinggi protein), bentuk makanan kombinasi
antara biasa dan lunak, rute makanan oral dengan porsi kecil dan frekuensi
sering (3x makan utama, 3x selingan). Perencanan menu diet terbagi
menjadi tiga tahap dengan %pemenuhan yakni 80%, 90% kemudian 100%
disesuaikan dengan kondisi daya terima pasien. Rekomendasi menu yang
diberikan telah disesuaikan dengan preskripsi diet sebelumnya. Menu utama
untuk tahap pertama (80% dari total energi) terdiri dari sarapan yakni nasi
tim, telur dadar, sayur bening dan smoothies strawberry. Makan siang yakni
nasi tim, pepes ikan kembung, tumis tempe kacang panjang wortel dan jus
alpukat. Makan malam yakni nasi tim, rolade ayam tahu, sayur sop dan jus
apel. Selingan yang diberikan antara lain bubur sumsum, kue lapis, getuk,
susu skim dan martabak manis.
Selanjutnya, edukasi dan konseling gizi dilakukan terhadap pasien
dan keluarga dengan topik berupa diet TETP untuk pasien infeksi HIV-TB.
Tujuan sesi edukasi dan konseling gizi yakni memberikan edukasi terkait
infeksi HIV-TB dengan anemia, memberi pemahaman mengenai
tatalaksana diet TETP untuk pasien infeksi HIV-TB dan menambah
motivasi pasien dan keluarga agar mematuhi panduan diet yang telah
disepakati. Materi yang diberikan antara lain pengetahuan terkait HIV, TB
dan anemia serta peranan gizi dalam menangani kondisi infeksi dan
imunitas tubuh; pengetahuan terkait tatalaksana diet TETP untuk pasien
28. HIV-TB; pengetahuan terkait kiat hidup sehat untuk pasien HIV-TB yakni
mengenai pentingnya higiene & sanitasi; olahraga; ART; manajemen stress;
dan penggunaan rokok; dan Pemberian motivasi kepada keluarga pasien
untuk memberikan dukungan emosional. Metode yang dipilih adalah tatap
muka dengan media berupa leaflet. Evaluasi dari sesi ini juga dilakukan
untuk mengetahui kesanggupan dari keluarga pasien dalam
mengimplementasikan kesepakatan diet.
Koordinasi dengan tenaga kesehatan juga dilakukan bersama dokter
kaitannya dengan Koordinasi terkait keselelarasan diagnosis medis dan gizi,
memberikan edukasi kepada keluarga terkait penyakit infeksi yang dialami
pasien; perawat kaitannya dengan pencatatan rekam medis, kondisi klinis
dan perkembangan pasien; farmasi kaitannya dengan interaksi obat dan
makanan; dan ahli gizi kaitannya dengan penyusunan jadwal makan dan
materi edukasi gizi untuk keluarga pasien.
Terakhir, yakni monitoring dan evaluasi. Aspek asupan makan,
dipantau mengenai asupan makan pasien dengan target 100% makanan
sediaan RS diterima dan dihabiskan oleh pasien melalui penilaian visual
comstock dan Recall 24 hours setiap hari. Aspek fisik/klinis dipantau
mengenai tanda vital dan keluhan pasien. Aspek biokimia dipantau
mengenai nilai biokimia Hb, Ht, MCV, RDW, leukosit, eritrosit, MCH,
netrofil, limfosit, eosinofil, basofil dan LED setiap minggunya di
laboratorium agar mendekati nilai normal. Aspek antropometri, dipantau
mengenai berat badan tinggi badan pasien.
