SlideShare a Scribd company logo
TEKNIK PENGECORAN & PELEBURAN LOGAM


              MODUL PRAKTIKUM




                   Oleh :

        ABRIANTO AKUAN, ST., MT.




      LABORATORIUM TEKNIK PRODUKSI
         JURUSAN TEKNIK METALURGI
              FAKULTAS TEKNIK
     UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
                 BANDUNG
                   2010
PETUNJUK PRAKTIKUM


I.        MAKSUD DAN TUJUAN
          Praktikum Teknik Pengecoran Logam merupakan penerapan
teori-teori yang pernah diberikan dalam perkuliahan. Tujuan utama
dari praktikum Teknik Pengecoran logam ini adalah:
         Dapat membuat pola dan cetakan pasir untuk membuat produk
          coran logam.
         Menentukan dan merencanakan sistim saluran dalam suatu
          pembuatan produk coran logam.
         Mengetahui beberapa proses atau teknik dalam pembuatan
          cetakan.
         Mengetahui     besaran-besaran   atau   parameter    proses     yang
          terlibat dan berpengaruh terhadap cetakan yang yang dibuat.
         Merencanakan     dan   membuat    barang   jadi     melalui    teknik
          pengecoran logam.
         Mengetahui cara-cara pengujian kualitas pasir cetak untuk
          proses pengecoran logam.


Dengan melakukan praktikum ini, diharapkan peserta (praktikan)
memiliki pengalaman praktek dalam proses produksi/manufaktur
melalui proses pengecoran logam.




II.       PERATURAN PRAKTIKUM
2.1       Tata Tertib
         Tidak   dibenarkan     memakai   sandal,   sepatu     sandal     dan
          sejenisnya.
         Tas dan barang-barang yang digunakan selama praktikum harus
          disimpan ditempat yang telah disediakan.
         Dilarang melakukan praktikum tanpa seijin instruktur yang
          bersangkutan.
@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                  1
   Selama berada dilaboratorium dilarang merokok, makan dan
      minum.
     Praktikum harus menjaga keamanan dan ketenangan selama
      berada dilaboratorium.
     Diwajibkan memakai pakaian savety dalam setiap melakukan
      praktek.


2.2   Kehadiran
     Praktikan yang tidak mengikuti satu kali praktikum dianggap
      gagal dan harus mengulang pada kesempatan berikutnya.
     Waktu pelaksanaan praktikum diatur dengan jadwal yang telah
      ditentukan.
     Praktikan diharuskan menyerahkan formulir kehadiran kepada
      instruktur pada setiap melakukan praktek.


2.3   Pemakaian Alat
     Periksa kelengkapan alat sebelum melakukan praktek.
     Setiap pemakaian alat harus seijin instruktur.
     Kehilangan atau kerusakan alat adalah tanggung jawab satu
      kelompok peserta praktikum.
     Setiap akhir praktikum, ruangan dan alat-alat yang digunakan
      harus dibersihkan.
     Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus lapor
      pada   instruktur    untuk   memeriksa    alat-alat   yang   telah
      digunakan.


2.4   Tugas dan Laporan
     Laporan praktikum diisi pada logbook yang telah disediakan.
     Sebelum dan sesudah praktikum akan diadakan responsi dan
      ujian akhir praktikum. Adapun waktu dan tempat ditentukan
      kemudian.



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                          2
   Setiap praktikum harus mengumpulkan dan mengisi logbook
       praktikum     secara        perorangan   setelah    seluruh   praktikum
       diselesaikan.
      Logbook praktikum diisi dengan tulisan tangan.


2.5    Penilaian
       Sistematika penilaian mengikuti aturan sebagai berikut:
             1. Nilai Ujian                     = 15 %
             2. Nilai Kehadiran                 = 25 %
             4. Nilai Laporan                   = 20 %
             5. Nilai Presentasi                = 40 %




III.   KESELAMATAN KERJA
3.1    Ringkasan Umum
       Keselamatan kerja merupakan target pertama dalam setiap
proses produksi terutama proses pengecoran logam, karena dalam
proses ini kita akan berhadapan dengan bahaya-bahaya yang mungkin
terjadi diantaranya:
      Terkena percikan dari logam cair atau terak.
      Terkena     jilatan   api    atau   panas   dari   pembakaran   tungku
       peleburan.
      Risiko terjadinya kebakaran.
Bahaya potensial ini diharapkan tidak akan menjadi bahaya riil apabila
semua peraturan keselamatan telah diikuti dengan seksama dan
selalu bekerja menurut prosedur serta tata cara yang aman dan
benar. Dengan demikian kita akan terhindar dari bahaya dan tempat
kita bekerja menjadi tempat yang aman.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                 3
3.2   Ketentuan dan Prosedur Keselamatan
     Siapkanlah bahwa keadaan lingkungan kerja dan peralatannya
      siap untuk dipakai, dan periksa kembali peralatan sebelum
      bekerja.
     Pakailah pakaian kerja dengan alat pelindung diri (APD) lainnya
      yang diperlukan.
     Bekerjalah sesuai petunjuk yang ada.
     Tanyakanlah pada instruktur/asistan anda, bila kurang jelas
      dalam bekerja.
     Berhati-hatilah dalam penggunaan alat-alat perlengkapan serta
      posisi dalam bekerja.
     Usahakan nyala api dalam kondisi yang baik.
     Jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar dari api.
     Usahakan muatan yang akan dilebur, dalam keadaan bersih
      bebas dari air oli dan bahan lainnya yang dapat menyebabkan
      percikan atau ledakan.
     Bersihkan lantai pasir tempat proses pengecoran dari air,
      kotoran dan sebagainya.
     Jaga jarak aman anda dengan tungku peleburan dan peralatan
      lain pada saat peleburan dan penuangan logam cair.
     Gunakan selalu alat pelindung diri (APD): sarung tangan kulit,
      apron, helm, kacamata, sepatu kerja, masker, tang jepit dan
      lain sebagainya.
     Tidak diperbolehkan memegang peralatan dan produk coran
      tanpa alat pelindung diri (APD) selama proses peleburan dan
      pengecoran sedang berjalan.
     Seluruh pakaian berbahan katun minimal 90% atau lebih. Dan
      tidak memiliki kantong disetiap bagianya baik baju maupun
      celana, jika ada maka kantong itu harus tertutup.
     Jaket, kaca mata, pelindung muka, helm, sarung tangan kulit
      atau aluminized gloves, dan sepatu harus dalam keadaan baik.



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                         4
   Menggunakan sepatu tipe moulder atau kick-off saat melakukan
      proses pengecoran.
     Mengunakan masker respirator anti debu saat mengeluarkan
      logam cair dari tungku.
     Menggunakan     pelindung    telinga   jika   ada   dalam   area
      pengecoran.
     Tidak memiliki rambut terlalu panjang, atau merapihkan rambut
      dengan menyembunyikannya dengan helm pengaman.
     Untuk praktikan yang melakukan peleburan, cek temperatur,
      inokulasi dan deslaging harus menggunakan kaca mata yang
      memiliki kaca gelap dan terang (google).
     Tidak dianjurkan menggunakan jam kinetik dan barang-barang
      elektronik.


      Peralatan penaggulangan pertama seperti pemadam api (fire
extinguisher) dan kotak P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)
diharuskan ada pada beberapa titik dalam satu unit casting shop atau
dan diposisikan pada tempat yang aman dan mudah terjangkau.


3.3   Prosedur Penanganan Efek Lingkungan
      Polusi merupakan dampak negatif dari proses pengecoran,
polutan yang dihasilkan dari proses ini adalah debu partikel pasir dari
sisa cetakan yang ringan dan mudah terbawa angin, air dari sisa
reaksi katalis binder, dan sisa reaksi yang terjadi pada slag yang
diangkat.
         Selain memperhatikan hal diatas maka praktikan secara
individual juga harus mampu membaca kode yang ada pada setiap
peralatan atau label kodifikasi material berbahaya seperti kode
radioaktif, mudah terbakar, korosif, iritan, racun dan kode material
berbahaya lainya.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                          5
MODUL 1
                       PENGUJIAN PASIR CETAK


      Pasir cetak untuk cetakan pasir, memerlukan sifat-sifat yang
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
   a. Mempunyai       sifat    mampu       bentuk   sehingga      mudah      dalam
      pembuatan cetakan dengan kekuatan yang cocok, cetakan yang
      dihasilkan harus kuat sehingga tidak rusak karena dipindah-
      pindahkan dan mampu menahan berat logam cair pada saat
      penuangan. Oleh karena itu kekuatan pada temperatur kamar
      dan     kekuatan        panasnya      merupakan     sifat     yang     sangat
      diperlukan.
   b. Mempunyai daya salur (permeabilitas) udara yang cocok. Untuk
      mengurangi cacat tuang seperti rongga penyusutan, gelembung
      gas atau kekasaran permukaan. Dengan adanya rongga-rongga
      di    antara   butir-butir   pasir,    maka   udara    atau     gas     dapat
      disalurkan keluar dari cetakan.
   c. Mempunyai distribusi besar butir yang tepat.
   d. Mempunyai sifat tahan panas terhadap temperatur logam cair
      yang dituangkan.
   e. Mampu dipakai lagi atau dapat dipakai berulang-ulang supaya
      ekonomis.
   f. Pasir cetak, harus mudah didapat.


 Tabel. Persyaratan fisik pasir cetak untuk berbagai jenis dan ukuran
                               benda cor.
  Jenis dan Ukuran       Ukuran Kehalusan butir        Ukuran              % kadar
      benda coran           rata-rata (GFN)         Permeabilitas          lempung
Baja:
Besar & menengah                 35 - 50             100 - 200             10 – 16
Kecil                            50 - 70             Diatas 100            12 - 16
Besi cor:
Besar                             40-70                 50-150              15-20
Menengah                          70-100                50-80               12-18
Kecil                            100-140                20-50               12-18
Paduan Tembaga:
Besar                            90-110                 25-50               15-20

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                         6
Menengah                      100-120             20-40         12-18
Kecil                       Dibawah 140           15-30         12-18
Aluminium:
Besar                         100-120             20-40         15-20
Menengah/kecil              Dibawah 140           10-25         10-20



1.1   Pengujian Kadar Air dan Lempung
      Pasir yang terlalu basah akan mempunyai daya salur udara yang
kecil dan pasir yang terlalu kering akan kurang kekuatannya.
Pemeriksaan kadar air ini dilakukan dengan menggunakan rumus
dibawah ini.
                   Berat Awal-Berat Akhir
  % kadar air = -------------------------------- x 100 %
                         Berat Awal


Prosedur pengujian kadar air:
   1. Siapkan pasir cetak sebanyak 50 gram.
   2. Letakkan dalam alat pemanas.
   3. Lanjutkan pengujian dengan memanaskan pasir dalam oven
      pada temperatur 100-150oC selama15 menit.
   4. Dinginkan dan timbang.
   5. Kadar air didapatkan dari selisih berat pasir cetak yang
      dinyatakan dalam persen.
   6. Keringkan lagi selama 5 menit.
   7. Dinginkan dan timbang lagi.
   8. Ulangi lagi (pengeringan selama 5 menit), sampai berat pasir
      tidak berubah lagi.


      Daya rekat antar butir pasir, sangat bergantung pada kadar
lempung    dalam   pasir.   Untuk   suatu   persentase    kadar lempung
tertentu, diperlukan sejumlah kadar air tertentu pula sehingga akan
didapatkan kekuatan pasir yang maksimum. Kekuatan tersebut juga
dipengaruhi oleh bentuk dan besarnya butir-butir pasir




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                            7
Pasir yang terdapat di bumi akan bercampur dengan lmpung
atau tanah liat. Dalam pengertian untuk cetakan pasir, maka pasir ini
terbagi atas:
   1. pasir alam
   2. pasir sintetis
Pasir alam adalah pasir yang mengandung kadar lempung sekitar 15-
25% dan dalam proses pengecoran pasir ini seringkali langsung
digunakan tanpa penambahan lempung lagi. Pasir sintetis adalah pasir
murni      dengan      penambahan        lempung      menurut     kebutuhan.
Penambahan tersebut biasanya sekitar 20%. Lempung yang baik,
dapat dikenal dari daya serap airnya cukup dengan penambahan
sekitar 8-10%. Sedangkan          bentonit sudah         cukup baik      dengan
penambahan 5%.
        Lempung     membutuhkan        air    untuk   mengikat   butir    pasir.
Sehingga kadar air yang dibutuhkan untuk pasir sintetis dengan
lempung, dengan sendirinya akan lebih rendah dibanding kadar air
yang dibutuhkan untuk pasir alam.
        Lempung atau tanah liat (clay) adalah kumpulan dari pada
mineral tanah liat yang mempauanyai kristal sangat kecil, umumnya
berbentuk pipih (flake). Ukuran dari butir-butir tanah liat adalah
sekitar 0,005 mm sampai 0,02 mm.
        Lempung sebagai komponen kedua dalam pasir cetak harus
mempunyai sifat-sifat yang diperlukan yaitu:
        a. Menghasilkan daya ikat yang tinggi.
        b. Menjadi liat bila basah, sehingga mudah diberi bentuk.
        c. Menjadi keras setelah dikeringkan.


        Untuk itu, mineral lempung           yang umum dipergunakan orang
untuk     bahan     pengikat   dalam    pasir    cetak   ialah   montmoriollit
(bentonit), lempung tahan api (fireclay), halloysit dan illit. Jenis
pertamalah yang sering digunakan orang.



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                  8
Pemeriksaan kadar lempung ini dilakukan dengan menggunakan
rumus dibawah ini.
                    Berat Awal-Berat Akhir
  % kadar lempung = ------------------------- x 100 %
                          Berat Awal


Metoda yang digunakan untuk analisa kadar lempung adalah dengan
jalan pencucian, yaitu dengan menggunakan alat Continous Clay
washer tipe PKA seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut ini:




Prosedur pengujian kadar lempung:
  1. Timbang pasir kering seberat 50 gram.
  2. Masukkan ke dalam beker gelas kapasitas 800 ml.
  3. Isi dengan air sebanyak 400 ml.
  4. Tambahkan       10   ml    dari   5%   larutan   Natrium   pirofosfat
     (Na4P2O7.10H2O).
  5. Didihkan selama 3-5 menit di atas pemanas (hot plate).
  6. Dinginkan sampai temperatur kamar.
  7. Aduk selama 5 menit.
  8. Atur   kecepatan     air   sesuai   dengan   temperatur    air   yang
     digunakan seperti tertera pada tabel di bawah ini:

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                             9
Water Temperature (oC)   Flow (ml/min)   Setting
                       10                    89          51
                       12                    92          53
                       14                    96          56
                       16                   100          60
                       18                   104          64
                       20                   108          68
                       22                   113          72
                       24                   118          76


  9. Isi tabung gelas pada Continous Clay Washer dengan air
     setengahnya.
  10.Tambahkan kristal-kristal Natrium Pirofosfat sebanyak 2 sendok
     makan.
  11.Masukkan pasir ke dalam tabung gelas pada alat.
  12.Pasang kembali tutup karet pada tabung.
  13.Biarkan terus air mengalir pada tabung dengan kecepatan yang
     diperlukan, hingga air dalam tabung menjadi betul-betul jernih.
  14.Setelah air betul-betul jernih, keluarkan pasir dan ditampung
     pada beker gelas.
  15.Diamkan selama 10 menit.
  16.Air didekantasi keluar.
  17.Saring    pasir   melalui   kertas   saring   yang    telah   diketahui
     beratnya.
  18.Keringkan (pasir + kertas saring), hingga beratnya konstan.
  19.Berat akhir pasir (gr) = (berat pasir + berat kertas saring) –
     (berat kertas saring).


Prosedur pengujian kadar lempung dengan cara lain:
  1. Siapkan pasir sisa uji kadar air.
  2. Masukkan pasir kedalam gelas kimia yang berisi larutan NaOH
     2% lakukan hal ini hingga pasir benar-benar bersih.
  3. keringkan pasir hasil pencucian tersebut pada 100-150oC selama
     60 menit.
  4. Hitung selisih beratnya, nyatakan kadar lempung dalam persen.


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                              10
Pengaruh kadar air dan lempung terhadap kekuatan pasir cetak.



1.2   Pemeriksaan Distribusi Ukuran Butir Pasir
      Suatu cara untuk menyatakan ukuran besarnya butir pasir
ditunjukkan dengan GFN (Grain Fineness Number) merupakan ukuran
kehalusan rata-rata butir pasir. Makin tinggi angkanya, maka pasir
semakin halus dan daya salur udaranya (permeabilitas) relatif rendah.
      Pada umumnya pasir tidak terdiri dari butiran-butiran dengan
ukuran sama. Untuk mengetahui distribusi dari butir-butir pasir yang
mempunyai besar butir yang berbeda-beda, maka dilakukan analisa
ayak (Sieve analysis).




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                       11
Distribusi ukuran butir pasir dapat dibagi dalam empat jenis:
  a. Distribusi ukuran butir sempit, artinya susunan ukuran butir
       hanya terdiri dari kurang lebih dua fraksi saja.
  b. Distribusi ukuran butir sangat sempit, 90 persen dari ukuran
       besar butir terdiri dari satu fraksi.
  c. Distribusi ukuran butir lebar, artinya susunan ukuran butir
       terdiri dari lebih kurang tiga fraksi.
  d. Distribusi ukuran butir sangat lebar, susunan ukuran butir terdiri
       dari lebih dari tiga fraksi.


       Distribusi butir sempit akan memberikan permeabilitas yang
lebih tinggi, dan sebaliknya. Distribusi ukuran butir berpengaruh juga
pada    kekuatan     cetakan.    Distribusi     ukuran   butir   lebar   akan
memberikan kekuatan pasir cetak yang lebih tinggi.
@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                               12
Prosedur pengujian kehalusan pasir cetak:
  1. Siapkan pasir cetak kering yang akan diuji sebanyak 50 gram.
  2. Susun   ayakan    pada   mesin   pengguncang     (ro-tap)   secara
     berurutan.
  3. Masukkan kedalam alat ayak.
  4. Ayak selama 15 menit, dengan memutar penyetel waktu yang
     terdapat pada alat.
  5. Timbang butir-butir pasir yang tertinggal pada tiap-tiap fraksi.
  6. Berat butir-butir pasir yang tertinggal pada tiap-tiap fraksi
     dikalikan dengan suatu faktor perkalian tertentu, menghasilkan
     suatu produk.
  7. AFS Grain Fineness Number adalah jumlah dari hasil perkalian
     tersebut (jumlah produk) dibagi dengan jumlah berat butir-butir
     pasir yang tertinggal pada semua fraksi dari 50 gram pasir uji.




              Alat ayak pasir laboratory sifter type PSA-E.



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                            13
Nomor kehalusan butir dihitung dengan rumus:
                 ∑ (Wn . Sn)
          GFN = --------------
                  ∑ (Wn)

GFN = Nomor kehalusan butir
Wn = Berat pasir didapat dari tiap ayakan (gr)
Sn       = Faktor pengali


1.3       Pemeriksaan Daya Salur Udara (Permeabilitas)
          Sifat yang sangat mempengaruhi terhadap hasil benda coran
adalah daya salur udara (permeabilitas) dari pasir cetak yang
digunakan sebagai cetakan pasir. Pasir cetak yang telah dipadatkan
harus dapat dilalui oleh gas-gas sewaktu dilakukan penuangan ke
dalam cetakan.
          Permeabilitas ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya
adalah ukuran besar butir pasir, bentuk butir pasir, kadar air dan
kadar lempung. Permeabilitas ini dihitung melalui persamaan berikut:
                 Q.L
          P = -------------
                p.A.t


P= Permeabilitas
Q= Volume udara yang lewat melalui spesimen
L= Panjang spesimen (5 cm)
A= Luas irisan spesimen (19,625 cm2)
P= Tekanan udara (gr/cm2)
t= Waktu yang diperlukan untuk melewatkan volume udara Q melalui
         spesimen (menit)


Prosedur Pemeriksaan permeabilitas pasir cetak:
1.3.1 Persiapan Pasir
     -     Masukkan pasir yang telah ditimbang ke dalam pengaduk
          (mixer) yang khusus digunakan untuk pengujian-pengujian.

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                          14
-   Masukkan      bahan   pengikat   sesuai   dengan     jumlah    yang
       diperlukan.
   -   Aduk selama 5 menit.
   -   Keluarkan Pasir dari mixer dan telah siap untuk pembuatan
       batang percobaan.




            Alat Pengaduk Pasir laboratory Mixer type PLK.


1.3.2 Pembuatan Batang Percobaan
       Batang percobaan ini mempunyai garis tengah 50 mm dan
tinggi 50 mm. Untuk pembuatannya diperlukan sejumlah pasir yang
setelah mendapat pukulan tiga kali pada alat pemadat (sand rammer),
harus mencapai tinggi 50 mm dan kemudian ditimbang.
       Berdasarkan     pengalaman    maka     dapat    ditentukan    bahwa
beratnya terletak antara 145 dan 170 gram. Adapun jumlah berat
yang sebenarnya harus ditentukan dengan percobaan.
       Setelah ditimbang pasir selanjutnya dimasukkan dalam silinder
tekan, kemudian ditempatkan pada meja alat pemadat.
       Pemukul       dari    alat   pemadat      beserta     stang     dan
pemberatdinaikkan dengan memutarkan keping eksentris sebelah kiri
dan setelah silinder tekan yang telah diisi tadi diletakkan di bawahnya,
dengan     perlahan-lahan     diturunkan    kembali.   Pemadatan      pasir

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                            15
dikerjakan dengan memutar engkol yang kecil pada sebelah kanan
hingga membuat alat pemadat yang lepas dapat memberi pukulan.
Pukulan ini dikerjakan hingga tiga kali berturut-turut.
      Setelah pukulan yang ketiga maka batang percobaan yang telah
dipadatkan harus sedemikian panjangnya hingga tanda garis dari
batang pemadat terletak di tengah-tengah atau di antara lubang pada
standar alat pemadat.
      Ini menandakan bahwa batang percobaan pasir telah mencapai
tinggi 50 mm dengan toleransi 1 mm. Bila hal tersebut tak tercapai,
maka percobaan harus diulangi lagi, bila perlu ditambah atau
dikurangi dengan beberapa gram.
      Pada umumnya pemeriksaan pasir dikerjakan hingga tiga kali
nerturut-turut untuk kemudian ditentukan hasil rata-ratanya.




                  Alat pemadat pasir (sand rammer).

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                     16
1.3.3 Pemeriksaan Permeabilitas
  -   Pemeriksaan daya salur udara dilakukan terhadap batang
      percobaan yang berbentuk silinder, dengan menggunakan alat
      ”permeability meter”.
  -   Putar tutup pada kedudukan ”A” angkat (tarik) pengapung ke
      atas hingga didapatkan penghisapan sejumlah udara kedalam
      ruangan. Putar katup pada kedudukan ”E”.
  -   Batang percobaan setelah ditumbuk tiga kali, ditempatkan pada
      sumbat karet     denagn kedudukan terbalik, yaitu ruang kosong
      yang    lebih   besar   dari   silinder   terhadap   pentil   (orifice),
      sedemikian hingga sumbat karet dapat tertutup dengan rapat,
      dalam keadaan demikian katup harus pada kedududkan ”E”.
  -   Putar katup pada kedududkan ”B”, ini berarti bahwa alat sedang
      bekerja dan pengukuran dapat dibaca.
  -   Setelah selesai pembacaan, katup diputar lagi pada kedududkan
      ”E”, yang berarti alat telah berhenti dan siap untuk digunakan
      lagi.




                      Permeability meter type PU-E.


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                               17
1.3   Pemeriksaan Kekuatan Tekan Basah
      Bila menuang logam ke dalam cetakan terutama cetakan yang
besar, tekanan yang ada pertama pada dasar, kemudian pada
dinding-dinding samping, bila penuangan telah selesai pada bagian
atas (atap) dari cetakan, lihat Gambar berikut ini.




                    Kekuatan pada suatu cetakan.


      Kekuatan pasir cetak dipengaruhi juga oleh bentuk butir pasir.
Bentuk butir pasir seperti Gambar di bawah ini yang terbagi atas:




                         Atas kiri: lancip (angular)
                        Atas kanan: bulat (rounded)
                  Bawah kiri: setengah bulat (sub angular)
                   Bawah kanan: bergumpal (coumpound)


                      Bentuk pasir menurut AFS.

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                        18
Bentuk butir yang bulat (rounded) cenderung membentuk
kekuatan tekan yang rendah dengan permeabilitas yang tinggi.
Sedangkan bentuk yang lain, sebaliknya yaitu akan membentuk
kekuatan tekan tinggi dengan permeabilitas rendah.
        Untuk    menghindari     perubahan   bentuk    cetakan,    kekuatan
cetakan tekan harus mempunyai suatu harga minimum tertentu 700
gr/cm2 (0,07 MPa).
        Pengujian kekuatan tekan dilakukan dengan menggunakan alat
Universal Strength Machine, yang dapat dilihat pada Gambar berikut
ini:




                         Universal Strength Machine.


