SlideShare a Scribd company logo
ii
SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN BKKBN
PROVINSI PAPUA
MASYARAKATPuji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan rahmat-Nya, Modul
Pendidikan Kependudukan bagi Mahasiswa melalui jalur formal dapat diselesaikan. Materi
ini merupakan salah satu dari materi pendidikan kependudukan yang dikembangkan oleh
Perwakilan BKKBN Provinsi Papua bekerjasama dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Cenderawasih tahun 2014.
Sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangaan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN mengalami
pengayaan muatan program, selain menangani program Keluarga Berencana, juga Program
Pengendalian Penduduk.
Terkait tugas fungsi tentang Pengendalian Penduduk tersebut, diharapkan BKKBN menjadi
rujukan data terutama yang berkaitan erat dengan isu kependudukan, seperti: kesehatan,
pendidikan, ketenagakerjaan, migrasi, dan seterusnya. Buku Modul Pendidikan
Kependudukan ini diterbitkan dengan berorientasi isu-isu kependudukan, antara lain
Perkawinan, Kelahiran (Fertilitas), Kematian (Mortalitas), Migrasi, Kesehatan Reproduksi,
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS, Keluarga Berencana (KB), Pengarusutamaan
Gender dan Lingkungan Hidup.
Jalur Pendidikan Formal, merupakan jalur yang sangat strategis dan dominan untuk
mengintegrasikan isu-isu kependudukan, karena umumnya para peserta didik khususnya
para mahasiswa akan berperan dalam kurun waktu yang akan datang sebagai pengambil
kebijakan. Sehingga para pengambil kebijakan yang sudah dibekali sejak dini terkait dengan
isu-isu kependudukan tersebut bisa mengambil keputusan dalam pelaksanaan program dari
berbagai bidang dan sektor pembangunan yang memiliki wawasan tentang persoalan
kependudukan, dan pada gilirannya akan menjadikan isu-isu kependudukan tersebut sebagai
salah satu faktor yang akan diperhatikan dan menjadi prioritas progam dalam
pengembangan kebijakan dibidangnya.
Selama ini kesulitan yang dihadapi untuk mengintegrasikan isu-isu kependudukan melalui
jalur formal adalah tidak tersedianya materi, oleh karena itu dikembangkan materi modul
pendidikan kependudukan bagi mahasiswa melalui jalur formal (Perguruan Tinggi), yang
dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi para tenaga pendidikan. Materi ini bersifat materi
dasar, dimana bisa dikembangkan dan menambah hal-hal tertentu dengan konteks yang ada
ditempat. Dalam modul ini topik yang dibahas merupakan isu aktual permasalahan
kependudukan saat ini maupun beberapa tahun yang akan datang.
Akhirnya, kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu dalam penyelesaian materi Modul Pendidikan Kependudukan bagi Mahasiswa
ini, khususnya kepada Dekan FKIP UNCEN; Wakil Dekan I FKIP UNCEN, Ketua Koalisi
Indonesia Untuk Kependudukan dan Pembangunan Provinsi Papua; Team Pengajar FKIP
UNCEN; Kabid Dalduk; Kasubid Kerjasama Pendidikan Kependidikan; para Widya Iswara
Perwakilan BKKBN Papua; beserta team yang telah menyusun materi ini.
iii
Semoga materi ini dapat memberikan manfaat bagi pelaksanaan kerjasama pendidikan
kependudukan, dan pembangunan yang berwawasan kependudukan segera terwujud. Kritik
dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan materi ini sangat diharapkan.
Jayapura, November 2014
Drs. NERIUS AUPARAY, M.Si
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua
iv
SAMBUTAN DEKAN FKIP
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
MASYARAKATPendidikan merupakan salah satu bidang strategis dalam pembangunan sumber daya
manusia (SDM) yang akan datang. Berbagai fakta menunjukkan bahwa ada korelasi antara
pemecahan masalah kependudukan dengan pembentukan sikap yang rasional dan
bertanggungjawab dari seluruh komponen pendidikan.
Pembangunan berwawasan penduduk pasti harus dimulai sejak awal dengan membentuk
pola pikir generasi muda termasuk mahasiswa. Perubahan pola pikir membutuhkan
pengetahuan tambahan menyangkut masalah kependudukan. Dalam tingkat formal, secara
khusus di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebagai lembaga pendidikan tinggi,
mahasiswa perlu dibekali melalui pendidikan kependudukan.
Penyusunan materi pendidikan kependudukan ini dapat terwujud karena merupakan bagian
dari kerjasama antara Perwakilan BKKBN Provinsi Papua dengan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Cenderawasih tahun 2014. Harapan kami semoga
materi ini dapat mendukung ketersediaan informasi dan referensi bagi pendidikan tinggi di
Provinsi Papua dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan.
Kritik dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan materi ini sangat diharapkan.
Akhirnya kepada semua pihak yang mencurahkan pemikirannya dalam penyusunan materi
dalam modul ini kami haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga bermanfaat.
Jayapura, November 2014
Dr. NOMENSEN ST. MAMBRAKU
Dekan FKIP UNCEN
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya
penyusunan dan penulisan ”Modul Pendidikan Kependudukan bagi Mahasiswa” dapat
terselesaikan dengan baik, mulai dari tahap persiapan, penulisan sampai penyelesaian
akhir.
Modul pendidikan kependudukan ini bertujuan untuk mendukung ketersediaan referensi
bagi mahasiswa agar dapat memahami lebih mendalam tentang berbagai aspek yang
berhubungan dengan kependudukan, sehingga dapat merumuskan alternatif solusi
pemecahannya dan mengimplementasikan dalam kehidupan di masyarakat.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan dalam penyusunan dan penulisan modul ini, secara khusus kepada:
1. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih
3. Ketua Koalisi Kependudukan Provinsi Papua
Berbagai saran dan masukan yang bersifat konstruktif sangat diharapkan, dan akhirnya
semoga modul ini dapat bermanfaat.
Jayaputa, November 2014
TIM Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Sambutan Ka BKKBN …………………………………………………………… ii
Sambutan Dekan FKIP …………………………………………………………… iv
Kata Pengantar …………………………………………………………… v
Daftar Isi …………………………………………………………… vi
Materi-1 Pengantar Pendidikan Kependudukan, oleh Sarwandi dan John
Rahail …………………………………………………………...
1
Materi-2 Perkawinan, oleh Suratminah …………………………………….. 17
Materi-3 Pendekatan siklus hidup keluarga, oleh Suratminah ………………. 22
Materi-4 Kelahiran (fertilitas), oleh Tirza Laura Itaar ……………………….. 30
Materi-5 Kematian (mortalitas), oleh Alfasis Ap …………………………... 42
Materi-6 Migrasi Penduduk, oleh Renny Tumober ………………………… 49
Materi-7 Kesehatan Reproduksi, oleh Dirkson Auparai …………………. 69
Materi-8 Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, oleh John Rahail … 81
Materi-9 Keluarga Berencana (KB), oleh Slamet Teguh …………………... 98
Materi-10 Pengarusutamaan gender dan penghapusan kekerasan terhadap
perempuan, oleh Alfasis Ap ……………………………………….
104
Materi-11 Lingkungan Hidup, oleh Nelson Pharu …………………………... 110
1
MODUL-1. PENGANTAR PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN
I. Judul
Pengantar Pendidikan Kependudukan
II. Tujuan
A. Kompetensi dasar
Kemampuan mendeskripsikan pentingnya pendidikan kependudukan
B. Indikator pencapaian kompetensi
1. Mendeskripsikan pengertian dan ruang lingkup pendidikan kependudukan
2. Mendeskripsikan masalah-masalah kependudukan
3. Mendeskripsikan kebijaksanaan kependudukan dan pembangunan SDM
4. Mendeskripsikan pendidikan kependudukan dalam program KB
5. Mendeskripsikan sumber data kependudukan
III. Waktu
2 x 45 menit (1 kali pertemuan)
IV. Pendahuluan
Pemahaman terhadap pembangunan kependudukan dan KB penting dilakukan untuk
menghasilkan ide kemajuan, berkonotasi ke depan atau ke tingkat yang lebih tinggi.
