Dokumen tersebut membahas pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis. Terdapat makrofauna seperti semut yang berperan sebagai pendekomposer dan memperbaiki struktur tanah. Juga terdapat perakaran tanaman yang dalam dan vegetasi berupa rumput dan tanaman tahunan yang dapat mencegah erosi tanah. Secara keseluruhan kondisi biologis tanah terlihat sehat.
1. Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
A. Kualitas Tanah
Secara umum kualitas tanah (soil quality) didefenisikan sebagai kapasitas tanah
untuk berfungsi dalam suatu ekosistem dalam hubungannya dengan daya dukungnya
terhadap tanaman dan hewan, pencegahan erosi dan pengurangan terjadinya pengaruh
negatif terhadap sumberdaya air dan udara (Karlen et al., 1997).
Indikator kualitas tanah adalah sifat fisika, kimia dan biologi serta proses dan
karakteristik yang dapat diukur untuk memantau berbagai perubahan dalam tanah
(USDA, 1996). Secara lebih spesifik Doran dan Parkin (1994) menyatakan bahwa
indikator kualitas tanah harus memenuhi kriteria:
a. Berkorelasi baik dengan berbagai proses ekosistem dan berorientasi modeling
b. Mengintegrasikan berbagai sifat dan proses kimia, fisika dan biologi tanah.
c. Mudah diaplikasikan pada berbagai kondisi lapang dan dapat diakses oleh para
pengguna.
d. Peka terhadap variasi pengelolaan dan iklim (terutama untuk menilai kualitas tanah
yang bersifat dinamis).
e. Sedapat mungkin merupakan komponen basis tanah.
Selama ini evaluasi terhadap kualitas tanah lebih difokuskan terhadap sifat fisika
dan kimia tanah karena metode pengukuran yang sederhana dari parameter tersebut
relatif tersedia (Larson and Pierce, 1991). Akhir-akhir ini telah disepakati bahwa sifat-
sifat biologi dan biokimia dapat lebih cepat teridentifikasi dan merupakan indikator yang
sensitif dari kerusakan agroekosistem atau perubahan produktivitas tanah (Kenedy and
Pependick, 1995).
Sifat biologi tanah yang menjadi indikator kesehatan tanah adalah adanya fauna
tanah. Fauna tanah terbagi atas tiga, yaitu mikro fauna, meso fauna, dan makro fauna.
Adapun pengertian dari ketiganya adalah :
Mikro fauna
Mikro fauna adalah hewan tanah yang berukuran sangat kecil yaitu kurang dari 0,2
mm. Mikro fauna terdiri dari: (a) Protozoa, seperti: amoeba, flagelata, dan ciliata,
dan (b) Nematoda, seperti: omnivorous dan Predaceus.
Meso fauna
2. Meso fauna adalah semua hewan tanah yang berukuran lebih kecil berkisar antara 0,2
mm s/d 10 mm, sehingga dapat dilihat jelas dengan bantuan kaca pembesar. Makro
fauna tanah terdiri dari: Collembola, Acari, Enchytraeida, Protura, Diplura,
Paraupoda, dll.
Makro fauna
Makro fauna adalah semua hewan tanah yang dapat dilihat langsung dengan mata
tanpa bantuan mikroskop dan berukuran lebih dari 10 mm. Makro fauna tanah terdiri
dari:
(a) hewan-hewan besar pelubang tanah seperti: tikus dan kelinci,
(b) cacing tanah,
(c) Arthropoda, meliputi: Crustacea (kepiting tanah dan udang tanah), Chilopoda
(kelabang), Diplopoda (kaki seribu), Arachnida (lebah, kutu, dan kalajengking) dan
Insekta (belalang, jangkrik, semut, dan rayap),
(d) Moluska.
Pada umunya hewan yang menjadi indikator kesuburan tanah adalah cacing. Hal tersebut
dikarenakan cacing tanah mempunyai peranan penting dalam pembentukan makropori tanah
melalui lubang tanah yang ditinggalkan dan penghancuran mineral serta bahan organik. Secara
fungsional cacing tanah berperan sebagai decomposer dan “ecosystem engineer” dan
berdasarkan tempat tinggalnya dikelompokan menjadi anesik dan endogeik. Cacing tanah
membentuk rongga tanah dan meninggalkan kotoran akan meningkatkan produktivitas tanah
dengan pencampuran lapisan tanah yang bagian atas, mendistribusikan unsur hara,
mengakibatkan infitrasi air permukaan lahan meningkat (FAO, 2009).
