Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pemadam kebakaran dasar yang mencakup pengenalan alat pemadam api, segitiga api, sumber panas yang dapat menimbulkan api, cara panas berpindah, klasifikasi kebakaran NFPA, teknik pemadaman api, kategori pemadaman, kelebihan dan kekurangan pemadaman tradisional dan modern, media pemadaman modern seperti APAR, hydrant, sprinkle system, fire detector, serta cara penggunaan dan pemilihan APAR sesuai klasifik
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Terdapat beberapa poin penting yaitu undang-undang terkait keselamatan kerja untuk mencegah kebakaran, pengertian kebakaran beserta penyebabnya, klasifikasi kebakaran menurut Indonesia dan Amerika, cara penanggulangan kebakaran, alat pemadam kebakaran, detektor kebakaran, serta peralatan pelindung diri bagi petugas pemadam kebakaran.
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), termasuk berbagai bahaya potensial di tempat kerja seperti bahaya mekanik, listrik, kimia, dan psikososial beserta konsekuensinya berupa kecelakaan atau penyakit akibat paparan bahaya tersebut. Dokumen tersebut juga menjelaskan prinsip-prinsip K3 seperti mengidentifikasi bahaya, menilai risiko, dan mengendalikan ek
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pemadam kebakaran dasar yang mencakup pengenalan alat pemadam api, segitiga api, sumber panas yang dapat menimbulkan api, cara panas berpindah, klasifikasi kebakaran NFPA, teknik pemadaman api, kategori pemadaman, kelebihan dan kekurangan pemadaman tradisional dan modern, media pemadaman modern seperti APAR, hydrant, sprinkle system, fire detector, serta cara penggunaan dan pemilihan APAR sesuai klasifik
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Terdapat beberapa poin penting yaitu undang-undang terkait keselamatan kerja untuk mencegah kebakaran, pengertian kebakaran beserta penyebabnya, klasifikasi kebakaran menurut Indonesia dan Amerika, cara penanggulangan kebakaran, alat pemadam kebakaran, detektor kebakaran, serta peralatan pelindung diri bagi petugas pemadam kebakaran.
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), termasuk berbagai bahaya potensial di tempat kerja seperti bahaya mekanik, listrik, kimia, dan psikososial beserta konsekuensinya berupa kecelakaan atau penyakit akibat paparan bahaya tersebut. Dokumen tersebut juga menjelaskan prinsip-prinsip K3 seperti mengidentifikasi bahaya, menilai risiko, dan mengendalikan ek
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. TalaudYOHANIS SAHABAT
5.1. Kesimpilan
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, melalui beberapa tahapan mulai dari observasi lapangan sampai dengan pengolahan data hasil lapangan diatas penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Mengingat Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud belum memiliki APAR, maka sebaiknya saat ini dilakukan perencanaan untuk pengadaanya, guna memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana pada KEPMEN PU Nomor : 10/KPTS/2000, tentang Ketentuan Teknis Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang dapat memberikan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan, bagi para Pegawai maupun pengunjung dan masyarakat lainnya;
2) Adapun potensi bahaya kebakaran yang ada pada gedung tersebut, berdasarkan hasil pengamatan identifikasi bahaya kebakaran meliputi klasifikasi kebakaran A, B dan C;
3) Untuk langkah pencegahan terhadap risiko bahaya kebakaran pada gedung tersebut, perlu disediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis Dry Chemical Powder PC ABC, sejumlah 36 unit, yang ditempatkan sesuai dengan ketentuan dan SNI;
4) Untuk pengadaan APAR tersebut, telah diketahui perkiraan biaya yang digunakan berdasarkan hasil perhitungan diatas adalah sebesar Rp.129.642.000,- (Seratus Duapuluh Sembilan Juta, Enam Ratus Empat Puluh Dua Ribu, Rupiah).
5.2. Saran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran yang meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan harta benda. Oleh karena itu, berhubung Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud, yang hingga saat ini belum memiliki sarana dan fasilitas penunjang terkait standar teknis keselamatan seperti APAR yang harus dimiliki, bahkan dengan terbatasnya fasilitas pemadam kebakaran yang dimiliki oleh PEMDA Kab. Kepl. Talaud, sehingga sangat dipandang perlu kedepannya untuk merencanakan dan mengadakannya.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai kebakaran dan upaya pencegahannya. Terdapat penjelasan mengenai unsur kebakaran, klasifikasi kebakaran, peralatan pencegahan seperti APAR dan hydrant, serta tindakan dalam keadaan darurat seperti evakuasi.
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi tubuh dari bahaya di tempat kerja, dan merupakan cara terakhir untuk melindungi pekerja setelah upaya pengendalian bahaya lain. APD harus sesuai dengan bahaya yang ada, nyaman digunakan, dan memberikan perlindungan efektif.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai gigitan ular, termasuk jenis ular berbisa di Indonesia, gejala dan tanda-tanda gigitan ular, jenis racun ular, dan penanganan awal gigitan ular. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa gigitan ular merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara tropis, menyebutkan beberapa spesies ular berbisa di Indonesia beserta karakteristik racunnya, serta gejala umum
SCBA digunakan untuk menyediakan udara bernafas yang aman bagi pengguna. Terdiri dari tabung udara, masker, plat penggendong, dan regulator. Ada tiga jenis SCBA - untuk evakuasi darurat, pekerjaan, dan penyelamatan - yang memiliki waktu penggunaan berbeda hingga 30 menit tergantung jenisnya. Pengisian ulang SCBA dilakukan dengan kompresor udara untuk menyaring udara dan menjaga suhu tabung
Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3).pptxyayanlonga1
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) yang meliputi pengertian, tujuan, contoh limbah B3, kategori B3, serta hal-hal penting yang perlu diketahui tentang pengelolaan B3 seperti inventarisasi, penanganan, penyimpanan, penggunaan, pelabelan, pelaporan insiden, serta penggunaan lembar data keselamatan bahan (MSDS).
Dokumen tersebut membahas tentang deteksi gas dan keselamatan kerja (K3) di bidang migas. Ia menjelaskan mengenai pentingnya mendeteksi gas-gas berbahaya di area kerja, jenis-jenis alat deteksi gas beserta prinsip kerjanya, serta prosedur operasi standar (SOP) penggunaan alat deteksi gas.
ALAT PEMADAM API RINGAN
PENGERTIAN :
Peralatan yang ringan yang berisi TEPUNG, CAIRAN atau GAS yang dapat disemprotkan bertekanan untuk tujuan pemadaman kebakaran
Alat yang ringan yang mudah dilayani oleh satu orang saja untuk tujuan pemadaman pada mula terjadinya kebakaran.
Dokumen ini berisi daftar periksa untuk menilai kriteria kebersihan dan ketertiban di kantor dan area produksi menggunakan skala nilai dari sangat baik hingga sangat buruk. Terdapat empat belas item penilaian untuk kantor dan lima belas item untuk area produksi luar kantor. Auditor akan memberikan skor untuk setiap item berdasarkan kriteria evaluasi yang ditetapkan.
APD digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya di tempat kerja seperti debu, gas, panas, dan benda tajam. Jenis APD meliputi helm, masker, sarung tangan, sepatu keselamatan, dan pakaian kerja khusus. APD harus dirawat dengan baik agar tetap berfungsi melindungi pekerja.
Uu Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 mengatur syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi untuk mencegah kecelakaan dan bahaya di tempat kerja, termasuk mewajibkan penggunaan alat pelindung diri dan taati petunjuk keselamatan. PT. Perdana Karya berkomitmen tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dengan melaksanakan program K3 yang meliputi kepemimpinan, evaluasi, prosedur,
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. TalaudYOHANIS SAHABAT
5.1. Kesimpilan
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, melalui beberapa tahapan mulai dari observasi lapangan sampai dengan pengolahan data hasil lapangan diatas penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Mengingat Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud belum memiliki APAR, maka sebaiknya saat ini dilakukan perencanaan untuk pengadaanya, guna memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana pada KEPMEN PU Nomor : 10/KPTS/2000, tentang Ketentuan Teknis Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang dapat memberikan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan, bagi para Pegawai maupun pengunjung dan masyarakat lainnya;
2) Adapun potensi bahaya kebakaran yang ada pada gedung tersebut, berdasarkan hasil pengamatan identifikasi bahaya kebakaran meliputi klasifikasi kebakaran A, B dan C;
3) Untuk langkah pencegahan terhadap risiko bahaya kebakaran pada gedung tersebut, perlu disediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis Dry Chemical Powder PC ABC, sejumlah 36 unit, yang ditempatkan sesuai dengan ketentuan dan SNI;
4) Untuk pengadaan APAR tersebut, telah diketahui perkiraan biaya yang digunakan berdasarkan hasil perhitungan diatas adalah sebesar Rp.129.642.000,- (Seratus Duapuluh Sembilan Juta, Enam Ratus Empat Puluh Dua Ribu, Rupiah).
5.2. Saran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran yang meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan harta benda. Oleh karena itu, berhubung Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud, yang hingga saat ini belum memiliki sarana dan fasilitas penunjang terkait standar teknis keselamatan seperti APAR yang harus dimiliki, bahkan dengan terbatasnya fasilitas pemadam kebakaran yang dimiliki oleh PEMDA Kab. Kepl. Talaud, sehingga sangat dipandang perlu kedepannya untuk merencanakan dan mengadakannya.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai kebakaran dan upaya pencegahannya. Terdapat penjelasan mengenai unsur kebakaran, klasifikasi kebakaran, peralatan pencegahan seperti APAR dan hydrant, serta tindakan dalam keadaan darurat seperti evakuasi.
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi tubuh dari bahaya di tempat kerja, dan merupakan cara terakhir untuk melindungi pekerja setelah upaya pengendalian bahaya lain. APD harus sesuai dengan bahaya yang ada, nyaman digunakan, dan memberikan perlindungan efektif.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai gigitan ular, termasuk jenis ular berbisa di Indonesia, gejala dan tanda-tanda gigitan ular, jenis racun ular, dan penanganan awal gigitan ular. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa gigitan ular merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara tropis, menyebutkan beberapa spesies ular berbisa di Indonesia beserta karakteristik racunnya, serta gejala umum
SCBA digunakan untuk menyediakan udara bernafas yang aman bagi pengguna. Terdiri dari tabung udara, masker, plat penggendong, dan regulator. Ada tiga jenis SCBA - untuk evakuasi darurat, pekerjaan, dan penyelamatan - yang memiliki waktu penggunaan berbeda hingga 30 menit tergantung jenisnya. Pengisian ulang SCBA dilakukan dengan kompresor udara untuk menyaring udara dan menjaga suhu tabung
Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3).pptxyayanlonga1
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) yang meliputi pengertian, tujuan, contoh limbah B3, kategori B3, serta hal-hal penting yang perlu diketahui tentang pengelolaan B3 seperti inventarisasi, penanganan, penyimpanan, penggunaan, pelabelan, pelaporan insiden, serta penggunaan lembar data keselamatan bahan (MSDS).
Dokumen tersebut membahas tentang deteksi gas dan keselamatan kerja (K3) di bidang migas. Ia menjelaskan mengenai pentingnya mendeteksi gas-gas berbahaya di area kerja, jenis-jenis alat deteksi gas beserta prinsip kerjanya, serta prosedur operasi standar (SOP) penggunaan alat deteksi gas.
ALAT PEMADAM API RINGAN
PENGERTIAN :
Peralatan yang ringan yang berisi TEPUNG, CAIRAN atau GAS yang dapat disemprotkan bertekanan untuk tujuan pemadaman kebakaran
Alat yang ringan yang mudah dilayani oleh satu orang saja untuk tujuan pemadaman pada mula terjadinya kebakaran.
Dokumen ini berisi daftar periksa untuk menilai kriteria kebersihan dan ketertiban di kantor dan area produksi menggunakan skala nilai dari sangat baik hingga sangat buruk. Terdapat empat belas item penilaian untuk kantor dan lima belas item untuk area produksi luar kantor. Auditor akan memberikan skor untuk setiap item berdasarkan kriteria evaluasi yang ditetapkan.
APD digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya di tempat kerja seperti debu, gas, panas, dan benda tajam. Jenis APD meliputi helm, masker, sarung tangan, sepatu keselamatan, dan pakaian kerja khusus. APD harus dirawat dengan baik agar tetap berfungsi melindungi pekerja.
Uu Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 mengatur syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi untuk mencegah kecelakaan dan bahaya di tempat kerja, termasuk mewajibkan penggunaan alat pelindung diri dan taati petunjuk keselamatan. PT. Perdana Karya berkomitmen tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dengan melaksanakan program K3 yang meliputi kepemimpinan, evaluasi, prosedur,
Dokumen tersebut membahas tentang Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) khususnya di bidang Migas. Dokumen ini menjelaskan pentingnya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), jenis-jenis APD, dan keterbatasan dari masing-masing APD. Dokumen ini juga memberikan contoh penggunaan APD seperti safety helmet, respirator, ear plug, dan safety shoes.
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja, yang mencakup pengertian, tujuan, dan syarat-syarat keselamatan kerja. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai prosedur keselamatan yang perlu diterapkan di tempat kerja seperti pencegahan kecelakaan, panduan saat kebakaran, pengamanan bagi pekerja, dan pencegahan penyakit akibat kerja.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang visi, misi, dan kebijakan K3LH PT. Ombilin Fusi Nusantara. Terdapat penjelasan mengenai tujuan safety induction, alat pelindung diri, peraturan umum, dan hierarki pengendalian risiko.
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan kerja, mulai dari pengertian, standar, dan studi kasus kecelakaan kerja beserta analisis penyebabnya. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain pentingnya menggunakan alat pelindung diri, mematuhi standar keselamatan, serta melakukan evaluasi lingkungan kerja guna mencegah kecelakaan.