Pembangunan kependudukan dan KB harus dipahami sebagai suatu proses yang
berdimensi jamak yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial,
sikap masyarakat, dan kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan pertumbuhan
ekonomi, pengurangan ketidakmerataan, dan pemberantasan kemiskinan absolut
(Todaro, 1994).
Secara khusus pembangunan telah didefinisikan sebagai pertumbuhan dan sekaligus
perubahan, yang merupakan kombinasi berbagai proses ekonomi, sosial dan politik,
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik (United Nations, 1972). Selain pengertian
tersebut, Surna (1992) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai kegiatan-
kegiatan yang direncanakan dalam mengolah sumber daya alam dan sumber daya
manusia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan untuk
kelangsungan hidup manusia.
Pembangunan kependudukan dan KB yang memihak pada rakyat adalah suatu situasi
dimana pemerintah dapat melaksanakan pembangunan yang hasilnya dapat dinikmati
oleh seluruh lapisan masyarakat menuju perwujudan keluarga sejahtera dan berkualitas,
termasuk penduduk miskin. Pembangunan kependudukan dan KB yang memihak rakyat
dan dilakukan dengan pendekatan yang kontekstual akan memberikan kesempatan yang
sebesar-besarnya kepada rakyat untuk berpartisipasi penuh dalam proses pembangunan.
Pembangunan kependudukan dan KB yang memihak rakyat memiliki tujuan
mengangkat harkat dan martabat dalam kerangka keluarga berkualitas agar dapat
melaksanakan seluruh hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Penduduk suatu negara merupakan komponen yang penting dalam kelangsungan
pembangunan nasional negara tersebut, termasuk pembangunan kependudukan dan KB.
2
Berbagai pertimbangan mengapa penduduk menjadi salah satu aspek yang sangat
strategis dalam pembangunan adalah:
1. Penduduk adalah titik sentral pembangunan. Pembangunan dilakukan dan dinikmati
oleh penduduk. Keberhasilan suatu negara dalam melaksanakan pembangunan dapat
dilihat dari meningkatnya kesejahteraan fisik maupun psikis dari rakyatnya.
2. Keadaan penduduk dilihat dari kuantitas dan kualitasnya sangat berpengaruh bagi
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Penduduk yang berkualitas menjadi pendorong
percepatan pertumbuhan ekonomi, sebaliknya bila penduduk yang ada memiliki
kualitas yang rendah, maka mereka akan memperlambat tercapainya tujuan
pembangunan nasional.
3. Dinamika perubahan kuantitas dan kualitas penduduk berdampak tidak langsung
terhadap kelangsungan pembangunan nasional. Keadaan penduduk saat ini akan
berdampak kelangsungan pembangunan nasional satu generasi yang akan datang.
Pembangunan yang memihak rakyat selain menggambarkan hubungan yang kuat antara
pembangunan dan penduduk, juga memiliki dampak yang lebih baik terhadap
lingkungan. Pembangunan yang memihak pada rakyat akan memprioritaskan
peningkatan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Penduduk yang sejahtera dapat
dilihat antara lain dalam meningkatnya tingkat kesehatan, pendidikan, dan pendapatan.
Penduduk yang telah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih bijaksana
dalam mengelola sumber daya alam, sehingga sumber daya alam (SDA) yang dimiliki
negara dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk generasi di masa mendatang.
Pemanfaatan sumber daya alam haruslah memperhatikan kelestarian lingkungan yang
mengacu pada kelestarian fisik dari ketersediaan sumber daya alam bergantung kepada
peran pemerintah dalam membuat kebijakan dan menjalankan pembangunan yang
ramah lingkungan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara.
V. Materi pembelajaran
A. Pengertian dan ruang lingkup pendidikan kependudukan
B. Masalah-masalah kependudukan
C. Kebijaksanaan kependudukan dan pembangunan SDM
D. Pendidikan kependudukan dalam program KB
E. Sumber data kependudukan
VI. Metode, Alat bantu dan Sumber Belajar
A. Metode : Ceramah, tanyajawab, penugasan dan diskusi kelompok
B. Alat bantu/media: LCD proyektor, karton manila
C. Sumber belajar:
1. Adioetomo Sri Moertiningsih dan Omas B Samosir., 2011, Dasar-dasar
demografi, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitsa Cenderawasih
(LD-FEUI), Jakarta.
2. David Lucas, dkk. 1990. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
3. Faturochman, Wicaksono Bambang, Setiadi, Latief Syahbudin., 2004, Dinamika
Kependudukan dan Kebijakan, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
4. Jones Gavin dan Yulfita Raharjo., 1998, Penduduk, Lahan dan Laut (Tantangan
pembangunan di Indonesia Timur), Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5. Rarahim Andarus., 2010, Kedudukan dan Peran Pendidikan Kependudukan
dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN Pusat, Jakarta.
3
VII. Langkah Pembelajaran (setiap sesi sudah ditentukan waktunya)
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal/
Pendahuluan (10’)
a. Salam
b. Mengamati gambar berbagai fakta dinamika kependudukan
c. Tanyajawab tentang berbagai fakta dinamika kependudukan
Kegiatan Inti (70’) a. Pengajar memberikan penjelasan tentang setiap topik bahasan
pendidikan kependudukan
b. Pengajar membagi kelas dalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan tentang berbagai dinamika kependudukan
c. Peserta didik melakukan diskusi kelompok
d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dan
kelompok lain menanggapinya.
Kegiatan Akhir/
Penutup (10’)
a. Peserta didik membuat laporan hasil diskusi
b. Pengajar memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (PR)
c. Pengajar memberikan pesan-pesan moral sehubungan dengan
aktivitas
d. Pengajar memberikan penghargaan kepada kelompok yang
kerjanya bagus, dan memberikan nasehat untuk
penyempurnaan bagi kelompok yang kurang bagus.
e. Pengajar memberikan evaluasi terhadap proses dan materi
yang telah diberikan
IX. Evaluasi
A. Tes tertulis
B. Hasil Laporan Kelompok (diskusi kelompok)
Format Penilaian Hasil Laporan
No. Nama
Aspek Penilaian Skor
NilaiKerjasama Kebenaran
Jawaban
Cara kerja
4
MATERI PEMBELAJARAN (1)
A. Ruang lingkup pendidikan kependudukan
Pemecahan masalah kependudukan harus dilakukan secara terencana, sistematik dan
terpadu dalam jangka panjang dengan mengikutsertakan bidang dan sector
pembangunan yang terkait termasuk pendidikan. Kepeloporan ahli pendidikan pada
tahun 1970-an dengan program pendidikan kependudukan untuk ikut memecahkan
masalah kependudukan memberikan kontribusi penting terhadap pembentukan sikap
dan perilaku generasi muda dalam mempercepat proses peningkatan kesejahteraan
rakyat dan pembangunan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Proses perjalanan
sejarah yang tidak boleh dilupakan dalam ikut mensukseskan program KB di Indonesia.
Masalah kependudukan adalah masalah kita sekarang dan yang akan datang. Masalah
yang harus dipahami dan dimengerti oleh generasi muda bangsa. Pendekatan pendidikan
memegang peranan penting dalam memecahkan masalah kependudukan (demografi),
kesejahteraan (ekonomi), demokrasi dan hukum (politik) serta lingkungan hidup
(ekologi).
