SlideShare a Scribd company logo
Seri Buku Ajar

MANAJEMEN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT ISLAM (PMI)
Diterbitkan pertama kali di Ciputat, Indonesia, pada 2013
UIN Jakarta Press
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Djuanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan
Banten 15412 Indonesia
Telepon (021) 7401925. Faks. (021) 7402982
Website: www.uinjkt.ac.id
E-mail: uinjakartapress@uinjkt.ac.id
@ 2013 Muhtadi & Tantan Hermansah
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit.
MANAJEMEN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI)
Penulis: Muhtadi & Tantan Hermansah
Desain sampul/Tata letak: Ahmad Jajuli
KATA PENGANTAR
ALHAMDULILLAH, PUJI syukur kita sampaikan ke hadirat Allah
SWT, atas izin dan kehendak-Nya bahwa penulisan buku ajar
dengan judul Manajemen Pengembangan Masyarakat dapat
diselesaikan.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Manajemen Pengem­
bangan Masyarakat Islam (PMI) merupakan mata kuliah pokok
di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunkasi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarifhidayatullah, Jakarta. Dimana Manajemen PMI, mata
kuliah yang diperlukan dalam memperkuat kapasitas dan
kompetensi mahasiswa dalam pengelolaan pengembangan
masyarakat Islam tersebut.
Adapun tujuan dari mata kuliah ini adalah; Pertama,
Mem­erikan pengetahuan dan pengertian tentang manaje­
b
men pengembangan masyarakat Islam, tahapan dan unsur
manajemen PMI. Kedua, memahami mengenai Desiminasi,
koordinasi, pendekatan/peran tokoh masyarakat, kepemim­
pinan situasional dalam pengembangan masyarakat; ketiga,
memberikan pengetahuan tentang manajemen konflik,
manajemen organisasi nirlaba, manajemen pemasaran sosial,
manajemen perubahan dan peran-peran fasilitator dalam
pengembangan masyarakat Islam.
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

iii
Dimana hal-hal di atas, merupakan pengetahuan dan
wawasan bahkan skill yang sangat diperlukan dalam
manajemen dan pengelolaan untuk kegiatan dan program
yang dilaksanakan di masyarakat. Mahasiswa sebagai dai yang
berperan dalam memfasilitasi pengembangan masyarakat
Islam melalui dakwah bil hal pada tingkat operasionalisasi di
lapangan dimana hal-hal di atas dapat ditemukan dan dicarikan
solusi dalam rangka memajukan masyarakat tersebut.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada pimpinan dan pegawai UIN Press yang
telah memberikan kesempatan untuk menulis buku ajar
tentang Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam. Semoga
kebaikannya dibalas oleh Allah SWT dan kita semua dapat
memajukan bangsa ini melalui karya-karya yang kreatif, cerdas
dan inovatif untuk membangun peradaban yang gemilang.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah
membantu kelancaran penulisan buku ajar ini.
Akhirnya, kami berdua menyakini ada banyak kekurangan
dengan buku ini, untuk itu kritik dan masukan yang konstruktif
sangat diharapkan agar buku ini menjadi lebih baik lagi. Semoga
buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pamulang-Bogor, 25 September 2013
Muhtadi dan Tantan Hermansah

iv

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR___iii
DAFTAR ISI___v
BAB 1	
	 MANAJEMEN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
	 ISLAM (PMI)___1
	 A.	Manajemen___1
		1.	
Pengertian Manajemen___1
		 2.	 Pengertian Pengembangan Masyarakat Islam___6
	 B.	Sejarah___12
		 1.	 Perkembangan Islam di Periode Makkah___12
		2.	
Periode Madinah___14
	 C.	 Nilai-nilai dan Prinsip-Prinsip___19

BAB 2
	 FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM PENGEMBANGAN
	 MASYARAKAT ISLAM (PMI)___23
	 A.	Desiminasi___23
		1.	 Pengertian Desiminasi___23
		 2.	 Elemen- Elemen Desiminasi___24
		 3. Teknik Diseminasi___24
		 4.	 Desiminasi dan Adopsi___25
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

v
4.	 Desiminasi dan Perubahan Sosial___27
		 5.	 Desiminasi dalam pengembangan
			masyarakat Islam___28
	 B.	Koordinasi___29
		1.	
Pengertian___29
		2.	
Fungsi Koordinasi___29
		 3.	 Metode dan Teknik koordinasi___30
		4.	
Jenis-Jenis Koordinasi___31
		 5.	 Koordinasi dalam Pengembangan Masyarakat___31
	 C.	 Pendekatan Tokoh Masyarakat___32
		 1. 	 Teknik Mengenali Tokoh Masyarakat___33
		 2.	 Peranan Tokoh Masyarakat dalam
			pengembangan masyarakat___34
	 D.	 Kepemimpinan Situasional	35
		1.	
Pengertian___35
		 2.	 Jenis-jenis kepemimpinan situasional.___36
		 3.	 Kepemimpinan situasional dalam pengembangan
			masyarakat.___39
BAB 3
	 TAHAPAN-TAHAPAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN
	 MASYARAKAT ISLAM___41
	 A.	Perencanaan___41
		1.	
Pengertian Perencanaan___41
		 2.	 Model Perencanaan Sosial___42
	 B.	Pelaksanaan___46
	 C.	Pelembagaaan___48
		1.	
Pelembagaan___48
		 2.	 Strategi Pelembagaan Program___51
	 D.	 Monitoring dan evaluasi___52
		1.	
Pengertian___54
		 2.	 Tujuan Evaluasi Program___54
		 3.	 Model Evaluasi Program___55
vi

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
BAB 4
	 UNSUR-UNSUR MANAJEMEN PENGEMBANGAN
	 MASYARAKAT ISLAM___57
	 A.	Pendanaan___57
	 B.	 Kinerja Organisasi dan SDM___58
		1.	
Motivasi___59
		2.	
Insentif___60
		3.	 kerja___60
Etos
	 C.	 Manajemen SDM___63
		1. Prinsip-prinsip___64
		2. Tujuan___65
		3. Aktivitas___65
	 D.	 Sarana dan Prasarana___67
	 E.	Metode___68
		1.	
Pengertian Metode___68
		 2. Metode dan Teknik Pengembangan Masyarakat___69
	 F.	Pasar___72
BAB 5
	 VARIAN MANAJEMEN LAIN DALAM PENGEMBANGAN
	MASYARAKAT___75
	 A.	 Manajemen Konflik___75
		 1.	 Pengertian Konflik___75
		 2. 	 Manajemen Konflik ___78
		 3.	 Manajemen Konflik dalam Pengembangan
			Masyarakat Islam.___79
	 B.	 Manajemen Organisasi Nirlaba___79
		 1.	 Pengertian Organisasi Nirlaba___79
		 2.	 Manajemen Organisasi Nirlaba___80
	 C.	 Manajemen Pemasaran Sosial___81
		 1.	 Pengertian Manajemen Pemasaran Sosial___81
		 2.	 Unsur-Unsur Pemasaran Sosial___82
		 3.	 Proses Kegiatan Pemasaran Sosial ___83

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

vii
4.	 Manajemen Pemasaran Sosial dalam Pengembangan
			Masyarakat Islam___84
	 D.	 Manajemen Perubahan___85
		 1.	 Pengertian Manajemen Perubahan___85
		 2.	 Pendekatan Manajemen Perubahan___87
		 3. Model Manajemen Perubahan___88
		 4. Peran Dan Tanggung Jawab___89
		 5.	 Perubahan Ditolak ___90
		 6.	 Taktik Mengatasi Penolakan Atas Perubahan___92
		 7.	 Manajemem Perubahan dalam Pengembangan
			Masyarakat Islam.___96

BAB 6
	 PERAN-PERAN FASILITATOR DALAM PMI___97
	 A.	 Pengertian dakwah dan Metode___97
	 B.	 Dai sebagai pengembang Masyarakat Islam___98
	 C.	 Peran Dai dalam Pengembangan Masyarakat Islam___102
DAFTAR PUSTAKA___107

viii

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
BAB 1

MANAJEMEN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT ISLAM (PMI)

A.	Manajemen
1.	 Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis
kuno ménagement, yang memiliki arti “seni melaksanakan dan
mengatur.” Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Robbins, Stephen dan Mary coulter.
2007). Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur
dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Vocational Business: Training, Developing and Motivating
People by Richard Barrett - Business & Economics – 2003: 51).
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

1
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal. (Griffin, R. 2006..).
Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561)
maneggiar yang berarti “mengendalikan,” terutama dalam
konteks mengendalikan kuda, yang berasal dari bahasa latin
manus yang berarti “tangan” Bahasa Prancis lalu mengadopsi
kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur.
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan
selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan
dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan
untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali
diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama
Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan
lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir,
memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat
ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga,yaitu:
a.	 Perencanaan (planning)
	 adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan
sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk
menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara
terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi
berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan
dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok
dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua
fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi
lainnya tak dapat berjalan.
b.	 Pengorganisasian (organizing)
	 dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar
menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian
2

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang
harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya,
bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang
bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan
mana keputusan harus diambil.
c.	 Pengarahan (directing)
	 adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan perencanaan manajerial dan usaha.

Pada unsur manajemen, di antaranya dikemukakan oleh
Harrington Emerson dalam (phiffner Jhon F & Presthus Robert
V :1960) yaitu unsur manajemen terdiri dari men, money,
materials, machines, methods. Dan, George R Terry (principle
of management) yaitu unsur manajemen terdiri dari men &
women, money, materials, machines, methods & markets.
Pertama, Man & Women, Dalam manajemen, faktor manusia
adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan
dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Kedua, Money, uang merupakan salah satu unsur yang
tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat
pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari
jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu
uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai
tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara
rasional. Ketiga, Materials, materi terdiri dari bahan setengah
jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk
mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam
bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi
sebagai salah satu sarana. Keempat, Machines, dalam kegiatan
perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan
membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang
lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja. Kelima, Methods,
dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja.
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

3
Keenam, Markets, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh
sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti
bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi
khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol,
seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis,
prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
a.	 Pembagian kerja (division of work)
	 Pekerjaan harus dibagi di antara individu dan kelompok
untuk memastikan bahwa usaha dan perhatian difokuskan
pada porsi khusus tugas. Fayol disajikan spesialisasi
pekerjaan sebagai jalan terbaik untuk menggunakan sumber
daya manusia organisasi.
b.	 Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
	 Konsep Wewenang dan tanggung jawab yang erat
kaitannya.  Otoritas didefinisikan oleh Fayol sebagai hak
untuk memberi perintah dan kekuatan untuk ketaatan yang
tepat. Tanggung Jawab melibatkan menjadi akuntabel, dan
karena itu secara alami terkait dengan otoritas. Barangsiapa
menganggap otoritas juga mengasumsikan jawab.  
c.	Disiplin
	 Sebuah organisasi yang sukses membutuhkan upaya
bersama para pekerja. Sanksi harus diterapkan secara
bijaksana untuk mendorong upaya bersama.
d.	 Kesatuan perintah (unity of command)
	 Pekerja harus menerima perintah dari hanya seorang
manajer.
e.	 Kesatuan pengarahan (unity of direction)
	 Seluruh organisasi harus bergerak menuju tujuan umum
dalam arah umum.  
f.	 Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan
sendiri (subordination of individual interests to the general
interests).
4

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Kepentingan satu orang tidak harus mengambil prioritas di
atas kepentingan organisasi secara keseluruhan.
g.	 Pembayaran upah yang adil (remuneration)
	 Banyak variabel, seperti biaya hidup, penyediaan personil
yang berkualitas, kondisi bisnis umum, dan keberhasilan
usaha, harus dipertimbangkan dalam menentukan tingkat
seorang pekerja membayar.  
h.	Pemusatan
	 Fayol didefinisikan sebagai sentralisasi menurunkan
pentingnya peran bawahan. Desentralisasi adalah
meningkatkan pentingnya. Tingkat dimana sentralisasi atau
desentralisasi harus diadopsi tergantung pada organisasi
tertentu di mana manajer bekerja.      
i.	Hirarki
	 Manajer dalam hirarki merupakan bagian dari rantai seperti
skala otoritas. Setiap manajer, dari baris pengawas pertama
presiden, memiliki jumlah tertentu dari otoritas. Presiden
memiliki otoritas yang paling, pengawas baris pertama
sedikit. Manajer tingkat bawah harus selalu menjaga manajer
tingkat atas informasi aktivitas kerja mereka.Keberadaan
rantai skalar dan kepatuhan untuk itu diperlukan jika
organisasi adalah untuk menjadi sukses.
j.	 Tata tertib
	 Demi efisiensi dan koordinasi, semua bahan dan orang yang
berhubungan dengan jenis tertentu kerja harus diperlakukan
sama-sama mungkin.
k.	Keadilan
	 Seluruh karyawan harus diperlakukan sama-sama mungkin.
l.	 Stabilitas Kondisi Karyawan
	 Mempertahankan karyawan yang produktif harus selalu
menjadi prioritas tinggi manajemen. Rekrutmen dan Seleksi
Biaya, serta peningkatan produk-menolak tarif biasanya
dikaitkan dengan mempekerjakan pekerja baru.
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

5
m.	Inisiatif
	 Manajemen harus mengambil langkah-langkah untuk
mendorong inisiatif pekerja yang didefinisikan sebagai
kegiatan baru atau tambahan pekerjaan dilakukan melalui
kemandirian;
n.	 Semangat Kesatuan (Espirit De Corps)
	 Manajemen harus mendorong keharmonisan dan perasaan
umum baik antara karyawan.

2.	 Pengertian Pengembangan Masyarakat Islam
Secara umum pengembangan masyarakat (community
development) adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang
dilakukan secara sistematis, terencana, dan diarahkan untuk
memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial,
ekonomi, dan kualaitas kehidupan yang lebih baik apabila
dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya.
(Arif Budimanta dan Bambang Rudito, hal.33).
Menurut Twelvetrees (1991:1) PM adalah “the process of
assisting ordinary people to improve their own communities by
undertaking collective actions.” Secara khusus PM berkenaan
dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang
tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh
kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial,
suku, jender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan.
Menurut Definisi Ibnu Kaldun, secara etimologi pengembangan
berarti membina dan meningkatkan kualitas. Masyarakat Islam
berarti kumpulan manusia yang beragama Islam, yang meneliti
hubungan dan keterkaitan ideologis yang satu dengan yang
lainnya. Dalam pemikiran sosiologis, Ibnu Kaldun menjelaskan
bahwa manusia itu secara individu diberikan kelebihan namun
secara kodrati manusia memiliki kekurangan. Sehingga kelebihan
itu perlu dibina agar dapat mengembangkan potensi pribadi
untuk dapat membangun.
6

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Manusia memiliki fitrah keagamaan, sehingga manusia
membutuhkan agama. Kelahiran Islam, yang ditandai dengan
lahirnya Nabi Muhammad SAW pada tahun gajah tanggal 12
Rabiul awal, atau tahun 570 M, adalah sebuah momen penting
dalam sejarah Islam. Karena dari sinilah dimulai perjalanan
panjang pengembangan masyarakat Islam yang menyatu dalam
dakwah syi’ar Islam di jazirah arab.
Amrullah Ahmad (1999), Nanih Machendrawati, dan
Agus Ahmad (2000) mendefinisikan bahwa pengembangan
masyarakat Islam adalah suatu sistem tindakan nyata yang
menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah
dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam perspektif
Islam. Menstransformasikan dan melembagakan semua segi
ajaran Islam dalam kehidupan keluarga (usrah) kelompok
sosial (jamaah), dan masyarakat (ummah). Model empiris
pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi
amal sholeh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan
masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Tim Islamic Community Development Model dari Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN pernah juga merumuskan definisi
untuk model pengembangan masyarakat Islam, terdiri dari
unsur-unsur:
a.	 Mengutamakan perilaku pengembangan atau pemberdayaan
masyarakat yang beragama Islam atau organisasi yang
berasaskan Islam.
b.	 Mengutamakan pemberdayaan umat Islam yang tertinggal
dalam segala hal.
c.	 Mengutamakan penggunaan dana yang bersumber dari
dana filantropi Islam seperti Zakat Mall, Zakat Fitrah, Infak
atau Sodaqoh.
d.	 Pendekatan pemberdayaan menggunakan pendekatan keIslaman.
e.	Filantropi Islam jika dijadikan sebagai bantuan modal
sebaiknya menggunakan sistem bagi hasil.
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

7
f.	 Pendamping atau agen perubah diutamakan yang beragama
Islam dan
g.	 Melibatkan institusi mitra lokal yang berasaskan Islam.

Ada beberapa mengenai konsep dan tujuan pengembangan
masyarakat Islam yang dinukilkan Ibnu Khaldun di dalam karya
tulisnya yaitu:
a.	Individu
	 Dalam pemikiran sosiologis, Ibnu Khaldun menjelaskan
bahwa manusia itu secara individu diberikan kelebihan.
Namun secara qudroti manusia memiliki kekurangan dan
kelemahan di samping kelebihan yang dimiliki. Sehingga
kelebihan itu perlu dibina agar dapat mengembangkan
potensi peribadi untuk dapat membangun.
b.	Ashabiyah
	 atau yang bisa juga disebut kekeluargaan merupakan
sebuah kekuatan atas pertalian darah. Setiap patriotisme
(solidaritas kekeluargaan). Sikap kekeluargaan ini jika
dibina dan diarahkan kepada penanaman jiwa keagamaan
maka akan menghasilkan sikap yang positif mengarah
kepada sikap religius untuk menjalankan amar ma’ruf dan
nahi munkar.
c,	 Masyarakat Ijtima’ al-Insani
	 dengan sikap saling membutuhkan, tolong menolong dan
solidaritas maka terciptalah sistem sosial masyarakat
yang tergabung dalam al-ijtima’ al insani.Berkaitan dengan
pengembangan masyarakat Islam maka masyarakat di sini
diarahkan kepada terbentuknya masyarakat yang Islami.
d.	Negara
	 Negara dalam konteks ini adalah merupakan suatu wadah
dan alat baik melalui pemimpin, konstitusi ataupun undangundang untuk menciptakan tatanan masyarakat yang ideal
sesuai dengan ajaran Islam.
8

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
f	Peradaban
	 tujuan akhir dari pengembangan masyarakat Islam adalah
terwujudnya masyarakat madani (civil society), dengan
nilai-nilai peradaban yang tinggi, menjunjung tinggi nilainilai keadilan, demokratisasi, inklusivisme, independent,
makmur dan sejahtera.

Bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah wujud dari
dakwah bil Hal. Dakwah bil Hal mempunyai implikasi terhadap
pengembangan masyarakat yaitu (Mahfudh, Sahal. 1984. ):
a,	 Masyarakat yang menjadi sasaran dakwah, pendapatannya
bertambah untuk membiayai pendidikan keluarga atau
memperbaiki kesehatan.
b,	 Dapat menarik partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
sebab masyarakat terlibat sejak perencanaan sampai
pelaksanaan usaha dakwah bil Hal.
c,	 Menumbuhkan atau mengembangkan swadaya masyarakat
dan dalam proses jangka panjang bisa menumbuhkan
kemandirian.
d.	Mengembangkan kepemimipinan daerah setempat dan
terkelolanya sumber daya manusia yang ada, sebab anggota
kelompok sasaran tidak saja jadi objek kegiatan, tetapi juga
menjadi subjek kegiatan.
d,	Mengembangkan kepemimipinan daerah setempat dan
terkelolanya sumber daya manusia yang ada, sebab anggota
kelompok sasaran tidak saja jadi objek kegiatan, tetapi juga
menjadi subjek kegiatan.
Secara umum, ada empat strategi (Tjahya Supriyatna,
2001: 72-73) yang dapat diberlakukan dalam kaitan dengan
pengembangan masyarakat, yakni pertama, the Growth
strategy. Strategi pertumbuhan adalah bahwa untuk mencapai
peningkatan yang cepat dalam nilai ekonomis melalui
peningkatan pendapatan per kapita penduduk, produktivitas,
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

9
pertanian, permodalan, dan kesempatan kerja yang dibarengi
dengan kemampuan konsumsi masyarakat, terutama di
pedesaan. Kedua, The Welfare Strategy. Strategi kesejahteraan ini
pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan
masyarakat. Ketiga The Responsitive strategy. Strategi ini
merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang
dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan yang dirumuskan
masyarakat sendiri dengan bantuan pihak luar (self need
and assistance) untuk memperlancar usaha mandiri melalui
pengadaan teknologi serta sumber-sumber yang sesuai bagi
kebutuhan proses pembangunan. Keempat, the integrated or
holistic strategy. Strategi ini secara sistematis mengintegrasikan
seluruh komponen dan unsur yang diperlukan, yakni ingin
mencapai secara simultan tujuan-tujuan yang menyangkut
kelangsungan, pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan dan
partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan
masyarakat.
Manajemen pengembangan Masyarakat Islam adalah
mencakup semua aspek kehidupan baik itu yang mengatur dan
mengembangkan dalam bidang kemiskinan, perekonomian,
pendidikan, kesehatan, lingkungan, budaya, dan agama. (Munir
M. 2006, Manajemen Dakwah: Kencana, 2006:11).
Adapun tahap-tahapan dalam Manajemen Pengembangan
Masyarakat Islam dapat mengacu apa yang dijabarkan oleh;
Isbandi Rukminto Adi (2001: 173-176) melihat kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh beberapa
organisasi masyarakat senantiasa mengikuti tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a.	 Tahap persiapan. Pada tahap persiapan ini terdapat dua
kegiatan yang perlu dilakukan yaitu penyiapan petugas dan
penentuan lokasi program.
b.	Tahap assesment. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini adalah mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang
dirasakan (felt needs) dan sumber daya yang dimiliki oleh
10

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
warga masyarakat. Assesment misalnya dilakukan melalui
metode partisipatory rural appraisial (PRA), focus group
discussion (FGD)
c.	 Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada
tahap ini, pengelola program berusaha memfasilitasi warga
masyarakat untuk menyusun perencanaan dan menetapkan
program-program kerja sebagai agenda yang perlu
dilaksanakan..
d.	 Tahap formulasi rencana aksi. Kegiatan utama pada tahap
ini adalah pihak agen perubahan membantu membimbing
warga atau kelompok untuk menyusun proposal kegiatan
yang akan diajukan kepada pihak penyandang dana.
e.	 Tahap pelaksanaan program. Tahap implementasi program
ini merupakan tahap yang paling penting dalam proses
pemberdayaan masyarakat agar pelaksanaan rencana
dapat berjalan dengan lancar, maka hal-hal yang mungkin
menyebabkan terjadi pertentangan baik antara pengelola
program dengan warga maupun pertentangan diantara
warga supaya dapat dihindari.
f.	 Tahap evaluasi. Kegiatan evaluasi perlu dilakukan pada
semua program pemberdayaan masyarakat. Tujuannya
adalah untuk mengetahui suatu tingkat keberhasilan
program yang telah dilaksanakan.
g.	 Tahap terminasi. Tahap ini merupakan tahap pemutusan
hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Tahap
terminasi dilakukan sering kali bukan karena masyarakat
sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak jarang terjadi
karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah
melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya.
Sebenarnya tahap-tahapan inilah memang terjadi dalam
pemberdayaan masyarakat tersebut. Yang menjadi problem
dalam tahapan-tahapan tersebut sering terlupakan adalah
aspek keberlanjutan dari program tersebut. Secara implisit,
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

11
mungkin, dalam perencanaan program sudah direncanakan
soal keberlanjutan program tersebut. Tetapi hal ini terasa
belum cukup, karena segi keberlanjutan cenderung terabaikan,
agar dieksplisit dalam bentuk tahapan, misalnya, tahap
pelembagaan/keberlanjutan program.
Sejarah pengembangan masyarakat Islam rujukan utama
adalah sejarah dakwah Nabi Muhammad SAW. Sejarah dakwah
nabi terbagi dua yakni periode makkah dan periode madinah.

