Tawuran nama lain dari konflik yang banyak terjadi di DKI Jakarta dan di seluruh Indonesia.
Tawuran bisa diatasi, asal pemerintah berusaha memecahkan akar yang menimbulkan konflik.
4. Pengantar
Pencegahan adalah kata yang sering diucapkan
berbagai pihak. Bahkan ada ungkapan “lebih baik
mencegah daripada mengobati”. Pencegahan
merupakan kata benda yang berasal dari kata kerja
“cegah” yaitu proses, cara, perbuatan
mencegah, penegahan dan penolakan.
Pencegahan atau cegah bisa bermakna membantu
mencegah, menghambat, menahan, mengelakkan,
protektif.
5. Dari pengertian cegah atau pencegahan, dapat dikemukakan
bahwa dalam konteks sosial sangat relevan menggunakan
“pencegahan atau cegah” terhadap berbagai fenomena sosial
yang terjadi di DKI Jakarta, khususnya masalah tawuran yang
sering terjadi di masyarakat, yang telah menganggu
ketenangan dan kedamaian masyarakat.
Pengertian Tawuran
Tawuran atau Tubir adalah istilah yang sering digunakan
masyarakat Indonesia ketika terjadi perkelahian antar
pelajar, antar warga dan kelompk masyarakat yang pada
umumnya terjadi di kota-kota besar.
Tawuran sudah hampir menjadi budaya, karena setiap
kesempatan para siswa, warga dan kelompok masyarakat
terlibat perkelahian. Sebagai contoh yang paling
mutakhir, para siswa SMA di Jakarta yang baru usai ujian
nasional (UN) 18 April 2013, terlibat tawuran dengan
membawa berbagai peralatan tajam. Untung saja polisi
cukup sikap, sehingga tawuran tidak meluas.
7. Tawuran atau tawur bisa bermakna keributan,
kericuhan, kerusuhan dan perkelahian.
Dari kata sinonim tawuran diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa “tawuran” dan lain dari itu
merupakan fenomena sosial yang sudah menjadi
momok karena hampir setiap hari terjadi di DKI
Jakarta dan seluruh Indonesia, yaitu perkelahian
antar pelajar, mahasiswa, antar warga dan
kelompok besar dalam masyarakat, sehingga
merusak ketenangan dan kedamaian masyarakat.
9. Penyebab Tawuran
Penyebab tawuran pelajar, antar warga dan kelompok besar
masyarakat, setidaknya disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
1. Faktor keluarga
Keluarga yang kurang harmonis berdampak buruk pada anak.
Setelah besar, seorang anak kemudian mempraktikkan kebiasaan
buruk di dalam keluarga dalam pergaulan dengan teman-teman dan
lingkungan sosial. Seorang anak yang lahir dari lingkungan keluarga
kurang baik, sering terlibat perkelahian dengan temannya, kemudian
melibatkan kelompok yang lebih besar karena ada solidaritas
kelompok.
Setelah bersekolah, seorang pelajar dari kalangan keluarga tidak
harmonis dan kurang mengamalkan ajaran agama, secara langsung
maupun tidak langsung, selalu menginspirasi teman-temannya untuk
tawuran.
Plato pernah mengatakan bahwa “keluarga adalah miniatur Negara,
kalau keluarga baik, maka baiklah masyarakat dan Negara. Kalau
keluarga rusak maka rusaklah masyarakat dan Negara”.
11. 2. Faktor Sekolah
Sekolah dapat menjadi sarana pencegahan tawuran kalau
sekolah bisa dijadikan sebagai laboratorium untuk
pengembangan ilmu pengetahuan tempat persemaian anak
didik yang berakhlak mulia dan berprilaku baik. Untuk
mewujudkan hal itu, maka para guru, kepala sekolah harus
selalu memberikan pencerahan dan penyadaran kepada anak
didik selama mengikuti pendidikan di sekolah. Moto “tiada
hari tanpa pencerahan dan penyadaran” kepada anak didik,
bisa mencegah terjadinya tawuran antar pelajar dan antar
sekolah.
Fenomena yang menyedihkan, sekolah negeri yang dibiayai
oleh Negara dari uang rakyat, justeru menjadi pusat tawuran
pelajar. Sebaliknya di sekolah yang berbasis agama, yang
pada umumnya mandiri, menjadi contoh yang baik, karena
tidak ada tawuran.
13. 3. Faktor Lingkungan
Faktor lain yang mendorong maraknya tawuran
adalah lingkungan. Faktor lingkungan rumah
tangga, lingkungan pergaulan di masyarakat,
lingkungan sekolah yaitu masyarakat yang berada
disekitar sekolah dan kakak-kakak alumni yang
masih memiliki hubungan erat dengan adik-adiknya
di sekolah, sering menjadi faktor pendorong
terjadinya tawuran. Selain itu, sekolah yang
berdekatan sering terjadi tawuran karena
persaingan dan iri hati antara satu pelajar dengan
pelajar lain.