Setiap pekerjaan yang beresiko tinggi membutuhkan penanganan khusus, contohnya Alat Pelindung Diri, yang akan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
Dokumen tersebut membahas tentang alat pelindung diri (APD) yang digunakan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja. Disebutkan beberapa jenis APD yang melindungi bagian tubuh seperti mata, kepala, telinga, hidung, tangan, kaki, badan, dan pernafasan. APD mata misalnya kacamata debu dan las, APD kepala berupa topi, APD telinga untuk melindungi dari kebisingan, dan AP
Power Point Dasar - Dasar Konstruksi Bangunan Keselamatan dan Kesehatan Kerja...JuntanTampubolon
informasi mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Hidup (K3LH) dibahas disini. semoga bermanfaat bagi semuanya. tinggalkan komen untuk diskusi.
Terimakasih.
MENGURUS KESELAMATAN DI TEMPAT KERJA : Mengurus Keselamatan DiriMee Ruu
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai keselamatan diri di tempat kerja, termasuk jenis-jenis alat perlindungan keselamatan, cara mengambil langkah keselamatan, dan tanda-tanda keselamatan yang harus dipatuhi. Dokumen tersebut juga menjelaskan peraturan keselamatan yang harus dipatuhi di setiap tempat kerja untuk mencegah kecelakaan.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
Pengantar K3.ppt
1. KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN
KERJA ( K 3 )
Pengertian K3
Upaya atau pemikiran yang ditujukan :
1. Agar setiap pekerja dan orang lain ditempat kerja dalam
keadaan sehat dan aman.
2. Untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani
dan rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada
umumnya.
Urgensi
1. Pekerja merupakan aset yang berharga bagi perusahaan.
2. Peningkatan produksi
2. Tujuan dan sasaran
1. Melindungi tenaga kerja dan setiap orang lain di tempat kerja
agar selamat dan sehat.
2. Sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien.
3. Proses produksi dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan.
Kecelakaan kerja
Kecelakaan : Peristiwa atau kejadian yang tidak diduga
sebelumnya dan tidak dikehendaki karena
menimbulkan kerugian.
Kecelakaan Kerja : Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau
dalam hubungan dengan pekerjaan.
3. Sebab-sebab kecelakaan :
- Tindakan yang tidak aman (unsafe Action / Sub standart action).
- Kondisi tidak aman (unsafe condition / Sub standart condition).
- God Will (Nasib)
1. Tindakan yang tidak aman (Unsafe Action )
a. Mengoperasikan mesin / peralatan bukan wewenangnya.
b. Tidak sesuai dengan kegunaannya
c. Lalai / ceroboh
d. Bergurau.
e. Acuh / masa bodoh.
f. Mabuk.
g. Kegagalan dalam menggunakan APD (alat pelindung diri)
h. Tidak mentaati prosedur / peraturan.
4. 2. Unsafe Condition
a. Mesin / perkakas tanpa pelindung
b. Peralatan rusak / tidak standard
c. Tempat kerja licin / kotor, bising
d. Tata letak peralatan jelek
e. Suhu udara terlalu panas / terlalu dingin
f. Sumber penerangan tidak sesuai
g. Lingkungan kerja / ventilasi tidak baik
h. Dan sebagainya
5. Akibat kecelakaan
Kerugian : - Tenaga kerja
- peralatan / material
- waktu
- kepercayaan masyarakat
Pencegahan Kecelakaan :
a. Peraturan per Undangan
b. Standarisasi
c. Penelitian teknis, medis, psikologis, statistik
d. Pendidikan dan pelatihan
e. Ceramah / pertemuan keselamatan kerja
f. Penggairahan / motivasi
g. Asuransi
6. Jenis-jenis bahaya :
- Mekanik : terjepit, terpotong dsb
- Fisik : terbentur, terjatuh, suhu ekstrim dsb
- Kimia : paparan B3, kekurangan oksigen
- Listrik
- Kebakaran
- Biologis : penyakit menular dsb
Cara menghadapi bahaya
a. Hilangkan sedini mungkin
b. Pasang alat pengaman pada mesin
c. Pasang alat pelindung pada personil
7. OSHA Requirement for PPE
a. Aplikasi : APD harus tersedia, digunakan dan dirawat
kebersihan dan kondisinya dimanapun ada potensi bahaya.
b. Pemilik : Pegawai bertanggung jawab untuk meyakinkan
bahwa kondisi APD layak digunakan dan senantiasa
dirawat
c. Design : semua APD harus didisain dan kontruksinya aman
untuk melaksanakan pekerjaan.
OSHA Requirement for eye protection
a. Kuat, tahan lama, beratnya ringan
b. Tahan benturan, tahan panas
c. Mudah dibersihkan
8. Sumber bahaya yang dapat mengenai mata muka
- Percikan bahan kimia yang korosif atau toxic, cairan panas, -
butiran-butiran logam
- Benda-benda beterbangan seperti kayu, metal, batu
- Fumes (uap), gas dsb
- Radiasi
9. KATA PENGANTAR
Peningkatan kegiatan operasi Pemboran, work over
dan well service dari operasi pencarian Migas dan Sumber
Daya Panas Bumi akan mencapai keberhasilan yang tinggi
sejalan dengan rendahnya angka kecelakaan kerja yang
terjadi.
Rendahnya angka kecelakaan tersebut disebabkan
karena tingkat pengetahuan, ketrampilan kerja dan kepedulian
akan norma-norma keselamatan/kesehatan kerja dari
penyelenggara kerja sudah tinggi dan terpenuhi.
Diktat ini dirangkum sebagai panduan dan pemenuhan
akan kebutuhan tersebut. Kritik dan saran membangun tetap
diharapkan untuk kesempurnaan diktat ini
10. BAB IV
FAKTOR PENUNJANG KESELAMATAN DAN
KESEHATAN
KERJA KEGIATAN PEMBORAN
A. PERALATAN KESELAMATAN KERJA PERORANGAN
1. TOPI KESELAMATAN KERJA ( SAFETY HAT )
Dalam melakukan pekerjaan, seluruh regu pemboran harus
menggunakan topi keselamatan kerja yang memenuhi persyaratan.
Penggunaan safety hat ini dianjurkan bagi pekerja-pekerja yang besar
kemungkinan mendapat kecelakaan pada bagian kepala akibat dari
benda yang jatuh atau benturan pada peralatan instalasi pemboran.
11. Pengujian Safety Helmet
1. Uji Kekuatan :
Helmet dipasang pada kepala
buatan kemudian besi dijatuhkan
yang dapat memberi benturan 4kg
– 8 kg, lekukan yang terjadi tidak
boleh melebihi jarak antara helmet
dengan anyaman penyangga
2. Uji Kekakuan
Tepi helmet ditekan dengan gaya
90 N selama 8 – 10 detik, lekukan
tidak boleh melebihi 5 mm
12. 2. SEPATU KESELAMATAN KERJA (SAFETY SHOES)
Sepatu keselamatan harus digunakan selama yang
bersangkutan berada pada tempat pekerjaan.
Pekerjaan di lantai bor agar menggunakan sepatu
safety yang kuat dan memenuhi syarat keselamatan
kerja, bentuknya tinggi tanpa menggunakan tali dengan
besi pada ujung kaki serta bagian bawah terbuat dari
karet yang anti slip dan tahan minyak.
Sepatu yang telah rusak agar cepat diganti.
13. 3. ALAT PELINDUNG MATA (EYE PROTECTOR)
Alat pelindung ini harus dipakai pada
pekerjaan-pekerjaan antara lain mengelas,
mengerik cat, menggerinda atau pekerjaan lain
yang dapat mengakibatkan bahaya pada mata
baik oleh cahaya maupun masuknya partikel-
partikel kecil
14. Alat pelindung mata
Berfungsi untuk melindungi mata
dari :
a. Sinar infra merah atau ultra
violet pada pekerjaan
pengelasan
b. Butiran benda keras pada pekerjaan
logam
c. Butiran debu atau butiran padat
lainnya
15. 4. SARUNG TANGAN (HAND GLOVES)
Semua pekerja dilantai bor maupun di menara
bor wajib menggunakan sarung tangan yang
terbuat dari katun agar waktu memegang alat-
alat lebih kuat (tidak licin), mencegah luka bila
memegang permukaan yang kasar atau panas
dan dapat pula sarung tangan yang terbuat dari
kulit, karet atau plastik.
16. Sarung tangan (Gloves)
digunakan untuk melindungi jari tangan
sampai batas dibawah siku terhadap
bahaya :
a. Bahaya panas terbuat dari kulit
b. Bahaya radiasi mengion terbuat dari
Pb
c. Bahaya bahan kimia terbuat dari PVC
d. Bahaya benda tajam terbuat dari kulit
e. Bahaya listrik terbuat dari karet
f. Untuk pekerjaan ringan terbuat dari
katun
17. 5. PAKAIAN KERJA (COVER ALL)
Pekerja bor harus menggunakan pakaian kerja dengan ukuran yang pas
dengan ukuran badanya (tidak longgar dan tidak ketat), warna pakaian
sebaiknya yang menyolok (misal : merah, hijau, biru muda) dengan bahan
terbuat dari katun.
Guna pakaian kerja antara lain untuk menghindari panas
matahari, sengatan serangga, tanaman beracun, goresan benda-
benda kasar dan kontak dengan bahan kimia lumpur secara
langsung.
Pakaian yang robek dan kotor hendaknya diganti dengan yang
baik karena dapat membahayakan.
Bila menangani alat yang berputar hendaknya tidak memakai
baju lengan panjang.
18. 6. PELINDUNG TELINGA (EAR PROTECTOR)
Pelindung telinga dipakai pada daerah
yang mempunyai tingkat kebisingan
di atas 85 db, misalnya disekitar
mesin-mesin pada instalasi pemboran
lepas pantai, generator, kompressor
dan lain-lain.
Alat ini digunakan untuk meredam suara
yang tidak dikehendaki (bising)
Alat ini ada dua jenis :
a. Ear Plug
b. Ear Muff
19. 7. PELINDUNG PERNAPASAN (MASKER) DAN
ALAT BANTU PERNAPASAN (BREATHING
APPARATUS)
Alat ini harus dipakai bila bekerja
pada daerah yang berdebu, contoh
pada tempat penampung lumpur,
cementing atau zat kimia.
Pada daerah panas bumi selain
masker diperlukan pula alat bantu
pernapasan (Breathing apparatus)
yang harus sesuai dengan
banyaknya pekerja dilantai bor
yang tetap bekerja bila gas H2S
timbul.
20. 8. SABUK PENGAMAN (SAFETY BELT)
Sabuk pengaman digunakan
oleh pekerja yang berada
pada tempat yang tinggi
dimana ada resiko jatuh.
Dalam melaksanakan
pekerjaan di Monkey Board,
derrickman harus selalu
menggunakan sabuk
pengaman.
21. 9. TALI LARI (ESCAPE LINE) DAN KURSI
LARI (ESCAPE CHAIR)
Tali lari adalah tali yang dipasang dari monkey board
kebawah untuk membantu derrickman untuk
menyelamatkan diri bila terjadi keadaan yang
membahayakan di dalam pelaksanaan pemboran.
22. Tali ini dilengkapi dengan kursi yang digantung pada tali dan
digunakan didalam melakukan tindakan penyelamatan.
Agar tali dapat berfungsi dengan baik maka panjang tali
sekurang-kurangnya dua kali tinggi monkey board dari tanah.
Ujung dari tali di bawah diikat dengan tiang berbentuk gawang
setinggi 2 meter.
Sebelum pemboran dilaksanakan kondisi tali lari dan kursi lari
agar diperiksa lebih dahulu dan bila perlu dilakukan percobaaan
dengan beban.
23. 10. SABUK PENGAMAN NAIK TANGGA (CLIMBING
BELT) DAN SAFETY LINE PADA COUNTER WEIGHT
Digunakan sebagai alat bantu untuk direckman naik/turun
tangga menara atau dapat pula digunakan bila keadaan darurat
terjadi terutama pada instalasi pemboran lepas pantai.
11. PELINDUNG DADA
Peralatan pelindung dada pada pekerjaan las maupun
pencampuran bahan kimia. Alat ini diikatkan pada leher dan
punggung dan biasanya terbuat dari karet atau kulit.
12. PAKAIAN TAHAN API (FIRE SUIT) DAN SELIMUT
TAHAN API (FIRE BLANKET)
Pakaian tahan api terbuat dari asbes yang digunakan dalam
pekerjaan pemadaman api, sedangkan selimut tahan api
digunakan untuk memadamkan api yang membakar pada tubuh
pekerja.
24. B. PEMELIHARAAN TEMPAT KERJA
Sebagian besar kecelakaan yang terjadi dikegiatan
pemboran umumnya bisa dihindari minimum dikurangi
dengan pemeliharaan tempat kerja yang baik, oleh sebab itu
segala bentuk pemeliharaan sangat dianjurkan dalam upaya
meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
ADAPUN HAL-HAL YANG PERLU MENDAPAT
PEMELIHARAAN ANTARA LAIN :
1. Semua barang yang ditempatkan agar ditempatkan pada
rak untuk menghindari kemungkinan jatuh dan disusun
dengan rapi.
25. 2. TEMPAT LALU LALANG
a. Tempat lalu lalang agar
dipelihara sehingga tidak
becek, tidak licin dan bebas
dari hambatan-hambatan.
b. Seluruh tempat lalu lalang
yang membahayakan agar
dilengkapi dengan pegangan
(hand rail)
26. 3. CECERAN MINYAK
a. Tumpahan minyak yang berada pada lantai bor, dek,
ruang akomodasi atau tempat lain agar dibersihkan
secepatnya terutama pada mesin-mesin generator.
b. Minyak atau bahan bakar cair dan gas yang mudah
terbakar agar disimpan cukup jauh dari nyala api.
c. Cat dan minyak agar ditaruh di dalam ruang khusus
yang berventilasi
27. d. Minyak dilarang dibuang kedalam air demikian pula minyak
yang berasal dari uji produksi.