B.	Sejarah

1.	 Perkembangan Islam di Periode Makkah
Sebelum masa masuknya Islam kebanyakan kaum Arab
beribadat dengan cara melakukan penyembahan berhala dan
mereka menjadikan Ka’bah sebagai pusat peribadatan mereka,
hal tersebut bisa dikatakan sudah cukup lama berlangsung
sampai akhirnya Nabi Muhammad datang dan membawa
keyakinan lain yaitu ketauhidan.
Tentunya hal tersebut tidak semerta-merta dapat dengan
mudah diterima bahkan ditolak habis-habisan oleh kaum kafir
Quraisy. Banyak alasan bagi mereka untuk menolak keyakinan
yang dibawa oleh Nabi Muhammad tersebut, salah satunya
adalah apa yang mereka yakini adalah sesuatu  yang telah
lama mengakar dan menjadi keyakinan mereka serta nenek
moyang mereka. Sehingga keyakinan tersebut sudah tertanam
kuat dalam keyakinan mereka. Para pemahat serta penjual
atau patung merasa datangnya Islam akan menghalangi mata
pencaharian mereka. Kemudian kaum Quraisy juga tidak setuju
dengan seruan Nabi Muhammad Saw. tentang persamaan hak
antara hamba sahaya  dan bangsawan. Intinya Nabi Muhammad
Saw. ingin menghapuskan sistem perbudakan yang telah
lama berjalan kaum Quraisy. Reaksi keras dari kaum Quraisy
menghambat dakwah nabi Muhammad Saw. karena tentunya
akan beresiko sekali dan bahkan mengancam keselamatan dan
12

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
nyawa Nabi sehingga pada akhirnya Nabi harus melakukan
sistem dakwah yag lain. Dakwah  Nabi  Muhammad Saw.
dilakukan dengan dua cara pertama yaitu dengan cara
sembunyi-sembunyi dan terbatas.
Periode Dakwah dengan sembunyi dan terbatas, dimana
Rasulullah SAW berdakwah di lingkungan  sendiri dan rekanrekan. Orang yang pertama kali manerima serta mengikuti
dakwahnya. Mula-mula istri Rasul, Siti Khadijah selanjutnya
imam Ali yang sekaligus juga menjadi pemeluk agama Islam
termuda, imam Ali memeluk agama Islam pada usianya yang
ke-10 tahun. selanjutnya disusul oleh Abu Bakar , Zaid, Ummu
Aiman dan lain-lain.. Setelah beberapa lama dakwah tersebut
dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar Nabi
melakukan dakwah secara terang-terangan.
Periode Dakwah dengan Terang-terangan dan Terbuka.
Setelah  beberapa lama melakukan secara sembunyi-sembunyi
turunlah perintah atau firman untuk melakukan dakwah secara
terbuka dan terang-terangan. “Dan berilah peringatan kepada
kaum kerabatmu yang terdekat.”(Asy-Syu’araa). Dengan datang
atau turunnya perintah itu Nabi mulai berdakwah secara terangterangan, mula-mulanya nabi mengundang dan menyeru pada
kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib, tapi mereka semua
menolak kecuali Ali.
Langkah berikutnya yang ditempuh Nabi adalah mulai
menyeru pada masyarakat umum. Maka Rasulullah naik ke
bukit Shafa dan memanggil orang Makkah, beliau bersabda
“Bagaimana bila aku mengatakan pada kalian bahwa dilembah
sana ada seekor kuda yang akan menyerang kalian, apakah kalian
akan mempercayai apa yang saya ucapkan?” mereka menjawab
“ya, kami percaya karena kami belum pernah mendapatkan
engkau berdusta” maka Rasulullah bersabda “Ketahuilah bahwa
sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian tentang
siksa yang sangat pedih”. Lalu Rasul mengajak mereka untuk
beriman kepada Allah.( Ahmad al-Usairy: Hal. 87)
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

13
Pada masa dakwah secara terang-terangan inilah Nabi
mendapatkan perlakuan yang buruk dari umatnya. Karena
setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai
berusaha menghalangi dakwah Rasul. Karena mereka juga
melihat semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi, maka
mereka pun semakin keras melancarkan serangan-serangan,
baik pada Nabi ataupun pada para pengikut Nabi.
Setelah penyiksaan dan semua perlakuan yang didapat oleh
Nabi dari kaum Quraisy di Makkah, Nabi kemudian berusaha
menyebarkan Islam ke luar kota dengan harapan dakwah Nabi
akan mendapatkan reaksi yang berbeda dari yang diterima Nabi
di kota Makkah.
Namun ternyata harapan dan perkiraaan Nabi salah besar,
ketika Nabi memutuskan untuk menyebarkan Islam di Thaif,
reaksi yang didapat sama dengan reaksi yang biasa nabi dapat
di Makkah. Di Thaif Nabi diejek, disoraki, dan dilempari batu,
akhirnya Nabi memutuskan kembali ke Makkah.
2. Periode Madinah
Jibril datang menemui Rasulullah dan mengabarkan
kepadanya tentang kesepakatan kaumnya. Dia menyuruh
Rasulullah untuk segera hijrah. Orang-orang kafir berkumpul di
sekeliling rumah rasulullah. Kemudian Rasulullah keluar sambil
menebarkan debu di atas kepala mereka yang membuat mereka
pingsan. .( Ahmad al-Usairy: Hal. 87)
Peristiwa pengepungan itulah yang menandai awal
pergerakan (hijrah) Nabi menuju Madinah. Di kala kaumnya
sudah benar-benar menentang dan ingin membunuh Nabi,
sebagai bukti tanda penolakan kan kebenaran yang dibawah
oleh Nabi. Maka dimulailah hidup baru oleh umat Islam dengan
harus hijrah.
a.	 Aspek Sosial Kemasyarakatan
Berbeda dengan Makkah, Madinah senantiasa mengalami
perubahan sosial yang meninggalkan bentuk kemasyarakatan
14

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
absolut model badui. Kehidupan sosial Madinah secara
berangsur-angsur diwarnai oleh unsur kedekatan ruang
daripada oleh sistem kekerabatan. Madinah juga memiliki
sejumlah warga Yahudi, yang mana sebagian besarnya lebih
simpatik terhadap monotheisme.
Penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin, Anshar,
dan nonmuslim tersebut, merupakan sebuah keberagaman yang
ada pada masa lalu dan sudah menjadi suatu hal yang tidak
bisa lagi dipungkuri eksistensinya. Tapi bukan hal itu yang akan
digaris bawahi, yang terpenting adalah jiwa sosialis masyarakat
madinah sangat tinggi. Ini terbukti dari persaudaraan yang tinggi
dan sangat kokoh. Tidak ditemukan konflik karena masalah
perbedaan. Kalaupun ada masalah itu dengan cepat segara
terselesaikan, karena nabi sangat bijak dalam hal itu dan sangat
hati-hati terhadap peletakan sebuah nilai kemasyarakatan.
Nabi berhasil membentuk sistem yang luar biasa bagus.
Masyarakat Madinah merasa bahwa dirinya itu satu. Maka dari
itu, apabilah ada satu yang sakit maka yang lain turut merasakan.
Hal ini lebih khusus lagi pada umat Muslim sendiri, di mana
sudah menjadi kewajiban di setiap Muslim sebagaimana dalam
riwayat Nabi seringkali memerintahkannya.
Ada beberapa teradisi yang yang perlu digaris bawahi:
l	 Silaturahim yang membudaya
l	 Gotong royong sering diadakan demi kepentingan bersama
l	 Kepedulian yang tinggi, mengunjungi orang yang sedang
sakit atau yang terkena musibah.
b.	 Aspek Politik Pemerintahan
Selain menjadi pemimpin agama Islam, Nabi Muhammad
juga menjadi pemimpin pemerintahan. Kalau sekarang
beliau selayaknya sebagai presiden. Nabi terkenal dengan
kebijaksanaannya dalam menjalankan roda pemerintahan.
Kepentingan umum lebih dikedepankan dari kepentingankepentingan yang lain.
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

15
Adapun sistem pemerintahan yang digunakan Nabi yaitu
sistem musyawarah dan demokrasi dan yang terpenting adalah
perkara diputuskan dengan seadil-adilnya. Sehingga Golongan
yang berbeda merasa tenang karena tidak ada diskriminasi.
Mereka bisa hidup berdampingan tanpa ada permusushan
dengan yang lain. Keberagaman yang ada tidak menjadi
persoalan, justru mengkokohkan solidaritas di antara mereka.
Memang pada kebijakan politik yang pertama oleh Nabi
adalah bagaimana menghapus prinsip kesukuan dan mempererat
persatuan. Nabi benar-benar mencurahkan perhatiannya untuk
masyarakat, sehingga berhasil mendamaikan antar suku Auz
dan Khazraj.
Perlu diketahui ada beberapa strategi yang dilakukan
Rasulullah, dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara
baru yang telah terbentuk. Adapun strategi yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan masjid
Masjid di zaman Nabi, selain berfungsi sebagai tempat
ibadah, juga sebagi tempat mempersatukan kaum Muslimin,
musyawarah, bahkan menjadi pusat pemerintahan.
2. Kemiliteran
Nabi adalah pemimpin negara tertinggi tentara Muslim.
Beliau turut terjun dalam 26 atau 27 peperangan dalam
ekspedisi. Bahkan Nabi sendiri yang memimpin beberapa
peperangan yang besar misalnya, perang Badar, perang Uhud,
perang Khandaq, perang Hunayn dan dalam penaklukkan kota
Makkah. Adapun peperangan ekspedisi yang lebih kecil pimpinan
diserahkan kepada para komandan yang ditunujuk oleh Nabi.
(K. Ali. : 128). Di kala itu, peraturan kemiliteran belum dikenal.
Akan tetapi moralitas dan kedisiplinan yang tinggi membuat
mereka tertata di bawah satu komando yaitu Nabi. Ketika ingin
menghadapi peperangan. Dalam perkembangannnya pasukan
kemiliteran umat Islam makin meningkat. Pada awalnya
pasukan umat Islam hanya berjumlah 313 pejuang. Hingga pada
16

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
perang terakhir di Uhud, pasukan umat Islam sudah mencapai
30.00 pejuang. Para pejuang tersebut memiliki keahlian yang
cukup baik dan disiplin yang tinggi.
c.	Dakwah
Proses penyebaran agama Islam di Madinah tentunya
memiliki perbedaan dengan sistem yang telah diterapkan
oleh Nabi sebelumnya. Pada periode Madinah Nabi memiliki
sedikit kemudahan dalam mengenalkan Islam. Itu dikarenakan
masih banyak penduduk Madinah yang menganut agama
samawi. Dapat kita lihat ketika Nabi memasuki Madinah, beliau
mendapat penyambutan yang luar biasa dari masyarakat.
Ada beberapa strategi dakwah yang dilakukan oleh Nabi,
yaitu sebagai berikut:
l	 Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan
antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar
l	 Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam
l	 Meletakkan dasar-dasar politik ekonomi dan sosial untuk
masyarakat Islam.

Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat
dan pemerintahan Islam dapat mewujudkan nagari “ Baldatun
Thayyibatun Warabbun Ghafur “ dan Madinah disebut “ Madinatul
Munawwarah”. (Sayed Ali Asgher Razwy.: 164)
Dari sistem yang telah diterapkan Nabi tersebut, hampir
tidak mendapat penolakan dari masyarakat Madinah, karena
nilai-nilai yang diletakkan Nabi bersifat universal, walau
pada hakikatnya nilai-nilai tersebut termaktub dalam Islam.
Contohnya berbuat adil, saling menolong, larangan curang
dalam berdagang, dan lai-lain.
Sejarah mencatat bahwa masyarakat Islam, yang tumbuh
dan berkembang sejak berdirinya Daulah Islamiyah di Yatsrib
(kini bernama al-Madûnah al-Munawwarah lazim disebut kota
Madinah), yang bersatu padu dengan jalinan persaudaraan, dan
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

17
terikat dengan tali cinta yang mendalam dan kasih sayang yang
sangat mesra meskipun mereka berada di berbagai negeri yang
berjauhan benar-benar ada dan disaksikan oleh sejarah. Pada
waktu itu, masyarakat Islam betul-betul menjadi contoh dimanamana. Dengan sistem Islam umat manusia dalam beberapa
generasi dan disusul beberapa generasi berikutnya, benarbenar mengalami kebahagiaan. Di antara indikatornya yang
paling menonjol(asy-Saal : 1987 :13-14) adalah terdapatnya
keamanan yang merata, tegaknya keadilan, terkendalinya selera
manusia terhadap harta, di samping memenuhi segala faktorfaktor perkembangan. Indikator-indikator tesebut harus terjalin
dalam sistem-sistem hubungan sesama manusia secara bersih
dan murni, yang dapat tercermin dalam pergaulan hidup antar
sesama makhluk. Krusial dikedepankan di sini bahwa sebabsebab sistem Islam tersebut tepat dan ideal dalam membangun
Baik periode madinah dan periode makkah ini merupakan
inspirasi dari sejarah dakwah Nabi Muhammad SAW yang
dapat dijadikan pondasi dan dasar-dasar dalam pengembangan
masyarakat. ada beberapa hal yang sangat relevan bagi kegiatan
dakwah bil hal atau pengembangan masyarakat secara substansial
yakni; pertama, penanaman dan penguatan ketauhidan yang pada
ujungnya adalah pembangunan dan pengembangan karakter.
Pengembangan masyarakat dalam konteks ini adalah memiliki
tugas yang beras yakni, penguatan karakter pada kelompok
sasarannya (baca; mad’unya). Kedua, keadilan, persaudaraan,
persamaan menjadi tema-tema penting dakwah nabi Muhammad
SAW yang sangat relevan bagi pengembangan masyarakat Islam.
Dimana pengembangan Islam itu ditantang untuk mewujudkan
masyarakat yang berkeadilan, persamaan dan penuh persaudaraan
di tengah sistem sosial dunia, negara atau masyarakat yang
kurang adil, penuh konflik dan masih adanya perbudakan.
Ketiga, pengembangan masyarakat jika merujuk pada dakwah
Nabi SAW juga melakukan hal-hal teknis tentang perdagangan,
penanggulangan kemiskinan, dan membanguan dasar-dasar
18

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
politik-ekonomi. Begitupula pengembangan masyarakat agar
melakukan hal-hal di atas dalam kegiata maupun programnya.

Narasi besar yang hilang dalam konteks pemberdayaan
masyarakat, hal ini yang menyebabkan kegiatan-kegiatan
tersebut gagal dalam membangun kemandirian dan
kesejahteraan tersebut adalah keadilan, kejujuran, kepedulian,
kebersamaan, dan saling tolong menolong. Narasi besar itu
adalah nilai-nilai yang seharusnya menjadi dasar dan landasan
dalam kegiatan dan program pemberdayaan masyarakat
tersebut. Kelonggaran atau pun ketiadaaan nilai-nilai dalam
pemberdayaan masyarakat. Menyebabkan aktivitasnya
dimasyarakat terasa kering, penuh nuansa konflik kepenting.
Yang ujungnya kegiatan yang dilaksanakan tersebut tidak dapat
memnuhi tujuan mulianya yaitu memandirikan masyarakat .
Kegagalan program pemberdayaan masyarakat dikarenakan
nilai-nilai normatif yang sedianya diimplementasikan
dalam kegiatan tersebut tidak berjalan. Banyak program
pemberdayaan masyarakat yang tidak berdampak apa-apa
karena adanya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
dalam pelaksanaanya.
Nilai-nilai yang melandasi pemberdayaan Masyarakat yakni:
1.	 Kejujuran (transparansi) nilai ini secara empirik sangat
penting dalam konteks pemberdayaan masyarakat karena
integritas moral semua yang terlibat dalam kegiatan berada
pada ranah yang tinggi, nilai kejujuran harus melekat pada
setiap insan-insan yang mengelola atau terlibat dalam
kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut, bila kejujuran
ini tidak mendapatkan tempat pada kegiatan tersebut,
seberapa besar pun dana dan potensi disumbangkan untuk
kegiatan ini tidak mendapatkan dampak apa apa.
2.	
Keadilan, berarti bahwa pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat tersebut memberikan peluang yang sama

C.	 Nilai-nilai dan Prinsip-Prinsip

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

19
kepada seluruh kelompok sasaran baik dalam mendapatkan
bantuan teknis maupun penguatan kapasitasnya. Adil dan
merata adalah nilai yang perlu ditanamkan dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Misalnya pembagian dana yang
tidak menerapkan nilai keadilan akan menimbulkan gejolak
sosial dimasyarakat yang menyebabkan gagalnya program
pemberdayaan masyarakat .
3.	 Kepercayaan (Trust) yang berarti bahwa pelaksana maupun
kelompok sasaran yang akan diberdayakan dapat dipercaya
untuk turut terlibat dalam kegiatanpemberdayaan
masyarakat. Saling percaya antara keduanya juga penting
dalam membangun kesepahaman dalam rangka mewujudkan
keberhasilan dalam program tersebut. Kepercayaan ini
sebagai mana diungkapkan Francis Fukuyama, merupakan
nilai atau modal sosial yang dapat memperkuat perusahaanperusahaan di Asia Timur (jepang,korea Selatan dan
lainnya). Karena pemberdayaan Masyarakat juga itu perlu
organisasi, perusahaan juga sebagai organsasinya maka
kepercayaan juga harus tumbuh disetiap pribadi-pribadi
yang terlibat dalam kegiatan tersebut, kepercayaan tinggi
dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat akan menjadikan
program tersebut dengan baik dan berkesinambungan.
Sebaliknya jika ketidakpercayaan yang tumbuh maka
program pemberdayaan masyarakat akan terhambat dan
tidak berhasilnya program pemberdayaan masyarakat.
4.	
Kebersamaan dan saling tolong menolong berarti
pemberdayaan masyarakat memerlukan kebersamaan dan
saling tolong menolong dari mereka yang terlibat dalam
pengembangan masyarakat lainnya. Melalui kebersamaan
kompleksitas dari permasalahan dan kendala yang dihadapi
dalam pemberdayaan masyarakat akan terasa ringan dan
mudah untuk dilaksanakannya.
5.	Kepedulian berarti komitmen yang tinggi dari anggota
masyarakat yang lain untuk secara sadar berbagai dengan
20

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
anggota masyarakat yang lain secara sadar berbagai dengan
anggota masyarakat yang laiinya. Berbagai dalam kaitanya
dapat berupa material maupun inmaterial, kepedulian sikaya
terhadap si miskin akan menolong masyarakat miskin keluar
dari jeratan kehidupan yang kurang beruntung. Kepedulian
adalah nilai islam yang wajib diimplementasikan dalam
pemberdayaan masyarakat, dalam umat Islam kepedulian
terhadap sesama sangat dianjurkan untuk dilakukannya,
didalam al-Quran kata shadaqah diulang-ulang sampai dua
ratus kali, ini memberikan isyarat akan pentingnya sedakah
dalam mengentaskan atau menyelesaikan permasalahan
kemiskinan, hal ini juga menwartakan bahwa Islam adalah
ajaran yang memposisikan sangat penting mengenai
kepedulian diantara umatnya.
6.	Berorientasi kepada masa depan bahwa pengembangan
Masyarakat Islam menitikberatkan pada orientasi masa
depan, yakni apa yang dilaksanakan tersebut memiliki nilai
kesinambungan bagi pengembangan masyarakat di masa
depan, kegiatan pelestarian lingkungan maka kegiatan
ditujukan untuk menciptakan lingkungan hari ini mau pun
masa depan yang lebih baik, bukan malah merusak atau
mengurangi kualitas lingkungannya tersebut .

Adapun Prinsip-Prinsip dalam pengembangan masyarakat
Islam, sebagai berikut;
1.	 Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap
proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara
gotong royong menjalankan pembangunan;
2.	 Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan
mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap
pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat
kegiatan pembangunan;
3.	 Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan
dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

21
berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin;
4.	 Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki
akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses
pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat
dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan
baik secara moral, teknis, legal, maupun administrative;
5.	
Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan
kepentingan
peningkatan
kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di
masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan;
dan

22

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
BAB 2

FAKTOR-FAKTOR PENTING
DALAM PENGEMBANGAN
MASYARAKAT ISLAM (PMI)

A.	Desiminasi
1.	 Pengertian Desiminasi
Secara etimology kata diseminasi bisa dilihat dalam
Merriam Webster Online Dictionary (2008). Di dalam kamus
tersebut dijelaskan bahwa diseminasi berasal dari bahasa Latin
disseminatus yang mengandung makna to spread a broad dan to
disperse throughout. Pengertian tersebut sejalan dengan istilah
dissemination yang juga bermakna to spread atau to distribute
(Hornby, 1974; Echols dan Shadily, 1997). Diseminasi adalah
suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau
individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran,
menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut.
Di sisi lain, beberapa hal membedakan antara proses
diseminasi dan proses difusi. Desiminasi adalah proses
penyebaran informasi atau ide baru yang dikelola secara
terprogram atau direncanakan. Difusi adalah proses penyebaran
ide baru itu bersifat spontan dan tanpa direncanakan.
Faktor-Faktor Penting

23
2.	 Elemen- Elemen Desiminasi
Elemen-elemen yang penting ada dalam proses desiminasi
adalah; Pertama, Inovasi. inovasi atau ide yang baru
didesiminasikan dapat berupa ide, kegiatan atau perilaku atau
benda yang dianggap baru oleh individu atau suatu kelompok/
masyarakat. Misalnya, ide baru pembuatan kompos dari sampah.
Kedua, saluran komunikasi. Sebagaiman kita ketahui bahwa,
desiminasi adalah proses pertukaran informasi dimana seseorang
mengkomunikasikan gagasan dan ide baru kepada individu,
kelompok atau masyarakat. Proses ini mengandaikan adanya
saluran komunikasi, berupa media massa, media sosial, forum,
dan lain sebagainya. Ketiga, waktu. Proses desiminasi sebagai
penyebaran gagasan memerlukan waktu untuk pelaksanaannya.
Keempat, Sistem sosial, yakni suatu hubungan antar unit dimana
terjadi proses interaksi satu sama lain dan bersama-sama
memecahkan persoalan yang dihadapi untuk tujuan bersama.
Struktur sosial akan mempengaruhi bagi proses desiminasi suatu
gagasan-gagasan baru, dimana ada kemungkinan penolakan atau
penerimaan terhadap inovasi tersebut.
3. Teknik Diseminasi
Agar ide baru yang didesiminasikan dapat diadopsi dan
diterima oleh individu, kelompok atau masyarakat dengan
berhasil dan dilembagakan dalam kehidupan nyata, oleh karena
itu perlu teknik-teknik desiminasi yang tepat, yakni (Everett M.
Rogers, 1996:4);
a.	 Teknik edukatif. Teknik ini cocok digunakan apabila waktu
dalam pelaksanaan desiminasi cukup banyak. Karena
teknik ini memerlukan waktu yang cukup panjang. Dimana
kelompok sasaran untuk teknik mereka adalah menunjukkan
keinginan untuk belajar.
b.	
Teknik persuasif. Teknik ini digunakan bila tingkat
konsensus atau kesepakatan mengenai proses adopsi ide
baru antara fasilitator yang mendesiminasikan dengan
24

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
individu, kelompok atau masyarakat relatif rendah atau bila
individu, kelompok atau masyarakat menunjukkan sikap
penolakan.
c.	 Teknik Fasilitatif. Teknik ini cocok pada tahap adopsi suatu
ide baru, yaitu tahap diterapkannya suatu inovasi sampai
membudaya atau melembaganya.
d.	 Teknik otoritatif. Teknik ini ada juga menyebutnya teknik
coercion. Dalam penerapannya menyangkut berbagai trick,
baik positif maupun negatif, yang kalau perlu, memanipulasi
kelompok sasaran agar mereka mau mengadopsi suatu ideide baru, terutama bila penerimaaan cukup rendah.
e.	Teknik Dialog. Teknik ini dipergunakan jika individu,
kelompok, dan masyarakat menunjukkan sikap terbuka
terhadap ide atau gagasan baru tersebut. Teknik ini
mengutamakan saling pengertian dan kesepakatan.
f.	 Teknik Entertainment. Teknik ini dapat digunakan bila individu,
kelompok, dan masyarakat menghendaki kesenangan atau
hiburan, bukan pengajaran atau pengaruh orang lain. Bentuknya
bisa berupa musik, drama, komedi, seni lukis atau film.
4.	 Desiminasi dan Adopsi
Desiminasi adalah proses penyebaran inovasi, gagasan
adan ide baru kepada kelompok atau masyarakat. Hal ini
mengandaikan ada proses penerimaan pada inovasi, gagasangagasan baru itu dinamakan dengan adopsi. Adopsi adalah
proses sejak suatu inovasi dikenal sasaran, selanjutnya kelompok
sasaran menentukan sikapnya, mencoba mengimplementasikan,
sampai proses pelembagaan ide atau inovasi baru tersebut.
Rogers, Everett M, 1993, dalam bukunya Diffusion of Innovation,
mengklasifikasikan pengadopsian inovasi atau gagasan baru.
a.	Perintis (innovator); proses desiminasi gagasan baru/
inovasi diterima sekitar 2,5% dari jumlah populasi;
b.	 Pelopor (Early adopter): proses desiminasi gagasan baru/
inovasi diterima sekitar 13,5% dari jumlah populasi;
Faktor-Faktor Penting

25
c.	 Penganut dini (Early Majority); desiminasi gagasan baru/
inovasi diterima sekitar 34 % dari jumlah populasi;
d.	 Penganut lambat (late majority); proses desiminasi gagasan
baru/inovasi diterima sekitar 34% dari jumlah populasi;
e.	 Kaum kolot (laggard); proses desiminasi gagasan baru/
inovasi diterima sekitar 16 % dari jumlah populasi;

Secara konseptual ada lima tahapan, dimana individu,
kelompok atau masyarakat dalam mengadopsi suatu inovasi,
ide baru, kegiatan atau perilaku baru tersebut, yaitu;
a.	 Tahap pengenalan
	 Adalah suatu proses mengenal dan mengetahui tentang
inovasi, individu, kelompok atau masyarakat sebagai
sasaran dari desiminasi mendapatkan pemahaman tentang
apa dan bagaimana fungsi atau cara menerima inovasi, ide
atau kegiatan baru. Ada beberapa tahap dalam pengenalan;
(a). Membuka diri terhadap suatu ide baru; (b), menaruh
perhatian terhadap ide baru; (c). Menaruh minat pada ide
baru;(d). Menunjukkan rasa ingin tahu dan memahami
tentang ide baru tersebut. (e). Menunjukkan kehendak
untuk mengetahui cara melaksanakan/mempraktikan ide
tersebut;
b.	 Tahap persuasi
	 Adalah proses dimana individu, kelompok atau masyarakat
sebagai sasaran mulai membentuk sikap setuju atau tidak
setuju terhadap suatu inovasi. Ada beberapa tahapan dalam
persuasi, yakni; a). Perubahan sikap. Individu, kelompok
atau masyarakat sebagai penerima ide-ide baru mulai
mendiskusikan dengan orang lain, mempertimbangkannya
dari sudut sistem nilai atau kepercayaannya. b). Penugasan
kembali, dimana individu, kelompok atau masyarakat
mengingat-ingat kembali apa isi dari ide baru serta tentang
kemanfaatannya. c). Pertimbangan akhir, dimana individu,
kelompok atau masyarakat memutuskan siap menerima ide
26

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
baru tersebut.
c.	 Tahap pengambilan keputusan. Adalah proses individu,
kelompok atau masyarakat memutuskan untuk menerima
atau menolak ide baru tersebut.
d.	 Tahap penerapan (implementasi)
	 Adalah proses individu, kelompok atau masyarakat mulai
menerapkan/mengimplementasikan inovasi dalam bentuk
praktik/kegiatan. Proses reinovasi atau penyesuaian/
modifikasi inovasi oleh individu, kelompok atau masyarakat
dapat pula terjadi pada tahap ini.
e.	 Tahap konfirmasi
	 Adalah proses dimana individu, kelompok atau masyarakat
memerlukan penguatan/pemantapan (reinforcement) atas
inovasi /ide baru yang telah diadopsinya. Proses penguatan
dan pemantapan ini biasanya akan berlaku efektif jika ada
pemberian penghargaan (reward). Tahap ini juga merupakan
konsolidasi ke arah proses pembudayaan/pelembagaan
inovasi atau ide baru tersebut. Dengan demikian, ide-ide
baru itu akan mengalami proses menjadi bagian dari gaya
hidup atau perilaku kelompok sasaran.

4.	 Desiminasi dan Perubahan Sosial
Desiminasi dapat berimplikasi pada perubahan sosial, yakni
proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi sosial. Dilihat
dari sumbernya maka perubahan sosial ada dua macam, yakni;
a). Perubahan imanen, yaitu perubahan yang terjadi bila sumber
perubahan sosial itu datangnya dari dalam sistem sosial itu sendiri.
b). Perubahan kontak adalah perubahan sosial yang terjadi bila
sumber ide baru itu datangnya dari luar sistem sosial itu sendiri.
Dalam konteks desiminasi, bahwa perubahan itu dapat terjadi
berlaku pada perubahan imanen, bila individu, kelompok, dan
masyarakat itu sendiri mewujudkan atau mengembangkan ide
baru dengan sedikit atau tanpa pengaruh dari luar. Dimana ide
baru atau inovasi itu menyebar kepada seluruh sistem sosial yang
Faktor-Faktor Penting

27
ada di masyarakat. Desiminasi dapat berlaku pada perubahan
kontak bila individu, kelompok, dan masyarakat melakukan
perubahan karena ide baru itu berasal dari luar dirinya.
Terkait perubahan kontak ini ada dua macam; (1).
Perubahan kontak selektif terjadi jika anggota sistem sosial
terbuka pada pengaruh dari luar dan menerima atau menolak
ide baru itu berdasarkan kebutuhan yang mereka rasakan. (2).
Perubahan kontak terarah atau terencana adalah perubahan
yang disengaja dengan adanya orang luar atau sebagian anggota
sistem yang bertindak sebagai agen pembaharuan yang secara
intensif memperkenalkan ide-ide baru untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan oleh lembaga dari luar.

