SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
LAPORAN KASUS DIETETIK II
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN B20
(HIV/AIDS) DENGAN TB PARU DAN ANEMIA
Dosen Pengampu :
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si.
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi.
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD
Disusun oleh :
Katharina Silvia Radon
22030119100117
PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
REVISI
I. Latar Belakang
Tn.D berusia 39 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak
setelah berjalan 5-10 langkah, rasa sempoyongan setelah aktivitas ringan dan
batuk berdahak berwarna kuning kental. Tn D tampak kurus dan tinggi. Berat
badan actual Tn D 49 kg dengan panjang ulna ± 29 cm. Diagnosis Medis Tn.D
: B20, TB Paru, anemia. Ketika diwawancarai Tn D tampak lemas namun
dapat berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan
mengaku tinggal seorang diri. Dulu ia pernah menikah dan bekerja di Jakarta
sebagai penjual nasi warteg, kemudian bercerai dengan istrinya. Sekarang ia
bekerja sebagai petani bawang. Tn.D bekerja dari pagi hingga siang hari dan
diselingi waktu istirahat ± 30 menit setiap 1 x 2 jam dengan pendapatan tidak
menentu,± 50.000 – 100.000/hari. Tn.D mengaku bekerja sudah tidak seberat
dan semaksimal sebelum sakit. Sejak 6 bulan yang lalu ia hanya melakukan
pekerjaan ringan saat bertani. Tn D dulunya ialah seorang perokok berat dan
berhenti 6 bulan yang lalu sejak sakit. Pendidikan terakhir Tn D adalah SD.
Diketahui data biokimia : Hb 3,7 g/dl , Leukosit 4,5 x103
/uL ,Ht 11 %,
Eritrosit 0,99 x 106
/uL, RDW 23,7 %, MCV 112,1 U, MCH 37,4 kg, Netrofil
80,5%, Limfosit 15,5 %, Monosit 4%, Eosinofil 0%, Basofil 0%, LED 1 jam
>140 mm/jam, LED 2 jam > 140 mm/jam, SGOT 19,3 u/L, SGPT 14,2 u/L,
Ureum 45,3 mg/dL, Kreatinin 1,10 mg/dL , GDS 147 mg/dl . Pemeriksaan
fisik: Tekanan Darah 120/70 mmHg, RR 28x/mnt, Nadi 110 , Suhu Tubuh
380
C. Tn D mendapatkan injeksi omeprazole, salbutamol, paracetamol,
Injeksi Aminophilin, Rifamficin, INH, P2A, Etambutol, Injeksi Ca Gluconas,
Ambroxol, Injeksi MP 2x62,5 , RL16 tpm serta obat ARV.
Riwayat makan Tn D diketahui jarang mengkonsumsi ikan dan
daging,lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, telur dan sayuran yang dibeli
di warung. Sayur yang biasa dibeli yaitu sayur bayam,kangkung dan labu
siam. Selain itu, Tn D jarang mengkonsumsi buah-buahan. Tn D memiliki
kebiasaan makan dalam sebulan terakhir yakni makan 2-3 kali perhari berupa
nasi sebanyak 6-7 sdm tiap kali makan, telur 1 butir 1-2 kali perhari
(4x/minggu), tahu goreng/tahu bacem 1 potong 2-3 x perhari ( 4-5x/minggu),
tempe goreng 1 potong 2-3 x perhari (4-5x/minggu), sop sayur bening bayam,
wortel atau labu siam 1 mangkuk 3-4 x/minggu, buah pepaya 1-2 x
perminggu, pisang 1 buah 5-6x/minggu,buah jeruk 1 x per minggu. Tn D
terbiasa mengonsumsi 1 gelas teh manis pada waktu pagi dan sore hari atau
saat makan dengan gula 1 sdm. Ia sesekali juga mengkonsumsi kopi pada saat
makan. Sebelum masuk rumah sakit Tn D mengkonsumsi air putih ±1,5 liter
perhari ( air mineral botol 1,5 L), biasanya juga minum teh pagi dan sore atau
saat makan serta minum kopi sesekali saat makan. Selama di RS Tn D
mengaku belum pernah mendapatkan edukasi gizi tentang penyakit dan diet
yang harus dijalankan. Makanan yang dikonsumsi. Tn. D tidak memiliki
alergi makanan.
II. Skrining (Data Umum)
A. Pemilihan Metode Skrining
Metode skrining yang digunakan adalah Malnutrition Screening
Tools (MST). Skrining MST tersebut dinilai cepat, mudah dan cocok
untuk digunakan sesuai dengan kondisi pasien yang dirawat di rumah
sakit. Kelebihan alat skrining ini adalah lebih efisien (waktu: 30 detik),
pertanyaan lebih sederhana, nilai sensitivitas dan spesifisitas 93-95%,
nilai keandalan 90-97%, dan tidak bergantung kepada nilai antropometri
dan laboratorium. Kekurangan form tersebut yakni tidak bisa diterapkan
pada pasien yang sulit berkomunikasi. Namun, diketahui bahwa pasien
dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
sehingga tidak menjadi halangan.1
B. Pengisian Kuisioner
No. Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncanakan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
- Tidak
- Tidak yakin (ada tanda-tanda baju menjadi lebih
longgar)
- Ya, ada penurunan BB sebanyak:
a. 1-5 kg
b. 6-10 kg
c. 11-15 kg
d. >15 kg
- Tidak tahu berapa kg penurunannya
0
0
1
2
3
4
2
2. Apakah asupan makan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
- Tidak
- Ya
0
1
Total skor 2
Pasien dengan diagnosis khusus: Ya Tidak
(B20, TB paru, anemia)
Bila skor ≥2 = beresiko malnutrisi, perlu perencanaan gizi secara dini
C. Membuat Kesimpulan Kuisioner
Berdasarkan skrining MST diperoleh skor 2 ( ≥2), berisiko
malnutrisi sehingga memerlukan suatu proses asuhan gizi terstandar
secara dini.
III. Asesmen (Pengkajian) Gizi
A. Pengkajian Riwayat Pasien (CH)
Client History (CH)
Domain Data Keterangan
CH 1.1.1
Age
39 tahun Dewasa
CH 1.1.2
Gender
Laki-laki
CH 1.1.4
Language
Bahasa Indonesia
CH 1.1.6
Education
Pendidikan terakhir: SD
CH 1.1.8
Tobacco use
Perokok berat, namun berhenti
6 bulan lalu
CH 2.1.1
Patient/client chief nutrition
complaint
 Sesak setelah berjalan 5-10
langkah
 Sempoyongan setelah
aktivitas ringan
 Batuk berdahak berwarna
kuning kental
CH 2.1.7
Hematology
Anemia
CH 2.1.8
Immune
B20 HIV/AIDS
CH 2.1.13
Respiratory
TB paru, sesak nafas, batuk
berdahak
CH 3.1.2
Living/housing situation
Tinggal sendiri Sudah bercerai dari
istrinya
CH 3.1.6
Occupation
Dulu: penjual nasi warteg
Sekarang: petani bawang
Bekerja dari pagi-siang
hari, diselingi waktu
istirahat ±30 menit
setiap 1x2 jam.
Pendapatan tidak
menentu: ±50.000-
100.000 rupiah/hari.
Kesimpulan: Tn. D, pasien laki-laki berusia 39 tahun didiagnosis medis B20, TB paru dan
anemia. Keluhan pasien yakni sesak setelah berjalan 5-10 langkah, sempoyongan setelah
beraktivitas ringan dan batuk berdahak berwarna kuning kental. Pasien seorang perokok
aktif, namun berhenti sekitar 6 bulan lalu. Pasien berpendidikan terakhir SD, berkomunikasi
baik dalam bahasa Indonesia, tinggal seorang diri, dulu bekerja sebagai penjual nasi warteg
namun sekarang bekerja sebagai petani bawang.
B. Pengkajian Riwayat terkait Gizi / Makanan (FH)
Food History (FH)
Domain Data Keterangan
FH 1.1.1.1
Total Energy Intake
1441,7 kkal
FH 1.2.1.1
Oral fluid
 Air mineral botol ±1,5
liter/hari
 Teh manis gula 1 sdm pada
pagi dan sore hari atau saat
makan
 Kopi saat makan (kadang-
kadang)
FH 1.2.2.1
Amount of food
 Nasi 2-3x/hari @6-7 sdm
 Telur 1-2x/hari atau
4x/minggu @1 btr
 Tahu goreng/tahu bacem 2-
3x/hari atau 4-5x/minggu
@1 ptg
 Jarang konsumsi ikan,
daging, buah-buahan
 Sering konsumsi tahu,
tempe, telur dan
sayuran yang dibeli di
warung
 Sop sayur bening, bayam,
wortel, atau labu siam 3-
4x/minggu @1 mgk
 Pepaya 1-2x/minggu
 Pisang 5-6x/minggu @1 bh
 Jeruk 1x/minggu
FH 1.2.2.3
Meal pattern
2-3x/sehari
FH 1.2.2.5
Food variety
Kurang bervariasi
FH 1.3.2
Parenteral nutrition/IV fluid
intake
Infus RL 16 tpm  Sebagai replacement
theraphy untuk
mengatasi shock,
hipovolemik, diare,
trauma dan luka bakar
 Memperbaiki asidosis
metabolik
FH 1.4.3
Caffeine intake
 1 gls teh manis pada pagi
dan sore hari
 Sesekali konsumsi kopi saat
makan
Kafein mampu
menghambat penyerapan
Fe
FH 1.5.1.1
Total fat
29,3 g
FH 1.5.2.1
Total protein
47,7 g
FH 1.5.3.1
Total carbohydrate
236,1 g
FH 1.5.4.1
Total fiber
8,2 g
FH 1.6.1
Vitamin :
Vitamin A
Vitamin B12
Vitamin C
Vitamin D
Vitamin E
1.527,7 µg
0,8 µg
53,5 mg
0,4 µg
2,6 mg
FH 1.6.2
Mineral :
Zn
Fe
Cu
Ca
6,1 mg
19,3 mg
4,8 mg
1,143 mg
FH 2.1.2.2
Previous counseling
Belum pernah mendapat
konseling
FH 2.1.2.5
Food allergies
Tidak ada
FH 3.1.1
Prescription medication use
Inj. Omeprazole  Menimbulkan risiko
malabsorpsi vitamin
B12 (adanya
penekanan lengkap
sekresi asam dari sel
parietal lambung)
 Mengganggu
penyerapan Ca, zat
besi non heme,
vitamin B12, Cu 
konsumsi sebelum
makan
Salbutamol  Mengobati obstruksi
jalan napas
 Efek samping: tremor,
takikardia, sakit
kepala, tegang
Paracetamol  Obat pereda demam,
nyeri, mengurangi
produksi zat penyebab
inflamasi (analgesik
dan antipiretik)
Inj. Aminophilin  Pereda sesak napas,
mengi, sulit bernapas
oleh asma, PPOK,
bronkitis atau
emfisema
 Efek samping:
takikardia, mual,
gangguan saluran
cerna, sakit kepala,
gelisah
 Tidak dikonsumsi
bersama makanan
tinggi lemak
Rifamdicin  Anti tuberkulosis
 Efek samping:
anoreksi, mual, sakit
perut, muntah, diare,
anemia
 Tidak dikonsumsi
bersama makanan
tinggi lemak
INH (Isoniazid)  Anti tuberkulosis
 Makanan akan
meningkatkan pH
lambung mencegah
disolusi dan absorbs
 Diminum saat perut
kosong pagi sebelum
makan
P2A (Pyrazinamide)  Anti tuberkulosis
 Efek samping:
demam, anoreksi,
mual, muntah, anemia
 Konsumsi
dengan/tanpa makanan
Etambutol  Anti tuberkulosis
 Tidak dikonsumsi
bersama makanan
tinggi lemak
Inj. Ca Gluconas  Hipokalsemia berat,
mengatasi defisiensi
kalsium
 Efek samping:
gangguan GI ringan,
bradikardi, aritmia
 Tidak dikonsumsi
bersama jus grape fruit
Ambroxol  Sebagai sekretolitik
pada gangguan saluran
nafas akut dan kronis,
khususnya pada
eksaserbasi bronkitis
kronis dan bronkitis
asmatik serta asma
bronkia
 Efek samping:
gangguan GI ringan,
namun jarang terjadi
Inj. MP 2x62,5  Meredakan
peradangan dan gejala
alergi
 Efek samping: mual,
muntah, sakit kepala,
turun nafsu makan,
hipertensi, retensi Na
dan air, serta
kehilangan kalium
 Perlu duplementasi
kalium dan kalsium
Obat ARV  Obat untuk mengurani
dampak HIV,
utamanya mencegah
virus menghancurkan
sel CD4
 Efek samping: mual,
muntah, diare, sakit
kepala, mulut kering,
gula darah tinggi,
tubuh terasa lelah
FH 4.1.1
Area and level of knowledge
Inadekuat Belum pernah
mendapatkan edukasi
FH 7.3.1
Physical activity history
Melakukan pekerjaan ringan
saat bertani
Sejak 6 bulan lalu
Kesimpulan : Asupan makan pasien termasuk kurang bervariasi. Pola makan pasien 2-3x
makan/hari, tidak memiliki alergi terhadap makanan, dan belum pernah mendapatkan
konseling gizi sebelumnya (inadequat pengetahuan). Pasien menerima medikasi berupa obat
untuk asam lambung, masalah pernapasan, anti-TB, batu, suplemen kalsium, anti-inflamasi,
cairan elektrolit IV dan obat untuk mengatasi HIV.
C. Pengkajian Antropometri (AD)
Anthropometry Data (AD)
Domain Data Keterangan
AD 1.1.1
Height/Length
Panjang ulna ±29 cm
Estimasi TB: 174 cm
AD 1.1.2
Weight
49 kg Aktual
AD 1.1.3
Frame size
Kurus Kurus tinggi
Kesimpulan: Pasien memiliki estimasi tinggi badan 174 cm, panjang ulna ±29 cm, berat
badan 49 kg serta berperawakan kurus tinggi.
D. Pengkajian Data Biokimia (BD)
Biochemical Data (BD)
Domain Data pasien Data normal Keterangan
BD 1.2.1
BUN
45,3 mg/dL 5-20 mg/dL Tinggi 2
BD 1.2.2
Creatinin
1,10 mg/dL 0,6-1,2 mg/dL Normal 2
BD 1.4.2
ALT/SGPT
14,2 u/L 4-36 u/L Normal 2
BD 1.4.3
AST/SGOT
19,3 u/L 0-35 u/L Normal 2
BD 1.5.2
Glucose, casual
147 mg/dL <100 mg/dL Tinggi, namun
belum pasti DM 3
BD 1.10.1
Hemoglobin
3,7 g/dL 14-17 g/dL Rendah (anemia) 2
BD 1.10.2
Hematocrit
11% 42-52% Rendah 2
BD 1.10.3
MCV
112,1 U 82-99 mm3
Tinggi 2
BD 1.10.5
RDW
23,7% 11,0-14,5% Tinggi 2
Others:
Leukosit
Eritrosit
MCH
Netrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
LED
4,5 x 103
/uL
0,99 x 106
/uL
37,4 pg
80,5%
15,5%
4%
0%
0%
1 jam>140mm/jam
2 jam>140 mm/jam
>2700/uL
4,25-5,4 x 106
/uL
27-31 pg/sel
55-70%
20-40%
2-8%
1-3%
0,5-1%
<15 mm/jam
Tinggi 2
Rendah 2
Tinggi 2
Tinggi 2
Rendah 2
Normal 2
Rendah 2
Rendah 2
Tinggi 4
Kesimpulan : Nilai BUN, MCV, RDW, leukosit, MCH, netrofil dan LED pasien tinggi.
Sedangkan nilai Hb, Ht, eritrosit, limfosit, eosinofil dan basofil rendah. Data tersebut
menunjukkan terjadinya penyakit infeksi dan anemia.
E. Pengkajian Data Klinis / Fisik (PD)
Nutrition Focused Physical Findings (PD)
Domain Data pasien Data normal Keterangan
PD 1.1.1
Overall appearance
 Sadar
 Lemas
 Berkomunikasi
dengan baik
 Kurus tinggi
Gejala anemia
PD 1.1.4
Cardiovascular-
pulmonary system
 Sesak jika berjalan
5-10 langkah
 Batuk berdahak
berwarna kuning
kental
Kaitannya dengan
diagnosa medis TB
paru
PD 1.1.9
Vital sign
Tekanan darah
Nadi
RR
120/70 mmHg
100x/menit
28 x/menit
120/80 mmHg
55-90x/menit
12-20x/menit
Normal 5
Tinggi 5
Tinggi 5
Suhu 38°C 36-37°C Tinggi 5
Kesimpulan: Pasien tampak sadar, lemas dan berperawakan kurus tinggi. Pasien merasa
sesak jika berjalan 5-10 langkah dan batuk berdahak berwarna kuning kental. Tekanan darah
pasien normal, namun nadi, RR dan suhu tubuh pasien termasuk tinggi. Pasien dikatakan
mengalami takikardia, takipnea, demam.
F. Comparative Standards
Comparative Standards (CS)
Domain Data Keterangan
CS 1.1.1
Total Energy Estimated
Needs
3100 kkal Defisit berat 45,54%
(SQ-FFQ: 1411,7 kkal)
CS 1.1.2
Method for estimating
needs
Rumus The-Mifflin-St.Jeor
+ koreksi HIV symptomatic
+ koreksi peningkatan suhu 6
 REE: 5 + 10 (BBI) +
6,25(TB) + 5
 REE HIV: (20% REE) +
REE
 REE suhu: (13% REE) +
REE
CS 2.1.1
Total fat estimated needs
103 g (30% dari energi total) Defisit berat (28,44%)
(SQ-FFQ: 29,3 g)
CS 2.2.1
Total protein estimated
needs
112 g (2 g/kgBBI/hr) Defisit berat (42,6%)
(SQ-FFQ: 47,7 g)
CS 2.3.1
Total carbohydrate
estimated needs
431 g (Total energi –
(protein + lemak)
Defisit berat (52,8%)
(SQ-FFQ: 236,1 g)
CS 2.4.1
Total fiber estimated needs
36 g (AKG 2019) Defisit berat (22,78%)
(SQ-FFQ: 8,2 g)
CS 3.1.1
Total fluid estimated needs
2195 mL (35 mL/kgBBI/hr) Defisit ringan (88,4%)
(SQ-FFQ: 1940 mL)
CS 4.1.1
Vitamin: (AKG 2019)
Vitamin A 650 RE Cukup (235%)
Vitamin B12
Vitamin C
Vitamin D
Vitamin E
4,0 µg
90 mg
15 µg
15 µg
Kurang (20%)
Kurang (59,44%)
Kurang (2,67%)
Kurang (17,33%)
Cs 4.2.1
Mineral: (AKG 2019)
Zinc
Fe
Cu
Ca
11 mg
9 mg
900 µg
1000 mg
Kurang (55,45%)
Cukup (214,44%)
Cukup (533,33%)
Cukup (114,3%)
CS 5.1.1
Ideal/reference body
weight
IBW = 67 kg IBW = (TB-100)±10%(TB-
100)
IBW dengan BMI normal
batas bawah = 56 kg
BB = BMI (18,5 kg/m2
) x
(TB x TB (m2
))
CS 5.1.2
Recommended BMI
18,5-25,0 kg/m2
Kesimpulan: Pasien defisit tingkat berat untuk asupan energi (45,54%), protein (42,6%),
lemak (28,44%), karbohidrat (52,8%) dan serat (22,78%). Sedangkan, asupan cairan
tergolong defisit ringan dan asupan mikro tergolong defisit secara umum. BBI pasien adalah
67 kg, sedangkan BBI dengan BMI normal batas bawah adalah 56 kg dengan IMT
rekomendasi 18,5-25,0 kg/m2
.
IV. Diagnosis Gizi
(NI 2.1) Inadequate Oral Intake (P) berkaitan dengan kondisi fisiologis
yang menyebabkan peningkatan kebutuhan gizi dan defisit pengetahuan
mengenai makanan dan gizi tentang asupan makanan/minuman oral yang
tepat (E) ditandai dengan estimasi asupan yang kurang dari kebutuhan (energi
45,54%, protein 42,6%, lemak 28,44%, karbohidrat 52,78%) dan diagnosis
medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia (S).
(NC 2.2) Altered Nutrition-Related Laboratory Values (P) berkaitan
dengan respon inflamasi akibat penyakit infeksi (E) ditandai dengan nilai
MCV (112,1 U), RDW (23,7%), leukosit (4,5x103
/uL), MCH (37,4pg/sel),
netrofil (80,5%), dan LED 1 jam (> 140 mm/jam) tinggi; Hb (3,7g/dl), Ht
(11%), eritrosit (0,99x106
/uL); suhu tubuh 38o
C dan diagnosis medis B20
(HIV/AIDS), TB paru dan anemia (S).
V. Intervensi Gizi
A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan Intervensi Gizi
a. Memenuhi kebutuhan asupan zat gizi sesuai kebutuhan dan
kemampuan pasien secara bertahap, minimal 80% dari kebutuhan
total.
b. Mencegah terjadinya penurunan berat badan, melainkan
meningkatkan berat badan pasien secara bertahap hingga mendekati
BB normal.
c. Mengurangi progresivitas penyakit HIV/AIDS dan risiko
komorbiditas.
d. Memperbaiki kondisi respon inflamasi sehingga nilai biokimia dan
suhu tubuh pasien mendekati nilai normal.
e. Memberikan edukasi dan motivasi kepada pasien dan keluarga
kaitannya dengan tatalaksana gizi HIV/AIDS, TB paru dan anemia.
2. Preskripsi Diet
NP 1.1 Nutrition prescription
a. Makanan diberikan dalam bentuk kombinasi lunak dan biasa dengan
porsi kecil namun frekuensi sering (3x makan utama, 3x selingan)
b. Energi diberikan ditingkatkan karena adanya koreksi HIV
symptomatic dan peningkatan suhu, yakni sejumlah 3100 kkal.
Energi dapat diberikan secara bertahap dimulai dari pemenuhan
80%, 90% hingga 100% sesuai dengan kemampuan pasien.
c. Protein diberikan 2 g/KgBBI/hari atau sejumlah 112 g. Protein
berasal dari sumber hewani maupun nabati. Hindari konsumsi
sumber protein tidak matang misal telur mentah, telur setengah
matang, sushi, daging matang.
d. Lemak diberikan 30% dari energi total atau sejumlah 103 g.
Utamakan lemak kaya akan MCT (minyak kelapa, minyak inti
kelapa sawit, produk kelapa, produk susu), asam lemak omega 3 dan
6 (minyak jagung, ikan salmon, ikan canola, minyak bunga
matahari). Batasi asam lemak jenuh yakni <10% dari total
kebutuhan kalori atau <31 gram.
e. Karbohidrat diberikan melalui sisa pemenuhan energi yakni 431 g.
Gunakan karbohidrat kompleks, seperti nasi, ubi, singkong, talas,