4. MENGGUNAKAN DAN MENYIMPAN ALAT
a. Alat-alat tidak diperkenankan untuk ditinggalkan ditempat
pekerjaan, tetapi harus disimpan dalam gudang atau tempatnya.
b. Alat-alat yang telah rusak agar diperbaiki atau diganti dengan
yang baru.
c. Kewajiban pekerja adalah :
- Memeriksa sebelum dan sesudah alat digunakan dan melakukan
tindakan pemeliharaan bila perlu.
- Letakkan alat-alat ditempat yang benar.
- Laporkan peralatan yang rusak.
28. C. KERJA TANGAN
1. Teknik Mengangkat
a. Kedua kaki harus dibuka dengan letak barang berada
ditengah-tengah kaki.
b. Pegang benda itu dengan telapak tangan bukan dengan jari.
c. Siku dan lengan dimasukkan agar lebih kuat.
d. Pusatkan berat badan pada kedua kaki, gunakan kekuatan
kaki untuk mengangkat, bukan dengan bagian belakang
badan.
2. Rencanakan Arah
Sebelum mengangkat barang lebih dahulu tentukan arah
kemana barang tersebut akan dibawa. Rencanakan jalan yang
bebas dari hambatan.
3. Jika barang terlalu sulit untuk diangkat sendiri mintalah
bantuan atau gunakan mesin pengangkat.
29. D. MESIN PENGANGKAT
1. CRANE
a. Hanya operator crane yang mempunyai izin boleh
mengoperasikan crane.
b. Daerah dalam jangkauan crane pada saat bekerja harus bebas
dari orang yang berada di bawahnya.
c. Gunakan tali kait untuk menghentikan benda yang terayun
pada saat diangkat bila hendak diturunkan.
d. Hanya seorang yang dikenali operator dapat memberikan
isyarat menurut cara-cara yang bisa digunakan untuk
menaikan atau menurunkan barang.
Sebelum pengangkatan, taksir dahulu beban yang akan
diangkat agar tidak melebhi kapasitas angkat yang diijinkan.
30. f. Benda yang diangkat harus terikat kuat pada kawat
pengangkat sehingga tidak ada kemungkinan jatuh.
g. Hindari pada waktu mengangkat tali pengangkat terpintal.
h. Hindari sentakan-sentakan pada waktu menurunkan/menaikan
barang/orang.
i. Jangan tinggalkan muatan tergantung bila mesin crane tidak
terjaga.
j. Pada instalasi lepas pantai orang yang naik untuk dipindahkan
dengan crane melalui “personnel basket” harus selalu
menghadap ke dalam dan tangan berpegang pada tali basket
dan memakai pelampung.
k. Pimpinan pemborang agar selalu memberikan informasi cara
kerja yang selamat dalam pengoperasian crane.
31. 2. Forklift
a. Hanya orang yang mempunyai izin boleh mengoperasikan
forklift.
b. Operator hqarus berhati-hati dengan permukaan tanah yang tidak
rata.
c. Bila forklift dalam keadaan tidak digunakan garpu boleh
diturunkan ke tanah.
d. Perhatikan/taksir berat benda lebih dahulu sebelum diangkat.
E. MESIN-MESIN
Tujuan penjagaan dan pemeliharaan mesin-mesin adalah untuk
menghindari adanya kecelakaan pada kerja yang disebabkan
oleh bagian tertentu yang berputar, yang dapat mengakibatkan
pakaian tertangkap dan berbelit atau peralatan yang tertangkap.
32. Alat-alat yang membutuhkan pelindung antara lain :
- Alat-alat yang berputar seperti flywheel, pulley,
sahfting dan clutch.
- Alat-alat pemotong seperti gergaji, latch dan roda
pengisap.
- Tempat-tempat pergeseran seperti gear, V-belt dan
lain-lain.
F. RUANG TERTUTUP/TANGKI
1. Setiap pekerjaan didalam ruang tertutup/tangki harus mendapat
izin dari pengawas pekerjaan.
33. 2. Ruang tertutup/tangki harus diuji dahulu kandungan oksigen bila
pekerja akan masuk untuk bekerja.
3. Pengukuran kadar oksigen harus dilakukan secara berkala pada
saat orang yang bekerja berada di dalam.
4. Ruang tertutup/tangki agar dilengkapi dengan tand/papan
peringatan.
5. Dilarang menganginkan oksigen pada ruang tertutup dimana
orang sedang bekerja dengan api.
6. Bila perlu maka dapat digunakan alat bantu pernapasan
(Breathing Apparatus) untuk bekerja.
7. Bila ada pekerjaan las harus selalu dilakukan penganginan
dengan udara.
8. Untuk ruang tertutup yang cukup dalam dan besar maka petugas
yang bekerja didalamnya selain memerlukan safety belt dan
safety line juga harus ditemani dengan pekerja di luar lubang
yang mengawasi selama pekerjaan berlangsung.
34. 9. Untuk ruang tertutup yang besar kalau perlu dapat digunakan
lampu yang kedap terhadap gas.
10.Hanya peralatan-peralatan yang telah diperiksa dapat digunakan
dalam bekerja pada ruang tertutup/tangki.
11.Untuk ruang tertutup yang besar sekurang-kurangnya harus dua
orang yang bekerja didalamnya.
G. MENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN
1. DI LANTAI BOR
a. Lantai bor agar dijaga dari adanya bahan yang mudah terbakar
seperti ceceran minyak dan sampah-sampah kering.
b. V-door agar dilapisi dengan kayu atau dilengkapi dengan water
sprayer untuk mencegah timbulnya bunga api.
c. Lampu-lampu yang digunakan agar dipilih yang kedap gas.
35. d. Instalasi listrik yang ada agar dijaga sehingga tidak
mengakibatkan adanya hubungan arus pendek (korstluiting).
e. Seluruh pekerja dilantai bor tidak diizinkan untuk membawa
korek api.
f. Di lantai bor agar diletakkan pemadam api ringan dan selimut
tahan api (fire blanket)
g. Papan peringatan dilarang merokok agar dipasang dilantai
bor.
2. DIRUANG AKOMODASI.
a. Pada ruang akomodasi baik dikamar tidur maupun didapu,
ruang kantor, ruang rekreasi, mess dan ruang radio agar
disediakan pemadam api ringan secukupnya yang harus
diperiksa secara berkala. Pada instalasi pemboran lepas
pantai, ruang akomodasi agar dipasang smoke detector dan
water sprinkler.
36. b. Instalasi listrik agar diperiksa secara berkala terhadap
kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi.
c. Kebersihan diseluruh ruang agar selalu dipelihara.
d. Untuk instalasi pemboran lepas pantai agar
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Pada ruang akomodasi agar juga dilengkapi dengan
pelampung (live vest)
yang sesuai dengan jumlah penghuninya.
- Disetiap jalan antar ruang agar dipasang petunjuk
keadaan darurat (station bill).
e. Setiap pekerja agar diberikan latihan cara mengahadapi
bahaya kebakaran.
37. 3. GUDANG CAT DAN BAHAN KIMIA
Untuk menghindari adanya bahaya kebakaran pada
gudang cat dan bahan kimia, bahan-bahan tersebut
penempatannya harus di gudang khusus yang
berventilasi dilengkapi dengan pemadam api ringan,
jenis dry powder.
4.MESIN-MESIN
Didekat mesin-mesin apabila tidak tersedia fire
hydrant agar diletakkan pemadam api ringan
secukupnya dan sebaiknya ditanahkan (di pasang
grounding).
38. 5. TEMPAT-TEMPAT LAIN
Tempat-tempat lain dalam instalasi pemboran
lepas pantai yang dapat menimbulkan bahaya
kebakaran seperti warehouse dan ruang kontrol
agar dilengkapi dengan pemadam api ringan.
39. H. ALAT-ALAT LISTRIK
a. Seluruh alat-alat listrik dengan kabelnya agar diperiksa
secara berkala terhadap kemungkinan terjadinya
hubungan pendek.
b. Setiap pekerjaan perbaikan listrik agar memperhatikan
syarat-syarat keselamatan, misalnya dengan mematikan
arus listrik lebih dahulu, menggunakan peralatan khusus
bersifat isolator dan sebagainya.
c. Hanya orang yang telah mendapat izin yang boleh
melakukan pekerjaan listrik.
d. Sebelum bekerja agar dipersiapkan prosedur pekerjaan
dilengkapi dengan uraian peralatan-peralatan yang
digunakan dan telah di tes lebih dahulu tahanannya.
40. e. Gunakan sepatu yang bersifat isolator di dalam bekerja
dengan listrik tegangan tinggi dan jangan bekerja ditempat
yang basah atau pada saat hujan turun.
f. Bila mengerjakan pekerjaan perbaikan ditempat yang tingi
agar menggunakan sabuk pengaman (safety belt) dan
pelindung dada (apron).
41. I. PETI PENYIMPANAN BAHAN PELEDAK DAN
ZAT RADIOAKTIF
Bahan peledak dan radioaktif adalah bahan-
bahan yang berbahaya yang sangat diperlukan
dalam kegiatan pemboran antara lain untuk
kepentingan perforasi, logging, pemotongan pipa
selubung dan pekerjaan sejenis. Berhubung sifat
fisik dan kimianya yang dapat membahayakan
orang maka penempatannya harus diperhatikan
syarat-syarat keselamatan kerja.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada penyimpanan
bahan peledak dan zat radioaktif di instalasi
pemboran :
42. 1. INSTALASI PEMBORAN DARATAN (ONSHORE)
a. Gudang sementara yang dapat berupa container
agar dibuat sejauh minimal 50 meter dari lokasi
pemboran dan memperhatikan syarat-syarat
gudang bahan peledak/zat radioaktif.
b. Gudang agar dilengkapi dengan pemadam api
ringan secukupnya.
c. Gudang harus dijaga terhadap kemungkinan adanya
pencurian.
d. Memagari gudang dengan baik dan aman.
e. Memasang papan peringatan yang cukup besar
dengan warna dasar merah dengan huruf/tulisan
berwarna putih.
43. f. Lokasi gudang agar dilengkapi dengan lampu sorot untuk
memudahkan pengawasan dimalam hari.
g. Lokasi gudang agar bersih dari bahan-bahan yang mudah
terbakar.
h. Gudang agar dilengkapi dengan penangkal petir.
i. Untuk mengotrol jumlah bahan peledak yang ada di gudang
agar dilengkapi dengan buku stock (buku persediaan).
j. Gudang agar dilengkapi dengan thermometer.
k. Gudang agar dijaga siang dan malam.
44. 2. INSTALASI PEMBORAN LEPAS PANTAI
(OFFSHORE)
a. Gudang sementara yang dapat berupa container
agar diletakkan pada tempat yang memenuhi
syarat-syarat antara lain :
- Cukup aman dari lalu lalang pekerja yang dapat
memungkinkan terjadinya sentuhan/senggolan.
- Cukup jauh dari mesin-mesin atau generator yang
dapat menimbulkan panas
- Tidak terletak dekat dengan pergerakkan crane.
- Tidak menyulitkan di dalam pengisian maupun
pengambilan.
45. - Untuk container bahan peledak agar ditempatkan pada
tempat yang mudah untuk dibuang kelaut bila terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan, sedangkan container zat
radioaktif agar dilengkapi dengan rantai untuk mencegah
hilangnya container bila instalasi pemboran tenggelam.
b. Container sebaiknya terletak dalam jangkauan fire hydrant.
c. Container agar dijaga terhadap kemungkinan adanya
pencurian.
d. Di dekat container agar dipasang papan peringatan yang
cukup besar dengan warna dasar merah dengan huruf
(tulisan) berwarna putih.
e. Untuk mengontrol jumlah bahan peledak yang ada agar
dilengkapi dengan buku stock (buku persedian).
f. Container bahan peledak agar dilengakpi dengan
thermometer.
46. J. PEKERJAAN LAS
Pekerjaan las termasuk salah satu pekerjaan yang
banyak dilakukan sebagai suatu pekerjaan penunjang
di dalam kegiatan pemboran. Mengingat pekerjaan ini
termasuk kategori pekerjaan yang berbahaya, maka
tidakan keselamatan perlu dilakukan di dalam
melaksanakan pekerjaan ini.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan las :
1. Setiap juru las yang bekerja harus memiliki surat
izin/sertifikasi dari instansi perintah yang berwenang.
2. Pada pekerjaan las dilapangan harus mendapat izin
dahulu dari bagian keselamatan kerja dan pimpinan
pekerja setempat.
47. 3. Setiap pekerjaan las agar dilengkapi dengan prosedur yang
lengkap dengan memperhatikan segi keselamatan dan
kesehatan kerja.
4. Semua pekerja las agar selalu menggunakan kca mata las
(goggle) pada saat bekerjadan pelindung dada (apron).
5. Pakaian yang berminyak tidak diizinkan untuk digunakan
dalam pekerjaan las.
6. Sebelum pekerjaan dimulai agar diletakkan dahulu
pemadam
api ringan jenis CO didekat tempat pekerjaan.
7. Lokasi pekerjaan agar diberikan papan peringatan yang
jelas.
8. Semua tabung-tabung gas yang digunakan agar
ditempatkan
terlindung dari panar matahari.
9. Tabung-tabung gas yang telah kosong agar diberi tanda
khusus untuk membedakan dengan yang masih berisi.