Seluruh kegiatan itu ditujukan untuk merumuskan definisi, garis besar materi dan
metode pendekatan pengajaran pendidikan kependudukan baik program sekolah, luar
sekolah maupun di pendidikan tinggi (FKIP). Materi pendidikan kependudukan
memang berkaitan dengan pendidikan seks, pendidikan kesejahteraan keluarga,
pendidikan keluarga berencana dan demografi. Namun demikian tidak berarti identik
dengan pendidikan kependudukan. Diakui bahwa materi pendidikan kependudukan
berkaitan dengan materi mata pelajaran di atas, tetapi terdapat perbedaan yang cukup
mendasar. Titik berat pendidikan kependudukan adalah pada penyampaian pengetahuan
tentang teori dinamika penduduk, ditambah dengan identifikasi factor-faktor penyebab
dan penghambat pertambahan penduduk, apa pengaruh negative dan positif yang
ditimbulkannya pertambahan penduduk yang cepat terdapat kehidupan individu,
keluarga, masyarakat dan negara serta lingkungan hidup.
Pendidikan kependudukan bukan nama baru dari pendidikan tentang seks, pendidikan
untuk pakai kontrasepsi, pembatasan kelahiran dan pendidikan KB. Pendidikan
kependudukan lebih menekankan pada ‘pemberian argumentasi secara rasional’ tentang
keterkaitan (dampak negative dan positif) pertambahan penduduk yang cepat terhadap
kualitas kesejahteraan hidup keluarga dan masyarakat. Pendidikan kesejahteraan
keluarga lebih menitik beratkan pada usaha pemenuhan kebutuhan fisik materil
keluarga. Sedang pendidikan KB lebih diarahkan untuk orang menerima/memakai
metode kontrasepsi untuk menjarangkan atau membatasi kelahiran. Pendidikan
demografi akan mengajarkan tentang konsep kualitas, kuantitas dan mobilitas penduduk
di suatu wilayah/negara.
Dasar pemikiran itu selanjutnya telah memberikan garis besar isi materi (substansi)
pendidikan kependudukan di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a. Latar belakang yang melandasi perlunya pengajaran program pendidikan
kependudukan dilandasi setidak-setidaknya oleh 3 pertimbangan penting sebagai
berikut:
5
- Pendidikan kependudukan dapat membantu kebijaksanaan pemerintah dalam
mensukseskan program pemecahan masalah kependudukan terutama;
transmigrasi, kesehatan dan keluarga berencana (migrasi, mortalitas dan
fertilitas)
- Pendidikan kependudukan akan memberikan landasan pemikiran dan
pemahaman serta argumentasi yang kuat (logis dan rasional) bagi masyarakat
untuk melaksanakan ketiga program pemecahan masalah kependudukan di atas.
- Pendidikan kependudukan akan memberikan pengetahuan untuk membentuk
sikap dan perilaku masyarakat terutama anak/siswa yang rasional dan
bertanggung jawab terhadap pemecahan masalah penduduk dalam rangka
peningkatan kesejahteraan keluarga, masyarakat dan bangsa serta negara sesuai
dengan cita-cita NKRI.
b. Rekomendasi pokok berisi; perlu dilakukan pembinaan tenaga khusus untuk bidang
pendidikan kependudukan, penyusunan bahan instruksional pendidikan
kependudukan, pelatihan guru pendidikan kependudukan, pendidikan kependudukan
luar sekolah, dan pendidikan kependudukan di bidang hukum.
c. Kesimpulan berupa; inventarisasi factor pendorong dan penyebab pro dan anti
natalitas; identifikasi factor penghambat dan pendukung pengajaran pendidikan
kependudukan berikut alternative upaya mengatasinya seperti; elaborasi isi materi
bahan pengajaran pendidikan kependudukan untuk program sekolah, luar sekolah
dan perguruan tinggi (FKIP).
Para ahli kependudukan mengemukakan bahwa masalah kependudukan di Indonesia
menghadapi sekurang-kurangnya 4 hal, yang perlu diajarkan dalam materi pendidikan
kependudukan, yaitu :
a. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat akibat kelahiran yang tinggi, sedang angka
kematian secara bertahap mulai dapat dikendalikan dengan sistem pelayanan
kesehatan dan pencegahan penyakit menular semakin baik. Pada tahun 1970-an
tingkat kelahiran berkisar antara 2,7-2,8 persen per tahun sehingga diperkirakan
sekitar 11 bayi lahir/menit. Periode kelahiran tinggi “baby boom” yang berpengaruh
terhadap pertambahan penduduk tahun 1980-an. Karena itu, pertumbuhan penduduk
disebabkan angka kelahiran yang tinggi harus dapat diturunkan agar tidak bertambah
lebih cepat lagi dalam kurun waktu dasawarsa berikutnya.
b. Persebaran penduduk yang tidak merata antara satu pulau dengan pulau lain, di
seluruh wilayah Republik Indonesia lebih dari 60 persen penduduk tinggal di pulau
Jawa yang hanya memiliki luas kurang dari 7 persen dari luas wilayah daratan di
Indonesia. Di tahun 1970-an kepadatan penduduk di Jawa dan Bali sudah mendekati
angka 600 jiwa per-km2
, bandingkan di Sumatera sekitar 30 jiwa dan Irian Barat
(Papua) baru sekitar 4-5 jiwa per-km2
. Kepadatan penduduk yang tidak seimbang
pada suatu ketika akan menyebabkan kemampuan dan keseimbangan daya dukung
alam di Jawa-Bali akan rusak dan menyebabkan bencana bagi kehidupan manusia.
c. Komposisi penduduk banyak berusia muda. Tidak kurang dari sekitar 45 persen
penduduk Indonesia berusia di bawah 15 tahun. Kelompok usia yang belum
produktif, tetapi kenyataannya mereka banyak tidak sekolah dan membantu orang
tua memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam konsep demografi, usia itu
merupakan beban bagi usia produktif (15-45). Usia itu seharusnya masih bersekolah
apabila ingin membangun sumber daya manusia yang terdidik agar kelak dapat
menjadi tenaga kerja terdidik dan menjadi tenaga yang berguna bagi pembangunan
bangsa dan negara.
d. Gejala lain adalah arus urbanisasi dari desa (kampung) ke kota sangat besar.
Pertambahan penduduk kota yang tidak memiliki pendidikan dan ketrampilan yang
6
memadai kelak akan menjadi beban bagi lingkungan pemukiman, perumahan,
lapangan kerja dan sanitasi. Usaha pembangunan perkotaan menjadi sulit karena
derajat hidup, kesehatan, dan pendapatan penduduk yang rendah akan menjadi
beban pemerintah kota. Penduduk yang pindah dari desa (kampung) ke kota tidak
siap menghadapi berbagai tantangan dan persaingan yang keras dalam kehidupan
masyarakat kota sehingga menimbulkan daerah miskin perkotaan (slum areas),
kriminalitas yang meningkat, dan penyandang masalah sosial bertambah.
B. Masalah-masalah kependudukan
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, mulai disadari banyak pihak dapat menjadi
masalah besar yang dihadapi, terutama di negara sedang berkembang dengan taraf hidup
lebih miskin dan tertinggal. Malthus, seorang ahli ekonomi-demografi telah
mengingatkan bahwa pertumbuhan penduduk terjadi seperti deret ukur (1,2,4,8,16 dan
seterusnya) sedang pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat seperti deret hitung
(1,2,3,4,5 dan seterusnya). Hal itu terjadi, karena pembangunan di satu sisi telah berhasil
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat, sedang pada sisi lain tingkat
kesehatan dan kesuburan juga bertambah baik. Akibatnya angka kelahiran meningkat,
sebaliknya angka kematian akan menurun disertai dengan usia harapan hidup semakin
panjang. Kecendrungan jumlah yang lahir tidak lagi seimbang dengan jumlah yang mati.
Pertumbuhan ekonomi tetap lamban karena karena berbagai faktor ikut mempengaruhi
baik bersifat lokal, nasional maupun global. Belum lagi akibat iklim atau bencana alam
yang tidak mudah diprediksi oleh kemampuan manusia. Itulah sebabnya, banyak
ditemui dalam satu keluarga bisa terdiri dari 3 sampai 4 generasi vertikal.