Prosedur Pengujian Kekuatan Tekan:
        Batang percobaan berbentuk silinder setelah diperiksa daya
salur    udara     dengan    menggunakan     suatu     batang     pendorong
dikeluarkan      dari   tabung   pembuat   batang   percobaan,    kemudian
ditempatkan antara kedua batang dari alat percobaan tekan hingga
rata pada sisi-sisinya.
        Dengan perlahan-lahan pemutar diputar dan batang percobaan
akan tertekan terus hingga retak/pecah. Bersamaan dengan retaknya
batang percobaan ini maka jarum manometer akan turun kembali,
akan tetapi tegangan tekannya tetap ditunjuk oleh jarum pengikut.
        Kemampuan manometer tekan rendah (kanan) hanya sampai
pada penunjukkan 2000 gr/cm2 (0,2 Mpa). Pada manometer, angka-
angka hasil percobaan dapat dibaca pada skala paling luar, yaitu pada


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                             19
manometer tekanan rendah dalam gram per cm2, dan angka-angka
hasil   pada skala tersebut   masih   harus dikalikan   dengan   100,
sedangkan pada skala manometer tekanan tinggi, angka-angka
dinyatakan dalam kg/cm2.




Kekuatan tekan beberapa jenis pasir cetak pada berbagai temperatur.



1.4     Pemeriksaan Kekuatan Geser Basah
        Sifat ini sangat penting gunanya untuk mencegah pecahnya
pasir pada saat model diangkat dari cetakan, lihat Gambar di bawah
ini.




              Kekuatan geser dan tarik dalam pasir cetak.

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                       20
Seperti ditunjukkan dalam gambar tersebut, pasir cenderung
untuk menempel pada bagian sudut-sudutnya. Bila rangka diangkat,
kekuatan    geser        menjadi    besar     hingga    memungkinkan         terjadi
pecahnya cetakan. kekuatan geser basah yang dianjurkan, minimum
200 gr/cm2 (0,02 MPa).


Prosedur pengujian kekuatan geser:
     Pengujian      kekuatan        geser   dikerjakan    sama     seperti    pada
pengujian kekuatan tekan, dengan perbedaan bahwa keping penekan
untuk pengujian kekuatan geser ini harus diganti dengan keping yang
dapat menggeserkan batang percobaan pada penampang membujur
(untuk pengujian kekuatan tekan menggunakan keping dengan
permukaan        rata,     sedang     untuk     pengujian       kekuatan      geser
menggunakan keping dengan setengah permukaan menonjol). Pada
pengujian kekuatan geser sampai dengan 1600 gr/cm2 (0,16 Mpa).
     Pembacaan hasil pengujian pada manometer tekanan rendah
(kanan), sedang untuk penguijian kekuatan geser di atas 1600 gr/cm2
pembacaan hasil pengujian pada manometer tekanan tinggi (kiri).
     Seperti      pada     pengujian    kekuatan       tekan,   pada   pengujian
kekuatan geser penunjukkan manometer masih harus dikalikan
dengan     100    (manometer        tekanan    rendah)    untuk    mendapatkan
besarnya tegangan tekan dalam gr/cm2. Angka pada skala manometer
tekanan tinggi dinyatakan dalam kg/cm2. Pembacaan manometer
pada skala yang tengah (nomor dua dari luar).




                  Keping untuk pengujian kekuatan tekan.

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                     21
Keping untuk pengujian kekuatan geser.




Kiri: pengukur tekanan tinggi
Kanan: pengukur tekanan rendah
A: kekuatan tekan (kg/cm2)
B: kekuatan geser (kg/cm2)
C: kekuatan tarik (kg/cm2)
D: kekuatan tekan (gr/cm2) pembacaan x100
E: kekuatan geser (gr/cm2) pembacaan x100


               Manometer pada Universal Strength Machine.


1.5     Pemeriksaan Kemampuan Mengalir (Flowability)
        Flowability adalah sifat yang memungkinkan pasir menutupi
seluruh model dengan baik, terutama pada dinding yang vertikal dan
pada sudut-sudut, seperti dalam Gambar di bawah ini.




  Cetakan jelek yang diakibatkan oleh pasir cetak dengan flowability
                              rendah.
@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                           22
Flowability sangat banyak dipengaruhi oleh kadar air dalam pasir.
Biasanya flowability terletak antara 45-55%.


Prosedur pengujian flowability:
     Batang percobaan berbentuk silinder yang memenuhi syarat,
artinya setelah mendapat pukulan tiga kali berturut-turut pada sand
rammer, tinggi batang percobaan tersebut 50 mm (tanda garis dari
batang pemadat terletak di antara lubang pada standar alat pemadat),
ditimbang untuk mengetahui beratnya. Timbang pasir (yang belum
dipadatkan) seberat batang percobaan tersebut, masukkan kedalam
alat penguji flowability, kemudian ditempatkan pada meja alat
pemadat. Lakukan pemadatan/pukulan tiga kali berturut-turut seperti
pada pembuatan batang percobaan berbentuk silinder.
     Setelah pukulan yang ketiga, baca penunjukkan pada skala
tangkai rammer, dan padukan Diagram Flowability, seperti pada
Gambar berikut ini:




                         Diagram flowability.



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                      23
Alat bantu sand rammer untuk pengujian flowability.


1.6   Pemeriksaan Kekerasan Cetakan
      Suatu sifat yang penting mendekati tegangan tekan dan geser
adalah kekerasan cetakan. Penentuan kekerasan ini memberikan
gambaran mengenai pemadatan pada permukaan dari beberapa
tempat cetakan. Terutama pada pembuatan cetakan dengan tangan,
maka penentuan kekerasan akan menunjukkan tempat dimana perlu
diadakan pemedatan tambahan.
      Pada mesin cetak getaran, penentuan kekerasan akan dapat
menunjukkan apakah jumlah pukulan dari meja sudah cukup atau
belum. Pengujian kekerasan cetakan basah dapat dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut Green Hardness tester.


Prosedur pengujian kekerasan:
      Sebelum alat digunakan, pen pengunci ditekan kekiri sehingga
jarum penunjuk dengan bebas dapat digerak-gerakkan. Pengujian
dilakukan dengan menekan bola logam yang terdapat pada bagian
bawah alat pada permukaan cetakan, jarum akan bergerak sesuai
dengan arah perputaran jarum jam, sampai berhenti. Bila jarum
sudah berhenti pen pengunci di tekan kekanan hingga apabila alat
diangkat     dari   permukaan   cetakan,   jarum   akan   tetap   pada
penunjukkan. Kemudian dilakukan pembacaan. Angka yang ditunjuk
oleh jarum tersebut adalah kekerasan cetakan yang diperiksa.


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                        24
Untuk   pemeriksaan        kekerasan   permukaan     cetakan   di
laboratorium dengan membuat cetakan dari kayu yang berukuran
panjang 13 cm, lebar 13 cm dan tinggi 5 cm, seperti ditunjukkan pada
Gambar berikut ini:




      Cetakan kayu untuk memeriksa kekerasan permukaan cetakan.




                         Green hardness tester.


1.7     Pemeriksaan Titik Sinter
        Titik sinter dari pasir cetak adalah sifat yang    sangat penting
untuk menentukan apakah suatu jenis pasir dapat dipergunakan
sebagai cetakan pasir. Bila logam mengisi rongga cetakan, maka
logam cair akan menyentuh pasir dan memanaskannya. Pasir cetak ini
tidak boleh meleleh atau menjadi lemah di bawah pengaruh panas itu,
sebab kualitas permukaan benda cor akan sangat kasar. Makin besar
ukuran butir-butir pasir, makin kurang mudah terpengaruh terhadap



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                           25
pelelehan. Oleh karena itu jelas bahwa makin tinggi temperatur
penuangan, butir-butir pasir harus berukuran lebih besar.
     Pasir murni pada umumnya mempunyai titik leleh kurang lebih
1705oC, sedangkan pasir alam mempunyai titik leleh antara 1327-
1370oC.




                Pemuaian panas beberapa jenis pasir.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                  26
MODUL 2
                 PEMBUATAN POLA DAN CETAKAN


     Pengecoran adalah proses penuangan logam cair ke dalam
cetakan   yang    memiliki   rongga      sesuai   dengan   bentuk   yang
direncanakan, kemudian dibiarkan mendingin dan membeku didalam
cetakan sehingga dihasilkan suatu produk coran. Dalam proses ini,
beberapa hal yang harus dilakukan untuk membuat produk coran
adalah pencairan logam, pembuatan cetakan dan inti, penuangan
logam cair, pembongkaran, pembersihan coran dan pengerjaan akhir.
     Pemilihan cetakan pasir yang akan digunakan pada proses
pengecoran logam dipengaruhi oleh beberapa faktor teknis dan
pertimbangan ekonomisnya. Ada beberapa jenis cetakan pasir yang
biasa dipergunakan, yaitu antara lain:
  a. Cetakan pasir basah
  b. Cetakan pasir kering
  c. Cetakan pasir CO2 proses
  d. Cetakan pasir kulit
  e. Cetakan pasir yang mengeras sendiri lainnya


     Proses pengecoran dengan cetakan pasir dilakukan dengan
menggunakan gaya gravitasi secara natural agar logam cair dapat
mengisi rongga cetakan dengan baik, oleh karena itu desain sistim
saluran (gating system) akan sangat menentukan kualitas produk cor.
Setiap tahapan yang dilakukan harus menyesuaikan dengan diagram
alir proses pengecoran yang merupakan urutan dari tahapan proses
pengecoran untuk menghasilkan produk cor yang baik dengan
produktivitas yang tinggi. Berikut ini adalah contoh diagram alir
proses pengecoran cetakan pasir yang sering dilakukan di industri
pengecoran pada umumnya.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                          27
Diagram alir proses pengecoran dengan cetakan pasir.

2.1     Pola
        Pola atau pattern adalah suatu model yang memiliki ukuran dan
bentuk yang sama dengan bentuk produknya kecuali pada bidang-
bidang tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti bidang
pisah     (parting    line),   bentuk   rongga   (cavity),    dan    proses
pemesinannya. yang menyebabkan kesulitan untuk dibentuk langsung
pada pola.
      Faktor-faktor   tersebut   selanjutnya   akan   diantisipasi   dengan
perhitungan penyusutan logam dan toleransi pemesinannya. Untuk itu
ada beberapa faktor diatas yang harus diperhatikan pada saat
perencanaan pola yaitu.


2.2.1 Bidang pisah (Parting line)
        Fungsi dari bidang pisah ini adalah memisahkan atau membuat
partisi dari bagian pola bagian atas (cope) dan dengan pola bagian

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                             28
bawah (drag). Untuk itu bagian pola atas dan bawah harus memiliki
acuan agar tidak mengalami kesalahan dimensi.


2.2.2 Penyusutan Pola
        Pada setiap pola yang akan harus diketahui dahulu material apa
yang akan digunakan untuk pembuatan produk. Ukuran pola harus
ditambahkan dengan ukuran penyusutannya, setiap logam memiliki
nilai   penyusutan      berbeda,    antara   lain   besi   cor   memiliki   nilai
penyusutan (shringkage) sebesar 1%, aluminium 1.5 % dan baja 2%.


2.2.3 Kemiringan Pola
        Setiap pola yang akan dibuat harus memiliki kemiringan
tertentu yaitu dengan tujuan agar pada waktu pencabutan model dari
cetakannya,      pola    tersebut    tidak    mengalami      kerusakan      dan
memudahkan pada saat proses pencabutan pola dari cetakannya.
        Kemiringan setiap pola tergantung pada tinggi rendahnya
ukuran pola tersebut jika ukuran dari suatu pola tinggi maka
kemiringannya kecil, sedangkan jika ukuran dari suatu pola rendah
maka kemiringannya besar. Pada aplikasinya dilapangan ternyata
kemiringan yang dibuat tersebut adalah ±1o dan juga dipengaruhi
oleh faktor kesulitan suatu dari pola.


2.2.4 Bahan dan Jenis Pola
        Bahan-bahan yang dipakai untuk pola yaitu kayu, resin, atau
logam. Dalam proses pengecoran tertentu atau khusus digunakan pola
plaster atau lilin.
A. Pola Kayu
Kelebihan bahan pola dari kayu yaitu:
           Digunakan untuk pola yang bentuk dan ukurannya rumit.
           Mudah didapat.
           Mudah dikerjakan (proses pengerjaannya mudah)
           Harganya murah.

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                  29
Kekurangan bahan pola dari kayu yaitu:
         Tidak bisa mengerjakan produksi massal.
         Sering terjadi penyusutan.
B. Pola Logam
Kelebihan bahan pola dari logam yaitu:
         Bisa digunakan untuk produksi massal
         Mudah didapat.
Kekurangan dari bahan pola logam yaitu:
         Tingkat kesulitan perjakan
         Tidak bisa mengerjakan pola yang rumit bentuk maupun
          ukurannya.
C. Resin sintetis
Kelebihan bahan pola dari resin sintetis yaitu:
         Dapat digunakan untuk bentuk dan ukuran yang rumit
         Biasanya untuk produksi massal
Kekurangan bahan pola dari resin sintetis yaitu:
         Harganya relatif mahal dan sulit didapat


2.2.5 Peralatan Pembuatan Pola
      Proses manufaktur pola kayu memerlukan alat-alat kerja kayu
(carpenter) yang cukup modern, seperti gergaji mesin, alat penghalus
permukaan, bor kayu, dan alat-alat pahat. Proses pembuatanya
sendiri cukup rumit karena alat ukur yang digunakan memiliki panjang
yang berbeda dengan ukuran normal akibat adanya nilai penyusutan
logam, untuk itu sangat diprlukan ketelitian pada saat pembuatanya.
      Pola yang terbuat dari logam diproses dengan menggunakan
mesin-mesin yang cukup canggih seperti dengan menggunakan mesin
CNC    (computerize    numerical   control),   Wire   cut,   dan   mesin
konvensional seperti bangku bubut, freis, bor, dan gerinda.
      Tujuan utama pembuatan cetakan pasir dengan bantuan pola,
adalah sebagai berikut:



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                          30
     Untuk mendapatkan produk coran dengan kualitas geometri
         yang baik, seperti bentuk, dimensi dan posisi.
        Mempertinggi efisiensi dan produktivitas proses pengecoran
         massal.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam perancangan pola
adalah sebagai berikut:
        Menetapkan parting line sebagai pemisah antara cope dan drag.
        Menentukan tambahan dimensi akibat penyusutan logam dan
         akibat goyangan pada saat pola dilepas dari rongga cetakan.
        Menentukan kemiringan       pola agar mudah      dilepaskan dari
         rongga cetak.
        Menentukan tambahan dimensi untuk kompensasi dari adanya
         proses pemesinan.


2.3      Sistim Saluran
         Saluran tuang dapat didefinisikan secara sederhana sebagai
suatu bagian untuk mengalirnya logam cair mengisi rongga cetakan.
Bagian-bagiannya meliputi cawan tuang (pouring basin), saluran turun
(sprue), saluran pengalir (runner), dan saluran masuk (ingate).
Sistem      saluran   yang   ideal   harus   memenuhi     kriteria   seperti;
mengurangi cacat, menghindari penyusutan dan dapat mengurangi
biaya produksi, berikut adalah uraian dari karakteristik sistim saluran
yaitu:
a. Dapat mengurangi terjadinya turbulensi aliran logam cair kedalam
   rongga cetakan. Turbulensi akan menyebabkan terjebaknya gas-
   gas/udara atau kotoran (slag) didalam logam cair yang dapat
   menghasilkan cacat coran.
b. Mengurangi masuknya gas-gas kedalam logam cair.
c. Mengurangi kecepatan logam cair yang mengalir kedalam cetakan,
   sehingga tidak terjadi erosi pada cetakan.
d. Mempercepat pengisian logam cair kedalam rongga cetak untuk
   menghindari pembekuan dini.

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                              31
e. Mengakomodir pembekuan terarah (directional solidification) pada
  produk coran.
f. Gradien temperatur yang terjadi    saat masuknya logam cair
  kedalam cetakan harus sama baiknya dengan gradien temperatur
  pada permukaan cetakan sehingga pembekuan dapat diarahkan
  menuju riser.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                     32
Berikut ini ditunjukkan jenis-jenis dari sistim saluran:




Sistim saluran terdiri atas:
      Saluran masuk (gate).
      Saluran pengalir (runner).
      Saluran turun (sprue).
Penentuan coran dalam sistem saluran:
   •   Tempatkan dimensi coran yang besar pada bagian bawah.
   •   Minimalkan tinggi dari coran.
   •   Tempatkan daerah terbuka dibagian bawah.
   •   Tempatkan coran sedemikian rupa hingga riser berada pada
       tempat tertinggi dari coran untuk bagian yang besar.
Jika akan dibuat terpisah (cope and drag):

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                   33
•   Umumnya runner, gate dan sprue ditempatkan pada drag.
   •   Tempatkan     bidang    pisah     (parting   plane)   relatif   serendah
       mungkin terhadap coran.
   •   Tempatkan bidang pisah pada bagian dimana coran mempunyai
       luas permukaan terbesar.


2.3.1 Sprue
       Sprue atau saluran tuang adalah suatu saluran vertikal tempat penuangan
atau pouring logam cair yang berada pada daerah diatas parting line yang akan
meneruskan logam cair kedalam gate, riser dan produk cor. Secara umum
bentuk saluran masuk ada beberapa tipe diantaranya adalah sprue seperti
terompet dan pouring basin (bush) yang berbentuk seperti kotak makanan.




                  Saluran masuk logam cair sprue dan basin.


       Posisi dan tinggi sprue sangat menentukan kecepatan alir dari logam cair
yang akan mengisi rongga cetakan. Oleh karena itu untuk perhitungan tinggi
sprue efektif (ESH, effective sprue height) kita dapat menghitungnya dengan
persamaan.
                                        P2
                            ESH  H 
                                        2C


H=     Tinggi sprue. (Cm)
C=     Tinggi coran. (Cm)
P=     Tinggi coran dari cope hingga bagian
       teratasnya. (Cm)




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                 34
Disain sprue/downsprue merupakan bagian yang penting saat
logam cair dituangkan. Disain sprue harus menghindarkan terjadinya
turbulensi logam cair. Aliran logam yang turbulen akan menyebabkan
meningkatkan daerah yang terkena udara sehingga sehingga oksidasi
mudah terjadi. Oksida yang terbentuk akan naik ke permukaan logam
cair sehingga menyebabkan coran menjadi kasar permukaannya atau
oksida akan terjebak didalam coran dan menyebabkan cacat.
  •   Ukuran sprue harus dapat membatasi laju aliran logam cair (jika
      sprue besar, laju aliran akan tinggi akibatnya terbentuk dross,
      dengan blind-ends pada runner akan menjebak dross yang tidak
      diinginkan.)
  •   Ukuran sprue yang dibuat menjadikan laju aliran tetap.
  •   Bentuk sprue persegi panjang lebih baik dibandingkan dengan
      bentuk bulat untuk luas permukaan yang sama (menghindarkan
      kecenderungan aliran berputar (vortex formation)).
Umumnya bentuk sprue mengecil kebawah dengan kemiringan 2-7o.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                       35
Contoh-contoh sprue:




  •   Ukuran standar sprue menurut Swift, Jackson dan Eastwood
      0,5÷1,5 in2 (1,27÷3,81 cm2) untuk bentuk persegi panjang
      ataupun bulat. Sprue bulat dengan ketinggian yang rendah tidak
      akan    menyebabkan    vortex   problem,   mudah     dibuat   dan
      ekonomis untuk bentuk coran kecil .
  •   Ketinggian sprue ditentukan oleh tinggi coran dan riser.
  •   Sprue   ditempatkan    sejauh   mungkin    dari   saluran   masuk
      (ingates).
  •   Sprue ditempatkan dibagian tengah pengalir (runner).
  •   Ukuran sprue 1,27x0,48 cm untuk coran kecil dan 2,54x16 cm
      untuk coran tipis yang besar.
  •   Sprue dibuat bentuk meruncing (tapered).
  •   Metoda lain untuk membersihkan logam cair sebelum memasuki
      gate dan runner, adalah dengan menggunakan secondary sprue:



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                         36
Pertimbangan untuk menentukan lokasi sprue, yaitu:
   Kemudahan untuk proses pouring.
   Distribusi logam cair dapat merata kedalam cetakan.
   Panjang runner dari sprue.




2.3.2 Runners
  •   Menggunakan standar dan ukuran yang umum dipakai.
  •   Bentuk persegi panjang, baik digunakan untuk cetakan pasir.
  •   Membuat perpanjangan runner (blind-ends) untuk menjebak
      dross yang terbentuk.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                        37
•   Ukuran luas runner 3 kali luas ujung keluar sprue/down
       sprue/choke.
   •   Ukuran runner biasanya dibuat berdasarkan perbandingan sprue
       : runner : gate. (misalnya, 1:3:2), contoh kasus:




   Choked runner:      W (Width) = (3 ~ 4) T (Thickness)
                       l (length) = 1.5 T or 37 ~ 50 mm
   Total area of gate: A = (Sectional area of choked runner) X 2
                       t = Thickness of gate
                       w = Width of gate = (4 ~ 6) t



   Perangkap dross/pengotor pada runner:




2.3.3 Gate
       Adalah saluran yang mendistribusikan langsung logam cair kedalam
rongga produk cor. Ingate harus mudah dipotong untuk proses pelepasan produk


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                             38
cor dari bagian sistem salurannya biasa disebut fettling, oleh karena itu dalam
pembuatan ingate kita harus memperhatikan ukuran coran, ketebalanya, kondisi
cetakan dan ukuran dan bentuk ingatenya itu sendiri.




                    Contoh bentuk geometri desain ingate.


                                   Keterangan:
                 a. circular / lingkaran         e. tipe-U
                 b. hexagonal                    f. persegi
                 c. segitiga                     g. tipe-W
                 d. semi-circular




Pertimbangan-pertimbangan dalam perencanaan gate:
   •   Gate dipasang pada bagian yang tebal.
   •   Gunakan ukuran standar dan bentuk yang umum digunakan
       (biasanya berbentuk persegi panjang).
   •   Tempatkan gate dengan meminimalkan terjadinya pengadukan
       atau erosi pada pasir cetak oleh aliran logam cair.
   •   Tidak menempatkan gate pada posisi perangkap dross.
   •   Jarak yang pendek antara gate dan coran.
   •   Jumlah gate      yang banyak, diperbolehkan untuk temperatur
       pouring yang rendah.

A. Hubungan antara gate dan runner:




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                39
Untuk menghasilkan aliran logam cair agar seragam memasuki semua gate,
maka:
  1. Momentum harus diturunkan secara bertahap dengan penurunan dimensi
        runner.
  2. Tekanan harus ditingkatkan secara bertahap dengan meningkatkan
        gesekan melawan aliran didalam gate.




B. Hubungan proporsi luas penampang sprue, runner dan gate terhadap
  distribusi aliran cair logam adalah sebagai berikut:
  1. Ketika total luas penampang dari gate lebih kecil dari runner, logam cair
        akan mengsi runner dengan cepat dan memiliki kecenderungan untuk
        mengalir ke dalam cetakan melewati setiap gate.
  2. Ketika luas penampang total dari gate lebih besar dari runner, logam cair
        akan sulit memasuki sprue dan runner, dan ini juga tidak mudah untuk
        memindahkan pengotor didalam sprue dan runner. Aliran dari logam cair
        yang melewati gate menjadi tidak seragam.
  3. Untuk kasus bottom gate, walaupun luas total penampang gate lebih
        besar daripada runner, aliran menjadi relatif cepat dan seragam akibat
        tekanan sebagai gesekan melawan aliran.
  4. Didalam kasus top gate, ketika total luas penampang gate lebih besar
        daripada runner, aliran melalui gate menjadi tidak seragam.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                               40
D. Penentuan Lokasi Gate, prinsipnya gate harus ditempatkan pada
       bagian yang tebal, sehingga cairan logam dapat langsung masuk
       kedalam cetakan dengan cepat tanpa tahanan, dan proses finishing
       menjadi lebih mudah.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                        41
E. Posisi gate pada runner, sebaiknya mempertimbangkan hal-hal
        sebagai berikut:
        a. Meletakkan gate pada lokasi yang jauh dari sprue dan runner
           extension.
        b. Meletakkan gate pada arah yang berlawanan dengan aliran logam
           cair.
        c. Ketika gate dipasang pada arah yang sama dengan aliran logam,
           maka akan memudahkan kotoran ikut masuk.




     F. Ruang antara gate, runner dan cetakan yang sempit menyebabkan
        cetakan mudah rusak dan ikut mengalir dengan logam cair. Tetapi bila
        ruang terlalu besar, gate menjadi lebih panjang, akibatnya porositas
        mudah terjadi pada gate.