VIII. Penutup / Kesimpulan
Tn. D, seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun mengalami keluhan
sesak setelah berjalan 5-10 langkah, rasa sempoyongan setelah aktivitas
ringan dan batuk berdahak berwarna kuning kental serta didiagnosis medis
menderita B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia. Pasien diskrining
menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST) dengan skor = 2 (≥2),
dinyatakan berisiko malnutrisi sehingga memerlukan PAGT segera. Setelah
dikaji, diperoleh diagnosis gizi yakni inadequat oral intake dan altered-
nutrition related laboratory values. Intervensi gizi yang diberikan pada
29. pasien adalah diet TETP sesuai kondisi dan kemampuan pasien, edukasi dan
konseling gizi, koordinasi dengan tim kesehatan lain. Monitoring dan
evaluasi juga dilakukan terhadap aspek asupan makan, fisik/klinis, biokimia
serta antropometri pasien.
34. C. Perhitungan Antropometri
1. Estimasi tinggi badan berdasarkan panjang ulna
Estimasi TB = 97,252 + 2,645 (ulna length)
= 97,252 + 2,645 (29 cm)
= 97,252 + 76,705
= 173,957 ≈ 174 cm
2. BBI
BBI = (TB-100) ± 10%(TB-100)
= (174-100) ± 10%(174-100)
= 74 ± 7,4
= 66,6 kg ≈ 67 kg
3. BBI dengan BMI normal batas bawah
BB = BMI ( TBxTB (m))
= 18,5 x 3.0276
= 56,01 kg ≈ 56 kg
D. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi 6
1. Energi
The Mifflin-St.Jeor
REE = 5 + 10 (56) + 6,25 (TB) – 5 (U) + 5
= 5 + 10 (56 kg) + 6,25 (174 cm) – 5 (39) + 5
= 5 + 560 + 1087,5 – 195 + 5
= 1462,5 kkal
Peningkatan REE pada pasien HIV symptomatic meningkat 20-50%
REE HIV = (20% REE) + REE
= (20% x 1462,5 kkal) + 1462,5 kkal
= 292,5 + 1462,5 kkal
= 1755 kkal
Peningkatan suhu 1°C (Suhu pasien: 38°C), REE meningkat 13%
REE suhu = (13% REE) + REE
= (13% x 1755 kkal) + 1755 kkal
=1983,15 kkal
TEE = REE total x faktor aktivitas x faktor stress
35. = 1983,15 kkal x 1,2 x 1,3
= 3093,714 kkal ≈ 3100 kkal
2. Protein
Protein = 2 g/KgBBI
= 2 g x 56 kg
= 112 g atau 448 kkal
3. Lemak
Lemak = 30% dari kebutuhan energi
= 30% x 3100 kkal
= 927 kkal atau 103 g
4. Karbohidrat
Karbohidrat = Sisa pemenuhan energi
= Total energi – (protein + lemak)
= 3100 - (448 + 927 kkal)
= 1725 kkal atau 431,25 g (KH rendah 56%)
5. Cairan
Cairan = 35-40 mL/kgBBI
= 35 x 56
= 1960 mL + 12% kenaikan suhu 1°C
= 2195 mL
36. E. Analisis Riwayat Kebiasaan Makan (SQ-FFQ)
Nama Bahan
Makanan
Teknik pengolahan Frekuensi Konsumsi Porsi per kali makan
Berat
mentah
(n)
Rata-rata
frek/hr
(f)
Rata-rata
asupan
gr/hari
(n x f)
(kebiasaan)
Hari
Minggu Bulan URT
berat matang
(g)
grg tms rbs x/mgg x/hr x/bln x/hr grg tms rbs
Nasi beras
giling putih
v 2-3x 6-7 sdm 97,5 39 2,5 97,5
PROTEIN HEWANI
Telur ayam v 1-2x 4x 1 btr 60 48 0,86 41,14