B. Hasil Pengamatan
Lokasi pengambilan sample terletak di Fakultas Peternakan Unpad. Dari sample tanah
yang didapat antara lain :
1. Terdapat makro fauna berupa semut
Semut hewan tanah yang berperan penting dalam perombakan bahan organik. Semut
memakan sisa-sisa organisme yang mati dan membusuk. Pada umumnya
perombakan bahan-bahan organik dalam saluran pencernaan dibantu oleh berbagai
enzim pencernaan yang dihasilkan oleh mesenteron dan organisme yang secara tetap
bersimbiosis dengan pencernaannya.
3. Semut merupakan makrofauna yang mempunyai peran sebagai pendekomposer
bahan organik, predator, dan hama tanaman. Semut juga dapat berperan sebagai
ecosystem engineers yang berperan dalam memperbaiki struktur tanah dan aerasi
tanah. Kelimpahan semut yang tertinggi biasanya terdapat pada lapisan seresah lebih
tinggi. Hal ini dikarenakan semut lebih menyukai tanah dengan bahan organik yang
tinggi dibandingkan dengan bahan organik yang rendah.
Petal (1998) menyatakan bahwa koloni semut dapat menurunkan berat isi tanah
sampai 21-30 % dan kelembaban tanah 2-17 %, serta meningkatkan mikroflora dan
aktivitas enzim tanah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada sarang semut mempunyai
kandungan bahan organik dengan kandungan N total lebih tinggi dibandingkan tanah
disekitarnya. Akumulasi bahan organik dari sisa makanan dan metabolisme akan
meningkatkan aktivitas mikroorganisme dan enzim tanah sehingga pergerakannya
akan mempengaruhi struktur dan aerasi tanah.
2. Perakaran tanaman dalam
Perakaran yang dalam berupa akar tunggang yang memiliki akar primer besar dan
akar lateral yang relatif lebih kecil. Akar berukuran panjang sehingga dapat berfungsi
untuk membantu dalam konservasi air. Adanya penyimpanan cadangan air dapat
membantu terjaganya keseimbangan air dalam tanah.
3. Jenis vegetasi adalah rumput dan tanaman tahunan.
Adanya rumput dan tanaman tahunan dapat membantu untuk mengurangi erosi,
terutama splash erotion, yang ada. Tetesan air yang jatuh akan mengenai tanaman
tahunan terlebih dahulu sehingga kecepatan air menjadi berkurang. Selanjutnya,
butiran air akan mengenai rumput dan kecepatan air akan semakin berkurang. Dengan
demikian tetesan air hujan tidak akan membuat agregat tanah terlepas.
Berdasarkan hal tersebut dinyatakan bahwa tanah berada dalam kondisi yang sehat secara visual
(kondisi biologisnya).
4. Referensi
http://jurnal.umk.ac.id/mawas/2010/desember/POTENSI%20CACING%20TANAH%20SEBAG
AI%20BIOINDIKATOR.pdf (diakses pada 22 September 2011)
http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2010/12/dasar-dasar-ilmu-tanah-21-dari-25.html (diakses
pada 22 September 2011)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19912/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada 22
September 2011)
Maftu‟ah, E., Arisoesilaningsih, E. dan Handayanto. E,. 2001. Potensi diversitas makrofauna
tanah sebagai indicator kualitas tanah pada beberapa penggunaan lahan. Makalah Seminar
Nasional Biologi 2. ITS. Surabaya.
5. Tugas Paper Kualitas Tanah
„Pengamatan Kualitas Tanah Secara Biologis‟
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kualitas Tanah
Kelompok 5
Andrino Alif 150110080008
M. Firli Magribi 150110080123
Dena Heldira 150110080177
Wulan Feitriani 150110080191
Rizky .H. Rahmannia 150110080211
Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
2011