kentang, sereal dll.
f. Cairan diberikan 35-40 mL/kgBBI/hari atau 2195 mL.
g. Serat diberikan sesuai AKG 2019, yakni 36 g.
h. Vitamin diberikan sesuai AKG 2019, yakni vitamin A 650 RE;
vitamin B12 4,0 µg; vitamin C 90 mg; vitamin D 15 µg; dan vitamin
E 15 µg.
i. Mineral diberikan sesuai AKG 2019, yakni Zinc 11 mg; Fe 9 mg;
Cu 900 µg; dan Ca 1000 mg.
j. Pengolahan makanan dilakukan dengan cara merebus, mengukus
dan menumis serta kurangi cara penggorengan.
k. Hindari konsumsi kopi, bahan makanan yang mengandung sorbitol
untuk menghindari gerakan peristalktik yang tidak diinginkan dan
diare.
l. Hindari konsumsi makanan mentah seperti telur mentah, daging atau
makanan laut.
m. Hindari penggunaan bumbu pedas dan bumbu lain yang merangsang
pencernaan.
n. Hindari konsumsi makanan bergas karena dapat mengganggu
pernapasan, gerak otot diafragma serta meningkatkan dyspnea.
o. Batasi konsumsi makanan tinggi lemak dan natrium, misal cake,
junk food, gorengan, ikan asin, telur asin dan makanan yang
diawetkan lainnya.
p. Gunakan air matang/masak untuk minum dan memasak.
q. Cuci buah dan sayuran yang dikonsumsi secara menyeluruh.
r. Jaga higiene dan sanitasi makanan sejak mempersiapkan, mengolah
hingga menyajikan makanan.
B. Rencana Implementasi
1. Pemberian Diet (Jenis, Bentuk dan Contoh Menu)
ND 1 Meals and Snacks
a. Jenis diet: diet TETP (tinggi energi tinggi protein)
b. Bentuk makanan (termasuk modifikasi):
i. Makanan berbentuk kombinasi biasa dan lunak
ii. Rute makanan: oral
iii. Jadwal makan: 3x makan utama, 3x selingan
c. Perencanaan menu diet
Hari % Pemenuhan Perhitungan Zat Gizi
1 80% dari total kebutuhan
energi
Energi: 2480 kkal
Protein: 89,6 g
Lemak: 82,4 g
Karbohidrat: 344,8 g
2 90% dari total kebutuhan
energi
Energi: 2790 kkal
Protein: 100,8 g
Lemak: 92,7 g
Karbohidrat: 387,9 g
3 100% dari total kebutuhan
energi
Energi: 3100 kkal
Protein: 112 g
Lemak: 103 g
Karbohidrat: 431 g
d. Contoh rekomendasi menu untuk pasien (2480 kkal)
Waktu Makan
Nama
Makanan
Bahan Makanan
Keterangan URT dan
Gram Matang
URT
Gram
matang
Sarapan Nasi tim Nasi tim 1 prg 200
Telur dadar Telur ayam 1 bh 54
Minyak kelapa 1 sdt 5
Sayur bening Bayam 2 sdm 20
Jagung 3 sdm 30
Wortel 2 sdm 20
Smoothies
strawberry
Strawberry 6 bh 100
Susu skim 1 ½ gls 150
Selingan Bubur sumsum Bubur tepung beras 1 mgk 150
Gula merah 35
Kue lapis Kue lapis ½ ptg 25
Makan siang Nasi tim Nasi tim 1 prg 200
Pepes ikan Ikan kembung 1 ptg 50
Tumis tempe Tempe 1 ptg 40
Kacang panjang 2 sdm 20
Wortel 2 sdm 20
Minyak kelapa 1 sdt 5
Jus alpukat Alpukat 1 ptg 75
Madu 1 sdt 5
Air ½ gls 100
Selingan Getuk Getuk 1 bh 30
Kue lapis Kue lapis 1 ptg 50
Susu skim Susu skim 1 gls 200
Makan malam Nasi tim Nasi tim 1 prg 200
Rolade Daging ayam 1 ptg 50
Tahu 1 ptg 40
Sayur sop Kentang 3 sdm 30
Jamur 2 sdm 20
Wortel 2 sdm 20
Kol 2 sdm 20
Minyak kelapa 1 sdt 5
Jus apel Apel 1 ptg 100
Gula pasir 1 sdt 5
2. Edukasi dan Konseling Gizi
Pelaksanaan Edukasi dan Konseling Gizi
Hari, tanggal Rabu, 27 April 2022
Jam 10.00-11.00 WIB
Tempat Ruang rawat inap pasien
Topik Diet TETP untuk pasien infeksi HIV, TB dan anemia
Tujuan - Memberikan edukasi terkait infeksi HIV-TB dengan anemia
- Memberi pemahaman mengenai tatalaksana diet TETP untuk
pasien infeksi HIV-TB
- Menambah motivasi pasien dan keluarga agar mematuhi
panduan diet yang telah disepakati
Sasaran Pasien dan keluarga
Waktu 1 jam
Materi - Pengetahuan terkait HIV, TB dan anemia serta peranan gizi
dalam menangani kondisi infeksi dan imunitas tubuh
- Pengetahuan terkait tatalaksana diet TETP untuk pasien
HIV-TB
- Pengetahuan terkait kiat hidup sehat untuk pasien HIV-TB
yakni mengenai pentingnya higiene & sanitasi; olahraga;
ART; manajemen stress; dan penggunaan rokok.
- Pemberian motivasi kepada keluarga pasien untuk
memberikan dukungan emosional
Metode Tatap muka
Media Leaflet
Evaluasi - Menguji secara lisan pasien terkait materi yang telah
diberikan
- Mengevaluasi kesanggupan pasien untuk mengusahakan
memberikan diet yang mencukupi kebutuhan asupan pasien
Air 1 gls 200
Selingan Susu skim Susu skim 1 gls 200
Martabak Martabak 1 ptg 40
Kandungan gizi
Energi : 2488,6 kkal
Protein: 87,7 g
Lemak: 82,8 g
Karbohidrat: 349,9 g
- Evaluasi pribadi ahli gizi apakah sudah dapat
mengidentifikasi masalah pemberian makan pada pasien dan
memberikan solusi.
3. Koordinasi dengan Tenaga Kesehatan
Pertemuan Pokok diskusi Solusi dan Implementasi Tenaga
Terlibat
1
HIV, TB dan
anemia
Koordinasi terkait keselelarasan
diagnosis medis dan gizi, memberikan
edukasi kepada keluarga terkait
penyakit infeksi yang dialami pasien
Dokter
2
Pencatatan rekam
medis, kondisi
klinis dan
perkembangan
pasien
Diskusi terkait uji/pengukuran oleh
perawat yang disesuaikan dengan bab
monitoring dan evaluasi yang dibuat
oleh ahli gizi.
Perawat
3
Interaksi obat dan
makanan
Koordinasi terkait interaksi antara
makanan dan suplementasi/obat yang
diterima pasien.
Farmasi
4
Penyusunan jadwal
makan dan materi
edukasi gizi
 Menyusun jumlah dan jadwal yang
akan diberikan kepada pasien
 Diskusi mengenai materi edukasi
gizi yang perlu disampaikan kepada
pasien dan keluarga.
Ahli gizi
VI. Perencanaan Monitoring – Evaluasi Gizi
A. Asupan Makan (FH)
Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan
Target
Pencapaian
Asupan
makanan
Mengevaluasi %
penghabisan
asupan makanan
yang disediakan
RS setelah
mengalami
modifikasi diet
 Visual comstock setiap pasien
selesai mengonsumsi makanan
 Recall 24 hours setiap hari
100% makanan
yang
disediakan RS
setelah
dimodifikasi
dapat diterima
dan dihabiskan
oleh pasien
B. Fisik/Klinis (PD)
Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan
Target
Pencapaian
Tanda vital:
suhu tubuh,
RR dan HR
Memeriksa tanda
vital pasien
Pengukuran setiap hari secara
berkala menggunakan alat ukur
Tanda vital
dalam keadaan
normal
Keluhan:
sesak nafas,
batuk, lemas,
sempoyongan
Mendata keluhan
pasien
Observasi langsung setiap hari Keluhan
mereda/keadaan
pasien
membaik
C. Biokimia (BD)
Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan
Target
Pencapaian
Hemoglobin
Memeriksa nilai
lab pasien
Periksa ke laboratorium setiap
minggu
Nilai lab
mendekati nilai
normal
Hematocrit
MCV
RDW
Leukosit
Eritrosit
MCH
Netrofil
Limfosit
Eosinofil
Basofil
LED
D. Antropometri (AD)
Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan
Target
Pencapaian
BB Memantau dan
memeriksa berat
badan pasien
Melakukan pengukuran
menggunakan timbangan tiap
minggu
BB mendekati
nilai normal
atau minimal
tidak terjadi
penurunan BB
yang tidak
diinginkan
TB Melakukan
pengukuran tinggi
badan pasien
Menggunakan microtoise atau
stadiometer
Nilai TB yang
akurat
VII. Pembahasan Kasus
Tn. D, seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun datang kerumah
sakit dengan keluhan sesak setelah berjalan 5-10 langkah, rasa
sempoyongan setelah aktivitas ringan dan batuk berdahak berwarna kuning
kental. Pasien tampak kurus, tinggi dan lemas namun tetap dapat
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Pasien
didiagnosis medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia. Kemudian,
pasien diskrining menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST)
dengan tujuan mengeidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi, tidak
berisiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus tersebut salah
satunya kelainan metabolik dan pasien dengan imunitas. Skrining MST
digunakan karena dinilai cepat, mudah dan cocok untuk digunakan sesuai
dengan kondisi pasien yang dirawat di rumah sakit. Kelebihan alat skrining
ini adalah lebih efisien (waktu: 30 detik), pertanyaan lebih sederhana, nilai
sensitivitas dan spesifisitas 93-95%, nilai keandalan 90-97%, dan tidak
bergantung kepada nilai antropometri dan laboratorium. Kekurangan form
tersebut yakni tidak bisa diterapkan pada pasien yang sulit berkomunikasi.
Namun, diketahui bahwa pasien dapat berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik sehingga tidak menjadi halangan.1
Hasil skor yang
diperoleh adalah 2 (≥2), sehingga pasien dinyatakan berisiko malnutrisi dan
memerlukan suatu proses asuhan gizi terstandar segera.
Berdasarkan pengkajian client history (CH), diketahui bahwa Tn. D
merupakan seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun memiliki keluhan
yakni sesak setelah berjalan 5-10 langkah, sempoyongan setelah melakukan
aktivitas ringan serta batuk berdahak berwarna kuning kental. Pasien
didiagnosis medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu virus yang
menyerang sistem imunitas. HIV dapat berkembang menjadi Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sindrom penyakit yang muncul
karena melemahnya sistem kekebalan tubuh.7
HIV terbagi menjadi empat
tahap yakni tahap pertama: infeksi, tahap kedua: asimptomatik, tahap
ketigaL simptomatik dan tahap keempat: AIDS. Tahap infeksi, virus HIV
mulai bereplikasi dalam tubuh, menyebabkan infeksi seperti flu, demam,
ruam dan sakit tenggorokan. Tahap asimptomatik, tidak menunjukkan
gejala luar, namun berlangsung selama 8-10 tahun. Tahap sipmtomatik,
HIV berkembang menganggu sistem kekebalan tubuh menjadi rusak.
Biasanya terjadi sariawan, penurunan BB, diare akut, TB, kelelahan yang
muncul sebagai infeksi oportunistik. Tahap AIDS, terjadi peningkatan
jumlah sel CD4+
dalam tubuh, yang menandakan bahwa sistem imun tubuh
telah terganggu sehingga menyerang sel limfosit-T.8
Tuberculosis yakni penyakit infeksi paru menular yang disebabkan
oleh mikrobakteri, terutama microbakterium tuberculosis. Penyebarannya
terjadi melalui udara dengan waktu inkubasi sekitar 4-8 minggu. Bakteri
tersebut didalam tubuh akan memproduksi sitokin, meningkatkan kadar
gamma interferon, interlukin -10 dan interlukin -6 yang diikuti dengan
peningkatan kadar kortisol, prolaktin, dan hormone thyroid dan
menurunkan kadar testosterone dan dehidropiandrosteron. Efek dari ini
kebutuhan energi tubuh meningkat. Gejala pada pasien TB dibedakan
menjadi akut dan kronik. Gejala akut misal demam yang berlangsung lama
dan terjadi pada malam hari disertai keringat malam, turun nafsu makan,
perasaan lemah, batuk >3 minggu. Adapun gejala kronik tidak terlalu
berbeda dengan akut yakni panas tidak terlalu tinggi namun hilang datang
dan nafsu makan rendah. Kondisi tersebut yang menyebabkan asupan
makan tidak adekuat sehingga terjadi status gizi kurang, dimana perlu
diatasi segera mengingat rendahnya daya imun tubuh pasien.9
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari normal. Anemia merupakan salah satu
komplikasi hematologi yang sering terjadi pada pasien HIV dan merupakan
faktor risiko independen kematian pada infeksi HIV.9
Anemia pada pasien
dapat terjdi dikarenakan komplikasi metabolik atau pengobatan yang
diterima.2
Gejala anemia antara lain lemas, sakit kepala, kepala pusing, mata
berkunang, mudah mengantuk, sulit berkonsentrasi dan mudah lelah, Pasien
diketahui diketahui berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik, berpendidikan terakhir SD, tinggal sendiran. Dulu, pasien bekerja
sebagai penjual nasi warteg, namun sekarang bekerja sebagai petani
bawang. Selain itu, pasien merupakan perokok berat, namun telah berhenti
6 bulan lalu.
Berdasarkan pengkajian food history (FH), diketahui bahwa total
asupan energi yang dikonsumsi pasien dalam satu bulan terakhir,
berdasarkan hasil analisis form SQ-FFQ yakni sejumlah 1441,7 kkal. Pola
makan pasien yakni 2-3x/sehari. Adapun kebiasaan makan pasien antara
lain konsumsi nasi 2-3x/hari @6-7 sdm; telur 1-2x/hari atau 4x/minggu @1
btr; tahu goreng/tahu bacem 2-3x/hari atau 4-5x/minggu @1 ptg; sop sayur
bening, bayam, wortel, atau labu siam 3-4x/minggu @1 mgk; pepaya 1-
2x/minggu; dan pisang 5-6x/minggu @1 bh. Cairan yang dikonsumsi pasien
biasanya air mineral ±1,5 liter, teh manis gula 1 sdm pada pagi dan sore hari
atau saat makan serta terkadang juga mengonsumsi kopi saat makan. Pasien
jarang mengonsumsi ikan, daging, buah-buahan melainkan lebih sering
mengonsumsi tahu, tempe, telur dan sayuran yang dibeli diwarung. Pasien
tidak memliki alergi terhadap makanan. Diketahui bahwa makanan yang
dikonsumsi pasien tersebut tergolong kurang bervariasi. Pasien juga
tergolong inadekuat edukasi mengenai zat gizi karena ia mengaku belum
pernah mendapatkan edukasi/konseling gizi sebelumnya. Selain itu, pasien
juga menerima medikasi berupa inj. Omeprazole, salbutamol, paracetamol,
inj. Aminophilin, rifamdicin, INH (isoniazid), P2A (pyrazinamide),
etambutol, inj. Ca gluconas, ambroxol, inj. MP 2x62,5, RL 16 tpm dan obat
ARV. Medikasi tersebut diberikan untuk mengatasi asam lambung, masalah
pernapasan, anti-TB, batu, suplemen kalsium, anti-inflamasi, cairan
elektrolit IV dan obat untuk mengatasi HIV.
Berdasarkan pengkajian anthropometry data (AD), diketahui bahwa
panjang ulna pasien ±29 cm dan berat badan 49 kg. Kemudian, dihitung
estimasi perkiraan tinggi badan menggunakan rumus Ilayperuma 10
, yakni
174 cm. Tidak dihitung IMT pasien, karena dinilai tidak akurat jika
menggunakan TB estimasi. Pasien dikatakan kurang status gizi, dilihat dari
perawakannya yang kurus tinggi. Status gizi yang buruk pada pasien HIV
disebabkan karena asupan gizi yang kurang baik, adanya perubahan laju
metabolisme tubuh, perubahan mekanisme kerja traktus digestivus,
interaksi obat dengan zat gizi. Keadaan malnutrisi pada pasien HIV ini dapat
menyebabkan turunnya imunitas, meningkatkan resiko untuk terkena
infeksi oportunistik, dan mempengaruhi absorbsi obat ARV dalam tubuh.
Tahap akhir dari keadaan malnutrisi ini adalah HIV wasting syndrome. Oleh
karena itu, status gizi yang buruk pada pasien HIV dapat mempercepat
progresivitas penyakit menjadi AIDS, mortalitas yang meningkat dan
penurunan harapan hidup pasien dengan HIV.11
Berdasarkan pengkajian biochecmical data (BD), diketahui bahwa
nilai ureum, MCV, RDW, leukosit, MCH, netrofil, dan LED tinggi.
Tingginya MCV danMCH dapat menjadi tanda adanya kekurangan vitamin
B6, B9, atau B12. Nilai RDW tinggi dapat berkaitan dengan anemia akibat
inflamasi kronis. Tingginya nilai leukosit dan neutrofil dapat dikarenakan
adanya infeksi yang sejalan dengan diagnosis medis pasien yaitu infeksi HIV
dan TB Paru.2
LED menggambarkan komposisi plasma serta perbandingan
eritrosit dan plasma. Nilai LED pasien tinggi karena pasien mengalami
infeksi, terlebih nilai LED pasien yang lebih dari 100 mm/jam dihubungkan
dengan kondisiinfeksi serius. Nilai Hb, Ht, eritrosit, limfosit, eosinofil, dan
basofil rendah. Rendahnya nilai hemoglobin dan hematokrit menandakan
anemia pada pasien. Penurunan hemoglobin selalu diikuti dengan
penurunan hematokritdan sel darah merah. Limfosit, eosinofil, dan basofil
rendah kemungkinan karena sel darah putih yang bekerja melawan infeksi
bakteri adalah neutrofil. Eosinofil untuk gangguan alergi dan infeksi parasit,
limfosit untukmelawan infeksi virus dan bakteri, dan basofil untuk melawan
kelainan darah.4
Nilai GDS belum pasti DM.3
Berdasarkan pengkajian physical findings (PD), diketahui bahwa
pasien dalam keadaan sadar, lemas dan berperawakan kurus tinggi. Pasien
memiliki keluhan kardiovaskular-pulmonary yakni sesak jika berjalan 5-10
langkah, batuk berdahak berwarna kuning kental. Tanda vital pasien tinggi
pada nadi, RR, suhu, sedangkan tekanan darahnya normal. Pasien dikatakan
mengalami takikardia, takipnea dan demam. Tanda tersebut menandakan
adanya infeksi pada tubuh pasien, yaitu HIV dan TB.4
Berdasarkan comparative standars (CS), diketahui bahwa pasien
mengalami defisit tingkat berat untuk asupan energi (45,54%), protein
(42,6%), lemak (28,4%), karbohidrat (52,8%) dan serat (22,78%). Asupan
mikro dan cairan pasien juga secara umum tergolong defisit. Asupan makan
berpengaruh bagi pasien kaitannya untuk mencegah malnutrisi dan wasting,
mengembalikan dan mempertahankan berat badan ideal, meningkatkan
kemampuan tubuh melawan berbagai infeksi oportunistik sepsis,
meningkatkan efek obat-obatan dan memperbaiki serta meningkatkan
kualitas hidup. Tanpa asupan makanan yang baik, stress metabolik akibat
infeksi menimbulkan kehilangan berat badan dan rusaknya sel bagian tubuh
organ vital.12,13
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
beberapa diagnosis antara lain:
o (NI 2.1) Inadequate Oral Intake (P) berkaitan dengan kondisi
fisiologis yang menyebabkan peningkatan kebutuhan gizi dan defisit
pengetahuan mengenai makanan dan gizi tentang asupan
makanan/minuman oral yang tepat (E) ditandai dengan estimasi
asupan yang kurang dari kebutuhan (energi 45,54%, protein 42,6%,
lemak 28,44%, karbohidrat 52,78%) dan diagnosis medis B20
(HIV/AIDS), TB paru dan anemia (S).
o (NC 2.2) Altered Nutrition-Related Laboratory Values (P)
berkaitan dengan respon inflamasi akibat penyakit infeksi (E) ditandai
dengan nilai MCV (112,1 U), RDW (23,7%), leukosit (4,5x103
/uL),
MCH (37,4pg/sel), netrofil (80,5%), dan LED 1 jam (> 140 mm/jam)
tinggi; Hb (3,7g/dl), Ht (11%), eritrosit (0,99x106
/uL); suhu tubuh
38o