PROTEIN NABATI
Tahu v v 2-3x 4-5x 1 ptg 40 44 1,61 70,71
Tempe v 2-3x 4-5x 1 ptg 50 55 1,61 88,39
SAYURAN
Bayam v 3-4x 1 mgkk 100 110 0,50 55,00
Gambas v 3-4x 1 mgkk 100 110 0,50 55,00
Wortel v 3-4x 1 mgkk 50 55 0,50 27,50
Seledri v 3-4x 1 mgkk 25 27,5 0,50 13,75
Labu siam v 3-4x 1 mgkk 50 55 0,50 27,50
BUAH-BUAHAN
Pisang 5-6x 1 bh 100 0,79 78,57
Pepaya 1-2x 1 ptg 100 0,21 21,43
Jeruk 1x 1 ptg 100 0,14 14,29
SERBA SERBI
Gula pasir 2x 1 sdm 15 2,00 30,00
37. Nama Bahan
Makanan
Teknik pengolahan Frekuensi Konsumsi Porsi per kali makan
Berat
mentah
(n)
Rata-rata
frek/hr
(f)
Rata-rata
asupan
gr/hari
(n x f)
(kebiasaan)
Hari
Minggu Bulan URT
berat matang
(g)
grg tms rbs x/mgg x/hr x/bln x/hr grg tms rbs
Minyak
kelapa
13,31 1 13,31
CAIRAN
Kopi 4-5x 1 gls 220 0,64 141,43
The 2x 1 gls 220 2,00 440,00
Air 1,5 L 1 1,5 L
38. F. Hasil Analisis Riwayat Kebiasaan Makan (SQ-FFQ)
==========================================================
ANALYSIS OF THE FOOD RECORD
======================================================================
Food Amount energy carbohydr.
beras putih giling 97,5 g 351,9 kcal 77,5 g
telur ayam 41,14 g 63,8 kcal 0,5 g
tahu 70,71 g 53,7 kcal 1,3 g
tempe kedele murni 88,39 g 176,0 kcal 15,0 g
bayam segar 55 g 20,4 kcal 4,0 g
gambas / oyong mentah 55 g 11,0 kcal 2,4 g
Carrot fresh 27,5 g 7,1 kcal 1,3 g
seledri 13,75 g 1,8 kcal 0,3 g
labu siam mentah 27,5 g 5,5 kcal 1,2 g
pisang ambon 78,57 g 72,3 kcal 18,4 g
pepaya 21,43 g 8,3 kcal 2,1 g
jeruk manis 14,29 g 6,7 kcal 1,7 g
gula pasir 30 g 116,1 kcal 30,0 g
minyak kelapa sawit 13,31 g 114,7 kcal 0,0 g
kopi (powder) 141,4 g 182,5 kcal 36,5 g
teh 440 g 219,8 kcal 44,0 g
Drinking water 1500 g 0,0 kcal 0,0 g
Meal analysis: energy 1411,7 kcal (100 %), carbohydrate 236,1 g (100 %)
======================================================================
RESULT
======================================================================
Nutrient
content
analysed
value
recommended
value/day
percentage
fulfillment
energy 1411,7 kcal 2036,3 kcal 69 %
39. protein 47,7 g(14%) 60,1 g(12 %) 79 %
fat 29,3 g(18%) 69,1 g(< 30 %) 42 %
carbohydr. 236,1 g(68%) 290,7 g(> 55 %) 81 %
dietary fiber 8,2 g 30,0 g 27 %
zinc 6,1 mg 7,0 mg 88 %
iron 19,3 mg 15,0 mg 129 %
copper 4,8 mg 1,3 mg 383 %
calcium 1143,0 mg 1000,0 mg 114 %
Vit. A 1527,7 µg 800,0 µg 191 %
Vit. B12 0,8 µg 3,0 µg 27 %
Vit. C 53,5 mg 100,0 mg 54 %
Vit. D 0,4 µg 5,0 µg 8 %
Vit. E (eq.) 2,6 mg 12,0 mg 22 %
G. Hasil Analisis Rekomendasi Menu
===================================================================
Analysis of the food record
===================================================================
Food Amount energycarboh
ydr.