     G. Ketinggian     gate   dan   runner,   yang   penting   runner   harus
        mendistribusikan logam cair kebagian cetakan, dan pada saat yang
        sama, dapat memindahkan pengotor di dalam logam cair. Jadi
        ketinggian runner harus lebih tinggi dari gate. Untuk memberi tekanan
        logam cair pada gate, umumnya ketinggian runner 4 kali lebih tinggi
        dari gate. Tetapi untuk segi ekonomis, tinggi runner biasanya 2 kali
        tinggi gate.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                              42
2.4    Gating Ratio
       Didefinisikan sebagai perbandingan antara luas penampang melintang
sprue : total luas penampang runner : total luas penampang gate. Umumnya
untuk besi cor dan baja, rasio ini menurun, menurut banyak peneliti, gating ratio
yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:
    Quick pouring         =1:2:4
    Ordinary pouring      = 1 :0,9 : 0,8
    Slow pouring          = 1 : 0,7 : 0,5
Perbedaan rasio untuk top gating dan bottom gating yaitu:
    Top gating            = 1 :0,9 : 0,8
    Bottom gating         = 1 :1,1 : 1,2




2.5    Saluran Penambah (Riser)
       Riser didisain dekat ke bagian yang tebal dan berfungsi sebagai
umpan logam cair selama pembekuan. Riser mempunyai ukuran dan
konstruksi agar dapat membeku paling akhir. Pertimbangan terhadap
Riser adalah sebagai berikut:
   •   Tempatkan riser dekat bagian yang tebal.
   •   Penggunaan side riser umumnya ditempatkan diatas ingate,
       digunakan untuk coran dengan dinding tipis.


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                  43
•   Riser diukur berdasarkan volume logam cair.
   •   Riser dibuat cukup besar agar dapat mengisi bagian yang
       menyusut dan terakhir membeku.
   •   Riser mempunyai perbandingan yang besar antara volume:luas
       dari corannya sendiri sehingga coran akan membeku terlebih
       dahulu dibandingkan riser.




Ketinggian riser tergantung dari jenis riser yang digunakan.
Untuk top riser   = 1,5 kali diameter riser
Side riser        = 0,75 – 2 kali diameter riser
Hubungan antara diameter dan tinggi riser :




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                   44
Untuk memudahkan pembuangan riser, biasanya dibuat riser neck.
Riser akan efektif jika riser neck dibuat lebih pendek.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                45
@@ Teknik Metalurgi – UNJANI   46
Sebagai contoh perhitungan gating system, diberikan pada tabel excel dibawah
ini:




Perancangan dimensi sistim saluran produk gear diatas dimulai
berdasarkan contoh perhitungan sebagai berikut:




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                             47
No                    NOTASI & RUMUS                              INPUT     OUTPUT
1     Casting product weight, Wo (Kg)                               100
2     Density, ρ (Kg/cm^3)                                        0,0078
3     Yield ratio, y (%)=(Wo/W)x100                               63,418
4     Pouring weight, W (Kg)=Wox100/y                                         157,68
5     Pouring time, tp (sec)=C√W=0.8√W                                        10,05
      Konstanta, C=0,5-0,8 (quick & medium pouring)
      C=2 (slow pouring)
6     Pouring Volume, Qp (cm^3)=W/r                                          20138,21
7     Flowing volume, qi (cm^3/sec)=(Qp/tp) / n                              2004,65
8     Sprue height, Ht (cm)                                         40
9     Casting height, c (cm)                                         7
10    Parting Line height, p (cm)                                              3,5
11    Effective pouring height, He (cm):
      A. He=Ht-(P^2/2c), produk terbagi 2 oleh part line                      39,13
      B. He=Ht, produk semuanya dibawah part line                             40,00
      C. He=Ht-P/2, produk semuanya diatas part line                          38,25
12    Jenis Gating Sistim: (A : B : C)                               A
13    Velocity at gate, Vg (cm/sec)=Z√2g He                                   98,08
      Z=Flow coeffisient=0,35-0,8
      g=Konstanta gravitasi=9,8 m/sec^2
14    Total area of gate section, Sg (cm^2)=W/(r.tp.Vg)                       20,44
15    Number of gate, n                                              1
16    Area of gate section, Ag (cm2)=Sg/n                                     20,44
17    Gatting ratio:                                               Sprue      Runner     Gate
      A.   1:2:4       = quick (cepat)                             5,11       10,22      20,44
      B.   1:0,9:0,8 = ordinary (sedang)                           25,55      22,99      20,44
      C.   1:0,7:0,5 = slow (lambat)                               40,88      28,62      20,44
      D.   Lainnya= 1 : 1,2 : 1,2                                  17,03      20,44      20,44
18    Jenis Gating Ratio: (A : B : C : D)                            C
19    Area of sprue section, As (cm^2) - diameter bawah:           7,22
                                                diameter atas:    11,408
                                                        tinggi:    40,00
      Area of runner section, Ar (cm^2)
                                                                               4,95
20    lebar atas:
      lebar bawah:                                                            5,75
      tinggi:                                                                 5,35
      panjang:                                                                33,96
      Jarak ke Ingate pertama:                                                16,98
21    Area of gate section, Ag (cm2)              lebar atas:                            14,88
                                                Lebar bawah:                             15,68
                                                       tinggi:                           1,34
                                                    panjang:                             10,22
22    Velocity at spue, Vs (cm/sec)=qi/As                          49,04
23    Velocity at runner, Vr (cm/sec)=qi/Ar                                   70,06
24    Velocity at gate, Vg (cm/sec)=qi/Ag                                                98,08
25    Reynold number, Re = (10^5 . Wp) / (tp . 10 P)               Sprue      Runner     Gate
      P=perimeter (cm)                                            6927,21    7620,67    4838,30
      Re<2300              : aliran laminary
                                                                    Semi       Semi       Semi
      2300<Re<13800        : aliran non turbulent
                                                                  Turbulen   Turbulen   Turbulen
      Re>13800             : aliran turbulent




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                                    48
2.6   Cetakan dan Inti
      Cetakan dan Inti pada pengecoran logam merupakan salah satu
komponen penting untuk menghasilkan suatu produk logam melalui
proses   pengecoran.     Cetakan   adalah   suatu   alat   pada   proses
pengecoran yang terbuat dari suatu material tahan temperatur tinggi
(refractory) dan memiliki suatu rongga dengan bentuk geometri
tertentu untuk di cor dan menghasilkan suatu produk cor yang sesuai
dengan bentuk geometri rogga tersebut.

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                          49
Pada dasarnya suatu cetakan dapat menggunakan berbagai
macam bahan yang memiliki kemampuan untuk menampung cairan
logam yang panas dengan tidak mengalami suatu perubahan fisik dan
kimia hingga dapat mempengaruhi hasil pengecoran logam tersebut.
Material yang saat ini masih banyak digunakan untuk cetakan
pengecoran logam antara lain logam dan pasir. Pasir hingga saat ini
masih mendominasi sebagai material cetakan karena pasir memiliki
beberapa keuntungan antara lain mudah di dapat dan cukup murah.
      Inti   adalah   suatu   model   skala    penuh    untuk   membentuk
permukan bagian dalam dari suatu produk cor yang tidak mampu
dibentuk oleh rongga dari cetakan. Suatu inti dalam pengecoran
logam sangat diperlukan karena dengan inti suatu proses pengecoran
dapat lebih efektif, inti dapat meningkatkan yield ratio dari suatu
proses pengecoran dan dapat mempermudah proses lanjut dari suatu
produk pengecoran.
      Untuk membuat suatu cetakan pasir maka akan dibutuhkan
bahan lain yang akan di mixing dengan pasir agar sifat-sifat yang
diinginkan seperti mampu bentuk, mampu tekan, mampu retak,
refractoriness, permeabilitas dan sifat yang diinginkan lainnya dapat
dicapai. Beberapa bahan lain yang ditambahkan kedalam pasir cetak
antara lain:
      A. Bentonit, adalah suatu bahan pengikat atau binder yang
         dicampurkan      kedalam      pasir    cetak     dengan    tujuan
         meningkatkan mampu bentuk dari pasir cetak.
      B. Coal dust, adalah suatu bahan tambahan pada pasir cetak
         yang bertujuan agar pasir lebih terbuka ketika logam cair
         dituangkan hingga permeabilitas pasir tetap baik dan juga
         berfungsi untuk membentuk film gas CO2 agar antara pasir
         dan logam cair terpisah dan melindungi butir pasir supaya
         tidak terjadi overheat dan fusi terhadap permukaan logam.
      C. Air dan Gula tetes, adalah bahan tambahan untuk membantu
         meningkatkan mampu tekan dan kekuatan dari pasir cetak.

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                            50
D. Bahan tambahan lain untuk pasir cetak seperti: Dextrine,
          diethyl glicol, soda ash, tepung maizena, tepung tapioka dan
          bahan tambahan lainya.


       Bahan tambahan yang ditambahkan tersebut akan di-mixing di
dalam mixer pasir selama beberapa menit agar seluruh campurannya
merata dan siap untuk di bentuk cetakan. Komposisi campuran pasir
cetak akan berbeda tergantung dari logam yang akan dicor dan posisi
pasir dalam cetakan yaitu pasir muka dan pasir pengisi. Beberapa
bahan tambahan juga berfungsi untuk preparasi pasir cetak setelah
digunakan berulang-ulang, preparasi yang dilakukan antara lain sand
tempering dan sand condition.
                  Komposisi untuk pembuatan cetakan pasir.
                No.     Komposisi pasir muka    Jumlah (%)
                1.    Pasir Baru                    20
                2.    Pasir Bekas                   80
                3.    Bentonit                       2
                4.    Coaldust/Karbon               0,1
                5.    Gula Tetes                    0,2
                6.    Air                           1,2
                7.    Waktu Mixing              15-25 Menit
                No.       Komposisi pasir isi     Jumlah
                1.    Pasir Bekas                   100
                2.    Bentonit                       1
                3.    Air                           1,2
                4.    Waktu Mixing              10-15 Menit


Komposisi lain dari cetakan green sand atau cetakan pasir basah yang
terdiri atas:
      Campuran pasir silika (air: 3-4% dan pasir bekas: balance)
      Bentonit (8-10%)
      Air (3-4%)
      Gula tetes (0,5-1%)


Jika ada penggunaan inti, maka dapat dibuat dengan cara CO2-Proses
dengan komposisi bahan cetakan yang dipakai adalah sebagai berikut:
      Pasir silika (pasir baru: balance)


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                        51
     Air Kaca (Water Glass) (4-6%)
        Gula tetes (1/2-1%)


Komposisi pasir untuk inti dapat menggunakan pasir cetak furan
yaitu:
       Pasir silika baru 4-11%
       Pasir silica bekas 89-96%
       Binder 1-1,5% dari total pasir
       Catalist 30-50% dari binder


Bahan-bahan tersebut masuk mesin continuos mixer furan dimana
binder (furfuryl alcohol) sebagai pengikat dan catalyst (Sulfuric Acid,
H2SO4) sebagai pengeras. Setelah tercampur maka pasir dikeluarkan
dari mesin.


2.7      Prosedur Percobaan:
1. Rencanakan pola yang akan dipergunakan.
2. Pembuatan pola.
3. Rencanakan sistim saluran yang akan dibuat.
4. Persiapkan bahan atau peralatan bantu.
5. Pembuatan Cetakan Pasir.
5.1 Memadatkan pasir
         Pasir cetak yang kekerasannya didapatkan dari pemadatan
adalah pasir cetak dengan pengikat lempung (bentonit). Proses
pemadatan akan mengurangi volume pasir sebesar 20-30% dari
sebelum dipadatkan, maka rongga antara butiran pasir akan hilang,
dan butiran pasir akan terikat satu sama lain dengan baik. Pemadatan
dengan alat pemadat haruslah rata dan menyeluruh, selain itu
pertimbangan lainnya adalah:
    Pasir cetak harus mampu menahan tekanan pengecoran, dan
         ukurannya tidak boleh berubah.



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                        52
 Pasir cetak harus tetap dapat dilewati udara hingga gas-gas
     dapat   lebih   mudah   keluar.   Penusukan   lubang   gas   dapat
     dilakukan sebagai lubang tambahan (ventilasi).


Untuk dapat mencapai kepadatan yang baik alat-alat tangan yang
dipergunakan adalah:
- Penumbuk runcing.
 Memiliki permukaan tumbuk yang runcing untuk menghasilkan
 tumbukan yang keras. Disamping itu dapat pula digunakan untuk
 menumbuk pasir cetak pada daerah sudut dan celah.




- Penumbuk datar
 Memiliki permukaan tumbuk yang lebar. Kekuatan tumbuk lebih kecil
 dan digunakan untuk penumbukkan akhir hingga hasil tumbukkan
 rata.




- Penumbuk bertekanan udara.
 Digunakan untuk mengerjakan benda besar.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                         53
5.2 Pemolesan Pasir Cetak
      Pemolesan sebagai salah satu teknik pembuatan cetakan, hanya
dilakukan      pada    pengerjaan   cetakan     dengan    pasir   berpengikat
lempung (bentonit). Pemolesan dilakukan pada pasir disekeliling pola,
dimana pasir ditekan sekitar 1 mm kedalam. Dengan demikian pola
dapat dikeluarkan tanpa merusak tepi-tepi cetakan.




      Proses pemolesan ini juga dapat memperbaiki tepi-tepi yang
rusak, pemolesan dilakukan dengan cara memoleskan pasir pada
permukaannya. Daya lekat pasir cetak berpengikat lempung dapat
dinaikkan      hanya    dengan   membasahi      sedikit   pasir   yang   akan
dilekatkan. Alat-alat pemoles yang umum digunakan adalah:
- Lanset
 Berupa sebuah daun pada satu sisi dan sendok pada sisi yang
 lainnya, digunakan untuk memoles permukaan kecil dan untuk
 membuat saluran-saluran penuangan.



- Sendok semen
 Digunakan untuk memoles permukaan yang lebar dan untuk
 membuat saluran- saluran besar juga daerah cawan tuang.




- Kait pasir
 Dengan        pengaitnya,   rontokan   pasir   dapat     diangkat   sekaligus
 memoles bagian-bagian cetakan yang dalam. Dengan pisaunya,

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                54
pemolesan bagian-bagian yang tegak dapat dilakukan, juga untuk
 memperbesar saluran turun.




- Kaki besi
 Untuk memoles bentuk-bentuk dan posisi yang sulit pada rongga
 cetakan yang dalam.




- Sendok poles
 Digunakan untuk memoles serta memperbaiki permukaan cetakan.




- Kancing pemoles
 Untuk membuat ataupun memperbaiki radius ataupun sudut-sudut
 cetakan.




- Batang pemoles bulat
 Terdiri dari sebuah batang dengan kaki-kaki pemoles oval, berfungsi
 seperti kaki besi.




- Batang pemoles datar
 Untuk memoles permukaan yang terdapat jauh didalam rongga
 cetakan, dan permukaan yang tidak rata.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                      55
5.3 Urutan Pembuatan Cetakan
5.3.1 Rangka cetak untuk cetakan bawah diletakkan diatas landasan.
     Pola bagian bawah diletakkan.




5.3.2 Bahan pemisah cair (bahan dasar lilin ataupun minyak tanah)
     atau     serbuk   (graphit,   debu,   arang)   disemprotkan   atau
     ditaburkan.
5.3.3 Pengayakan pasir muka diatas pola setebal 2 cm dan ditekan
     dengan tangan untuk menghasilkan permukaan tuangan yang
     halus.




5.3.4 Pengisian dengan pasir pengisi dan dipadatkan setiap tebal pasir
     sekitar15 cm.
5.3.5 Perataan pasir dan untuk hal-hal khusus ditusukkan batang besi
     sebagai lubang pembuangan gas.
5.3.6 Cetakan bawah dibalik




5.3.7 Pemolesan
5.3.8 Rangka cetakan atas dipasangkan




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                         56
5.3.9 Pola bagian atas dipasangkan juga saluran turun dan penambah,
     bahan pemisah disemprotkan /ditaburkan.
5.3.10 Pengayakan pasir muka, ditekan dengan tangan.




5.3.11 Pengisian dengan pasir pengisi dipadatkan lapis demi lapis.
5.3.12 Perataan pasir, penusukan lubang gas.
5.3.13 Saluran turun dan penambah dicabut keatas cetakan atas
     diangkat lalu dibalik.




5.3.14 Pembasahan pasir pada sekitar sisi pola cetakan atas, pola
     dipukul-pukul hingga longgar terhadap cetakannya. Pola bagian
     atas diangkat.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                         57
5.3.15 Saluran turun dan penambah diperbesar/diperbaiki.
5.3.16 Saluran terak dan saluran masuk dibuat (bila tidak dicetakan
     atas, di cetakan bawah).
5.3.17 Pembasahan pasir pada sekitar sisi pola cetakan bawah,
     pemuklan pola hingga longgar. Pola bagian bawah diangkat.
5.3.18 Perbaikan permukaan cetakan.
5.3.19 Penaburan grafit pada rongga cetakan. Cetakan yang lebih
     besar dilakukan pelapisan (pelapis dengan pencair air maupun
     alcohol).
5.3.20 Peletakkan inti pada cetakan bawah saluran pembuangan gas
     dari dudukan inti kearah rangka cetak digores.
5.3.21 Perakitan cetakan




5.3.22 Pembebanan ataupun pengekleman.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                     58
6. Pembuatan Cetakan Pasir Furan
      Pada penggunaan pasir cetak mengeras sendiri (misal: pasir
cetak berpengikat resin phenol ataupun resin furan), pengerjaan
pemadatan dan pemolesan tidak diperlukan lagi. Terutama pada
pembuatan cetakan penuh dengan pola polisterin, proses pengerjaan
semakin sederhana.
   Pola diletakkan dalam rangka cetak yang telah diberi landasan
      pasir cetak atau pada lubang galian.
   Saluran tuang dan penambah dipasangkan.
   Pasir cetak ditimbunkan hingga hanya menyisakan permukaan
      atas cawan tuang saja. Penusukkan lubang-lubang pembuangan
      gas (bila perlu).
   Cetakan selesai dan tunggu hingga pasir mengeras.


2.8   Pencatatan Data:
      1.   Catat setiap tahap atau urutan kerja yang dilakukan.
      2.   Hitung volume pola benda coran lengkap dengan sistim
           salurannya.
      3.   Catat berapa penyusutan dari ukuran pola.
      4.   Catat berapa volume dan berat pasir cetak untuk cetakan-
           cetakan pasir yang dipakai.
      5.   Gambarkan sistim saluran cetakan pada sebuah rangka
           cetak (jangan lupa menentukan cup, drag dan garis
           pisahnya).




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                      59
MODUL 3
            TUNGKU PELEBURAN & PERHITUNGAN MUATAN



I.        TUJUAN PRAKTIKUM
         Mengetahui cara kerja tungku peleburan untuk logam-logam ferro dan
          non-ferro.
         Dapat menentukan dan merencanakan muatan (material charging).




II.       TEORI DASAR
2.1       Klasifikasi Tungku
          Dalam suatu industri pengecoran, tungku peleburan merupakan suatu
komponen penting karena dapat menentukan tahapan proses produksi
selanjutnya. Disamping itu penanganan terhadap logam juga merupakan hal
yang cukup penting dalam suatu proses produksi. Logam cair dalam keadaan
ideal, kualitas hasil proses pengecorannya akan sangat tergantung pada teknik
pencetakkan dan perlakuan terhadap logam cair tersebut serta tergantung pula
pada jenis tungku yang dipergunakan, selain itu tungku tersebut juga akan
mempengaruhi kecepatan dan kapasitas peleburan.
          Penggunaan jenis tungku dengan gangguan pada permukaan logam cair
seminimum mungkin, akan sangat disukai, oleh karena itu jenis tungku dengan
terjadinya kontak langsung hasil pembakaran dan logam cairnya harus dihindari.
Disamping itu, jenis tungku yang dilengkapi dengan sistim kontrol temperatur
juga penting, karena dengan semakin tingginya temperatur logam cair, maka
kelarutan gas dan reaksi oksidasi akan semakin besar yang akan berpengaruh
terhadap terbentuknya cacat-cacat coran.
          Tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk mencairkan
logam pada proses pengecoran atau untuk memanaskan bahan dalam proses
perlakuan panas.
          Karena gas buang dari bahan bakar berkontak langsung dengan bahan
baku, maka jenis bahan bakar yang dipilih menjadi penting. Sebagai contoh,
beberapa bahan tidak akan mentolelir sulfur dalam bahan bakar. Bahan bakar


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                               60
padat akan menghasilkan bahan partikulat yang akan mengganggu bahan
baku yang ditempatkan didalam tungku. Untuk alasan ini, maka:
      Hampir seluruh tungku menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar gas
       atau listrik sebagai masukan energinya.
      Tungku induksi dan busur (arc) menggunakan listrik untuk melelehkan
       baja dan besi tuang.
      Tungku pelelehan untuk bahan baku bukan besi menggunakan bahan
       bakar minyak.
      Tungku yang dibakar dengan minyak bakar hampir seluruhnya
       menggunakan minyak tungku, terutama untuk pemanasan kembali dan
       perlakuan panas bahan.
      Minyak diesel ringan (LDO) digunakan dalam tungku bila tidak
       dikehendaki adanya sulfur.


       Idealnya tungku harus memanaskan bah an sebanyak mungkin sampai
mencapai suhu yang seragam dengan bahan bakar dan tenaga kerja
sesedikit mungkin. Kunci dari operasi tungku yang efisien terletak pada
pembakaran bahan bakar yang sempurna dengan udara berlebih yang
minimum. Tungku beroperasi dengan efisiensi yang relatif rendah (dibawah 70
%) dibandingkan dengan peralatan pembakaran lainnya seperti boiler (dengan
efisiensi lebih dari 90 %). Hal ini disebabkan oleh suhu operasi yang tinggi
didalam tungku. Sebagai contoh, sebuah tungku yang memanaskan bahan
sampai suhu 1200 oC akan mengemisikan gas buang pada suhu 1200 C atau
lebih yang mengakibatkan kehilangan panas yang cukup signifikan.
       Tungku secara luas dibagi menjadi dua jenis berdasarkan metoda
pembangkitan panasnya: tungku pembakaran yang me nggunakan bahan
bakar, dan tungku listrik yang menggunakan listrik. Tungku pembakaran
dapat digolongkan menjadi beberapa bagian seperti ditunjukkan dalam Tabel
2.1 jenis bahan bakar yang digunakan, cara pemuatan bahan baku, cara
perpindahan panasnya dan cara pemanfaatan kembali limbah panasnya.
Tetapi, dalam prakteknya tidak mungkin menggunakan penggolongan ini
sebab tungku dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar, cara pemuatan
bahan ke tungku yang berbeda, dll. Tungku yang paling umum digunakan akan
dijelaskan dalam bagian berikutnya.

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                              61
Tabel 2.1 Klasifikasi tungku
   Metoda klasifikasi                             Jenis dan contoh
                              Dibakar dengan minyak
Jenis bahan bakar yang
                              Dibakar dengan gas
digunakan
                              Dibakar dengan batubara
                              Berselang (intermittent) atau batch

                              Berkala
                                 Penempaan
                                 Pengerolan ulang / re-rolling batch /pusher
                                 Pot
Cara pengisian bahan
                              Kontinyu
                                 Pusher
                                 Balok berjalan
                                 Perapian berjalan
                                 Tungku bogie dengan sirkulasi ulang kontinyu
                                 Tungku perapian berputar/ rotary hearth furnace

                              Radiasi (tempat perapian terbuka)
Cara perpindahan panas
                              Konveksi (pemanasan melalui media)
Cara pemanfaatan              Rekuperatif
kembali limbah panas          Regeneratif


2.1.1   Tungku Krusibel
        Tungku krusible merupakan salah satu jenis tungku dengan sistim
pemanasan tidak langsung (indirect fuel fired furnace). Fungsi utamanya adalah
untuk melebur logam Aluminium dan sejenisnya. Peleburan muatan dilakukan
dengan menggunakan krusibel yang dipanaskan bagian luarnya secara konduksi
melalui dinding krusibel dengan sumber panas dari pembakaran minyak, gas,
kokas, arang atau pemanasan dari filamen listrik.
        Berdasarkan cara pencairan logamnya, tungku krusibel diklasifikasikan
dalam 3 jenis (Gambar 2.1), yaitu:
   1. Tungku jenis lift-out
   2. Tungku jenis stationary
   3. Tungku jenis tilting
Pada tungku jenis lift-out, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1, krusibel
ditempatkan didalam rangka tungku, setelah logam mencair maka krusibel

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                   62
dikeluarkan dari dalam tungku. Krusibel yang dipergunakan harus selalu
menggunakan jenis refraktori dengan kapasitas maksimum 50 kg aluminium.
Kerugian dari jenis tungku ini adalah keterbatasan dalam menghasilkan
produktivitas dalam jumlah yg tinggi, memerlukan jumlah tenaga kerja yg
banyak, dan buruknya kondisi kerja, tetapi keperluan biaya perlengkapannya
paling murah.
       Tungku jenis stationary adalah jenis tungku dengan krusibel yang
ditempatkan secara permanen, kapasitas peleburannya berkisar antara 150 –
450 kg aluminium dan jenis krusibel refraktori maupun besi cor dapat digunakan
dalam tungku jenis ini, tetapi krusibel jenis besi cor perlu selalu dilapis ulang
dengan bahan refraktori secara periodik. Keuntungan dari jenis tungku ini adalah
terletak pada kecocokkannya untuk beralih dari peleburan satu jenis paduan ke
jenis paduan lainnya dan tungku jenis stationari ini sangat baik untuk pemurnian
aluminium serta biaya instalasi yang diperlukan relatif tinggi.
       Tungku krusibel jenis tilting, digunakan untuk peleburan dalam jumlah yg
besar berkisar sampai 450 kg aluminium, dan penuangan logam cairnya dengan
cara dimiringkan, logam cair akan mengalir melalui saluran yang ada pada
dinding tungku atau pada bagian atas bibir tungku. Keuntungan dari jenis tungku
ini adalah dapat melebur dengan jumlah muatan yang besar, logam cair dapat
dituangkan dengan mudah dan cepat, tetapi memerlukan biaya instalasi yang
relatif cukup tinggi.