5.	 Desiminasi dalam pengembangan masyarakat Islam
Desiminasi menjadi faktor penting dalam pengembangan
masyarakat islam. Agar perubahan sosial yang dilakukan oleh
proses pengembangan masyarakat Islam menjadi nyata dan
terwujud, maka desiminasi merupakan faktor gagasan dan ide
menjadi melembaga dan membudaya masyarakat.
Bila dalam kontek pengembangan masyarakat Islam ingin
mewujudkan tentang kesehatan lingkungan berbasis komunitas,
dan ini ide baru. Hal ini memerlukan proses desiminasi, agar
ide tersebut dapat benar-benar terwujud dalam kehidupan
masyarakat yang diberdayakan tersebut. Desiminasi menjadi
faktor penting yang secara terus menerus dilakukan dalam
setiap tahapan-tahapan pengembangan masyarakat, baik pada
perencanaan, pelaksanaan, pelembagaan dan monitoring serta
evaluasi program tersebut.
Desiminasi dilakukan dalam pengembangan masyarakat
karena dua hal, pertama, agar inovasi atau ide baru diterima
dan menjadi agenda bersama seluruh stakeholder dalam
pengembangan masyarakat tersebut. Kedua, sebagai wahana
untuk bertukar gagasan yang produktif untuk tercapai tujuan
dari pengembangan masyarakat tersebut.
28

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
B.	Koordinasi
1. Pengertian
Koordinasi adalah sebuah proses saling mengerti antara dua
orang atau lebih untuk melaksanakan suatu hal. Proses yang
harus dijalani agar suatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan
lancar ataupun jika ada masalah tidak akan terlalu banyak
kesulitan untuk mengatasinya. James D. Mooney (1947; 44)
mendefinisikan koordinasi sebagai pencapaian usaha kelompok
secara teratur dan kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan
bersama. James A.F. Stoner (1982: 52) bahwa koordinasi adalah
proses penyatupaduan sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan
dari unit-unit yang terpisah dari suatu organisasi untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

2. Fungsi Koordinasi
Pfiffner dan Presthus menandaskan bahwa koordinasi
merupakan suatu teknik atau alat untuk mempersatukan
sejumlah keahlian dan minat yang saling bertentangan dan
memimpinnya ke arah tujuan bersama. Fungsi-fungsi dari
koordinasi sebagai berikut (D Sugandha, 1991: 5);
a. 	
Koordinasi adalah salah satu fungsi manajemen yang
memiliki keunikan tersendiri di samping fungsi-fungsi lain
yang harus dilakukan pimpinan organisasi;
b.	 Koordinasi merupakan usaha untuk menjamin kelancaran
mekanisme prosedur kerja, untuk menghindar seminimal
mungkin perselisihan yang timbul antar sesama unit dan
mengusahakan semaksimal mungkin kerjasama di antara
unit-unit tersebut.
c.	
Koordinasi mengandung makna adanya intergrasi
(keterpaduan) dan dilakukan secara serasi dan simultan
dari seluruh tindakan yang dijalankan oleh organisasi.
d.	 Koordinasi adalah faktor dominan bagi kelangsungan hidup
organisasi. Oleh karena itu pimpinan organisasi dikatakan
Faktor-Faktor Penting

29
berhasil dalam memimpin organisasi jika ia dapat melakukan
koordinasi dengan baik dan berkesinambungan.
e.	 Koordinasi memainkan peranan penting dalam merumuskan
pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang
melahirkan jaringan-jaringan hubungan kerja.

3.	 Metode dan Teknik koordinasi
Ada beberapa metode dan teknik yang dapat dipakai dalam
melakukan kegiatan koordinasi, sebagai berikut:
a.	 Koordinasi melalui konsensus yang terdiri dari pertama,
konsensus melalui motivasi. Artinya motivasi mempunyai
peranan penting dalam meningkatkan usaha-usaha
koordinasi. Motivasi dapat berupa kepentingan bersama,
nilai-nilai dan solidaritas yang dapat dimanfaatkan untuk
menjamin kelancaran koordinasi. Kedua, Konsensus melalui
sistem timbal balik. Sistem timbal balik dapat digunakan
untuk meningkatkan upaya-upaya koordinasi. Melalui sistem
ini diusahakan adanya keseimbangan antara tuntutan individu
baik yang bersifat material maupun yang bersifat non material.
Ketiga, Konsensus ide. Koordinasi melalui ide dimaksudkann
bahwa setiap orang yang bekerja dalam organisasi berusaha
mengidentifikasikan dirinya dalam keseluruhan tujuan yang
hendak dicapai oleh suatu organisasi.
b.	 Koordinasi melalui pedoman kerja. Kebijaksanaan yang telah
digariskan dalam suatu organisasi, sebaiknya dituangkan ke
dalam suatu ketentuan atau petunjuk teknis/pelaksanaan.
Pedoman ini akan dijadikan landasan berpijak dan bertindak
bagi setiap kegiatan, sehingga terwujudnya koordinasi yang
baik, efektif dan efisien.
c.	 Koordinasi melalui forum, Upaya-upaya koordinasi melalui
forum ini dengan menggunakan wadah tertentu yang dapat
dimanfaatkan sebagai wahana untuk pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan bersama di dalam menjalankan
roda organisasi. Forum koordinasi misalnya; Tim kerja,
30

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Panitia, Satuan Tugas dan lain sebagainya.
d.	 Koordinasi melalui konferensi. Koordinasi melalui konferensi
diartikan dengan melalui penyelenggaraan rapat-rapat
atau sidang-sidang yang dilaksanakan, baik pada tingkat
pimpinan, manajer maupun bawahan.

4.	 Jenis-Jenis Koordinasi
Secara teoritis dapat disebutkan beberapa jenis koordinasi
sesuai dengan lingkup dan arah jalurnya sebagai berikut;
1). Menurut lingkupnya terdapat; a). Koordinasi intern yaitu
koordinasi antar pejabat atau antarunit di dalam suatu organisasi.
b). Koordinasi ekstern yaitu koordinasi antar pejabat dari
berbagai organisasi dan antar organisasi. 2). Menurut arahnya
terdapat; a). Koordinasi horisontal yaitu koordinasi antar pejabat
atau antar unit yang mempunyai tingkat hierarki yang sama
dalam suatu organisasi atau antar organisasi yang setingkat.
b). Koordinasi vertikal, yaitu koordinasi antar pejabat atau
pimpinan dan unit-unit tingkat bawah oleh pejabat atasannya ,
juga cabang-cabang suatu organisasi oleh organisasi induknya. c).
Koordinasi diagonal yaitu koordinasi antar pejabat atau unit yang
berbeda fungsi dan berbeda tingkatan hierarkinya. d). Koordinasi
fungsional yaitu koordinasi antar pejabat, antar unit atau antar
organisasi yang didasarkan atas kesamaan fungsi atau karena
koordinatornya mempunyai fungsi tertentu.
5.	 Koordinasi dalam Pengembangan Masyarakat.
Pengembangan masyarakat islam dalam melaksanakan
kegiatannya melibatkan banyak orang atau kelompok. Pelibatan
individu, kelompok atau masyarakat dapat berjalan efektif dan
efisien jikalau dilakukan koordinasi yang baik pula. Dalam
pengembangan masyarakat, koordinasi meliputi perorangan/
individu atau kelompok yang berpartispasi aktif dalam kegiatan
yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan bersama. Koordinasi
hanya dapat dilaksanakan apabila setiap individu melibatkan
Faktor-Faktor Penting

31
diri dengan apa yang dikerjakan orang lain dan saling membantu
untuk mencapai tujuan bersama dari organisasi tersebut.
Dalam kaitan pengembangan masyarakat, koordinasi
dilaksanakan pada tahap perencanaan kegiatan, pelaksanaan
kegiatan, pelembagaan kegiatan maupun monitoring dan evaluasi.
Koordinasi yang efektif diperlukan dalam tahapan-tahapan
tersebut untuk menghindari masalah tumpang tindih yang sering
terjadi dalam pelaksanaan kegiatan yang melibatkan berbagai
pihak. Di sisi lain, setiap stakeholder yang terlibat dalam kegiatan
pengembangan masyarakat harus mempunyai pedoman yang
jelas yang berlandaskan pada kebijaksanaan atau nilai-nilai yang
dianut organisasi, sehingga memungkinkan semua pihak bekerja
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan bersama. Falsafah kerja,
tujuan dan peran organisasi mutlak harus dipahami oleh seluruh
stakeholder yang terlibat dalam pengembangan masyarakat
sebelum melaksanakan koordinasi dalam program.

Kata tokoh merupakan atribut atau predikat yang dimiliki
seseorang dalam kelompok khusus atau masyarakat luas. Kita
mengenal tokoh agama, tokoh adat, tokoh-tokoh lain sesuai
dengan bidang keahliannya. Tokoh masyarakat adalah mereka
yang memiliki kedudukan sosial dan dihormati di lingkungannya.
Mereka disebut tokoh masyarakat karena memiliki kedudukan
serta pengaruh dan diakui oleh masyarakat. Menurut UU Nomor
8 Tahun 1987 pasal 1 ayat 6 Tentang Protokol bahwa tokoh
masyarakat adalah seseorang yang karena kedudukan sosialnya
menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau Pemerintah.
Secara garis besar Astrid S. Susanto menyatakan bahwa
ada beberapa kemungkinan seseorang terpilih dan diakui
sebagai tokoh masyarakat, yaitu apabila ia: a). Giat dan
berpartisipasi dalam persoalan masyarakat. b). Memperlihatkan
ketergantungan pada masyarakatnya dan juga mempunyai
kebutuhan pada masyarakat tersebut. c). Mempunyai ketegasan.

C.	 Pendekatan Tokoh Masyarakat

32

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
d). Fasih berbicara. e). Mempunyai sikap percaya akan diri
sendiri. f). Populer dalam kelompok masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat terdapat dua tokoh, yakni tokoh
formal. Tokoh formal adalah seseorang atau individu yang secara
resmi menduduki suatu jabatan tertentu di sebuah instansi/
organisasi tertentu. Individu ini diberikan wewenang/kekuasaan
untuk mengambil keputusan-keputusan tertentu. Kekuasaan
yang diberikan kepadanya harus dipertanggungjawabkan
kepada atasannya dan diupayakan setiap keputusannya dapat
bermanfaat untuk kemaslahatan masyarakat.
Tokoh informal. Adalah seseorang/individu yang memperoleh
kekuasaan atau wewenang karena pengaruhnya pada suatu
kelompok dalam masyarakat tertentu. Misalnya para Kyai, ulama, dan
lain sebagainya mereka tidak hanya berposisi sebagai pemuka agama
tetapi sering juga menduduki kepemimpinan dalam masyarakat
secara keseluruhan. Tokoh informal tidak menduduki jabatan resmi
dalam suatu instansi/organisasi tertentu, ketokohannya dalam
berbagai bidang dan pengaruhnya tidak terbatas di lingkungan
masyarakat setempat, tapi bisa keluar wilayahnya.
1. Teknik Mengenali Tokoh Masyarakat
Ada beberapa teknik untuk mengetahui atau mengenal dan
menentukan siapa yang menjadi tokoh di suatu masyarakat. Pertama,
teknik sosiometri. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara menanyai
anggota masyarakat kepada siapa mereka meminta nasihat atau
mencari informasi mengenai masalah-masalah sosial ekonomi yang
mereka hadapi. Pemimpin dalam hal ini adalah mereka yang paling
banyak disebut oleh masyarakat tersebut. Kedua, teknik informan
rating. Dalam teknik ini, pada prinsipnya sama dengan sosiometri
tetapi yang ditanya bukan anggota masyarakat melainkan individu
yang dianggap narasumber di sana yang dianggap mengenal
dengan baik situasi sistem sosial. Ketiga, teknik self designating.
Dalam teknik ini kepada setiap responden diajukan serangkaian
pertanyaan untuk menentukan seberapa jauh ia menganggap
Faktor-Faktor Penting

33
dirinya sebagai pemimpin dalam masyarakat. Pengukuran untuk
mengenali ketokohan tepat sekali jika dilakukan dengan wawancara
terhadap suatu random suatu sistem sosial.
Ciri-ciri tokoh masyakat sebagai berikut;
a.	 Tokoh masyarakat memiliki hubungan sosial yang luas daripada
pengikutnya. Mereka lebih sering bertatap muka dengan media
massa, lebih sering mengadakan perjalanan keluar dan lebih
kerap berhubungan dengan agen-agen perubahan.
b.	
Tokoh masyarakat tidak menyimpan pengetahuan atau
keahliannya itu hanya untuk diri sendiri, melainkan berusaha
untuk menyebarkannya kepada orang lain atau masyarakat.
Mereka menjadi tempat bagi masyarakat untuk bertanya dan
mencarikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat.
c.	 Tokoh masyarakat dikenal oleh anggota-anggota masyarakat
lainnya sebagai ahli yang berkompeten dalam hal inovasi,
mungkin karena mereka telah menerima ide-ide baru
sebelum orang lain. Mereka lebih inovatif dibandingkan
daripada masyarakat pada umumnya.
d.	Tokoh masyarakat memperoleh posisi mereka sebagai
pemimpin informal adalah karena mereka menghargai
dan menjaga norma-norma sistem mereka. Mereka selalu
menyelaraskan diri dengan norma-norma sistem, dan
karena itu tokoh masyarakat menjadi model norma yang
nyata bagi masyarakatnya.
2.	 Peranan Tokoh Masyarakat dalam pengembangan
masyarakat
Kehadiran dan pengaruh tokoh masyarakat dalam struktur
masyarakat kita masih bermakna strategis terutama sekali pada
masyarakat yang sederhana (homopili), yaitu masyarakat yang
hidup di pedesaan. Pada masyarakat pedesaan, kepercayaan dan
ketergantungan pada tokoh masyarakat sangatlah besar, lain
halnya dengan masyarakat yang sudah maju (heteropili) seperti
di masyarakat perkotaan derajat ketergantungan maupun
34

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
perwujudannya sangatlah berbeda. Namun demikian selama
dalam masyarakat itu masih ada unsur-unsurkepercayaan
dan nilai-nilai sosial yang dianut serta dipertahankan maka
keberadaan tokoh masyarakat akan selalu mendapatkan posisi
yang terbaik dalam kehidupan masyarakat.
Ketika anggota masyarakat dihadapkan pada berbagai
pesan atau ide dalam pengembangan masyarakat baik di bidang
ekonomi, kesehatan, pendidikan, teknologi dan lainnnya,
disitu mereka dituntut memberikan keputusan menerima
atau menolaknya, keputusan itu tentu saja dapat bermanfaat
bagi dirinya, pada kaitan ini mereka akan bertanya dan minta
jawaban kepada tokoh masyarakat tersebut.
Keberadaan tokoh masyarakat dalam kegiatan pengembangan
masyarakat, pertama menjadi jembatan penghubung antara
fasilitator dengan masyarakat yang menjadi kelompok sasaran.
Kedua, menjadi fasilitator bagi usaha dan upaya untuk mempercepat
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut. Kedua hal
ini pada dasarnya menempatkan atau memposisikan bahwa tokoh
masyarakat, dalam konteks pembangunan masyarakat tersebut
adalah memberi bantuan untuk memperlancar, meningkatkan,
menpercepat dan menjamin berhasil penyelenggaraan usaha-usaha
pengembangan masyarakat teresebut.

D.	 Kepemimpinan Situasional

1.	Pengertian
Kepemimpinan dapat didefinisikan dari dua sudut pandang,
yakni: pertama, kepemimpinnan sebagai proses mempengaruhi
orang-orang untuk melakukan kegiatan bersama yang mengarah
pada pencapaian tujuan (Beal dan kawan-kawan, 1974).
Kedua, Kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut bertingkah
laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpinnya (Cleaton
dan Mason dalam Mardikanto, 1992). Sebagai suatu proses,
Faktor-Faktor Penting

35
Margono Slamet (1992) berpendapat bahwa kepemimpinan
juga merupakan proses pengambilan prakarsa untuk bertindak
yang menghasilkan pola interaksi kelompok yang konsisten
menuju pemecahan masalah bersama atau untuk mencapai
tujuan bersama.
Sedangkan gaya kepemimpinan adalah pendekatan atau
cara-cara orang memimpin. Untuk itu ada dua golongan terbesar
gaya kepemimpinan sebagai berikut; pertama, Kepemimpinan
bergaya orientasi tugas (task oriented), yaitu gaya
kepemimpinan yang lebih memfokuskan perlunyapelaksanaan
tugas-tugas secara baik, apapun konsekuensinya. Istilah untuk
gaya kepemimpinan ini yakni otoriter, diktator, supervisory
dan initiating. Kedua, gaya kepemimpinan berorientasi pada
hubungan baik (relationship oriented) yaitu gaya kepemimpinan
yang lebih memfokuskan perlunya hubungan baik antara
pimpinan dan bawahannya dan antara anggota kelompoknya.
Istilah lain untuk gaya kepemimpinan ini adalah demokratic,
equalitarian, permisiveness, participatory, dan considerate.
Sekitar tahun 1960–an mulai timbul pendekatan situasional
dalam kepemimpinan. Kepemimpinan situasional yaitu
kepemimpinan berdasarkan situasi, artinya proses mempengaruhi
dan menggerakkan kegiatan orang lain untuk mencapai tujuan dalam
situasi tertentu. Titik tolak pendekatan situasional adalah situasisituasi yang saling berbeda menuntut dilaksanakannya fungsifungsi kepemimpinan yang saling berbeda pula. Fiedler (1965)
mengembangkan teorinya mengenai efektivitas kepemimpinan yang
sepenuhnya dikaitkan dengan ciri-ciri situasi. Teorinya adalah teori
contingensi, teori ini mengkaitkan efektivitas seorang pemimpin
dengan faktor-faktor situasional, yaitu aspek-aspek situasi kelompok
bergantung dari ciri-ciri yang dimiliki seseorang pemimpin maupun
sifat-sifat situasi yang menguntungkan.
2.	 Jenis-jenis kepemimpinan situasional.
Hersey dan Blanchard (1983)
36

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

mengenalkan

gaya
kepemimpinan situasional mengacu pada ; a). Perilaku
hubungan antara pemimpin dan bawahan. b). Perilaku tugas
yang harus dilaksanakan yang pada dasarnya mengaitkan gaya
kepemimpinan dengan kematangan atau masa kerja bawahan,
sehingga kemudia dikenal sebagai life cycle theory. Hal sama
bahwa Kepemimpinan Situasional adalah kepemimpinan yang
didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi antara;
a.	 Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin
(prilaku tugas)
b.	 Tingkat dukungan sosioemosional yang disajikan pemimpin
(prilaku hubungan)
c.	Tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan dalam
melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu
(kematangan bawahan).
Adapun mengenai gaya kepemimpinan situasional sebagai
berikut:
a.	 Telling Style
	 Dimana gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa
perilaku tugas yang tinggi dengan perilaku hubungan
rendah, disebut pula dengan “gaya perintah” karena ditandai
oleh komunikasi satu arah, di mana pemimpin menentukan
tugas atau memberi perintah serta menerangkan kepada
bawahannya tentang bagaimana, apa, bilamana dan di mana
tugas harus dilaksanakan. Gaya kepemimpinan seperti ini
dicirikan salah satu dengan sistem komando.
b.	 Selling Style
	 Gaya kepemimpinan bahwa perilaku tugas yang tinggi
dengan perilaku hubungan yang tinggi, disebut “gaya
menjual”, karena sebagian besar petunjuk masih disiapkan
oleh pemimpin, namun dengan komunikasi dua arah atau
dengan dialog bersama bawahannya. Gaya kepemimpinan
ini diaplikasikan ketika bawahan sudah mulai matang, sudah
menunjukkan tanggung jawab tinggi, tetapi belum memiliki
Faktor-Faktor Penting

37
c.	
	
d.	
	

kesiapan atau kemampuan untuk melaksanakan tugas
dengan baik.
Participating Style
Dimana gaya kepemimpinan ini menunjukkan bahwa
perilaku tugas rendah dengan perilaku hubungan yang
tinggi, disebut dengan “gaya partisipasi”, karena bawahan
dan pemimpin bersama-sama dalam pembuatan keputusan
melalui komunikasi dua arah.
Delegating Style
Dimana gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa
perilaku tugas yang rendah dan perilaku hubungan yang
rendah, disebut “gaya mendelegasi”, karena pemimpin
memberikan delegasi penuh kepada bawahan untuk
melaksanakan kegiatan mereka sendiri melalui penugasan,
pengutusan dan pengawasan umum.

Menurut Paul Hersey dan Ken. Blanchard, seorang pemimpin
harus memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan
tidak salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Tingkat
kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.	 Tingkat kematangan M1 (Tidak mampu dan tidak ingin)
maka gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin
untuk memimpin bawahan seperti ini adalah Gaya Telling
(G1), yaitu dengan memberitahukan, menunjukkan,
mengistruksikan secara spesifik.
b.	 Tingkat kematangan M2 (tidak mampu tetapi mau), untuk
menghadapi bawahan seperti ini maka gaya yang diterapkan
adalah Gaya Selling/Coaching, yaitu dengan Menjual,
Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk.
c.	 Tingkat kematangan M3 (mampu tetapi tidak mau/raguragu) maka gaya pemimpin yang tepat untuk bawahan
seperti ini adalah Gaya Partisipatif, yaitu Saling bertukar Ide
& beri kesempatan untuk mengambil keputusan.
38

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
d.	
Tingkat kematangan M4 (Mampu dan Mau) maka
gaya kepemimpinan yang tepat adalah Delegating,
mendelegasikan tugas dan wewenang dengan menerapkan
system control yang baik.

3.	 Kepemimpinan situasional dalam pengembangan
masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pengembangan masyarakat
memiliki ruang lingkup yang luas dan segmentasi yang beragam
sesuai dengan potret masyarakat. Pelaksanaan pengembangan
masyarakat itu bisa mencakup masyarakat di pedesaan maupun
perkotaan, masyarakat di pedalaman maupun pesisir dan
lain-lain. Hal ini menggambarkan bahwa ada situasi berbeda,
dimana pengembangan masyarakat, misalnya dalam konteks
gaya kepemimpinan berbeda pula. Tentu saja akan berbeda jika,
gaya kepemimpinan yang berlaku di masyarakat pedesaan dan
perkotaan, pedalaman atau pesisir. Pada masyarakat di pedesaan,
dengan alasan bahwa mereka masih belum punya inisiatif, maka
diperlukan gaya kepemimpinan Telling Style atau “gaya perintah”.
Lain lagi, model kepemimpinan pada masyarakat perkotaan
yang kritis dan lebih terbuka, maka Delegating Style lebih cocok
diberlakukan pada masyarakat tersebut.
Dalam kaitan ini, gaya kepemimpinan situasional
merupakan yang cocok dan penting bagi pengembangan
masyarakat. karena kepemimpinan seperti ini mengandaikan
bahwa masyarakat yang beragam dapat diakomodir melalui
gaya-gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan konteks
masyarakatnya. Gaya kepemimpinan seperti lebih mengerti dan
aplikatif dengan keperluan pengembangan masyarakat yang
memiliki spektrum luas dan beragam baik dari segi geografis,
pendidikan, sosio- kultural, ekonomi dan lain-lain.
Kepemimpinan situasional ini aplikatif dan sesuai dengan
konteks masyarakat yang diberdayakan jika didukung oleh sumber
daya manusia yang dapat menjalankan model kepemimpinan ini.
Faktor-Faktor Penting

39
Faktor SDM yang terlibat, khususnya fasilitator maupun pemangku
kepentingan lainn diharapkan memiliki kompetensi dan kapasitas
untuk menjalankan gaya kepemimpinan situasional. Tanpa
dukungan SDM yang sesuai kompetensinya, pelaksanaan gaya
kepemimpinan situasional ini tidak akan berjalan efektif dalam
mendukung usaha dan upaya pengembangan masyarakat yang
berimplikasi pada perubahan sosial itu.
Faktor kepemimpinan situasional menjadi faktor atau
variabel penting bagi pengembangan masyarakat, karena
hal ini sangat cocok dengan kondisi dari masyarakat yang
akan diberdayakannya tersebut. Kepemimpinan yang selalu
menyesuaikan dengan situasi tertentu ini tingkat relevansinya
dengan konteks pengembangan masyarakat tersebut.