Tekanan masalah kependudukan itu terus meningkat yang menyebabkan banyak negara
(pemerintahan) yang menghadapi kesulitan dalam menyediakan kebutuhan dasar
penduduk seperti pangan, sandang, papan dan pekerjaan serta pendapatan rakyat.
Kondisi itu apabila dibiarkan dapat menimbulkan ketidakstabilan politik dan keamanan
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena itu, pada periode tahun
1960-an, banyak para ahli yang memprediksi bahwa kelangsungan hidup umat manusia
akan menghadapi ancaman besar apabila pertambahan penduduk tidak dikendalikan
oleh negara. Untuk itu PBB telah mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan
konferensi kependudukan yang berhasil menyepakati ‘Deklarasi Kependudukan se
Dunia’ (1967) dengan inti bahwa upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk perlu
dilakukan terutama bagi negara sedang berkembang agar dapat meningkatkan laju
pembangunan sejajar dengan negara maju. Kesepakatan itu digaris bawahi Paul R.
Ehrlich dalam bukunya yang terkenal berjudul ‘The Population Bomb’ (1986).
Digambarkan betapa perlunya diatur keseimbangan antara tingkat kelahiran dan
kematian penduduk agar proses pembangunan dapat berjalan lebih cepat dan efektif.
Program menekan angka kematian sekecil mungkin adalah merupakan tujuan dan
sekaligus dampak dari pembangunan yang berhasil. Salah satu indikator pembangunan
sumber daya manusia adalah semakin rendah angka kematian dan semakin panjang usia
harapan hidup warganya. Pertambahan usia harapan hidup adalah pengaruh kualitas
kesehatan yang meningkat, terutama pada penyediaan pangan dan pelayanan kesehatan
yang semakin baik seperti perbaikan gizi, imunisasi dan kampanye ‘pola hidup sehat’
dan sebagainya. Perbaikan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan hingga sampai
kepedesaan, pemberantasan penyakit menular, penyakit kronis, dan penemuan berbagai
jenis obat serta teknik teknologi pengobatan, telah berhasil menurunkan angka
kesakitan/kematian penduduk. Selisih antara angka kelahiran dan kematian itu semakin
7
lama semakin besar, yang menyebabkan jumlah penduduk terus bertambah dengan
pesat. Di negara maju hal itu tidak terjadi lagi karena tingkat pendidikan penduduk
relatif baik dan hidup berkeluarga sudah direncanakan dengan baik pula. Keadaan itu
dipengaruhi oleh pola hidup mereka yang rasional dan bertanggungjawab, termasuk
dalam menentukan usia kawin dan jumlah anak yang ideal, sudah direncanakan sebelum
nikah. Kondisi itu berbeda dengan di masyarakat sedang berkembang dan tradisional
yang beranggapan bahwa jumlah anak diatur oleh Yang Maha Kuasa, manusia harus
terima apa adanya dan pasrah kepada nasib.
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut bila tidak diimbangi dengan
pertumbuhan ekonomi tinggi untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk, maka tingkat
pendapatan rendah akan menyebabkan bertambahnya pengangguran, kemiskinan dan
keterbelakangan masyarakat atau negara. Dengan meningkat proporsi jumlah penduduk
miskin dan menganggur menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan rakyat di negara itu
rendah (miskin). Keadaan itu adalah indikator umum dalam mengukur kemajuan suatu
masyarakat (negara).
Apabila ekonomi dan penduduk adalah faktor determinan dalam memacu kemajuan
suatu masyarakat dan bangsa, maka langkah kebijaksanaan pembangunan untuk
mempercepat usaha peningkatan taraf hidup rakyat dengan pertumbuhan ekonomi di
satu sisi dan usaha mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui pengendalian
angka kelahiran pada sisi lain. Keduanya harus dilakukan secara simultan dan
terintegrasi. Kebijaksanaan itu harus menjadi komitmen pemerintah, dan dalam
pelaksanaannya didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Kebijaksanaan itu masih
perlu dilakukan dalam pembangunan Indonesia untuk kurun waktu 25-50 tahun yang
akan datang mengingat hasil Sensus Penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Indonesia
yang sudah di atas 206 juta jiwa. Dengan angka kelahiran 2,6 dan pertumbuhan
penduduk 1,3% pertahun maka diperkirakan penduduk Indonesia setiap tahun
bertambah sekitar 3,5-3,7 juta jiwa. Suatu jumlah yang tidak kecil dan harus
dipenuhikebutuhan hidup minimalnya oleh pemerintah.
Dalam kebijaksanaan rencana pembangunan nasional baik jangka pendek maupun
jangka panjang dengan melaksanakan kedua pilihan itu secara simultan. Ekonomi harus
tumbuh dengan cepat dalam rangka mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan, seiring
dengan itu dilakukan upaya pengaturan kelahiran juga harus dilakukan dengan berhasil
agar kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan. Pembangunan nasional yang diarahkan
untuk meningkatkan derajat hidup dan kesejahteraan rakyat memerlukan investasi dan
tekonologi dengan dana yang cukup besar. Partisipasi semua pihak demi kepentingan
bangsa dan negara juga harus dikutsertakan guna mempercepat pencapaian hasil
tersebut. Kesadaran bernegara yang dilandasi oleh semangat gotong royong harus terus
dibina untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil, makmur dan merata sesuai
amanat oleh UUD 1945. Kekompakan itu sudah pernah dicontohkan oleh para pejuang,
pahlawan dan pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam
memerdekakan tanah air dan mengisi kemerdekaan 17 Agustus tahun 1945.
Letak dan kondisi geografis Indonesia merupakan wilayah kesatuan kepulauan terluas di
dunia dengan jumlah penduduk terbesar ke-5 di dunia (sekarang ke-4). Dengan lokasi
sangat strategis serta memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar dibanding negara
lain. Bila tingkat kesejahteraan rakyatnya rendah (miskin) maka pasti ada yang salah
dalam mengurus dan pengelolaan bangsa dan negara ini. Karena itu, fondasi
perencanaan pembangunan nasional perlu suatu kebijaksanaan yang terpadu dan
8
strategis dengan bertitik tolak pada pemecahan masalah kependudukan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang baik dan bertanggungjawab. Penduduk sebagai unsur dinamis
yang perlu dikendalikan pertumbuhannya dan ditingkatkan kualitasnya. Keadaan
geografis dan sumber daya alam sebagai unsur statis harus dikelola dan dimanfaatkan
dengan baik dan bertanggung jawab agar pelestarian dan keseimbangan ekologi tetap
dapat dipelihara untuk diwariskan kepada generasi berikutnya. Kedua hal itu merupakan
faktor instrumental yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional dan
daerah, apabila Indonesia ingin bisa sejajar dengan negara maju lainnya, termasuk di
lingkungan negara anggota ASEAN.
Ketika Indonesia dilanda krisis politik dan ekonomi dengan inflasi di atas 60%
dipertengahan tahun 1960, sudah merupakan titik krisis bagi keutuhan bangsa dan
negara. Kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk, terdiri dari aneka ragam suku,
etnis, ras, adat-istiadat, budaya dan agama, sangat rentan timbul perpecahan atau
disintegrasi nasional. Sumber perpecahan dapat timbul dari dalam negeri karena merasa
tidak puas dengan kebijaksanaan pemerintah secara nasional atau dari luar negeri ketika
ada yang ingin mengambil keuntungan dari posisi geografis dan kekayaan sumber daya
alam yang kita miliki. Salah satu keputusan strategis yang ditempuh pemerintah waktu
itu adalah menetapkan perlu ada program pemecahan masalah laju pertumbuhan
kependudukan melalui program KB Nasional.