C dan diagnosis medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia (S).
Selanjutnya, dibuat suatu intervensi gizi untuk pasien. adapun tujuan
intervensi gizi yakni memenuhi kebutuhan asupan zat gizi sesuai kebutuhan
dan kemampuan pasien secara bertahap, minimal 80% dari kebutuhan total;
mencegah terjadinya penurunan berat badan, melainkan meningkatkan berat
badan pasien secara bertahap hingga mendekati BB normal; mengurangi
progresivitas penyakit HIV/AIDS dan risiko komorbiditas; memperbaiki
kondisi respon inflamasi sehingga nilai biokimia dan suhu tubuh pasien
mendekati nilai normal; dan memberikan edukasi dan motivasi kepada
pasien dan keluarga kaitannya dengan tatalaksana gizi HIV/AIDS, TB paru
dan anemia.
Preksripsi diet yang diberikan antara lain makanan diberikan dalam
bentuk kombinasi lunak dan biasa dengan porsi kecil namun frekuensi
sering (3x makan utama, 3x selingan); energi diberikan ditingkatkan karena
adanya koreksi HIV symptomatic dan peningkatan suhu, yakni sejumlah
3100 kkal. Energi dapat diberikan secara bertahap dimulai dari pemenuhan
80%, 90% hingga 100% sesuai dengan kemampuan pasien; protein
diberikan 2 g/KgBBI/hari atau sejumlah 112 g. Protein berasal dari sumber
hewani maupun nabati. Hindari konsumsi sumber protein tidak matang
misal telur mentah, telur setengah matang, sushi, daging matang; lemak
diberikan 30% dari energi total atau sejumlah 103 g. Utamakan lemak kaya
akan MCT (minyak kelapa, minyak inti kelapa sawit, produk kelapa, produk
susu), asam lemak omega 3 dan 6 (minyak jagung, ikan salmon, ikan canola,
minyak bunga matahari). Batasi asam lemak jenuh yakni <10% dari total
kebutuhan kalori atau <31 gram; karbohidrat diberikan melalui sisa
pemenuhan energi yakni 431 g. Gunakan karbohidrat kompleks, seperti
nasi, ubi, singkong, talas, kentang, sereal dll; cairan diberikan 35-40
mL/kgBBI/hari atau 2195 mL; serat diberikan sesuai AKG 2019, yakni 36
g; vitamin diberikan sesuai AKG 2019, yakni vitamin A 650 RE; vitamin
B12 4,0 µg; vitamin C 90 mg; vitamin D 15 µg; dan vitamin E 15 µg;
mineral diberikan sesuai AKG 2019, yakni Zinc 11 mg; Fe 9 mg; Cu 900
µg; dan Ca 1000 mg. Selain itu, pasien juga diberikan beberapa anjuran
makan antara lain pengolahan makanan dilakukan dengan cara merebus,
mengukus dan menumis serta kurangi cara penggorengan; hindari konsumsi
kopi, bahan makanan yang mengandung sorbitol untuk menghindari
gerakan peristalktik yang tidak diinginkan dan diare; hindari konsumsi
makanan mentah seperti telur mentah, daging atau makanan laut; hindari
penggunaan bumbu pedas dan bumbu lain yang merangsang pencernaan;
hindari konsumsi makanan bergas karena dapat mengganggu pernapasan,
gerak otot diafragma serta meningkatkan dyspnea; batasi konsumsi
makanan tinggi lemak dan natrium, misal cake, junk food, gorengan, ikan
asin, telur asin dan makanan yang diawetkan lainnya; gunakan air
matang/masak untuk minum dan memasak; cuci buah dan sayuran yang
dikonsumsi secara menyeluruh; serta jaga higiene dan sanitasi makanan
sejak mempersiapkan, mengolah hingga menyajikan makanan.
Adapun rencana implementasi meliputi pemberian diet, edukasi dan
konseling gizi serta koordinasi dengan tenaga kesehatan. Pemberian diet
yakni diet TETP (tinggi energi tinggi protein), bentuk makanan kombinasi
antara biasa dan lunak, rute makanan oral dengan porsi kecil dan frekuensi
sering (3x makan utama, 3x selingan). Perencanan menu diet terbagi
menjadi tiga tahap dengan %pemenuhan yakni 80%, 90% kemudian 100%
disesuaikan dengan kondisi daya terima pasien. Rekomendasi menu yang
diberikan telah disesuaikan dengan preskripsi diet sebelumnya. Menu utama
untuk tahap pertama (80% dari total energi) terdiri dari sarapan yakni nasi
tim, telur dadar, sayur bening dan smoothies strawberry. Makan siang yakni
nasi tim, pepes ikan kembung, tumis tempe kacang panjang wortel dan jus
alpukat. Makan malam yakni nasi tim, rolade ayam tahu, sayur sop dan jus
apel. Selingan yang diberikan antara lain bubur sumsum, kue lapis, getuk,
susu skim dan martabak manis.
Selanjutnya, edukasi dan konseling gizi dilakukan terhadap pasien
dan keluarga dengan topik berupa diet TETP untuk pasien infeksi HIV-TB.
Tujuan sesi edukasi dan konseling gizi yakni memberikan edukasi terkait
infeksi HIV-TB dengan anemia, memberi pemahaman mengenai
tatalaksana diet TETP untuk pasien infeksi HIV-TB dan menambah
motivasi pasien dan keluarga agar mematuhi panduan diet yang telah
disepakati. Materi yang diberikan antara lain pengetahuan terkait HIV, TB
dan anemia serta peranan gizi dalam menangani kondisi infeksi dan
imunitas tubuh; pengetahuan terkait tatalaksana diet TETP untuk pasien
HIV-TB; pengetahuan terkait kiat hidup sehat untuk pasien HIV-TB yakni
mengenai pentingnya higiene & sanitasi; olahraga; ART; manajemen stress;
dan penggunaan rokok; dan Pemberian motivasi kepada keluarga pasien
untuk memberikan dukungan emosional. Metode yang dipilih adalah tatap
muka dengan media berupa leaflet. Evaluasi dari sesi ini juga dilakukan
untuk mengetahui kesanggupan dari keluarga pasien dalam
mengimplementasikan kesepakatan diet.
Koordinasi dengan tenaga kesehatan juga dilakukan bersama dokter
kaitannya dengan Koordinasi terkait keselelarasan diagnosis medis dan gizi,
memberikan edukasi kepada keluarga terkait penyakit infeksi yang dialami
pasien; perawat kaitannya dengan pencatatan rekam medis, kondisi klinis
dan perkembangan pasien; farmasi kaitannya dengan interaksi obat dan
makanan; dan ahli gizi kaitannya dengan penyusunan jadwal makan dan
materi edukasi gizi untuk keluarga pasien.
Terakhir, yakni monitoring dan evaluasi. Aspek asupan makan,
dipantau mengenai asupan makan pasien dengan target 100% makanan
sediaan RS diterima dan dihabiskan oleh pasien melalui penilaian visual
comstock dan Recall 24 hours setiap hari. Aspek fisik/klinis dipantau
mengenai tanda vital dan keluhan pasien. Aspek biokimia dipantau
mengenai nilai biokimia Hb, Ht, MCV, RDW, leukosit, eritrosit, MCH,
netrofil, limfosit, eosinofil, basofil dan LED setiap minggunya di
laboratorium agar mendekati nilai normal. Aspek antropometri, dipantau
mengenai berat badan tinggi badan pasien.
VIII. Penutup / Kesimpulan
Tn. D, seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun mengalami keluhan
sesak setelah berjalan 5-10 langkah, rasa sempoyongan setelah aktivitas
ringan dan batuk berdahak berwarna kuning kental serta didiagnosis medis
menderita B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia. Pasien diskrining
menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST) dengan skor = 2 (≥2),
dinyatakan berisiko malnutrisi sehingga memerlukan PAGT segera. Setelah
dikaji, diperoleh diagnosis gizi yakni inadequat oral intake dan altered-
nutrition related laboratory values. Intervensi gizi yang diberikan pada
pasien adalah diet TETP sesuai kondisi dan kemampuan pasien, edukasi dan
konseling gizi, koordinasi dengan tim kesehatan lain. Monitoring dan
evaluasi juga dilakukan terhadap aspek asupan makan, fisik/klinis, biokimia
serta antropometri pasien.
LAMPIRAN
A. Leaflet
B. Daftar Bahan Penukar Makanan
C. Perhitungan Antropometri
1. Estimasi tinggi badan berdasarkan panjang ulna
Estimasi TB = 97,252 + 2,645 (ulna length)
= 97,252 + 2,645 (29 cm)
= 97,252 + 76,705
= 173,957 ≈ 174 cm
2. BBI
BBI = (TB-100) ± 10%(TB-100)
= (174-100) ± 10%(174-100)
= 74 ± 7,4
= 66,6 kg ≈ 67 kg
3. BBI dengan BMI normal batas bawah
BB = BMI ( TBxTB (m))
= 18,5 x 3.0276
= 56,01 kg ≈ 56 kg
D. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi 6
1. Energi
The Mifflin-St.Jeor
REE = 5 + 10 (56) + 6,25 (TB) – 5 (U) + 5
= 5 + 10 (56 kg) + 6,25 (174 cm) – 5 (39) + 5
= 5 + 560 + 1087,5 – 195 + 5
= 1462,5 kkal
Peningkatan REE pada pasien HIV symptomatic meningkat 20-50%
REE HIV = (20% REE) + REE
= (20% x 1462,5 kkal) + 1462,5 kkal
= 292,5 + 1462,5 kkal
= 1755 kkal
Peningkatan suhu 1°C (Suhu pasien: 38°C), REE meningkat 13%
REE suhu = (13% REE) + REE
= (13% x 1755 kkal) + 1755 kkal
=1983,15 kkal
TEE = REE total x faktor aktivitas x faktor stress
= 1983,15 kkal x 1,2 x 1,3
= 3093,714 kkal ≈ 3100 kkal
2. Protein
Protein = 2 g/KgBBI
= 2 g x 56 kg
= 112 g atau 448 kkal
3. Lemak
Lemak = 30% dari kebutuhan energi
= 30% x 3100 kkal
= 927 kkal atau 103 g
4. Karbohidrat
Karbohidrat = Sisa pemenuhan energi
= Total energi – (protein + lemak)
= 3100 - (448 + 927 kkal)
= 1725 kkal atau 431,25 g (KH rendah 56%)
5. Cairan
Cairan = 35-40 mL/kgBBI
= 35 x 56
= 1960 mL + 12% kenaikan suhu 1°C
= 2195 mL
E. Analisis Riwayat Kebiasaan Makan (SQ-FFQ)
Nama Bahan
Makanan
Teknik pengolahan Frekuensi Konsumsi Porsi per kali makan
Berat
mentah
(n)
Rata-rata
frek/hr
(f)
Rata-rata
asupan
gr/hari
(n x f)
(kebiasaan)
Hari
Minggu Bulan URT
berat matang
(g)
grg tms rbs x/mgg x/hr x/bln x/hr grg tms rbs
Nasi beras
giling putih
v 2-3x 6-7 sdm 97,5 39 2,5 97,5
PROTEIN HEWANI
Telur ayam v 1-2x 4x 1 btr 60 48 0,86 41,14
PROTEIN NABATI
Tahu v v 2-3x 4-5x 1 ptg 40 44 1,61 70,71
Tempe v 2-3x 4-5x 1 ptg 50 55 1,61 88,39
SAYURAN
Bayam v 3-4x 1 mgkk 100 110 0,50 55,00
Gambas v 3-4x 1 mgkk 100 110 0,50 55,00
Wortel v 3-4x 1 mgkk 50 55 0,50 27,50
Seledri v 3-4x 1 mgkk 25 27,5 0,50 13,75
Labu siam v 3-4x 1 mgkk 50 55 0,50 27,50
BUAH-BUAHAN
Pisang 5-6x 1 bh 100 0,79 78,57
Pepaya 1-2x 1 ptg 100 0,21 21,43
Jeruk 1x 1 ptg 100 0,14 14,29
SERBA SERBI
Gula pasir 2x 1 sdm 15 2,00 30,00
Nama Bahan
Makanan
Teknik pengolahan Frekuensi Konsumsi Porsi per kali makan
Berat
mentah
(n)
Rata-rata
frek/hr
(f)
Rata-rata
asupan
gr/hari
(n x f)
(kebiasaan)
Hari
Minggu Bulan URT
berat matang
(g)
grg tms rbs x/mgg x/hr x/bln x/hr grg tms rbs
Minyak
kelapa
13,31 1 13,31
CAIRAN
Kopi 4-5x 1 gls 220 0,64 141,43
The 2x 1 gls 220 2,00 440,00
Air 1,5 L 1 1,5 L
F. Hasil Analisis Riwayat Kebiasaan Makan (SQ-FFQ)
==========================================================
ANALYSIS OF THE FOOD RECORD
======================================================================
Food Amount energy carbohydr.
beras putih giling 97,5 g 351,9 kcal 77,5 g
telur ayam 41,14 g 63,8 kcal 0,5 g
tahu 70,71 g 53,7 kcal 1,3 g
tempe kedele murni 88,39 g 176,0 kcal 15,0 g
bayam segar 55 g 20,4 kcal 4,0 g
gambas / oyong mentah 55 g 11,0 kcal 2,4 g
Carrot fresh 27,5 g 7,1 kcal 1,3 g
seledri 13,75 g 1,8 kcal 0,3 g
labu siam mentah 27,5 g 5,5 kcal 1,2 g
pisang ambon 78,57 g 72,3 kcal 18,4 g
pepaya 21,43 g 8,3 kcal 2,1 g
jeruk manis 14,29 g 6,7 kcal 1,7 g
gula pasir 30 g 116,1 kcal 30,0 g
minyak kelapa sawit 13,31 g 114,7 kcal 0,0 g
kopi (powder) 141,4 g 182,5 kcal 36,5 g
teh 440 g 219,8 kcal 44,0 g
Drinking water 1500 g 0,0 kcal 0,0 g
Meal analysis: energy 1411,7 kcal (100 %), carbohydrate 236,1 g (100 %)
======================================================================
RESULT
======================================================================
Nutrient
content
analysed
value
recommended
value/day
percentage
fulfillment
energy 1411,7 kcal 2036,3 kcal 69 %
protein 47,7 g(14%) 60,1 g(12 %) 79 %
fat 29,3 g(18%) 69,1 g(< 30 %) 42 %
carbohydr. 236,1 g(68%) 290,7 g(> 55 %) 81 %
dietary fiber 8,2 g 30,0 g 27 %
zinc 6,1 mg 7,0 mg 88 %
iron 19,3 mg 15,0 mg 129 %
copper 4,8 mg 1,3 mg 383 %
calcium 1143,0 mg 1000,0 mg 114 %
Vit. A 1527,7 µg 800,0 µg 191 %
Vit. B12 0,8 µg 3,0 µg 27 %
Vit. C 53,5 mg 100,0 mg 54 %
Vit. D 0,4 µg 5,0 µg 8 %
Vit. E (eq.) 2,6 mg 12,0 mg 22 %
G. Hasil Analisis Rekomendasi Menu
===================================================================
Analysis of the food record
===================================================================
Food Amount energycarboh
ydr.
___________________________________________________________________________
___
Sarapan
nasi tim 200 g 234.2 kcal
51.4 g
telur ayam 54 g 83.8 kcal
0.6 g
minyak kelapa 5 g 43.1 kcal
0.0 g
bayam segar 20 g 7.4 kcal
1.5 g
jagung kuning segar 30 g 32.4 kcal
7.5 g
Carrot fresh 20 g 5.2 kcal
1.0 g
Strawberry fresh 100 g 32.0 kcal
5.5 g
susu skim / tak berlemak cair 150 g 52.3 kcal
7.4 g
Meal analysis: energy 490.4 kcal (20 %), carbohydrate 74.8 g (21 %)
Selingan
bubur tepung beras merah 150 g 109.3 kcal
24.0 g
gula merah tebu belum dimurnikan 35 g 131.6 kcal
34.1 g
kue lapis legit 25 g 100.7 kcal
11.1 g
Meal analysis: energy 341.7 kcal (14 %), carbohydrate 69.1 g (20 %)
Makan siang
nasi tim 200 g 234.2 kcal
51.4 g
ikan kembung 50 g 56.0 kcal
0.0 g
tempe kedele murni 40 g 79.6 kcal
6.8 g
kacang panjang mentah 20 g 7.0 kcal
1.6 g
Carrot fresh cooked 20 g 4.2 kcal
0.7 g
minyak kelapa 5 g 43.1 kcal
0.0 g
Avocado fresh 75 g 162.9 kcal
0.3 g
madu 5 g 15.2 kcal
4.1 g
Drinking water 100 g 0.0 kcal
0.0 g
Meal analysis: energy 602.3 kcal (24 %), carbohydrate 64.9 g (19 %)
Selingan
getuk 30 g 55.5 kcal
12.3 g
kue lapis 50 g 201.5 kcal
22.1 g
susu skim / tak berlemak cair 200 g 69.8 kcal
9.8 g
Meal analysis: energy 326.8 kcal (13 %), carbohydrate 44.2 g (13 %)
Makan malam
nasi tim 200 g 234.2 kcal
51.4 g
daging ayam 50 g 142.4 kcal
0.0 g
tahu 40 g 30.4 kcal
0.8 g
kentang 30 g 27.9 kcal
6.5 g
jamur kuping segar 20 g 5.4 kcal
1.0 g
Carrot fresh cooked 20 g 4.2 kcal
0.7 g
Chinese cabbage fresh 20 g 2.7 kcal
0.2 g
minyak kelapa 5 g 43.1 kcal
0.0 g
apel 100 g 59.0 kcal
15.3 g
gula pasir 5 g 19.3 kcal
5.0 g
Drinking water 200 g 0.0 kcal
0.0 g
Meal analysis: energy 568.8 kcal (23 %), carbohydrate 80.9 g (23 %)
Selingan
susu skim / tak berlemak cair 200 g 69.8 kcal
9.8 g
martabak manis 40 g 88.8 kcal
6.1 g
Meal analysis: energy 158.6 kcal (6 %), carbohydrate 15.9 g (5 %)
===================================================================
Result
===================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
___________________________________________________________________________
energy 2488.6 kcal 2036.3 kcal 122 %
protein 87.7 g(14%) 60.1 g(12 %) 146 %
carbohydr. 349.9 g(57%) 290.7 g(> 55 %) 120 %
fat 82.8 g(29%) 69.1 g(< 30 %) 120 %
dietary fiber 16.5 g 30.0 g 55 %
water 514.8 g 2700.0 g 19 %
Vit. A 1217.9 µg 800.0 µg 152 %
Vit. C 117.3 mg 100.0 mg 117 %
Vit. D 6.9 µg 5.0 µg 139 %
Vit. E (eq.) 6.5 mg 12.0 mg 54 %
Vit. E 1.4 mg - -
Vit. B1 0.9 mg 1.0 mg 92 %
Vit. B2 1.9 mg 1.2 mg 159 %
niacineequiv. 2.3 mg 13.0 mg 18 %
sodium 516.4 mg 2000.0 mg 26 %
niacine 15.3 mg - -
pantoth. acid 8.7 mg 6.0 mg 144 %
Vit. B6 2.0 mg 1.2 mg 167 %
biotine 14.1 µg 45.0 µg 31 %
Vit. B12 3.9 µg 3.0 µg 130 %
tot. fol.acid 230.2 µg 400.0 µg 58 %
zinc 10.0 mg 7.0 mg 142 %
potassium 3138.6 mg 3500.0 mg 90 %
glucose 3.1 g - -
fluorine 90.8 µg 3.0 µg 3027 %
magnesium 383.2 mg 310.0 mg 124 %
manganese 4.2 mg 3.5 mg 120 %
phosphorus 1471.4 mg 700.0 mg 210 %
copper 1.6 mg 1.3 mg 129 %
Vit. K 98.8 µg 60.0 µg 165 %
iron 12.2 mg 15.0 mg 82 %
calcium 1028.4 mg 1000.0 mg 103 %
cholesterol 409.5 mg - -
sat. FA 27.0 g - -
iodine 17.5 µg 200.0 µg 9 %
m.uns.f.acids 27.7 g - -
PUFA 22.1 g 10.0 g 221 %
Caffeine 0.0 mg - -
short FA 0.0 g - -
middle FA 0.0 g - -
long FA 17.3 g - -
purine N 20.1 mg - -
sucrose 69.0 g - -
NaCl 0.1 g - -
DAFTAR PUSTAKA
1. Herawati, Herawati; Sarwiyata, Triwahyu; Alamsyah, Arief. Metode Skrining
Gizi di Rumah Sakit dengan MST Lebih Efektif dibandingkan SGA. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 2014, 28.1: 68-71.
2. Mahan LK, Raymond JL, et al. Krause’s Food & The Nutrition Care Process,
Fourteenth Edition. Missouri: Elsevier, 2017.
3. Soelistijo S, dkk. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Indonesia 2015. Indonesia: PB Perkeni. 2015.
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Interpretasi Data
Klinik.Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
5. Nelms MN, et al. Nutrition Therapy and Pathophysiology. 3rd edition. USA:
Cengage Learning. 2016.
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana HIV.Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 2019.
7. Jiang H, Xie N, Cao B, et al. Determinants of Progression to AIDS and Death
Following HIV Diagnosis: A Retrospective Cohort Study in Wuhan, China.
PlosONE. 2013; 8(12):1-11.
8. Adiningsih, Setyo, Widiyanti W. Resiko Malnutrisi Terhadap Jumlah CD4
Orang dengan HIV/AIDS yang Menjalani Terapi Antiretroviral Di Mimika. J
Kedokt Brawijaya. 2018;30(1):41–6.
9. Nuraini, Ngadiarti I, dan Moviana Y. Dietetika Penyakit Infeksi. Indonesia:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017.
10. Ilayperuma, I., Nanayakkara, G., & Palahepitiya, N. A Model for the
Estimation of Personal Stature from the Length of Forearm. Int J
Morphol, 2010:28(4), 1081-1086.
11. Kurniawati, Ninuk Dian, Et Al. Pentingnya Nutrisi Bagi Orang dengan
HIV/AIDS-The Importance of Nutrition for People with HIV/AIDS. Surabaya:
Universitas Airlangga. 2021.
12. Friis H. Micronutrient interventions and HIV Infection: A Review of Current
Evidence. Trop Med Int Health 2006;11(12):1849-57.
13. Over M. The Macroeconomic Impact of AIDS in Sub-Saharan Africa,
Population and Human Resources Department. [series online] 1992 [cited
2022 April 26]. Available from: URL: http.//id.wikipedia.org/wiki/
AIDS#citee_note-WBank-166.