40

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
BAB 3

TAHAPAN-TAHAPAN MANAJEMEN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
ISLAM

A.	Perencanaan
1.	 Pengertian Perencanaan
Dalam
manajemen,
perencanaan
adalah
proses
mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk
mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas
kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting
dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan
fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan
pengontrolan—tak akan dapat berjalan.
Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan banyak
tujuan perencanaan. Tujuan pertama adalah untuk memberikan
pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan
nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui
apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus
bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan organisasi. Tujuan kedua adalah untuk mengurangi
ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia
Tahapan-Tahapan Manajemen

41
dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan,
memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun
rencana untuk menghadapinya. Tujuan ketiga adalah untuk
meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan
terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi
pemborosan. Tujuan yang terakhir adalah untuk menetapkan
tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya,
yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses
pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan
rencana dengan kenyataan yang ada.
Dalam konteks pengembangan masyarakat bahwa
perencanaan yang dimaksud disebut dengan perencanaan
sosial. Perencanaan Sosial pada hakekatnya menunjukkan
pada perencanaan mengenai program pelayanan kesejahteraan
sosial (Conyers, 1992 dan Edi Suharto, 2005:27)
Adapun definisi perencanaan sosial menurut PBB adalah
sebagai berikut (Edi Suharto, 2005:27) :
1.	Perencanaan sosial pada sector sosial, perencanaan ini
meliputi sector kesejahteraan, pendidikan, kesehatan,
perumahan, kependudukan dan keluarga berencana.
2.	Perencanaan sosial pada lintas sektoral, perencanaan
yang lebih dari sekedar perencanaan ekonomi, akan tetapi
perencanaan pada berbagai sector.
3.	
Perencanaan sosial sebagai aspek-aspek sosial dari
perencanaan ekonomi. Pada pengertian perencanaan
tercakup dua dimensi penting, yaitu pertana, perencanaan
sosial sebagai perencanaan input sosial bagi perencanaan
ekonomi. Kedua, perencanaan sosial sebagai perencanaan
yang ditujukan untuk menghindari, mencegah berbagai
akibat sosial yang tidak diharapkan dari adanya
pembangunan ekonomi.
2.	 Model Perencanaan Sosial
Sedikitnya ada empat model perencanaan sosial yang
42

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
memuat prinsip-prinsip perencanaan secara tersendiri (Gilbert
dan Specht, 1977 dan Edi Suharto, 2005: 73-74) yaitu;
1.	 Model Rasional Komprehensif
	 Prinsip utama dari model ini adalah bahwa perencanaan
merupakan suatu proses yang teratur dan logis mulai dari
diagnosis masalah hingga pada pelaksanaan kegiatan atau
penerapan program. Penekanan model ini terletak pada
aspek teknis metodologis yang didasarkan atas fakta-fakta,
teori-teori dan nilai-nilai tertentu yang relevan. Ciri model
ini adalah bahwa masalah yang ditemukan harus didiagnosis,
ditentukan pemecahannya melalui perancangan program
yang komprehensif, baru kemudian diuji efektifitasnya
sehingga diperoleh cara pemecahan masalah dan pencapaian
tujuan yang paling baik.
2.	 Model Inkremental
	 Prinsip utama model ini menyaratkan bahwa perubahanperubahan yang diharapkan dari perencanaan tidak bersifat
radikal, melainkan hanya perubahan-perubahan kecil
saja atau penambahan-penambahan pada aspek-aspek
program yang sudah ada. Model ini juga menyarankan
bahwa perencanaan tidak perlu menentukan tujuan-tujuan
dan kemudian menetapkan kebijakan-kebijakan untuk
mencapainya. Yang diperlukan adalah menentukan pilihan
terhadap kebijakan yang berbeda secara marginal saja.
3.	 Model Pengamatan Terpadu
	 Model ini merupakan jalan tengah dari model yang pertama
dan kedua yang memadukan unsure-unsur fundamental
dan incremental. Keputusan yang fundamental dilakukan
dengan menjajagi alternative-alternatif utama dihubungkan
dengan tujuan. Tetapi tidak seperti pendekatan rasional, halhal yang detail dan spesifik diabaikan sehingga pandangan
yang menyeluruh dapat diperoleh. Sementra itu, keputusankeputusan yang bersifat tambahan atau incremental dibuat
di dalam konteks yang ditentukan oleh keputusan-keputusan
Tahapan-Tahapan Manajemen

43
fundamental. Dengan demikian, masing-masing unsur dapat
mengurangi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
unsur lainnya.
4.	 Model Transaksi
	 Prinsip utama model ini menekankan bahwa perencanaan
melibatkan proses interaksi dan komunikasi antara
perencana dan para penerima pelayanan. Oleh karena itu,
model ini menyarankan bahwa perencanaan harus dapat
menutup jurang komunikasi antara perencana dan penerima
layanan yang membutuhkan rencana program. Caranya
dapat dilakukan dengan mengadakan transaksi yang bersifat
pribadi, baik lisan maupun tulisan secara terus menerus di
antara mereka yang terlibat.
Beberapa jenis dari perencanaan adalah sebagai berikut:
1.	 Perencanaan dengan sistem “top down planning” artinya
adalah perencanaan yang dilakukan oleh lembaga
pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta
pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur
jalannya program yang berwal dari perencaan hingga
proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu
berpengaruh.
2.	 Perencanaan dengan sistem “bottom up planning” artinya
adalah perencanaan yang dilakukan diaman masyarakat
lebih berperan dalam hal pemberian gagasan awal sampai
dengan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan
sedangkan pemerintah pemerintah hanya sebagai fasilitator
dalam suatu jalannya program.
3.	 Perencanan dengan sistem gabungan dari kedua sistem
diatas adalah perencaan yang disusun berdasarkan
kebutuhan masyarakat dan program yang diinginkan oleh
masyarakat yang merupakan kesepakatan bersama antara
pemerintah dan juga masyarakat sehingga peran antar satu
dan keduanya saling berkaitan.
44

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Disisi lain dalam konteks pengembangan masyarakat, jenis
lebih pada model bottom up daripada top down. Jenis yang
terakhir kurang memberikan ruang partisipasi pada masyarakat.
Sedangkan perencanaan bottom up memberikan seluas-luasnya
partisipasi kepada masyarakat. Dalam hal ini, perencanaan
bottom up dikenal dengan perencanaan partisipatif. Tiga
alasan utama mengapa perencanaan partisipatif dibutuhkan,
yaitu (Conyers, 1991, 154-155) Alasan pertama partisipasi
masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhandan sikap masyarakat setempat
yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyekproyek akan gagal. Alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan
lebih mempercayai kegiatan atau program pembangunan jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya,
karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program
tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program
tersebut. Alasan ketiga adalah karena timbul anggapan bahwa
merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan
dalam proses pembangunan.
Sedangkan alasan lainnya dikemukakan oleh Amartya
Sen dimana Ia mengemukan ada 3 alasan mengapa harus
ada demokasi dan Perencanaan Partisipatif (Amartya Sen,
1999:148) karena; 1). Demokrasi dan partisipasi sangat
penting peranannya dalam pengembangan kemampuan dasar.
2). Instrumental role untuk memastikan bahwa rakyat bisa
mengungkapkan dan mendukung klaim atas hak-hak mereka,
di bidang politik maupun ekonomi. 3. Constructive role dalam
merumuskan “kebutuhan” rakyat dalam konteks sosial.
Secara garis besar perencanaan sosial dan perencanaan
partisipatif dapat dirumuskan menjadi lima tahapan (Carey,
1980; Marzuki dan Suharto, 1996).
a.	 Identifikasi masalah
b.	 Penentuan Tujuan
c.	 Penyusunan dan Pengembangan Rencana Program
Tahapan-Tahapan Manajemen

45
d.	 Pelaksanaan Program
e.	 Evaluasi Program

Siliwanti (2005:30-31) menegaskan, perencanaan yang baik
akan sangat tergantung pada beberapa faktor, antara lain;
a.	 Kualitas substansi rencana itu sendiri. hal ini akan sangat
terkait dengan isi rencana tersebut yang mempertimbangkan
banyak hal, seperti antara lain: kebutuhan masyarakat
yang mendesak, arah kebijakan pembangunan nasional,
globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi dan sumber
daya dimiliki.
b.	
Mekanisme/proses
perencanaan
rencana,
seperti
pelaksanaan dialog dan konsultasi publik dengan masyarakat,
lembaga perwakilan rakyat, LSM, dan lain sebagainya.
Harapannya dengan konsultasi publik atau dialog, rencana
program tersebut akan mendapatkan legitimasi secara utuh
dari seluruh stakeholdernya.
c.	
Pelaksanaan rencana, yaitu tindakan nyata/kongkrit
yang berada di dalam masyarakat untuk melaksanakan
program secara konsisten, termasuk didalamnya dukungan
ketersediaan anggaran dan profesionalisne pelaksana
rencana.
Pelaksanaan dalam tahap manajemen pengembangan
masyarakat adalah kata lain dari fungsi manajemen
pengorganisasian. Dimana pengertian Fungsi Pengorganisasian/
Organizing adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya
manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki organisasi
untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta
menggapai tujuan organisasi.
Tahap pelaksanaan program intinya menunjukkan pada
perubahan proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang
lebih rendah. Penerapan kebijakan atau penyelenggaraan

B.	Pelaksanaan

46

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
program merupakan tujuan. Sedangkan kegiatan-kegiatan
untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan. Ada dua
prosedur dalam melaksanakan program, yaitu; (Edi Suharto:
2005:79) a) merinci prosedur operasional untuk melaksanakan
program. b). Merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai
dengan rencana.
Dalam kaitan tahapan pelaksanaaan juga ada dua hal yang
perlu diperhatikan yakni pertama, mengorganisasi (Mahendra,
2004: 28-29). Di dalamnya meliputi; pemahaman tentang
tahap pengorganisasian/pelaksanaan terkait erat dengan
perencanaan, organisasi proyek dibentuk sesuai kebutuhan
fungsional dan demi efektivitas, tanggung jawab dan tugas
personal, tugas harus jelas batasannya, dan organisasi struktur
rincian kerja. Kedua, mengkordinasi yang terdiri koordinasi
dengan eksternal dan koordinasi dengan pihak internal.
Adapun kegiatan dalam pelaksanaan terdiri sosialisasi
program, pelatihan tenaga pengelola program, pemberian
bantuan teknis, pelatihan-pelatihan pendukung lainnya,
penyediaan sarana dan prasarana dan lain-lain.
Pengorganiasian juga merupakan keseluruhan aktivitas
manajemen dalam mengelompokan orang-orang serta
penetapan tugas, fungsi wewenang, serta tanggung jawabnya
dengan tujuan terciptanya organisasi yang berhasil. dilakukan
dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatankegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah
manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan
dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan,
siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas
tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas
tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
Sedangkan langkah perorganisasian
Tahapan-Tahapan Manajemen

47
1.	 Memperici seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan
2.	 Membagi beban kerja kedalam aktivitas yang menyenangkan
3.	Mengkombinasikan pekerjaan anggota perusahan dalam
cara yang logs dan efisien
4.	 Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan
dalam satu kesatuan yang harmonis.
5.	 Memantau aktivitas organisasi dan pengambilan langkahlangkah untuk meningkatkan efektivitas

Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk
mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan
usaha. Prinsip pengarahan meliputi prinsip keharmonisan dan
kesatuan komando. Pada prinsip keharmonisan, bertujuan 
pemenuhan kebutuhan yang dimiliki para pekerja harus
harmonis dengan kepentingan perusahaan. Sedang prinsip
kesatuuan komando, menyatukan arah dan tujuan dan tanggung
jawab para bawahan kepada atasan

C.	Pelembagaaan

1.	Pelembagaan
Soetomo (2006;422), bahwa melaksanakan program yang
berorientasi pemberdayaan sehingga berdampak pada proses
yang berkelanjutan tersebut bukan hal yang mudah. Banyak
ditemukan bahwa suatu program atas bantuan/asistensi
dari pemerintah maupun non pemerintah memang dapat
mendorong tumbuhnya aktivitas lokal, tetapi aktivitas lokal
berhenti setelah program dari luar tersebut dihentikan.
Berikut ini, menurut Soetomo, bentuk intervensi dalam
program pemberdayaan masyarakat yang berdampak
kemandirian atau keberlanjutan tersebut;

48

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Gambar 01.
Intervensi yang berdampak kemandirian

Kombinasi sumber
daya eksternal dan
internal

Bantuan materi
dan pelayanan

Aktivitas
lokal

Pengembangan
sumber daya
manusia, material
dan organisasi

Hasil material dan
pelayanan baru

Garis intervensi
Garis siklus
kemandiriaan/keberlanjuta
Sumber: Honadle & Vant Sant (1985:76), Soetomo (2006;423)

Gambar 1. Intervensi yang berdampak kemandirian

Lebih lanjut, menurutnya, bahwa kunci pertama dari keberhasilan program
pemberdayaan masyarakat adalah apabila dapat mendorong lahirnya aktivitas lokal atau
kegiatan-kegiatan di masyarakat. Lebih penting dari bahwa dampak keberlanjutan dari dari
Lebih lanjut, menurutnya, itu, apabila kunci pertama
program itu dapat terlihat dan ada, dimana aktivitas lokal atau kegiatan yang dilaksanakan
dalam program tersebut program pemberdayaan kegiatan-kegiatan lainnya
keberhasilan mendorong muncul aktivitas lokal atau masyarakat adalah
sebagai mata rantai dari kegiatan sebelumnya. Dalam bahasa lainnya, aktivitas lokal atau
apabila dilaksanakan dalam program itu memberikan multiplier effect yang mampu
kegiatan yangdapat mendorong lahirnya aktivitas lokal atau kegiatanmenciptakan siklus kemanfaatan program yang tidak hanya berhenti ketika program yang
kegiatan di masyarakat. Lebih penting dari itu, apabila dampak
berasal dari luar sudah habis masa waktunya.
Dalam konteks ini, bagi program pengembangan masyarakat,
keberlanjutan dari program itu dapat terlihat dan ada,bahwa
dimana
bantuan/pendampingan dari luar (baca; LSM, pemerintah maupun badan usaha) harus
diposisikan hanya stimulan belaka dan tidak selamanya. Kenapa program yang dilakukan oleh
aktivitas lokal atau kegiatan yang dilaksanakan dalam program
pihak luar itu hanya stimulan saja? Hal ini dimaksudkan agar masyarakat yang diintervensi
tersebut mendorong muncul aktivitas lokal atau kegiatanmelalui sebuah progam tersebut, tidak mengalami ketergantungan, tentu saja hal tersebut
dapat berdampak buruk bagi mereka, dan bertentangan dengan tujuan sebenarnya
kegiatan lainnya sebagai mata rantai dari kegiatan sebelumnya.
diselenggarakannya program pemberdayaan masyarakat; yakni masyarakat dapat berdaya dan
menolong diri bahasa lainnya, hambatan dan kendala yang dihadapinya.
Dalam sendiri dalam menghadapi aktivitas lokal atau kegiatan yang
Model
program
pengembangan
masyarakat
yang
memiliki
arah
dilaksanakan dalam satu telah digagas oleh LP3ES ketika mengintrodusir
kemandirian/keberlanjutan salah program itu memberikan multiplier effect
program transaksi hulu-hilir di wilayah DAS Cidanau, Serang, Banten. Dimana secara

yang mampu menciptakan siklus kemanfaatan program yang
26
tidak hanya berhenti ketika program yang berasal dari luar
sudah habis masa waktunya.
Dalam konteks ini, bagi program pengembangan masyarakat,
bahwa bantuan/pendampingan dari luar (baca; LSM, pemerintah
maupun badan usaha) harus diposisikan hanya stimulan belaka
dan tidak selamanya. Kenapa program yang dilakukan oleh pihak
luar itu hanya stimulan saja? Hal ini dimaksudkan agar masyarakat
Tahapan-Tahapan Manajemen

49
yang diintervensi melalui sebuah progam tersebut, tidak mengalami
ketergantungan, tentu saja hal tersebut dapat berdampak buruk
bagi mereka, dan bertentangan dengan tujuan sebenarnya
diselenggarakannya program pemberdayaan masyarakat; yakni
masyarakat dapat berdaya dan menolong diri sendiri dalam
menghadapi hambatan dan kendala yang dihadapinya.
Model program pengembangan masyarakat yang memiliki
arah kemandirian/keberlanjutan salah satu telah digagas oleh
eksplisit ada satu tahapan secara khusus untuk membangun dimensi keberlanjutan dari
LP3ES ketika mengintrodusir program transaksi hulu-hilir di
program atau aktivitas lokal yang ada disana.
Berikutwilayah DAS Cidanau, pengembangan masyarakat yang menganut aspek
ini siklus tahapan dalam Serang, Banten. Dimana secara eksplisit
berkelanjutan program tersebut
ada satu tahapan secara khusus untuk membangun dimensi
keberlanjutan dari program atau aktivitas lokal yang ada disana.
Gambar: 02.
Berikut ini siklus tahapan dalam pengembangan masyarakat
Siklus tahapan pemberdayaan masyarakat yang memiliki aspek keberlanjutan
yang menganut aspek berkelanjutan program tersebut
Tahap
Perencanaan
Program

Tahap Monitoring dan
Evaluasi Program

Tahap Pelaksanaan
Program

Tahap
Pelembagaan
Program
Sumber: LP3ES dan IIED, 2005

Gambar 2. Siklus tahapan pemberdayaan masyarakat yang

Tahap pelembagaan inilah merupakan tahapan khusus yang dilakukan dalam rangka
memiliki aspek keberlanjutan
membangun aspek kemandirian atau keberlanjutan tersebut. Dimana tahapan ini seringkali
terabaikan oleh sejumlah perencana dalam program pemberdayaan masyarakat tersebut.
Padahal agar program tersebut dapat berjalan berkesinambungan dan memberikan manfaat
kepada masyarakatTahap jangka panjang, serta menjamin bahwa program itu tetap berjalan
secara pelembagaan inilah merupakan tahapan khusus yang
walaupun bantuan/asistensi dari pemerintah, LSM maupun badan usaha kemandirian atau
dilakukan dalam rangka membangun aspek sudah selesai.
Sedangkan tahapan pemberdayaan masyarakat yang mengabaikan aspek keberlanjutan
keberlanjutan tersebut. Dimana tahapan ini seringkali terabaikan
tersebut, biasanya urutannya sebagai berikut; pertama, perencanaan program, pelaksanaan
program dan monitoring serta evaluasi program. Ternyata model ini tidak memberikan
kontribusi positif bagi pengembangan program secara lebih berkesinambungan.
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
50
c.2. Strategi Pelembagaan Program

Berikut ini beberapa strategi dalam rangka mendukung pelembagaan bagi program
pemberdayaan masyarakat, yaitu; pertama, penguatan kelembagaan lokal. Dalam sebuah
program tersebut harus dibangun kelembagaan lokal yang kuat sebagai mata rantai yang akan
oleh sejumlah perencana dalam program pemberdayaan
masyarakat tersebut. Padahal agar program tersebut dapat
berjalan berkesinambungan dan memberikan manfaat kepada
masyarakat secara jangka panjang, serta menjamin bahwa
program itu tetap berjalan walaupun bantuan/asistensi dari
pemerintah, LSM maupun badan usaha sudah selesai.
Sedangkan tahapan pemberdayaan masyarakat yang
mengabaikan aspek keberlanjutan tersebut, biasanya
urutannya sebagai berikut; pertama, perencanaan program,
pelaksanaan program dan monitoring serta evaluasi program.
Ternyata model ini tidak memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan program secara lebih berkesinambungan.
2.	 Strategi Pelembagaan Program
Berikut ini beberapa strategi dalam rangka mendukung
pelembagaan bagi program pemberdayaan masyarakat,
yaitu; pertama, penguatan kelembagaan lokal. Dalam sebuah
program tersebut harus dibangun kelembagaan lokal yang
kuat sebagai mata rantai yang akan melanjutkan kegiatan
pemberdayaan yang sudah dilakukan melalui stimulan dari
pihak luar tersebut. Karena kelembagaan lokal yang kuat akan
memelihara kesinambungan dan manfaat program tersebut.
Penguatan kelembagaan lokal dapat dilaksanakan melalui
penguatan sumber daya manusia (SDM) sebagai pengelola
program tersebut, pembangunan sarana fisik kelembagaan dan
pendanaan yang permanen. Penguatan dan pengembangan
sumber daya manusia, misalnya, melalui pelatihan manajemen
dan kepemimpinan, administrasi keuangan, pemasaran dan
lobby serta ketrampilan—ketrampilan lainnya.
Kedua, membina kader masyarakat. Kader masyarakat
biasanya dibentuk bersamaan dengan perencanaan dan
pelaksanaan program. Mereka inilah ujung tombak yang akan
meneruskan program tersebut setelah masa penghapusan
“jejak” dari pihak luar yang membantunya. Pembinaan kader
Tahapan-Tahapan Manajemen

51
masyarakat yang profesional dan cakap adalah bentuk tanggung
jawab dari pemberi program untuk mewujudkan kemanfaatan
yang berjangka panjang tersebut. Pada tahap pelembagaan,
aspek pembinaan kader masyarakat merupakan hal yang
penting dilakukan sebagai upaya membangun dampak yang
berjangka lama dari program tersebut.
Ketiga, Sumber pendanaan; sumber pendanaan bagi
program tersebut yang tidak hanya bergantung pada pemberian
dari pihak luar yang sifat sementara dan tidak permanen.Tetapi
mekanisme pendanaan ini harus dibuat secara permanen,
oleh karena itu model-model pendanaan alternatif harus
dibuat selama program tersebut dilaksanakan. Misalnya,
dalam kasus Program Transaksi Hulu-Hilir di Wilayah di DAS
Cidanau, disepakati pemberian dana kompensasi dari pihak
hilir (PT. Krakatau Tirta Industri) sebagai pemanfaat dari air
yang mengalir di daerah aliran sungai (DAS) Cidanau kepada
masyarakat di hulu agar memelihara kelestarian lingkungan
di daerah hulu sehingga air itu dapat tersedia dan mengalir.
Model-model seperti inilah yang dapat diharapkan membangun
pendanaan program setelah “pemberian dana” dari luar
dihentikan karena sifatnya yang sementara dan stimulan belaka.

Monitoring dilakukan sejak awal kegiatan, terutama pada
saat implementasi program. Tujuan monitoring (pemantauan)
untuk melihat atau mengawasi apakah pelaksanaan program
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, jika terjadi
penyimpang dapat segera dilakukan perbaikan. Sementara
evaluasi dapat pula dilakukan terhadap proses dan hasil
implementasi program, artinya bisa dilakukan pada waktuwaktu tertentu (misalnya per triwulan, per semester, per
tahun, dsb) dan pada akhir kegiatan. Tujuan evaluasi program
adalah untuk mengetahui sejauhmana pencapaian tujuan,

D.	 Monitoring dan evaluasi

52

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
apa faktor penghambat dan pendukung, dan langkah apa
yang perlu diambil guna perbaikan lebih lanjut. Teknik yang
dapat digunakan dalam evaluasi yaitu diskusi kelompok atau
pertemuan masyarakat untuk melakukan evaluasi
Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui
kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan
rencana yang telah disusun. Monitoring digunakan pula
untuk memperbaiki kegiatan yang menyimpang dari rencana,
mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber, serta
untuk mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien
mungkin. Berdasarkan kegunaannya, William Travers Jerome
menggolongkan monitoring menjadi delapan macam, sebagai
berikut;
1.	 Monitoring yang digunakan untuk memelihara dan
membakukan pelaksanaan suatu rencana dalam rangka
meningkatkan daya guna dan menekan biaya pelaksanaan
program.
2.	Monitoring yang digunakan untuk mengamankan harta
kekayaan organisasi atau lembaga dari kemungkinan
gangguan, pencurian, pemborosan, dan penyalahgunaan
3.	 Monitoring yang digunakan langsung untuk mengetahui
kecocokan antara kualitas suatu hasil dengan kepentingan
para pemakai hasil dengan kemampuan tenaga pelaksana.
4.	 Monitoring yang digunakan untuk mengetahui ketepatan
pendelegasian tugas dan wewenang yang harus dilakukan
oleh staf atau bawahan.
5.	 Monitoring yang digunakan untuk mengukur penampilan
tugas pelaksana.
6.	 Monitoring yang digunakan untuk mengetahui ketepatan
antara pelaksanaan dengan perencanaan program.
7.	Monitoring yang digunakan untuk mengetahui berbagai
ragam rencana dan kesesuaiannya dengan sumber-sumber
yang dimiliki oleh organisasi atau lembaga.
Tahapan-Tahapan Manajemen

53
8.	 Monitoring yang digunakan untuk memotivasi keterlibatan
para pelaksana.

1.	Pengertian
Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan
program. Ada beberapa pengertian tentang program sendiri.
Dalam kamus (a) program adalah rencana, (b) program adalah
kegiatan yang dilakukan dengan seksama. Melakukan evaluasi
program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang
direncanakan (Suharsimi Arikunto, 1993: 297).
Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto
dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009: 5), evaluasi program
adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan
telah terealisasikan. Selanjutnya menurut Cronbach (1963) dan
Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Suharsimi Arikuntodan
Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009: 5), evaluasi program adalah
upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada
pengambil keputusan.
2.	 Tujuan Evaluasi Program
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011: 114-115), evaluasi
program dilakukan dengan tujuan untuk: a. Menunjukkan
sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program
yang sama ditempat lain.b. Mengambil keputusan tentang
keberlanjutan sebuah program, apakah program perlu
diteruskan, diperbaiki atau dihentikan. Dilihat dari tujuannya,
yaitu ingin mengetahui kondisi sesuatu, maka evaluasi program
dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk penelitian
evaluatif. Oleh karena itu, dalam evaluasi program, pelaksana
berfikir dan menentukan langkah bagaimana melaksanakan
penelitian.
54

Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam
Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam

More Related Content

What's hot

Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
M Abdul Aziz
 
Manajemen dan organisasi
Manajemen dan organisasi Manajemen dan organisasi
Manajemen dan organisasi
Trianingrum
 
Frank B. Gilberth, Lillian M. Gilberth dan Perkembangan Ilmu Manajemen
Frank B. Gilberth, Lillian M. Gilberth dan Perkembangan Ilmu ManajemenFrank B. Gilberth, Lillian M. Gilberth dan Perkembangan Ilmu Manajemen
Frank B. Gilberth, Lillian M. Gilberth dan Perkembangan Ilmu Manajemen
ermawidiana
 
Sejarah Manajemen
Sejarah ManajemenSejarah Manajemen
Sejarah Manajemen
Titin Indrawati
 
Manajemen pendidikan islam ppt
Manajemen pendidikan islam pptManajemen pendidikan islam ppt
Manajemen pendidikan islam ppt
Ukhty Nicken
 
Makalah perencanaan strategis [lengkap]
Makalah perencanaan strategis [lengkap]Makalah perencanaan strategis [lengkap]
Makalah perencanaan strategis [lengkap]
Fajar Jabrik
 
Makalah konsep rancangan program pelatihan
Makalah konsep rancangan program pelatihanMakalah konsep rancangan program pelatihan
Makalah konsep rancangan program pelatihan
Liseu Taqillah
 
Materi teori motivasi
Materi teori motivasiMateri teori motivasi
Materi teori motivasi
Arib Herzi
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Rohman Efendi
 
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
PENDIDIKAN DAN MASYARAKATPENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
Universitas Lampung
 
Makalah fungsi fungsi dan tingkatan manajemen
Makalah fungsi fungsi dan tingkatan manajemenMakalah fungsi fungsi dan tingkatan manajemen
Makalah fungsi fungsi dan tingkatan manajemen
Japar Sadiq Assaqaf
 
Matan Keyakinan Hidup Muhammadiyah
Matan Keyakinan Hidup MuhammadiyahMatan Keyakinan Hidup Muhammadiyah
Matan Keyakinan Hidup Muhammadiyah
Nadia Tsalisa
 
KEPEMIMPINAN EFEKTIF, KEPEMIMPINAN YANG MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPAT
KEPEMIMPINAN EFEKTIF, KEPEMIMPINAN YANG MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPATKEPEMIMPINAN EFEKTIF, KEPEMIMPINAN YANG MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPAT
KEPEMIMPINAN EFEKTIF, KEPEMIMPINAN YANG MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPAT
Zulkarnain Burhanto
 
Hakikat belajar dan pembelajaran ppt
Hakikat belajar dan pembelajaran pptHakikat belajar dan pembelajaran ppt
Hakikat belajar dan pembelajaran ppt
Fiqran Haruna
 
Sistem Pemerintahan Pada Masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin
Sistem Pemerintahan Pada Masa Rasulullah SAW dan Khulafaur RasyidinSistem Pemerintahan Pada Masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin
Sistem Pemerintahan Pada Masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin
Izzatul Ulya
 
50 soal pilihan ganda manajemen
50 soal pilihan ganda manajemen50 soal pilihan ganda manajemen
50 soal pilihan ganda manajemen
Anto Apriyanto, M.E.I.
 