Keputusan itu sekaligus merupakan tindaklanjut kesepakatan internasional dalam
Deklarasi Kependudukan PBB (1967) di New York. Pelaksanaan program KB Nasional
untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dilaksanakan sejalan dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup
rakyat. Suatu keputusan yang berani dan strategis untuk mempercepat keberhasilan
pembangunan. Bentuk kegiatan dan pola pendekatan dalam pelaksanaannya tetap harus
disesuaikan dengan kondisi aktual dan latar belakang sosial budaya, ekonomi dan
keyakinan masyarakat dan negara-negara masing-masing. Karena itu dalam tiap
pertemuan internasional tentang kependudukan di Bukarest (1974), di Meksiko (1984)
dan Cairo (1994) selalu ada pasal (article) tersebut. Dalam Konferensi Internasional
Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan (ICPD) di Cairo ketentuan itu
dirumuskan sebagai berikut :
‘…mengingat bahwa rumusan dari pelaksanaan berbagai bentuk kebijaksanaan kependudukan
adalah menjadi tanggung jawab setiap negara, dan harus memperhatikan kondisi ekonomi sosial dan
perbedaan lingkungan darin setiap negara serta menghormati nilai-nilai agama dan etika, latar
belakang kebudayaan dan keyakinan filosofi penduduknya…’2
Pemerintah sejak semula telah bertekad dalam penerapan kebijaksanaan kependudukan
dan KB bersama masyarakat tidak boleh dilakukan dengan paksaan (force or threat).
Pelaksanaan program harus dengan persuasif, informatif dan komunikatif agar
masyarakat dapat menerimanya dengan penuh pengertian dan tanggung jawab baik
dilihat dari kepentingan mikro (keluarga), messo (masyarakat) maupun makro
(nasional). Konsep pemikiran itulah yang mendorong dan menjadi aspirasi agar
pelaksanaan program KB dilakukan melalui berbagai pendekatan seperti sosial,
ekonomi, budaya dan agama. Salah satu diantaranya melalui dunia pendidikan melalui
program ‘pendidikan kependudukan’. Program pendidikan kependudukan diajarkan
melalui jalur formal sekolah, jalur non-formal luar sekolah dan perguruan tinggi
terutama yang bertugas untuk mendidik calon tenaga pendidik atau guru seperti FKIP.
Pendidikan kependudukan diajarkan kepada anak didik/siswa agar mengetahui dan
memahami tentang penyebab pertambahan penduduk serta akibat yang
9
ditimbulkannyaterhadap kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat di suatu wilayah atau
negara. Pengaruh negatif dari pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan
menyentuh berbagai aspek kehidupan seperti tingkat kesejahteraan ekonomi, kesehatan,
pendidikan, sosial budaya, penyediaan lapangan kerja dan daya dukung alam serta daya
tampung lingkungan. Kepadatan penduduk yang tinggi baik langsung atau tidak
langsung akan merusak keseimbangan alam karena dipakai untuk perumahan, pabrik/
industri, fasilitas publik dan usaha pertanian.
Karena program ini adalah program kependidikan, maka penyampaian materi
pendidikan, kependudukan harus dilakukan secara rasional, terbuka, persuasif dan
edukatif agar mereka sadar akan pengaruhnya bagi kualitas kehidupan masyarakat.
Kesadaran yang rasional dan bertanggungjawab untuk ikut serta dalam upaya
pengendalian laju pertumbuhan penduduk dalam rangka peningkatan kesejahteraan
rakyat dan keluarganya sekarang atau yang akan datang. Pada sisi lain, penyadaran
masyarakat perlu juga dilakukan melalui penataran (diklat) yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah atau swasta, melalui penyuluhan sosial, agama dan budaya bersama
pemuka masyarakat. Untuk program langsung dilakukan melalui penyuluhan dan
penerangan (KIE-KB) dan pelayanan kontrasepsi bagi pasangan usia subur terutama
bagi istrinya yang masih berusia 15-45 tahun (usia reproduktif) agar dapat menggunakan
salah satu alat atau metode kontrasepsi guna mengatur jumlah dan jarak kehamilannya.
Pengguna alat kontrasepsi tidak harus istri, dapat juga suami sesuai dengan komitmen
mereka dan ketersediaan alat yang ada di tempat pelayanan.
Pembangunan bidang ekonomi harus terus diupayakan dengan meningkatkan
pendapatan negara (GNP), meskipun selalu menghadapi persaingan regional dan global
yang semakinn ketat antar negara. Persaingan tidak hanya terjadi antara negara maju,
juga antara negara maju dengan negara berkembang atau antar negara berkembang itu
sendiri. Persaingan dalam merebut pasar atau penguasaan sumber daya ekonomi,
kekayaan alam dan sebagainya tidak jarang menimbulkan konflik regional atau global.
Persaingan itu tidak jarang menimbulkan gangguan terhadap keamanan dan kestabilan
dalam suatu negara atau satu wilayah regional. Persaingan itu dapat memicu krisis, baik
krisis politik atau krisis ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1998 dan 2008. Krisis
sumber daya alam seperti meningkatnya harga bahan energi (minyak) yang sangat
diperlukan untuk mendukung kehidupan sosial ekonomi negara. Pemenuhan kebutuhan
tersebut dapat mengundang berbagai konflik kepentingan dalam hubungan antar negara.
Konflik bersenjata dapat menjadi faktor pendorong ‘kemiskinan’ atau sebaliknya
kemiskinan dapat menimbulkan ‘kerusuhan’ dan instabilitas hidup bermasyarakat.
Konflik hanya akan menguntungkan negara yang memproduksi dan menjual senjata.
Keadaan itu yang menyebabkan negara maju semakin kaya dengan kemampuannya
menguasai sumber alam dan ekonomi dunia. Sebaliknya negara miskin akan semakin
tertinggal meskipun memiliki sumber daya alam dan penduduk yang besar.
Di negara maju, laju pertumbuhan penduduk sudah cukup terkendali sejalan dengan
tingkat kesejahteraan dan pendidikan rakyat yang semakin baik. Kesehjateraam
ekonomi dan kemajuan pengetahuan serta teknologi telah menyadarkan setiap orang
untuk merencanakan jumlah dan jarak kehamilan secara sukarela. Kehadiran anak
sebagai wujud dari cinta dan kasih sayang sangat diharapkan, tetapi tidak perlu dalam
jumlah yang banyak, cukup satu, dua atau paling banyak tiga anak dalam satu keluarga.
Bagi masyarakat maju anak banyak dan sering melahirkan dianggap sebagai beban dan
tanggung jawab. Sebaliknya di negara atau kelompok masyarakat miskin dan
terbelakang, anak sering dianggap sebagai modal tenaga kerja atau jaminan hari tua.
10
Apabila anak sebagai simbol pengikat kasih sayang, maka jumlah bukan tujuan.
Sebaliknya bila anak dianggap sebagai modal tenaga kerja, maka jumlah menjadi
penting. Padahal dalam naluri orangtua (keluarga) selalu ada harapan agar ‘kehidupan
masa depan anak dapat lebih baik daripada keadaan dirinya’. Di masyarakat miskin
dan terbelakang, setiap keluarga senang punya banyak anak karena akan membawa
kegunaan (manfaat) sebagaimana sering diungkapkan dengan ‘banyak anak, banyak
rezeki’. Ada keyakinan bahwa setiap anak akan membawa rezekinya sendiri. Pandangan
itu tidak mutlak salah, tetapi untuk memperoleh rezeki tersebut harus dilakukan dengan
usaha dan kerja keras.
Usaha dan kerja keras yang menghasilkan produktivitas yang lebih baik. Karena itu,
usaha dan kerja keras harus didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sikap
dan perilaku yang kreatif, inovatif, disiplin, maju dan mandiri. Kenyataanya bila tidak
didukung oleh sikap tersebut, maka taraf hidup dan kesejahteraan sulit ditingkatkan dan
dipenuhi. Kenyataanya setiap tambah anak berarti tambah persediaan kebutuhan seperti
makanan, pakaian, gizi, kesehatan, pendidikan, perumahan, pekerjaan dan sebagainya.