___________________________________________________________________________
___
Sarapan
nasi tim 200 g 234.2 kcal
51.4 g
telur ayam 54 g 83.8 kcal
0.6 g
minyak kelapa 5 g 43.1 kcal
0.0 g
bayam segar 20 g 7.4 kcal
1.5 g
jagung kuning segar 30 g 32.4 kcal
7.5 g
Carrot fresh 20 g 5.2 kcal
1.0 g
Strawberry fresh 100 g 32.0 kcal
5.5 g
susu skim / tak berlemak cair 150 g 52.3 kcal
7.4 g
Meal analysis: energy 490.4 kcal (20 %), carbohydrate 74.8 g (21 %)
Selingan
bubur tepung beras merah 150 g 109.3 kcal
40. 24.0 g
gula merah tebu belum dimurnikan 35 g 131.6 kcal
34.1 g
kue lapis legit 25 g 100.7 kcal
11.1 g
Meal analysis: energy 341.7 kcal (14 %), carbohydrate 69.1 g (20 %)
Makan siang
nasi tim 200 g 234.2 kcal
51.4 g
ikan kembung 50 g 56.0 kcal
0.0 g
tempe kedele murni 40 g 79.6 kcal
6.8 g
kacang panjang mentah 20 g 7.0 kcal
1.6 g
Carrot fresh cooked 20 g 4.2 kcal
0.7 g
minyak kelapa 5 g 43.1 kcal
0.0 g
Avocado fresh 75 g 162.9 kcal
0.3 g
madu 5 g 15.2 kcal
4.1 g
Drinking water 100 g 0.0 kcal
0.0 g
Meal analysis: energy 602.3 kcal (24 %), carbohydrate 64.9 g (19 %)
Selingan
getuk 30 g 55.5 kcal
12.3 g
kue lapis 50 g 201.5 kcal
22.1 g
susu skim / tak berlemak cair 200 g 69.8 kcal
9.8 g
Meal analysis: energy 326.8 kcal (13 %), carbohydrate 44.2 g (13 %)
Makan malam
nasi tim 200 g 234.2 kcal
51.4 g
daging ayam 50 g 142.4 kcal
0.0 g
tahu 40 g 30.4 kcal
0.8 g
kentang 30 g 27.9 kcal
6.5 g
jamur kuping segar 20 g 5.4 kcal
1.0 g
Carrot fresh cooked 20 g 4.2 kcal
0.7 g
Chinese cabbage fresh 20 g 2.7 kcal
0.2 g
41. minyak kelapa 5 g 43.1 kcal
0.0 g
apel 100 g 59.0 kcal
15.3 g
gula pasir 5 g 19.3 kcal
5.0 g
Drinking water 200 g 0.0 kcal
0.0 g
Meal analysis: energy 568.8 kcal (23 %), carbohydrate 80.9 g (23 %)
Selingan
susu skim / tak berlemak cair 200 g 69.8 kcal
9.8 g
martabak manis 40 g 88.8 kcal
6.1 g
Meal analysis: energy 158.6 kcal (6 %), carbohydrate 15.9 g (5 %)
===================================================================
Result
===================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
___________________________________________________________________________
energy 2488.6 kcal 2036.3 kcal 122 %
protein 87.7 g(14%) 60.1 g(12 %) 146 %
carbohydr. 349.9 g(57%) 290.7 g(> 55 %) 120 %
fat 82.8 g(29%) 69.1 g(< 30 %) 120 %
dietary fiber 16.5 g 30.0 g 55 %
water 514.8 g 2700.0 g 19 %
Vit. A 1217.9 µg 800.0 µg 152 %
Vit. C 117.3 mg 100.0 mg 117 %
Vit. D 6.9 µg 5.0 µg 139 %
Vit. E (eq.) 6.5 mg 12.0 mg 54 %
Vit. E 1.4 mg - -
Vit. B1 0.9 mg 1.0 mg 92 %
Vit. B2 1.9 mg 1.2 mg 159 %
niacineequiv. 2.3 mg 13.0 mg 18 %
sodium 516.4 mg 2000.0 mg 26 %
niacine 15.3 mg - -
pantoth. acid 8.7 mg 6.0 mg 144 %
Vit. B6 2.0 mg 1.2 mg 167 %
biotine 14.1 µg 45.0 µg 31 %