More Related Content

Similar to Kasus HIV Dewasa

Askep lansia
Askep lansiaAskep lansia
Askep lansiaaminoyeng
 
Bimbingan kesehatan-haji-ii
Bimbingan kesehatan-haji-iiBimbingan kesehatan-haji-ii
Bimbingan kesehatan-haji-iiMuhammad Hanafi
 
238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selviahomeworkping4
 
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiKedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiZollananda
 
Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014
Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014
Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014Indri Savitri
 
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiKasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiDessycis
 
Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.Erlangga Putra
 
CC BANGSAL 30 AGUSTUS 2021.pptx
CC BANGSAL 30 AGUSTUS 2021.pptxCC BANGSAL 30 AGUSTUS 2021.pptx
CC BANGSAL 30 AGUSTUS 2021.pptxssuser2722f7
 
materi mata pelatihan Penugasan MPI 2.docx
materi mata pelatihan Penugasan MPI 2.docxmateri mata pelatihan Penugasan MPI 2.docx
materi mata pelatihan Penugasan MPI 2.docxSittiJamilah2
 
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdfLaporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdfKikiFricila
 
Satuan Acara Penyuluan Diit Diabetes Melitus
Satuan Acara Penyuluan Diit Diabetes MelitusSatuan Acara Penyuluan Diit Diabetes Melitus
Satuan Acara Penyuluan Diit Diabetes Melitusyohanes meor
 
PPT KEL 7 ASKEP GERONTIK DM.pptx
PPT KEL 7 ASKEP GERONTIK DM.pptxPPT KEL 7 ASKEP GERONTIK DM.pptx
PPT KEL 7 ASKEP GERONTIK DM.pptxClickClick8
 
Kelompok A1.pptx
Kelompok A1.pptxKelompok A1.pptx
Kelompok A1.pptxDinyIzzaty
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 

Similar to Kasus HIV Dewasa (20)

Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
Askep hepatitis AKPER PEMDA MUNA
 
Askep lansia
Askep lansiaAskep lansia
Askep lansia
 
Bimbingan kesehatan-haji-ii
Bimbingan kesehatan-haji-iiBimbingan kesehatan-haji-ii
Bimbingan kesehatan-haji-ii
 
238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia
 
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiKedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
 
Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014
Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014
Pp studi kasus poli gizi indri savitri 2014
 
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiKasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
 
Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.Asuhan keperawatan dhf.
Asuhan keperawatan dhf.
 