Keluarga yang memiliki anak banyak sering mengabaikan nasib masa depan dan hak
anak karena tidak memberikan perawatan, pengasuhan, pendidikan dan kesejahteraan
anak dengan baik dan wajar. Orang tua mengabaikan kebutuhan anak telah melanggar
hak-hak anak seperti tercantum dalam konvensi hak anak PBB (Convension of the Right
of the Child-1989).
Pada masyarakat maju mereka secara sadar, rasional dan bertanggungjawab telah
mengambil inisiatif untuk mengendalikan angka kelahiran melalui berbagai cara seperti:
pendewasaan usia kawin atau menggunakan alat kontrasepsi untuk mengatur jumlah dan
jarak kelahiran. Sebaliknya di masyarakat miskin-tradisional, berlomba menambah
jumlah anak karena belum mampu berpikir rasional dan bertanggung jawab. Anak laki-
laki dan perempuan cenderung dikawinkan di usia muda agar terbebas dari beban
ekonomi dan tanggungjawab orang tua. Ketika anak di usia remaja dikawinkan, padahal
mereka belum memiliki pekerjaan atau penghasilan yang tetap, maka tindakan itu secara
langsung atau tidak langsung telah menambah keluarga miskin baru dalam masyarakat.
Kondisi itu semakin berat bila keluarga muda itu langsung punya anak, sedang secara
ekonomi, psikologis dan sosial belum siap menjadi orang tua yang bertanggungjawab.
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan dapat membahayakan kemajuan dan
kesejahteraan suatu komunitas masyarakat, bangsa atau negara. Kondisi tidak seimbang
antara penduduk dan daya dukung alam juga akan membahayakan kelangsungan hidup
manusia. Kerusakan lingkungan dan daya dukung alam telah menimbulkan berbagai
rencana yang bisa mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup manusia.
Pemikiran di atas, ditindaklanjuti oleh para ahli demografi seperti Lorimer dan Osborn
(Amerika, 1943), menganjurkan perlu ada pembinaan sikap dan perilaku masyarakat
yang sadar tentang pengaruh laju pertambahan penduduk terhadap usaha meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Pembinaan sikap dilakukan melalui perubahan
pola pikir, pola sikap dan perilaku yang dilakukan sejak dini baik dikalangan terbatas
maupun umum. Proses itu dilakukan melalui kegiatan pembelajaran masyarakat yang
sistematik, bertahap dan berkelanjutan. Hauser (1960) seorang ahli demografi Amerika,
memperjuangkan pengajaran masalah kependudukan agar dimasukkan ke dalam
kurikulum sekolah. Setiap anak diharapkan telah memiliki persepsi dan pandangan yang
positif dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi perkembangan masalah
kependudukan sejak dari lingkungan keluarga, masyarakat dan negara masing-masing.
11
Pandangan itulah yang memberikan aspirasi perlunya pengajaran pendidikan
kependudukan dalam sistem pendidikan.
Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil terletak di garis
khatulistiwa, beriklim tropis serta sering disebut sebagai jantung dunia. Hanya sekitar
3.000 pulau yang dihuni penduduk, sisanya masih kosong atau didatangi penduduk
secara musiman untuk mencari sumber kehidupan. Lebih dari 67% penduduk tinggal di
Jawa yang memiliki luas daratan kurang dari 7% sehingga secara demografis, Indonesia
menghadapi masalah kependudukan yang cukup berat. Masalah demografis baiuk
ditinjau dari pertumbuhan, penyebaran dan komposisi usia. Tambahan lagi Indonesia
memiliki aneka ragam suku, etnis, budaya, ras, keyakinan, dan latar belakang sosial,
budaya, bahasa serta taraf ekonomi dan pendidikan. Semangat dan jiwa persatuan dan
kesatuan yang menjadi perekat satu bangsa dan satu tanah air, antara lain karena rasa
senasib dan sepenanggungan serta solidaritas ketika dijajah oleh Belanda, Inggris,
Portugis dan Jepang dalam jangka waktu cukup lama.
Untuk menyatukan semangat itu, para pejuang dan pendiri kemerdekaan bangsa ini
menggunakan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” atau berbeda-beda tetapi tetap bersatu
dan bersama mengatasi berbagai persoalan. Ungkapan itu dipergunakan untuk
membangun semangat mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional di atas
kepentingan golongan/kelompok yang berbasis suku, agama atau kedaerahan. Jiwa dan
semangat itu mulai luntur karena kurang dipahami maknanya dan kurang ditanamkan
kepada generasi muda. Setelah lebih 60 tahun merdeka banyak kemajuan pembangunan
yang telah dicapai, meskipun pada sisi lain terjadi kemunduran terutama pada semangat
toleransi, solidaritas dan setiakawan antar sesama anak bangsa. Keadaan itu dapat dilihat
dengan munculnya gerakan separatisme atau rasa kedaerahan, terutama di era reformasi
dan otonomi daerah.
Secara demografis maka masalah kependudukan di Indonesia dapat dikelompokkan dan
dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk yang besar, pada tahun 1960, penduduk Indonesia baru berjumlah
sekitar 69 juta jiwa dan menurut hasil SP tahun 2000 berjumlah 206,3 juta jiwa dan
diperkirakan pada tahun 2010 nanti akan berjumlah diatas 234 juta jiwa.
Keberhasilan program KB dalam periode tahun 1970-1990 telah menurunkan angka
fertilitas dari 5,6 (1970) menjadi 2,8 (1990). Dari kondisi tersebut setiap tahun
penduduk Indonesia terus bertambah antara 3-4 juta jiwa atau lebih besar daripada
jumlah penduduk negara Singapore. Posisi Indonesia sudah menduduki peringkat
ke-4 penduduk terbesar di dunia di bawah China, India dan Amerika Serikat.
2. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, laju pertumbuhan penduduk secara
sederhana terjadi adalah merupakan hasil dari jumlah angka kelahiran dikurangi
dengan jumlah angka kematian. Apabila angka kelahiran lebih tinggi sedangkan
angka kematian rendah maka laju pertumbuhan penduduk akan banyak. Penduduk
Indonesia menurut SP tahun 1970 baru berjumlah sekitar 119 juta, di tahun 1980
bertambah menjadi 147 juta dan menurut SP tahun 1990 telah bertambah menjadi
197 juta. Berdasarkan hasil SP tahun 200, jumlah penduduk Indonesia sudah
mencapai 206,3 juta jiwa dan ahli demografi memproyeksikan jumlah itu akan
mencapai 234-235 jutra pada tahun 2010 yang akan datang.
3. Komposisi penduduk usia muda, Indonesia sampai tahun 1990, memiliki komposisi
dalam piramida penduduk usia muda, yang lebar di bawah dan kecil di atas.
Penduduk usia muda akan memberikan kontribusi terhadap pertambahan jumlah
penduduk ketika menikah dan melahirkan. Berbeda dengan negara maju, bentuk
12
piramida penduduk sudah terbalik, yaitu lebar di tengah, kecil di bawah dan di atas
sehingga laju pertumbuhan penduduk dapat seimbang. Setelah tahun 1990, piramida
penduduk usia muda mulai berkurang, apabila program KB dan pendukungnya tidak
berjalan ada kemungkinan kelompok umur muda akan kembali bertambah.
4. Penduduk menganut nilai pro-natalis, jumlah dan jarak kelahiran anak pada
mayoritas masyarakat Indonesia dibiarkan berlangsung secara alami. Pandangan
masyarakat selama ini mempergunakan semboyan ‘banyak anak banyak rezeki’,
‘anak adalah modal hidup masa depan’, ‘tidak bisa kaya harta tetapi kaya anak’
dan sebagainya. Mengatur dan merencanakan jumlah anak dianggap perbuatan yang
bertolak belakang dengan nilai sosial budaya dan ajaran agama.