Vit. B12 3.9 µg 3.0 µg 130 %
tot. fol.acid 230.2 µg 400.0 µg 58 %
zinc 10.0 mg 7.0 mg 142 %
potassium 3138.6 mg 3500.0 mg 90 %
glucose 3.1 g - -
fluorine 90.8 µg 3.0 µg 3027 %
magnesium 383.2 mg 310.0 mg 124 %
manganese 4.2 mg 3.5 mg 120 %
phosphorus 1471.4 mg 700.0 mg 210 %
copper 1.6 mg 1.3 mg 129 %
Vit. K 98.8 µg 60.0 µg 165 %
iron 12.2 mg 15.0 mg 82 %
42. calcium 1028.4 mg 1000.0 mg 103 %
cholesterol 409.5 mg - -
sat. FA 27.0 g - -
iodine 17.5 µg 200.0 µg 9 %
m.uns.f.acids 27.7 g - -
PUFA 22.1 g 10.0 g 221 %
Caffeine 0.0 mg - -
short FA 0.0 g - -
middle FA 0.0 g - -
long FA 17.3 g - -
purine N 20.1 mg - -
sucrose 69.0 g - -
NaCl 0.1 g - -
43. DAFTAR PUSTAKA
1. Herawati, Herawati; Sarwiyata, Triwahyu; Alamsyah, Arief. Metode Skrining
Gizi di Rumah Sakit dengan MST Lebih Efektif dibandingkan SGA. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 2014, 28.1: 68-71.
2. Mahan LK, Raymond JL, et al. Krause’s Food & The Nutrition Care Process,
Fourteenth Edition. Missouri: Elsevier, 2017.
3. Soelistijo S, dkk. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Indonesia 2015. Indonesia: PB Perkeni. 2015.
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Interpretasi Data
Klinik.Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
5. Nelms MN, et al. Nutrition Therapy and Pathophysiology. 3rd edition. USA:
Cengage Learning. 2016.
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana HIV.Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 2019.
7. Jiang H, Xie N, Cao B, et al. Determinants of Progression to AIDS and Death
Following HIV Diagnosis: A Retrospective Cohort Study in Wuhan, China.
PlosONE. 2013; 8(12):1-11.
8. Adiningsih, Setyo, Widiyanti W. Resiko Malnutrisi Terhadap Jumlah CD4
Orang dengan HIV/AIDS yang Menjalani Terapi Antiretroviral Di Mimika. J
Kedokt Brawijaya. 2018;30(1):41–6.
9. Nuraini, Ngadiarti I, dan Moviana Y. Dietetika Penyakit Infeksi. Indonesia:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017.
10. Ilayperuma, I., Nanayakkara, G., & Palahepitiya, N. A Model for the
Estimation of Personal Stature from the Length of Forearm. Int J
Morphol, 2010:28(4), 1081-1086.
11. Kurniawati, Ninuk Dian, Et Al. Pentingnya Nutrisi Bagi Orang dengan
HIV/AIDS-The Importance of Nutrition for People with HIV/AIDS. Surabaya:
Universitas Airlangga. 2021.
12. Friis H. Micronutrient interventions and HIV Infection: A Review of Current
Evidence. Trop Med Int Health 2006;11(12):1849-57.
44. 13. Over M. The Macroeconomic Impact of AIDS in Sub-Saharan Africa,
Population and Human Resources Department. [series online] 1992 [cited
2022 April 26]. Available from: URL: http.//id.wikipedia.org/wiki/
AIDS#citee_note-WBank-166.