CC BANGSAL 30 AGUSTUS 2021.pptx
CC BANGSAL 30 AGUSTUS 2021.pptxCC BANGSAL 30 AGUSTUS 2021.pptx
CC BANGSAL 30 AGUSTUS 2021.pptx
 
materi mata pelatihan Penugasan MPI 2.docx
materi mata pelatihan Penugasan MPI 2.docxmateri mata pelatihan Penugasan MPI 2.docx
materi mata pelatihan Penugasan MPI 2.docx
 
Askep oksigenasi
Askep oksigenasiAskep oksigenasi
Askep oksigenasi
 
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdfLaporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
 
Satuan Acara Penyuluan Diit Diabetes Melitus
Satuan Acara Penyuluan Diit Diabetes MelitusSatuan Acara Penyuluan Diit Diabetes Melitus
Satuan Acara Penyuluan Diit Diabetes Melitus
 
kasus sulit.ppt
kasus sulit.pptkasus sulit.ppt
kasus sulit.ppt
 
PPT KEL 7 ASKEP GERONTIK DM.pptx
PPT KEL 7 ASKEP GERONTIK DM.pptxPPT KEL 7 ASKEP GERONTIK DM.pptx
PPT KEL 7 ASKEP GERONTIK DM.pptx
 
Kelompok A1.pptx
Kelompok A1.pptxKelompok A1.pptx
Kelompok A1.pptx
 
Ppt lta
Ppt ltaPpt lta
Ppt lta
 
Studi Kasus Saluran Pernapasan
Studi Kasus Saluran PernapasanStudi Kasus Saluran Pernapasan
Studi Kasus Saluran Pernapasan
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Dm
DmDm
Dm
 

Recently uploaded

0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasijualobat34
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxwijayanti1974
 
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...puskesmastambakaji
 
Kimia Farma Makassar jual obat penggugur kandungan - obat aborsi kandungan
Kimia Farma Makassar jual obat penggugur kandungan - obat aborsi kandunganKimia Farma Makassar jual obat penggugur kandungan - obat aborsi kandungan
Kimia Farma Makassar jual obat penggugur kandungan - obat aborsi kandunganCara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxgunadarmabarra
 
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®Obat Cytotec
 
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptxPPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptxDianLestariDian
 
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxSistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxImmanuelIndrapratama
 
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxsandiharyanto
 
KEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.ppt
KEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.pptKEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.ppt
KEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.pptUmiIstiqomah4
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.pptx
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.pptxmateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.pptx
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.pptxAnonymous3RBNAX
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 

Recently uploaded (20)

0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi
 
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandunganKimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
 
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
APOTEK BATAM JUAL OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN - OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN DI BATA...
 
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
 
Kimia Farma Makassar jual obat penggugur kandungan - obat aborsi kandungan
Kimia Farma Makassar jual obat penggugur kandungan - obat aborsi kandunganKimia Farma Makassar jual obat penggugur kandungan - obat aborsi kandungan
Kimia Farma Makassar jual obat penggugur kandungan - obat aborsi kandungan
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
 
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
 
Kimia Farma jakarta jual obat aborsi penggugur kandungan
Kimia Farma jakarta jual obat aborsi penggugur kandunganKimia Farma jakarta jual obat aborsi penggugur kandungan
Kimia Farma jakarta jual obat aborsi penggugur kandungan
 
Kimia Farma Samarinda jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Samarinda jual obat penggugur kandunganKimia Farma Samarinda jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Samarinda jual obat penggugur kandungan
 
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptxPPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
 
cari obat penggugur kandungan asli 0877~7655~8899
cari obat penggugur kandungan asli 0877~7655~8899cari obat penggugur kandungan asli 0877~7655~8899
cari obat penggugur kandungan asli 0877~7655~8899
 
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxSistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
 
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
 
Kimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janin
Kimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janinKimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janin
Kimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janin
 
KEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.ppt
KEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.pptKEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.ppt
KEBIDANAN Neonatus Dengan Kelainan Bawaan.ppt
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.pptx
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.pptxmateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.pptx
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.pptx
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 sampai 8 bulan - obat penggugur janin - ob...
 
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandunganKimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
 