5. Jumlah penduduk miskin dan penganggur cukup besar, kondisi kesejahteraan
masyarakat yang rendah antara lain disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan
dan kualitas sumber daya manusia Indonesia dibanding negara maju lain.
Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mendukung hidup dan
kehidupan masyarakat masih terbatas sehingga produktivitas kerja masih rendah.
Akibatnya meskipun lingkungan memiliki kekayaan alam yang besar, banyak
dieksploitasi pihak asing sehingga kesejahteraan rakyat sulit ditingkatkan karena
masih menggunakan cara-cara tradisional dalam mengolah lingkungan.
6. Kuatnya rasa kedaerahan, kesukuan, agama dan sebagainya, keberadaan kelompok-
tersebut semakin mendapat peluang sejalan dengan semakin lemahnya pembinaan
dan penanaman kesadaran hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terutama
di kalangan terdidik/elit penguasaan dan masyarakat. Demokrasi, HAM, kebebasan,
pluralisme dan multikulturalisme sering masih dipahami dengan dangkal. Saat ini
muncul kelompok-kelompok egoisme kesukuan, primordialisme, fundamentalisme,
kapitalisme, materialisme yang menimbulkan kelompok superior, maju dan
berkuasa. Meskipun kelompok itu kecil tetapi menguasai dan mengatasnamakan
kelompok rakyat miskin dan terbelakang yang masih besar jumlahnya. Akibatnya
sering terjadi konflik antara mayoritas dan minoritas, kaya dan miskin, pengusaha
dan pekerja, terdidik dan tertinggal dan sebagainya.
7. Distribusi penduduk yang tidak seimbang antar pulau, luas pulau Jawa hanya kurang
dari 7% dari luas Indonesia, dihuni lebih dari 67% penduduk Indonesia. Apabila
jumlah penduduk Indonesia menurut SDKI tahun 2007 berjumlah sekitar 227 juta
maka penduduk pulau Jawa berjumlah di atas 150 juta jiwa. Pusat pembangunan
masih di pulau yang sama sehingga lahan untuk usaha, pertanian, perumahan dan
resorvasi menjadi semakin sempit dan rusak. Padahal tingkat kesuburan tanah di
Jawa jauh lebih baik daripada di Kalimantan atau Papua sebagai 2 pulau terbesar di
Indonesia. Pulau Jawa memiliki tingkat kesuburan tanah yang lebih baik dari pulau
lain, tetapi dengan laju pertumbuhan penduduk tinggi akan banyak terpakai lahan
produktif untuk pemukiman dan industri atau fasilitas lain.
8. Angka harapan hidup rakyat masih relatif rendah, salah satu indikator pembangunan
sumber daya manusia adalah tingginya usia harapan hidup (life expectancy) rakyat
suatu negara. Berdasarkan laporan dari HDR (Human Development Report, UNDP
2007) angka harapan hidup rakyat masih di bawah 70 tahun. Posisi itu menduduki
peringkat ke-7 di antara 10 negara ASEAN di bawah Singapore, Brunei, Malaysia,
Thailand, Philipina dan Vietnam.
C. Kebijakan Kependudukan dan Pembangunan SDM
Jumlah penduduk Indonesia (1971) sebesar 118,4 juta jiwa dengan angka kelahiran kasar
44/1.000 penduduk. Dari sensus penduduk tahun 1980, naik menjadi 147,5 juta jiwa atau
bertambah 29,1 juta jiwa selama 9 tahun. Setiap tahun ada 3,2 juta pertambahan
13
penduduk. Jumlah itu terus naik menjadi 179,3 juta jiwa (1990) atau bertambah sebesar
31,8 juta jiwa (3,2 pertahun). Pertambahan yang konstan itu adalah merupakan
keberhasilan program KB dalam mengendalikan angka kelahiran baru, menjadi
28,7/1.000 (1980) dan 25,4/1.000 (1990). Angka TFR semula 5,6 (1971) turun menjadi
4,6 (1980) dan turun lagi menjadi 3,0 (1990). Sensus penduduk (2000) penduduk
Indonesia berjumlah 206,3 juta jiwa sehingga terjadi pertambahan sebesar 27 juta jiwa
atau 2,7 juta tiap tahun dari tahun 1990-2000.
Perubahan itu ditinjau dari masyarakat sebagai pemakai atau penerima KB, sekurang-
kurangnya didukung 2 hal yaitu a) pemakaian kontrasepsi semakin mudah dan diterima
masyarakat sebagai teknologi dalam mengatur kehamilan/kelahiran dalam keluarga, dan
b) mayoritas warga masyarakat terutama pasangan muda telah memiliki sikap sebagai
penganut/penerima konsep keluarga kecil berkualitas. Penerimaan oleh pasangan usia
muda atau calon pasangan baru adalah merupakan keberhasilan program KB pendukung
dalam menanamkan pola pikir, sikap dan perilaku baru di kalangan generasi muda, yang
dipelopori program pendidikan kependudukan yang diajarkan di sekolah, di luar sekolah,
di kalangan mahasiswa, pejabat pemerintah, pramuka, karang taruna, remaja mesjid,
remaja gereja, di pesantren dan lain sebagainya.
Karena itu, program KB perlu terus dikembangkan dan dipertahankan dan dimantapkan
apabila bangsa dan negara ini ngin mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur serta makmur dalam berkeadilan sebagaimana diharapkan oleh para pejuang dan
pendiri NKRI tercinta ini. Tuntutan semakin terasa mendesak dalam pergaulan dunia
yang semakin bebas dan terbuka, yang memerlukan sumber daya manusia yang
berkualitas. Konsep ekonomi kapitalis-liberalis menghadapkan setiap negara pada
konsep pasar bebas yang sangat kompetitif. UNDP telah menetapkan bahwa
pembangunan nasional harus menitik-beratkan pada pembangunan kualitas manusia agar
mampu bersaing dengan negara lain globalisasi.
Konsep dengan upaya menempatkan posisi sumber daya manusia sebagai titik sentral
pembangunan (people-centered development) adalah gagasan yang ditawarkan oleh
beberapa ahli seperti Michael P. Todaro, selanjutnya diakomodasi PBB. Salah satu
langkah startegis untuk membangun sumber daya manusia berkualitas adalah melalui
upaya pengendalian kelahiran agar anak yang dilahirkan sehat, bisa diberikan gizi dan
imunisasi, diberikan pengasuhan dan pendidikan yang terbaik sehingga dapat
berkembang menjadi manusia yang sehat, terdidik, kreatif, disiplin, kerja keras, dan setia
kawan, memiliki kepribadian kuat dan dinamis dengan orientasi jauh ke depan.
Untuk mewujudkan tujuan itu, maka laju pertumbuhan penduduk harus dapat
dikendalikan, distribusi penduduk harus dapat disebarluaskan dan angka kematian di usia
anak dan produktif harus ditekan sekecil mungkin sehingga Indonesia mampu sejajar
dengan negara yang lebih maju. Kekayaan sumber daya alam akan habis apabila terus
dieksploitasi dan taraf hidup masyarakat akan terus merosot menuju kemiskinan
struktural apabila tidak didukung ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas.
Bagi Indonesia, upaya pemecahan masalah kependudukan harus dilakukan secara terpadu
melalui 3 kebijakan, yaitu: 1) pengendalian kelahiran, 2) penyebaran penduduk, 3)
penyediaan lapangan kerja. Ketiga kebijakan tersebut harus menjadi titik perhatian
pemerintah apabila ingin sukses dalam mengajak masyarakat menuju kehidupan
masyarakat yang bahagia dan sejahtera. Pemecahan masalah kependudukan berkaitan
dengan penanggulangan kemiskinan mengurangi kesenjangan sosial ekonomi yang dapat
14
merusak keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu seluruh lapisan
masyarakat harus diajak ikut serta dan diberikan pandangan dan informasi yang akurat,
rasional dan bertanggung jawab tentang dampak positif dan negatif yang akan dihadapi
apabila tidak peduli terhadap laju pertumbuhan penduduk baik secara makro (keluarga),
messo (masyarakat) maupun makro (negara).