  Gambar. 2.1 Beberapa jenis tungku krusibel; a. lift-out crucibel, b.Stationary
                           pot, dan c.tilting-pot.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                   63
Effesiensi panas/peleburan dari tungku jenis krusibel adalah berkisar antara: 15-
30 %, rendahnya effisiensi tersebut karena tingginya panas yang hilang melalui
saluran gas buang. Struktur utama konstruksi tungku jenis krusibel terdiri atas;
krusibel, lapisan refraktori, sistim pembangkit panas dan alat pengukur
temperatur.


2.1.2   Tungku Kupola
        Kupola merupakan tungku yang memiliki bentuk silinder vertikal yang
memiliki kapasitas besar. Tungku ini diisi dengan material pengisi antara lain
besi, kokas, flux atau batu kapur, dan elemen paduan yang memungkinkan.
Tungku ini memiliki sumber energi panas dari kokas dan gas yang diberikan
untuk meningkatkan temperatur pembakaran. Hasil peleburan dari tungku ini
akan ditapping secara periodik untuk mengeluarkan besi cor yang telah mencair.




                   Gambar 2.2 Skematis dari tungku kupola.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                  64
2.1.3   Tungku Busur Listrik
        Peleburan    logam     menggunakan     tungku    ini   dilakukan   dengan
menggunakan energi yang berasal dari listrik berupa arc atau busur yang dapat
mencairkan logam. Tungku jenis busur listrik ini biasanya digunakan untuk
proses pengecoran baja.




                    Gambar 2.3 Electric furnace indirect system.




                    Gambar 2.4 Electric furnace direct system.


2.1.4   Tungku Induksi
        Tungku induksi adalah tungku yang menggunakan energi listrik sebagai
sumber energi panasnya, arus listrik bolak-balik (alternating current) yang
melewati koil tembaga akan menghasilkan medan magnetik pada logam pengisi
(charging material) didalamnya. Medan magnet ini juga akan melakukan mixing
pada logam cair akibat adanya gaya magnet antara koil dan logam cair yang
akan menimbulkan efek pengadukan (stiring effect) untuk menghomogenkan
komposisi pada logam cair.


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                  65
Logam cair didalam tungku harus dihindarkan dari kontak langsung
terhadap koil. Oleh karena itu material tahan temperatur tinggi sebagai lining
tungku harus memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan beban logam cair
didalamnya. Pada gambar dibawah ini ditunjukan beberapa komponen utama
dari suatu tungku induksi.




                       Gambar. 2.5 Tungku induksi listrik.


      Setelah logam pengisi telah mengalami pencairan maka tungku induksi ini
telah dilengkapi dengan suatu pengendali untuk melakukan penuangan (titling)
kedalam suatu ladle yang lebih kecil yang dibawa hook crane atau ladle yang
dibawa oleh dua operator pouring ke cetakan.


2.1.5 Tungku Converter.
      Converter ialah sebuah tabung baja dengan dinding berlapis dan tahan
terhadap temperatur tinggi serta ditempatkan pada sebuah dudukan yang
dibentuk sedemikian rupa agar posisinya dapat diubah secara vertikal mapun
secara horizontal dengan posisi mulut berada disamping atau diatas bahkan


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                 66
dibawah. Posisiposisi ini diperlukan untuk pengisian, penghembusan karbon
dioksida dan penuangan hasil pemurnian (lihat Gambar 2.6).




                   Gambar 2.6 Tungku Converter Bessemer.


      Proses pemurnian ini dilakukan dengan terlebih dahulu mencairkan besi
mentah ke dalam converter yang berada pada posisi horizontal kemudian
converter diubah posisinya pada posisi vertikal dan pada posisi ini udara
bertekanan 140 KN/m2 dihembuskan melalui dasar converter ke dalam besi
mentah cair, dengan demikian maka unsur karbon akan bersenyawa dengan
oksigen menjadi karbon dioxida (CO2) dan mengikat unsur-unsur lainnya.
      Dengan tekanan udara sedemikian itu unsur-unsur tersebut akan terbawa
keluar dari converter, proses ini dilakukan dalam waktu 20 menit, dari proses ini
besi mentah memiliki unsur-unsur paduan tidak lebih dari 0,05 % dan 0,006 %
diantaranya adalah unsur karbon dan dianggap sebagai besi murni atau Ferrite
(Fe), selanjutnya ditambahkan unsur karbon ke dalam converter ini dengan
jumlah tertentu sesuai dengan jenis baja yang dikehendaki hingga 2,06%,
coverter ini berkapasitas antara 25 ton sampai 60 ton.
      Pada dasarnya berbagai metoda dalam proses pembuatan baja ini ialah
proses pemurnian unsur besi dari berbagai unsur yang merugikan sebagaimana

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                  67
telah dikemukakan terdahulu, oleh karena itu dalam proses pembuatan baja
dengan menggunakan sistem converter ini ialah salah satu proses pemurnian
atau pemisahan besi dengan menggunakan bejana sebagai alat pemanasan
(peleburan) besi kasar tersebut. (lihat Gambar 2.7) yang merupakan bagian dari
bentuk pemurnian besi kasar dengan dapur basa dari sistem converter.




              Gambar 2.7 Proses oxigen pada dapur basa untuk
                      pemurnian besi kasar (pig Iron)



2.1.6 Tungku Thomas dan Bessemer
      Thomas dan Bessemer melakukan proses pemurnian besi kasar dalam
pembuatan baja ini pada prinsipnya sama yakni menggunakan Converter,
namun Bessemer menggunakan Converter dengan dinding yang dilapisi dengan
Flourite dan Kwarsa sehingga dinding Converter menjadi sangat keras kuat dan
tahan terhadap temperatur tinggi, akan tetapi dinding converter ini menjadi
bersifat asam sehingga tidak dapat mereduksi unsur Posphor, oleh karena itu
dapur Bessemer hanya cocok digunakan dalam proses pemurnian besi kasar
dari bijih besi yang rendah Posphor (Low-Posphorus Iron Ores).
      Sedangkan Thomas menyempurnakannya dengan memberikan lapisan
batu kapur (limestone) atau Dolomite sehingga dinding converter menjadi basa
dan mampu mereduksi kelebihan unsur Posphor dengan mengeluarkannya
bersama terak (lihat gambar 2.8). Linz-Donawitz (LD-Processes), salah satu
proses pemurnian besi dengan sistem converter ini pertama dikembangkan di
@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                               68
austria, proses dengan hembusan udara bertekanan hingga 12 bar di atas
convertor dengan posisi vertical, setelah besi mentah (pig iron) bersama dengan
sekrap   dimasukan      yang   kemudian   dibakar,   udara   yang   dihembuskan
menghasilkan pembakaran dengan unsur karbon, belerang dan posphor yang
terkandung didalam besi mentah tersebut, hal ini terjadi pada saat converter
dalam posisi miring.




                       Gambar 2.8 LD Top Blown Converter.


      Proses pembakaran ini terlihat pada nyala api dibagian converter. Baja
dengan kadar karbon 0,2 % akan tercapai dengan pembakaran hingga 20 menit,
namun jika diinginkan kadar karbon yang lebih tinggi dari 0,2 %, maka
hembusan udara dapat dihentikan sehingga proses pembakaran akan terhenti.
komposisi unsur yang terdapat pada besi ini dapat dianalisis dengan mengambil
contoh dari besi cair sebelum terjadi pembekuan dan jika komposisi yang
dikehendaki telah tercapai maka besi dapat dikeluarkan dari converter dan
membiarkan slag (terak) tertinggal didalam converter yang akan dikeluarkan
melalui lubang terak. lihat gambar 2.9.
      Dari proses pemurnian besi dengan menggunakan metoda ini akan
dihasilkan baja yang memiliki sifat mekanik yang baik untuk diproses menjadi
baja paduan (Alloy Steel) maupun sebagai baja karbon (non paduan) karena
tingkat kemurniannya serta bebas dari unsur nitrogen (N) atau zat lemas yang
merugikan. Bahan ini juga sangat baik digunakan sebagai baja lembaran (Sheet

@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                69
metals) yang banyak digunakan sebagai bahan baku karoseri kendaraan, tangki
serta   baja-baja   konstruksi.   Pabrik   Baja   Austria   “VöEST”   (Vereignite
Osterreischische Eisen Und Stahlwerke Aktiengesselschaft) menghasilkan baja
dunia di tahun 1974.
        Rotor Processes, Converter dengan posisi mendatar (Horizontal)
merupakan converter dimana terdapat dua buah pipa oksigen, masingmasing
pipa ini salah satunya diarahkan pada bagian dasar converter didalam besi cair
dan akan terbakar bersama peleburan besi kasar (pig Iron) bersama baja
rongsokan, proses pembakaran ini akan menghasilkan gas karbonmonoksida
(CO) yang juga akan terbakar dan menghasilkan karbon dioksida (CO2) untuk
meratakan proses pemurnian.
        Selama proses pembakaran ini converter berputar dengan kecepatan 0,5
sampai 2 put/mt. Kemudian undara ditiupkan melalui salah satu pipa yang
berada pada permukaan logam cair, dengan demikian unsur-unsur yang
terkandung pada besi akan terdesak keluar bersama dengan gas CO2.




                    Gambar 2.9 Rotor mixed Blown Converter.


Kaldo processes, menggunakan cara yang sama dengan yang dilakukan pada
rotor proses namun pada sistem Kaldo ini converter diposisikan miring 17o,
dalam proses ini converter juga diputar dengan kecepatan putaran hingga 30
put/ment. Dengan putaran ini sangat baik karena dapat mempercepat arus
transformasi panas, namun hanya menggunakan sebuah pipa peniup dimana
besi kasar bersama besi tua dilebur didalam converter ini dan kemudian ditiup
dengan oksigen melalui pipa tersebut. converter ini dapat memurnikan besi
dengan penurunan kadar phosphor hingga 2 % (lihat gambar 2.10).


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                  70
Gambar 2.10 Kaldo top blown converter.




                    Gambar 2.11 Blast Furnace.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                            71
2.2      Perhitungan Muatan
         Perhitungan    muatan     (material      balance)    pada     proses     peleburan
aluminium, umumnya mengandung 30-70 material (bahan baku) utama yang
meliputi ingot Aluminium dan silikon, serta unsur paduan lain yang secara
langsung ditambahkan pada logam cair seperti; Mg, Zn, dan logam lain yang
memiliki titik cair yang rendah lainnya. Pengaruh unsur paduan ketika proses
peleburan dan pencairan paduan aluminium, ditunjukkan pada Tabel berikut ini.
           Tabel. 2.2 Pengaruh Unsur paduan pada peleburan aluminium.
                                       Pengaruh
                                                                                 Berasal dari:
 Unsur                   Baik                             Buruk
                                               -menurunkan keuletan             -master alloys
                                               -meningkatkan cacat keropos      (FeSi)
Fe<1%       menaikkan kekuatan tarik
                                               -menimbulkan bintik (keras) di   -Ladle
                                               permukaan                        -Geram
            -memperbaiki kekerasan dan                                          -Geram atau
Cu: 2-4%    kekuatan                           -menurunkan ketahanan korosi     skrap
            -mempermudah pemesinan                                              -master alloys
            -memperbaiki kekuatan
            -meningkatkan mampu alir           -menurunkan ketangguhan
                                                                                -skrap
Si: 5-7%    -mengurangi pemuaian               -menyebabkan rapuh (jika
                                                                                -master alloys
            -meningkatkan ketahanan korosi     kandungannya terlalu tinggi)
            -meningkatkan mampu mesin
                                               -menurunkan kekuatan
                                               -menurunkan ketahanan korosi
                                                                                -skrap
Zn<1%       Meningkatkan mampu alir            -menimbulkan cacat rongga
                                                                                -master alloys
                                               (jika kandungannya terlalu
                                               tinggi)
            -meningkatkan kekuatan dan
                                               -menurunkan mampu alir
            daya tahan terhadap temperatur
                                               -menghasilkan bintik (keras)     -skrap
Mn<0,5%     tinggi
                                               dipermukaan                      -master alloys
            -mengurangi pengaruh besi
                                               -mengkasarkan butir
            -meningkatkan ketahanan korosi
                                               -menurunkan ketangguhan
            -meningkatkan mampu mesin          -menimbulkan bintik
                                                                                -skrap
Mg<0,5%     -menghaluskan butir                permukaan
                                                                                -master alloys
            -meningkatkan ketahanan korosi     -meningkatkan kecenderungan
                                               cacat rongga udara
            -Meningkatkan kekuatan             menurunkan fluiditas atau        -skrap
Ni<0,3%
            -meningkatkan ketahanan korosi     mampu alir                       -master alloys
                                               -menyebabkan segregasi
                                                                                -skrap
Pb<0,1%     Memperbaiki mampu mesin            -menyebabkan cacat hot
                                                                                -master alloys
                                               shortness (rapuh panas)
                                               -menimbulkan hot crack (retak
            -meningkatkan mampu mesin                                           -skrap
Sn<0,1%                                        panas)
            -memperbaiki struktur                                               -master alloys
                                               -menimbulkan presipitasi
            -menurunkan timbulnya korosi
                                               Menghasilkan senyawa antar       -skrap
Cr<0,3%     tegangan
                                               logam yang tidak diinginkan      -master alloys
            -memperbaiki ketangguhan




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                               72
Dalam perhitungan muatan ini perlu diperhitungkan juga adanya
kehilangan unsur karena proses peleburan (melting loss) yang nilainya sangat
tergantung pada tipe tungku yang digunakan dalam proses peleburan, teknik
peleburan, kondisi muatan, dan lain-lain. Tabel 1.4 menunjukkan besarnya
kehilangan unsur yang didasarkan pada jenis muatan dan jenis tungku.
            Tabel. 2.3 Pengaruh jenis muatan dan tungku terhadap besarnya
                    kehilangan unsur peleburan (melting loss).
                                                  Oxidised and contaminated
                            Virgin charge
                                                               charge
    Metal          Electric and                   Electric and
                                     Reverbratory                   Reverbratory
                      crucible                       crucible
                                       furnaces                       furnaces
                     furnaces                       furnaces
     Mg                 2-3               3-5          3-5              3-10
     Be                 2-3               3-5          3-5              5-10
     Al                1-1.5              1-2          1-2               2-3
     Na                 2-3               3-5          3-5              5-10
     Zn                 1-3               2-4          2-3               3-5
     Mn                0.5-1              1-2          1-2               2-3
     Sn                0.5-1             1-1.5        1-1.5             1.5-2
     Fe                0.5-1             0.5-1        0.5-1             0.5-1
     Ni                0.5-1             0.5-1        0.5-1             0.5-1
     Si                0.5-1             1-1.5        1-1.5             1.5-2
     Cu                0.5-1              1-2          1-2               2-3
     Pb                0.5-2              1-2            -                -



      Berikut ini disampaikan contoh hasil perhitungan muatan yang telah
diketahui terlebih dahulu komposisi kimianya dalam suatu proses peleburan
Aluminium dengan suatu target komposisi kimia tertentu.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                 73
@@ Teknik Metalurgi – UNJANI   74
MODUL 4
                     PELEBURAN & PEMADUAN LOGAM



I.        TUJUAN PRAKTIKUM
         Dapat melakukan proses peleburan dan pemaduan logam.
         Mengetahui besaran-besaran atau parameter proses yang terlibat dan
          berpengaruh terhadap produk coran yang yang dibuat.
         Mengetahui cara-cara pengujian proses dan kualitas produk coran.


II.       TEORI DASAR
2.1       Prinsip Pencairan Muatan pada Tungku Krusibel
          Prinsip kerja pencairan muatan pada tungku jenis krusibel dengan sumber
panas dari bahan bakar minyak (cair) atau arang/kokas (padat) adalah dengan
cara bahan bakar dimasukkan kedalam ruang reaksi (burner) sehingga akan
menimbulakan panas dialirkan secara radiasi kedinding krusibel. Selanjutnya
energi panas ini dipindahkan secara konduksi kedalam muatan melalui dinding
krusibel.
          Reaksi pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen (O2) dalam
udara menghasilkan gas CO2 dan H2O serta energi panas. Energi panas
tersebut yang diperlukan untuk mencairkan muatan dalam krusibel hingga
mencair.
          Proses pencampuran antara bahan bakar dan oksigen dalam udara,
berlangsung sangat pendek. Pemanasan bahan bakar dan dara dilakukan
sangat cepat, karena pemanasan cepat inilah senyawa-senyawa hidrokarbon
tersebut terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih ringan dengan unsur
dasar karbon dan hidrogen. Sebagai hasil dekomposisi thermal ini, sebagian
besar pembakaran terjadi antara hidrogen dan karbon elemental. Unsur
hidrogen terbakar denan nyala api yang tidak terlihat (luminous flame),
sementara unsur karbon terbakar dengan nyala api kuning yang khas (yellow
flame).




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                  75
2.2   Peleburan Aluminium dan Paduannya
           Aluminium murni dan paduan aluminium dapat dicairkan dengan
berbagai cara. Tungku coreless, channel induction, crusible, open-heart
reveratory furnaces yang memakai sumber panas dari gas atau bahan bakar
minyak, dan tungku electric resistance serta electric radiation adalah jenis-jenis
tungku yang biasa digunakan.
      Salah satu jenis tungku peleburan logam yang banyak digunakan yaitu,
Sealed crusible furnace (Gambar. 1). Dengan kerangka yang terbuat dari baja
yang dilas, bagian atas ditutup lembaran baja yang dilapisi dengan bata tahan
api, bagian lining terbuat dari bata tahan api setebal 3-4 in. Tungku crusible
biasanya digunakan untuk peleburan logam non ferrous, seperti aluminium,
seng, tembaga dan timah. Pada tungku peleburan ini, crusible biasanya terbuat
dari tanah liat atau grafit yang diletakan didalam ruang pembakaran.




  Gambar. 2.1 Tungku yang digunakan dalam proses pembuatan Aluminium.


      Crusible yang terbuat dari besi cor atau baja digunakan dengan tujuan
untuk menyediakan panas yang cukup bagi logam sehingga temperatur logam
cair konstan. Crusible jenis ini mempunyai konduktivitas panas dan kekuatan
mekanik yang baik. Tetapi crusible yang terbuat dari besi cor atau baja
mempunyai kelemahan, yaitu unsur Fe dapat larut kedalam logam aluminium
cair. Untuk menanggulangi hal ini tungku harus sering dibersihkan dan dilapisi
dengan refraktory wash.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                   76
Tabel 2.1 Titik cair dan temperatur penuangan dari paduan aluminium
                                                                       TEMP.             TEMP.
                                                TEMP. MULAI
                                                       0             AKHIR CAIR       PENUANGAN
        PADUAN DAN KOMPOSISI                     CAIR ( C )              0                 0
                                                                        ( C)              ( C)
                   Al – 4,5Cu                        521                644             700 – 780
                 Al – 4Cu – 3Si                      521                627             700 – 780
                Al – 4,5Cu – 5Si                     521                613             700 – 780
                    Al – 12Si                        574                582             670 – 750
               Al –9,5Si – 0,5Mg                     557                596             670 – 740
              Al – 3,5Cu – 8,5Si                     538                593             700 – 780
               Al –7 Si – 0,3 Mg                     557                613             700 – 780
            Al – 4Cu – 1,5mg – 2Ni                   532                635             700 – 760
                  Al – 3,8 Mg                        599                641             700 – 760
                   Al – 10 Mg                        499                604             700 – 760
      AL – 12Si – 0,8Cu – 1,7 Mg – 2,5Ni             538                 566              670 – 740
      Al – 9 – Si – 3,5Cu – 0,8Mg – 0,8Ni            520                 582              670 – 740


2.3     Kelarutan Gas pada Cairan Aluminium dan Paduan
        Secara umum telah diketahui bahwa atom dalam bentuk gas akan bersatu
atau masuk kedalam logam cair. Ketika dua atom bersatu membentuk suatu
molekul, molekul gas tersebut akan keluar, tapi bisa juga gas tersebut
terperangkap didalam logam cair membentuk gelembung. Didalam peleburan
aluminium, hanya sedikit hidrogen yang diserap dari atmosfer. Sumber utaman
hidrogen didalam Al adalah uap air, uap panas, atau hasil dari reaksi kimia
sebagai berikut
        3H2O        +       2Al                     =           6H       +         Al2O3

       (uap air)          (aluminium)                      (Hidrogen)     (aluminium oksida)



        Temperatur logam cair juga menentukan jumlah hidrogen yang diserap.
Ketika temperatur naik volume hidrogen yang larut kedalam logam cair akan
semakin besar seperti yang terlihat pada Tabel. 2.
           Tabel. 2.2 Hubungan temperatur dengan daya larut hidrogen.

                           TEMPERATUR              HYDROGEN SOLUBILTY
                             0              0          (cc /100gms)*
                             C              F
                             0             32                0,0000001
                           400            752                   0,005
                         660-solid       1220                   0,036
                         660-liquid      1220                   0,69
                           700           1292                   0,92
                           750           1382                   1,23
                           800           1472                   1,67
                           850           1562                   2.15
                         *Meassured at pressure of one atmosphere and a temperatur 20 C



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                                          77
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)

More Related Content

What's hot

Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
ichsan_madya
 
heat treatment
heat treatmentheat treatment
heat treatment
Kornelia Pakiding
 
01.permesinan dan mesin perkakas
01.permesinan dan mesin perkakas01.permesinan dan mesin perkakas
01.permesinan dan mesin perkakas
Mahros Darsin
 
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA) Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA) Abrianto Akuan
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinya
wizdan ozil
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
Dwi Ratna
 
SIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIKSIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIK
Lifia Citra Ramadhanti
 
Perlakuan panas
Perlakuan panasPerlakuan panas
Perlakuan panas
Afif Hermansyah
 
pengolahan bijih besi
pengolahan bijih besipengolahan bijih besi
pengolahan bijih besiAgung Perdana
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
Rumah Belajar
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiAli Hasimi Pane
 
Pert. 1 metalurgi
Pert. 1 metalurgiPert. 1 metalurgi
Pert. 1 metalurgijusnita
 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Ali Hasimi Pane
 
Ppt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logamPpt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logam
Lailatul Arofah
 
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Dewi Izza
 

What's hot (20)

Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
 
heat treatment
heat treatmentheat treatment
heat treatment
 
01.permesinan dan mesin perkakas
01.permesinan dan mesin perkakas01.permesinan dan mesin perkakas
01.permesinan dan mesin perkakas
 
Lingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk teganganLingkaran Mohr utk tegangan
Lingkaran Mohr utk tegangan
 
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA) Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinya
 
2.1,9.14 contoh soal 1
2.1,9.14  contoh soal 12.1,9.14  contoh soal 1
2.1,9.14 contoh soal 1
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
SIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIKSIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIK
 
Perlakuan panas
Perlakuan panasPerlakuan panas
Perlakuan panas
 
pengolahan bijih besi
pengolahan bijih besipengolahan bijih besi
pengolahan bijih besi
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Laporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja BangkuLaporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja Bangku
 
Dapur kupola
Dapur kupolaDapur kupola
Dapur kupola
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
 
Pert. 1 metalurgi
Pert. 1 metalurgiPert. 1 metalurgi
Pert. 1 metalurgi
 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
 
Ppt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logamPpt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logam
 
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
 

Viewers also liked

proses pengecoran logam
proses pengecoran logamproses pengecoran logam
proses pengecoran logam
Yudi Hartono
 
Proses pembentukan piston
Proses pembentukan pistonProses pembentukan piston
Proses pembentukan pistonFixri Pupone
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoran
Chache Go
 
Metalurgi teknik pengecoran
Metalurgi teknik pengecoranMetalurgi teknik pengecoran
Metalurgi teknik pengecoran
Galang Ariyanto Putra
 
Proses penuangan & pembekuan logam
Proses penuangan & pembekuan logamProses penuangan & pembekuan logam
Proses penuangan & pembekuan logam
Eko Barka
 
proses pengecoran logam ii
proses pengecoran logam iiproses pengecoran logam ii
proses pengecoran logam ii
Yudi Hartono
 
Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)
Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)
Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)Abrianto Akuan
 
Proses pembuatan besi tuang
Proses pembuatan besi tuangProses pembuatan besi tuang
Proses pembuatan besi tuang
Putri Mawardani
 
Manufacturing a piston
Manufacturing a pistonManufacturing a piston
Manufacturing a piston
Muhammad Umar
 
Piston manufacturing process
Piston manufacturing process Piston manufacturing process
Piston manufacturing process
ROb Vincing
 
29448284 laporan-uji-pasircetak-prosman
29448284 laporan-uji-pasircetak-prosman29448284 laporan-uji-pasircetak-prosman
29448284 laporan-uji-pasircetak-prosman
rockevillo
 
Mutu dan kualitas bensin
Mutu dan kualitas bensinMutu dan kualitas bensin
Mutu dan kualitas bensin
Kholida Handayani
 
Soal 1.tpd napoleon TEKNIK MESIN
Soal 1.tpd napoleon TEKNIK MESINSoal 1.tpd napoleon TEKNIK MESIN
Soal 1.tpd napoleon TEKNIK MESIN
Napoleon Tampubolon
 