Kasus HIV Dewasa

  • 1. LAPORAN KASUS DIETETIK II PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN B20 (HIV/AIDS) DENGAN TB PARU DAN ANEMIA Dosen Pengampu : Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si. Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi. Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD Disusun oleh : Katharina Silvia Radon 22030119100117 PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2022 REVISI
  • 2. I. Latar Belakang Tn.D berusia 39 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak setelah berjalan 5-10 langkah, rasa sempoyongan setelah aktivitas ringan dan batuk berdahak berwarna kuning kental. Tn D tampak kurus dan tinggi. Berat badan actual Tn D 49 kg dengan panjang ulna ± 29 cm. Diagnosis Medis Tn.D : B20, TB Paru, anemia. Ketika diwawancarai Tn D tampak lemas namun dapat berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan mengaku tinggal seorang diri. Dulu ia pernah menikah dan bekerja di Jakarta sebagai penjual nasi warteg, kemudian bercerai dengan istrinya. Sekarang ia bekerja sebagai petani bawang. Tn.D bekerja dari pagi hingga siang hari dan diselingi waktu istirahat ± 30 menit setiap 1 x 2 jam dengan pendapatan tidak menentu,± 50.000 – 100.000/hari. Tn.D mengaku bekerja sudah tidak seberat dan semaksimal sebelum sakit. Sejak 6 bulan yang lalu ia hanya melakukan pekerjaan ringan saat bertani. Tn D dulunya ialah seorang perokok berat dan berhenti 6 bulan yang lalu sejak sakit. Pendidikan terakhir Tn D adalah SD. Diketahui data biokimia : Hb 3,7 g/dl , Leukosit 4,5 x103 /uL ,Ht 11 %, Eritrosit 0,99 x 106 /uL, RDW 23,7 %, MCV 112,1 U, MCH 37,4 kg, Netrofil 80,5%, Limfosit 15,5 %, Monosit 4%, Eosinofil 0%, Basofil 0%, LED 1 jam >140 mm/jam, LED 2 jam > 140 mm/jam, SGOT 19,3 u/L, SGPT 14,2 u/L, Ureum 45,3 mg/dL, Kreatinin 1,10 mg/dL , GDS 147 mg/dl . Pemeriksaan fisik: Tekanan Darah 120/70 mmHg, RR 28x/mnt, Nadi 110 , Suhu Tubuh 380 C. Tn D mendapatkan injeksi omeprazole, salbutamol, paracetamol, Injeksi Aminophilin, Rifamficin, INH, P2A, Etambutol, Injeksi Ca Gluconas, Ambroxol, Injeksi MP 2x62,5 , RL16 tpm serta obat ARV. Riwayat makan Tn D diketahui jarang mengkonsumsi ikan dan daging,lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, telur dan sayuran yang dibeli di warung. Sayur yang biasa dibeli yaitu sayur bayam,kangkung dan labu siam. Selain itu, Tn D jarang mengkonsumsi buah-buahan. Tn D memiliki kebiasaan makan dalam sebulan terakhir yakni makan 2-3 kali perhari berupa nasi sebanyak 6-7 sdm tiap kali makan, telur 1 butir 1-2 kali perhari (4x/minggu), tahu goreng/tahu bacem 1 potong 2-3 x perhari ( 4-5x/minggu), tempe goreng 1 potong 2-3 x perhari (4-5x/minggu), sop sayur bening bayam,
  • 3. wortel atau labu siam 1 mangkuk 3-4 x/minggu, buah pepaya 1-2 x perminggu, pisang 1 buah 5-6x/minggu,buah jeruk 1 x per minggu. Tn D terbiasa mengonsumsi 1 gelas teh manis pada waktu pagi dan sore hari atau saat makan dengan gula 1 sdm. Ia sesekali juga mengkonsumsi kopi pada saat makan. Sebelum masuk rumah sakit Tn D mengkonsumsi air putih ±1,5 liter perhari ( air mineral botol 1,5 L), biasanya juga minum teh pagi dan sore atau saat makan serta minum kopi sesekali saat makan. Selama di RS Tn D mengaku belum pernah mendapatkan edukasi gizi tentang penyakit dan diet yang harus dijalankan. Makanan yang dikonsumsi. Tn. D tidak memiliki alergi makanan. II. Skrining (Data Umum) A. Pemilihan Metode Skrining Metode skrining yang digunakan adalah Malnutrition Screening Tools (MST). Skrining MST tersebut dinilai cepat, mudah dan cocok untuk digunakan sesuai dengan kondisi pasien yang dirawat di rumah sakit. Kelebihan alat skrining ini adalah lebih efisien (waktu: 30 detik), pertanyaan lebih sederhana, nilai sensitivitas dan spesifisitas 93-95%, nilai keandalan 90-97%, dan tidak bergantung kepada nilai antropometri dan laboratorium. Kekurangan form tersebut yakni tidak bisa diterapkan pada pasien yang sulit berkomunikasi. Namun, diketahui bahwa pasien dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik sehingga tidak menjadi halangan.1 B. Pengisian Kuisioner No. Parameter Skor 1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak direncanakan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir? - Tidak - Tidak yakin (ada tanda-tanda baju menjadi lebih longgar) - Ya, ada penurunan BB sebanyak: a. 1-5 kg b. 6-10 kg c. 11-15 kg d. >15 kg - Tidak tahu berapa kg penurunannya 0 0 1 2 3 4 2 2. Apakah asupan makan pasien berkurang karena penurunan nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
  • 4. - Tidak - Ya 0 1 Total skor 2 Pasien dengan diagnosis khusus: Ya Tidak (B20, TB paru, anemia) Bila skor ≥2 = beresiko malnutrisi, perlu perencanaan gizi secara dini C. Membuat Kesimpulan Kuisioner Berdasarkan skrining MST diperoleh skor 2 ( ≥2), berisiko malnutrisi sehingga memerlukan suatu proses asuhan gizi terstandar secara dini. III. Asesmen (Pengkajian) Gizi A. Pengkajian Riwayat Pasien (CH) Client History (CH) Domain Data Keterangan CH 1.1.1 Age 39 tahun Dewasa CH 1.1.2 Gender Laki-laki CH 1.1.4 Language Bahasa Indonesia CH 1.1.6 Education Pendidikan terakhir: SD CH 1.1.8 Tobacco use Perokok berat, namun berhenti 6 bulan lalu CH 2.1.1 Patient/client chief nutrition complaint  Sesak setelah berjalan 5-10 langkah  Sempoyongan setelah aktivitas ringan  Batuk berdahak berwarna kuning kental CH 2.1.7 Hematology Anemia CH 2.1.8 Immune B20 HIV/AIDS CH 2.1.13 Respiratory TB paru, sesak nafas, batuk berdahak
  • 5. CH 3.1.2 Living/housing situation Tinggal sendiri Sudah bercerai dari istrinya CH 3.1.6 Occupation Dulu: penjual nasi warteg Sekarang: petani bawang Bekerja dari pagi-siang hari, diselingi waktu istirahat ±30 menit setiap 1x2 jam. Pendapatan tidak menentu: ±50.000- 100.000 rupiah/hari. Kesimpulan: Tn. D, pasien laki-laki berusia 39 tahun didiagnosis medis B20, TB paru dan anemia. Keluhan pasien yakni sesak setelah berjalan 5-10 langkah, sempoyongan setelah beraktivitas ringan dan batuk berdahak berwarna kuning kental. Pasien seorang perokok aktif, namun berhenti sekitar 6 bulan lalu. Pasien berpendidikan terakhir SD, berkomunikasi baik dalam bahasa Indonesia, tinggal seorang diri, dulu bekerja sebagai penjual nasi warteg namun sekarang bekerja sebagai petani bawang. B. Pengkajian Riwayat terkait Gizi / Makanan (FH) Food History (FH) Domain Data Keterangan FH 1.1.1.1 Total Energy Intake 1441,7 kkal FH 1.2.1.1 Oral fluid  Air mineral botol ±1,5 liter/hari  Teh manis gula 1 sdm pada pagi dan sore hari atau saat makan  Kopi saat makan (kadang- kadang) FH 1.2.2.1 Amount of food  Nasi 2-3x/hari @6-7 sdm  Telur 1-2x/hari atau 4x/minggu @1 btr  Tahu goreng/tahu bacem 2- 3x/hari atau 4-5x/minggu @1 ptg  Jarang konsumsi ikan, daging, buah-buahan  Sering konsumsi tahu, tempe, telur dan sayuran yang dibeli di warung
  • 6.  Sop sayur bening, bayam, wortel, atau labu siam 3- 4x/minggu @1 mgk  Pepaya 1-2x/minggu  Pisang 5-6x/minggu @1 bh  Jeruk 1x/minggu FH 1.2.2.3 Meal pattern 2-3x/sehari FH 1.2.2.5 Food variety Kurang bervariasi FH 1.3.2 Parenteral nutrition/IV fluid intake Infus RL 16 tpm  Sebagai replacement theraphy untuk mengatasi shock, hipovolemik, diare, trauma dan luka bakar  Memperbaiki asidosis metabolik FH 1.4.3 Caffeine intake  1 gls teh manis pada pagi dan sore hari  Sesekali konsumsi kopi saat makan Kafein mampu menghambat penyerapan Fe FH 1.5.1.1 Total fat 29,3 g FH 1.5.2.1 Total protein 47,7 g FH 1.5.3.1 Total carbohydrate 236,1 g FH 1.5.4.1 Total fiber 8,2 g FH 1.6.1 Vitamin : Vitamin A Vitamin B12 Vitamin C Vitamin D Vitamin E 1.527,7 µg 0,8 µg 53,5 mg 0,4 µg 2,6 mg FH 1.6.2 Mineral :
  • 7. Zn Fe Cu Ca 6,1 mg 19,3 mg 4,8 mg 1,143 mg FH 2.1.2.2 Previous counseling Belum pernah mendapat konseling FH 2.1.2.5 Food allergies Tidak ada FH 3.1.1 Prescription medication use Inj. Omeprazole  Menimbulkan risiko malabsorpsi vitamin B12 (adanya penekanan lengkap sekresi asam dari sel parietal lambung)  Mengganggu penyerapan Ca, zat besi non heme, vitamin B12, Cu  konsumsi sebelum makan Salbutamol  Mengobati obstruksi jalan napas  Efek samping: tremor, takikardia, sakit kepala, tegang Paracetamol  Obat pereda demam, nyeri, mengurangi produksi zat penyebab inflamasi (analgesik dan antipiretik) Inj. Aminophilin  Pereda sesak napas, mengi, sulit bernapas oleh asma, PPOK, bronkitis atau emfisema  Efek samping: takikardia, mual, gangguan saluran
  • 8. cerna, sakit kepala, gelisah  Tidak dikonsumsi bersama makanan tinggi lemak Rifamdicin  Anti tuberkulosis  Efek samping: anoreksi, mual, sakit perut, muntah, diare, anemia  Tidak dikonsumsi bersama makanan tinggi lemak INH (Isoniazid)  Anti tuberkulosis  Makanan akan meningkatkan pH lambung mencegah disolusi dan absorbs  Diminum saat perut kosong pagi sebelum makan P2A (Pyrazinamide)  Anti tuberkulosis  Efek samping: demam, anoreksi, mual, muntah, anemia  Konsumsi dengan/tanpa makanan Etambutol  Anti tuberkulosis  Tidak dikonsumsi bersama makanan tinggi lemak Inj. Ca Gluconas  Hipokalsemia berat, mengatasi defisiensi kalsium  Efek samping: gangguan GI ringan, bradikardi, aritmia
  • 9.  Tidak dikonsumsi bersama jus grape fruit Ambroxol  Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis, khususnya pada eksaserbasi bronkitis kronis dan bronkitis asmatik serta asma bronkia  Efek samping: gangguan GI ringan, namun jarang terjadi Inj. MP 2x62,5  Meredakan peradangan dan gejala alergi  Efek samping: mual, muntah, sakit kepala, turun nafsu makan, hipertensi, retensi Na dan air, serta kehilangan kalium  Perlu duplementasi kalium dan kalsium Obat ARV  Obat untuk mengurani dampak HIV, utamanya mencegah virus menghancurkan sel CD4  Efek samping: mual, muntah, diare, sakit kepala, mulut kering, gula darah tinggi, tubuh terasa lelah FH 4.1.1 Area and level of knowledge Inadekuat Belum pernah mendapatkan edukasi FH 7.3.1 Physical activity history Melakukan pekerjaan ringan saat bertani Sejak 6 bulan lalu
  • 10. Kesimpulan : Asupan makan pasien termasuk kurang bervariasi. Pola makan pasien 2-3x makan/hari, tidak memiliki alergi terhadap makanan, dan belum pernah mendapatkan konseling gizi sebelumnya (inadequat pengetahuan). Pasien menerima medikasi berupa obat untuk asam lambung, masalah pernapasan, anti-TB, batu, suplemen kalsium, anti-inflamasi, cairan elektrolit IV dan obat untuk mengatasi HIV. C. Pengkajian Antropometri (AD) Anthropometry Data (AD) Domain Data Keterangan AD 1.1.1 Height/Length Panjang ulna ±29 cm Estimasi TB: 174 cm AD 1.1.2 Weight 49 kg Aktual AD 1.1.3 Frame size Kurus Kurus tinggi Kesimpulan: Pasien memiliki estimasi tinggi badan 174 cm, panjang ulna ±29 cm, berat badan 49 kg serta berperawakan kurus tinggi. D. Pengkajian Data Biokimia (BD) Biochemical Data (BD) Domain Data pasien Data normal Keterangan BD 1.2.1 BUN 45,3 mg/dL 5-20 mg/dL Tinggi 2 BD 1.2.2 Creatinin 1,10 mg/dL 0,6-1,2 mg/dL Normal 2 BD 1.4.2 ALT/SGPT 14,2 u/L 4-36 u/L Normal 2 BD 1.4.3 AST/SGOT 19,3 u/L 0-35 u/L Normal 2 BD 1.5.2 Glucose, casual 147 mg/dL <100 mg/dL Tinggi, namun belum pasti DM 3 BD 1.10.1 Hemoglobin 3,7 g/dL 14-17 g/dL Rendah (anemia) 2 BD 1.10.2 Hematocrit 11% 42-52% Rendah 2
  • 11. BD 1.10.3 MCV 112,1 U 82-99 mm3 Tinggi 2 BD 1.10.5 RDW 23,7% 11,0-14,5% Tinggi 2 Others: Leukosit Eritrosit MCH Netrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil LED 4,5 x 103 /uL 0,99 x 106 /uL 37,4 pg 80,5% 15,5% 4% 0% 0% 1 jam>140mm/jam 2 jam>140 mm/jam >2700/uL 4,25-5,4 x 106 /uL 27-31 pg/sel 55-70% 20-40% 2-8% 1-3% 0,5-1% <15 mm/jam Tinggi 2 Rendah 2 Tinggi 2 Tinggi 2 Rendah 2 Normal 2 Rendah 2 Rendah 2 Tinggi 4 Kesimpulan : Nilai BUN, MCV, RDW, leukosit, MCH, netrofil dan LED pasien tinggi. Sedangkan nilai Hb, Ht, eritrosit, limfosit, eosinofil dan basofil rendah. Data tersebut menunjukkan terjadinya penyakit infeksi dan anemia. E. Pengkajian Data Klinis / Fisik (PD) Nutrition Focused Physical Findings (PD) Domain Data pasien Data normal Keterangan PD 1.1.1 Overall appearance  Sadar  Lemas  Berkomunikasi dengan baik  Kurus tinggi Gejala anemia PD 1.1.4 Cardiovascular- pulmonary system  Sesak jika berjalan 5-10 langkah  Batuk berdahak berwarna kuning kental Kaitannya dengan diagnosa medis TB paru PD 1.1.9 Vital sign Tekanan darah Nadi RR 120/70 mmHg 100x/menit 28 x/menit 120/80 mmHg 55-90x/menit 12-20x/menit Normal 5 Tinggi 5 Tinggi 5
  • 12. Suhu 38°C 36-37°C Tinggi 5 Kesimpulan: Pasien tampak sadar, lemas dan berperawakan kurus tinggi. Pasien merasa sesak jika berjalan 5-10 langkah dan batuk berdahak berwarna kuning kental. Tekanan darah pasien normal, namun nadi, RR dan suhu tubuh pasien termasuk tinggi. Pasien dikatakan mengalami takikardia, takipnea, demam. F. Comparative Standards Comparative Standards (CS) Domain Data Keterangan CS 1.1.1 Total Energy Estimated Needs 3100 kkal Defisit berat 45,54% (SQ-FFQ: 1411,7 kkal) CS 1.1.2 Method for estimating needs Rumus The-Mifflin-St.Jeor + koreksi HIV symptomatic + koreksi peningkatan suhu 6  REE: 5 + 10 (BBI) + 6,25(TB) + 5  REE HIV: (20% REE) + REE  REE suhu: (13% REE) + REE CS 2.1.1 Total fat estimated needs 103 g (30% dari energi total) Defisit berat (28,44%) (SQ-FFQ: 29,3 g) CS 2.2.1 Total protein estimated needs 112 g (2 g/kgBBI/hr) Defisit berat (42,6%) (SQ-FFQ: 47,7 g) CS 2.3.1 Total carbohydrate estimated needs 431 g (Total energi – (protein + lemak) Defisit berat (52,8%) (SQ-FFQ: 236,1 g) CS 2.4.1 Total fiber estimated needs 36 g (AKG 2019) Defisit berat (22,78%) (SQ-FFQ: 8,2 g) CS 3.1.1 Total fluid estimated needs 2195 mL (35 mL/kgBBI/hr) Defisit ringan (88,4%) (SQ-FFQ: 1940 mL) CS 4.1.1 Vitamin: (AKG 2019) Vitamin A 650 RE Cukup (235%)
  • 13. Vitamin B12 Vitamin C Vitamin D Vitamin E 4,0 µg 90 mg 15 µg 15 µg Kurang (20%) Kurang (59,44%) Kurang (2,67%) Kurang (17,33%) Cs 4.2.1 Mineral: (AKG 2019) Zinc Fe Cu Ca 11 mg 9 mg 900 µg 1000 mg Kurang (55,45%) Cukup (214,44%) Cukup (533,33%) Cukup (114,3%) CS 5.1.1 Ideal/reference body weight IBW = 67 kg IBW = (TB-100)±10%(TB- 100) IBW dengan BMI normal batas bawah = 56 kg BB = BMI (18,5 kg/m2 ) x (TB x TB (m2 )) CS 5.1.2 Recommended BMI 18,5-25,0 kg/m2 Kesimpulan: Pasien defisit tingkat berat untuk asupan energi (45,54%), protein (42,6%), lemak (28,44%), karbohidrat (52,8%) dan serat (22,78%). Sedangkan, asupan cairan tergolong defisit ringan dan asupan mikro tergolong defisit secara umum. BBI pasien adalah 67 kg, sedangkan BBI dengan BMI normal batas bawah adalah 56 kg dengan IMT rekomendasi 18,5-25,0 kg/m2 . IV. Diagnosis Gizi (NI 2.1) Inadequate Oral Intake (P) berkaitan dengan kondisi fisiologis yang menyebabkan peningkatan kebutuhan gizi dan defisit pengetahuan mengenai makanan dan gizi tentang asupan makanan/minuman oral yang tepat (E) ditandai dengan estimasi asupan yang kurang dari kebutuhan (energi 45,54%, protein 42,6%, lemak 28,44%, karbohidrat 52,78%) dan diagnosis medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia (S). (NC 2.2) Altered Nutrition-Related Laboratory Values (P) berkaitan dengan respon inflamasi akibat penyakit infeksi (E) ditandai dengan nilai MCV (112,1 U), RDW (23,7%), leukosit (4,5x103 /uL), MCH (37,4pg/sel), netrofil (80,5%), dan LED 1 jam (> 140 mm/jam) tinggi; Hb (3,7g/dl), Ht (11%), eritrosit (0,99x106 /uL); suhu tubuh 38o C dan diagnosis medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia (S).
  • 14. V. Intervensi Gizi A. Perencanaan (Planning) 1. Tujuan Intervensi Gizi a. Memenuhi kebutuhan asupan zat gizi sesuai kebutuhan dan kemampuan pasien secara bertahap, minimal 80% dari kebutuhan total. b. Mencegah terjadinya penurunan berat badan, melainkan meningkatkan berat badan pasien secara bertahap hingga mendekati BB normal. c. Mengurangi progresivitas penyakit HIV/AIDS dan risiko komorbiditas. d. Memperbaiki kondisi respon inflamasi sehingga nilai biokimia dan suhu tubuh pasien mendekati nilai normal. e. Memberikan edukasi dan motivasi kepada pasien dan keluarga kaitannya dengan tatalaksana gizi HIV/AIDS, TB paru dan anemia. 2. Preskripsi Diet NP 1.1 Nutrition prescription a. Makanan diberikan dalam bentuk kombinasi lunak dan biasa dengan porsi kecil namun frekuensi sering (3x makan utama, 3x selingan) b. Energi diberikan ditingkatkan karena adanya koreksi HIV symptomatic dan peningkatan suhu, yakni sejumlah 3100 kkal. Energi dapat diberikan secara bertahap dimulai dari pemenuhan 80%, 90% hingga 100% sesuai dengan kemampuan pasien. c. Protein diberikan 2 g/KgBBI/hari atau sejumlah 112 g. Protein berasal dari sumber hewani maupun nabati. Hindari konsumsi sumber protein tidak matang misal telur mentah, telur setengah matang, sushi, daging matang. d. Lemak diberikan 30% dari energi total atau sejumlah 103 g. Utamakan lemak kaya akan MCT (minyak kelapa, minyak inti kelapa sawit, produk kelapa, produk susu), asam lemak omega 3 dan 6 (minyak jagung, ikan salmon, ikan canola, minyak bunga