16. 4. Faktor Pacar
Masalah pacar seperti berebut pacar, saing-saingan pacar, ada
yang menggoda pacar satu sekolah, juga acapkali menimbulkan
tawuran yang kemudian bereskalasi menjadi tawuran antar
sekolah yang melibatkan massa yang besar karena solidaritas atas
sesama.
5. Faktor Geng
Hampir setiap sekolah terutama sekolah negeri memiliki geng
yang didirikan oleh kakak-kakak kelas, yang kemudian diwariskan
kepada adik-adiknya di sekolah. Proses pewarisan geng ini kepada
adik kelas sekaligus menanamkan budaya geng yang harus ditaati
dan dilaksanakan telah menjadikan sekolah sebagai pusat tawuran
dan bullying. Mereka yang sudah telanjur menjadi anggota
geng, tidak berani mengundurkan diri, karena takut mendapat
perlakukan kasar dan membahayakan jiwa mereka.
Pengaruh alumni dari geng suatu sekolah sangat kuat, sehingga
kekerasan seolah menjadi budaya yang sulit dihapus.
18. 5. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga acapkali menjadi faktor yang
menyebabkan terjadinya tawuran. Kesenjangan
ekonomi antar pelajar, dan persaingan antar
sesama, menyebabkan sering terjadi tawuran di
kalangan pelajar dan masyarakat.
Faktor ekonomi, bahkan bisa menimbulkan eskalasi
tawuran yang bersifat massive seperti yang terjadi
pada tahun 1998 menjelang runtuhnya rezim Orde
Baru yang turut menjadi penyebab Presiden
Soeharto terpaksa mengundurkan diri sebagai
Presiden RI.
20. Cara Mencegah Tawuran
Sebagaimana dikemukakan bahwa mencegah lebih daripada mengobati.
Masalahnya bagaimana mencegah supaya tawuran tidak terjadi atau
setidak-tidaknya mengurungai frekuensi tawuran.
1. Ajarkan Cinta dan Penghayatan Ajaran Agama di Rumah
Sumber utama timbulnya tawuran dan segala macam kejahatan bermula
dari keluarga. Keluarga yang baik, dimana ajaran agama dipahami dan
diamalkan dengan baik, hampir tidak pernah kedengaran menimbulkan
masalah dalam keluarga, di sekolah, di masyarakat dan bahkan dalam
Negara.
Oleh karena itu, pendidikan dini terhadap anak-anak merupakan kunci
untuk mencegah segala macam tawuran dan perbuatan tidak benar di
dalam masyarakat, bangsa dan Negara.
Sejak dini harus ditanamkan cinta kepada anak-anak untuk mencintai Allah
sebagai Pencipta semesta alam, cinta kepada kedua orang, dan cinta kepada
sesama. Dalam rangka mewujudkan cinta, orang tua harus selalu
mengajarkan dan memberi contoh untuk selalu mendoakan kedua orang
tua, mempraktikkan akhlak mulia serta bersyukur atas segala pemberian
Tuhan kepada manusia.
22. 2. Jadikan Sekolah Pusat Pembinaan Generasi Muda
Sekolah memiliki fungsi, peran dan tugas mulia, tidak hanya
mendidik anak-anak didik supaya menjadi cerdas dan
berilmu, tetapi juga memiliki akhlak mulia, cinta kepada Allah
sebagai Sang Pencipta, kepada kedua orang tua, guru,
karyawan dan teman-teman sekolah di dalam dan di luar
sekolah.
Oleh karena itu, sekolah harus dijadikan sebagai laboratorium
pembinaan generasi muda. Kesalahan dan kelemahan selama
ini, karena sekolah hanya dijadikan sebagai tempat
pembelajaran bukan sebagai pusat pendidikan yang
mengajarkan ilmu pengetahuan dan bagaimana hidup yang
benar dengan penuh taburan cinta kepada Allah, kepada
kedua orang tua, para guru, karyawan dan teman-teman satu
sekolah dan di berbagai sekolah yang tengah menimbah ilmu
pengetahuan dan ilmu kehidupan.
Dengan menjadikan sekolah sebagai pusat pembinaan
generasi muda, maka berarti kita telah mencegah terjadinya
tawuran di masa datang.
24. 3. Pandu Anak-anak Memilih Teman Bergaul
Lingkungan pergaulan turut menentukan perilaku
dan akhlak seorang anak. Orang tua suka tidak suka
dan mau tidak mau, harus memandu dan
mengarahkan anak-anaknya supaya bergaul dengan
anak-anak dari keluarga yang baik-baik, dalam arti
mengamalkan ajaran agama, cinta kasih kepada
Allah, kedua orang tua, dan sesama manusia.