Proses pengerolan
Proses pengerolanProses pengerolan
Proses pengerolan
Rissa Deshanty
 
Pengecoran logam Aluminium,Bronze,Kuningan,Tembaga Dan tiang lampu taman
Pengecoran logam Aluminium,Bronze,Kuningan,Tembaga Dan tiang lampu tamanPengecoran logam Aluminium,Bronze,Kuningan,Tembaga Dan tiang lampu taman
Pengecoran logam Aluminium,Bronze,Kuningan,Tembaga Dan tiang lampu taman
zhosllubahagiabersamamu
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktur
surya kelana
 
Refresh k3 (paradigm)
Refresh k3 (paradigm)Refresh k3 (paradigm)
Refresh k3 (paradigm)
Abrianto Akuan
 
Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Abrianto Akuan
 

Viewers also liked (20)

proses pengecoran logam
proses pengecoran logamproses pengecoran logam
proses pengecoran logam
 
Proses pembentukan piston
Proses pembentukan pistonProses pembentukan piston
Proses pembentukan piston
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoran
 
Metalurgi teknik pengecoran
Metalurgi teknik pengecoranMetalurgi teknik pengecoran
Metalurgi teknik pengecoran
 
Proses penuangan & pembekuan logam
Proses penuangan & pembekuan logamProses penuangan & pembekuan logam
Proses penuangan & pembekuan logam
 
Pengecoran
PengecoranPengecoran
Pengecoran
 
proses pengecoran logam ii
proses pengecoran logam iiproses pengecoran logam ii
proses pengecoran logam ii
 
Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)
Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)
Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)
 
Presentasi kelompok 3
Presentasi kelompok 3Presentasi kelompok 3
Presentasi kelompok 3
 
Proses pembuatan besi tuang
Proses pembuatan besi tuangProses pembuatan besi tuang
Proses pembuatan besi tuang
 
Manufacturing a piston
Manufacturing a pistonManufacturing a piston
Manufacturing a piston
 
Piston manufacturing process
Piston manufacturing process Piston manufacturing process
Piston manufacturing process
 
29448284 laporan-uji-pasircetak-prosman
29448284 laporan-uji-pasircetak-prosman29448284 laporan-uji-pasircetak-prosman
29448284 laporan-uji-pasircetak-prosman
 
Mutu dan kualitas bensin
Mutu dan kualitas bensinMutu dan kualitas bensin
Mutu dan kualitas bensin
 
Soal 1.tpd napoleon TEKNIK MESIN
Soal 1.tpd napoleon TEKNIK MESINSoal 1.tpd napoleon TEKNIK MESIN
Soal 1.tpd napoleon TEKNIK MESIN
 
Proses pengerolan
Proses pengerolanProses pengerolan
Proses pengerolan
 
Pengecoran logam Aluminium,Bronze,Kuningan,Tembaga Dan tiang lampu taman
Pengecoran logam Aluminium,Bronze,Kuningan,Tembaga Dan tiang lampu tamanPengecoran logam Aluminium,Bronze,Kuningan,Tembaga Dan tiang lampu taman
Pengecoran logam Aluminium,Bronze,Kuningan,Tembaga Dan tiang lampu taman
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktur
 
Refresh k3 (paradigm)
Refresh k3 (paradigm)Refresh k3 (paradigm)
Refresh k3 (paradigm)
 
Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)
 

Similar to Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)

Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)Abrianto Akuan
 
Repot penuh bengkel amirudin-
Repot penuh bengkel  amirudin-Repot penuh bengkel  amirudin-
Repot penuh bengkel amirudin-
sppj1415
 
Pengantar K3.ppt
Pengantar K3.pptPengantar K3.ppt
Pengantar K3.ppt
azwararsyad
 
Laporan gegas
Laporan gegasLaporan gegas
Laporan gegas
sppj1415
 
Logam mesin casting and moulding 2
Logam mesin casting and moulding 2Logam mesin casting and moulding 2
Logam mesin casting and moulding 2Eko Supriyadi
 
METODE MOT RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIK.pdf
METODE MOT RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIK.pdfMETODE MOT RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIK.pdf
METODE MOT RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIK.pdf
Ifantca
 
K3 LAS INDUSTRIAL ENGINEERING SAFETY.pptx
K3 LAS INDUSTRIAL ENGINEERING SAFETY.pptxK3 LAS INDUSTRIAL ENGINEERING SAFETY.pptx
K3 LAS INDUSTRIAL ENGINEERING SAFETY.pptx
WillStronghold3
 
Corrosion protection
Corrosion protectionCorrosion protection
Corrosion protection
Yoga Firmansyah
 
1245 p1-spk-teknik pengecoran logam
1245 p1-spk-teknik pengecoran logam1245 p1-spk-teknik pengecoran logam
1245 p1-spk-teknik pengecoran logamWinarto Winartoap
 
Mengecat ulang kendaraan
Mengecat ulang kendaraanMengecat ulang kendaraan
Mengecat ulang kendaraanEko Supriyadi
 
PROSEDUR OPERASI STANDAR KESELAMATAN.pdf
PROSEDUR OPERASI STANDAR KESELAMATAN.pdfPROSEDUR OPERASI STANDAR KESELAMATAN.pdf
PROSEDUR OPERASI STANDAR KESELAMATAN.pdf
SoniAditiaAbdullah
 
3.-Confined-Space.pdf
3.-Confined-Space.pdf3.-Confined-Space.pdf
3.-Confined-Space.pdf
RizqiNasution3
 
Metode pengujian korosi
Metode pengujian korosiMetode pengujian korosi
Metode pengujian korosi
Ahmad Jihad Almuhdhor
 
Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)
Dwi Andriyanto
 
contoh laporan praktik kerja bangku
contoh laporan praktik kerja bangkucontoh laporan praktik kerja bangku
contoh laporan praktik kerja bangku
riska agnitias
 
dentifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko.pptx
dentifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko.pptxdentifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko.pptx
dentifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko.pptx
Yusrianto123
 
Pert 1 sp 7.ppt
Pert 1 sp 7.pptPert 1 sp 7.ppt
Pert 1 sp 7.ppt
YesiCrystiyanty
 
Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)
Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)
Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)Sylvester Saragih
 
Analisa Sistem Keselamatan Pekerjaan Las Konstruksi (1).pptx
Analisa Sistem Keselamatan Pekerjaan Las Konstruksi (1).pptxAnalisa Sistem Keselamatan Pekerjaan Las Konstruksi (1).pptx
Analisa Sistem Keselamatan Pekerjaan Las Konstruksi (1).pptx
DevitaPutriHerwianda1
 

Similar to Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA) (20)

Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
 
Repot penuh bengkel amirudin-
Repot penuh bengkel  amirudin-Repot penuh bengkel  amirudin-
Repot penuh bengkel amirudin-
 
Pengantar K3.ppt
Pengantar K3.pptPengantar K3.ppt
Pengantar K3.ppt
 
Laporan gegas
Laporan gegasLaporan gegas
Laporan gegas
 
Li Presentation
Li PresentationLi Presentation
Li Presentation
 
Logam mesin casting and moulding 2
Logam mesin casting and moulding 2Logam mesin casting and moulding 2
Logam mesin casting and moulding 2
 
METODE MOT RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIK.pdf
METODE MOT RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIK.pdfMETODE MOT RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIK.pdf
METODE MOT RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIK.pdf
 
K3 LAS INDUSTRIAL ENGINEERING SAFETY.pptx
K3 LAS INDUSTRIAL ENGINEERING SAFETY.pptxK3 LAS INDUSTRIAL ENGINEERING SAFETY.pptx
K3 LAS INDUSTRIAL ENGINEERING SAFETY.pptx
 
Corrosion protection
Corrosion protectionCorrosion protection
Corrosion protection
 
1245 p1-spk-teknik pengecoran logam
1245 p1-spk-teknik pengecoran logam1245 p1-spk-teknik pengecoran logam
1245 p1-spk-teknik pengecoran logam
 
Mengecat ulang kendaraan
Mengecat ulang kendaraanMengecat ulang kendaraan
Mengecat ulang kendaraan
 
PROSEDUR OPERASI STANDAR KESELAMATAN.pdf
PROSEDUR OPERASI STANDAR KESELAMATAN.pdfPROSEDUR OPERASI STANDAR KESELAMATAN.pdf
PROSEDUR OPERASI STANDAR KESELAMATAN.pdf
 
3.-Confined-Space.pdf
3.-Confined-Space.pdf3.-Confined-Space.pdf
3.-Confined-Space.pdf
 
Metode pengujian korosi
Metode pengujian korosiMetode pengujian korosi
Metode pengujian korosi
 
Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)
 
contoh laporan praktik kerja bangku
contoh laporan praktik kerja bangkucontoh laporan praktik kerja bangku
contoh laporan praktik kerja bangku
 
dentifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko.pptx
dentifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko.pptxdentifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko.pptx
dentifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko.pptx
 
Pert 1 sp 7.ppt
Pert 1 sp 7.pptPert 1 sp 7.ppt
Pert 1 sp 7.ppt
 
Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)
Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)
Tugas k3 dan lingkungan hiradc (peledakan tambang)
 
Analisa Sistem Keselamatan Pekerjaan Las Konstruksi (1).pptx
Analisa Sistem Keselamatan Pekerjaan Las Konstruksi (1).pptxAnalisa Sistem Keselamatan Pekerjaan Las Konstruksi (1).pptx
Analisa Sistem Keselamatan Pekerjaan Las Konstruksi (1).pptx
 

More from Abrianto Akuan

Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Abrianto Akuan
 
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Abrianto Akuan
 
WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)Abrianto Akuan
 
Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Abrianto Akuan
 
Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Abrianto Akuan
 
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)Abrianto Akuan
 
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Abrianto Akuan
 
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Abrianto Akuan
 
Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Abrianto Akuan
 
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Abrianto Akuan
 
Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Abrianto Akuan
 
Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)Abrianto Akuan
 
Fmea shrinkage casting defect aa
Fmea shrinkage casting defect aaFmea shrinkage casting defect aa
Fmea shrinkage casting defect aaAbrianto Akuan
 

More from Abrianto Akuan (20)

Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
 
Index minerals (AA)
Index minerals (AA)Index minerals (AA)
Index minerals (AA)
 
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
 
WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)
 
Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)
 
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
 
Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)
 
Images Minerals (AA)
Images Minerals (AA)Images Minerals (AA)
Images Minerals (AA)
 
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
 
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
 
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
 
Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)
 
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
 
Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
 
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)
 
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
 
Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)
 
Fmea shrinkage casting defect aa
Fmea shrinkage casting defect aaFmea shrinkage casting defect aa
Fmea shrinkage casting defect aa
 

Recently uploaded

PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
zakkimushoffi41
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
VenyHandayani2
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
kusnen59
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdfAnnisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
annisaqatrunnadam5
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdfAnnisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Annisa Qatrunnada Mardiah_2021 A_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 

Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)