48. 10. Tabung-tabung gas agar diletakkan terhindar dari
kemungkinan menjadi penghantar listrik.
11. Peralatan las yang mengalami kerusakan/kebocoran
agar segera diperbaiki/diganti.
12. Bila mengelas pada bagian yang tinggi, bunga api
yang berjatuhan agar dihindarkan dari bahan-bahan
yang mudah terbakar.
13. Bila mengelas pada ruangan tertutup agar
diperhatikan arah angin dan dilarang menggunakan
oksigen untuk peranginan/menghembus.
49. K. TABUNG GAS BERTEKANAN TINGGI
Didalam menunjang kegiatan pemboran penggunaan gas
bertekanan tinggi sering kali diketemukan yaitu antara lain
digunakan untuk mengelas, test pneumatic, pengisian alat bantu
pernapasan dan lain-lain.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada pemakaian tabung
gas bertekanan tinggi perlu dipehatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tabung-tabung agar diletakkan dengan posisi berdiri dan diikat
pada tempat khusus yang disediakan.
2. Tempat penyimpanan agar selalu bersih terutama dari ceceran
minyak dan grease.
3. Tabung-tabung agar diberi warna (kode) yang menjelaskan isi
tabung.
4. Manometer yang digunakan agar secara berkala dilakukan
kalibrasi.
50. 3. Tabung-tabung agar diberi warna (kode) yang
menjelaskan isi tabung.
4. Manometer yang digunakan agar secara berkala
dilakukan kalibrasi.
5. Label pengecekan terhadap ketebalan tabung agar
ditulis dengan jelas pada tabung.
6. Penempatan tabung agar diatur sehingga tidak terdapat
kontak panar dari matahari maupun sumber lain.
7. Pada waktu penyambungan dengan selang-selang karet
hindarilah kebocoran yang mungkin terjadi, bila perlu
gunakanlah pengaman untuk mencegah sambungan
lepas secara tidak sengaja.
51. L. KESEHATAN KERJA DAN PEMELIHARAAN
LINGKUNGAN
1. KESEHATAN KERJA.
Untuk selalu menjaga kelangsungan kerja yang
baik, maka masalah kesehatan kerja personil pemboran
harus selalu diperhatikan dan dipelihara. Disamping upaya
yang dilakukan oleh perusahaan, maka perhatian dari
pekerja sendiripun tidak kurang pentingnya dalam usaha
meningkatkan produktifitas dari waktu ke waktu. Di dalam
pemboran baik didarat maupun di lepas pantai hal-hal yang
harus diperhatikan oleh setiap pekerja untuk memelihara
kesehatan lingkungan dan dirinya antara lain :
52. a. Seluruh tempat kerja harus keadaan bersih terutama
dari kotoran sampah, genangan air, ceceran minyak
dan zat kimia, lumpur dan lain-lainnya.
b. Seluruh peralatan yang tidak digunakan agar
ditempatkan pada tempatnya dengan susunan yang rapi
sehingga mudah mengambilnya.
c. Barang-barang/peralatan-peralatan yang ada agar
ditempatkan sesuai dengan tempat yang telah
disediakan.
d. Seluruh pekerja tidak diperkenankan menggunakan
pakaian yang telah kotor. Pakaian harus bersih dari
kotoran-kotoran minyak dan zat kimia yang dapat
membahayakan bagi tubuh.
53. e. Gunakanlah alat pernapasan yang baik bila
mengerjakan pengecatan dengan menggunakan
semprot, menyemprot serangga, mengambil contoh
minyak atau masuk ketempat berdebu atau beruap
yang berbahaya.
f. Lindungilah mata dengan menggunakan alat khusus
atau kaca mata bila bekerja pada tempat dimana
kemungkinan partikel-partikel kecil dapat masuk
kedalam mata.
g. Gunakanlah sabun dan air yang bersih untuk
membersihkan anggota badan yang kotor terutama dari
minyak dan lumpur. Hindari penggunaan bensin untuk
membersihkan bagian tubuh yang berminyak.
54. h. Jangan sekali-kali menempatkan makanan pada tempat
penyimpanan bahan beracun seperti penempatan kotak makanan
didekat obat nyamuk cair.
i. Perhatikan batas waktu penggunaan makanan kaleng dan taatilah
dengan seksama.
j. Air yang digunakan untuk mandi dan minum bila diambil dari
air sungai atau air alut agar diperiksa secara berkala di
laboratorium untuk menghindari kemungkinan adanya bahan-
bahan berbahaya yang terlarut.
k. Kebersihan ruang akomodasi terutama pada ruang tidur, dapur
dan kamar mandi harus dijaga, bila perlu harus dilakukan
penyemprotan zat kimia secara berkala untuk membasmi
serangga dan binatang kecil lainnya yang dapat menimbulkan
penyakit.
55. l. Saluran air buangan dari toilet agar dibuat sebaik mungkin dan
memenuhi syarat kesehatan.
m. Tenaga medis/dokter/mantri harus ada di instalasi pemboran dan
selalu siap melakukan pertolongan bila diperlukan.
n. Seluruh pekerja pemboran agar mengurangi kebiasaan yang tidak
baik untuk menghindari penyakit yang dapat timbul misalnya
merokok, tidur larut malam, minum air yang belum dimasak, minum
minuman keras di instalasi pemboran dan lain sebagainya.
o. Segera lakukan pemeriksaan kesehatan dokter apabila dirasakan
adanya gangguan kesehatan untuk mencegah penyakit yang serius.
p. Ciptakan suasana tempat kerja selalu menyehatkan dan
menyenangkan serta aman untuk mempertinggi produtifitas kerja.
56. 2. PEMELIHARAAN LINGKUNGAN
a. Lokasi pemboran pada instalasi pemboran darat agar
selalu dipelihara dari kemungkinan adanya genangan
air (becek).
b. Sampah-sampah agar dibuang pada tempat yang telah
ditentukan, jangan sekali-kali membuang sampah
kelaut atau kesungai.
c. Pembuatan mud pit agar diperhatikan kondisi
lingkungannya. Dilarang membuanglumpur bor atau
zat kimia kedalam sungai.
d. Instalasi pemboran lepas pantai agar dilengkapi denga
dispersant untuk menetralisir ceceran minyak yang
jatuh ke laut.
57. e. Konsentrasi minyak dalam air buangan harus dijaga tidak
melebihi 25 ppm dengan menggunakan oil catcher atau zat
kimia tertentu.
f. Hindari penebangan pohon secara liar yang dapat
mengakibatkan rusaknya lingkungan.
g. Hindari pengotoran udara yang timbul dari motor-motor maupun
abu dari zat kimia yang digunakan.
h. Kotoran bekas zat radioaktif yang berbahaya tidak dibenarkan
dibuang ke sungai.
58. M. PERALATAN PENYELAMAT PADA
INSTALASI PEMBORAN LEPAS PANTAI
Di dalam kegiatan pemboran lepas pantai masalah keselamatan dan
kesehatan kerja yang dihadapi lebih berat dibandingkan pada
kegiatan pemboran daratan, karena masalah yang dihadapi
dalam kegiatan tersebut memilki tingkat kemungkinan yang
lebih tinggi. Oleh karena itu sarana penyelamat yang ada lebih
kompleks dibandingkan kegiatan pemboran daratan.
59. Adapun bentuk bahaya yang dihadapi umumnya dapat
berupa antara lain semburan liar (blow out), kebakaran,
tenggelam ataupun kecelakaan lain yang akibatnya
fatal. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
korban yang banyak, maka selain dibutuhkan
penggunaan tenaga kerja yang cakap, sarana
keselamatan kerja yang ada harus mampu dan cukup
mendukung segala tindakan penyelamatan dalam
keadaan darurat.
Usaha penyelamatan yang mungkin dapat dilakukan
selain mengatasi/menanggulangi kecelakaan yang
terjadi dapat pula berupa tindak evakuasi untuk
menyelamatkan diri.
Sarana penyelamatan yang diperlukan antara lain :
60. 1. PELAMPUNG KERJA (LIFE VEST)
1. PELAMPUNG KERJA (LIFE
VEST)
Jumlah yang tersedia sekurang-
kurangnya harus sama dengan
jumlah personil yang ada. Alat ini
digunakan bila bekerja pada tempat
yang ada kemungkinan jatuh
kedalam air, disamping itu di ruang
akomodasi (kamar tidur) harus
disediakan juga live vest sesuai
dengan jumlah tempat tidur
sedangkan jumlah life vest
keseluruhan minimum 150 % dari
jumlah penghuni instalasi pemboran.
61. 2. SEKOCI PENOLONG (LIFE BOAT)
Alat ini digunkan bila ada yang terjatuh ke air dan membutuhkan
pertolongan dimana dikuatirkan korban memerlukan
pertolongan dari orang lain. Selain itu alat ini dapat dipakai
sebagai sarana evakuasi dan penempatannya digantung pada
bagian pinggir instalasi pemboran.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengoperasian life
boat adalah sebagai berikut :
a. Prosedur penggunaan agar diletakkan didekat tempat pemuatan
life boat dan dibagian dalam life boat.
b. Anting penggantung dan peralatan release agar secara berkala
diperiksa, sehingga tidak terjadi kemacetan dalam
pengoperasiannya.
62. c. Sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali life boat agar
dicoba di atas air laut sekaligus untuk menguji mesinnya.
Di life boat agar selalu dipelihara sebagai layaknya barang
baru serta agar dilengkapi dengan senter, radio, air dan
ransum.
3. LIFE RING
Pada tepi deck biasanya diletakkan life ring yang digunakan
juga untuk pertolongan bila ada korban yang terjatuh ke
dalam air.
Beberapa life ring perlu dilengkapi dengan lampu untuk
menolong korban yang jatuh pada malam hari. Selain itu ada
pula jenis yang dilengkapi dengan tali yang digunakan untuk
menarik korban bila terseret arus air.
63. 5. CAPSUL PERTOLONGAN (LIFE CAPSUL)
Biasanya terdapat 2 (dua) buah diinstalasi
pemboran jack up yang digunakan untuk melakukan
tindakan evakuasi bila terjadi dalam keadaan darurat.
Didalam keadaan darurat setiap personil yang ada
harus sudah mengetahui alat-alat pertolongan sehingga
tidak terjadi kepanikan. Seperti pada life raft, peralatan
ini juga dilengkapi dengan makanan ringan, peralatan-
peralatan kecil, senter dan lain-lain yang dapat
digunakan maksimal 7 hari, peralatan ini secara
berkala harus digunakan untuk melatih personil yag
ada, guna membiasakan bila kejadian darurat terjadi.
64. N. SARANA PENTING LAINNYA PADA OPERASI PEMBORAN
LEPAS PANTAI
1. KERANJANG ANGKAT (PERSONIL BASKET)
Peralatan ini digunakan untuk memindahkan orang atau barang tertentu
dari stand by boat ke instalansi pemboran atau sebaliknya.
Peralatan ini dioperasikan dengan menggunakan crane.
Beberapa persyaratan pada pengoperasian personel basket :
Hanya operator crane yang mempunyai izin dapat mengoperasikan
personel basket.
Dalam udara normal hanya 4 (empat) orang pekerja yang dapat diangkat,
sedangkan pada udara buruk (kurang baik) jumlah ini agar dikurangi.
65. Setiap pekerja yang diangkat harus menggunakan pelampung,
berpegangan pada tali dan dengan posisi melihat kedalaman
personel basket.
Pekerja yang diangkat tidak boleh membawa barang. Semua
barang bawaan diletakkan ditengah-tengah personel basket
dan pekerja agar menjaga keseimbangan gerak personel
basket.
Bagi pekerja yang belum berpengalaman agar ditemani oleh
pekerja yang telah berpengalaman dalam menaiki personel
basket.
Setiap pergerakan personel basket harus dapat diikuti dengan
jelas dari pandangan crane operator.
Tempat turun basket dari stand by boat harus merupakan
permukaan yang cukup aman.
66. 2. KOMUNIKASI
Sarana komunikasi merupakan peralatan yang diperlukan
selama pekerjaan pemboran berlangsung karena lokasi
pekerjaan yang umumnya jauh (terpencil). Untuk menunjang
faktor keselamatan kerja bila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan pada pemboran ataupun keperluan-keperluan
lainnya maka hal-hal berikut ini harus diperhatikan, yaitu :
a. Sekurang-kurangnya harus 2 (dua) orang mengetahui cara
menggunakan sarana komunikasi (radio) yang ada yaitu radio
operator dan barge master. Dalam operasi lebih baik pula
toolpusher dan company man mengetahui cara menggunakan
radio tersebut.
b. Sarana radio agar setidak-tidaknya berhubungan dengan shore
base, supply boat/stand by boat dan helikopter.
67. c. Apabila radio dalam keadaan rusak komunikasi antara rig dan
supply boat/stand by boat dapat menggunakan isyarat-isyarat
yang telah disetujui/diketahui.
d. Antena radio agar tidak mengganggu kepada gerak crane
maupun penerbangan helikopter.
68. 3. STATION BILL
Setiap instalasi pemboran lepas pantai harus memiliki Station
bill yaitu petunjuk cara-cara menyelamatkan diri di dalam
keadaan darurat. Station bill sebaiknya dibuat selain dalam
bahasa Inggris juga dalam bahasa Indonesia.
Hal-hal yang penting dan harus diperhatikan adalah :
a. Station bill agar ditempatkan pada seluruh ruang akomodasi
terutama kamar tidur, ruang rekreasi, ruang makan dan ruang
radio operator serta lantai bor.
b. Setiap pekerja harus sudah mengetahui sarana penyelamatnya
bila keadaan darurat terjadi.
c. Sebaiknya station bill menjelaskan pula hal-hal yang harus
dilakukan oleh pekerja dalam melakukan tindakan
penyelamatan termasuk denah penyelamat.