Orang tua harus tegas melarang anak-anaknya
untuk bergaul dengan sembarang orang, kalau tidak
ingin anaknya terjerembab ke lembaga kejahatan
termasuk tawuran.
26. 4. Lakukan Penyuluhan Berkesinambungan
Manusia memiliki kelemahan yaitu suka lengah, lupa, malas, puas
diri, dan merasa tidak tepat terus-menerus menjadi orang baik.
Maka tidak ada orang yang selamanya baik, dan tidak ada orang
yang selamanya tidak baik.
Untuk mencegah supaya manusia tidak selalu tidak baik, maka
diperlukan penyuluhan yang berkesimbangungan. Penyuluhan
sebagai sarana pencerahan, penyadaran dan tukar-menukar
pandangan dan pikiran sangat diperlukan, agar manusia kembali
sadar (eling) dan waspada.
Penyuluhan kepada anak-anak didik dan generasi muda
(pemuda), semakin diperlukan karena mereka sedang
menghadapi goncangan psikologis karena mengalami pubersitas,
depresi karena khawatir terhadap masa depan, galau karena
sedang jatuh cinta, stress menghadapi banyak mata pelajaran, dan
berbagai persoalan yang tidak mudah dipecahkan.
Menghadapi banyak persoalan, penyluhan kepada mereka amat
diperlukan untuk menanamkan dan menumbuhkan kembali spirit
dan harapan baru.
29. 5. Ajak Dialog dan Beri Ruang Apresiasi
Menghadapi anak-anak dan generasi muda, tidak lagi cocok
dengan system komando, perintah dan menekan. Karena
telah terjadi perubahan sosial yang luar biasa akibat
perkembangan telekomunikasi yang sangat maju, sehingga
anak-anak sejak kecil sudah melakukan hubungan sosial
dengan berbagai kalangan melalui dunia maya.
Untuk mendekati anak-anak dan generasi muda termasuk
untuk mencegah terjadinya tawuran, tidak punya pilihan
kecuali sering menggelar dialog untuk mendengar apa
maunya mereka.
Selain itu, untuk mencegah tawuran, anak-anak muda
terutama pelajar dan siswa, harus diberi apresiasi, sarana
prasarana dan dana supaya mereka bisa mengekspresikan
bakat dan minat. Dengan adanya berbagai kesibukan, maka
mereka tidak punya waktu untuk tawuran.
32. Kesimpulan
Mencegah tawuran lebih baik daripada mengatasi tawuran. Untuk
bisa mencegah terjadinya tawuran, maka berbagai penyebab
tawuran seperti rumah tangga yang bobrok dan tidak harmonis,
sekolah yang tidak menjadi pusat pencerahan, penyadaran,
pembinaan dan pembentukan manusia terdidik dan berakhlak
mulia yang mencintai Allah, kedua orang tua, para guru, karyawan
dan masyarakat, harus menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi
pemerintah DKI Jakarta, dan seluruh masyarakat untuk dibenahi.
Selain itu, faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya
tawuran harus mendapat perhatian, dengan memandu dan
mengarahkan para remaja dan generasi muda serta setiap orang
supaya tidak bergaul dengan orang yang tidak baik dan rusak
akhlaknya. Pengawasan kepada mereka diperlukan dalam rangka
melindungi mereka agar tidak terkontaminasi dengan berbagai
prilaku dan akhlak yang bejad.
33. Oleh karena kesadaran setiap orang terlebih lagi para remaja
dan kaum muda, selalu berubah sesuai dengan kondisi dan
lingkungan, maka sangat penting adanya penyuluhan yang
terus-menerus dan berkesinambungan. Disamping itu, para
remaja dan generasi muda, harus diberi apresiasi dan
dorongan untuk berprestasi sesuai bidang yang diminati
dengan menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan.
Dengan memberi peluang dan kesempatan untuk melakukan
berbagai aktivitas yang positif dan konstruktif, maka energy
berlebih yang dimiliki para remaja dan kaum muda, tersalur
secara baik, sehingga potensi untuk melakukan tawuran dan
segala macam bentuk kejahatan, insya Allah akan berkurang
dan pada akhirnya akan lenyap.
-----------------------------------------------------------------
* Tulisan ini adalah makalah singkat untuk dipresentasikan
dihadapan para tokoh masyarakat, pimpinan Ormas dan
LSM, dalam Program Kesbangpol Jakarta Selatan tentang
Pencegahan Tawuran , pada 22 April 2013, di Puncak, Bogor
Jawa Barat.