Resensi Buku Manajemen Pendidikan
Resensi Buku Manajemen PendidikanResensi Buku Manajemen Pendidikan
Resensi Buku Manajemen Pendidikan
Ratih Aini
 
Teori teori aliran klasik
Teori teori aliran klasikTeori teori aliran klasik
Teori teori aliran klasik
Ely Goro Leba
 
Kerangka Konsep Administrasi (Presentasi)
Kerangka Konsep Administrasi (Presentasi)Kerangka Konsep Administrasi (Presentasi)
Kerangka Konsep Administrasi (Presentasi)
Noor Adn
 

What's hot (20)

Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
Politik dan Strategi Nasional - PKn (Makalah)
 
Manajemen dan organisasi
Manajemen dan organisasi Manajemen dan organisasi
Manajemen dan organisasi
 
Frank B. Gilberth, Lillian M. Gilberth dan Perkembangan Ilmu Manajemen
Frank B. Gilberth, Lillian M. Gilberth dan Perkembangan Ilmu ManajemenFrank B. Gilberth, Lillian M. Gilberth dan Perkembangan Ilmu Manajemen
Frank B. Gilberth, Lillian M. Gilberth dan Perkembangan Ilmu Manajemen
 
Hadits manajemen
Hadits manajemenHadits manajemen
Hadits manajemen
 
Sejarah Manajemen
Sejarah ManajemenSejarah Manajemen
Sejarah Manajemen
 
Manajemen pendidikan islam ppt
Manajemen pendidikan islam pptManajemen pendidikan islam ppt
Manajemen pendidikan islam ppt
 
Makalah perencanaan strategis [lengkap]
Makalah perencanaan strategis [lengkap]Makalah perencanaan strategis [lengkap]
Makalah perencanaan strategis [lengkap]
 
Makalah konsep rancangan program pelatihan
Makalah konsep rancangan program pelatihanMakalah konsep rancangan program pelatihan
Makalah konsep rancangan program pelatihan
 
Materi teori motivasi
Materi teori motivasiMateri teori motivasi
Materi teori motivasi
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
 
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
PENDIDIKAN DAN MASYARAKATPENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
 
Makalah fungsi fungsi dan tingkatan manajemen
Makalah fungsi fungsi dan tingkatan manajemenMakalah fungsi fungsi dan tingkatan manajemen
Makalah fungsi fungsi dan tingkatan manajemen
 
Matan Keyakinan Hidup Muhammadiyah
Matan Keyakinan Hidup MuhammadiyahMatan Keyakinan Hidup Muhammadiyah
Matan Keyakinan Hidup Muhammadiyah
 
KEPEMIMPINAN EFEKTIF, KEPEMIMPINAN YANG MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPAT
KEPEMIMPINAN EFEKTIF, KEPEMIMPINAN YANG MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPATKEPEMIMPINAN EFEKTIF, KEPEMIMPINAN YANG MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPAT
KEPEMIMPINAN EFEKTIF, KEPEMIMPINAN YANG MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPAT
 
Hakikat belajar dan pembelajaran ppt
Hakikat belajar dan pembelajaran pptHakikat belajar dan pembelajaran ppt
Hakikat belajar dan pembelajaran ppt
 
Sistem Pemerintahan Pada Masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin
Sistem Pemerintahan Pada Masa Rasulullah SAW dan Khulafaur RasyidinSistem Pemerintahan Pada Masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin
Sistem Pemerintahan Pada Masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin
 
50 soal pilihan ganda manajemen
50 soal pilihan ganda manajemen50 soal pilihan ganda manajemen
50 soal pilihan ganda manajemen
 
Resensi Buku Manajemen Pendidikan
Resensi Buku Manajemen PendidikanResensi Buku Manajemen Pendidikan
Resensi Buku Manajemen Pendidikan
 
Teori teori aliran klasik
Teori teori aliran klasikTeori teori aliran klasik
Teori teori aliran klasik
 
Kerangka Konsep Administrasi (Presentasi)
Kerangka Konsep Administrasi (Presentasi)Kerangka Konsep Administrasi (Presentasi)
Kerangka Konsep Administrasi (Presentasi)
 

Similar to Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam

Ppt teori pemba.kl6
Ppt teori pemba.kl6Ppt teori pemba.kl6
Ppt teori pemba.kl6
AbdulAzizm5
 
Organization Development for human capital
Organization Development for human capitalOrganization Development for human capital
Organization Development for human capitalSetiono Winardi
 
Tugas Eko 12, Anindya Daniswara, Ranti Pusriana, Manajemen, SMAN 12, 2017
Tugas Eko 12, Anindya Daniswara, Ranti Pusriana, Manajemen, SMAN 12, 2017Tugas Eko 12, Anindya Daniswara, Ranti Pusriana, Manajemen, SMAN 12, 2017
Tugas Eko 12, Anindya Daniswara, Ranti Pusriana, Manajemen, SMAN 12, 2017
Danis Wara
 
Tugas Eko 12, saskia dilla maharani, Ranti pusriana, makalah manajemen, sman ...
Tugas Eko 12, saskia dilla maharani, Ranti pusriana, makalah manajemen, sman ...Tugas Eko 12, saskia dilla maharani, Ranti pusriana, makalah manajemen, sman ...
Tugas Eko 12, saskia dilla maharani, Ranti pusriana, makalah manajemen, sman ...
SaskiaMaharani2
 
tugas eko 12, Sofia nabila ramdan, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017
tugas eko 12, Sofia nabila ramdan, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017tugas eko 12, Sofia nabila ramdan, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017
tugas eko 12, Sofia nabila ramdan, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017
sofia nabila
 
tugas eko 12, Fikri hanif, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017
tugas eko 12, Fikri hanif, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017tugas eko 12, Fikri hanif, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017
tugas eko 12, Fikri hanif, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017
fikri hanif
 
Tugas Eko 12, Roshanara Devina Safa, Ranti Pusriana, manajemen, SMAN 12, 2017
Tugas Eko 12, Roshanara Devina Safa, Ranti Pusriana, manajemen, SMAN 12, 2017Tugas Eko 12, Roshanara Devina Safa, Ranti Pusriana, manajemen, SMAN 12, 2017
Tugas Eko 12, Roshanara Devina Safa, Ranti Pusriana, manajemen, SMAN 12, 2017
roshanaradevinasafa
 
Tema Pengembangan Masyarakat
Tema Pengembangan MasyarakatTema Pengembangan Masyarakat
Tema Pengembangan Masyarakat
Ayu Pitas
 
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.pptSlide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
RosmalahUMK
 
Pengantar manajamen 1
Pengantar manajamen 1Pengantar manajamen 1
Pengantar manajamen 1
Supriyadi MS
 
Revisi manajemen khusnul kotimah
Revisi   manajemen khusnul kotimahRevisi   manajemen khusnul kotimah
Revisi manajemen khusnul kotimah
Khusnul Kotimah
 
Management Komunikasi
Management KomunikasiManagement Komunikasi
Management Komunikasi
putriifps
 
Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 1)
Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 1)Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 1)
Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 1)
Fkip Sda7
 
Konsep Kewirausahaan Islami
Konsep Kewirausahaan IslamiKonsep Kewirausahaan Islami
Konsep Kewirausahaan Islami
Fkip Sda7
 
Makalah uas anis fuad 11150749
Makalah uas anis fuad 11150749Makalah uas anis fuad 11150749
Makalah uas anis fuad 11150749
Anisfuad12
 
Tugas 5 nur a filla 1.a
Tugas 5 nur a filla 1.a Tugas 5 nur a filla 1.a
Tugas 5 nur a filla 1.a
Nurafilla
 
Konsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Konsep Pengorganisasian Pengembangan MasyarakatKonsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Konsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Safira Sahida
 
ppty.pptx
ppty.pptxppty.pptx
ppty.pptx
mredhoakoja
 
Pendekatan dan tantangan dalam pendidikan islam
Pendekatan dan tantangan dalam pendidikan islamPendekatan dan tantangan dalam pendidikan islam
Pendekatan dan tantangan dalam pendidikan islam
Nikmatul W
 

Similar to Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam (20)

Ppt teori pemba.kl6
Ppt teori pemba.kl6Ppt teori pemba.kl6
Ppt teori pemba.kl6
 
Organization Development for human capital
Organization Development for human capitalOrganization Development for human capital
Organization Development for human capital
 
Tugas Eko 12, Anindya Daniswara, Ranti Pusriana, Manajemen, SMAN 12, 2017
Tugas Eko 12, Anindya Daniswara, Ranti Pusriana, Manajemen, SMAN 12, 2017Tugas Eko 12, Anindya Daniswara, Ranti Pusriana, Manajemen, SMAN 12, 2017
Tugas Eko 12, Anindya Daniswara, Ranti Pusriana, Manajemen, SMAN 12, 2017
 
Tugas Eko 12, saskia dilla maharani, Ranti pusriana, makalah manajemen, sman ...
Tugas Eko 12, saskia dilla maharani, Ranti pusriana, makalah manajemen, sman ...Tugas Eko 12, saskia dilla maharani, Ranti pusriana, makalah manajemen, sman ...
Tugas Eko 12, saskia dilla maharani, Ranti pusriana, makalah manajemen, sman ...
 
tugas eko 12, Sofia nabila ramdan, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017
tugas eko 12, Sofia nabila ramdan, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017tugas eko 12, Sofia nabila ramdan, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017
tugas eko 12, Sofia nabila ramdan, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017
 
tugas eko 12, Fikri hanif, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017
tugas eko 12, Fikri hanif, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017tugas eko 12, Fikri hanif, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017
tugas eko 12, Fikri hanif, Ranty pusriana, manajemen, SMAN12, 2017
 
Tugas Eko 12, Roshanara Devina Safa, Ranti Pusriana, manajemen, SMAN 12, 2017
Tugas Eko 12, Roshanara Devina Safa, Ranti Pusriana, manajemen, SMAN 12, 2017Tugas Eko 12, Roshanara Devina Safa, Ranti Pusriana, manajemen, SMAN 12, 2017
Tugas Eko 12, Roshanara Devina Safa, Ranti Pusriana, manajemen, SMAN 12, 2017
 
Tema Pengembangan Masyarakat
Tema Pengembangan MasyarakatTema Pengembangan Masyarakat
Tema Pengembangan Masyarakat
 
Props ppm-pemberdayaan-uep
Props ppm-pemberdayaan-uepProps ppm-pemberdayaan-uep
Props ppm-pemberdayaan-uep
 
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.pptSlide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
Slide_Pembangunan_masy_desa_2017_tatap_m.ppt
 
Pengantar manajamen 1
Pengantar manajamen 1Pengantar manajamen 1
Pengantar manajamen 1
 
Revisi manajemen khusnul kotimah
Revisi   manajemen khusnul kotimahRevisi   manajemen khusnul kotimah
Revisi manajemen khusnul kotimah
 
Management Komunikasi
Management KomunikasiManagement Komunikasi
Management Komunikasi
 
Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 1)
Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 1)Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 1)
Makalah Kewirausahaan Islami (Kelompok 1)
 
Konsep Kewirausahaan Islami
Konsep Kewirausahaan IslamiKonsep Kewirausahaan Islami
Konsep Kewirausahaan Islami
 
Makalah uas anis fuad 11150749
Makalah uas anis fuad 11150749Makalah uas anis fuad 11150749
Makalah uas anis fuad 11150749
 
Tugas 5 nur a filla 1.a
Tugas 5 nur a filla 1.a Tugas 5 nur a filla 1.a
Tugas 5 nur a filla 1.a
 
Konsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Konsep Pengorganisasian Pengembangan MasyarakatKonsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Konsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
 
ppty.pptx
ppty.pptxppty.pptx
ppty.pptx
 
Pendekatan dan tantangan dalam pendidikan islam
Pendekatan dan tantangan dalam pendidikan islamPendekatan dan tantangan dalam pendidikan islam
Pendekatan dan tantangan dalam pendidikan islam
 

Recently uploaded

Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
sriwulandari723
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
StevanusOkiRudySusan
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 

Recently uploaded (20)

Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 

Muhtadi dan tantan hermansah manajemen pengembangan masyarakat islam

  • 1.
  • 2. Seri Buku Ajar MANAJEMEN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI)
  • 3. Diterbitkan pertama kali di Ciputat, Indonesia, pada 2013 UIN Jakarta Press UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Djuanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan Banten 15412 Indonesia Telepon (021) 7401925. Faks. (021) 7402982 Website: www.uinjkt.ac.id E-mail: uinjakartapress@uinjkt.ac.id @ 2013 Muhtadi & Tantan Hermansah Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. MANAJEMEN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI) Penulis: Muhtadi & Tantan Hermansah Desain sampul/Tata letak: Ahmad Jajuli
  • 4. KATA PENGANTAR ALHAMDULILLAH, PUJI syukur kita sampaikan ke hadirat Allah SWT, atas izin dan kehendak-Nya bahwa penulisan buku ajar dengan judul Manajemen Pengembangan Masyarakat dapat diselesaikan. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Manajemen Pengem­ bangan Masyarakat Islam (PMI) merupakan mata kuliah pokok di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunkasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarifhidayatullah, Jakarta. Dimana Manajemen PMI, mata kuliah yang diperlukan dalam memperkuat kapasitas dan kompetensi mahasiswa dalam pengelolaan pengembangan masyarakat Islam tersebut. Adapun tujuan dari mata kuliah ini adalah; Pertama, Mem­erikan pengetahuan dan pengertian tentang manaje­ b men pengembangan masyarakat Islam, tahapan dan unsur manajemen PMI. Kedua, memahami mengenai Desiminasi, koordinasi, pendekatan/peran tokoh masyarakat, kepemim­ pinan situasional dalam pengembangan masyarakat; ketiga, memberikan pengetahuan tentang manajemen konflik, manajemen organisasi nirlaba, manajemen pemasaran sosial, manajemen perubahan dan peran-peran fasilitator dalam pengembangan masyarakat Islam. Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) iii
  • 5. Dimana hal-hal di atas, merupakan pengetahuan dan wawasan bahkan skill yang sangat diperlukan dalam manajemen dan pengelolaan untuk kegiatan dan program yang dilaksanakan di masyarakat. Mahasiswa sebagai dai yang berperan dalam memfasilitasi pengembangan masyarakat Islam melalui dakwah bil hal pada tingkat operasionalisasi di lapangan dimana hal-hal di atas dapat ditemukan dan dicarikan solusi dalam rangka memajukan masyarakat tersebut. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pimpinan dan pegawai UIN Press yang telah memberikan kesempatan untuk menulis buku ajar tentang Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam. Semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT dan kita semua dapat memajukan bangsa ini melalui karya-karya yang kreatif, cerdas dan inovatif untuk membangun peradaban yang gemilang. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu kelancaran penulisan buku ajar ini. Akhirnya, kami berdua menyakini ada banyak kekurangan dengan buku ini, untuk itu kritik dan masukan yang konstruktif sangat diharapkan agar buku ini menjadi lebih baik lagi. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Pamulang-Bogor, 25 September 2013 Muhtadi dan Tantan Hermansah iv Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 6. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR___iii DAFTAR ISI___v BAB 1 MANAJEMEN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI)___1 A. Manajemen___1 1. Pengertian Manajemen___1 2. Pengertian Pengembangan Masyarakat Islam___6 B. Sejarah___12 1. Perkembangan Islam di Periode Makkah___12 2. Periode Madinah___14 C. Nilai-nilai dan Prinsip-Prinsip___19 BAB 2 FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI)___23 A. Desiminasi___23 1. Pengertian Desiminasi___23 2. Elemen- Elemen Desiminasi___24 3. Teknik Diseminasi___24 4. Desiminasi dan Adopsi___25 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) v
  • 7. 4. Desiminasi dan Perubahan Sosial___27 5. Desiminasi dalam pengembangan masyarakat Islam___28 B. Koordinasi___29 1. Pengertian___29 2. Fungsi Koordinasi___29 3. Metode dan Teknik koordinasi___30 4. Jenis-Jenis Koordinasi___31 5. Koordinasi dalam Pengembangan Masyarakat___31 C. Pendekatan Tokoh Masyarakat___32 1. Teknik Mengenali Tokoh Masyarakat___33 2. Peranan Tokoh Masyarakat dalam pengembangan masyarakat___34 D. Kepemimpinan Situasional 35 1. Pengertian___35 2. Jenis-jenis kepemimpinan situasional.___36 3. Kepemimpinan situasional dalam pengembangan masyarakat.___39 BAB 3 TAHAPAN-TAHAPAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM___41 A. Perencanaan___41 1. Pengertian Perencanaan___41 2. Model Perencanaan Sosial___42 B. Pelaksanaan___46 C. Pelembagaaan___48 1. Pelembagaan___48 2. Strategi Pelembagaan Program___51 D. Monitoring dan evaluasi___52 1. Pengertian___54 2. Tujuan Evaluasi Program___54 3. Model Evaluasi Program___55 vi Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 8. BAB 4 UNSUR-UNSUR MANAJEMEN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM___57 A. Pendanaan___57 B. Kinerja Organisasi dan SDM___58 1. Motivasi___59 2. Insentif___60 3. kerja___60 Etos C. Manajemen SDM___63 1. Prinsip-prinsip___64 2. Tujuan___65 3. Aktivitas___65 D. Sarana dan Prasarana___67 E. Metode___68 1. Pengertian Metode___68 2. Metode dan Teknik Pengembangan Masyarakat___69 F. Pasar___72 BAB 5 VARIAN MANAJEMEN LAIN DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT___75 A. Manajemen Konflik___75 1. Pengertian Konflik___75 2. Manajemen Konflik ___78 3. Manajemen Konflik dalam Pengembangan Masyarakat Islam.___79 B. Manajemen Organisasi Nirlaba___79 1. Pengertian Organisasi Nirlaba___79 2. Manajemen Organisasi Nirlaba___80 C. Manajemen Pemasaran Sosial___81 1. Pengertian Manajemen Pemasaran Sosial___81 2. Unsur-Unsur Pemasaran Sosial___82 3. Proses Kegiatan Pemasaran Sosial ___83 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) vii
  • 9. 4. Manajemen Pemasaran Sosial dalam Pengembangan Masyarakat Islam___84 D. Manajemen Perubahan___85 1. Pengertian Manajemen Perubahan___85 2. Pendekatan Manajemen Perubahan___87 3. Model Manajemen Perubahan___88 4. Peran Dan Tanggung Jawab___89 5. Perubahan Ditolak ___90 6. Taktik Mengatasi Penolakan Atas Perubahan___92 7. Manajemem Perubahan dalam Pengembangan Masyarakat Islam.___96 BAB 6 PERAN-PERAN FASILITATOR DALAM PMI___97 A. Pengertian dakwah dan Metode___97 B. Dai sebagai pengembang Masyarakat Islam___98 C. Peran Dai dalam Pengembangan Masyarakat Islam___102 DAFTAR PUSTAKA___107 viii Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 10. BAB 1 MANAJEMEN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI) A. Manajemen 1. Pengertian Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti “seni melaksanakan dan mengatur.” Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007). Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Vocational Business: Training, Developing and Motivating People by Richard Barrett - Business & Economics – 2003: 51). Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 1
  • 11. tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. (Griffin, R. 2006..). Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiar yang berarti “mengendalikan,” terutama dalam konteks mengendalikan kuda, yang berasal dari bahasa latin manus yang berarti “tangan” Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga,yaitu: a. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. b. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian 2 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 12. dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil. c. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. Pada unsur manajemen, di antaranya dikemukakan oleh Harrington Emerson dalam (phiffner Jhon F & Presthus Robert V :1960) yaitu unsur manajemen terdiri dari men, money, materials, machines, methods. Dan, George R Terry (principle of management) yaitu unsur manajemen terdiri dari men & women, money, materials, machines, methods & markets. Pertama, Man & Women, Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Kedua, Money, uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Ketiga, Materials, materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Keempat, Machines, dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja. Kelima, Methods, dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 3
  • 13. Keenam, Markets, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari: a. Pembagian kerja (division of work) Pekerjaan harus dibagi di antara individu dan kelompok untuk memastikan bahwa usaha dan perhatian difokuskan pada porsi khusus tugas. Fayol disajikan spesialisasi pekerjaan sebagai jalan terbaik untuk menggunakan sumber daya manusia organisasi. b. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility) Konsep Wewenang dan tanggung jawab yang erat kaitannya.  Otoritas didefinisikan oleh Fayol sebagai hak untuk memberi perintah dan kekuatan untuk ketaatan yang tepat. Tanggung Jawab melibatkan menjadi akuntabel, dan karena itu secara alami terkait dengan otoritas. Barangsiapa menganggap otoritas juga mengasumsikan jawab.   c. Disiplin Sebuah organisasi yang sukses membutuhkan upaya bersama para pekerja. Sanksi harus diterapkan secara bijaksana untuk mendorong upaya bersama. d. Kesatuan perintah (unity of command) Pekerja harus menerima perintah dari hanya seorang manajer. e. Kesatuan pengarahan (unity of direction) Seluruh organisasi harus bergerak menuju tujuan umum dalam arah umum.   f. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri (subordination of individual interests to the general interests). 4 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 14. Kepentingan satu orang tidak harus mengambil prioritas di atas kepentingan organisasi secara keseluruhan. g. Pembayaran upah yang adil (remuneration) Banyak variabel, seperti biaya hidup, penyediaan personil yang berkualitas, kondisi bisnis umum, dan keberhasilan usaha, harus dipertimbangkan dalam menentukan tingkat seorang pekerja membayar.   h. Pemusatan Fayol didefinisikan sebagai sentralisasi menurunkan pentingnya peran bawahan. Desentralisasi adalah meningkatkan pentingnya. Tingkat dimana sentralisasi atau desentralisasi harus diadopsi tergantung pada organisasi tertentu di mana manajer bekerja.       i. Hirarki Manajer dalam hirarki merupakan bagian dari rantai seperti skala otoritas. Setiap manajer, dari baris pengawas pertama presiden, memiliki jumlah tertentu dari otoritas. Presiden memiliki otoritas yang paling, pengawas baris pertama sedikit. Manajer tingkat bawah harus selalu menjaga manajer tingkat atas informasi aktivitas kerja mereka.Keberadaan rantai skalar dan kepatuhan untuk itu diperlukan jika organisasi adalah untuk menjadi sukses. j. Tata tertib Demi efisiensi dan koordinasi, semua bahan dan orang yang berhubungan dengan jenis tertentu kerja harus diperlakukan sama-sama mungkin. k. Keadilan Seluruh karyawan harus diperlakukan sama-sama mungkin. l. Stabilitas Kondisi Karyawan Mempertahankan karyawan yang produktif harus selalu menjadi prioritas tinggi manajemen. Rekrutmen dan Seleksi Biaya, serta peningkatan produk-menolak tarif biasanya dikaitkan dengan mempekerjakan pekerja baru. Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 5
  • 15. m. Inisiatif Manajemen harus mengambil langkah-langkah untuk mendorong inisiatif pekerja yang didefinisikan sebagai kegiatan baru atau tambahan pekerjaan dilakukan melalui kemandirian; n. Semangat Kesatuan (Espirit De Corps) Manajemen harus mendorong keharmonisan dan perasaan umum baik antara karyawan. 2. Pengertian Pengembangan Masyarakat Islam Secara umum pengembangan masyarakat (community development) adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan kualaitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya. (Arif Budimanta dan Bambang Rudito, hal.33). Menurut Twelvetrees (1991:1) PM adalah “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.” Secara khusus PM berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan. Menurut Definisi Ibnu Kaldun, secara etimologi pengembangan berarti membina dan meningkatkan kualitas. Masyarakat Islam berarti kumpulan manusia yang beragama Islam, yang meneliti hubungan dan keterkaitan ideologis yang satu dengan yang lainnya. Dalam pemikiran sosiologis, Ibnu Kaldun menjelaskan bahwa manusia itu secara individu diberikan kelebihan namun secara kodrati manusia memiliki kekurangan. Sehingga kelebihan itu perlu dibina agar dapat mengembangkan potensi pribadi untuk dapat membangun. 6 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 16. Manusia memiliki fitrah keagamaan, sehingga manusia membutuhkan agama. Kelahiran Islam, yang ditandai dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW pada tahun gajah tanggal 12 Rabiul awal, atau tahun 570 M, adalah sebuah momen penting dalam sejarah Islam. Karena dari sinilah dimulai perjalanan panjang pengembangan masyarakat Islam yang menyatu dalam dakwah syi’ar Islam di jazirah arab. Amrullah Ahmad (1999), Nanih Machendrawati, dan Agus Ahmad (2000) mendefinisikan bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah suatu sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam perspektif Islam. Menstransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga (usrah) kelompok sosial (jamaah), dan masyarakat (ummah). Model empiris pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Tim Islamic Community Development Model dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN pernah juga merumuskan definisi untuk model pengembangan masyarakat Islam, terdiri dari unsur-unsur: a. Mengutamakan perilaku pengembangan atau pemberdayaan masyarakat yang beragama Islam atau organisasi yang berasaskan Islam. b. Mengutamakan pemberdayaan umat Islam yang tertinggal dalam segala hal. c. Mengutamakan penggunaan dana yang bersumber dari dana filantropi Islam seperti Zakat Mall, Zakat Fitrah, Infak atau Sodaqoh. d. Pendekatan pemberdayaan menggunakan pendekatan keIslaman. e. Filantropi Islam jika dijadikan sebagai bantuan modal sebaiknya menggunakan sistem bagi hasil. Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 7
  • 17. f. Pendamping atau agen perubah diutamakan yang beragama Islam dan g. Melibatkan institusi mitra lokal yang berasaskan Islam. Ada beberapa mengenai konsep dan tujuan pengembangan masyarakat Islam yang dinukilkan Ibnu Khaldun di dalam karya tulisnya yaitu: a. Individu Dalam pemikiran sosiologis, Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa manusia itu secara individu diberikan kelebihan. Namun secara qudroti manusia memiliki kekurangan dan kelemahan di samping kelebihan yang dimiliki. Sehingga kelebihan itu perlu dibina agar dapat mengembangkan potensi peribadi untuk dapat membangun. b. Ashabiyah atau yang bisa juga disebut kekeluargaan merupakan sebuah kekuatan atas pertalian darah. Setiap patriotisme (solidaritas kekeluargaan). Sikap kekeluargaan ini jika dibina dan diarahkan kepada penanaman jiwa keagamaan maka akan menghasilkan sikap yang positif mengarah kepada sikap religius untuk menjalankan amar ma’ruf dan nahi munkar. c, Masyarakat Ijtima’ al-Insani dengan sikap saling membutuhkan, tolong menolong dan solidaritas maka terciptalah sistem sosial masyarakat yang tergabung dalam al-ijtima’ al insani.Berkaitan dengan pengembangan masyarakat Islam maka masyarakat di sini diarahkan kepada terbentuknya masyarakat yang Islami. d. Negara Negara dalam konteks ini adalah merupakan suatu wadah dan alat baik melalui pemimpin, konstitusi ataupun undangundang untuk menciptakan tatanan masyarakat yang ideal sesuai dengan ajaran Islam. 8 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 18. f Peradaban tujuan akhir dari pengembangan masyarakat Islam adalah terwujudnya masyarakat madani (civil society), dengan nilai-nilai peradaban yang tinggi, menjunjung tinggi nilainilai keadilan, demokratisasi, inklusivisme, independent, makmur dan sejahtera. Bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah wujud dari dakwah bil Hal. Dakwah bil Hal mempunyai implikasi terhadap pengembangan masyarakat yaitu (Mahfudh, Sahal. 1984. ): a, Masyarakat yang menjadi sasaran dakwah, pendapatannya bertambah untuk membiayai pendidikan keluarga atau memperbaiki kesehatan. b, Dapat menarik partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sebab masyarakat terlibat sejak perencanaan sampai pelaksanaan usaha dakwah bil Hal. c, Menumbuhkan atau mengembangkan swadaya masyarakat dan dalam proses jangka panjang bisa menumbuhkan kemandirian. d. Mengembangkan kepemimipinan daerah setempat dan terkelolanya sumber daya manusia yang ada, sebab anggota kelompok sasaran tidak saja jadi objek kegiatan, tetapi juga menjadi subjek kegiatan. d, Mengembangkan kepemimipinan daerah setempat dan terkelolanya sumber daya manusia yang ada, sebab anggota kelompok sasaran tidak saja jadi objek kegiatan, tetapi juga menjadi subjek kegiatan. Secara umum, ada empat strategi (Tjahya Supriyatna, 2001: 72-73) yang dapat diberlakukan dalam kaitan dengan pengembangan masyarakat, yakni pertama, the Growth strategy. Strategi pertumbuhan adalah bahwa untuk mencapai peningkatan yang cepat dalam nilai ekonomis melalui peningkatan pendapatan per kapita penduduk, produktivitas, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 9
  • 19. pertanian, permodalan, dan kesempatan kerja yang dibarengi dengan kemampuan konsumsi masyarakat, terutama di pedesaan. Kedua, The Welfare Strategy. Strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Ketiga The Responsitive strategy. Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan yang dirumuskan masyarakat sendiri dengan bantuan pihak luar (self need and assistance) untuk memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan teknologi serta sumber-sumber yang sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan. Keempat, the integrated or holistic strategy. Strategi ini secara sistematis mengintegrasikan seluruh komponen dan unsur yang diperlukan, yakni ingin mencapai secara simultan tujuan-tujuan yang menyangkut kelangsungan, pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan dan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan masyarakat. Manajemen pengembangan Masyarakat Islam adalah mencakup semua aspek kehidupan baik itu yang mengatur dan mengembangkan dalam bidang kemiskinan, perekonomian, pendidikan, kesehatan, lingkungan, budaya, dan agama. (Munir M. 2006, Manajemen Dakwah: Kencana, 2006:11). Adapun tahap-tahapan dalam Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam dapat mengacu apa yang dijabarkan oleh; Isbandi Rukminto Adi (2001: 173-176) melihat kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh beberapa organisasi masyarakat senantiasa mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Tahap persiapan. Pada tahap persiapan ini terdapat dua kegiatan yang perlu dilakukan yaitu penyiapan petugas dan penentuan lokasi program. b. Tahap assesment. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang dirasakan (felt needs) dan sumber daya yang dimiliki oleh 10 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 20. warga masyarakat. Assesment misalnya dilakukan melalui metode partisipatory rural appraisial (PRA), focus group discussion (FGD) c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahap ini, pengelola program berusaha memfasilitasi warga masyarakat untuk menyusun perencanaan dan menetapkan program-program kerja sebagai agenda yang perlu dilaksanakan.. d. Tahap formulasi rencana aksi. Kegiatan utama pada tahap ini adalah pihak agen perubahan membantu membimbing warga atau kelompok untuk menyusun proposal kegiatan yang akan diajukan kepada pihak penyandang dana. e. Tahap pelaksanaan program. Tahap implementasi program ini merupakan tahap yang paling penting dalam proses pemberdayaan masyarakat agar pelaksanaan rencana dapat berjalan dengan lancar, maka hal-hal yang mungkin menyebabkan terjadi pertentangan baik antara pengelola program dengan warga maupun pertentangan diantara warga supaya dapat dihindari. f. Tahap evaluasi. Kegiatan evaluasi perlu dilakukan pada semua program pemberdayaan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengetahui suatu tingkat keberhasilan program yang telah dilaksanakan. g. Tahap terminasi. Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Tahap terminasi dilakukan sering kali bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya. Sebenarnya tahap-tahapan inilah memang terjadi dalam pemberdayaan masyarakat tersebut. Yang menjadi problem dalam tahapan-tahapan tersebut sering terlupakan adalah aspek keberlanjutan dari program tersebut. Secara implisit, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 11
  • 21. mungkin, dalam perencanaan program sudah direncanakan soal keberlanjutan program tersebut. Tetapi hal ini terasa belum cukup, karena segi keberlanjutan cenderung terabaikan, agar dieksplisit dalam bentuk tahapan, misalnya, tahap pelembagaan/keberlanjutan program. Sejarah pengembangan masyarakat Islam rujukan utama adalah sejarah dakwah Nabi Muhammad SAW. Sejarah dakwah nabi terbagi dua yakni periode makkah dan periode madinah. B. Sejarah 1. Perkembangan Islam di Periode Makkah Sebelum masa masuknya Islam kebanyakan kaum Arab beribadat dengan cara melakukan penyembahan berhala dan mereka menjadikan Ka’bah sebagai pusat peribadatan mereka, hal tersebut bisa dikatakan sudah cukup lama berlangsung sampai akhirnya Nabi Muhammad datang dan membawa keyakinan lain yaitu ketauhidan. Tentunya hal tersebut tidak semerta-merta dapat dengan mudah diterima bahkan ditolak habis-habisan oleh kaum kafir Quraisy. Banyak alasan bagi mereka untuk menolak keyakinan yang dibawa oleh Nabi Muhammad tersebut, salah satunya adalah apa yang mereka yakini adalah sesuatu  yang telah lama mengakar dan menjadi keyakinan mereka serta nenek moyang mereka. Sehingga keyakinan tersebut sudah tertanam kuat dalam keyakinan mereka. Para pemahat serta penjual atau patung merasa datangnya Islam akan menghalangi mata pencaharian mereka. Kemudian kaum Quraisy juga tidak setuju dengan seruan Nabi Muhammad Saw. tentang persamaan hak antara hamba sahaya  dan bangsawan. Intinya Nabi Muhammad Saw. ingin menghapuskan sistem perbudakan yang telah lama berjalan kaum Quraisy. Reaksi keras dari kaum Quraisy menghambat dakwah nabi Muhammad Saw. karena tentunya akan beresiko sekali dan bahkan mengancam keselamatan dan 12 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 22. nyawa Nabi sehingga pada akhirnya Nabi harus melakukan sistem dakwah yag lain. Dakwah  Nabi  Muhammad Saw. dilakukan dengan dua cara pertama yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi dan terbatas. Periode Dakwah dengan sembunyi dan terbatas, dimana Rasulullah SAW berdakwah di lingkungan  sendiri dan rekanrekan. Orang yang pertama kali manerima serta mengikuti dakwahnya. Mula-mula istri Rasul, Siti Khadijah selanjutnya imam Ali yang sekaligus juga menjadi pemeluk agama Islam termuda, imam Ali memeluk agama Islam pada usianya yang ke-10 tahun. selanjutnya disusul oleh Abu Bakar , Zaid, Ummu Aiman dan lain-lain.. Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar Nabi melakukan dakwah secara terang-terangan. Periode Dakwah dengan Terang-terangan dan Terbuka. Setelah  beberapa lama melakukan secara sembunyi-sembunyi turunlah perintah atau firman untuk melakukan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. “Dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat.”(Asy-Syu’araa). Dengan datang atau turunnya perintah itu Nabi mulai berdakwah secara terangterangan, mula-mulanya nabi mengundang dan menyeru pada kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib, tapi mereka semua menolak kecuali Ali. Langkah berikutnya yang ditempuh Nabi adalah mulai menyeru pada masyarakat umum. Maka Rasulullah naik ke bukit Shafa dan memanggil orang Makkah, beliau bersabda “Bagaimana bila aku mengatakan pada kalian bahwa dilembah sana ada seekor kuda yang akan menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayai apa yang saya ucapkan?” mereka menjawab “ya, kami percaya karena kami belum pernah mendapatkan engkau berdusta” maka Rasulullah bersabda “Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian tentang siksa yang sangat pedih”. Lalu Rasul mengajak mereka untuk beriman kepada Allah.( Ahmad al-Usairy: Hal. 87) Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 13
  • 23. Pada masa dakwah secara terang-terangan inilah Nabi mendapatkan perlakuan yang buruk dari umatnya. Karena setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Karena mereka juga melihat semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi, maka mereka pun semakin keras melancarkan serangan-serangan, baik pada Nabi ataupun pada para pengikut Nabi. Setelah penyiksaan dan semua perlakuan yang didapat oleh Nabi dari kaum Quraisy di Makkah, Nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota dengan harapan dakwah Nabi akan mendapatkan reaksi yang berbeda dari yang diterima Nabi di kota Makkah. Namun ternyata harapan dan perkiraaan Nabi salah besar, ketika Nabi memutuskan untuk menyebarkan Islam di Thaif, reaksi yang didapat sama dengan reaksi yang biasa nabi dapat di Makkah. Di Thaif Nabi diejek, disoraki, dan dilempari batu, akhirnya Nabi memutuskan kembali ke Makkah. 2. Periode Madinah Jibril datang menemui Rasulullah dan mengabarkan kepadanya tentang kesepakatan kaumnya. Dia menyuruh Rasulullah untuk segera hijrah. Orang-orang kafir berkumpul di sekeliling rumah rasulullah. Kemudian Rasulullah keluar sambil menebarkan debu di atas kepala mereka yang membuat mereka pingsan. .( Ahmad al-Usairy: Hal. 87) Peristiwa pengepungan itulah yang menandai awal pergerakan (hijrah) Nabi menuju Madinah. Di kala kaumnya sudah benar-benar menentang dan ingin membunuh Nabi, sebagai bukti tanda penolakan kan kebenaran yang dibawah oleh Nabi. Maka dimulailah hidup baru oleh umat Islam dengan harus hijrah. a. Aspek Sosial Kemasyarakatan Berbeda dengan Makkah, Madinah senantiasa mengalami perubahan sosial yang meninggalkan bentuk kemasyarakatan 14 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 24. absolut model badui. Kehidupan sosial Madinah secara berangsur-angsur diwarnai oleh unsur kedekatan ruang daripada oleh sistem kekerabatan. Madinah juga memiliki sejumlah warga Yahudi, yang mana sebagian besarnya lebih simpatik terhadap monotheisme. Penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin, Anshar, dan nonmuslim tersebut, merupakan sebuah keberagaman yang ada pada masa lalu dan sudah menjadi suatu hal yang tidak bisa lagi dipungkuri eksistensinya. Tapi bukan hal itu yang akan digaris bawahi, yang terpenting adalah jiwa sosialis masyarakat madinah sangat tinggi. Ini terbukti dari persaudaraan yang tinggi dan sangat kokoh. Tidak ditemukan konflik karena masalah perbedaan. Kalaupun ada masalah itu dengan cepat segara terselesaikan, karena nabi sangat bijak dalam hal itu dan sangat hati-hati terhadap peletakan sebuah nilai kemasyarakatan. Nabi berhasil membentuk sistem yang luar biasa bagus. Masyarakat Madinah merasa bahwa dirinya itu satu. Maka dari itu, apabilah ada satu yang sakit maka yang lain turut merasakan. Hal ini lebih khusus lagi pada umat Muslim sendiri, di mana sudah menjadi kewajiban di setiap Muslim sebagaimana dalam riwayat Nabi seringkali memerintahkannya. Ada beberapa teradisi yang yang perlu digaris bawahi: l Silaturahim yang membudaya l Gotong royong sering diadakan demi kepentingan bersama l Kepedulian yang tinggi, mengunjungi orang yang sedang sakit atau yang terkena musibah. b. Aspek Politik Pemerintahan Selain menjadi pemimpin agama Islam, Nabi Muhammad juga menjadi pemimpin pemerintahan. Kalau sekarang beliau selayaknya sebagai presiden. Nabi terkenal dengan kebijaksanaannya dalam menjalankan roda pemerintahan. Kepentingan umum lebih dikedepankan dari kepentingankepentingan yang lain. Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 15
  • 25. Adapun sistem pemerintahan yang digunakan Nabi yaitu sistem musyawarah dan demokrasi dan yang terpenting adalah perkara diputuskan dengan seadil-adilnya. Sehingga Golongan yang berbeda merasa tenang karena tidak ada diskriminasi. Mereka bisa hidup berdampingan tanpa ada permusushan dengan yang lain. Keberagaman yang ada tidak menjadi persoalan, justru mengkokohkan solidaritas di antara mereka. Memang pada kebijakan politik yang pertama oleh Nabi adalah bagaimana menghapus prinsip kesukuan dan mempererat persatuan. Nabi benar-benar mencurahkan perhatiannya untuk masyarakat, sehingga berhasil mendamaikan antar suku Auz dan Khazraj. Perlu diketahui ada beberapa strategi yang dilakukan Rasulullah, dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru yang telah terbentuk. Adapun strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan masjid Masjid di zaman Nabi, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga sebagi tempat mempersatukan kaum Muslimin, musyawarah, bahkan menjadi pusat pemerintahan. 2. Kemiliteran Nabi adalah pemimpin negara tertinggi tentara Muslim. Beliau turut terjun dalam 26 atau 27 peperangan dalam ekspedisi. Bahkan Nabi sendiri yang memimpin beberapa peperangan yang besar misalnya, perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perang Hunayn dan dalam penaklukkan kota Makkah. Adapun peperangan ekspedisi yang lebih kecil pimpinan diserahkan kepada para komandan yang ditunujuk oleh Nabi. (K. Ali. : 128). Di kala itu, peraturan kemiliteran belum dikenal. Akan tetapi moralitas dan kedisiplinan yang tinggi membuat mereka tertata di bawah satu komando yaitu Nabi. Ketika ingin menghadapi peperangan. Dalam perkembangannnya pasukan kemiliteran umat Islam makin meningkat. Pada awalnya pasukan umat Islam hanya berjumlah 313 pejuang. Hingga pada 16 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 26. perang terakhir di Uhud, pasukan umat Islam sudah mencapai 30.00 pejuang. Para pejuang tersebut memiliki keahlian yang cukup baik dan disiplin yang tinggi. c. Dakwah Proses penyebaran agama Islam di Madinah tentunya memiliki perbedaan dengan sistem yang telah diterapkan oleh Nabi sebelumnya. Pada periode Madinah Nabi memiliki sedikit kemudahan dalam mengenalkan Islam. Itu dikarenakan masih banyak penduduk Madinah yang menganut agama samawi. Dapat kita lihat ketika Nabi memasuki Madinah, beliau mendapat penyambutan yang luar biasa dari masyarakat. Ada beberapa strategi dakwah yang dilakukan oleh Nabi, yaitu sebagai berikut: l Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar l Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam l Meletakkan dasar-dasar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam. Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam dapat mewujudkan nagari “ Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur “ dan Madinah disebut “ Madinatul Munawwarah”. (Sayed Ali Asgher Razwy.: 164) Dari sistem yang telah diterapkan Nabi tersebut, hampir tidak mendapat penolakan dari masyarakat Madinah, karena nilai-nilai yang diletakkan Nabi bersifat universal, walau pada hakikatnya nilai-nilai tersebut termaktub dalam Islam. Contohnya berbuat adil, saling menolong, larangan curang dalam berdagang, dan lai-lain. Sejarah mencatat bahwa masyarakat Islam, yang tumbuh dan berkembang sejak berdirinya Daulah Islamiyah di Yatsrib (kini bernama al-Madûnah al-Munawwarah lazim disebut kota Madinah), yang bersatu padu dengan jalinan persaudaraan, dan Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 17