69. 4. SCRAMBLE NET DAN KNOTTED ROPE
Pada instalasi pemboran lepas pantai jenis drill ship, kedua
peralatan ini sering dipakai, tetapi pada instalasi jack up kadang-
kadang diketemukan pula penggunaannya. Peralatan ini
dipergunakan untuk naik/turun ke/dari kapal/instalasi pemboran.
Scramble Net berupa jaringan yang terbuat dari tambang,
sedangkan Kotted Rope adalah tambang yang diberi ikatan-
ikatan sebagai tempat berpegang untuk naik dan turun.
70. 5. PEKERJAAN DI ATAS AIR
Setiap pekerjaan di atas air laut baik untuk mengecat,
membersihkan, mereparasi ataupun pekerjaan lainnya harus
dilakukan dengan menggunakan pelampung atau bila perlu
menggunakan safety line. Pekerjaan ini harus mendapatkan izin
dari pengawas. Untuk itu stand by boat harus diusahakan berada
didekat pekerja serta adanya pengawas di atas deck yang terus
menerus mengawasinya bila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
71. 6. GUDANG CAT DAN BAHAN YANG MUDAH
TERBAKAR.
a. Cat, thiner dan minyak yang mudah terbakar agar
ditempatkan pada tempat/gudang yang khusus.
b. Gudang ini agar selalu dalam keadaan tertutup.
c. Gudang ini agar dilengkapi dengan racun api secukupnya dari
jenis CO atau powder yang diletakkan diluar gudang.
d. Tanda peringatan/larangan membuat api agar dipasang
dengan cukup jelas.
e. Lokasi gudang agar diusahakan sejauh mungkin dari lubang
sumur bor dan cukup jauh dari pekerjaan-pekerjaan yang
menggunakan api.
f. Harus diusahakan gudang dalam keadaan bersih dari sampah-
sampah
72. 7. EMERGENCY ALARM
Penggunaan alarm, tiupan horn atau bel sebagai
tanda bahay merupakan keharusan pada instalasi
pemboran lepas pantai. Tetapi sering pula peralatan ini
dipasanga pada instalasi pemboran daratan yang cukup
besar. Agar seluruh pekerja mengetahui tanda bahaya
yang dibunyikan mak penjelasan tentang hal ini harus
diberikan/dicantumkan pada station bill. Umumnya
setiap instalasi pemboran lepas pantai/drilling
kontraktor berbeda dalam penggunaan nada alarm yang
dipakai.
Berikut adalah suatu contoh penggunaan alarm
pada instalasi pemboran lepas pantai :
73. a. Kebakaran dan Kebocoran Gas
Bunyi alarm selama 2 detik berulang-ulang dengan internal 2 detik selama 1 menit.
2 detik 2 detik 2 detik
!-------!-------!…………!……….!-------!-------!……..!……..! dst
1 menit
<----------------------------------------------------------------------->
b. Orang Jatuh Ke Laut
Bunyi alarm selama 12 detik berulang-ulang dengan internal 12 detik selama 1
menit.
12 detik 12 detik 12 detik
!-------!-------!…………!……….!-------!-------!……..!……..! dst
1 menit
<----------------------------------------------------------------------->
74. c. Meninggalkan Instalasi Pemboran Lepas Pantai
Bunyi alarm secara kontinue selama 1 menit
1 menit
<------------------------------------------------------------>
d. Akhir Dari Suatu Latihan/Pembatalan Alarm
Bunyi alarm selama 5 menit dan pengumuman bahwa
segalanya sudah selesai.
5 menit
<-------------------------------------------------------------->
+ pengumuman
75. 8. D I S P E R S A N T
Untuk menghindari terjadinya pencemaran air laut
yang diakibatkan adanya kegiatan pemboran di daerah
lepas pantai, maka salah satu persyaratan yang harus
dimiliki oleh instalasi pemboran lepas pantai adalah
tersedianya dispersant dalam jumlah yang memadai
yang dapat digunakan sebagai penanggulangan dini
bila terdapat adanya ceceran minyak di atas permukaan
laut.
Dispersant merupakan kewajiban perusahaan
minyak untuk menyediakannya, yang berfungsi untuk
mencerai beraikan lapisan minyak di atas permukaan
air laut menjadi butir-butir kecil yang dapat
dimanfaatkan oleh jasat renik laut (plankton).
76. Di dalam instalasi pemboran lepas pantai penggunaan dispersant
atau pompa foam dengan tekanan yang tidak terlalu besar yang
dapat dilakukan oleh supply boat yang ada, jumlah minyak yang
dibuang ke air laut tidak boleh melebihi 25 ppm, sehingga
diperlukan treatment khusus sebelum membuang air limbah
kedalam laut.
Usaha pencegahan pencemaran air laut lebih ketat
dilakukan apabila pemboran dilkukan di selat yang sempit atau
dipinggir pantai.
77. Adapun macam dispersant yang sering dipakai adalah Corexit,
Gold Crew, Osda, Magnus, Maritex, Gamlaotox, Neos, Surflo,
Shell dan lain sebagainya. Apabila pencemaran air laut yang
terjadi oleh minyak sedemikian parahnya sehingga tidak dapat
ditanggulangi dengan dispersant, misalnya pada kejadian
semburan liar (blow out), maka diperlukan oil boom untuk
memblokir minyak yang tumpah dan menyedotnya dengan oil
skimmer.
78. O. HELIDECK, HELIKOPTER DAN KESELAMATAN
PENERANGAN
Untuk mempermudah transportasi bagi logistik maupun
pekerja di pemboran, seringkali suatu intalasi dilengkapi
dengan helikopter yang membutuhkan helideck secra khusus.
Syarat keselamatan kerja yang diperlukan antara lain :
1. Helideck harus selalu dijaga kebersihannya dan tidak
dibenarkan meletakkan barang di atas helideck.
2. Helideck agar dilengkapi dengan net dan emergency crash kit
serta alat-alat pemadam api.
3. Untuk instalasi lepas pantai helideck agar dilengkapi dengan
lampu-lampu navigasi.
4. Dilarang berada di helideck pada saat helikopter hendak
mendarat/berangkat.
79. 5. Pada saat helikopter akan berangkat/mendarat, orang yang
bertugas harus stand by dengan peralatan yang
dibutuhkan, menghitung jumlah penumpang, mengisi
bahan bakar dan mengawasi keselamatan (keamanan dan
bahaya kebakaran)
6. Hanya orang yang terdaftar diizinkan naik helikopter.
7. Dilarang mendekati helikopter sebelum ada tanda aman
dari pilot.
8. Dilarang mendekati helikopter dari bagian belakang, harus
melalui bagian depan.
9. Pasanglah sabuk pengaman selama duduk di helikopter.
10. Bila melintasi daerah air (laut), gunakan life vest
(pelampung) selama dalam penerbangan.
80. 11. Perhatikanlah dan taatilah tanda larangan “No Smoking”.
12. Barang-barang bawaan agar tidak diletakkan pada ruang
penumpang, tetapi pada bagasi.
13. Tidak boleh meninggalkan tempat duduk sebelum ada
perintah aman dari pilot.
14. Naik dan turun hanya dibenarkan bila putaran motor
helikopter sudah rendah.
15. Hindari membawa barang yang panjang yang dapat
mengakibatkan kontak dengan motor.
16. Dalam keadaan darurat ikutilah perintah dari pilot.
17. Pekerja pembantu heliped agar mengenakan saran
keselamatan kerja.
81. P. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN.
Tindakan melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan
adalah merupakan tindakan darurat yang dilakukanditempat
pekerjaan guna menolong korban kecelakaa untuk mencegah
kematian atau bertambah parahnya korban kecelakaan sampai
diperoleh pertolongan dokter.
Mengingat pentingnya pertolongan ini maka kepada seluruh
anggota regu pemboran perlu mengetahui tindakan-tindakan
yang harus dan yang tidak boleh dilakukan pertama kali
sebelum dokter datang terhadap korban.
Tindakan yang tepat pada korban seringkali menolong keadaan
korban menjadi lebih baik atau tidak mengakibatkan parahnya
keadaan korban.
Dalam buku ini akan dijelaskan beberapa kasus yang mungkin
dihadapi oleh regu pemboran baik daratan maupun lepas pantai
dan cara melakukan pertolongan pertama.
82. 1. UMUM
a. Pastikan bagian tubuh yang mengalami cidera/luka.
b. Hentikan pendarahan yang ada secepat mungkin.
c. Letakkan pasien pada posisi berbaring
d. Beri pertolongan dengan menggerak-gerakan badan
bila diperlukan.
e. Pasien yang tidak sadar tidak dibenarkan diberi
minum.
2. CARA MENGHENTIKAN PENDARAHAN
a. Titik-titik pada badan untuk mengontrol pendarahan
:
– Sisi kepala (pelipis).
– Dagu.
83. – Dibalik tulang selangka.
– Ketiak
– Sisi dalam lengan baigan atas
– Pergelangan tangan bagian dalam.
– Bagian muka tangn samping paha
– Lutut bagian belakang.
b.Pendarahan dari pembuluh darah
Darah mengalir terus menerus dengan warna
merah tua, letakkan kompres rapat-rapat untuk
membantu pembekuan darah.
84. c. Pendarahan dalam
Ciri-ciri muka pucat, pingsan, merasa haus, lemas dan denyut
nadi cepat, baringkan dengan posisi kepala lebih rendah (bila
pendarahan dikepala, letak kepal ditinggikan). Tempelkan
kompres es pada bagian yang diduga mengalami luka dalam.
d. Pendarahan dari nadi
Aliran darah merah keluar dengan cepat. Tekan ibu jari titik-
titik pada badan untuk mengontrol pendarahan. (lihat 1).
e. Pendarahan Yang Lain
Tutup luka dengan kain perban yang steril dengan rapat.
85. 3. PERNAPASAN BUATAN.
a. Cara dada ditekan, lengan diangkat.
– Langkah-langkah pertolongan.
– Letakkan pasien terlentang.
– Penolong berlutut disebelah kepala dan memegang
pergelangan tangan korban.
– Taruh tangan korban keluar dan keatas (membuat gerakan
bernafas).
– Lipat tangan pasien diperut dan diberi tekanan.
– Istirahat.
– Lakukan c s/d e 15 kali dala satu menit.
86. b. Menekan sambil telungkup
Langkah-langkah pertolongan
– Letakkan korban telungkup dengan kedua tangan
menjulur kedepan.
– Tangan penolong diletakkan pada pinggang korban.
– Beri tekanan pada pinggang korban.
– Lakukan b s/d d 15 kali dalam satu menit.
c. Menekan bagian punggung, tangan di angkat
Langkah-langkah pertolongan
– Letakkan korban telungkup dengan kedua tangan tidak
terjulur.
– Penolong berada didepan kepala dengan posisi tangan
pada punggung korban.
87. - Beri tekanan pada punggung
- Gerakkan tangan korban keatas (membuat gerakan
bernafas).
- Istirahat.
- Lakukan prosedur itu 12 kali dalam satu menit.
b. Sistim mulut ke mulut
Cara ini tidak hanya dilakukan pada korban tenggelam
di air, tetapi juga pada korban aliran listrik, keracunan
gas dan sesak nafas. Untuk menghindari kontak
langsung dengan mulut korban dapat diletakkan sapu
tangan yang bersih pada mulut korban yang tidak
mengalami aliran udara.
88. Langkah-langkah pertolongan :
- Korban diletakkan berbaring.
- Angkat bagian leher dan kepala ditengadahkan kebelakang
supaya udara dapat mengalir dengan bebas.
- Tutup lubang hidung korban dan mulut penolong diletakkan
pada mulut korban dengan melakukan tiupan udara kedalam.
- Hentikan tiupan dan telinga penolong didekatkan pada mulut
korban untuk mendengar ada tidaknya aliran udara.
- Lakukan prosedur itu 12 s/d 20 kali dalam satu menit
89. 4.CIDERA
Bagi korban yang tidak sadar setelah terjadinya
kecelakaan di daerah kepala usaha pertolongan
yang harus dilakukan adalah dengan anggapan
pasien mengalami keretakan tengkorak atau gegar
otak.
Tanda-tanda :
Pusing yang amat sangat atau tidak sadar,
bengkak atau luka pada kepala, kemungkinan ada
pendarahan dari mulut, telinga atau hidung.
Kemungkinan biji hitam mata tidak sama besar.
90. Langkah-langkah pertolongan :
- Baringkan korban, bila darah keluar letak kepala agak
ditinggikan.
- Bila muka pucat, kepala diletakkan lebih rendah atau
datar dengan perban.
- Bagian yang luka agar segera dibalut dengan perban.
- Jangan diberi obat yang merangsang.
- Badan korban diselimuti tetapi hindari jangan terlalu
panas.
- Memindahkan korban agar dalam keadaan terbaring.
91. 5. BENDA ASING DALAM MATA
Benda asing yang tertinggal di dalam mata dapat
dikeluarkan antara lain dengan membuka kelopak
mata, kemudian dibasuh/disemprot dengan air
secukupnya. Bila benda asing tersangkut dibagian atas
mata, jangan mencoba untuk mengeluarkannya karena
ada kemungkinan benda tersebut tertekan pada biji
mata yang mengakibatkan keadaan lebih parah.
Usahakan tidak mengusap-usap mata bila ada benda
asing didalamnya. Bila hal-hal tersebut tidak dapat
membantu segera kompres mata dengan perban dan
bawa korban ke dokter.
92. 6.MATA TERKENA BAHAN KIMIA
Cuci mata dengan air dingin secara bebas dan sesudah
itu berikan kapas steril dan dibalut, kemudian bawalah
korban segera ke dokter.