  • 15. matahari). Batasi asam lemak jenuh yakni <10% dari total kebutuhan kalori atau <31 gram. e. Karbohidrat diberikan melalui sisa pemenuhan energi yakni 431 g. Gunakan karbohidrat kompleks, seperti nasi, ubi, singkong, talas, kentang, sereal dll. f. Cairan diberikan 35-40 mL/kgBBI/hari atau 2195 mL. g. Serat diberikan sesuai AKG 2019, yakni 36 g. h. Vitamin diberikan sesuai AKG 2019, yakni vitamin A 650 RE; vitamin B12 4,0 µg; vitamin C 90 mg; vitamin D 15 µg; dan vitamin E 15 µg. i. Mineral diberikan sesuai AKG 2019, yakni Zinc 11 mg; Fe 9 mg; Cu 900 µg; dan Ca 1000 mg. j. Pengolahan makanan dilakukan dengan cara merebus, mengukus dan menumis serta kurangi cara penggorengan. k. Hindari konsumsi kopi, bahan makanan yang mengandung sorbitol untuk menghindari gerakan peristalktik yang tidak diinginkan dan diare. l. Hindari konsumsi makanan mentah seperti telur mentah, daging atau makanan laut. m. Hindari penggunaan bumbu pedas dan bumbu lain yang merangsang pencernaan. n. Hindari konsumsi makanan bergas karena dapat mengganggu pernapasan, gerak otot diafragma serta meningkatkan dyspnea. o. Batasi konsumsi makanan tinggi lemak dan natrium, misal cake, junk food, gorengan, ikan asin, telur asin dan makanan yang diawetkan lainnya. p. Gunakan air matang/masak untuk minum dan memasak. q. Cuci buah dan sayuran yang dikonsumsi secara menyeluruh. r. Jaga higiene dan sanitasi makanan sejak mempersiapkan, mengolah hingga menyajikan makanan.
  • 16. B. Rencana Implementasi 1. Pemberian Diet (Jenis, Bentuk dan Contoh Menu) ND 1 Meals and Snacks a. Jenis diet: diet TETP (tinggi energi tinggi protein) b. Bentuk makanan (termasuk modifikasi): i. Makanan berbentuk kombinasi biasa dan lunak ii. Rute makanan: oral iii. Jadwal makan: 3x makan utama, 3x selingan c. Perencanaan menu diet Hari % Pemenuhan Perhitungan Zat Gizi 1 80% dari total kebutuhan energi Energi: 2480 kkal Protein: 89,6 g Lemak: 82,4 g Karbohidrat: 344,8 g 2 90% dari total kebutuhan energi Energi: 2790 kkal Protein: 100,8 g Lemak: 92,7 g Karbohidrat: 387,9 g 3 100% dari total kebutuhan energi Energi: 3100 kkal Protein: 112 g Lemak: 103 g Karbohidrat: 431 g d. Contoh rekomendasi menu untuk pasien (2480 kkal) Waktu Makan Nama Makanan Bahan Makanan Keterangan URT dan Gram Matang URT Gram matang Sarapan Nasi tim Nasi tim 1 prg 200 Telur dadar Telur ayam 1 bh 54 Minyak kelapa 1 sdt 5 Sayur bening Bayam 2 sdm 20 Jagung 3 sdm 30
  • 17. Wortel 2 sdm 20 Smoothies strawberry Strawberry 6 bh 100 Susu skim 1 ½ gls 150 Selingan Bubur sumsum Bubur tepung beras 1 mgk 150 Gula merah 35 Kue lapis Kue lapis ½ ptg 25 Makan siang Nasi tim Nasi tim 1 prg 200 Pepes ikan Ikan kembung 1 ptg 50 Tumis tempe Tempe 1 ptg 40 Kacang panjang 2 sdm 20 Wortel 2 sdm 20 Minyak kelapa 1 sdt 5 Jus alpukat Alpukat 1 ptg 75 Madu 1 sdt 5 Air ½ gls 100 Selingan Getuk Getuk 1 bh 30 Kue lapis Kue lapis 1 ptg 50 Susu skim Susu skim 1 gls 200 Makan malam Nasi tim Nasi tim 1 prg 200 Rolade Daging ayam 1 ptg 50 Tahu 1 ptg 40 Sayur sop Kentang 3 sdm 30 Jamur 2 sdm 20 Wortel 2 sdm 20 Kol 2 sdm 20 Minyak kelapa 1 sdt 5 Jus apel Apel 1 ptg 100 Gula pasir 1 sdt 5
  • 18. 2. Edukasi dan Konseling Gizi Pelaksanaan Edukasi dan Konseling Gizi Hari, tanggal Rabu, 27 April 2022 Jam 10.00-11.00 WIB Tempat Ruang rawat inap pasien Topik Diet TETP untuk pasien infeksi HIV, TB dan anemia Tujuan - Memberikan edukasi terkait infeksi HIV-TB dengan anemia - Memberi pemahaman mengenai tatalaksana diet TETP untuk pasien infeksi HIV-TB - Menambah motivasi pasien dan keluarga agar mematuhi panduan diet yang telah disepakati Sasaran Pasien dan keluarga Waktu 1 jam Materi - Pengetahuan terkait HIV, TB dan anemia serta peranan gizi dalam menangani kondisi infeksi dan imunitas tubuh - Pengetahuan terkait tatalaksana diet TETP untuk pasien HIV-TB - Pengetahuan terkait kiat hidup sehat untuk pasien HIV-TB yakni mengenai pentingnya higiene & sanitasi; olahraga; ART; manajemen stress; dan penggunaan rokok. - Pemberian motivasi kepada keluarga pasien untuk memberikan dukungan emosional Metode Tatap muka Media Leaflet Evaluasi - Menguji secara lisan pasien terkait materi yang telah diberikan - Mengevaluasi kesanggupan pasien untuk mengusahakan memberikan diet yang mencukupi kebutuhan asupan pasien Air 1 gls 200 Selingan Susu skim Susu skim 1 gls 200 Martabak Martabak 1 ptg 40 Kandungan gizi Energi : 2488,6 kkal Protein: 87,7 g Lemak: 82,8 g Karbohidrat: 349,9 g
  • 19. - Evaluasi pribadi ahli gizi apakah sudah dapat mengidentifikasi masalah pemberian makan pada pasien dan memberikan solusi. 3. Koordinasi dengan Tenaga Kesehatan Pertemuan Pokok diskusi Solusi dan Implementasi Tenaga Terlibat 1 HIV, TB dan anemia Koordinasi terkait keselelarasan diagnosis medis dan gizi, memberikan edukasi kepada keluarga terkait penyakit infeksi yang dialami pasien Dokter 2 Pencatatan rekam medis, kondisi klinis dan perkembangan pasien Diskusi terkait uji/pengukuran oleh perawat yang disesuaikan dengan bab monitoring dan evaluasi yang dibuat oleh ahli gizi. Perawat 3 Interaksi obat dan makanan Koordinasi terkait interaksi antara makanan dan suplementasi/obat yang diterima pasien. Farmasi 4 Penyusunan jadwal makan dan materi edukasi gizi  Menyusun jumlah dan jadwal yang akan diberikan kepada pasien  Diskusi mengenai materi edukasi gizi yang perlu disampaikan kepada pasien dan keluarga. Ahli gizi VI. Perencanaan Monitoring – Evaluasi Gizi A. Asupan Makan (FH) Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan Target Pencapaian Asupan makanan Mengevaluasi % penghabisan asupan makanan yang disediakan RS setelah mengalami modifikasi diet  Visual comstock setiap pasien selesai mengonsumsi makanan  Recall 24 hours setiap hari 100% makanan yang disediakan RS setelah dimodifikasi dapat diterima dan dihabiskan oleh pasien
  • 20. B. Fisik/Klinis (PD) Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan Target Pencapaian Tanda vital: suhu tubuh, RR dan HR Memeriksa tanda vital pasien Pengukuran setiap hari secara berkala menggunakan alat ukur Tanda vital dalam keadaan normal Keluhan: sesak nafas, batuk, lemas, sempoyongan Mendata keluhan pasien Observasi langsung setiap hari Keluhan mereda/keadaan pasien membaik C. Biokimia (BD) Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan Target Pencapaian Hemoglobin Memeriksa nilai lab pasien Periksa ke laboratorium setiap minggu Nilai lab mendekati nilai normal Hematocrit MCV RDW Leukosit Eritrosit MCH Netrofil Limfosit Eosinofil Basofil LED D. Antropometri (AD) Indikator Evaluasi Metode Pelaksanaan Target Pencapaian BB Memantau dan memeriksa berat badan pasien Melakukan pengukuran menggunakan timbangan tiap minggu BB mendekati nilai normal atau minimal tidak terjadi penurunan BB yang tidak diinginkan
  • 21. TB Melakukan pengukuran tinggi badan pasien Menggunakan microtoise atau stadiometer Nilai TB yang akurat VII. Pembahasan Kasus Tn. D, seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan sesak setelah berjalan 5-10 langkah, rasa sempoyongan setelah aktivitas ringan dan batuk berdahak berwarna kuning kental. Pasien tampak kurus, tinggi dan lemas namun tetap dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Pasien didiagnosis medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia. Kemudian, pasien diskrining menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST) dengan tujuan mengeidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi, tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus tersebut salah satunya kelainan metabolik dan pasien dengan imunitas. Skrining MST digunakan karena dinilai cepat, mudah dan cocok untuk digunakan sesuai dengan kondisi pasien yang dirawat di rumah sakit. Kelebihan alat skrining ini adalah lebih efisien (waktu: 30 detik), pertanyaan lebih sederhana, nilai sensitivitas dan spesifisitas 93-95%, nilai keandalan 90-97%, dan tidak bergantung kepada nilai antropometri dan laboratorium. Kekurangan form tersebut yakni tidak bisa diterapkan pada pasien yang sulit berkomunikasi. Namun, diketahui bahwa pasien dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik sehingga tidak menjadi halangan.1 Hasil skor yang diperoleh adalah 2 (≥2), sehingga pasien dinyatakan berisiko malnutrisi dan memerlukan suatu proses asuhan gizi terstandar segera. Berdasarkan pengkajian client history (CH), diketahui bahwa Tn. D merupakan seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun memiliki keluhan yakni sesak setelah berjalan 5-10 langkah, sempoyongan setelah melakukan aktivitas ringan serta batuk berdahak berwarna kuning kental. Pasien didiagnosis medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu virus yang menyerang sistem imunitas. HIV dapat berkembang menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sindrom penyakit yang muncul
  • 22. karena melemahnya sistem kekebalan tubuh.7 HIV terbagi menjadi empat tahap yakni tahap pertama: infeksi, tahap kedua: asimptomatik, tahap ketigaL simptomatik dan tahap keempat: AIDS. Tahap infeksi, virus HIV mulai bereplikasi dalam tubuh, menyebabkan infeksi seperti flu, demam, ruam dan sakit tenggorokan. Tahap asimptomatik, tidak menunjukkan gejala luar, namun berlangsung selama 8-10 tahun. Tahap sipmtomatik, HIV berkembang menganggu sistem kekebalan tubuh menjadi rusak. Biasanya terjadi sariawan, penurunan BB, diare akut, TB, kelelahan yang muncul sebagai infeksi oportunistik. Tahap AIDS, terjadi peningkatan jumlah sel CD4+ dalam tubuh, yang menandakan bahwa sistem imun tubuh telah terganggu sehingga menyerang sel limfosit-T.8 Tuberculosis yakni penyakit infeksi paru menular yang disebabkan oleh mikrobakteri, terutama microbakterium tuberculosis. Penyebarannya terjadi melalui udara dengan waktu inkubasi sekitar 4-8 minggu. Bakteri tersebut didalam tubuh akan memproduksi sitokin, meningkatkan kadar gamma interferon, interlukin -10 dan interlukin -6 yang diikuti dengan peningkatan kadar kortisol, prolaktin, dan hormone thyroid dan menurunkan kadar testosterone dan dehidropiandrosteron. Efek dari ini kebutuhan energi tubuh meningkat. Gejala pada pasien TB dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut misal demam yang berlangsung lama dan terjadi pada malam hari disertai keringat malam, turun nafsu makan, perasaan lemah, batuk >3 minggu. Adapun gejala kronik tidak terlalu berbeda dengan akut yakni panas tidak terlalu tinggi namun hilang datang dan nafsu makan rendah. Kondisi tersebut yang menyebabkan asupan makan tidak adekuat sehingga terjadi status gizi kurang, dimana perlu diatasi segera mengingat rendahnya daya imun tubuh pasien.9 Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal. Anemia merupakan salah satu komplikasi hematologi yang sering terjadi pada pasien HIV dan merupakan faktor risiko independen kematian pada infeksi HIV.9 Anemia pada pasien dapat terjdi dikarenakan komplikasi metabolik atau pengobatan yang diterima.2 Gejala anemia antara lain lemas, sakit kepala, kepala pusing, mata
  • 23. berkunang, mudah mengantuk, sulit berkonsentrasi dan mudah lelah, Pasien diketahui diketahui berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, berpendidikan terakhir SD, tinggal sendiran. Dulu, pasien bekerja sebagai penjual nasi warteg, namun sekarang bekerja sebagai petani bawang. Selain itu, pasien merupakan perokok berat, namun telah berhenti 6 bulan lalu. Berdasarkan pengkajian food history (FH), diketahui bahwa total asupan energi yang dikonsumsi pasien dalam satu bulan terakhir, berdasarkan hasil analisis form SQ-FFQ yakni sejumlah 1441,7 kkal. Pola makan pasien yakni 2-3x/sehari. Adapun kebiasaan makan pasien antara lain konsumsi nasi 2-3x/hari @6-7 sdm; telur 1-2x/hari atau 4x/minggu @1 btr; tahu goreng/tahu bacem 2-3x/hari atau 4-5x/minggu @1 ptg; sop sayur bening, bayam, wortel, atau labu siam 3-4x/minggu @1 mgk; pepaya 1- 2x/minggu; dan pisang 5-6x/minggu @1 bh. Cairan yang dikonsumsi pasien biasanya air mineral ±1,5 liter, teh manis gula 1 sdm pada pagi dan sore hari atau saat makan serta terkadang juga mengonsumsi kopi saat makan. Pasien jarang mengonsumsi ikan, daging, buah-buahan melainkan lebih sering mengonsumsi tahu, tempe, telur dan sayuran yang dibeli diwarung. Pasien tidak memliki alergi terhadap makanan. Diketahui bahwa makanan yang dikonsumsi pasien tersebut tergolong kurang bervariasi. Pasien juga tergolong inadekuat edukasi mengenai zat gizi karena ia mengaku belum pernah mendapatkan edukasi/konseling gizi sebelumnya. Selain itu, pasien juga menerima medikasi berupa inj. Omeprazole, salbutamol, paracetamol, inj. Aminophilin, rifamdicin, INH (isoniazid), P2A (pyrazinamide), etambutol, inj. Ca gluconas, ambroxol, inj. MP 2x62,5, RL 16 tpm dan obat ARV. Medikasi tersebut diberikan untuk mengatasi asam lambung, masalah pernapasan, anti-TB, batu, suplemen kalsium, anti-inflamasi, cairan elektrolit IV dan obat untuk mengatasi HIV. Berdasarkan pengkajian anthropometry data (AD), diketahui bahwa panjang ulna pasien ±29 cm dan berat badan 49 kg. Kemudian, dihitung estimasi perkiraan tinggi badan menggunakan rumus Ilayperuma 10 , yakni 174 cm. Tidak dihitung IMT pasien, karena dinilai tidak akurat jika
  • 24. menggunakan TB estimasi. Pasien dikatakan kurang status gizi, dilihat dari perawakannya yang kurus tinggi. Status gizi yang buruk pada pasien HIV disebabkan karena asupan gizi yang kurang baik, adanya perubahan laju metabolisme tubuh, perubahan mekanisme kerja traktus digestivus, interaksi obat dengan zat gizi. Keadaan malnutrisi pada pasien HIV ini dapat menyebabkan turunnya imunitas, meningkatkan resiko untuk terkena infeksi oportunistik, dan mempengaruhi absorbsi obat ARV dalam tubuh. Tahap akhir dari keadaan malnutrisi ini adalah HIV wasting syndrome. Oleh karena itu, status gizi yang buruk pada pasien HIV dapat mempercepat progresivitas penyakit menjadi AIDS, mortalitas yang meningkat dan penurunan harapan hidup pasien dengan HIV.11 Berdasarkan pengkajian biochecmical data (BD), diketahui bahwa nilai ureum, MCV, RDW, leukosit, MCH, netrofil, dan LED tinggi. Tingginya MCV danMCH dapat menjadi tanda adanya kekurangan vitamin B6, B9, atau B12. Nilai RDW tinggi dapat berkaitan dengan anemia akibat inflamasi kronis. Tingginya nilai leukosit dan neutrofil dapat dikarenakan adanya infeksi yang sejalan dengan diagnosis medis pasien yaitu infeksi HIV dan TB Paru.2 LED menggambarkan komposisi plasma serta perbandingan eritrosit dan plasma. Nilai LED pasien tinggi karena pasien mengalami infeksi, terlebih nilai LED pasien yang lebih dari 100 mm/jam dihubungkan dengan kondisiinfeksi serius. Nilai Hb, Ht, eritrosit, limfosit, eosinofil, dan basofil rendah. Rendahnya nilai hemoglobin dan hematokrit menandakan anemia pada pasien. Penurunan hemoglobin selalu diikuti dengan penurunan hematokritdan sel darah merah. Limfosit, eosinofil, dan basofil rendah kemungkinan karena sel darah putih yang bekerja melawan infeksi bakteri adalah neutrofil. Eosinofil untuk gangguan alergi dan infeksi parasit, limfosit untukmelawan infeksi virus dan bakteri, dan basofil untuk melawan kelainan darah.4 Nilai GDS belum pasti DM.3 Berdasarkan pengkajian physical findings (PD), diketahui bahwa pasien dalam keadaan sadar, lemas dan berperawakan kurus tinggi. Pasien memiliki keluhan kardiovaskular-pulmonary yakni sesak jika berjalan 5-10 langkah, batuk berdahak berwarna kuning kental. Tanda vital pasien tinggi
  • 25. pada nadi, RR, suhu, sedangkan tekanan darahnya normal. Pasien dikatakan mengalami takikardia, takipnea dan demam. Tanda tersebut menandakan adanya infeksi pada tubuh pasien, yaitu HIV dan TB.4 Berdasarkan comparative standars (CS), diketahui bahwa pasien mengalami defisit tingkat berat untuk asupan energi (45,54%), protein (42,6%), lemak (28,4%), karbohidrat (52,8%) dan serat (22,78%). Asupan mikro dan cairan pasien juga secara umum tergolong defisit. Asupan makan berpengaruh bagi pasien kaitannya untuk mencegah malnutrisi dan wasting, mengembalikan dan mempertahankan berat badan ideal, meningkatkan kemampuan tubuh melawan berbagai infeksi oportunistik sepsis, meningkatkan efek obat-obatan dan memperbaiki serta meningkatkan kualitas hidup. Tanpa asupan makanan yang baik, stress metabolik akibat infeksi menimbulkan kehilangan berat badan dan rusaknya sel bagian tubuh organ vital.12,13 Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa diagnosis antara lain: o (NI 2.1) Inadequate Oral Intake (P) berkaitan dengan kondisi fisiologis yang menyebabkan peningkatan kebutuhan gizi dan defisit pengetahuan mengenai makanan dan gizi tentang asupan makanan/minuman oral yang tepat (E) ditandai dengan estimasi asupan yang kurang dari kebutuhan (energi 45,54%, protein 42,6%, lemak 28,44%, karbohidrat 52,78%) dan diagnosis medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia (S). o (NC 2.2) Altered Nutrition-Related Laboratory Values (P) berkaitan dengan respon inflamasi akibat penyakit infeksi (E) ditandai dengan nilai MCV (112,1 U), RDW (23,7%), leukosit (4,5x103 /uL), MCH (37,4pg/sel), netrofil (80,5%), dan LED 1 jam (> 140 mm/jam) tinggi; Hb (3,7g/dl), Ht (11%), eritrosit (0,99x106 /uL); suhu tubuh 38o C dan diagnosis medis B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia (S). Selanjutnya, dibuat suatu intervensi gizi untuk pasien. adapun tujuan intervensi gizi yakni memenuhi kebutuhan asupan zat gizi sesuai kebutuhan dan kemampuan pasien secara bertahap, minimal 80% dari kebutuhan total;