  • 27. terikat dengan tali cinta yang mendalam dan kasih sayang yang sangat mesra meskipun mereka berada di berbagai negeri yang berjauhan benar-benar ada dan disaksikan oleh sejarah. Pada waktu itu, masyarakat Islam betul-betul menjadi contoh dimanamana. Dengan sistem Islam umat manusia dalam beberapa generasi dan disusul beberapa generasi berikutnya, benarbenar mengalami kebahagiaan. Di antara indikatornya yang paling menonjol(asy-Saal : 1987 :13-14) adalah terdapatnya keamanan yang merata, tegaknya keadilan, terkendalinya selera manusia terhadap harta, di samping memenuhi segala faktorfaktor perkembangan. Indikator-indikator tesebut harus terjalin dalam sistem-sistem hubungan sesama manusia secara bersih dan murni, yang dapat tercermin dalam pergaulan hidup antar sesama makhluk. Krusial dikedepankan di sini bahwa sebabsebab sistem Islam tersebut tepat dan ideal dalam membangun Baik periode madinah dan periode makkah ini merupakan inspirasi dari sejarah dakwah Nabi Muhammad SAW yang dapat dijadikan pondasi dan dasar-dasar dalam pengembangan masyarakat. ada beberapa hal yang sangat relevan bagi kegiatan dakwah bil hal atau pengembangan masyarakat secara substansial yakni; pertama, penanaman dan penguatan ketauhidan yang pada ujungnya adalah pembangunan dan pengembangan karakter. Pengembangan masyarakat dalam konteks ini adalah memiliki tugas yang beras yakni, penguatan karakter pada kelompok sasarannya (baca; mad’unya). Kedua, keadilan, persaudaraan, persamaan menjadi tema-tema penting dakwah nabi Muhammad SAW yang sangat relevan bagi pengembangan masyarakat Islam. Dimana pengembangan Islam itu ditantang untuk mewujudkan masyarakat yang berkeadilan, persamaan dan penuh persaudaraan di tengah sistem sosial dunia, negara atau masyarakat yang kurang adil, penuh konflik dan masih adanya perbudakan. Ketiga, pengembangan masyarakat jika merujuk pada dakwah Nabi SAW juga melakukan hal-hal teknis tentang perdagangan, penanggulangan kemiskinan, dan membanguan dasar-dasar 18 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 28. politik-ekonomi. Begitupula pengembangan masyarakat agar melakukan hal-hal di atas dalam kegiata maupun programnya. Narasi besar yang hilang dalam konteks pemberdayaan masyarakat, hal ini yang menyebabkan kegiatan-kegiatan tersebut gagal dalam membangun kemandirian dan kesejahteraan tersebut adalah keadilan, kejujuran, kepedulian, kebersamaan, dan saling tolong menolong. Narasi besar itu adalah nilai-nilai yang seharusnya menjadi dasar dan landasan dalam kegiatan dan program pemberdayaan masyarakat tersebut. Kelonggaran atau pun ketiadaaan nilai-nilai dalam pemberdayaan masyarakat. Menyebabkan aktivitasnya dimasyarakat terasa kering, penuh nuansa konflik kepenting. Yang ujungnya kegiatan yang dilaksanakan tersebut tidak dapat memnuhi tujuan mulianya yaitu memandirikan masyarakat . Kegagalan program pemberdayaan masyarakat dikarenakan nilai-nilai normatif yang sedianya diimplementasikan dalam kegiatan tersebut tidak berjalan. Banyak program pemberdayaan masyarakat yang tidak berdampak apa-apa karena adanya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dalam pelaksanaanya. Nilai-nilai yang melandasi pemberdayaan Masyarakat yakni: 1. Kejujuran (transparansi) nilai ini secara empirik sangat penting dalam konteks pemberdayaan masyarakat karena integritas moral semua yang terlibat dalam kegiatan berada pada ranah yang tinggi, nilai kejujuran harus melekat pada setiap insan-insan yang mengelola atau terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut, bila kejujuran ini tidak mendapatkan tempat pada kegiatan tersebut, seberapa besar pun dana dan potensi disumbangkan untuk kegiatan ini tidak mendapatkan dampak apa apa. 2. Keadilan, berarti bahwa pelaksanaan pemberdayaan masyarakat tersebut memberikan peluang yang sama C. Nilai-nilai dan Prinsip-Prinsip Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 19
  • 29. kepada seluruh kelompok sasaran baik dalam mendapatkan bantuan teknis maupun penguatan kapasitasnya. Adil dan merata adalah nilai yang perlu ditanamkan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Misalnya pembagian dana yang tidak menerapkan nilai keadilan akan menimbulkan gejolak sosial dimasyarakat yang menyebabkan gagalnya program pemberdayaan masyarakat . 3. Kepercayaan (Trust) yang berarti bahwa pelaksana maupun kelompok sasaran yang akan diberdayakan dapat dipercaya untuk turut terlibat dalam kegiatanpemberdayaan masyarakat. Saling percaya antara keduanya juga penting dalam membangun kesepahaman dalam rangka mewujudkan keberhasilan dalam program tersebut. Kepercayaan ini sebagai mana diungkapkan Francis Fukuyama, merupakan nilai atau modal sosial yang dapat memperkuat perusahaanperusahaan di Asia Timur (jepang,korea Selatan dan lainnya). Karena pemberdayaan Masyarakat juga itu perlu organisasi, perusahaan juga sebagai organsasinya maka kepercayaan juga harus tumbuh disetiap pribadi-pribadi yang terlibat dalam kegiatan tersebut, kepercayaan tinggi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat akan menjadikan program tersebut dengan baik dan berkesinambungan. Sebaliknya jika ketidakpercayaan yang tumbuh maka program pemberdayaan masyarakat akan terhambat dan tidak berhasilnya program pemberdayaan masyarakat. 4. Kebersamaan dan saling tolong menolong berarti pemberdayaan masyarakat memerlukan kebersamaan dan saling tolong menolong dari mereka yang terlibat dalam pengembangan masyarakat lainnya. Melalui kebersamaan kompleksitas dari permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pemberdayaan masyarakat akan terasa ringan dan mudah untuk dilaksanakannya. 5. Kepedulian berarti komitmen yang tinggi dari anggota masyarakat yang lain untuk secara sadar berbagai dengan 20 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 30. anggota masyarakat yang lain secara sadar berbagai dengan anggota masyarakat yang laiinya. Berbagai dalam kaitanya dapat berupa material maupun inmaterial, kepedulian sikaya terhadap si miskin akan menolong masyarakat miskin keluar dari jeratan kehidupan yang kurang beruntung. Kepedulian adalah nilai islam yang wajib diimplementasikan dalam pemberdayaan masyarakat, dalam umat Islam kepedulian terhadap sesama sangat dianjurkan untuk dilakukannya, didalam al-Quran kata shadaqah diulang-ulang sampai dua ratus kali, ini memberikan isyarat akan pentingnya sedakah dalam mengentaskan atau menyelesaikan permasalahan kemiskinan, hal ini juga menwartakan bahwa Islam adalah ajaran yang memposisikan sangat penting mengenai kepedulian diantara umatnya. 6. Berorientasi kepada masa depan bahwa pengembangan Masyarakat Islam menitikberatkan pada orientasi masa depan, yakni apa yang dilaksanakan tersebut memiliki nilai kesinambungan bagi pengembangan masyarakat di masa depan, kegiatan pelestarian lingkungan maka kegiatan ditujukan untuk menciptakan lingkungan hari ini mau pun masa depan yang lebih baik, bukan malah merusak atau mengurangi kualitas lingkungannya tersebut . Adapun Prinsip-Prinsip dalam pengembangan masyarakat Islam, sebagai berikut; 1. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan; 2. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan; 3. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 21
  • 31. berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin; 4. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administrative; 5. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan; dan 22 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 32. BAB 2 FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI) A. Desiminasi 1. Pengertian Desiminasi Secara etimology kata diseminasi bisa dilihat dalam Merriam Webster Online Dictionary (2008). Di dalam kamus tersebut dijelaskan bahwa diseminasi berasal dari bahasa Latin disseminatus yang mengandung makna to spread a broad dan to disperse throughout. Pengertian tersebut sejalan dengan istilah dissemination yang juga bermakna to spread atau to distribute (Hornby, 1974; Echols dan Shadily, 1997). Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Di sisi lain, beberapa hal membedakan antara proses diseminasi dan proses difusi. Desiminasi adalah proses penyebaran informasi atau ide baru yang dikelola secara terprogram atau direncanakan. Difusi adalah proses penyebaran ide baru itu bersifat spontan dan tanpa direncanakan. Faktor-Faktor Penting 23
  • 33. 2. Elemen- Elemen Desiminasi Elemen-elemen yang penting ada dalam proses desiminasi adalah; Pertama, Inovasi. inovasi atau ide yang baru didesiminasikan dapat berupa ide, kegiatan atau perilaku atau benda yang dianggap baru oleh individu atau suatu kelompok/ masyarakat. Misalnya, ide baru pembuatan kompos dari sampah. Kedua, saluran komunikasi. Sebagaiman kita ketahui bahwa, desiminasi adalah proses pertukaran informasi dimana seseorang mengkomunikasikan gagasan dan ide baru kepada individu, kelompok atau masyarakat. Proses ini mengandaikan adanya saluran komunikasi, berupa media massa, media sosial, forum, dan lain sebagainya. Ketiga, waktu. Proses desiminasi sebagai penyebaran gagasan memerlukan waktu untuk pelaksanaannya. Keempat, Sistem sosial, yakni suatu hubungan antar unit dimana terjadi proses interaksi satu sama lain dan bersama-sama memecahkan persoalan yang dihadapi untuk tujuan bersama. Struktur sosial akan mempengaruhi bagi proses desiminasi suatu gagasan-gagasan baru, dimana ada kemungkinan penolakan atau penerimaan terhadap inovasi tersebut. 3. Teknik Diseminasi Agar ide baru yang didesiminasikan dapat diadopsi dan diterima oleh individu, kelompok atau masyarakat dengan berhasil dan dilembagakan dalam kehidupan nyata, oleh karena itu perlu teknik-teknik desiminasi yang tepat, yakni (Everett M. Rogers, 1996:4); a. Teknik edukatif. Teknik ini cocok digunakan apabila waktu dalam pelaksanaan desiminasi cukup banyak. Karena teknik ini memerlukan waktu yang cukup panjang. Dimana kelompok sasaran untuk teknik mereka adalah menunjukkan keinginan untuk belajar. b. Teknik persuasif. Teknik ini digunakan bila tingkat konsensus atau kesepakatan mengenai proses adopsi ide baru antara fasilitator yang mendesiminasikan dengan 24 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 34. individu, kelompok atau masyarakat relatif rendah atau bila individu, kelompok atau masyarakat menunjukkan sikap penolakan. c. Teknik Fasilitatif. Teknik ini cocok pada tahap adopsi suatu ide baru, yaitu tahap diterapkannya suatu inovasi sampai membudaya atau melembaganya. d. Teknik otoritatif. Teknik ini ada juga menyebutnya teknik coercion. Dalam penerapannya menyangkut berbagai trick, baik positif maupun negatif, yang kalau perlu, memanipulasi kelompok sasaran agar mereka mau mengadopsi suatu ideide baru, terutama bila penerimaaan cukup rendah. e. Teknik Dialog. Teknik ini dipergunakan jika individu, kelompok, dan masyarakat menunjukkan sikap terbuka terhadap ide atau gagasan baru tersebut. Teknik ini mengutamakan saling pengertian dan kesepakatan. f. Teknik Entertainment. Teknik ini dapat digunakan bila individu, kelompok, dan masyarakat menghendaki kesenangan atau hiburan, bukan pengajaran atau pengaruh orang lain. Bentuknya bisa berupa musik, drama, komedi, seni lukis atau film. 4. Desiminasi dan Adopsi Desiminasi adalah proses penyebaran inovasi, gagasan adan ide baru kepada kelompok atau masyarakat. Hal ini mengandaikan ada proses penerimaan pada inovasi, gagasangagasan baru itu dinamakan dengan adopsi. Adopsi adalah proses sejak suatu inovasi dikenal sasaran, selanjutnya kelompok sasaran menentukan sikapnya, mencoba mengimplementasikan, sampai proses pelembagaan ide atau inovasi baru tersebut. Rogers, Everett M, 1993, dalam bukunya Diffusion of Innovation, mengklasifikasikan pengadopsian inovasi atau gagasan baru. a. Perintis (innovator); proses desiminasi gagasan baru/ inovasi diterima sekitar 2,5% dari jumlah populasi; b. Pelopor (Early adopter): proses desiminasi gagasan baru/ inovasi diterima sekitar 13,5% dari jumlah populasi; Faktor-Faktor Penting 25
  • 35. c. Penganut dini (Early Majority); desiminasi gagasan baru/ inovasi diterima sekitar 34 % dari jumlah populasi; d. Penganut lambat (late majority); proses desiminasi gagasan baru/inovasi diterima sekitar 34% dari jumlah populasi; e. Kaum kolot (laggard); proses desiminasi gagasan baru/ inovasi diterima sekitar 16 % dari jumlah populasi; Secara konseptual ada lima tahapan, dimana individu, kelompok atau masyarakat dalam mengadopsi suatu inovasi, ide baru, kegiatan atau perilaku baru tersebut, yaitu; a. Tahap pengenalan Adalah suatu proses mengenal dan mengetahui tentang inovasi, individu, kelompok atau masyarakat sebagai sasaran dari desiminasi mendapatkan pemahaman tentang apa dan bagaimana fungsi atau cara menerima inovasi, ide atau kegiatan baru. Ada beberapa tahap dalam pengenalan; (a). Membuka diri terhadap suatu ide baru; (b), menaruh perhatian terhadap ide baru; (c). Menaruh minat pada ide baru;(d). Menunjukkan rasa ingin tahu dan memahami tentang ide baru tersebut. (e). Menunjukkan kehendak untuk mengetahui cara melaksanakan/mempraktikan ide tersebut; b. Tahap persuasi Adalah proses dimana individu, kelompok atau masyarakat sebagai sasaran mulai membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap suatu inovasi. Ada beberapa tahapan dalam persuasi, yakni; a). Perubahan sikap. Individu, kelompok atau masyarakat sebagai penerima ide-ide baru mulai mendiskusikan dengan orang lain, mempertimbangkannya dari sudut sistem nilai atau kepercayaannya. b). Penugasan kembali, dimana individu, kelompok atau masyarakat mengingat-ingat kembali apa isi dari ide baru serta tentang kemanfaatannya. c). Pertimbangan akhir, dimana individu, kelompok atau masyarakat memutuskan siap menerima ide 26 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 36. baru tersebut. c. Tahap pengambilan keputusan. Adalah proses individu, kelompok atau masyarakat memutuskan untuk menerima atau menolak ide baru tersebut. d. Tahap penerapan (implementasi) Adalah proses individu, kelompok atau masyarakat mulai menerapkan/mengimplementasikan inovasi dalam bentuk praktik/kegiatan. Proses reinovasi atau penyesuaian/ modifikasi inovasi oleh individu, kelompok atau masyarakat dapat pula terjadi pada tahap ini. e. Tahap konfirmasi Adalah proses dimana individu, kelompok atau masyarakat memerlukan penguatan/pemantapan (reinforcement) atas inovasi /ide baru yang telah diadopsinya. Proses penguatan dan pemantapan ini biasanya akan berlaku efektif jika ada pemberian penghargaan (reward). Tahap ini juga merupakan konsolidasi ke arah proses pembudayaan/pelembagaan inovasi atau ide baru tersebut. Dengan demikian, ide-ide baru itu akan mengalami proses menjadi bagian dari gaya hidup atau perilaku kelompok sasaran. 4. Desiminasi dan Perubahan Sosial Desiminasi dapat berimplikasi pada perubahan sosial, yakni proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi sosial. Dilihat dari sumbernya maka perubahan sosial ada dua macam, yakni; a). Perubahan imanen, yaitu perubahan yang terjadi bila sumber perubahan sosial itu datangnya dari dalam sistem sosial itu sendiri. b). Perubahan kontak adalah perubahan sosial yang terjadi bila sumber ide baru itu datangnya dari luar sistem sosial itu sendiri. Dalam konteks desiminasi, bahwa perubahan itu dapat terjadi berlaku pada perubahan imanen, bila individu, kelompok, dan masyarakat itu sendiri mewujudkan atau mengembangkan ide baru dengan sedikit atau tanpa pengaruh dari luar. Dimana ide baru atau inovasi itu menyebar kepada seluruh sistem sosial yang Faktor-Faktor Penting 27
  • 37. ada di masyarakat. Desiminasi dapat berlaku pada perubahan kontak bila individu, kelompok, dan masyarakat melakukan perubahan karena ide baru itu berasal dari luar dirinya. Terkait perubahan kontak ini ada dua macam; (1). Perubahan kontak selektif terjadi jika anggota sistem sosial terbuka pada pengaruh dari luar dan menerima atau menolak ide baru itu berdasarkan kebutuhan yang mereka rasakan. (2). Perubahan kontak terarah atau terencana adalah perubahan yang disengaja dengan adanya orang luar atau sebagian anggota sistem yang bertindak sebagai agen pembaharuan yang secara intensif memperkenalkan ide-ide baru untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh lembaga dari luar. 5. Desiminasi dalam pengembangan masyarakat Islam Desiminasi menjadi faktor penting dalam pengembangan masyarakat islam. Agar perubahan sosial yang dilakukan oleh proses pengembangan masyarakat Islam menjadi nyata dan terwujud, maka desiminasi merupakan faktor gagasan dan ide menjadi melembaga dan membudaya masyarakat. Bila dalam kontek pengembangan masyarakat Islam ingin mewujudkan tentang kesehatan lingkungan berbasis komunitas, dan ini ide baru. Hal ini memerlukan proses desiminasi, agar ide tersebut dapat benar-benar terwujud dalam kehidupan masyarakat yang diberdayakan tersebut. Desiminasi menjadi faktor penting yang secara terus menerus dilakukan dalam setiap tahapan-tahapan pengembangan masyarakat, baik pada perencanaan, pelaksanaan, pelembagaan dan monitoring serta evaluasi program tersebut. Desiminasi dilakukan dalam pengembangan masyarakat karena dua hal, pertama, agar inovasi atau ide baru diterima dan menjadi agenda bersama seluruh stakeholder dalam pengembangan masyarakat tersebut. Kedua, sebagai wahana untuk bertukar gagasan yang produktif untuk tercapai tujuan dari pengembangan masyarakat tersebut. 28 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 38. B. Koordinasi 1. Pengertian Koordinasi adalah sebuah proses saling mengerti antara dua orang atau lebih untuk melaksanakan suatu hal. Proses yang harus dijalani agar suatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan lancar ataupun jika ada masalah tidak akan terlalu banyak kesulitan untuk mengatasinya. James D. Mooney (1947; 44) mendefinisikan koordinasi sebagai pencapaian usaha kelompok secara teratur dan kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama. James A.F. Stoner (1982: 52) bahwa koordinasi adalah proses penyatupaduan sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan dari unit-unit yang terpisah dari suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 2. Fungsi Koordinasi Pfiffner dan Presthus menandaskan bahwa koordinasi merupakan suatu teknik atau alat untuk mempersatukan sejumlah keahlian dan minat yang saling bertentangan dan memimpinnya ke arah tujuan bersama. Fungsi-fungsi dari koordinasi sebagai berikut (D Sugandha, 1991: 5); a. Koordinasi adalah salah satu fungsi manajemen yang memiliki keunikan tersendiri di samping fungsi-fungsi lain yang harus dilakukan pimpinan organisasi; b. Koordinasi merupakan usaha untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja, untuk menghindar seminimal mungkin perselisihan yang timbul antar sesama unit dan mengusahakan semaksimal mungkin kerjasama di antara unit-unit tersebut. c. Koordinasi mengandung makna adanya intergrasi (keterpaduan) dan dilakukan secara serasi dan simultan dari seluruh tindakan yang dijalankan oleh organisasi. d. Koordinasi adalah faktor dominan bagi kelangsungan hidup organisasi. Oleh karena itu pimpinan organisasi dikatakan Faktor-Faktor Penting 29
  • 39. berhasil dalam memimpin organisasi jika ia dapat melakukan koordinasi dengan baik dan berkesinambungan. e. Koordinasi memainkan peranan penting dalam merumuskan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang melahirkan jaringan-jaringan hubungan kerja. 3. Metode dan Teknik koordinasi Ada beberapa metode dan teknik yang dapat dipakai dalam melakukan kegiatan koordinasi, sebagai berikut: a. Koordinasi melalui konsensus yang terdiri dari pertama, konsensus melalui motivasi. Artinya motivasi mempunyai peranan penting dalam meningkatkan usaha-usaha koordinasi. Motivasi dapat berupa kepentingan bersama, nilai-nilai dan solidaritas yang dapat dimanfaatkan untuk menjamin kelancaran koordinasi. Kedua, Konsensus melalui sistem timbal balik. Sistem timbal balik dapat digunakan untuk meningkatkan upaya-upaya koordinasi. Melalui sistem ini diusahakan adanya keseimbangan antara tuntutan individu baik yang bersifat material maupun yang bersifat non material. Ketiga, Konsensus ide. Koordinasi melalui ide dimaksudkann bahwa setiap orang yang bekerja dalam organisasi berusaha mengidentifikasikan dirinya dalam keseluruhan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu organisasi. b. Koordinasi melalui pedoman kerja. Kebijaksanaan yang telah digariskan dalam suatu organisasi, sebaiknya dituangkan ke dalam suatu ketentuan atau petunjuk teknis/pelaksanaan. Pedoman ini akan dijadikan landasan berpijak dan bertindak bagi setiap kegiatan, sehingga terwujudnya koordinasi yang baik, efektif dan efisien. c. Koordinasi melalui forum, Upaya-upaya koordinasi melalui forum ini dengan menggunakan wadah tertentu yang dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan bersama di dalam menjalankan roda organisasi. Forum koordinasi misalnya; Tim kerja, 30 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 40. Panitia, Satuan Tugas dan lain sebagainya. d. Koordinasi melalui konferensi. Koordinasi melalui konferensi diartikan dengan melalui penyelenggaraan rapat-rapat atau sidang-sidang yang dilaksanakan, baik pada tingkat pimpinan, manajer maupun bawahan. 4. Jenis-Jenis Koordinasi Secara teoritis dapat disebutkan beberapa jenis koordinasi sesuai dengan lingkup dan arah jalurnya sebagai berikut; 1). Menurut lingkupnya terdapat; a). Koordinasi intern yaitu koordinasi antar pejabat atau antarunit di dalam suatu organisasi. b). Koordinasi ekstern yaitu koordinasi antar pejabat dari berbagai organisasi dan antar organisasi. 2). Menurut arahnya terdapat; a). Koordinasi horisontal yaitu koordinasi antar pejabat atau antar unit yang mempunyai tingkat hierarki yang sama dalam suatu organisasi atau antar organisasi yang setingkat. b). Koordinasi vertikal, yaitu koordinasi antar pejabat atau pimpinan dan unit-unit tingkat bawah oleh pejabat atasannya , juga cabang-cabang suatu organisasi oleh organisasi induknya. c). Koordinasi diagonal yaitu koordinasi antar pejabat atau unit yang berbeda fungsi dan berbeda tingkatan hierarkinya. d). Koordinasi fungsional yaitu koordinasi antar pejabat, antar unit atau antar organisasi yang didasarkan atas kesamaan fungsi atau karena koordinatornya mempunyai fungsi tertentu. 5. Koordinasi dalam Pengembangan Masyarakat. Pengembangan masyarakat islam dalam melaksanakan kegiatannya melibatkan banyak orang atau kelompok. Pelibatan individu, kelompok atau masyarakat dapat berjalan efektif dan efisien jikalau dilakukan koordinasi yang baik pula. Dalam pengembangan masyarakat, koordinasi meliputi perorangan/ individu atau kelompok yang berpartispasi aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan bersama. Koordinasi hanya dapat dilaksanakan apabila setiap individu melibatkan Faktor-Faktor Penting 31
  • 41. diri dengan apa yang dikerjakan orang lain dan saling membantu untuk mencapai tujuan bersama dari organisasi tersebut. Dalam kaitan pengembangan masyarakat, koordinasi dilaksanakan pada tahap perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pelembagaan kegiatan maupun monitoring dan evaluasi. Koordinasi yang efektif diperlukan dalam tahapan-tahapan tersebut untuk menghindari masalah tumpang tindih yang sering terjadi dalam pelaksanaan kegiatan yang melibatkan berbagai pihak. Di sisi lain, setiap stakeholder yang terlibat dalam kegiatan pengembangan masyarakat harus mempunyai pedoman yang jelas yang berlandaskan pada kebijaksanaan atau nilai-nilai yang dianut organisasi, sehingga memungkinkan semua pihak bekerja efektif dan efisien untuk mencapai tujuan bersama. Falsafah kerja, tujuan dan peran organisasi mutlak harus dipahami oleh seluruh stakeholder yang terlibat dalam pengembangan masyarakat sebelum melaksanakan koordinasi dalam program. Kata tokoh merupakan atribut atau predikat yang dimiliki seseorang dalam kelompok khusus atau masyarakat luas. Kita mengenal tokoh agama, tokoh adat, tokoh-tokoh lain sesuai dengan bidang keahliannya. Tokoh masyarakat adalah mereka yang memiliki kedudukan sosial dan dihormati di lingkungannya. Mereka disebut tokoh masyarakat karena memiliki kedudukan serta pengaruh dan diakui oleh masyarakat. Menurut UU Nomor 8 Tahun 1987 pasal 1 ayat 6 Tentang Protokol bahwa tokoh masyarakat adalah seseorang yang karena kedudukan sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau Pemerintah. Secara garis besar Astrid S. Susanto menyatakan bahwa ada beberapa kemungkinan seseorang terpilih dan diakui sebagai tokoh masyarakat, yaitu apabila ia: a). Giat dan berpartisipasi dalam persoalan masyarakat. b). Memperlihatkan ketergantungan pada masyarakatnya dan juga mempunyai kebutuhan pada masyarakat tersebut. c). Mempunyai ketegasan. C. Pendekatan Tokoh Masyarakat 32 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 42. d). Fasih berbicara. e). Mempunyai sikap percaya akan diri sendiri. f). Populer dalam kelompok masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat terdapat dua tokoh, yakni tokoh formal. Tokoh formal adalah seseorang atau individu yang secara resmi menduduki suatu jabatan tertentu di sebuah instansi/ organisasi tertentu. Individu ini diberikan wewenang/kekuasaan untuk mengambil keputusan-keputusan tertentu. Kekuasaan yang diberikan kepadanya harus dipertanggungjawabkan kepada atasannya dan diupayakan setiap keputusannya dapat bermanfaat untuk kemaslahatan masyarakat. Tokoh informal. Adalah seseorang/individu yang memperoleh kekuasaan atau wewenang karena pengaruhnya pada suatu kelompok dalam masyarakat tertentu. Misalnya para Kyai, ulama, dan lain sebagainya mereka tidak hanya berposisi sebagai pemuka agama tetapi sering juga menduduki kepemimpinan dalam masyarakat secara keseluruhan. Tokoh informal tidak menduduki jabatan resmi dalam suatu instansi/organisasi tertentu, ketokohannya dalam berbagai bidang dan pengaruhnya tidak terbatas di lingkungan masyarakat setempat, tapi bisa keluar wilayahnya. 1. Teknik Mengenali Tokoh Masyarakat Ada beberapa teknik untuk mengetahui atau mengenal dan menentukan siapa yang menjadi tokoh di suatu masyarakat. Pertama, teknik sosiometri. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara menanyai anggota masyarakat kepada siapa mereka meminta nasihat atau mencari informasi mengenai masalah-masalah sosial ekonomi yang mereka hadapi. Pemimpin dalam hal ini adalah mereka yang paling banyak disebut oleh masyarakat tersebut. Kedua, teknik informan rating. Dalam teknik ini, pada prinsipnya sama dengan sosiometri tetapi yang ditanya bukan anggota masyarakat melainkan individu yang dianggap narasumber di sana yang dianggap mengenal dengan baik situasi sistem sosial. Ketiga, teknik self designating. Dalam teknik ini kepada setiap responden diajukan serangkaian pertanyaan untuk menentukan seberapa jauh ia menganggap Faktor-Faktor Penting 33
  • 43. dirinya sebagai pemimpin dalam masyarakat. Pengukuran untuk mengenali ketokohan tepat sekali jika dilakukan dengan wawancara terhadap suatu random suatu sistem sosial. Ciri-ciri tokoh masyakat sebagai berikut; a. Tokoh masyarakat memiliki hubungan sosial yang luas daripada pengikutnya. Mereka lebih sering bertatap muka dengan media massa, lebih sering mengadakan perjalanan keluar dan lebih kerap berhubungan dengan agen-agen perubahan. b. Tokoh masyarakat tidak menyimpan pengetahuan atau keahliannya itu hanya untuk diri sendiri, melainkan berusaha untuk menyebarkannya kepada orang lain atau masyarakat. Mereka menjadi tempat bagi masyarakat untuk bertanya dan mencarikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat. c. Tokoh masyarakat dikenal oleh anggota-anggota masyarakat lainnya sebagai ahli yang berkompeten dalam hal inovasi, mungkin karena mereka telah menerima ide-ide baru sebelum orang lain. Mereka lebih inovatif dibandingkan daripada masyarakat pada umumnya. d. Tokoh masyarakat memperoleh posisi mereka sebagai pemimpin informal adalah karena mereka menghargai dan menjaga norma-norma sistem mereka. Mereka selalu menyelaraskan diri dengan norma-norma sistem, dan karena itu tokoh masyarakat menjadi model norma yang nyata bagi masyarakatnya. 2. Peranan Tokoh Masyarakat dalam pengembangan masyarakat Kehadiran dan pengaruh tokoh masyarakat dalam struktur masyarakat kita masih bermakna strategis terutama sekali pada masyarakat yang sederhana (homopili), yaitu masyarakat yang hidup di pedesaan. Pada masyarakat pedesaan, kepercayaan dan ketergantungan pada tokoh masyarakat sangatlah besar, lain halnya dengan masyarakat yang sudah maju (heteropili) seperti di masyarakat perkotaan derajat ketergantungan maupun 34 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 44. perwujudannya sangatlah berbeda. Namun demikian selama dalam masyarakat itu masih ada unsur-unsurkepercayaan dan nilai-nilai sosial yang dianut serta dipertahankan maka keberadaan tokoh masyarakat akan selalu mendapatkan posisi yang terbaik dalam kehidupan masyarakat. Ketika anggota masyarakat dihadapkan pada berbagai pesan atau ide dalam pengembangan masyarakat baik di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, teknologi dan lainnnya, disitu mereka dituntut memberikan keputusan menerima atau menolaknya, keputusan itu tentu saja dapat bermanfaat bagi dirinya, pada kaitan ini mereka akan bertanya dan minta jawaban kepada tokoh masyarakat tersebut. Keberadaan tokoh masyarakat dalam kegiatan pengembangan masyarakat, pertama menjadi jembatan penghubung antara fasilitator dengan masyarakat yang menjadi kelompok sasaran. Kedua, menjadi fasilitator bagi usaha dan upaya untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut. Kedua hal ini pada dasarnya menempatkan atau memposisikan bahwa tokoh masyarakat, dalam konteks pembangunan masyarakat tersebut adalah memberi bantuan untuk memperlancar, meningkatkan, menpercepat dan menjamin berhasil penyelenggaraan usaha-usaha pengembangan masyarakat teresebut. D. Kepemimpinan Situasional 1. Pengertian Kepemimpinan dapat didefinisikan dari dua sudut pandang, yakni: pertama, kepemimpinnan sebagai proses mempengaruhi orang-orang untuk melakukan kegiatan bersama yang mengarah pada pencapaian tujuan (Beal dan kawan-kawan, 1974). Kedua, Kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpinnya (Cleaton dan Mason dalam Mardikanto, 1992). Sebagai suatu proses, Faktor-Faktor Penting 35