7. LUKA-LUKA
Luka-luka yang sedikit dapat ditutup dengan kapas
steril dan kemudian dibalut. Pada luka-luka yang
berdarah jika tidak terlalu parah tekanan kapas/perban
akan dapat menghentikan pendarahan. Untuk setiap
pendarahan luar yang tidak parah gunakan antiseptik
yang tersedia.
93. 8. LUKA GIGITAN ULAR
Korban haus berbaring dan tinggal diam, kecuali kalau racun
jenis ular itu menyebabkan kesulitan bernafas, maka korban
harus diletakkan dalam posisi duduk. Harus dilakukan
penggoresan dibagian kulit pada sasaran gigi bisa. Suatu
lingkaran goresan tambahan yang mengelilingi anggota badan
yang digigit kadang-kadang diperlukan jika terjadi
pembengkaan yang meluas. Pengisapan perlu dilakukan segera
sebelum pertolongan dokter datang. Bagian atas dan anggota
badan yang luka sebaiknya diikat kuat-kuat dengan pita untuk
mencegah menjalarnya racun dengan cepat.
Letak pita lebih kurang 5 cm diatas luka yang mengarah ke
jantung. Usahakan korban secepatnya mendapat perawatan
dokter.
94. 9. TERBAKAR ATAU TERSIRAM AIR PANAS
Apabila korban tidak parah, berikan salep untuk luka bakar yang
terbakar atau menggunakan cairan soda kue.
Pada luka terbakar ini selanjutnya ditutup dengan kapas yang
mengandung vaselin steril untuk mencegah infeksi melalui
udara. Bila korban agak parah, bagian yang terbakar langsung
ditutup dengan kapas steril yang diberi cairan soda kue yang
tidak panas.
95. 10. TANAMAN BERACUN
Setelah tersentuh, cucilah bagian yang terkena dengan
menggunakan sabun dengan alkohol. Pakailah air dingin, dan
cara membasuhnya selalu mengarah keujung kaki dan tangan.
Jangan menggosok-gosok bagian yang tersentuh dengan tangan,
kemudian keringkan bagian tersebut. Bila alkohol tersedia
cukup, basahkan sebanyak-banyaknya bagian-bagian yang
terkena racun itu.
11. PINGSAN KARENA PANAS MATAHARI
Tanda-tanda :
Sakit kepala dan pusing-pusing, muka merah, kulit
panas dan kering tanpa berkeringat, suhu badan
meninggi, sukar bernafas dan kadang-kadang tidak
sadar.
96. Langkah-langkah pertolongan :
Pindahkan korban ke tempat yang sejuk dan rebahkan,
letakkan kepala lebih tinggi dari badan. Tanggalkan
pakaiannya yang mengakibatkan kepanasan dan alirkan
udara segar sebanyak-banyaknya dengan pengipasan.
Shock fisik dapat mengakibatkan kematian. Umumnya,
setiap kejutan melalui syaraf jika cukup kuat bisa
mengakibatkan shock.
Shock emosi timbul bila ada dorongn di otak. Shock
karena luka berat dapat berupa pukulan yang terjadi pada
bagian tubuh, misalnya kemaluan yang menggencet atau
memutuskan saluran syaraf di dalam tubuh
97. 12. TINDAKAN APABILA BADAN/PAKAIAN
TERBAKAR
Berhenti bekerja, jatuhkan badan dan berguling-gulinglah.
Hilangkan segera bagian yang terbakar yang kontak langsung
dengan tubuh. Penyingkir api segera dapat mencegah
pengelembungan atau luka hangus dan mengurangi rasa sakit.
Jangan menggunakan mentega atau sembarang salep.
Segera panggil dokter untuk mencegah keadaan lebih parah.
98. 13. KOTAK OBAT DASAR DAN TANDU
Disarankan ditempat pekerjaan tersedia kotak obat-obatan yang
cukup memadai serta perlengkapan pertolongan pertama pada
kecelakaan yang dapat digunakan dengan cepat bila diperlukan
antara lain disediakan pula tandu.
99. BAB V
PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BAGI REGU PEMBORAN
A. ORGANISASI PEKERJAAN PEMBORAN
DALAM PANDANGAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
Untuk melaksanakan suatu pekerjaan pemboran,
perusahaan minyak (Oil Company) biasanya
memberikan pekerjaan pemboran teresebut kepada
kontraktor pemboran (drilling Contractor) setelah
melalui suatu penilaian. Tetapi di Indonesia pekerjaan
tersebut dapat pula dilakukan oleh perusahaan minyak
itu bila mempunyai instalasi pemboran sendiri.
100. Apabila perusahaan menggunakan instalasi
pemboran milik kontraktor perusahaan akan
menugaskan seorang atau lebih pengawas (Company
Man), yang menjabat sebagai drilling supervisor
dengan tugas mengawasi pekerjaan kontraktor
pemboran dan tugas lain sesuai dengan kontrak yang
telah disetujui. Mengingat pekerjaan pemboran
mempunyai resiko kecelakaan yang tinggi. Setiap
orang sampai dengan tingkat manajer, harus
memahami masalah keselamatan dan kesehatan kerja
dalam ruang lingkup pekerjaan dan tanggung jawabnya
dengan baik. Kontraktor pemboran harus berusaha
memperkecil/menekan kemungkinan kecelakaan yang
terjadi, karena akan dapat mempengaruhi biaya premi
asuransi yang harus dibayar.
101.
102. 1. BEBERAPA TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
PEMBORAN DALAM MASALAH
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
a Mempersiapkan perlengkapan dan peralatan pemboran yang
baik dan aman serta kondisi tempat kerja yang baik dengan
memenuhi syarat-syarat kesehatan.
b. Mengembangkan cara-cara kerja yang aman dengan
mempersiapkan prosedur untuk setiap pekerjaan.
c. Memelihara kondisi instalasi pemboran, mengadakan inspeksi
dan memelihara seluruh perlengkapan yang digunakan.
d. Mengadakan pendidikan dan latihan masalah keselamatan dan
kesehatan kerja seluruh pekerja pemboran.
103. e. Menjalankan pengawasan mulai manajer, superitendent, toolpusher
dan driller. Untuk memenuhi keperluan mereka dalam melaksanakan
seluruh program keselamatan dan kesehatan kerja.
f. Mengadakan investigasi dari setiap kecelakaan yang terjadi dan
melaporkan kepada pihak yang berwenang.
g. Memberikan dorongan kepada setiap pekerja untuk memperbaiki
prestasi keselamatan dan kesehatan kerja Perusahaan dan mencegah
kecelakaan yang mungkin dapat terjadi.
104. 2. TANGGUNG JAWAB DRILLING SUPERINTENDENT
DALAM MASALAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA.
Drilling Superintendent adalah merupakan orang tertinggi dari
pemboran dilapangan yang memimpin dan mengawasi beberapa buah
instalasi pemboran. Selain itu ia bertugas mengawasi toolpusher,
seluruh pekerja pemboran dan pekerja-pekerja lain yang menunjang
pemboran seperti juru mesin, juru las dan petugas lapangan lainnya.
Selain tiu Drilling Superintendent bertugas mengadakan kontak
dengan perusahaan pemakai.
105. Ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja yang diawasi
adalah :
a. Menekan kepada Toolpusher dan semua pekerja mengenai
program keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan didalam
praktek lapangan.
b. Memberikan informasi kepada Toolpusher tentang perlindungan
dari komponen-komponen instalasi pemboran dan penerapan
praktek keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Bekerja sama dengan ahli keselamatan dan kesehatan kerja di
dalam memperbaiki prosedur-prosedur, perencanaan dan
penggunaan peralatan.
d. Meminta Toolpusher agar mengadakan inspeksi bulanan pada
peralatan agar hal-hal yang membahayakan dapat
diperkecil/dihilangkan.
106. e. Memperhatikan standar keselamatan dan kesehatan kerja bila ada
pergantian peralatan dan prosedur.
f. Memonitor tanggung jawab driller untuk melatih driller dan pekerja
bor lainnya dalam latihan keselamatan kerja.
g. Mengadakan penyelidikan yang serius bersama Toolpusher mengenai
kecelakaan-kecelakaan yang terjadi.
107. 3. TANGGUNG JAWAB AHLI PENGENDALI PEMBORAN
(TOOLPUSHER)
Toolpusher adalah pengawas dari satu atau lebih rig, tergantung
pada besar rig masalah yang dihadapi atau kepentingan dari lokasi
sumur yang dibuat.
Toolpusher merupakan pegawai drilling kontraktor yang bertugas
melakukan koordinasi kerja pada rig dalam kegiatan pemboran.
Adapun ruang lingkup pekerjaan toolopusher adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan drilling safety yang tepat dengan memperhatikan
pelaksanaan dari program safety dalam kegiatan pemboran.
b. Menyaksikan penegakan, pembongkaran maupun pemindahan rig
pada lokasi yang baru.
108. c. Merencanakan dan menjadwalkan pengurusan barang-barang yang
akan digunakan untuk kegiatan pemboran seperti komponen rig,
bahan bakar, lumpur bor, pahat dan lain sebagainya.
d. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh aktivitas kegiatan
pemboran dan selalu berhubungan dengn operator ataupun perusahaan
minyak dan menyewa rig sesuai dengan keperluannya.
e. Membantu driller di dalam memecahkan problem operasi dan
memanggil ahli yang berpengalaman bila terjadi problem drilling
yang serius. Misalnya gas kick, blow out atau masalah dalam lubang
bor hingga perlu adanya perubahan rencana pemboran dan lain-lain.
f. Menentukan metode pemboran yang optimum didasarkan pada
pengalaman ataupun hasil evaluasi dari sumur-sumur terdekat.
109. g. Memelihara dan menanggapi informasi yang ada pada perlengkapan
rig dan memperhatikan ulah drill stem test. Informasi ini dapat
digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan keharmonisan operasi
pemboran.
h. Melatih dan membantu driller dalam memberikan training pada crew
dalam cara kerja yang aman, sempurna serta menunjukkan cara
pemeliharaan alat-alat pemboran.
i. Bertanggung jawab secara langsung mengenai penempatan tenaga
kerja di instalasi pemboran.
j. Seorang Toolpusher biasanya mempelajari pekerjaannya melalui
latihan yang diperoleh ditempat pekerjaannya secara langsung melalui
tingkatan yang paling rendah. Pengalaman-pengalaman tertentu
sangat dibutuhkan seorang Toolpusher, sehingga dalam segala
keadaan dapat megatasi berbagai persoalan yang mungkin timbul
selam pemboran berlangsung.
110. 4. TANGGUNG JAWAB JURU BOR (DRILLER)
Driller bertanggung jawab terhadap instalasi pemboran dan pekerja
pemboran dan terhadap operasi pemboran selama ia melaksanakan
tugasnya.
Adapun ruang lingkup pekerjaan driller antara lain sebagai berikut :
a. Mengembangkan program keselamatan kerja kepada seluruh pekerja
dan memperhatikan pelaksanaan program tersebut di dalam/di luar
kegiatan pemboran.
b. Mengoperasikan peralatan angkut dan peralatan pemboran. Untuk
mengontrol seluruh kegiatan, driller melakukannya dari drilling
console, yang dilengkapi dengan brakes, throttles, clutches dan
berbagai alat ukur. Driller harus mampu menaik/turunkan drillstring,
casing, menyambung pipa bor, mengontrol lumpur dan pompanya,
mengatur kecepatan rotary table, mengukur weigth on bit dan lain
sebagainya.
111. c. Memilih pahat pemboran yang tepat sesuai dengan formasi yang akan
ditembus.
d. Mengontrol pompa lumpur untuk mendapatkan sirkulasi yang
sempurna sehingga fluida pemboran akan tetap dingin dan melumasi
pahat bor serta membersihkan serpih pemboran dari lubang bor.
e. Memilih kecepatan sirkulasi yang relatif konstan. Bila kecepatan ini
berubah, hal ini dapat merupakan petunjuk adanya masalah di dalam
lubang bor, misalnya gas kick, hilangnya sirkulasi dan lain
sebagainya.
112. f. Mengontrol karakteristik lumpur pemboran dan
mempersiapkan zat kimia yang dibutuhkan untuk
melakukan treatment pada lumpur pemboran. Dalam
pekerjaan ini driller dibantu oleh derrickman. Bila terjadi
blow out atau loss circulation, driller harus menentukan
pengaturan lumpur bor dibantu oleh mud engineer.
g. Menjalankan dan membantu dalam memasukkan
peralatan-peralatan khusus di dalam lubang bor antara lain
pada operasi logging, testing, corring, fisshing dan lain
sebagainya.
h. Melatih seluruh pekerja agar selalu bekerja secara aman
dan memperhatikan secara sungguh-sungguh terhadap alat-
alat yang ada.
113. 5. TANGGUNG JAWAB OPERATOR MENARA BOR
(DERRICKMAN)
Derrickman adalah orang yang bekerja di monkey board dan
mengerjakan segala sesuatu dibagian atas menara bor. Selain
menangani pipa-pipa pemboran sesuai dengan tempat kerjanya,
derrickman juga bertanggung jawab terhadap karakteristik fluida
pemboran, kecepatan sirkulasi lumpur dan mengurus peralatan pompa
lumpur.
Adapun ruang lingkup pekerjaannya adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan seluruh pekerjaan dengan selalu memperhatikan
syarat-syarat keselamatan kerja ditempat bekerja yang tinggi
antara lain dengan menggunakan safety belt.
b. Dalam pekerjaan trip pipa-pipa pemboran tugas derrickman
adalah menyususn pipa pada tempatnya.