  • 26. mencegah terjadinya penurunan berat badan, melainkan meningkatkan berat badan pasien secara bertahap hingga mendekati BB normal; mengurangi progresivitas penyakit HIV/AIDS dan risiko komorbiditas; memperbaiki kondisi respon inflamasi sehingga nilai biokimia dan suhu tubuh pasien mendekati nilai normal; dan memberikan edukasi dan motivasi kepada pasien dan keluarga kaitannya dengan tatalaksana gizi HIV/AIDS, TB paru dan anemia. Preksripsi diet yang diberikan antara lain makanan diberikan dalam bentuk kombinasi lunak dan biasa dengan porsi kecil namun frekuensi sering (3x makan utama, 3x selingan); energi diberikan ditingkatkan karena adanya koreksi HIV symptomatic dan peningkatan suhu, yakni sejumlah 3100 kkal. Energi dapat diberikan secara bertahap dimulai dari pemenuhan 80%, 90% hingga 100% sesuai dengan kemampuan pasien; protein diberikan 2 g/KgBBI/hari atau sejumlah 112 g. Protein berasal dari sumber hewani maupun nabati. Hindari konsumsi sumber protein tidak matang misal telur mentah, telur setengah matang, sushi, daging matang; lemak diberikan 30% dari energi total atau sejumlah 103 g. Utamakan lemak kaya akan MCT (minyak kelapa, minyak inti kelapa sawit, produk kelapa, produk susu), asam lemak omega 3 dan 6 (minyak jagung, ikan salmon, ikan canola, minyak bunga matahari). Batasi asam lemak jenuh yakni <10% dari total kebutuhan kalori atau <31 gram; karbohidrat diberikan melalui sisa pemenuhan energi yakni 431 g. Gunakan karbohidrat kompleks, seperti nasi, ubi, singkong, talas, kentang, sereal dll; cairan diberikan 35-40 mL/kgBBI/hari atau 2195 mL; serat diberikan sesuai AKG 2019, yakni 36 g; vitamin diberikan sesuai AKG 2019, yakni vitamin A 650 RE; vitamin B12 4,0 µg; vitamin C 90 mg; vitamin D 15 µg; dan vitamin E 15 µg; mineral diberikan sesuai AKG 2019, yakni Zinc 11 mg; Fe 9 mg; Cu 900 µg; dan Ca 1000 mg. Selain itu, pasien juga diberikan beberapa anjuran makan antara lain pengolahan makanan dilakukan dengan cara merebus, mengukus dan menumis serta kurangi cara penggorengan; hindari konsumsi kopi, bahan makanan yang mengandung sorbitol untuk menghindari gerakan peristalktik yang tidak diinginkan dan diare; hindari konsumsi
  • 27. makanan mentah seperti telur mentah, daging atau makanan laut; hindari penggunaan bumbu pedas dan bumbu lain yang merangsang pencernaan; hindari konsumsi makanan bergas karena dapat mengganggu pernapasan, gerak otot diafragma serta meningkatkan dyspnea; batasi konsumsi makanan tinggi lemak dan natrium, misal cake, junk food, gorengan, ikan asin, telur asin dan makanan yang diawetkan lainnya; gunakan air matang/masak untuk minum dan memasak; cuci buah dan sayuran yang dikonsumsi secara menyeluruh; serta jaga higiene dan sanitasi makanan sejak mempersiapkan, mengolah hingga menyajikan makanan. Adapun rencana implementasi meliputi pemberian diet, edukasi dan konseling gizi serta koordinasi dengan tenaga kesehatan. Pemberian diet yakni diet TETP (tinggi energi tinggi protein), bentuk makanan kombinasi antara biasa dan lunak, rute makanan oral dengan porsi kecil dan frekuensi sering (3x makan utama, 3x selingan). Perencanan menu diet terbagi menjadi tiga tahap dengan %pemenuhan yakni 80%, 90% kemudian 100% disesuaikan dengan kondisi daya terima pasien. Rekomendasi menu yang diberikan telah disesuaikan dengan preskripsi diet sebelumnya. Menu utama untuk tahap pertama (80% dari total energi) terdiri dari sarapan yakni nasi tim, telur dadar, sayur bening dan smoothies strawberry. Makan siang yakni nasi tim, pepes ikan kembung, tumis tempe kacang panjang wortel dan jus alpukat. Makan malam yakni nasi tim, rolade ayam tahu, sayur sop dan jus apel. Selingan yang diberikan antara lain bubur sumsum, kue lapis, getuk, susu skim dan martabak manis. Selanjutnya, edukasi dan konseling gizi dilakukan terhadap pasien dan keluarga dengan topik berupa diet TETP untuk pasien infeksi HIV-TB. Tujuan sesi edukasi dan konseling gizi yakni memberikan edukasi terkait infeksi HIV-TB dengan anemia, memberi pemahaman mengenai tatalaksana diet TETP untuk pasien infeksi HIV-TB dan menambah motivasi pasien dan keluarga agar mematuhi panduan diet yang telah disepakati. Materi yang diberikan antara lain pengetahuan terkait HIV, TB dan anemia serta peranan gizi dalam menangani kondisi infeksi dan imunitas tubuh; pengetahuan terkait tatalaksana diet TETP untuk pasien
  • 28. HIV-TB; pengetahuan terkait kiat hidup sehat untuk pasien HIV-TB yakni mengenai pentingnya higiene & sanitasi; olahraga; ART; manajemen stress; dan penggunaan rokok; dan Pemberian motivasi kepada keluarga pasien untuk memberikan dukungan emosional. Metode yang dipilih adalah tatap muka dengan media berupa leaflet. Evaluasi dari sesi ini juga dilakukan untuk mengetahui kesanggupan dari keluarga pasien dalam mengimplementasikan kesepakatan diet. Koordinasi dengan tenaga kesehatan juga dilakukan bersama dokter kaitannya dengan Koordinasi terkait keselelarasan diagnosis medis dan gizi, memberikan edukasi kepada keluarga terkait penyakit infeksi yang dialami pasien; perawat kaitannya dengan pencatatan rekam medis, kondisi klinis dan perkembangan pasien; farmasi kaitannya dengan interaksi obat dan makanan; dan ahli gizi kaitannya dengan penyusunan jadwal makan dan materi edukasi gizi untuk keluarga pasien. Terakhir, yakni monitoring dan evaluasi. Aspek asupan makan, dipantau mengenai asupan makan pasien dengan target 100% makanan sediaan RS diterima dan dihabiskan oleh pasien melalui penilaian visual comstock dan Recall 24 hours setiap hari. Aspek fisik/klinis dipantau mengenai tanda vital dan keluhan pasien. Aspek biokimia dipantau mengenai nilai biokimia Hb, Ht, MCV, RDW, leukosit, eritrosit, MCH, netrofil, limfosit, eosinofil, basofil dan LED setiap minggunya di laboratorium agar mendekati nilai normal. Aspek antropometri, dipantau mengenai berat badan tinggi badan pasien. VIII. Penutup / Kesimpulan Tn. D, seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun mengalami keluhan sesak setelah berjalan 5-10 langkah, rasa sempoyongan setelah aktivitas ringan dan batuk berdahak berwarna kuning kental serta didiagnosis medis menderita B20 (HIV/AIDS), TB paru dan anemia. Pasien diskrining menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST) dengan skor = 2 (≥2), dinyatakan berisiko malnutrisi sehingga memerlukan PAGT segera. Setelah dikaji, diperoleh diagnosis gizi yakni inadequat oral intake dan altered- nutrition related laboratory values. Intervensi gizi yang diberikan pada
  • 29. pasien adalah diet TETP sesuai kondisi dan kemampuan pasien, edukasi dan konseling gizi, koordinasi dengan tim kesehatan lain. Monitoring dan evaluasi juga dilakukan terhadap aspek asupan makan, fisik/klinis, biokimia serta antropometri pasien.
  • 31.
  • 32. B. Daftar Bahan Penukar Makanan
  • 33.
  • 34. C. Perhitungan Antropometri 1. Estimasi tinggi badan berdasarkan panjang ulna Estimasi TB = 97,252 + 2,645 (ulna length) = 97,252 + 2,645 (29 cm) = 97,252 + 76,705 = 173,957 ≈ 174 cm 2. BBI BBI = (TB-100) ± 10%(TB-100) = (174-100) ± 10%(174-100) = 74 ± 7,4 = 66,6 kg ≈ 67 kg 3. BBI dengan BMI normal batas bawah BB = BMI ( TBxTB (m)) = 18,5 x 3.0276 = 56,01 kg ≈ 56 kg D. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi 6 1. Energi The Mifflin-St.Jeor REE = 5 + 10 (56) + 6,25 (TB) – 5 (U) + 5 = 5 + 10 (56 kg) + 6,25 (174 cm) – 5 (39) + 5 = 5 + 560 + 1087,5 – 195 + 5 = 1462,5 kkal Peningkatan REE pada pasien HIV symptomatic meningkat 20-50% REE HIV = (20% REE) + REE = (20% x 1462,5 kkal) + 1462,5 kkal = 292,5 + 1462,5 kkal = 1755 kkal Peningkatan suhu 1°C (Suhu pasien: 38°C), REE meningkat 13% REE suhu = (13% REE) + REE = (13% x 1755 kkal) + 1755 kkal =1983,15 kkal TEE = REE total x faktor aktivitas x faktor stress
  • 35. = 1983,15 kkal x 1,2 x 1,3 = 3093,714 kkal ≈ 3100 kkal 2. Protein Protein = 2 g/KgBBI = 2 g x 56 kg = 112 g atau 448 kkal 3. Lemak Lemak = 30% dari kebutuhan energi = 30% x 3100 kkal = 927 kkal atau 103 g 4. Karbohidrat Karbohidrat = Sisa pemenuhan energi = Total energi – (protein + lemak) = 3100 - (448 + 927 kkal) = 1725 kkal atau 431,25 g (KH rendah 56%) 5. Cairan Cairan = 35-40 mL/kgBBI = 35 x 56 = 1960 mL + 12% kenaikan suhu 1°C = 2195 mL
  • 36. E. Analisis Riwayat Kebiasaan Makan (SQ-FFQ) Nama Bahan Makanan Teknik pengolahan Frekuensi Konsumsi Porsi per kali makan Berat mentah (n) Rata-rata frek/hr (f) Rata-rata asupan gr/hari (n x f) (kebiasaan) Hari Minggu Bulan URT berat matang (g) grg tms rbs x/mgg x/hr x/bln x/hr grg tms rbs Nasi beras giling putih v 2-3x 6-7 sdm 97,5 39 2,5 97,5 PROTEIN HEWANI Telur ayam v 1-2x 4x 1 btr 60 48 0,86 41,14 PROTEIN NABATI Tahu v v 2-3x 4-5x 1 ptg 40 44 1,61 70,71 Tempe v 2-3x 4-5x 1 ptg 50 55 1,61 88,39 SAYURAN Bayam v 3-4x 1 mgkk 100 110 0,50 55,00 Gambas v 3-4x 1 mgkk 100 110 0,50 55,00 Wortel v 3-4x 1 mgkk 50 55 0,50 27,50 Seledri v 3-4x 1 mgkk 25 27,5 0,50 13,75 Labu siam v 3-4x 1 mgkk 50 55 0,50 27,50 BUAH-BUAHAN Pisang 5-6x 1 bh 100 0,79 78,57 Pepaya 1-2x 1 ptg 100 0,21 21,43 Jeruk 1x 1 ptg 100 0,14 14,29 SERBA SERBI Gula pasir 2x 1 sdm 15 2,00 30,00
  • 37. Nama Bahan Makanan Teknik pengolahan Frekuensi Konsumsi Porsi per kali makan Berat mentah (n) Rata-rata frek/hr (f) Rata-rata asupan gr/hari (n x f) (kebiasaan) Hari Minggu Bulan URT berat matang (g) grg tms rbs x/mgg x/hr x/bln x/hr grg tms rbs Minyak kelapa 13,31 1 13,31 CAIRAN Kopi 4-5x 1 gls 220 0,64 141,43 The 2x 1 gls 220 2,00 440,00 Air 1,5 L 1 1,5 L
  • 38. F. Hasil Analisis Riwayat Kebiasaan Makan (SQ-FFQ) ========================================================== ANALYSIS OF THE FOOD RECORD ====================================================================== Food Amount energy carbohydr. beras putih giling 97,5 g 351,9 kcal 77,5 g telur ayam 41,14 g 63,8 kcal 0,5 g tahu 70,71 g 53,7 kcal 1,3 g tempe kedele murni 88,39 g 176,0 kcal 15,0 g bayam segar 55 g 20,4 kcal 4,0 g gambas / oyong mentah 55 g 11,0 kcal 2,4 g Carrot fresh 27,5 g 7,1 kcal 1,3 g seledri 13,75 g 1,8 kcal 0,3 g labu siam mentah 27,5 g 5,5 kcal 1,2 g pisang ambon 78,57 g 72,3 kcal 18,4 g pepaya 21,43 g 8,3 kcal 2,1 g jeruk manis 14,29 g 6,7 kcal 1,7 g gula pasir 30 g 116,1 kcal 30,0 g minyak kelapa sawit 13,31 g 114,7 kcal 0,0 g kopi (powder) 141,4 g 182,5 kcal 36,5 g teh 440 g 219,8 kcal 44,0 g Drinking water 1500 g 0,0 kcal 0,0 g Meal analysis: energy 1411,7 kcal (100 %), carbohydrate 236,1 g (100 %) ====================================================================== RESULT ====================================================================== Nutrient content analysed value recommended value/day percentage fulfillment energy 1411,7 kcal 2036,3 kcal 69 %
  • 39. protein 47,7 g(14%) 60,1 g(12 %) 79 % fat 29,3 g(18%) 69,1 g(< 30 %) 42 % carbohydr. 236,1 g(68%) 290,7 g(> 55 %) 81 % dietary fiber 8,2 g 30,0 g 27 % zinc 6,1 mg 7,0 mg 88 % iron 19,3 mg 15,0 mg 129 % copper 4,8 mg 1,3 mg 383 % calcium 1143,0 mg 1000,0 mg 114 % Vit. A 1527,7 µg 800,0 µg 191 % Vit. B12 0,8 µg 3,0 µg 27 % Vit. C 53,5 mg 100,0 mg 54 % Vit. D 0,4 µg 5,0 µg 8 % Vit. E (eq.) 2,6 mg 12,0 mg 22 % G. Hasil Analisis Rekomendasi Menu =================================================================== Analysis of the food record =================================================================== Food Amount energycarboh ydr. ___________________________________________________________________________ ___ Sarapan nasi tim 200 g 234.2 kcal 51.4 g telur ayam 54 g 83.8 kcal 0.6 g minyak kelapa 5 g 43.1 kcal 0.0 g bayam segar 20 g 7.4 kcal 1.5 g jagung kuning segar 30 g 32.4 kcal 7.5 g Carrot fresh 20 g 5.2 kcal 1.0 g Strawberry fresh 100 g 32.0 kcal 5.5 g susu skim / tak berlemak cair 150 g 52.3 kcal 7.4 g Meal analysis: energy 490.4 kcal (20 %), carbohydrate 74.8 g (21 %) Selingan bubur tepung beras merah 150 g 109.3 kcal
  • 40. 24.0 g gula merah tebu belum dimurnikan 35 g 131.6 kcal 34.1 g kue lapis legit 25 g 100.7 kcal 11.1 g Meal analysis: energy 341.7 kcal (14 %), carbohydrate 69.1 g (20 %) Makan siang nasi tim 200 g 234.2 kcal 51.4 g ikan kembung 50 g 56.0 kcal 0.0 g tempe kedele murni 40 g 79.6 kcal 6.8 g kacang panjang mentah 20 g 7.0 kcal 1.6 g Carrot fresh cooked 20 g 4.2 kcal 0.7 g minyak kelapa 5 g 43.1 kcal 0.0 g Avocado fresh 75 g 162.9 kcal 0.3 g madu 5 g 15.2 kcal 4.1 g Drinking water 100 g 0.0 kcal 0.0 g Meal analysis: energy 602.3 kcal (24 %), carbohydrate 64.9 g (19 %) Selingan getuk 30 g 55.5 kcal 12.3 g kue lapis 50 g 201.5 kcal 22.1 g susu skim / tak berlemak cair 200 g 69.8 kcal 9.8 g Meal analysis: energy 326.8 kcal (13 %), carbohydrate 44.2 g (13 %) Makan malam nasi tim 200 g 234.2 kcal 51.4 g daging ayam 50 g 142.4 kcal 0.0 g tahu 40 g 30.4 kcal 0.8 g kentang 30 g 27.9 kcal 6.5 g jamur kuping segar 20 g 5.4 kcal 1.0 g Carrot fresh cooked 20 g 4.2 kcal 0.7 g Chinese cabbage fresh 20 g 2.7 kcal 0.2 g
  • 41. minyak kelapa 5 g 43.1 kcal 0.0 g apel 100 g 59.0 kcal 15.3 g gula pasir 5 g 19.3 kcal 5.0 g Drinking water 200 g 0.0 kcal 0.0 g Meal analysis: energy 568.8 kcal (23 %), carbohydrate 80.9 g (23 %) Selingan susu skim / tak berlemak cair 200 g 69.8 kcal 9.8 g martabak manis 40 g 88.8 kcal 6.1 g Meal analysis: energy 158.6 kcal (6 %), carbohydrate 15.9 g (5 %) =================================================================== Result =================================================================== Nutrient analysed recommended percentage content value value/day fulfillment ___________________________________________________________________________ energy 2488.6 kcal 2036.3 kcal 122 % protein 87.7 g(14%) 60.1 g(12 %) 146 % carbohydr. 349.9 g(57%) 290.7 g(> 55 %) 120 % fat 82.8 g(29%) 69.1 g(< 30 %) 120 % dietary fiber 16.5 g 30.0 g 55 % water 514.8 g 2700.0 g 19 % Vit. A 1217.9 µg 800.0 µg 152 % Vit. C 117.3 mg 100.0 mg 117 % Vit. D 6.9 µg 5.0 µg 139 % Vit. E (eq.) 6.5 mg 12.0 mg 54 % Vit. E 1.4 mg - - Vit. B1 0.9 mg 1.0 mg 92 % Vit. B2 1.9 mg 1.2 mg 159 % niacineequiv. 2.3 mg 13.0 mg 18 % sodium 516.4 mg 2000.0 mg 26 % niacine 15.3 mg - - pantoth. acid 8.7 mg 6.0 mg 144 % Vit. B6 2.0 mg 1.2 mg 167 % biotine 14.1 µg 45.0 µg 31 % Vit. B12 3.9 µg 3.0 µg 130 % tot. fol.acid 230.2 µg 400.0 µg 58 % zinc 10.0 mg 7.0 mg 142 % potassium 3138.6 mg 3500.0 mg 90 % glucose 3.1 g - - fluorine 90.8 µg 3.0 µg 3027 % magnesium 383.2 mg 310.0 mg 124 % manganese 4.2 mg 3.5 mg 120 % phosphorus 1471.4 mg 700.0 mg 210 % copper 1.6 mg 1.3 mg 129 % Vit. K 98.8 µg 60.0 µg 165 % iron 12.2 mg 15.0 mg 82 %
  • 42. calcium 1028.4 mg 1000.0 mg 103 % cholesterol 409.5 mg - - sat. FA 27.0 g - - iodine 17.5 µg 200.0 µg 9 % m.uns.f.acids 27.7 g - - PUFA 22.1 g 10.0 g 221 % Caffeine 0.0 mg - - short FA 0.0 g - - middle FA 0.0 g - - long FA 17.3 g - - purine N 20.1 mg - - sucrose 69.0 g - - NaCl 0.1 g - -
  • 43. DAFTAR PUSTAKA 1. Herawati, Herawati; Sarwiyata, Triwahyu; Alamsyah, Arief. Metode Skrining Gizi di Rumah Sakit dengan MST Lebih Efektif dibandingkan SGA. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 2014, 28.1: 68-71. 2. Mahan LK, Raymond JL, et al. Krause’s Food & The Nutrition Care Process, Fourteenth Edition. Missouri: Elsevier, 2017. 3. Soelistijo S, dkk. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015. Indonesia: PB Perkeni. 2015. 4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Interpretasi Data Klinik.Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2011. 5. Nelms MN, et al. Nutrition Therapy and Pathophysiology. 3rd edition. USA: Cengage Learning. 2016. 6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV.Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2019. 7. Jiang H, Xie N, Cao B, et al. Determinants of Progression to AIDS and Death Following HIV Diagnosis: A Retrospective Cohort Study in Wuhan, China. PlosONE. 2013; 8(12):1-11. 8. Adiningsih, Setyo, Widiyanti W. Resiko Malnutrisi Terhadap Jumlah CD4 Orang dengan HIV/AIDS yang Menjalani Terapi Antiretroviral Di Mimika. J Kedokt Brawijaya. 2018;30(1):41–6. 9. Nuraini, Ngadiarti I, dan Moviana Y. Dietetika Penyakit Infeksi. Indonesia: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. 10. Ilayperuma, I., Nanayakkara, G., & Palahepitiya, N. A Model for the Estimation of Personal Stature from the Length of Forearm. Int J Morphol, 2010:28(4), 1081-1086. 11. Kurniawati, Ninuk Dian, Et Al. Pentingnya Nutrisi Bagi Orang dengan HIV/AIDS-The Importance of Nutrition for People with HIV/AIDS. Surabaya: Universitas Airlangga. 2021. 12. Friis H. Micronutrient interventions and HIV Infection: A Review of Current Evidence. Trop Med Int Health 2006;11(12):1849-57.
  • 44. 13. Over M. The Macroeconomic Impact of AIDS in Sub-Saharan Africa, Population and Human Resources Department. [series online] 1992 [cited 2022 April 26]. Available from: URL: http.//id.wikipedia.org/wiki/ AIDS#citee_note-WBank-166.