  • 45. Margono Slamet (1992) berpendapat bahwa kepemimpinan juga merupakan proses pengambilan prakarsa untuk bertindak yang menghasilkan pola interaksi kelompok yang konsisten menuju pemecahan masalah bersama atau untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah pendekatan atau cara-cara orang memimpin. Untuk itu ada dua golongan terbesar gaya kepemimpinan sebagai berikut; pertama, Kepemimpinan bergaya orientasi tugas (task oriented), yaitu gaya kepemimpinan yang lebih memfokuskan perlunyapelaksanaan tugas-tugas secara baik, apapun konsekuensinya. Istilah untuk gaya kepemimpinan ini yakni otoriter, diktator, supervisory dan initiating. Kedua, gaya kepemimpinan berorientasi pada hubungan baik (relationship oriented) yaitu gaya kepemimpinan yang lebih memfokuskan perlunya hubungan baik antara pimpinan dan bawahannya dan antara anggota kelompoknya. Istilah lain untuk gaya kepemimpinan ini adalah demokratic, equalitarian, permisiveness, participatory, dan considerate. Sekitar tahun 1960–an mulai timbul pendekatan situasional dalam kepemimpinan. Kepemimpinan situasional yaitu kepemimpinan berdasarkan situasi, artinya proses mempengaruhi dan menggerakkan kegiatan orang lain untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Titik tolak pendekatan situasional adalah situasisituasi yang saling berbeda menuntut dilaksanakannya fungsifungsi kepemimpinan yang saling berbeda pula. Fiedler (1965) mengembangkan teorinya mengenai efektivitas kepemimpinan yang sepenuhnya dikaitkan dengan ciri-ciri situasi. Teorinya adalah teori contingensi, teori ini mengkaitkan efektivitas seorang pemimpin dengan faktor-faktor situasional, yaitu aspek-aspek situasi kelompok bergantung dari ciri-ciri yang dimiliki seseorang pemimpin maupun sifat-sifat situasi yang menguntungkan. 2. Jenis-jenis kepemimpinan situasional. Hersey dan Blanchard (1983) 36 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) mengenalkan gaya
  • 46. kepemimpinan situasional mengacu pada ; a). Perilaku hubungan antara pemimpin dan bawahan. b). Perilaku tugas yang harus dilaksanakan yang pada dasarnya mengaitkan gaya kepemimpinan dengan kematangan atau masa kerja bawahan, sehingga kemudia dikenal sebagai life cycle theory. Hal sama bahwa Kepemimpinan Situasional adalah kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi antara; a. Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin (prilaku tugas) b. Tingkat dukungan sosioemosional yang disajikan pemimpin (prilaku hubungan) c. Tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu (kematangan bawahan). Adapun mengenai gaya kepemimpinan situasional sebagai berikut: a. Telling Style Dimana gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa perilaku tugas yang tinggi dengan perilaku hubungan rendah, disebut pula dengan “gaya perintah” karena ditandai oleh komunikasi satu arah, di mana pemimpin menentukan tugas atau memberi perintah serta menerangkan kepada bawahannya tentang bagaimana, apa, bilamana dan di mana tugas harus dilaksanakan. Gaya kepemimpinan seperti ini dicirikan salah satu dengan sistem komando. b. Selling Style Gaya kepemimpinan bahwa perilaku tugas yang tinggi dengan perilaku hubungan yang tinggi, disebut “gaya menjual”, karena sebagian besar petunjuk masih disiapkan oleh pemimpin, namun dengan komunikasi dua arah atau dengan dialog bersama bawahannya. Gaya kepemimpinan ini diaplikasikan ketika bawahan sudah mulai matang, sudah menunjukkan tanggung jawab tinggi, tetapi belum memiliki Faktor-Faktor Penting 37
  • 47. c. d. kesiapan atau kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan baik. Participating Style Dimana gaya kepemimpinan ini menunjukkan bahwa perilaku tugas rendah dengan perilaku hubungan yang tinggi, disebut dengan “gaya partisipasi”, karena bawahan dan pemimpin bersama-sama dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi dua arah. Delegating Style Dimana gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa perilaku tugas yang rendah dan perilaku hubungan yang rendah, disebut “gaya mendelegasi”, karena pemimpin memberikan delegasi penuh kepada bawahan untuk melaksanakan kegiatan mereka sendiri melalui penugasan, pengutusan dan pengawasan umum. Menurut Paul Hersey dan Ken. Blanchard, seorang pemimpin harus memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Tingkat kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Tingkat kematangan M1 (Tidak mampu dan tidak ingin) maka gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahan seperti ini adalah Gaya Telling (G1), yaitu dengan memberitahukan, menunjukkan, mengistruksikan secara spesifik. b. Tingkat kematangan M2 (tidak mampu tetapi mau), untuk menghadapi bawahan seperti ini maka gaya yang diterapkan adalah Gaya Selling/Coaching, yaitu dengan Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk. c. Tingkat kematangan M3 (mampu tetapi tidak mau/raguragu) maka gaya pemimpin yang tepat untuk bawahan seperti ini adalah Gaya Partisipatif, yaitu Saling bertukar Ide & beri kesempatan untuk mengambil keputusan. 38 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 48. d. Tingkat kematangan M4 (Mampu dan Mau) maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah Delegating, mendelegasikan tugas dan wewenang dengan menerapkan system control yang baik. 3. Kepemimpinan situasional dalam pengembangan masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa pengembangan masyarakat memiliki ruang lingkup yang luas dan segmentasi yang beragam sesuai dengan potret masyarakat. Pelaksanaan pengembangan masyarakat itu bisa mencakup masyarakat di pedesaan maupun perkotaan, masyarakat di pedalaman maupun pesisir dan lain-lain. Hal ini menggambarkan bahwa ada situasi berbeda, dimana pengembangan masyarakat, misalnya dalam konteks gaya kepemimpinan berbeda pula. Tentu saja akan berbeda jika, gaya kepemimpinan yang berlaku di masyarakat pedesaan dan perkotaan, pedalaman atau pesisir. Pada masyarakat di pedesaan, dengan alasan bahwa mereka masih belum punya inisiatif, maka diperlukan gaya kepemimpinan Telling Style atau “gaya perintah”. Lain lagi, model kepemimpinan pada masyarakat perkotaan yang kritis dan lebih terbuka, maka Delegating Style lebih cocok diberlakukan pada masyarakat tersebut. Dalam kaitan ini, gaya kepemimpinan situasional merupakan yang cocok dan penting bagi pengembangan masyarakat. karena kepemimpinan seperti ini mengandaikan bahwa masyarakat yang beragam dapat diakomodir melalui gaya-gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan konteks masyarakatnya. Gaya kepemimpinan seperti lebih mengerti dan aplikatif dengan keperluan pengembangan masyarakat yang memiliki spektrum luas dan beragam baik dari segi geografis, pendidikan, sosio- kultural, ekonomi dan lain-lain. Kepemimpinan situasional ini aplikatif dan sesuai dengan konteks masyarakat yang diberdayakan jika didukung oleh sumber daya manusia yang dapat menjalankan model kepemimpinan ini. Faktor-Faktor Penting 39
  • 49. Faktor SDM yang terlibat, khususnya fasilitator maupun pemangku kepentingan lainn diharapkan memiliki kompetensi dan kapasitas untuk menjalankan gaya kepemimpinan situasional. Tanpa dukungan SDM yang sesuai kompetensinya, pelaksanaan gaya kepemimpinan situasional ini tidak akan berjalan efektif dalam mendukung usaha dan upaya pengembangan masyarakat yang berimplikasi pada perubahan sosial itu. Faktor kepemimpinan situasional menjadi faktor atau variabel penting bagi pengembangan masyarakat, karena hal ini sangat cocok dengan kondisi dari masyarakat yang akan diberdayakannya tersebut. Kepemimpinan yang selalu menyesuaikan dengan situasi tertentu ini tingkat relevansinya dengan konteks pengembangan masyarakat tersebut. 40 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 50. BAB 3 TAHAPAN-TAHAPAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM A. Perencanaan 1. Pengertian Perencanaan Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat berjalan. Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan banyak tujuan perencanaan. Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia Tahapan-Tahapan Manajemen 41
  • 51. dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya. Tujuan ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Tujuan yang terakhir adalah untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Dalam konteks pengembangan masyarakat bahwa perencanaan yang dimaksud disebut dengan perencanaan sosial. Perencanaan Sosial pada hakekatnya menunjukkan pada perencanaan mengenai program pelayanan kesejahteraan sosial (Conyers, 1992 dan Edi Suharto, 2005:27) Adapun definisi perencanaan sosial menurut PBB adalah sebagai berikut (Edi Suharto, 2005:27) : 1. Perencanaan sosial pada sector sosial, perencanaan ini meliputi sector kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, perumahan, kependudukan dan keluarga berencana. 2. Perencanaan sosial pada lintas sektoral, perencanaan yang lebih dari sekedar perencanaan ekonomi, akan tetapi perencanaan pada berbagai sector. 3. Perencanaan sosial sebagai aspek-aspek sosial dari perencanaan ekonomi. Pada pengertian perencanaan tercakup dua dimensi penting, yaitu pertana, perencanaan sosial sebagai perencanaan input sosial bagi perencanaan ekonomi. Kedua, perencanaan sosial sebagai perencanaan yang ditujukan untuk menghindari, mencegah berbagai akibat sosial yang tidak diharapkan dari adanya pembangunan ekonomi. 2. Model Perencanaan Sosial Sedikitnya ada empat model perencanaan sosial yang 42 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 52. memuat prinsip-prinsip perencanaan secara tersendiri (Gilbert dan Specht, 1977 dan Edi Suharto, 2005: 73-74) yaitu; 1. Model Rasional Komprehensif Prinsip utama dari model ini adalah bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang teratur dan logis mulai dari diagnosis masalah hingga pada pelaksanaan kegiatan atau penerapan program. Penekanan model ini terletak pada aspek teknis metodologis yang didasarkan atas fakta-fakta, teori-teori dan nilai-nilai tertentu yang relevan. Ciri model ini adalah bahwa masalah yang ditemukan harus didiagnosis, ditentukan pemecahannya melalui perancangan program yang komprehensif, baru kemudian diuji efektifitasnya sehingga diperoleh cara pemecahan masalah dan pencapaian tujuan yang paling baik. 2. Model Inkremental Prinsip utama model ini menyaratkan bahwa perubahanperubahan yang diharapkan dari perencanaan tidak bersifat radikal, melainkan hanya perubahan-perubahan kecil saja atau penambahan-penambahan pada aspek-aspek program yang sudah ada. Model ini juga menyarankan bahwa perencanaan tidak perlu menentukan tujuan-tujuan dan kemudian menetapkan kebijakan-kebijakan untuk mencapainya. Yang diperlukan adalah menentukan pilihan terhadap kebijakan yang berbeda secara marginal saja. 3. Model Pengamatan Terpadu Model ini merupakan jalan tengah dari model yang pertama dan kedua yang memadukan unsure-unsur fundamental dan incremental. Keputusan yang fundamental dilakukan dengan menjajagi alternative-alternatif utama dihubungkan dengan tujuan. Tetapi tidak seperti pendekatan rasional, halhal yang detail dan spesifik diabaikan sehingga pandangan yang menyeluruh dapat diperoleh. Sementra itu, keputusankeputusan yang bersifat tambahan atau incremental dibuat di dalam konteks yang ditentukan oleh keputusan-keputusan Tahapan-Tahapan Manajemen 43
  • 53. fundamental. Dengan demikian, masing-masing unsur dapat mengurangi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada unsur lainnya. 4. Model Transaksi Prinsip utama model ini menekankan bahwa perencanaan melibatkan proses interaksi dan komunikasi antara perencana dan para penerima pelayanan. Oleh karena itu, model ini menyarankan bahwa perencanaan harus dapat menutup jurang komunikasi antara perencana dan penerima layanan yang membutuhkan rencana program. Caranya dapat dilakukan dengan mengadakan transaksi yang bersifat pribadi, baik lisan maupun tulisan secara terus menerus di antara mereka yang terlibat. Beberapa jenis dari perencanaan adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan dengan sistem “top down planning” artinya adalah perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang berwal dari perencaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh. 2. Perencanaan dengan sistem “bottom up planning” artinya adalah perencanaan yang dilakukan diaman masyarakat lebih berperan dalam hal pemberian gagasan awal sampai dengan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan sedangkan pemerintah pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam suatu jalannya program. 3. Perencanan dengan sistem gabungan dari kedua sistem diatas adalah perencaan yang disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dan program yang diinginkan oleh masyarakat yang merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah dan juga masyarakat sehingga peran antar satu dan keduanya saling berkaitan. 44 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 54. Disisi lain dalam konteks pengembangan masyarakat, jenis lebih pada model bottom up daripada top down. Jenis yang terakhir kurang memberikan ruang partisipasi pada masyarakat. Sedangkan perencanaan bottom up memberikan seluas-luasnya partisipasi kepada masyarakat. Dalam hal ini, perencanaan bottom up dikenal dengan perencanaan partisipatif. Tiga alasan utama mengapa perencanaan partisipatif dibutuhkan, yaitu (Conyers, 1991, 154-155) Alasan pertama partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhandan sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyekproyek akan gagal. Alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai kegiatan atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program tersebut. Alasan ketiga adalah karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan. Sedangkan alasan lainnya dikemukakan oleh Amartya Sen dimana Ia mengemukan ada 3 alasan mengapa harus ada demokasi dan Perencanaan Partisipatif (Amartya Sen, 1999:148) karena; 1). Demokrasi dan partisipasi sangat penting peranannya dalam pengembangan kemampuan dasar. 2). Instrumental role untuk memastikan bahwa rakyat bisa mengungkapkan dan mendukung klaim atas hak-hak mereka, di bidang politik maupun ekonomi. 3. Constructive role dalam merumuskan “kebutuhan” rakyat dalam konteks sosial. Secara garis besar perencanaan sosial dan perencanaan partisipatif dapat dirumuskan menjadi lima tahapan (Carey, 1980; Marzuki dan Suharto, 1996). a. Identifikasi masalah b. Penentuan Tujuan c. Penyusunan dan Pengembangan Rencana Program Tahapan-Tahapan Manajemen 45
  • 55. d. Pelaksanaan Program e. Evaluasi Program Siliwanti (2005:30-31) menegaskan, perencanaan yang baik akan sangat tergantung pada beberapa faktor, antara lain; a. Kualitas substansi rencana itu sendiri. hal ini akan sangat terkait dengan isi rencana tersebut yang mempertimbangkan banyak hal, seperti antara lain: kebutuhan masyarakat yang mendesak, arah kebijakan pembangunan nasional, globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi dan sumber daya dimiliki. b. Mekanisme/proses perencanaan rencana, seperti pelaksanaan dialog dan konsultasi publik dengan masyarakat, lembaga perwakilan rakyat, LSM, dan lain sebagainya. Harapannya dengan konsultasi publik atau dialog, rencana program tersebut akan mendapatkan legitimasi secara utuh dari seluruh stakeholdernya. c. Pelaksanaan rencana, yaitu tindakan nyata/kongkrit yang berada di dalam masyarakat untuk melaksanakan program secara konsisten, termasuk didalamnya dukungan ketersediaan anggaran dan profesionalisne pelaksana rencana. Pelaksanaan dalam tahap manajemen pengembangan masyarakat adalah kata lain dari fungsi manajemen pengorganisasian. Dimana pengertian Fungsi Pengorganisasian/ Organizing adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki organisasi untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan organisasi. Tahap pelaksanaan program intinya menunjukkan pada perubahan proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan kebijakan atau penyelenggaraan B. Pelaksanaan 46 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 56. program merupakan tujuan. Sedangkan kegiatan-kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan. Ada dua prosedur dalam melaksanakan program, yaitu; (Edi Suharto: 2005:79) a) merinci prosedur operasional untuk melaksanakan program. b). Merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana. Dalam kaitan tahapan pelaksanaaan juga ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni pertama, mengorganisasi (Mahendra, 2004: 28-29). Di dalamnya meliputi; pemahaman tentang tahap pengorganisasian/pelaksanaan terkait erat dengan perencanaan, organisasi proyek dibentuk sesuai kebutuhan fungsional dan demi efektivitas, tanggung jawab dan tugas personal, tugas harus jelas batasannya, dan organisasi struktur rincian kerja. Kedua, mengkordinasi yang terdiri koordinasi dengan eksternal dan koordinasi dengan pihak internal. Adapun kegiatan dalam pelaksanaan terdiri sosialisasi program, pelatihan tenaga pengelola program, pemberian bantuan teknis, pelatihan-pelatihan pendukung lainnya, penyediaan sarana dan prasarana dan lain-lain. Pengorganiasian juga merupakan keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi wewenang, serta tanggung jawabnya dengan tujuan terciptanya organisasi yang berhasil. dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatankegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. Sedangkan langkah perorganisasian Tahapan-Tahapan Manajemen 47
  • 57. 1. Memperici seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan 2. Membagi beban kerja kedalam aktivitas yang menyenangkan 3. Mengkombinasikan pekerjaan anggota perusahan dalam cara yang logs dan efisien 4. Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis. 5. Memantau aktivitas organisasi dan pengambilan langkahlangkah untuk meningkatkan efektivitas Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. Prinsip pengarahan meliputi prinsip keharmonisan dan kesatuan komando. Pada prinsip keharmonisan, bertujuan  pemenuhan kebutuhan yang dimiliki para pekerja harus harmonis dengan kepentingan perusahaan. Sedang prinsip kesatuuan komando, menyatukan arah dan tujuan dan tanggung jawab para bawahan kepada atasan C. Pelembagaaan 1. Pelembagaan Soetomo (2006;422), bahwa melaksanakan program yang berorientasi pemberdayaan sehingga berdampak pada proses yang berkelanjutan tersebut bukan hal yang mudah. Banyak ditemukan bahwa suatu program atas bantuan/asistensi dari pemerintah maupun non pemerintah memang dapat mendorong tumbuhnya aktivitas lokal, tetapi aktivitas lokal berhenti setelah program dari luar tersebut dihentikan. Berikut ini, menurut Soetomo, bentuk intervensi dalam program pemberdayaan masyarakat yang berdampak kemandirian atau keberlanjutan tersebut; 48 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 58. Gambar 01. Intervensi yang berdampak kemandirian Kombinasi sumber daya eksternal dan internal Bantuan materi dan pelayanan Aktivitas lokal Pengembangan sumber daya manusia, material dan organisasi Hasil material dan pelayanan baru Garis intervensi Garis siklus kemandiriaan/keberlanjuta Sumber: Honadle & Vant Sant (1985:76), Soetomo (2006;423) Gambar 1. Intervensi yang berdampak kemandirian Lebih lanjut, menurutnya, bahwa kunci pertama dari keberhasilan program pemberdayaan masyarakat adalah apabila dapat mendorong lahirnya aktivitas lokal atau kegiatan-kegiatan di masyarakat. Lebih penting dari bahwa dampak keberlanjutan dari dari Lebih lanjut, menurutnya, itu, apabila kunci pertama program itu dapat terlihat dan ada, dimana aktivitas lokal atau kegiatan yang dilaksanakan dalam program tersebut program pemberdayaan kegiatan-kegiatan lainnya keberhasilan mendorong muncul aktivitas lokal atau masyarakat adalah sebagai mata rantai dari kegiatan sebelumnya. Dalam bahasa lainnya, aktivitas lokal atau apabila dilaksanakan dalam program itu memberikan multiplier effect yang mampu kegiatan yangdapat mendorong lahirnya aktivitas lokal atau kegiatanmenciptakan siklus kemanfaatan program yang tidak hanya berhenti ketika program yang kegiatan di masyarakat. Lebih penting dari itu, apabila dampak berasal dari luar sudah habis masa waktunya. Dalam konteks ini, bagi program pengembangan masyarakat, keberlanjutan dari program itu dapat terlihat dan ada,bahwa dimana bantuan/pendampingan dari luar (baca; LSM, pemerintah maupun badan usaha) harus diposisikan hanya stimulan belaka dan tidak selamanya. Kenapa program yang dilakukan oleh aktivitas lokal atau kegiatan yang dilaksanakan dalam program pihak luar itu hanya stimulan saja? Hal ini dimaksudkan agar masyarakat yang diintervensi tersebut mendorong muncul aktivitas lokal atau kegiatanmelalui sebuah progam tersebut, tidak mengalami ketergantungan, tentu saja hal tersebut dapat berdampak buruk bagi mereka, dan bertentangan dengan tujuan sebenarnya kegiatan lainnya sebagai mata rantai dari kegiatan sebelumnya. diselenggarakannya program pemberdayaan masyarakat; yakni masyarakat dapat berdaya dan menolong diri bahasa lainnya, hambatan dan kendala yang dihadapinya. Dalam sendiri dalam menghadapi aktivitas lokal atau kegiatan yang Model program pengembangan masyarakat yang memiliki arah dilaksanakan dalam satu telah digagas oleh LP3ES ketika mengintrodusir kemandirian/keberlanjutan salah program itu memberikan multiplier effect program transaksi hulu-hilir di wilayah DAS Cidanau, Serang, Banten. Dimana secara yang mampu menciptakan siklus kemanfaatan program yang 26 tidak hanya berhenti ketika program yang berasal dari luar sudah habis masa waktunya. Dalam konteks ini, bagi program pengembangan masyarakat, bahwa bantuan/pendampingan dari luar (baca; LSM, pemerintah maupun badan usaha) harus diposisikan hanya stimulan belaka dan tidak selamanya. Kenapa program yang dilakukan oleh pihak luar itu hanya stimulan saja? Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Tahapan-Tahapan Manajemen 49
  • 59. yang diintervensi melalui sebuah progam tersebut, tidak mengalami ketergantungan, tentu saja hal tersebut dapat berdampak buruk bagi mereka, dan bertentangan dengan tujuan sebenarnya diselenggarakannya program pemberdayaan masyarakat; yakni masyarakat dapat berdaya dan menolong diri sendiri dalam menghadapi hambatan dan kendala yang dihadapinya. Model program pengembangan masyarakat yang memiliki arah kemandirian/keberlanjutan salah satu telah digagas oleh eksplisit ada satu tahapan secara khusus untuk membangun dimensi keberlanjutan dari LP3ES ketika mengintrodusir program transaksi hulu-hilir di program atau aktivitas lokal yang ada disana. Berikutwilayah DAS Cidanau, pengembangan masyarakat yang menganut aspek ini siklus tahapan dalam Serang, Banten. Dimana secara eksplisit berkelanjutan program tersebut ada satu tahapan secara khusus untuk membangun dimensi keberlanjutan dari program atau aktivitas lokal yang ada disana. Gambar: 02. Berikut ini siklus tahapan dalam pengembangan masyarakat Siklus tahapan pemberdayaan masyarakat yang memiliki aspek keberlanjutan yang menganut aspek berkelanjutan program tersebut Tahap Perencanaan Program Tahap Monitoring dan Evaluasi Program Tahap Pelaksanaan Program Tahap Pelembagaan Program Sumber: LP3ES dan IIED, 2005 Gambar 2. Siklus tahapan pemberdayaan masyarakat yang Tahap pelembagaan inilah merupakan tahapan khusus yang dilakukan dalam rangka memiliki aspek keberlanjutan membangun aspek kemandirian atau keberlanjutan tersebut. Dimana tahapan ini seringkali terabaikan oleh sejumlah perencana dalam program pemberdayaan masyarakat tersebut. Padahal agar program tersebut dapat berjalan berkesinambungan dan memberikan manfaat kepada masyarakatTahap jangka panjang, serta menjamin bahwa program itu tetap berjalan secara pelembagaan inilah merupakan tahapan khusus yang walaupun bantuan/asistensi dari pemerintah, LSM maupun badan usaha kemandirian atau dilakukan dalam rangka membangun aspek sudah selesai. Sedangkan tahapan pemberdayaan masyarakat yang mengabaikan aspek keberlanjutan keberlanjutan tersebut. Dimana tahapan ini seringkali terabaikan tersebut, biasanya urutannya sebagai berikut; pertama, perencanaan program, pelaksanaan program dan monitoring serta evaluasi program. Ternyata model ini tidak memberikan kontribusi positif bagi pengembangan program secara lebih berkesinambungan. Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) 50 c.2. Strategi Pelembagaan Program Berikut ini beberapa strategi dalam rangka mendukung pelembagaan bagi program pemberdayaan masyarakat, yaitu; pertama, penguatan kelembagaan lokal. Dalam sebuah program tersebut harus dibangun kelembagaan lokal yang kuat sebagai mata rantai yang akan
  • 60. oleh sejumlah perencana dalam program pemberdayaan masyarakat tersebut. Padahal agar program tersebut dapat berjalan berkesinambungan dan memberikan manfaat kepada masyarakat secara jangka panjang, serta menjamin bahwa program itu tetap berjalan walaupun bantuan/asistensi dari pemerintah, LSM maupun badan usaha sudah selesai. Sedangkan tahapan pemberdayaan masyarakat yang mengabaikan aspek keberlanjutan tersebut, biasanya urutannya sebagai berikut; pertama, perencanaan program, pelaksanaan program dan monitoring serta evaluasi program. Ternyata model ini tidak memberikan kontribusi positif bagi pengembangan program secara lebih berkesinambungan. 2. Strategi Pelembagaan Program Berikut ini beberapa strategi dalam rangka mendukung pelembagaan bagi program pemberdayaan masyarakat, yaitu; pertama, penguatan kelembagaan lokal. Dalam sebuah program tersebut harus dibangun kelembagaan lokal yang kuat sebagai mata rantai yang akan melanjutkan kegiatan pemberdayaan yang sudah dilakukan melalui stimulan dari pihak luar tersebut. Karena kelembagaan lokal yang kuat akan memelihara kesinambungan dan manfaat program tersebut. Penguatan kelembagaan lokal dapat dilaksanakan melalui penguatan sumber daya manusia (SDM) sebagai pengelola program tersebut, pembangunan sarana fisik kelembagaan dan pendanaan yang permanen. Penguatan dan pengembangan sumber daya manusia, misalnya, melalui pelatihan manajemen dan kepemimpinan, administrasi keuangan, pemasaran dan lobby serta ketrampilan—ketrampilan lainnya. Kedua, membina kader masyarakat. Kader masyarakat biasanya dibentuk bersamaan dengan perencanaan dan pelaksanaan program. Mereka inilah ujung tombak yang akan meneruskan program tersebut setelah masa penghapusan “jejak” dari pihak luar yang membantunya. Pembinaan kader Tahapan-Tahapan Manajemen 51
  • 61. masyarakat yang profesional dan cakap adalah bentuk tanggung jawab dari pemberi program untuk mewujudkan kemanfaatan yang berjangka panjang tersebut. Pada tahap pelembagaan, aspek pembinaan kader masyarakat merupakan hal yang penting dilakukan sebagai upaya membangun dampak yang berjangka lama dari program tersebut. Ketiga, Sumber pendanaan; sumber pendanaan bagi program tersebut yang tidak hanya bergantung pada pemberian dari pihak luar yang sifat sementara dan tidak permanen.Tetapi mekanisme pendanaan ini harus dibuat secara permanen, oleh karena itu model-model pendanaan alternatif harus dibuat selama program tersebut dilaksanakan. Misalnya, dalam kasus Program Transaksi Hulu-Hilir di Wilayah di DAS Cidanau, disepakati pemberian dana kompensasi dari pihak hilir (PT. Krakatau Tirta Industri) sebagai pemanfaat dari air yang mengalir di daerah aliran sungai (DAS) Cidanau kepada masyarakat di hulu agar memelihara kelestarian lingkungan di daerah hulu sehingga air itu dapat tersedia dan mengalir. Model-model seperti inilah yang dapat diharapkan membangun pendanaan program setelah “pemberian dana” dari luar dihentikan karena sifatnya yang sementara dan stimulan belaka. Monitoring dilakukan sejak awal kegiatan, terutama pada saat implementasi program. Tujuan monitoring (pemantauan) untuk melihat atau mengawasi apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, jika terjadi penyimpang dapat segera dilakukan perbaikan. Sementara evaluasi dapat pula dilakukan terhadap proses dan hasil implementasi program, artinya bisa dilakukan pada waktuwaktu tertentu (misalnya per triwulan, per semester, per tahun, dsb) dan pada akhir kegiatan. Tujuan evaluasi program adalah untuk mengetahui sejauhmana pencapaian tujuan, D. Monitoring dan evaluasi 52 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
  • 62. apa faktor penghambat dan pendukung, dan langkah apa yang perlu diambil guna perbaikan lebih lanjut. Teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi yaitu diskusi kelompok atau pertemuan masyarakat untuk melakukan evaluasi Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun. Monitoring digunakan pula untuk memperbaiki kegiatan yang menyimpang dari rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber, serta untuk mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien mungkin. Berdasarkan kegunaannya, William Travers Jerome menggolongkan monitoring menjadi delapan macam, sebagai berikut; 1. Monitoring yang digunakan untuk memelihara dan membakukan pelaksanaan suatu rencana dalam rangka meningkatkan daya guna dan menekan biaya pelaksanaan program. 2. Monitoring yang digunakan untuk mengamankan harta kekayaan organisasi atau lembaga dari kemungkinan gangguan, pencurian, pemborosan, dan penyalahgunaan 3. Monitoring yang digunakan langsung untuk mengetahui kecocokan antara kualitas suatu hasil dengan kepentingan para pemakai hasil dengan kemampuan tenaga pelaksana. 4. Monitoring yang digunakan untuk mengetahui ketepatan pendelegasian tugas dan wewenang yang harus dilakukan oleh staf atau bawahan. 5. Monitoring yang digunakan untuk mengukur penampilan tugas pelaksana. 6. Monitoring yang digunakan untuk mengetahui ketepatan antara pelaksanaan dengan perencanaan program. 7. Monitoring yang digunakan untuk mengetahui berbagai ragam rencana dan kesesuaiannya dengan sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi atau lembaga. Tahapan-Tahapan Manajemen 53
  • 63. 8. Monitoring yang digunakan untuk memotivasi keterlibatan para pelaksana. 1. Pengertian Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertian tentang program sendiri. Dalam kamus (a) program adalah rencana, (b) program adalah kegiatan yang dilakukan dengan seksama. Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan (Suharsimi Arikunto, 1993: 297). Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009: 5), evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasikan. Selanjutnya menurut Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Suharsimi Arikuntodan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009: 5), evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. 2. Tujuan Evaluasi Program Menurut Endang Mulyatiningsih (2011: 114-115), evaluasi program dilakukan dengan tujuan untuk: a. Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program yang sama ditempat lain.b. Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan. Dilihat dari tujuannya, yaitu ingin mengetahui kondisi sesuatu, maka evaluasi program dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk penelitian evaluatif. Oleh karena itu, dalam evaluasi program, pelaksana berfikir dan menentukan langkah bagaimana melaksanakan penelitian. 54 Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)