114. c. Dalam pamasangan casing, derrickman bekerja diluar
stabbing
board. Tugasnya dalam hal ini adalah membariskan setiap
joint dan pipa-pipa bila telah dipasang pada pasangannya
dimeja putar.
d. Menangani segala persoalan diatas menara seperti
pelumasan peralatan pengangkutan, mengikat drilling line
dan memperbaiki kerusakan kecil yang ada di menara bor.
e. Dengan bantuan driller, seorang derrickman harus
memperbaiki lumpur bor da memlihar pompa lumpur.
f. Bila tidak ada tenaga mekanik, seorang derrickman juga
bertanggung jawab untuk membantu driller dalam
pemeliharaan alat-alat instalasi pemboran.
115. g. Membantu pekerjaan-pekerjaan driller yang lain sesuai kebutuhan.
Biasanya jabatan derrickman diperoleh dari posisi ratary helper
atau pekerjaan lainnya, seperti mekanik, motorman, electrician,
dan lain-lain, melalui pengalamannya seorang derrickman dapat
dipromosikan menjadi driller.
116. 6. TANGGUNG JAWAB OPERATOR LANTAI BOR
(ROTARY HELPER)
Rotary helper merupakan jabatan yang paling rendah dalam
suatu regu bor. Jabatan ini kadang-kadang disebut floorman
atau rougneck. Dalam pekerjaannya, seorang rotary helper
bertugas membantu driller atau derrickman dan pekerjaan
umu lainnya di lantai bor. Kadang-kadang rotary helper
bertugas pula dalam perbaikan-perbaikan kecil peralatan.
Adapun ruang lingkup pekerjaan rotary helper adalah
sebagai berikut :
a. Melaksanakan segala pekerjaan dengan cara-cara yang
aman , lengkap dengan sarana keselamatan kerja yang
dibutuhkan.
117. b. Dalam pekerjaan menaikkan dan menurunkan drill string, 2 atau 3
orang rotary helper harus siap menanganinya. Tugas itu antara lain
memegang ujung drill string ketika menyambung pipa atau
melepaskannya. Dalam pekerjaan ini 1 orang rotary helper harus
memegang kunci pipa yang diperlukan, yang lain ikut memutar kunci
pipa dan mengarahkannya ke lubang bor.
c. Dalam pemasangan casing, rotary helper mempunyai tugas yang
sama dalam penanganan drill string, disamping itu perlu membantu
regu pemasang casing bila diperlukan.
d. Membantu derrickman dalam mencampur lumpur bor (clay, zat
kimia, material untuk menaikkan spesific grafity atau lost circulation
materials).
e. Membantu perawatan dan perbaikan bila diperlukan pada mesin-
mesin atau perlengkapan instalasi lainnya.
f. Melumasi mesin-mesin, membersihkan lantai bor, mengecat,
menempatkan alat-alat bor, menyusun pipa bor dirak dan lain
sebagainya.
118. B. BEBERAPA TUGAS POKOK REGU BOR MENURUT
KETETAPAN PEMERINTAH
1. TOOLPUSHER (AHLI PENGENDALI PEMBORAN)
Yaitu petugas perusahaan atau wakilnya yang memegang
tanggung jawab dilokasi pemboran, atas perencanaan, koordinasi
pelaksanaan kerja pemboran, teknik pemboran serta kelancaran kerja
mesin/peralatan pemboran dan petugas perusahaan perminyakkan dan
gas bumi atau sumber daya panas bumi/wakilnya yang memegang
tanggung jawab atas pengawasan pelaksanaan program dan koordinasi
di lokasi pemboran.
119. 2. DRILLER (JURU BOR
Yaitu pekerja atau pekerja pengganti yang mempunyai tugas utama
mengoperasikan dan mengendalikan perangkat peralatan pemboran
serta bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan selama kerja
(shift) yang bersangkutan.
3. DERRICKMAN (OPERATOR MENARA BOR)
Yaitu pekerja atau pekerja pengganti yang mempunyai tugas utama
melakukan pekerjaan-pekerjaan di lantai sisir sandar (mankey board)
dan atau di lantai puncak menara (crown desk).
4. ROTARY HELPER (OPERATOR LANTAI BOR)
Yaitu pekerja yang mempunyai tugas utama mengoperasikan
peralatan-peralatan di lantai bor dalam rangka membantu tugas juru
bor.
120. C. TANGGUNG JAWAB REGU BOR DI BIDANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1. TANGGUNG JAWAB DRILLER (JURU BOR)
a. Melakukan inspeksi keselamatan kerja di seluruh bagian peralatan
instalasi pemboran dan memperhatikan bagian-bagian penting yang
perlu dilumasi.
b. Menjelaskan kepada seluruh pekerja mengenai pekerjaannya dan
memperhatikan cara kerja mereka.
c. Driller tidak diperkenankan melepas kelly bila pompa dalam keadaan
berjalan.
d. Setiap pekerja harus mengetahui cara memberhentikan drawwork
dalam keadaan darurat.
121. e. Driller harus memegang brake bila derrickman sedang
melumasi crown block.
f. Memperhatikan seluruh pekerjaan dan pekerja yang
menggunakan tangan agar mengikuti aturan kerja yang
aman.
g. Memeriksa kondisi tali pada catline dan perlatan yang
dipakai oleh semua pekerja.
h. Sebelum memulai bekerja dengan drawwork perhatikan
bahwa tidak ada pekerja di dekatnya.
i. Singkirkan semua peralatan yang tidak perlu pada control
panel dan brake
j. Jangan biarkan pekerja berdiri di bawah hoist bila peralatan
itu sedang bekerja.
122. k. Jangan mengangkat rangkaian pipa bor ke lubang bor pada saat
kerjaan swabbing dengan cepat.
l. Selidiki secara cermat setiap kecelakaan yang terjadi.
m. Perhatikan persediaan barang-barang keperluan pemboran untuk
kelancaran kerja.
123. 2. TANGGUNG JAWAB DERRICKMAN (OPERATOR
MENARA BOR)
a. Setiap pekerja menggunakan sarana keselamatan kerja
perorangan yang lengkap.
b. Gunakan selalu safety belt bila sedang bekerja diatas
menara bor.
c. Pada waktu menaiki tangga menara bor perhatikan harus
selalu keatas.
d. Periksa bagian-bagian dari menara bor ataupun crown
block dan drilling line (tali bor) yang mengalami kerusakan
dan lakukan perbaikan dengan segera.
e. Bagian yang perlu dilumasi agar secara teratur diperiksa
minyak pelumas atau vet-nya.
124. f. Periksa kondisi peralatan yang digunakan dan jangan sekali-kali
membawa peralatan di dalam kantong baju bila bekerja di menara bor
atau menaiki tangga.
g. Perhatikan selalu isyarat-isyarat yang di berikan oleh driller dalam
melaksanakan pekerjaan.
h. Periksa keadaan tali lari (escape line) dan kursinya apakah selalu siap
dipakai. Bila perlu lakukan percobaan dengan beban untuk memeriksa
keadaan tali.
i. Jaga kebersihan monkey board agar tidak licin, yang dapat
membahayakan diri sendiri.
j. Perhatikan selalu cara kerja yang baik dan aman.
125. 3. TANGGUNG JAWAB ROTARY HELPER (OPERATOR
LANTAI BOR)
a. Harus selalu menggunakan sarung tangan dalam menggunakan kunci-
kunci pipa.
b. Gunakan palu yang khusus untuk membuka dan menutup kunci pipa
yang terbuat dari tembaga.
c. Pelihara lantai bor agar tidak licin
d. Periksa keadaan tali yang digunakan untuk mengangkat atau
menurunkan peralatan bor agar selalu dalam keadaan baik.
e. Periksa kunci-kunci pipa terhadap keausan dan perlu tidaknya untuk
dilumasi.
126. f. Jangan berdiri diatas meja putar.
g. Perhatikan selalu gerakan dari kunci-kunci pipa, berdirilah pada
jarak yang aman dari putaran kunci.
h. Hati-hati terhadap kemungkinan tangan terjepit pipa bor dan kunci
pipa.
127. +
D. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEGIATAN
PEMBORAN
1. MASA PERSIAPAN INSTALASI PEMBORAN (RIG UP)
a. Setiap pekerja harus bekerja sesuai dengan tanggung jawab yang telah
ditentukan.
b. Jangan bekerja tergesa-gesa dang jangan membawa barang terlalu
berat.
c. Perhatikan setiap pekerjaan kawan dan pekerjaan diri sendiri yang
dapat membahayakan.
d. Amankan meja putar dari kemungkinan timbulnya bahaya.
e. Jangan berdiri/berjalan dibawah beban yang bergerak pada crane.
128. f. Beban pada catline jangan sampai berlebihan.
g. Semua peralatan yang diangkat agar diikat dengan kuat.
h. Bila meletakkan stanpipe gunakan pengikat yang aman.
i. Periksa kondisi tali penggantung kunci pipa (tonghanger).
j. Periksa kondisi seluruh anak tangga dan hand rail dan periksa pula
semua alat pelindung mesin (guard).
k. Ikat kelly dengan kuat sehingga aman terhadap kemungkinan terlepas
pada saat membuat rat hole dan mouse hole.
l. Periksa seluruh cluthes sebelum mesin dioperasikan dan yakinkan
bahwa peralatan tersebut dapat bekerja sempurna.
m. Pada saat awal drilling agar mengoperasikan rig secara berhati-hati.
n. Seluruh anggota regu bor harus memperhatikan hal-hal yang dapat
membahayakan pada seluruh peralatan yang ada.
129. 2. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PADA SAAT PEMBORAN BERLANGSUNG
A. DILANTAI BOR
- Lantai bor agar bersih dan tidak licin, peralatan yang tidak
perlu agar disimpan ditempatnya.
- Penggunaan catline agar memperhatikan batas maksimal
beban yang diizinkan.
- Hati-hati dalam mengangkat pipa di V door, berdirilah pada
jarak yang aman.
- Semua tali dan sambungan-sambungannya agar diperiksa
dengan teliti.
130. - BOP dan perlengkapannya agar selalu siap pakai.
- Hentikan setiap kebocoran saluran-saluran lumpur bor
- Periksa seluruh baut-baut yang mungkin dapat
menimbulkan bahaya
- Jangan berdiri di atas rotary table pada saat berputar.
- Periksa seluruh bagian yang berputar dari rotary table
terhadap kemungkinan adanya bahaya.
B. DI MENARA BOR
- Derrickman harus selalu menggunakan sabuk pengaman
(safety belt) yang terikat di monkey board.
- Driller dan derrickman harus saling memperhatikan pada
saat pekerjaan trip agar dapat berlangsung dengan aman.
131. - Peralatan yang tidak dipakai agar selalu diamankan untuk
menghindarkan jatuhnya peralatan tersebut.
- Bagian-bagian peralatan yang lepas atau hilang segera diperbaiki atau
diganti
- Jangan sekali-kali membawa peralatan di kantong baju.
- Tali-tali yang tidak digunakan agar disingkirkan.
- Perhatikan ikatan-ikatan sebelum mengangkat pipa.
- Dalam memanjat ke atas monkey board, perhatikan anak tangga
berikutnya.
- Tidak diperkenankan orang lain untuk berdiri di monkey board bila
pekerjaan telah berjalan.
- Peralatan yang diangkat atau diturunkan aar terikat dengan keras.
- Kabel-kabel rig agar diperiksa secara berkala.
- Elevator harus selalu dalam keadaan baik.
132. 3. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA
PEKERJAAN UJI KANDUNG LAPISAN (DRILL STEM
TEST=DST)
Uji kandung lapisan (Drill Stem Test) atau disebut juga dengan
test produksi adalah merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengetahui potensi dari suatu lapisan untuk mengetahui potensi dari
suatu lapisan untuk memproduksikan minyak.
Usaha ini dikerjakan setelah lapisan yang dimaksud diperforasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada kegiatan ini adalah :
a. Amankan lokasi terhadap kemungkinan timbulnya api.
b. Periksa kondisi alat pencegah semburan liar (BOP) dan Choke line.
c. Lubang bor harus selalu dipenuhi oleh lumpur pada saat pekerjaan
berlangsung.
133. D Yakinkan bahwa turun dan naiknya permukaan lumpur hanya
disebabkan oleh ada/tidaknya rangkaian pipa bor.
e. Matika semua lampu yang tidak kedap gas.
f. Matikan semua heater dan alat-alat sejenis dan juga generator.
g. Periksa keadaan semua alat pemadam api yang tersedia.
h. Jangan melakukan uji kandung lapisan pada saat hujan dengan petir.
i. Derrickman agar tidak berdiri di monkey board pada saat pekerjaan
ini dilakukan
j. Perhatikan agar lebih besar pada saat peralatan DST dibuka terutama
bila gas dan minyak telah keluar.
k. Perhatikan kondisi lumpur bor untuk mencegah blow out yang
mungkin terjadi.
l Periksa keadaan kawat-kawat listrik pada motor rig yang belum
terisolasi dengan baik.
m Periksa blower, water conection sebelum pekerjaan dilakukan.
134. 4. PENGOPERASIAN POMPA LUMPUR BOR DAN
TEMPAT PENCAMPURAN LUMPUR
a. Pada Perbaikan pompa lumpur agar posisi drawwork clucth dalam posisi
bebas.
b. Lepaskan tekanan yang ada disaluran lumpur sebelum memulai reparasi
pompa.
c. Perhatikan prosedur reparasi yang ada.
d. Gunakanlah tangan untuk memutar popma dan jangan menggunakan listrik
pda saat diperbaiki.
e. Gunakan peralatan yang tepat dan baik pada saat membongkar pompa.
f. Perhatikan keadaan sekitar pompa bila mulai menghidupkannya.
g. Di dekat pompa lumpur agar tersedia alat pemadam api ringan.
h. Pekerja-pekerja lumpur bor agar selalu menggunakan alat-alat pelindung
pernapasan (masker) yang baik bila sedang bekerja. Lengkapi pula tempat
pencampuran lumpur tanda peringatan untuk menggunakan alat pelindung
pernapasan.
i. Kebersihan disekitar mud hopper agar selalu dipelihara terutama dari
tumpahan barite dan chemical agent serta sampah pembungkusnya.