  • 1. TEKNIK PENGECORAN & PELEBURAN LOGAM MODUL PRAKTIKUM Oleh : ABRIANTO AKUAN, ST., MT. LABORATORIUM TEKNIK PRODUKSI JURUSAN TEKNIK METALURGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI BANDUNG 2010
  • 2. PETUNJUK PRAKTIKUM I. MAKSUD DAN TUJUAN Praktikum Teknik Pengecoran Logam merupakan penerapan teori-teori yang pernah diberikan dalam perkuliahan. Tujuan utama dari praktikum Teknik Pengecoran logam ini adalah:  Dapat membuat pola dan cetakan pasir untuk membuat produk coran logam.  Menentukan dan merencanakan sistim saluran dalam suatu pembuatan produk coran logam.  Mengetahui beberapa proses atau teknik dalam pembuatan cetakan.  Mengetahui besaran-besaran atau parameter proses yang terlibat dan berpengaruh terhadap cetakan yang yang dibuat.  Merencanakan dan membuat barang jadi melalui teknik pengecoran logam.  Mengetahui cara-cara pengujian kualitas pasir cetak untuk proses pengecoran logam. Dengan melakukan praktikum ini, diharapkan peserta (praktikan) memiliki pengalaman praktek dalam proses produksi/manufaktur melalui proses pengecoran logam. II. PERATURAN PRAKTIKUM 2.1 Tata Tertib  Tidak dibenarkan memakai sandal, sepatu sandal dan sejenisnya.  Tas dan barang-barang yang digunakan selama praktikum harus disimpan ditempat yang telah disediakan.  Dilarang melakukan praktikum tanpa seijin instruktur yang bersangkutan. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 1
  • 3. Selama berada dilaboratorium dilarang merokok, makan dan minum.  Praktikum harus menjaga keamanan dan ketenangan selama berada dilaboratorium.  Diwajibkan memakai pakaian savety dalam setiap melakukan praktek. 2.2 Kehadiran  Praktikan yang tidak mengikuti satu kali praktikum dianggap gagal dan harus mengulang pada kesempatan berikutnya.  Waktu pelaksanaan praktikum diatur dengan jadwal yang telah ditentukan.  Praktikan diharuskan menyerahkan formulir kehadiran kepada instruktur pada setiap melakukan praktek. 2.3 Pemakaian Alat  Periksa kelengkapan alat sebelum melakukan praktek.  Setiap pemakaian alat harus seijin instruktur.  Kehilangan atau kerusakan alat adalah tanggung jawab satu kelompok peserta praktikum.  Setiap akhir praktikum, ruangan dan alat-alat yang digunakan harus dibersihkan.  Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus lapor pada instruktur untuk memeriksa alat-alat yang telah digunakan. 2.4 Tugas dan Laporan  Laporan praktikum diisi pada logbook yang telah disediakan.  Sebelum dan sesudah praktikum akan diadakan responsi dan ujian akhir praktikum. Adapun waktu dan tempat ditentukan kemudian. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 2
  • 4. Setiap praktikum harus mengumpulkan dan mengisi logbook praktikum secara perorangan setelah seluruh praktikum diselesaikan.  Logbook praktikum diisi dengan tulisan tangan. 2.5 Penilaian Sistematika penilaian mengikuti aturan sebagai berikut: 1. Nilai Ujian = 15 % 2. Nilai Kehadiran = 25 % 4. Nilai Laporan = 20 % 5. Nilai Presentasi = 40 % III. KESELAMATAN KERJA 3.1 Ringkasan Umum Keselamatan kerja merupakan target pertama dalam setiap proses produksi terutama proses pengecoran logam, karena dalam proses ini kita akan berhadapan dengan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi diantaranya:  Terkena percikan dari logam cair atau terak.  Terkena jilatan api atau panas dari pembakaran tungku peleburan.  Risiko terjadinya kebakaran. Bahaya potensial ini diharapkan tidak akan menjadi bahaya riil apabila semua peraturan keselamatan telah diikuti dengan seksama dan selalu bekerja menurut prosedur serta tata cara yang aman dan benar. Dengan demikian kita akan terhindar dari bahaya dan tempat kita bekerja menjadi tempat yang aman. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 3
  • 5. 3.2 Ketentuan dan Prosedur Keselamatan  Siapkanlah bahwa keadaan lingkungan kerja dan peralatannya siap untuk dipakai, dan periksa kembali peralatan sebelum bekerja.  Pakailah pakaian kerja dengan alat pelindung diri (APD) lainnya yang diperlukan.  Bekerjalah sesuai petunjuk yang ada.  Tanyakanlah pada instruktur/asistan anda, bila kurang jelas dalam bekerja.  Berhati-hatilah dalam penggunaan alat-alat perlengkapan serta posisi dalam bekerja.  Usahakan nyala api dalam kondisi yang baik.  Jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar dari api.  Usahakan muatan yang akan dilebur, dalam keadaan bersih bebas dari air oli dan bahan lainnya yang dapat menyebabkan percikan atau ledakan.  Bersihkan lantai pasir tempat proses pengecoran dari air, kotoran dan sebagainya.  Jaga jarak aman anda dengan tungku peleburan dan peralatan lain pada saat peleburan dan penuangan logam cair.  Gunakan selalu alat pelindung diri (APD): sarung tangan kulit, apron, helm, kacamata, sepatu kerja, masker, tang jepit dan lain sebagainya.  Tidak diperbolehkan memegang peralatan dan produk coran tanpa alat pelindung diri (APD) selama proses peleburan dan pengecoran sedang berjalan.  Seluruh pakaian berbahan katun minimal 90% atau lebih. Dan tidak memiliki kantong disetiap bagianya baik baju maupun celana, jika ada maka kantong itu harus tertutup.  Jaket, kaca mata, pelindung muka, helm, sarung tangan kulit atau aluminized gloves, dan sepatu harus dalam keadaan baik. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 4
  • 6. Menggunakan sepatu tipe moulder atau kick-off saat melakukan proses pengecoran.  Mengunakan masker respirator anti debu saat mengeluarkan logam cair dari tungku.  Menggunakan pelindung telinga jika ada dalam area pengecoran.  Tidak memiliki rambut terlalu panjang, atau merapihkan rambut dengan menyembunyikannya dengan helm pengaman.  Untuk praktikan yang melakukan peleburan, cek temperatur, inokulasi dan deslaging harus menggunakan kaca mata yang memiliki kaca gelap dan terang (google).  Tidak dianjurkan menggunakan jam kinetik dan barang-barang elektronik. Peralatan penaggulangan pertama seperti pemadam api (fire extinguisher) dan kotak P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan) diharuskan ada pada beberapa titik dalam satu unit casting shop atau dan diposisikan pada tempat yang aman dan mudah terjangkau. 3.3 Prosedur Penanganan Efek Lingkungan Polusi merupakan dampak negatif dari proses pengecoran, polutan yang dihasilkan dari proses ini adalah debu partikel pasir dari sisa cetakan yang ringan dan mudah terbawa angin, air dari sisa reaksi katalis binder, dan sisa reaksi yang terjadi pada slag yang diangkat. Selain memperhatikan hal diatas maka praktikan secara individual juga harus mampu membaca kode yang ada pada setiap peralatan atau label kodifikasi material berbahaya seperti kode radioaktif, mudah terbakar, korosif, iritan, racun dan kode material berbahaya lainya. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 5
  • 7. MODUL 1 PENGUJIAN PASIR CETAK Pasir cetak untuk cetakan pasir, memerlukan sifat-sifat yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga mudah dalam pembuatan cetakan dengan kekuatan yang cocok, cetakan yang dihasilkan harus kuat sehingga tidak rusak karena dipindah- pindahkan dan mampu menahan berat logam cair pada saat penuangan. Oleh karena itu kekuatan pada temperatur kamar dan kekuatan panasnya merupakan sifat yang sangat diperlukan. b. Mempunyai daya salur (permeabilitas) udara yang cocok. Untuk mengurangi cacat tuang seperti rongga penyusutan, gelembung gas atau kekasaran permukaan. Dengan adanya rongga-rongga di antara butir-butir pasir, maka udara atau gas dapat disalurkan keluar dari cetakan. c. Mempunyai distribusi besar butir yang tepat. d. Mempunyai sifat tahan panas terhadap temperatur logam cair yang dituangkan. e. Mampu dipakai lagi atau dapat dipakai berulang-ulang supaya ekonomis. f. Pasir cetak, harus mudah didapat. Tabel. Persyaratan fisik pasir cetak untuk berbagai jenis dan ukuran benda cor. Jenis dan Ukuran Ukuran Kehalusan butir Ukuran % kadar benda coran rata-rata (GFN) Permeabilitas lempung Baja: Besar & menengah 35 - 50 100 - 200 10 – 16 Kecil 50 - 70 Diatas 100 12 - 16 Besi cor: Besar 40-70 50-150 15-20 Menengah 70-100 50-80 12-18 Kecil 100-140 20-50 12-18 Paduan Tembaga: Besar 90-110 25-50 15-20 @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 6
  • 8. Menengah 100-120 20-40 12-18 Kecil Dibawah 140 15-30 12-18 Aluminium: Besar 100-120 20-40 15-20 Menengah/kecil Dibawah 140 10-25 10-20 1.1 Pengujian Kadar Air dan Lempung Pasir yang terlalu basah akan mempunyai daya salur udara yang kecil dan pasir yang terlalu kering akan kurang kekuatannya. Pemeriksaan kadar air ini dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini. Berat Awal-Berat Akhir % kadar air = -------------------------------- x 100 % Berat Awal Prosedur pengujian kadar air: 1. Siapkan pasir cetak sebanyak 50 gram. 2. Letakkan dalam alat pemanas. 3. Lanjutkan pengujian dengan memanaskan pasir dalam oven pada temperatur 100-150oC selama15 menit. 4. Dinginkan dan timbang. 5. Kadar air didapatkan dari selisih berat pasir cetak yang dinyatakan dalam persen. 6. Keringkan lagi selama 5 menit. 7. Dinginkan dan timbang lagi. 8. Ulangi lagi (pengeringan selama 5 menit), sampai berat pasir tidak berubah lagi. Daya rekat antar butir pasir, sangat bergantung pada kadar lempung dalam pasir. Untuk suatu persentase kadar lempung tertentu, diperlukan sejumlah kadar air tertentu pula sehingga akan didapatkan kekuatan pasir yang maksimum. Kekuatan tersebut juga dipengaruhi oleh bentuk dan besarnya butir-butir pasir @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 7
  • 9. Pasir yang terdapat di bumi akan bercampur dengan lmpung atau tanah liat. Dalam pengertian untuk cetakan pasir, maka pasir ini terbagi atas: 1. pasir alam 2. pasir sintetis Pasir alam adalah pasir yang mengandung kadar lempung sekitar 15- 25% dan dalam proses pengecoran pasir ini seringkali langsung digunakan tanpa penambahan lempung lagi. Pasir sintetis adalah pasir murni dengan penambahan lempung menurut kebutuhan. Penambahan tersebut biasanya sekitar 20%. Lempung yang baik, dapat dikenal dari daya serap airnya cukup dengan penambahan sekitar 8-10%. Sedangkan bentonit sudah cukup baik dengan penambahan 5%. Lempung membutuhkan air untuk mengikat butir pasir. Sehingga kadar air yang dibutuhkan untuk pasir sintetis dengan lempung, dengan sendirinya akan lebih rendah dibanding kadar air yang dibutuhkan untuk pasir alam. Lempung atau tanah liat (clay) adalah kumpulan dari pada mineral tanah liat yang mempauanyai kristal sangat kecil, umumnya berbentuk pipih (flake). Ukuran dari butir-butir tanah liat adalah sekitar 0,005 mm sampai 0,02 mm. Lempung sebagai komponen kedua dalam pasir cetak harus mempunyai sifat-sifat yang diperlukan yaitu: a. Menghasilkan daya ikat yang tinggi. b. Menjadi liat bila basah, sehingga mudah diberi bentuk. c. Menjadi keras setelah dikeringkan. Untuk itu, mineral lempung yang umum dipergunakan orang untuk bahan pengikat dalam pasir cetak ialah montmoriollit (bentonit), lempung tahan api (fireclay), halloysit dan illit. Jenis pertamalah yang sering digunakan orang. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 8
  • 10. Pemeriksaan kadar lempung ini dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini. Berat Awal-Berat Akhir % kadar lempung = ------------------------- x 100 % Berat Awal Metoda yang digunakan untuk analisa kadar lempung adalah dengan jalan pencucian, yaitu dengan menggunakan alat Continous Clay washer tipe PKA seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut ini: Prosedur pengujian kadar lempung: 1. Timbang pasir kering seberat 50 gram. 2. Masukkan ke dalam beker gelas kapasitas 800 ml. 3. Isi dengan air sebanyak 400 ml. 4. Tambahkan 10 ml dari 5% larutan Natrium pirofosfat (Na4P2O7.10H2O). 5. Didihkan selama 3-5 menit di atas pemanas (hot plate). 6. Dinginkan sampai temperatur kamar. 7. Aduk selama 5 menit. 8. Atur kecepatan air sesuai dengan temperatur air yang digunakan seperti tertera pada tabel di bawah ini: @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 9
  • 11. Water Temperature (oC) Flow (ml/min) Setting 10 89 51 12 92 53 14 96 56 16 100 60 18 104 64 20 108 68 22 113 72 24 118 76 9. Isi tabung gelas pada Continous Clay Washer dengan air setengahnya. 10.Tambahkan kristal-kristal Natrium Pirofosfat sebanyak 2 sendok makan. 11.Masukkan pasir ke dalam tabung gelas pada alat. 12.Pasang kembali tutup karet pada tabung. 13.Biarkan terus air mengalir pada tabung dengan kecepatan yang diperlukan, hingga air dalam tabung menjadi betul-betul jernih. 14.Setelah air betul-betul jernih, keluarkan pasir dan ditampung pada beker gelas. 15.Diamkan selama 10 menit. 16.Air didekantasi keluar. 17.Saring pasir melalui kertas saring yang telah diketahui beratnya. 18.Keringkan (pasir + kertas saring), hingga beratnya konstan. 19.Berat akhir pasir (gr) = (berat pasir + berat kertas saring) – (berat kertas saring). Prosedur pengujian kadar lempung dengan cara lain: 1. Siapkan pasir sisa uji kadar air. 2. Masukkan pasir kedalam gelas kimia yang berisi larutan NaOH 2% lakukan hal ini hingga pasir benar-benar bersih. 3. keringkan pasir hasil pencucian tersebut pada 100-150oC selama 60 menit. 4. Hitung selisih beratnya, nyatakan kadar lempung dalam persen. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 10
  • 12. Pengaruh kadar air dan lempung terhadap kekuatan pasir cetak. 1.2 Pemeriksaan Distribusi Ukuran Butir Pasir Suatu cara untuk menyatakan ukuran besarnya butir pasir ditunjukkan dengan GFN (Grain Fineness Number) merupakan ukuran kehalusan rata-rata butir pasir. Makin tinggi angkanya, maka pasir semakin halus dan daya salur udaranya (permeabilitas) relatif rendah. Pada umumnya pasir tidak terdiri dari butiran-butiran dengan ukuran sama. Untuk mengetahui distribusi dari butir-butir pasir yang mempunyai besar butir yang berbeda-beda, maka dilakukan analisa ayak (Sieve analysis). @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 11
  • 13. Distribusi ukuran butir pasir dapat dibagi dalam empat jenis: a. Distribusi ukuran butir sempit, artinya susunan ukuran butir hanya terdiri dari kurang lebih dua fraksi saja. b. Distribusi ukuran butir sangat sempit, 90 persen dari ukuran besar butir terdiri dari satu fraksi. c. Distribusi ukuran butir lebar, artinya susunan ukuran butir terdiri dari lebih kurang tiga fraksi. d. Distribusi ukuran butir sangat lebar, susunan ukuran butir terdiri dari lebih dari tiga fraksi. Distribusi butir sempit akan memberikan permeabilitas yang lebih tinggi, dan sebaliknya. Distribusi ukuran butir berpengaruh juga pada kekuatan cetakan. Distribusi ukuran butir lebar akan memberikan kekuatan pasir cetak yang lebih tinggi. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 12
  • 14. Prosedur pengujian kehalusan pasir cetak: 1. Siapkan pasir cetak kering yang akan diuji sebanyak 50 gram. 2. Susun ayakan pada mesin pengguncang (ro-tap) secara berurutan. 3. Masukkan kedalam alat ayak. 4. Ayak selama 15 menit, dengan memutar penyetel waktu yang terdapat pada alat. 5. Timbang butir-butir pasir yang tertinggal pada tiap-tiap fraksi. 6. Berat butir-butir pasir yang tertinggal pada tiap-tiap fraksi dikalikan dengan suatu faktor perkalian tertentu, menghasilkan suatu produk. 7. AFS Grain Fineness Number adalah jumlah dari hasil perkalian tersebut (jumlah produk) dibagi dengan jumlah berat butir-butir pasir yang tertinggal pada semua fraksi dari 50 gram pasir uji. Alat ayak pasir laboratory sifter type PSA-E. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 13
  • 15. Nomor kehalusan butir dihitung dengan rumus: ∑ (Wn . Sn) GFN = -------------- ∑ (Wn) GFN = Nomor kehalusan butir Wn = Berat pasir didapat dari tiap ayakan (gr) Sn = Faktor pengali 1.3 Pemeriksaan Daya Salur Udara (Permeabilitas) Sifat yang sangat mempengaruhi terhadap hasil benda coran adalah daya salur udara (permeabilitas) dari pasir cetak yang digunakan sebagai cetakan pasir. Pasir cetak yang telah dipadatkan harus dapat dilalui oleh gas-gas sewaktu dilakukan penuangan ke dalam cetakan. Permeabilitas ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah ukuran besar butir pasir, bentuk butir pasir, kadar air dan kadar lempung. Permeabilitas ini dihitung melalui persamaan berikut: Q.L P = ------------- p.A.t P= Permeabilitas Q= Volume udara yang lewat melalui spesimen L= Panjang spesimen (5 cm) A= Luas irisan spesimen (19,625 cm2) P= Tekanan udara (gr/cm2) t= Waktu yang diperlukan untuk melewatkan volume udara Q melalui spesimen (menit) Prosedur Pemeriksaan permeabilitas pasir cetak: 1.3.1 Persiapan Pasir - Masukkan pasir yang telah ditimbang ke dalam pengaduk (mixer) yang khusus digunakan untuk pengujian-pengujian. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 14
  • 16. - Masukkan bahan pengikat sesuai dengan jumlah yang diperlukan. - Aduk selama 5 menit. - Keluarkan Pasir dari mixer dan telah siap untuk pembuatan batang percobaan. Alat Pengaduk Pasir laboratory Mixer type PLK. 1.3.2 Pembuatan Batang Percobaan Batang percobaan ini mempunyai garis tengah 50 mm dan tinggi 50 mm. Untuk pembuatannya diperlukan sejumlah pasir yang setelah mendapat pukulan tiga kali pada alat pemadat (sand rammer), harus mencapai tinggi 50 mm dan kemudian ditimbang. Berdasarkan pengalaman maka dapat ditentukan bahwa beratnya terletak antara 145 dan 170 gram. Adapun jumlah berat yang sebenarnya harus ditentukan dengan percobaan. Setelah ditimbang pasir selanjutnya dimasukkan dalam silinder tekan, kemudian ditempatkan pada meja alat pemadat. Pemukul dari alat pemadat beserta stang dan pemberatdinaikkan dengan memutarkan keping eksentris sebelah kiri dan setelah silinder tekan yang telah diisi tadi diletakkan di bawahnya, dengan perlahan-lahan diturunkan kembali. Pemadatan pasir @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 15
  • 17. dikerjakan dengan memutar engkol yang kecil pada sebelah kanan hingga membuat alat pemadat yang lepas dapat memberi pukulan. Pukulan ini dikerjakan hingga tiga kali berturut-turut. Setelah pukulan yang ketiga maka batang percobaan yang telah dipadatkan harus sedemikian panjangnya hingga tanda garis dari batang pemadat terletak di tengah-tengah atau di antara lubang pada standar alat pemadat. Ini menandakan bahwa batang percobaan pasir telah mencapai tinggi 50 mm dengan toleransi 1 mm. Bila hal tersebut tak tercapai, maka percobaan harus diulangi lagi, bila perlu ditambah atau dikurangi dengan beberapa gram. Pada umumnya pemeriksaan pasir dikerjakan hingga tiga kali nerturut-turut untuk kemudian ditentukan hasil rata-ratanya. Alat pemadat pasir (sand rammer). @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 16
  • 18. 1.3.3 Pemeriksaan Permeabilitas - Pemeriksaan daya salur udara dilakukan terhadap batang percobaan yang berbentuk silinder, dengan menggunakan alat ”permeability meter”. - Putar tutup pada kedudukan ”A” angkat (tarik) pengapung ke atas hingga didapatkan penghisapan sejumlah udara kedalam ruangan. Putar katup pada kedudukan ”E”. - Batang percobaan setelah ditumbuk tiga kali, ditempatkan pada sumbat karet denagn kedudukan terbalik, yaitu ruang kosong yang lebih besar dari silinder terhadap pentil (orifice), sedemikian hingga sumbat karet dapat tertutup dengan rapat, dalam keadaan demikian katup harus pada kedududkan ”E”. - Putar katup pada kedududkan ”B”, ini berarti bahwa alat sedang bekerja dan pengukuran dapat dibaca. - Setelah selesai pembacaan, katup diputar lagi pada kedududkan ”E”, yang berarti alat telah berhenti dan siap untuk digunakan lagi. Permeability meter type PU-E. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 17
  • 19. 1.3 Pemeriksaan Kekuatan Tekan Basah Bila menuang logam ke dalam cetakan terutama cetakan yang besar, tekanan yang ada pertama pada dasar, kemudian pada dinding-dinding samping, bila penuangan telah selesai pada bagian atas (atap) dari cetakan, lihat Gambar berikut ini. Kekuatan pada suatu cetakan. Kekuatan pasir cetak dipengaruhi juga oleh bentuk butir pasir. Bentuk butir pasir seperti Gambar di bawah ini yang terbagi atas: Atas kiri: lancip (angular) Atas kanan: bulat (rounded) Bawah kiri: setengah bulat (sub angular) Bawah kanan: bergumpal (coumpound) Bentuk pasir menurut AFS. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 18
  • 20. Bentuk butir yang bulat (rounded) cenderung membentuk kekuatan tekan yang rendah dengan permeabilitas yang tinggi. Sedangkan bentuk yang lain, sebaliknya yaitu akan membentuk kekuatan tekan tinggi dengan permeabilitas rendah. Untuk menghindari perubahan bentuk cetakan, kekuatan cetakan tekan harus mempunyai suatu harga minimum tertentu 700 gr/cm2 (0,07 MPa). Pengujian kekuatan tekan dilakukan dengan menggunakan alat Universal Strength Machine, yang dapat dilihat pada Gambar berikut ini: Universal Strength Machine. Prosedur Pengujian Kekuatan Tekan: Batang percobaan berbentuk silinder setelah diperiksa daya salur udara dengan menggunakan suatu batang pendorong dikeluarkan dari tabung pembuat batang percobaan, kemudian ditempatkan antara kedua batang dari alat percobaan tekan hingga rata pada sisi-sisinya. Dengan perlahan-lahan pemutar diputar dan batang percobaan akan tertekan terus hingga retak/pecah. Bersamaan dengan retaknya batang percobaan ini maka jarum manometer akan turun kembali, akan tetapi tegangan tekannya tetap ditunjuk oleh jarum pengikut. Kemampuan manometer tekan rendah (kanan) hanya sampai pada penunjukkan 2000 gr/cm2 (0,2 Mpa). Pada manometer, angka- angka hasil percobaan dapat dibaca pada skala paling luar, yaitu pada @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 19
  • 21. manometer tekanan rendah dalam gram per cm2, dan angka-angka hasil pada skala tersebut masih harus dikalikan dengan 100, sedangkan pada skala manometer tekanan tinggi, angka-angka dinyatakan dalam kg/cm2. Kekuatan tekan beberapa jenis pasir cetak pada berbagai temperatur. 1.4 Pemeriksaan Kekuatan Geser Basah Sifat ini sangat penting gunanya untuk mencegah pecahnya pasir pada saat model diangkat dari cetakan, lihat Gambar di bawah ini. Kekuatan geser dan tarik dalam pasir cetak. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 20
  • 22. Seperti ditunjukkan dalam gambar tersebut, pasir cenderung untuk menempel pada bagian sudut-sudutnya. Bila rangka diangkat, kekuatan geser menjadi besar hingga memungkinkan terjadi pecahnya cetakan. kekuatan geser basah yang dianjurkan, minimum 200 gr/cm2 (0,02 MPa). Prosedur pengujian kekuatan geser: Pengujian kekuatan geser dikerjakan sama seperti pada pengujian kekuatan tekan, dengan perbedaan bahwa keping penekan untuk pengujian kekuatan geser ini harus diganti dengan keping yang dapat menggeserkan batang percobaan pada penampang membujur (untuk pengujian kekuatan tekan menggunakan keping dengan permukaan rata, sedang untuk pengujian kekuatan geser menggunakan keping dengan setengah permukaan menonjol). Pada pengujian kekuatan geser sampai dengan 1600 gr/cm2 (0,16 Mpa). Pembacaan hasil pengujian pada manometer tekanan rendah (kanan), sedang untuk penguijian kekuatan geser di atas 1600 gr/cm2 pembacaan hasil pengujian pada manometer tekanan tinggi (kiri). Seperti pada pengujian kekuatan tekan, pada pengujian kekuatan geser penunjukkan manometer masih harus dikalikan dengan 100 (manometer tekanan rendah) untuk mendapatkan besarnya tegangan tekan dalam gr/cm2. Angka pada skala manometer tekanan tinggi dinyatakan dalam kg/cm2. Pembacaan manometer pada skala yang tengah (nomor dua dari luar). Keping untuk pengujian kekuatan tekan. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 21
  • 23. Keping untuk pengujian kekuatan geser. Kiri: pengukur tekanan tinggi Kanan: pengukur tekanan rendah A: kekuatan tekan (kg/cm2) B: kekuatan geser (kg/cm2) C: kekuatan tarik (kg/cm2) D: kekuatan tekan (gr/cm2) pembacaan x100 E: kekuatan geser (gr/cm2) pembacaan x100 Manometer pada Universal Strength Machine. 1.5 Pemeriksaan Kemampuan Mengalir (Flowability) Flowability adalah sifat yang memungkinkan pasir menutupi seluruh model dengan baik, terutama pada dinding yang vertikal dan pada sudut-sudut, seperti dalam Gambar di bawah ini. Cetakan jelek yang diakibatkan oleh pasir cetak dengan flowability rendah. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 22
  • 24. Flowability sangat banyak dipengaruhi oleh kadar air dalam pasir. Biasanya flowability terletak antara 45-55%. Prosedur pengujian flowability: Batang percobaan berbentuk silinder yang memenuhi syarat, artinya setelah mendapat pukulan tiga kali berturut-turut pada sand rammer, tinggi batang percobaan tersebut 50 mm (tanda garis dari batang pemadat terletak di antara lubang pada standar alat pemadat), ditimbang untuk mengetahui beratnya. Timbang pasir (yang belum dipadatkan) seberat batang percobaan tersebut, masukkan kedalam alat penguji flowability, kemudian ditempatkan pada meja alat pemadat. Lakukan pemadatan/pukulan tiga kali berturut-turut seperti pada pembuatan batang percobaan berbentuk silinder. Setelah pukulan yang ketiga, baca penunjukkan pada skala tangkai rammer, dan padukan Diagram Flowability, seperti pada Gambar berikut ini: Diagram flowability. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 23
  • 25. Alat bantu sand rammer untuk pengujian flowability. 1.6 Pemeriksaan Kekerasan Cetakan Suatu sifat yang penting mendekati tegangan tekan dan geser adalah kekerasan cetakan. Penentuan kekerasan ini memberikan gambaran mengenai pemadatan pada permukaan dari beberapa tempat cetakan. Terutama pada pembuatan cetakan dengan tangan, maka penentuan kekerasan akan menunjukkan tempat dimana perlu diadakan pemedatan tambahan. Pada mesin cetak getaran, penentuan kekerasan akan dapat menunjukkan apakah jumlah pukulan dari meja sudah cukup atau belum. Pengujian kekerasan cetakan basah dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Green Hardness tester. Prosedur pengujian kekerasan: Sebelum alat digunakan, pen pengunci ditekan kekiri sehingga jarum penunjuk dengan bebas dapat digerak-gerakkan. Pengujian dilakukan dengan menekan bola logam yang terdapat pada bagian bawah alat pada permukaan cetakan, jarum akan bergerak sesuai dengan arah perputaran jarum jam, sampai berhenti. Bila jarum sudah berhenti pen pengunci di tekan kekanan hingga apabila alat diangkat dari permukaan cetakan, jarum akan tetap pada penunjukkan. Kemudian dilakukan pembacaan. Angka yang ditunjuk oleh jarum tersebut adalah kekerasan cetakan yang diperiksa. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 24
  • 26. Untuk pemeriksaan kekerasan permukaan cetakan di laboratorium dengan membuat cetakan dari kayu yang berukuran panjang 13 cm, lebar 13 cm dan tinggi 5 cm, seperti ditunjukkan pada Gambar berikut ini: Cetakan kayu untuk memeriksa kekerasan permukaan cetakan. Green hardness tester. 1.7 Pemeriksaan Titik Sinter Titik sinter dari pasir cetak adalah sifat yang sangat penting untuk menentukan apakah suatu jenis pasir dapat dipergunakan sebagai cetakan pasir. Bila logam mengisi rongga cetakan, maka logam cair akan menyentuh pasir dan memanaskannya. Pasir cetak ini tidak boleh meleleh atau menjadi lemah di bawah pengaruh panas itu, sebab kualitas permukaan benda cor akan sangat kasar. Makin besar ukuran butir-butir pasir, makin kurang mudah terpengaruh terhadap @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 25