135. 5. PENGECATAN DAN PEMERIKSAAN MENARA
BOR
a. Gunakan sabuk pengaman bila bekerja pada ketinggian
(menara bor)
b. Periksa perlatan atas menara secara teratur dan perbaiki
bila ada yang tida benar atau rusak.
c. Gunakan tangga yang baik untuk naik dan jangan bekerja
diatas menara bila tertiup angin kencang.
d. Mengecat di ruang tertutup agar menggunakan masker dan
perhatikan ventilasi tempat bekerja untuk menghindari
bahaya uap tinner.
e. Gunakan kaca mata bila pengecatan dilakukan dengan
penyemprotan.
136. 6. MELETAKKAN/MENYUSUN DRILL PIPE (PIPA BOR)
a. Perhatikan selalu kondisi kekuatan rak pipa pemboran untuk menahan
beban
b. Perhatikan kondisi tali pengangkat apakah ada bagian yang rusak yang
dapat mengakibatkan jatuhnya pipa.
c. Hati-hati dalam membuka dan menutup kait elevator untuk mencegah
terjepitnya tangan.
d. Perhatikan gerakan pipa ketika akan diangkat atau diturunkan.
Hindari terhadap ayunan yang mungkin terjadi.
e. Kait elevator agar terikat dengan kuat pada saat akan mengangkat
pipa.
f. Susunlah pipa dengan baik dan bila perlu pasang pengaman di tempat-
tempat tertentu.
137. 7. MEMOTONG TALI PEMBORAN DAN MENGECAT
a. Gunakan tali yang cukup kuat untuk mengayunkan block
periksa ikatannya agar selalu kuat.
b. Bersihkan selalu minyak-minyak yang ada di dead line.
c. Jangan meluncurkan drilling line melalui weight indikator.
d. Sebelum memotong periksa keadaan tali apakah masih terpilih
dengan baik.
e. Perhatikan kondisi tali yang telah pecah pada saat menarik dari
drum.
f. Gunakan kaca mata pelindung ketika memotong tali bila
menggunakan las.
g. Pada saat pemasangan pelindung drum kembali periksa apakah
seluruh baut telah terpasang dengan kuat.
138. h. Gunakan cutter yang baik dan aman untuk memotong drilling line.
i. Jangan mengecat dekat api.
j. Gunakan safety belt bila mengecat di tempat ketinggian dan gunakan
tangga yang telah terikat kuat.
k. Bila menggunakan kuas untuk mengecat mesin hati-hati terhadap
bagian yang berputar.
l. Gunakan selalu masker dan perhatikan ventilasi udara bila mengecat
pada ruang tertutup.
m.Spray gun hanya boleh digunakan dengan udara bertekanan
(comprresion air).
139. 8. MOTOR-MOTOR
a. Dilarang mengerjakan perbaikan/reparasi pada saat motor-motor
dalam keadaan hidup.
b. Dilarang merokok ketika melaksanakan pengisian bahan bakar motor
atau pada saat mengisi bahan bakar. Perhatikan pula lampu-lampu
didekatnya yang tidak kedap gas.
c. Perhatikan kondisi baut-baut pada fan, clutch dan pulley guard.
d. Jangan mencuci generator dan peralatan listrik dengan air.
e. Jangan membuka penutup radiator pada saat temperatur masih tinggi
dengan tangan telanjang.
f. Pelihara kebersihan sekitar mesin-mesin. Hindari adanya ceceran
minyak di lantai. Tempatkan semua peralatan pada tempatnya.
140. g. Hanya petugas yang telah mendapat izin dari toolpusher
yang diizinkan untuk menangani motor-motor.
h. Perhatikan alat-alat pelindung dari bagian yang berputar.
i. Sediakan alat pemadan api ringan di dekat mesin-mesin
dari CO atau dry powder.
j. Periksa secara teratur level minyak pelumas juga
temperatur dan tekanannya.
k. Setiap pekerjaan listrik agar switch terpasang pada posisi
“OFF” dan terkunci dengan baik.
l. Perhatikan kabel-kabel yang telah terbuka dan berikan
isolasi dengan baik
141. 9. CEMENTING
a. Semua katup pada transfer line harus dalam keadaan
tertutup bila storage silo dinaikkan tekanannya.
b. Lubang di dasar silo harus tertutup kuat bila tekanannya
dinaikkan.
c. Sebaiknya 1 (satu) jam sebelum cement job, storage silo
dialirkan udara untuk mempermudah pengaliran cement
pada transfer line.
d. Bersihkan transfer line menuju surge tank sebelum
melakukan transfer cement.
e. Lubang angin pada surge tank harus bersih sebelum mulai
transfer cement saluran pembuangan harus dalam keadaan
tertutup.
142. f. Seluruh pekerja harus memenuhi syarat keahlian pada posisi masing-
masing. Setiap pekerja harus dapat menerima dan menyampaikan
isyarat kepada operator silo sebelum muali transfer cement.
g. Pekerja pada katup pembuangan harus menggunakan peralatan
keselamatan kerja seperti goggles dan masker.
h. Setelah selesai cementing seluruh transfer line harus tetap bersih dan
tidak ada tekanan pada saluran-saluran tersebut.
143. 10. RUNNING CASING
a. Gunakan selalu tag line dalam pekerjaan pengangkatan
casing.
b. Bila casing pada V-door semua personel yang tidak
berkepentingan tidak boleh berada didekatnya.
c. Periksa semua peralatan seperti air tuggers, slings,
tongs, elevator, stabbing board, riding belt dan lain-lainnya
sebelum memulai pekerjaan.
d. Hanya satu orang yang dikenal oleh crane operator dapat
memberikan isyarat-isyarat.
e. Sebaiknya dilaksanakan safety meeting sebelum pekerjaan
dimulai untuk memastikan cara kerja yang aman
dilanjutkan dengan pengisian check list
144. f. Assisten driller harus memeriksa kondisi peralatan dan
memastikannya dalam keadaan baik dan siap pakai.
g. Tugger line harus dalam keadaan sempurna terikat sebelum
pengangkatan joint.
h. Seluruh lantai bor harus dalam keadaan bersih dari peralatan-peralatan
yang tidak beguna.
i. Pandangan driller maupun cat head operator tidak boleh tertutup oleh
pekerja ataupun peralatan yang ada. Cat head harus orang yang
berpengalaman.
j. Seluruh pekerja harus menggunakan saran keselamatan kerja yang
dibutuhkan dan perhatikan tangan terhadap semua gerakan perlatan.
145. k. Perhatikan pada catwalk ketika casing diangkat melalui V-door.
l. Hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya ayunan casing pada saat
diangkat dan perhatikan setiap adanya pembebanan.
m. Bila membuka casing protector agar menggunakan kaca mata
pengaman, dan seluruh peralatan yang digunakan agar dibersihkan
kembali.
n. Dalam pemindahan casing agar diperhatikan keadaan ulir pada
waktu mengangkat dari catwalk ke lantai bor maupun pada waktu
pemasangan.
o. Casing hanger agar diperiksa sebelum digunakan.
146. 11.ACIDIZING (PENGASAMAN)
Penggunaan asam sering kali dipakai terutama HCl untuk
memperbesar permeabilitas lapisan minyak berupa reef atau limestone
(batu kapur). Mengingat bahaya HCl pekat yang dapat timbul pada
pekerjaan ini, maka hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :
a. Pekerja agar hati-hati dalam penempatan dan penggunaannya agar
tidak menyentuh langsung dengan asam yang berbahaya.
b. Bila pencampuran asam dilakukan di ruang tertutup agar disediakan
blower atau exhaust fan.
c. Sediakan air untuk membersihkan lantai maupun pencuci mata dekat
lokasi pencampuran.
d. Gunakan baju kerja yang menutupi badan dengan baik, sepatu, kaca
mata dan sarung tangan selama bekerja.
147. 12. PENCAMPURAN BAHAN KIMIA, COUSTIC SODA
a. Gunakan pakaian pelindung, kaca mata, apron dan sarung tangan
karet.
b. Gunakan masker selama bekerja.
c. Jangan sekali-kali menyapu muka dengan tangan yang kemungkinan
tercemar bahan kimia.
d. Tempatkan bahan kimia secara khusus jangan dicampur dengan/di
dekat makanan.
e. Tangani kantong zat kimia dengan berhati-hati, hindari kebocoran bila
akan diangkat.
f. Di tempat pencampuran agar disediakan tempat untuk membasuh
mata.
g. Setiap pekerja agar memahami bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
swetiap zat kimia yang digunakan.
148. h. Lokasi pencampuran agar selalu dalam keadaan kering.
i. Bila terjadi kontaminasi dengan zat kimia, ambil tindakan segera
untuk memperkecil akibat yang timbul. Bila mata yang terkena cuci
segera dengan air.
j. Dalam mencampur masukkan air pada caustic soda bukan sebaliknya
caustic soda ke dalam air.
k. Kantong bekas caustic soda agar segera dimusnahkan.
149. 13. FRACTURING FORMASI
Pekerjaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempertinggi
permeabilitas dari suatu lapisan dengan menggunakan cara penembakan
formasi untuk memperbesar produksi. Hal-hal yang harus diperhatikan
antara lain :
a. Larangan merokok dan membuat api agar ditaati di atas dan di bawah
menara bor.
b. Hanya orang yang mempunyai kepentingan dengan pekerjaan yang
diizinkan berada di lokasi.
c. Hati-hati dalam menempatkan peralatan kerja yang dekat dengan bahan
bakar. Kendaraan yang lain agar diparkir pada jarak yang cukup aman.
d. Semua sambungan pipa dan pipanya agar diuji lebih dahulu sebelum
dipakai dengan tekanan yang lebih besar dari tekanan kerja.
150. e. Alat pencatat tekanan agar ditempatkan sejauh mungkin dari kepala
sumur.
f. Setiap jalur pembuang agar dilengkapi dengan check valve.
g. Setiap pompa harus dilengkapi dengan katup pengaman. Saluran
pembuangan agar mengarah ke tempat yang aman.
151. 14. PERFORASI
Pekerjaan perforasi dilakukan setelah cementing dilakukan
dan sumur siap dilakukan uji kandung lapisan.. hal-hal
yang harus diperhatikan pada pekerjaan ini antara lain :
a. Seluruh pekerja agar betulbetul mentaati larangan
merokok dan membuat api selam pekerjaan ini
berlangsung.
b. Pekerjaan ini dilakukan pada siang hari dan dalam keadaan
tidak hujan.
c. Semua peralatan mesin agar ditanahkan.
d. Pekerja menara agar membantu persiapan pekerja perforasi
untuk membongkar/mempersiapkan peralatan.
152. e. Selam pekerjaan berlangsung pekerja yang tidak menangani pekerjaan
agar tidak berada di lantai bor.
f. Dilarang memperbaiki instalasi listrik pada saat perforasi sedang
berjalan, atau menghidupkan generator listrik.
g. Semua alat-alat radio agar dimatikan selama pekerjaan perforasi.
h. Bahan peledak agar diamankan sebelum dan setelah pekerjaan selesai.
153. 15. USAHA MENCEGAH KECELAKAAN PADA KEGIATAN
PEMBORAN
Berdasarkan hasil monitoring yang telah dilakukan terhadap
berbagai kecelakaan yang terjadi pada kegiatan pemboran
diperoleh kesimpulan bahwa suatu kecelakaan dapat terjadi karena
2 ( dua) hal, yaitu tindakan yang tidak tepat (unsafe action) dan
lingkungan kerja yang tidak baik (unsafe condition).
Untuk mengatasi/mengurangi terjadinya kecelakaan tersebut
didalam seluruh aspek kegiatan pemboran maka kepada semua
anggota regu bor dan pimpinan harus memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut :
154. 1. Seluruh pekerja bor agar selalu menggunakan sarana keselamatan
kerja perseorangan ketika melakukan pekerjaannya yang sesuai
dengan kondisi pekerjaan dan mengikuti peraturan yang ada.
2. Seluruh pekerja bor harus mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan
prosedur yang ada dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan
kerja
3. Tidak dibenarkan pekerja mengerjakan pekerjaan yang bukan menjadi
tanggung jawabnya.
4. Setiap memulai pekerjaan agar selalu memriksa kondisi dan alat-alat
yang digunakan dan hanya memakai alat-alat yang tepat untuk
pekerjaannya.
5. Setiap mulai bekerja sebaiknya pimpinan kerja bor mengadakan
pengarahan keselamatan kerja (safety talk) yang berkaitan langsung
dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
155. 6. Setiap pekerja bor agar selalu memperhatikan kondisi tidak aman yang
ada didalam pekerjaannya dan melaporkan kepada atasanya.
7. Setiap pekerja bor harus mengetahui pekerjaannya dengan bai
sehingga dapat mengurangi terjadinya kecelakaan.
8. Setiap pekerja bor harus mematuhi segala larangan dan mengikuti
anjuran yang ada pada tempat pekerjaannya.
9. Anggota regu bor yang dalam keadaan sakit tidak dibenarkan bekerja.
10.Seluruh anggot regu bor harus mengetahui cara menanggulangi
adanya kebakaran dan cara menggunakan alat-alat keselamatan
kerjanya apabila terjadi keadaan darurat.
11.Secara teratur anggota regu bor harus mengikuti program training dan
latihan yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja baik yang
diadakan perusahaan maupun pemerintah.