  • 27. pelelehan. Oleh karena itu jelas bahwa makin tinggi temperatur penuangan, butir-butir pasir harus berukuran lebih besar. Pasir murni pada umumnya mempunyai titik leleh kurang lebih 1705oC, sedangkan pasir alam mempunyai titik leleh antara 1327- 1370oC. Pemuaian panas beberapa jenis pasir. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 26
  • 28. MODUL 2 PEMBUATAN POLA DAN CETAKAN Pengecoran adalah proses penuangan logam cair ke dalam cetakan yang memiliki rongga sesuai dengan bentuk yang direncanakan, kemudian dibiarkan mendingin dan membeku didalam cetakan sehingga dihasilkan suatu produk coran. Dalam proses ini, beberapa hal yang harus dilakukan untuk membuat produk coran adalah pencairan logam, pembuatan cetakan dan inti, penuangan logam cair, pembongkaran, pembersihan coran dan pengerjaan akhir. Pemilihan cetakan pasir yang akan digunakan pada proses pengecoran logam dipengaruhi oleh beberapa faktor teknis dan pertimbangan ekonomisnya. Ada beberapa jenis cetakan pasir yang biasa dipergunakan, yaitu antara lain: a. Cetakan pasir basah b. Cetakan pasir kering c. Cetakan pasir CO2 proses d. Cetakan pasir kulit e. Cetakan pasir yang mengeras sendiri lainnya Proses pengecoran dengan cetakan pasir dilakukan dengan menggunakan gaya gravitasi secara natural agar logam cair dapat mengisi rongga cetakan dengan baik, oleh karena itu desain sistim saluran (gating system) akan sangat menentukan kualitas produk cor. Setiap tahapan yang dilakukan harus menyesuaikan dengan diagram alir proses pengecoran yang merupakan urutan dari tahapan proses pengecoran untuk menghasilkan produk cor yang baik dengan produktivitas yang tinggi. Berikut ini adalah contoh diagram alir proses pengecoran cetakan pasir yang sering dilakukan di industri pengecoran pada umumnya. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 27
  • 29. Diagram alir proses pengecoran dengan cetakan pasir. 2.1 Pola Pola atau pattern adalah suatu model yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama dengan bentuk produknya kecuali pada bidang- bidang tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti bidang pisah (parting line), bentuk rongga (cavity), dan proses pemesinannya. yang menyebabkan kesulitan untuk dibentuk langsung pada pola. Faktor-faktor tersebut selanjutnya akan diantisipasi dengan perhitungan penyusutan logam dan toleransi pemesinannya. Untuk itu ada beberapa faktor diatas yang harus diperhatikan pada saat perencanaan pola yaitu. 2.2.1 Bidang pisah (Parting line) Fungsi dari bidang pisah ini adalah memisahkan atau membuat partisi dari bagian pola bagian atas (cope) dan dengan pola bagian @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 28
  • 30. bawah (drag). Untuk itu bagian pola atas dan bawah harus memiliki acuan agar tidak mengalami kesalahan dimensi. 2.2.2 Penyusutan Pola Pada setiap pola yang akan harus diketahui dahulu material apa yang akan digunakan untuk pembuatan produk. Ukuran pola harus ditambahkan dengan ukuran penyusutannya, setiap logam memiliki nilai penyusutan berbeda, antara lain besi cor memiliki nilai penyusutan (shringkage) sebesar 1%, aluminium 1.5 % dan baja 2%. 2.2.3 Kemiringan Pola Setiap pola yang akan dibuat harus memiliki kemiringan tertentu yaitu dengan tujuan agar pada waktu pencabutan model dari cetakannya, pola tersebut tidak mengalami kerusakan dan memudahkan pada saat proses pencabutan pola dari cetakannya. Kemiringan setiap pola tergantung pada tinggi rendahnya ukuran pola tersebut jika ukuran dari suatu pola tinggi maka kemiringannya kecil, sedangkan jika ukuran dari suatu pola rendah maka kemiringannya besar. Pada aplikasinya dilapangan ternyata kemiringan yang dibuat tersebut adalah ±1o dan juga dipengaruhi oleh faktor kesulitan suatu dari pola. 2.2.4 Bahan dan Jenis Pola Bahan-bahan yang dipakai untuk pola yaitu kayu, resin, atau logam. Dalam proses pengecoran tertentu atau khusus digunakan pola plaster atau lilin. A. Pola Kayu Kelebihan bahan pola dari kayu yaitu:  Digunakan untuk pola yang bentuk dan ukurannya rumit.  Mudah didapat.  Mudah dikerjakan (proses pengerjaannya mudah)  Harganya murah. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 29
  • 31. Kekurangan bahan pola dari kayu yaitu:  Tidak bisa mengerjakan produksi massal.  Sering terjadi penyusutan. B. Pola Logam Kelebihan bahan pola dari logam yaitu:  Bisa digunakan untuk produksi massal  Mudah didapat. Kekurangan dari bahan pola logam yaitu:  Tingkat kesulitan perjakan  Tidak bisa mengerjakan pola yang rumit bentuk maupun ukurannya. C. Resin sintetis Kelebihan bahan pola dari resin sintetis yaitu:  Dapat digunakan untuk bentuk dan ukuran yang rumit  Biasanya untuk produksi massal Kekurangan bahan pola dari resin sintetis yaitu:  Harganya relatif mahal dan sulit didapat 2.2.5 Peralatan Pembuatan Pola Proses manufaktur pola kayu memerlukan alat-alat kerja kayu (carpenter) yang cukup modern, seperti gergaji mesin, alat penghalus permukaan, bor kayu, dan alat-alat pahat. Proses pembuatanya sendiri cukup rumit karena alat ukur yang digunakan memiliki panjang yang berbeda dengan ukuran normal akibat adanya nilai penyusutan logam, untuk itu sangat diprlukan ketelitian pada saat pembuatanya. Pola yang terbuat dari logam diproses dengan menggunakan mesin-mesin yang cukup canggih seperti dengan menggunakan mesin CNC (computerize numerical control), Wire cut, dan mesin konvensional seperti bangku bubut, freis, bor, dan gerinda. Tujuan utama pembuatan cetakan pasir dengan bantuan pola, adalah sebagai berikut: @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 30
  • 32. Untuk mendapatkan produk coran dengan kualitas geometri yang baik, seperti bentuk, dimensi dan posisi.  Mempertinggi efisiensi dan produktivitas proses pengecoran massal. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam perancangan pola adalah sebagai berikut:  Menetapkan parting line sebagai pemisah antara cope dan drag.  Menentukan tambahan dimensi akibat penyusutan logam dan akibat goyangan pada saat pola dilepas dari rongga cetakan.  Menentukan kemiringan pola agar mudah dilepaskan dari rongga cetak.  Menentukan tambahan dimensi untuk kompensasi dari adanya proses pemesinan. 2.3 Sistim Saluran Saluran tuang dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu bagian untuk mengalirnya logam cair mengisi rongga cetakan. Bagian-bagiannya meliputi cawan tuang (pouring basin), saluran turun (sprue), saluran pengalir (runner), dan saluran masuk (ingate). Sistem saluran yang ideal harus memenuhi kriteria seperti; mengurangi cacat, menghindari penyusutan dan dapat mengurangi biaya produksi, berikut adalah uraian dari karakteristik sistim saluran yaitu: a. Dapat mengurangi terjadinya turbulensi aliran logam cair kedalam rongga cetakan. Turbulensi akan menyebabkan terjebaknya gas- gas/udara atau kotoran (slag) didalam logam cair yang dapat menghasilkan cacat coran. b. Mengurangi masuknya gas-gas kedalam logam cair. c. Mengurangi kecepatan logam cair yang mengalir kedalam cetakan, sehingga tidak terjadi erosi pada cetakan. d. Mempercepat pengisian logam cair kedalam rongga cetak untuk menghindari pembekuan dini. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 31
  • 33. e. Mengakomodir pembekuan terarah (directional solidification) pada produk coran. f. Gradien temperatur yang terjadi saat masuknya logam cair kedalam cetakan harus sama baiknya dengan gradien temperatur pada permukaan cetakan sehingga pembekuan dapat diarahkan menuju riser. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 32
  • 34. Berikut ini ditunjukkan jenis-jenis dari sistim saluran: Sistim saluran terdiri atas:  Saluran masuk (gate).  Saluran pengalir (runner).  Saluran turun (sprue). Penentuan coran dalam sistem saluran: • Tempatkan dimensi coran yang besar pada bagian bawah. • Minimalkan tinggi dari coran. • Tempatkan daerah terbuka dibagian bawah. • Tempatkan coran sedemikian rupa hingga riser berada pada tempat tertinggi dari coran untuk bagian yang besar. Jika akan dibuat terpisah (cope and drag): @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 33
  • 35. Umumnya runner, gate dan sprue ditempatkan pada drag. • Tempatkan bidang pisah (parting plane) relatif serendah mungkin terhadap coran. • Tempatkan bidang pisah pada bagian dimana coran mempunyai luas permukaan terbesar. 2.3.1 Sprue Sprue atau saluran tuang adalah suatu saluran vertikal tempat penuangan atau pouring logam cair yang berada pada daerah diatas parting line yang akan meneruskan logam cair kedalam gate, riser dan produk cor. Secara umum bentuk saluran masuk ada beberapa tipe diantaranya adalah sprue seperti terompet dan pouring basin (bush) yang berbentuk seperti kotak makanan. Saluran masuk logam cair sprue dan basin. Posisi dan tinggi sprue sangat menentukan kecepatan alir dari logam cair yang akan mengisi rongga cetakan. Oleh karena itu untuk perhitungan tinggi sprue efektif (ESH, effective sprue height) kita dapat menghitungnya dengan persamaan. P2 ESH  H  2C H= Tinggi sprue. (Cm) C= Tinggi coran. (Cm) P= Tinggi coran dari cope hingga bagian teratasnya. (Cm) @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 34
  • 36. Disain sprue/downsprue merupakan bagian yang penting saat logam cair dituangkan. Disain sprue harus menghindarkan terjadinya turbulensi logam cair. Aliran logam yang turbulen akan menyebabkan meningkatkan daerah yang terkena udara sehingga sehingga oksidasi mudah terjadi. Oksida yang terbentuk akan naik ke permukaan logam cair sehingga menyebabkan coran menjadi kasar permukaannya atau oksida akan terjebak didalam coran dan menyebabkan cacat. • Ukuran sprue harus dapat membatasi laju aliran logam cair (jika sprue besar, laju aliran akan tinggi akibatnya terbentuk dross, dengan blind-ends pada runner akan menjebak dross yang tidak diinginkan.) • Ukuran sprue yang dibuat menjadikan laju aliran tetap. • Bentuk sprue persegi panjang lebih baik dibandingkan dengan bentuk bulat untuk luas permukaan yang sama (menghindarkan kecenderungan aliran berputar (vortex formation)). Umumnya bentuk sprue mengecil kebawah dengan kemiringan 2-7o. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 35
  • 37. Contoh-contoh sprue: • Ukuran standar sprue menurut Swift, Jackson dan Eastwood 0,5÷1,5 in2 (1,27÷3,81 cm2) untuk bentuk persegi panjang ataupun bulat. Sprue bulat dengan ketinggian yang rendah tidak akan menyebabkan vortex problem, mudah dibuat dan ekonomis untuk bentuk coran kecil . • Ketinggian sprue ditentukan oleh tinggi coran dan riser. • Sprue ditempatkan sejauh mungkin dari saluran masuk (ingates). • Sprue ditempatkan dibagian tengah pengalir (runner). • Ukuran sprue 1,27x0,48 cm untuk coran kecil dan 2,54x16 cm untuk coran tipis yang besar. • Sprue dibuat bentuk meruncing (tapered). • Metoda lain untuk membersihkan logam cair sebelum memasuki gate dan runner, adalah dengan menggunakan secondary sprue: @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 36
  • 38. Pertimbangan untuk menentukan lokasi sprue, yaitu:  Kemudahan untuk proses pouring.  Distribusi logam cair dapat merata kedalam cetakan.  Panjang runner dari sprue. 2.3.2 Runners • Menggunakan standar dan ukuran yang umum dipakai. • Bentuk persegi panjang, baik digunakan untuk cetakan pasir. • Membuat perpanjangan runner (blind-ends) untuk menjebak dross yang terbentuk. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 37
  • 39. Ukuran luas runner 3 kali luas ujung keluar sprue/down sprue/choke. • Ukuran runner biasanya dibuat berdasarkan perbandingan sprue : runner : gate. (misalnya, 1:3:2), contoh kasus: Choked runner: W (Width) = (3 ~ 4) T (Thickness) l (length) = 1.5 T or 37 ~ 50 mm Total area of gate: A = (Sectional area of choked runner) X 2 t = Thickness of gate w = Width of gate = (4 ~ 6) t Perangkap dross/pengotor pada runner: 2.3.3 Gate Adalah saluran yang mendistribusikan langsung logam cair kedalam rongga produk cor. Ingate harus mudah dipotong untuk proses pelepasan produk @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 38
  • 40. cor dari bagian sistem salurannya biasa disebut fettling, oleh karena itu dalam pembuatan ingate kita harus memperhatikan ukuran coran, ketebalanya, kondisi cetakan dan ukuran dan bentuk ingatenya itu sendiri. Contoh bentuk geometri desain ingate. Keterangan: a. circular / lingkaran e. tipe-U b. hexagonal f. persegi c. segitiga g. tipe-W d. semi-circular Pertimbangan-pertimbangan dalam perencanaan gate: • Gate dipasang pada bagian yang tebal. • Gunakan ukuran standar dan bentuk yang umum digunakan (biasanya berbentuk persegi panjang). • Tempatkan gate dengan meminimalkan terjadinya pengadukan atau erosi pada pasir cetak oleh aliran logam cair. • Tidak menempatkan gate pada posisi perangkap dross. • Jarak yang pendek antara gate dan coran. • Jumlah gate yang banyak, diperbolehkan untuk temperatur pouring yang rendah. A. Hubungan antara gate dan runner: @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 39
  • 41. Untuk menghasilkan aliran logam cair agar seragam memasuki semua gate, maka: 1. Momentum harus diturunkan secara bertahap dengan penurunan dimensi runner. 2. Tekanan harus ditingkatkan secara bertahap dengan meningkatkan gesekan melawan aliran didalam gate. B. Hubungan proporsi luas penampang sprue, runner dan gate terhadap distribusi aliran cair logam adalah sebagai berikut: 1. Ketika total luas penampang dari gate lebih kecil dari runner, logam cair akan mengsi runner dengan cepat dan memiliki kecenderungan untuk mengalir ke dalam cetakan melewati setiap gate. 2. Ketika luas penampang total dari gate lebih besar dari runner, logam cair akan sulit memasuki sprue dan runner, dan ini juga tidak mudah untuk memindahkan pengotor didalam sprue dan runner. Aliran dari logam cair yang melewati gate menjadi tidak seragam. 3. Untuk kasus bottom gate, walaupun luas total penampang gate lebih besar daripada runner, aliran menjadi relatif cepat dan seragam akibat tekanan sebagai gesekan melawan aliran. 4. Didalam kasus top gate, ketika total luas penampang gate lebih besar daripada runner, aliran melalui gate menjadi tidak seragam. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 40
  • 42. D. Penentuan Lokasi Gate, prinsipnya gate harus ditempatkan pada bagian yang tebal, sehingga cairan logam dapat langsung masuk kedalam cetakan dengan cepat tanpa tahanan, dan proses finishing menjadi lebih mudah. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 41
  • 43. E. Posisi gate pada runner, sebaiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Meletakkan gate pada lokasi yang jauh dari sprue dan runner extension. b. Meletakkan gate pada arah yang berlawanan dengan aliran logam cair. c. Ketika gate dipasang pada arah yang sama dengan aliran logam, maka akan memudahkan kotoran ikut masuk. F. Ruang antara gate, runner dan cetakan yang sempit menyebabkan cetakan mudah rusak dan ikut mengalir dengan logam cair. Tetapi bila ruang terlalu besar, gate menjadi lebih panjang, akibatnya porositas mudah terjadi pada gate. G. Ketinggian gate dan runner, yang penting runner harus mendistribusikan logam cair kebagian cetakan, dan pada saat yang sama, dapat memindahkan pengotor di dalam logam cair. Jadi ketinggian runner harus lebih tinggi dari gate. Untuk memberi tekanan logam cair pada gate, umumnya ketinggian runner 4 kali lebih tinggi dari gate. Tetapi untuk segi ekonomis, tinggi runner biasanya 2 kali tinggi gate. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 42
  • 44. 2.4 Gating Ratio Didefinisikan sebagai perbandingan antara luas penampang melintang sprue : total luas penampang runner : total luas penampang gate. Umumnya untuk besi cor dan baja, rasio ini menurun, menurut banyak peneliti, gating ratio yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:  Quick pouring =1:2:4  Ordinary pouring = 1 :0,9 : 0,8  Slow pouring = 1 : 0,7 : 0,5 Perbedaan rasio untuk top gating dan bottom gating yaitu:  Top gating = 1 :0,9 : 0,8  Bottom gating = 1 :1,1 : 1,2 2.5 Saluran Penambah (Riser) Riser didisain dekat ke bagian yang tebal dan berfungsi sebagai umpan logam cair selama pembekuan. Riser mempunyai ukuran dan konstruksi agar dapat membeku paling akhir. Pertimbangan terhadap Riser adalah sebagai berikut: • Tempatkan riser dekat bagian yang tebal. • Penggunaan side riser umumnya ditempatkan diatas ingate, digunakan untuk coran dengan dinding tipis. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 43
  • 45. Riser diukur berdasarkan volume logam cair. • Riser dibuat cukup besar agar dapat mengisi bagian yang menyusut dan terakhir membeku. • Riser mempunyai perbandingan yang besar antara volume:luas dari corannya sendiri sehingga coran akan membeku terlebih dahulu dibandingkan riser. Ketinggian riser tergantung dari jenis riser yang digunakan. Untuk top riser = 1,5 kali diameter riser Side riser = 0,75 – 2 kali diameter riser Hubungan antara diameter dan tinggi riser : @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 44
  • 46. Untuk memudahkan pembuangan riser, biasanya dibuat riser neck. Riser akan efektif jika riser neck dibuat lebih pendek. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 45
  • 47. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 46
  • 48. Sebagai contoh perhitungan gating system, diberikan pada tabel excel dibawah ini: Perancangan dimensi sistim saluran produk gear diatas dimulai berdasarkan contoh perhitungan sebagai berikut: @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 47
  • 49. No NOTASI & RUMUS INPUT OUTPUT 1 Casting product weight, Wo (Kg) 100 2 Density, ρ (Kg/cm^3) 0,0078 3 Yield ratio, y (%)=(Wo/W)x100 63,418 4 Pouring weight, W (Kg)=Wox100/y 157,68 5 Pouring time, tp (sec)=C√W=0.8√W 10,05 Konstanta, C=0,5-0,8 (quick & medium pouring) C=2 (slow pouring) 6 Pouring Volume, Qp (cm^3)=W/r 20138,21 7 Flowing volume, qi (cm^3/sec)=(Qp/tp) / n 2004,65 8 Sprue height, Ht (cm) 40 9 Casting height, c (cm) 7 10 Parting Line height, p (cm) 3,5 11 Effective pouring height, He (cm): A. He=Ht-(P^2/2c), produk terbagi 2 oleh part line 39,13 B. He=Ht, produk semuanya dibawah part line 40,00 C. He=Ht-P/2, produk semuanya diatas part line 38,25 12 Jenis Gating Sistim: (A : B : C) A 13 Velocity at gate, Vg (cm/sec)=Z√2g He 98,08 Z=Flow coeffisient=0,35-0,8 g=Konstanta gravitasi=9,8 m/sec^2 14 Total area of gate section, Sg (cm^2)=W/(r.tp.Vg) 20,44 15 Number of gate, n 1 16 Area of gate section, Ag (cm2)=Sg/n 20,44 17 Gatting ratio: Sprue Runner Gate A. 1:2:4 = quick (cepat) 5,11 10,22 20,44 B. 1:0,9:0,8 = ordinary (sedang) 25,55 22,99 20,44 C. 1:0,7:0,5 = slow (lambat) 40,88 28,62 20,44 D. Lainnya= 1 : 1,2 : 1,2 17,03 20,44 20,44 18 Jenis Gating Ratio: (A : B : C : D) C 19 Area of sprue section, As (cm^2) - diameter bawah: 7,22 diameter atas: 11,408 tinggi: 40,00 Area of runner section, Ar (cm^2) 4,95 20 lebar atas: lebar bawah: 5,75 tinggi: 5,35 panjang: 33,96 Jarak ke Ingate pertama: 16,98 21 Area of gate section, Ag (cm2) lebar atas: 14,88 Lebar bawah: 15,68 tinggi: 1,34 panjang: 10,22 22 Velocity at spue, Vs (cm/sec)=qi/As 49,04 23 Velocity at runner, Vr (cm/sec)=qi/Ar 70,06 24 Velocity at gate, Vg (cm/sec)=qi/Ag 98,08 25 Reynold number, Re = (10^5 . Wp) / (tp . 10 P) Sprue Runner Gate P=perimeter (cm) 6927,21 7620,67 4838,30 Re<2300 : aliran laminary Semi Semi Semi 2300<Re<13800 : aliran non turbulent Turbulen Turbulen Turbulen Re>13800 : aliran turbulent @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 48
  • 50. 2.6 Cetakan dan Inti Cetakan dan Inti pada pengecoran logam merupakan salah satu komponen penting untuk menghasilkan suatu produk logam melalui proses pengecoran. Cetakan adalah suatu alat pada proses pengecoran yang terbuat dari suatu material tahan temperatur tinggi (refractory) dan memiliki suatu rongga dengan bentuk geometri tertentu untuk di cor dan menghasilkan suatu produk cor yang sesuai dengan bentuk geometri rogga tersebut. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 49
  • 51. Pada dasarnya suatu cetakan dapat menggunakan berbagai macam bahan yang memiliki kemampuan untuk menampung cairan logam yang panas dengan tidak mengalami suatu perubahan fisik dan kimia hingga dapat mempengaruhi hasil pengecoran logam tersebut. Material yang saat ini masih banyak digunakan untuk cetakan pengecoran logam antara lain logam dan pasir. Pasir hingga saat ini masih mendominasi sebagai material cetakan karena pasir memiliki beberapa keuntungan antara lain mudah di dapat dan cukup murah. Inti adalah suatu model skala penuh untuk membentuk permukan bagian dalam dari suatu produk cor yang tidak mampu dibentuk oleh rongga dari cetakan. Suatu inti dalam pengecoran logam sangat diperlukan karena dengan inti suatu proses pengecoran dapat lebih efektif, inti dapat meningkatkan yield ratio dari suatu proses pengecoran dan dapat mempermudah proses lanjut dari suatu produk pengecoran. Untuk membuat suatu cetakan pasir maka akan dibutuhkan bahan lain yang akan di mixing dengan pasir agar sifat-sifat yang diinginkan seperti mampu bentuk, mampu tekan, mampu retak, refractoriness, permeabilitas dan sifat yang diinginkan lainnya dapat dicapai. Beberapa bahan lain yang ditambahkan kedalam pasir cetak antara lain: A. Bentonit, adalah suatu bahan pengikat atau binder yang dicampurkan kedalam pasir cetak dengan tujuan meningkatkan mampu bentuk dari pasir cetak. B. Coal dust, adalah suatu bahan tambahan pada pasir cetak yang bertujuan agar pasir lebih terbuka ketika logam cair dituangkan hingga permeabilitas pasir tetap baik dan juga berfungsi untuk membentuk film gas CO2 agar antara pasir dan logam cair terpisah dan melindungi butir pasir supaya tidak terjadi overheat dan fusi terhadap permukaan logam. C. Air dan Gula tetes, adalah bahan tambahan untuk membantu meningkatkan mampu tekan dan kekuatan dari pasir cetak. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 50
  • 52. D. Bahan tambahan lain untuk pasir cetak seperti: Dextrine, diethyl glicol, soda ash, tepung maizena, tepung tapioka dan bahan tambahan lainya. Bahan tambahan yang ditambahkan tersebut akan di-mixing di dalam mixer pasir selama beberapa menit agar seluruh campurannya merata dan siap untuk di bentuk cetakan. Komposisi campuran pasir cetak akan berbeda tergantung dari logam yang akan dicor dan posisi pasir dalam cetakan yaitu pasir muka dan pasir pengisi. Beberapa bahan tambahan juga berfungsi untuk preparasi pasir cetak setelah digunakan berulang-ulang, preparasi yang dilakukan antara lain sand tempering dan sand condition. Komposisi untuk pembuatan cetakan pasir. No. Komposisi pasir muka Jumlah (%) 1. Pasir Baru 20 2. Pasir Bekas 80 3. Bentonit 2 4. Coaldust/Karbon 0,1 5. Gula Tetes 0,2 6. Air 1,2 7. Waktu Mixing 15-25 Menit No. Komposisi pasir isi Jumlah 1. Pasir Bekas 100 2. Bentonit 1 3. Air 1,2 4. Waktu Mixing 10-15 Menit Komposisi lain dari cetakan green sand atau cetakan pasir basah yang terdiri atas:  Campuran pasir silika (air: 3-4% dan pasir bekas: balance)  Bentonit (8-10%)  Air (3-4%)  Gula tetes (0,5-1%) Jika ada penggunaan inti, maka dapat dibuat dengan cara CO2-Proses dengan komposisi bahan cetakan yang dipakai adalah sebagai berikut:  Pasir silika (pasir baru: balance) @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 51
  • 53. Air Kaca (Water Glass) (4-6%)  Gula tetes (1/2-1%) Komposisi pasir untuk inti dapat menggunakan pasir cetak furan yaitu:  Pasir silika baru 4-11%  Pasir silica bekas 89-96%  Binder 1-1,5% dari total pasir  Catalist 30-50% dari binder Bahan-bahan tersebut masuk mesin continuos mixer furan dimana binder (furfuryl alcohol) sebagai pengikat dan catalyst (Sulfuric Acid, H2SO4) sebagai pengeras. Setelah tercampur maka pasir dikeluarkan dari mesin. 2.7 Prosedur Percobaan: 1. Rencanakan pola yang akan dipergunakan. 2. Pembuatan pola. 3. Rencanakan sistim saluran yang akan dibuat. 4. Persiapkan bahan atau peralatan bantu. 5. Pembuatan Cetakan Pasir. 5.1 Memadatkan pasir Pasir cetak yang kekerasannya didapatkan dari pemadatan adalah pasir cetak dengan pengikat lempung (bentonit). Proses pemadatan akan mengurangi volume pasir sebesar 20-30% dari sebelum dipadatkan, maka rongga antara butiran pasir akan hilang, dan butiran pasir akan terikat satu sama lain dengan baik. Pemadatan dengan alat pemadat haruslah rata dan menyeluruh, selain itu pertimbangan lainnya adalah:  Pasir cetak harus mampu menahan tekanan pengecoran, dan ukurannya tidak boleh berubah. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 52
  • 54.  Pasir cetak harus tetap dapat dilewati udara hingga gas-gas dapat lebih mudah keluar. Penusukan lubang gas dapat dilakukan sebagai lubang tambahan (ventilasi). Untuk dapat mencapai kepadatan yang baik alat-alat tangan yang dipergunakan adalah: - Penumbuk runcing. Memiliki permukaan tumbuk yang runcing untuk menghasilkan tumbukan yang keras. Disamping itu dapat pula digunakan untuk menumbuk pasir cetak pada daerah sudut dan celah. - Penumbuk datar Memiliki permukaan tumbuk yang lebar. Kekuatan tumbuk lebih kecil dan digunakan untuk penumbukkan akhir hingga hasil tumbukkan rata. - Penumbuk bertekanan udara. Digunakan untuk mengerjakan benda besar. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 53
  • 55. 5.2 Pemolesan Pasir Cetak Pemolesan sebagai salah satu teknik pembuatan cetakan, hanya dilakukan pada pengerjaan cetakan dengan pasir berpengikat lempung (bentonit). Pemolesan dilakukan pada pasir disekeliling pola, dimana pasir ditekan sekitar 1 mm kedalam. Dengan demikian pola dapat dikeluarkan tanpa merusak tepi-tepi cetakan. Proses pemolesan ini juga dapat memperbaiki tepi-tepi yang rusak, pemolesan dilakukan dengan cara memoleskan pasir pada permukaannya. Daya lekat pasir cetak berpengikat lempung dapat dinaikkan hanya dengan membasahi sedikit pasir yang akan dilekatkan. Alat-alat pemoles yang umum digunakan adalah: - Lanset Berupa sebuah daun pada satu sisi dan sendok pada sisi yang lainnya, digunakan untuk memoles permukaan kecil dan untuk membuat saluran-saluran penuangan. - Sendok semen Digunakan untuk memoles permukaan yang lebar dan untuk membuat saluran- saluran besar juga daerah cawan tuang. - Kait pasir Dengan pengaitnya, rontokan pasir dapat diangkat sekaligus memoles bagian-bagian cetakan yang dalam. Dengan pisaunya, @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 54
  • 56. pemolesan bagian-bagian yang tegak dapat dilakukan, juga untuk memperbesar saluran turun. - Kaki besi Untuk memoles bentuk-bentuk dan posisi yang sulit pada rongga cetakan yang dalam. - Sendok poles Digunakan untuk memoles serta memperbaiki permukaan cetakan. - Kancing pemoles Untuk membuat ataupun memperbaiki radius ataupun sudut-sudut cetakan. - Batang pemoles bulat Terdiri dari sebuah batang dengan kaki-kaki pemoles oval, berfungsi seperti kaki besi. - Batang pemoles datar Untuk memoles permukaan yang terdapat jauh didalam rongga cetakan, dan permukaan yang tidak rata. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 55
  • 57. 5.3 Urutan Pembuatan Cetakan 5.3.1 Rangka cetak untuk cetakan bawah diletakkan diatas landasan. Pola bagian bawah diletakkan. 5.3.2 Bahan pemisah cair (bahan dasar lilin ataupun minyak tanah) atau serbuk (graphit, debu, arang) disemprotkan atau ditaburkan. 5.3.3 Pengayakan pasir muka diatas pola setebal 2 cm dan ditekan dengan tangan untuk menghasilkan permukaan tuangan yang halus. 5.3.4 Pengisian dengan pasir pengisi dan dipadatkan setiap tebal pasir sekitar15 cm. 5.3.5 Perataan pasir dan untuk hal-hal khusus ditusukkan batang besi sebagai lubang pembuangan gas. 5.3.6 Cetakan bawah dibalik 5.3.7 Pemolesan 5.3.8 Rangka cetakan atas dipasangkan @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 56
  • 58. 5.3.9 Pola bagian atas dipasangkan juga saluran turun dan penambah, bahan pemisah disemprotkan /ditaburkan. 5.3.10 Pengayakan pasir muka, ditekan dengan tangan. 5.3.11 Pengisian dengan pasir pengisi dipadatkan lapis demi lapis. 5.3.12 Perataan pasir, penusukan lubang gas. 5.3.13 Saluran turun dan penambah dicabut keatas cetakan atas diangkat lalu dibalik. 5.3.14 Pembasahan pasir pada sekitar sisi pola cetakan atas, pola dipukul-pukul hingga longgar terhadap cetakannya. Pola bagian atas diangkat. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 57
  • 59. 5.3.15 Saluran turun dan penambah diperbesar/diperbaiki. 5.3.16 Saluran terak dan saluran masuk dibuat (bila tidak dicetakan atas, di cetakan bawah). 5.3.17 Pembasahan pasir pada sekitar sisi pola cetakan bawah, pemuklan pola hingga longgar. Pola bagian bawah diangkat. 5.3.18 Perbaikan permukaan cetakan. 5.3.19 Penaburan grafit pada rongga cetakan. Cetakan yang lebih besar dilakukan pelapisan (pelapis dengan pencair air maupun alcohol). 5.3.20 Peletakkan inti pada cetakan bawah saluran pembuangan gas dari dudukan inti kearah rangka cetak digores. 5.3.21 Perakitan cetakan 5.3.22 Pembebanan ataupun pengekleman. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 58
  • 60. 6. Pembuatan Cetakan Pasir Furan Pada penggunaan pasir cetak mengeras sendiri (misal: pasir cetak berpengikat resin phenol ataupun resin furan), pengerjaan pemadatan dan pemolesan tidak diperlukan lagi. Terutama pada pembuatan cetakan penuh dengan pola polisterin, proses pengerjaan semakin sederhana.  Pola diletakkan dalam rangka cetak yang telah diberi landasan pasir cetak atau pada lubang galian.  Saluran tuang dan penambah dipasangkan.  Pasir cetak ditimbunkan hingga hanya menyisakan permukaan atas cawan tuang saja. Penusukkan lubang-lubang pembuangan gas (bila perlu).  Cetakan selesai dan tunggu hingga pasir mengeras. 2.8 Pencatatan Data: 1. Catat setiap tahap atau urutan kerja yang dilakukan. 2. Hitung volume pola benda coran lengkap dengan sistim salurannya. 3. Catat berapa penyusutan dari ukuran pola. 4. Catat berapa volume dan berat pasir cetak untuk cetakan- cetakan pasir yang dipakai. 5. Gambarkan sistim saluran cetakan pada sebuah rangka cetak (jangan lupa menentukan cup, drag dan garis pisahnya). @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 59
  • 61. MODUL 3 TUNGKU PELEBURAN & PERHITUNGAN MUATAN I. TUJUAN PRAKTIKUM  Mengetahui cara kerja tungku peleburan untuk logam-logam ferro dan non-ferro.  Dapat menentukan dan merencanakan muatan (material charging). II. TEORI DASAR 2.1 Klasifikasi Tungku Dalam suatu industri pengecoran, tungku peleburan merupakan suatu komponen penting karena dapat menentukan tahapan proses produksi selanjutnya. Disamping itu penanganan terhadap logam juga merupakan hal yang cukup penting dalam suatu proses produksi. Logam cair dalam keadaan ideal, kualitas hasil proses pengecorannya akan sangat tergantung pada teknik pencetakkan dan perlakuan terhadap logam cair tersebut serta tergantung pula pada jenis tungku yang dipergunakan, selain itu tungku tersebut juga akan mempengaruhi kecepatan dan kapasitas peleburan. Penggunaan jenis tungku dengan gangguan pada permukaan logam cair seminimum mungkin, akan sangat disukai, oleh karena itu jenis tungku dengan terjadinya kontak langsung hasil pembakaran dan logam cairnya harus dihindari. Disamping itu, jenis tungku yang dilengkapi dengan sistim kontrol temperatur juga penting, karena dengan semakin tingginya temperatur logam cair, maka kelarutan gas dan reaksi oksidasi akan semakin besar yang akan berpengaruh terhadap terbentuknya cacat-cacat coran. Tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk mencairkan logam pada proses pengecoran atau untuk memanaskan bahan dalam proses perlakuan panas. Karena gas buang dari bahan bakar berkontak langsung dengan bahan baku, maka jenis bahan bakar yang dipilih menjadi penting. Sebagai contoh, beberapa bahan tidak akan mentolelir sulfur dalam bahan bakar. Bahan bakar @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 60
  • 62. padat akan menghasilkan bahan partikulat yang akan mengganggu bahan baku yang ditempatkan didalam tungku. Untuk alasan ini, maka:  Hampir seluruh tungku menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar gas atau listrik sebagai masukan energinya.  Tungku induksi dan busur (arc) menggunakan listrik untuk melelehkan baja dan besi tuang.  Tungku pelelehan untuk bahan baku bukan besi menggunakan bahan bakar minyak.  Tungku yang dibakar dengan minyak bakar hampir seluruhnya menggunakan minyak tungku, terutama untuk pemanasan kembali dan perlakuan panas bahan.  Minyak diesel ringan (LDO) digunakan dalam tungku bila tidak dikehendaki adanya sulfur. Idealnya tungku harus memanaskan bah an sebanyak mungkin sampai mencapai suhu yang seragam dengan bahan bakar dan tenaga kerja sesedikit mungkin. Kunci dari operasi tungku yang efisien terletak pada pembakaran bahan bakar yang sempurna dengan udara berlebih yang minimum. Tungku beroperasi dengan efisiensi yang relatif rendah (dibawah 70 %) dibandingkan dengan peralatan pembakaran lainnya seperti boiler (dengan efisiensi lebih dari 90 %). Hal ini disebabkan oleh suhu operasi yang tinggi didalam tungku. Sebagai contoh, sebuah tungku yang memanaskan bahan sampai suhu 1200 oC akan mengemisikan gas buang pada suhu 1200 C atau lebih yang mengakibatkan kehilangan panas yang cukup signifikan. Tungku secara luas dibagi menjadi dua jenis berdasarkan metoda pembangkitan panasnya: tungku pembakaran yang me nggunakan bahan bakar, dan tungku listrik yang menggunakan listrik. Tungku pembakaran dapat digolongkan menjadi beberapa bagian seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.1 jenis bahan bakar yang digunakan, cara pemuatan bahan baku, cara perpindahan panasnya dan cara pemanfaatan kembali limbah panasnya. Tetapi, dalam prakteknya tidak mungkin menggunakan penggolongan ini sebab tungku dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar, cara pemuatan bahan ke tungku yang berbeda, dll. Tungku yang paling umum digunakan akan dijelaskan dalam bagian berikutnya. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 61
  • 63. Tabel 2.1 Klasifikasi tungku Metoda klasifikasi Jenis dan contoh Dibakar dengan minyak Jenis bahan bakar yang Dibakar dengan gas digunakan Dibakar dengan batubara Berselang (intermittent) atau batch Berkala Penempaan Pengerolan ulang / re-rolling batch /pusher Pot Cara pengisian bahan Kontinyu Pusher Balok berjalan Perapian berjalan Tungku bogie dengan sirkulasi ulang kontinyu Tungku perapian berputar/ rotary hearth furnace Radiasi (tempat perapian terbuka) Cara perpindahan panas Konveksi (pemanasan melalui media) Cara pemanfaatan Rekuperatif kembali limbah panas Regeneratif 2.1.1 Tungku Krusibel Tungku krusible merupakan salah satu jenis tungku dengan sistim pemanasan tidak langsung (indirect fuel fired furnace). Fungsi utamanya adalah untuk melebur logam Aluminium dan sejenisnya. Peleburan muatan dilakukan dengan menggunakan krusibel yang dipanaskan bagian luarnya secara konduksi melalui dinding krusibel dengan sumber panas dari pembakaran minyak, gas, kokas, arang atau pemanasan dari filamen listrik. Berdasarkan cara pencairan logamnya, tungku krusibel diklasifikasikan dalam 3 jenis (Gambar 2.1), yaitu: 1. Tungku jenis lift-out 2. Tungku jenis stationary 3. Tungku jenis tilting Pada tungku jenis lift-out, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1, krusibel ditempatkan didalam rangka tungku, setelah logam mencair maka krusibel @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 62
  • 64. dikeluarkan dari dalam tungku. Krusibel yang dipergunakan harus selalu menggunakan jenis refraktori dengan kapasitas maksimum 50 kg aluminium. Kerugian dari jenis tungku ini adalah keterbatasan dalam menghasilkan produktivitas dalam jumlah yg tinggi, memerlukan jumlah tenaga kerja yg banyak, dan buruknya kondisi kerja, tetapi keperluan biaya perlengkapannya paling murah. Tungku jenis stationary adalah jenis tungku dengan krusibel yang ditempatkan secara permanen, kapasitas peleburannya berkisar antara 150 – 450 kg aluminium dan jenis krusibel refraktori maupun besi cor dapat digunakan dalam tungku jenis ini, tetapi krusibel jenis besi cor perlu selalu dilapis ulang dengan bahan refraktori secara periodik. Keuntungan dari jenis tungku ini adalah terletak pada kecocokkannya untuk beralih dari peleburan satu jenis paduan ke jenis paduan lainnya dan tungku jenis stationari ini sangat baik untuk pemurnian aluminium serta biaya instalasi yang diperlukan relatif tinggi. Tungku krusibel jenis tilting, digunakan untuk peleburan dalam jumlah yg besar berkisar sampai 450 kg aluminium, dan penuangan logam cairnya dengan cara dimiringkan, logam cair akan mengalir melalui saluran yang ada pada dinding tungku atau pada bagian atas bibir tungku. Keuntungan dari jenis tungku ini adalah dapat melebur dengan jumlah muatan yang besar, logam cair dapat dituangkan dengan mudah dan cepat, tetapi memerlukan biaya instalasi yang relatif cukup tinggi. Gambar. 2.1 Beberapa jenis tungku krusibel; a. lift-out crucibel, b.Stationary pot, dan c.tilting-pot. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 63
  • 65. Effesiensi panas/peleburan dari tungku jenis krusibel adalah berkisar antara: 15- 30 %, rendahnya effisiensi tersebut karena tingginya panas yang hilang melalui saluran gas buang. Struktur utama konstruksi tungku jenis krusibel terdiri atas; krusibel, lapisan refraktori, sistim pembangkit panas dan alat pengukur temperatur. 2.1.2 Tungku Kupola Kupola merupakan tungku yang memiliki bentuk silinder vertikal yang memiliki kapasitas besar. Tungku ini diisi dengan material pengisi antara lain besi, kokas, flux atau batu kapur, dan elemen paduan yang memungkinkan. Tungku ini memiliki sumber energi panas dari kokas dan gas yang diberikan untuk meningkatkan temperatur pembakaran. Hasil peleburan dari tungku ini akan ditapping secara periodik untuk mengeluarkan besi cor yang telah mencair. Gambar 2.2 Skematis dari tungku kupola. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 64
  • 66. 2.1.3 Tungku Busur Listrik Peleburan logam menggunakan tungku ini dilakukan dengan menggunakan energi yang berasal dari listrik berupa arc atau busur yang dapat mencairkan logam. Tungku jenis busur listrik ini biasanya digunakan untuk proses pengecoran baja. Gambar 2.3 Electric furnace indirect system. Gambar 2.4 Electric furnace direct system. 2.1.4 Tungku Induksi Tungku induksi adalah tungku yang menggunakan energi listrik sebagai sumber energi panasnya, arus listrik bolak-balik (alternating current) yang melewati koil tembaga akan menghasilkan medan magnetik pada logam pengisi (charging material) didalamnya. Medan magnet ini juga akan melakukan mixing pada logam cair akibat adanya gaya magnet antara koil dan logam cair yang akan menimbulkan efek pengadukan (stiring effect) untuk menghomogenkan komposisi pada logam cair. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 65
  • 67. Logam cair didalam tungku harus dihindarkan dari kontak langsung terhadap koil. Oleh karena itu material tahan temperatur tinggi sebagai lining tungku harus memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan beban logam cair didalamnya. Pada gambar dibawah ini ditunjukan beberapa komponen utama dari suatu tungku induksi. Gambar. 2.5 Tungku induksi listrik. Setelah logam pengisi telah mengalami pencairan maka tungku induksi ini telah dilengkapi dengan suatu pengendali untuk melakukan penuangan (titling) kedalam suatu ladle yang lebih kecil yang dibawa hook crane atau ladle yang dibawa oleh dua operator pouring ke cetakan. 2.1.5 Tungku Converter. Converter ialah sebuah tabung baja dengan dinding berlapis dan tahan terhadap temperatur tinggi serta ditempatkan pada sebuah dudukan yang dibentuk sedemikian rupa agar posisinya dapat diubah secara vertikal mapun secara horizontal dengan posisi mulut berada disamping atau diatas bahkan @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 66
  • 68. dibawah. Posisiposisi ini diperlukan untuk pengisian, penghembusan karbon dioksida dan penuangan hasil pemurnian (lihat Gambar 2.6). Gambar 2.6 Tungku Converter Bessemer. Proses pemurnian ini dilakukan dengan terlebih dahulu mencairkan besi mentah ke dalam converter yang berada pada posisi horizontal kemudian converter diubah posisinya pada posisi vertikal dan pada posisi ini udara bertekanan 140 KN/m2 dihembuskan melalui dasar converter ke dalam besi mentah cair, dengan demikian maka unsur karbon akan bersenyawa dengan oksigen menjadi karbon dioxida (CO2) dan mengikat unsur-unsur lainnya. Dengan tekanan udara sedemikian itu unsur-unsur tersebut akan terbawa keluar dari converter, proses ini dilakukan dalam waktu 20 menit, dari proses ini besi mentah memiliki unsur-unsur paduan tidak lebih dari 0,05 % dan 0,006 % diantaranya adalah unsur karbon dan dianggap sebagai besi murni atau Ferrite (Fe), selanjutnya ditambahkan unsur karbon ke dalam converter ini dengan jumlah tertentu sesuai dengan jenis baja yang dikehendaki hingga 2,06%, coverter ini berkapasitas antara 25 ton sampai 60 ton. Pada dasarnya berbagai metoda dalam proses pembuatan baja ini ialah proses pemurnian unsur besi dari berbagai unsur yang merugikan sebagaimana @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 67
  • 69. telah dikemukakan terdahulu, oleh karena itu dalam proses pembuatan baja dengan menggunakan sistem converter ini ialah salah satu proses pemurnian atau pemisahan besi dengan menggunakan bejana sebagai alat pemanasan (peleburan) besi kasar tersebut. (lihat Gambar 2.7) yang merupakan bagian dari bentuk pemurnian besi kasar dengan dapur basa dari sistem converter. Gambar 2.7 Proses oxigen pada dapur basa untuk pemurnian besi kasar (pig Iron) 2.1.6 Tungku Thomas dan Bessemer Thomas dan Bessemer melakukan proses pemurnian besi kasar dalam pembuatan baja ini pada prinsipnya sama yakni menggunakan Converter, namun Bessemer menggunakan Converter dengan dinding yang dilapisi dengan Flourite dan Kwarsa sehingga dinding Converter menjadi sangat keras kuat dan tahan terhadap temperatur tinggi, akan tetapi dinding converter ini menjadi bersifat asam sehingga tidak dapat mereduksi unsur Posphor, oleh karena itu dapur Bessemer hanya cocok digunakan dalam proses pemurnian besi kasar dari bijih besi yang rendah Posphor (Low-Posphorus Iron Ores). Sedangkan Thomas menyempurnakannya dengan memberikan lapisan batu kapur (limestone) atau Dolomite sehingga dinding converter menjadi basa dan mampu mereduksi kelebihan unsur Posphor dengan mengeluarkannya bersama terak (lihat gambar 2.8). Linz-Donawitz (LD-Processes), salah satu proses pemurnian besi dengan sistem converter ini pertama dikembangkan di @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 68
  • 70. austria, proses dengan hembusan udara bertekanan hingga 12 bar di atas convertor dengan posisi vertical, setelah besi mentah (pig iron) bersama dengan sekrap dimasukan yang kemudian dibakar, udara yang dihembuskan menghasilkan pembakaran dengan unsur karbon, belerang dan posphor yang terkandung didalam besi mentah tersebut, hal ini terjadi pada saat converter dalam posisi miring. Gambar 2.8 LD Top Blown Converter. Proses pembakaran ini terlihat pada nyala api dibagian converter. Baja dengan kadar karbon 0,2 % akan tercapai dengan pembakaran hingga 20 menit, namun jika diinginkan kadar karbon yang lebih tinggi dari 0,2 %, maka hembusan udara dapat dihentikan sehingga proses pembakaran akan terhenti. komposisi unsur yang terdapat pada besi ini dapat dianalisis dengan mengambil contoh dari besi cair sebelum terjadi pembekuan dan jika komposisi yang dikehendaki telah tercapai maka besi dapat dikeluarkan dari converter dan membiarkan slag (terak) tertinggal didalam converter yang akan dikeluarkan melalui lubang terak. lihat gambar 2.9. Dari proses pemurnian besi dengan menggunakan metoda ini akan dihasilkan baja yang memiliki sifat mekanik yang baik untuk diproses menjadi baja paduan (Alloy Steel) maupun sebagai baja karbon (non paduan) karena tingkat kemurniannya serta bebas dari unsur nitrogen (N) atau zat lemas yang merugikan. Bahan ini juga sangat baik digunakan sebagai baja lembaran (Sheet @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 69
  • 71. metals) yang banyak digunakan sebagai bahan baku karoseri kendaraan, tangki serta baja-baja konstruksi. Pabrik Baja Austria “VöEST” (Vereignite Osterreischische Eisen Und Stahlwerke Aktiengesselschaft) menghasilkan baja dunia di tahun 1974. Rotor Processes, Converter dengan posisi mendatar (Horizontal) merupakan converter dimana terdapat dua buah pipa oksigen, masingmasing pipa ini salah satunya diarahkan pada bagian dasar converter didalam besi cair dan akan terbakar bersama peleburan besi kasar (pig Iron) bersama baja rongsokan, proses pembakaran ini akan menghasilkan gas karbonmonoksida (CO) yang juga akan terbakar dan menghasilkan karbon dioksida (CO2) untuk meratakan proses pemurnian. Selama proses pembakaran ini converter berputar dengan kecepatan 0,5 sampai 2 put/mt. Kemudian undara ditiupkan melalui salah satu pipa yang berada pada permukaan logam cair, dengan demikian unsur-unsur yang terkandung pada besi akan terdesak keluar bersama dengan gas CO2. Gambar 2.9 Rotor mixed Blown Converter. Kaldo processes, menggunakan cara yang sama dengan yang dilakukan pada rotor proses namun pada sistem Kaldo ini converter diposisikan miring 17o, dalam proses ini converter juga diputar dengan kecepatan putaran hingga 30 put/ment. Dengan putaran ini sangat baik karena dapat mempercepat arus transformasi panas, namun hanya menggunakan sebuah pipa peniup dimana besi kasar bersama besi tua dilebur didalam converter ini dan kemudian ditiup dengan oksigen melalui pipa tersebut. converter ini dapat memurnikan besi dengan penurunan kadar phosphor hingga 2 % (lihat gambar 2.10). @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 70
  • 72. Gambar 2.10 Kaldo top blown converter. Gambar 2.11 Blast Furnace. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 71
  • 73. 2.2 Perhitungan Muatan Perhitungan muatan (material balance) pada proses peleburan aluminium, umumnya mengandung 30-70 material (bahan baku) utama yang meliputi ingot Aluminium dan silikon, serta unsur paduan lain yang secara langsung ditambahkan pada logam cair seperti; Mg, Zn, dan logam lain yang memiliki titik cair yang rendah lainnya. Pengaruh unsur paduan ketika proses peleburan dan pencairan paduan aluminium, ditunjukkan pada Tabel berikut ini. Tabel. 2.2 Pengaruh Unsur paduan pada peleburan aluminium. Pengaruh Berasal dari: Unsur Baik Buruk -menurunkan keuletan -master alloys -meningkatkan cacat keropos (FeSi) Fe<1% menaikkan kekuatan tarik -menimbulkan bintik (keras) di -Ladle permukaan -Geram -memperbaiki kekerasan dan -Geram atau Cu: 2-4% kekuatan -menurunkan ketahanan korosi skrap -mempermudah pemesinan -master alloys -memperbaiki kekuatan -meningkatkan mampu alir -menurunkan ketangguhan -skrap Si: 5-7% -mengurangi pemuaian -menyebabkan rapuh (jika -master alloys -meningkatkan ketahanan korosi kandungannya terlalu tinggi) -meningkatkan mampu mesin -menurunkan kekuatan -menurunkan ketahanan korosi -skrap Zn<1% Meningkatkan mampu alir -menimbulkan cacat rongga -master alloys (jika kandungannya terlalu tinggi) -meningkatkan kekuatan dan -menurunkan mampu alir daya tahan terhadap temperatur -menghasilkan bintik (keras) -skrap Mn<0,5% tinggi dipermukaan -master alloys -mengurangi pengaruh besi -mengkasarkan butir -meningkatkan ketahanan korosi -menurunkan ketangguhan -meningkatkan mampu mesin -menimbulkan bintik -skrap Mg<0,5% -menghaluskan butir permukaan -master alloys -meningkatkan ketahanan korosi -meningkatkan kecenderungan cacat rongga udara -Meningkatkan kekuatan menurunkan fluiditas atau -skrap Ni<0,3% -meningkatkan ketahanan korosi mampu alir -master alloys -menyebabkan segregasi -skrap Pb<0,1% Memperbaiki mampu mesin -menyebabkan cacat hot -master alloys shortness (rapuh panas) -menimbulkan hot crack (retak -meningkatkan mampu mesin -skrap Sn<0,1% panas) -memperbaiki struktur -master alloys -menimbulkan presipitasi -menurunkan timbulnya korosi Menghasilkan senyawa antar -skrap Cr<0,3% tegangan logam yang tidak diinginkan -master alloys -memperbaiki ketangguhan @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 72
  • 74. Dalam perhitungan muatan ini perlu diperhitungkan juga adanya kehilangan unsur karena proses peleburan (melting loss) yang nilainya sangat tergantung pada tipe tungku yang digunakan dalam proses peleburan, teknik peleburan, kondisi muatan, dan lain-lain. Tabel 1.4 menunjukkan besarnya kehilangan unsur yang didasarkan pada jenis muatan dan jenis tungku. Tabel. 2.3 Pengaruh jenis muatan dan tungku terhadap besarnya kehilangan unsur peleburan (melting loss). Oxidised and contaminated Virgin charge charge Metal Electric and Electric and Reverbratory Reverbratory crucible crucible furnaces furnaces furnaces furnaces Mg 2-3 3-5 3-5 3-10 Be 2-3 3-5 3-5 5-10 Al 1-1.5 1-2 1-2 2-3 Na 2-3 3-5 3-5 5-10 Zn 1-3 2-4 2-3 3-5 Mn 0.5-1 1-2 1-2 2-3 Sn 0.5-1 1-1.5 1-1.5 1.5-2 Fe 0.5-1 0.5-1 0.5-1 0.5-1 Ni 0.5-1 0.5-1 0.5-1 0.5-1 Si 0.5-1 1-1.5 1-1.5 1.5-2 Cu 0.5-1 1-2 1-2 2-3 Pb 0.5-2 1-2 - - Berikut ini disampaikan contoh hasil perhitungan muatan yang telah diketahui terlebih dahulu komposisi kimianya dalam suatu proses peleburan Aluminium dengan suatu target komposisi kimia tertentu. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 73
  • 75. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 74
  • 76. MODUL 4 PELEBURAN & PEMADUAN LOGAM I. TUJUAN PRAKTIKUM  Dapat melakukan proses peleburan dan pemaduan logam.  Mengetahui besaran-besaran atau parameter proses yang terlibat dan berpengaruh terhadap produk coran yang yang dibuat.  Mengetahui cara-cara pengujian proses dan kualitas produk coran. II. TEORI DASAR 2.1 Prinsip Pencairan Muatan pada Tungku Krusibel Prinsip kerja pencairan muatan pada tungku jenis krusibel dengan sumber panas dari bahan bakar minyak (cair) atau arang/kokas (padat) adalah dengan cara bahan bakar dimasukkan kedalam ruang reaksi (burner) sehingga akan menimbulakan panas dialirkan secara radiasi kedinding krusibel. Selanjutnya energi panas ini dipindahkan secara konduksi kedalam muatan melalui dinding krusibel. Reaksi pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen (O2) dalam udara menghasilkan gas CO2 dan H2O serta energi panas. Energi panas tersebut yang diperlukan untuk mencairkan muatan dalam krusibel hingga mencair. Proses pencampuran antara bahan bakar dan oksigen dalam udara, berlangsung sangat pendek. Pemanasan bahan bakar dan dara dilakukan sangat cepat, karena pemanasan cepat inilah senyawa-senyawa hidrokarbon tersebut terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih ringan dengan unsur dasar karbon dan hidrogen. Sebagai hasil dekomposisi thermal ini, sebagian besar pembakaran terjadi antara hidrogen dan karbon elemental. Unsur hidrogen terbakar denan nyala api yang tidak terlihat (luminous flame), sementara unsur karbon terbakar dengan nyala api kuning yang khas (yellow flame). @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 75
  • 77. 2.2 Peleburan Aluminium dan Paduannya Aluminium murni dan paduan aluminium dapat dicairkan dengan berbagai cara. Tungku coreless, channel induction, crusible, open-heart reveratory furnaces yang memakai sumber panas dari gas atau bahan bakar minyak, dan tungku electric resistance serta electric radiation adalah jenis-jenis tungku yang biasa digunakan. Salah satu jenis tungku peleburan logam yang banyak digunakan yaitu, Sealed crusible furnace (Gambar. 1). Dengan kerangka yang terbuat dari baja yang dilas, bagian atas ditutup lembaran baja yang dilapisi dengan bata tahan api, bagian lining terbuat dari bata tahan api setebal 3-4 in. Tungku crusible biasanya digunakan untuk peleburan logam non ferrous, seperti aluminium, seng, tembaga dan timah. Pada tungku peleburan ini, crusible biasanya terbuat dari tanah liat atau grafit yang diletakan didalam ruang pembakaran. Gambar. 2.1 Tungku yang digunakan dalam proses pembuatan Aluminium. Crusible yang terbuat dari besi cor atau baja digunakan dengan tujuan untuk menyediakan panas yang cukup bagi logam sehingga temperatur logam cair konstan. Crusible jenis ini mempunyai konduktivitas panas dan kekuatan mekanik yang baik. Tetapi crusible yang terbuat dari besi cor atau baja mempunyai kelemahan, yaitu unsur Fe dapat larut kedalam logam aluminium cair. Untuk menanggulangi hal ini tungku harus sering dibersihkan dan dilapisi dengan refraktory wash. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 76
  • 78. Tabel 2.1 Titik cair dan temperatur penuangan dari paduan aluminium TEMP. TEMP. TEMP. MULAI 0 AKHIR CAIR PENUANGAN PADUAN DAN KOMPOSISI CAIR ( C ) 0 0 ( C) ( C) Al – 4,5Cu 521 644 700 – 780 Al – 4Cu – 3Si 521 627 700 – 780 Al – 4,5Cu – 5Si 521 613 700 – 780 Al – 12Si 574 582 670 – 750 Al –9,5Si – 0,5Mg 557 596 670 – 740 Al – 3,5Cu – 8,5Si 538 593 700 – 780 Al –7 Si – 0,3 Mg 557 613 700 – 780 Al – 4Cu – 1,5mg – 2Ni 532 635 700 – 760 Al – 3,8 Mg 599 641 700 – 760 Al – 10 Mg 499 604 700 – 760 AL – 12Si – 0,8Cu – 1,7 Mg – 2,5Ni 538 566 670 – 740 Al – 9 – Si – 3,5Cu – 0,8Mg – 0,8Ni 520 582 670 – 740 2.3 Kelarutan Gas pada Cairan Aluminium dan Paduan Secara umum telah diketahui bahwa atom dalam bentuk gas akan bersatu atau masuk kedalam logam cair. Ketika dua atom bersatu membentuk suatu molekul, molekul gas tersebut akan keluar, tapi bisa juga gas tersebut terperangkap didalam logam cair membentuk gelembung. Didalam peleburan aluminium, hanya sedikit hidrogen yang diserap dari atmosfer. Sumber utaman hidrogen didalam Al adalah uap air, uap panas, atau hasil dari reaksi kimia sebagai berikut 3H2O + 2Al = 6H + Al2O3 (uap air) (aluminium) (Hidrogen) (aluminium oksida) Temperatur logam cair juga menentukan jumlah hidrogen yang diserap. Ketika temperatur naik volume hidrogen yang larut kedalam logam cair akan semakin besar seperti yang terlihat pada Tabel. 2. Tabel. 2.2 Hubungan temperatur dengan daya larut hidrogen. TEMPERATUR HYDROGEN SOLUBILTY 0 0 (cc /100gms)* C F 0 32 0,0000001 400 752 0,005 660-solid 1220 0,036 660-liquid 1220 0,69 700 1292 0,92 750 1382 1,23 800 1472 1,67 850 1562 2.15 *Meassured at pressure of one atmosphere and a temperatur 20 C @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 77