Perubahan itu semakin berkembang menjadi pelaksana sendiri tanpa perlu berkoordinasi
dengan unit pelaksana yang dibentuk pada instansi fungsional, ketika diterbitkan SK
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan merangkap jabatan sebagai Kepala BKKBN
pada tahun 2001, tugas pokok BKKBN dirumuskan dalam pasal 2 berbunyi sebagai
berikut: BKKBN mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas pemerintah bidang
keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Rumusan itu menjelaskan bahwa pelaksanaan program KB tidak lagi bersifat koordinatif
tetapi telah menjadi tugas pokok dan fungsi BKKBN, sejajar seperti sektor pembangunan
lain. Pada hal program KB bersifat lintas sektor dan lintas budaya. Pengaruhnya dapat
diduga, BKKBN bekerja sendiri, sedang koordinasi hanya bersifat alternatif apabila
diperlukan. Dapat dikatakan bahwa kedudukan, tugas dan fungsi BKKBN ditinjau dari
administrasi negara semakin jauh dari tujuan pembentukan wadah institusi ini seperti
tahun 1970. Kerjasama dengan unit-unit pelaksana di lembaga kementerian dan
organisasi sosial yang terkait sudah tidak berjalan lagi. Fungsi koordinasi sudah tidak
berjalan meskipun namanya masih ‘badan koordinasi’ pada sisi lain jumlah unit kerja di
lingkungan BKKBN dibentuk semakin banyak dengan tugas aneka ragam.pada periode
tahun 2000-2002 posisi kepala BKKBN dirangkap Menteri PP, tanpa dibantu seorang
wakil kepala sebagai penanggungjawab teknis harian. Ambisi kekuasaan dan
kepentingan menyebabkan prinsip-prinsip administrasi pemerintahan yang efektif dan
efisien terabaikan.
D. Pendidikan kependudukan dalam program KB
Dalam organisasi BKKBN Pusat berdasarkan Keppres No.64/tahun 1983, unit kerja
Bagian Pendidikan Kependudukan di bawah Diklat diganti menjadin Biro Pendidikan
KB, di bawah Deputi Operasional. Kebijakan itu telah mengubahdari pendekatan
pendidikan ke penerangan/penyuluhan. Di satu sisi terjadi peningkatan kewenangan
karena setingkat eselon II, namun di sisi lainpenerapan prinsip pendidikan dalam
pemecahan kependudukan untuk mensukseskan program KB sudah ditinggalkan.
Pernyataan para ahli pendidikan tahun 1970, yang menyatakan bahwa ‘pendidikan
kependudukan adalah pendidikan masalah kependudukan, tidak sama/berbeda dengan
pendidikan keluarga berencana’ telah terbukti dalam proses perjalanan program KB di
Indonesia. Biro pendidikan KB ditempatkan di lingkungan operasional sejajar dengan
Biro Penmot, Biro Program Integrasi dan Biro Pembinaan Institusi Masyarakat.
Nampaknya memang ada keinginan agar lembaga itu lebih diarahkan untuk memberikan
dukungan langsung guna mendapatkan akseptor KB, bukan untuk merubah mindsets
PUS atau calon PUS. Prinsip itu akhirnya ikut mengundang reaksi dari masyarakat yang
peduli terhadap hak asasi manusia. Pelaksanaan program KB telah menggiring
masyarakat untuk pakai alat kontrasepsi tertentu dengan cara pemaksaan, manipulasi
informasi dan pengiringan calon peserta KB guna memilih kontrasepsi mantap (kontap)
seperti vasektomi dan tubektomi, walaupun masih banyak pemuka agama yang menolak
cara tersebut.
15
Kebijaksanaan tersebut tidak mutlak salah, tetapi mengundang reaksi kelompok anti KB
dalam masyarakat. Padahal, tingkat kesadaran masyarakat (PUS) untuk pakai alat KB
saja belum sepenuhnya dapat dikatakan sudah menerima maksud, tujuan dan
kemungkinan resiko yang akan dihadapi. Karena proses penyadaran, minimal berkaitan
dengan informasi yang rasional dan bertanggungjawab serta dilakukan secara bertahap
dan berkesinambungan untuk merubah pandangan, sikap, keyakinan yang rasional dan
bertanggungjawab. Langkah bijak seharusnya adalah penyadaran melalui proses
penerangan yang dilakukan intensif, seiring dengan proses pengajaran pendidikan
kependudukan tetap terus dilakukan. Apalagi sasaran program KB adalah PUS, calon
PUS dan purna PUS yang dapat menjadi peserta KB aktif memakai kontrasepsi atau
tidak pakai, tetapi mengatur jarak kehamilan. Konsekuensinya, banyak PUS (keluarga)
yang tidak bisa mengendalikan kehamilan karena tidak memperoleh alat kontrasepsi
yang diinginkan, dikenal dengan ‘unmet-need’.
Bila program pendidikan kependudukan masih dilakukan, maka PUS yang ingin
mengatur kehamilan tetapi tidak tersedia kontrasepsi yang dinginkan, maka mereka
dapat melakukannya dengan berbagai cara pantang berkala atau ‘azal. Sikap tersebut
diambil karena orang terdidik sadar bahwa tidak selalu teknologi yang dinginkan ada.
Namun demikian, mereka telah menyediakan cara alternatif lain agar tujuan tetap
tercapai. Karena teknologi bukan tujuan, tetapi media yang dapat mempermudah hidup
manusia termasuk dalam mengatur kehamilan (KB).
Pada mulanya, banyak orang mengira bahwa pendidikan KB sama dengan pendidikan
kependudukan. Para ahli pendidikan sejak 1970, telah mengingatkan bahwa pendidikan
kependudukan berbeda dengan pendidikan KB, pendidikan seks dan pendidikan
kesejahteraan keluarga. Pendidikan kependudukan bertujuan untuk membentuk dan
mebina sikap siswa/peserta didik yang rasional dan bertanggung jawab dalam
memecahkan masalah kependudukan (fertilitas, mortalitas dan migrasi). Sebaliknya
pendidikan KB bertujuan menyadarkan PUS/calon PUS agar dapat menjadi peserta KB
yang efektif dengan menggunakan alat kontrasepsi yang dianjurkan untuk mengatur
kehamilan. Oleh sebab itu, materi pendidikan kependudukan relatif konstan, sebaliknya
materi pendidikan KB bisa berubah sesuai dengan kebutuhan/keadaan masyarakat. Hal
itu dapat dibuktikan materi pendidikan KB tahun 1984 berbeda dengan materi tahun
1992. Sedang materi untuk pendidikan kependudukan sejak tahun 1970 tetap tidak
berubah seperti dalam tabel berikut.
Beda Materi Substansi
Pendidikan Kependudukan dan Pendidikan KB
Titik Berat Materi Penidikan Kependudukan
(1970-1984)
Titik Berat Materi Penidikan KB
(1985-1992)
1. Konsep dasar kependudukan (demografi)
2. Pengaruh pertambahan penduduk terhadap
kehidupan ekonomi
3. Pengaruh pertambahan penduduk terhadap
kehidupan sosial, budaya dan agama.
4. Pengaruh pertambahan penduduk terhadap
kelestarian lingkungan hidup
1. Pendewasaan usia perkawinan
2. Keluarga sejahtera
3. Penduduk dan kesempatan kerja
4. Keluarga bertanggung jawab
5. Reproduksi sehat
6. Perkembangan remaja ke arah
kedewasaan
7. Nilai dan kepercayaan masyarakat yang
berhubungan dengan kependudukan
16
Materi pendidikan KB (1984) misalnya dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun telah
banyak mengalami perubahan cukup mendasar. Perbedaan antara materi pendidikan KB
di tahun 1984 tidak dibagi dalam materi dasar, materi inti, dan pendukung seperti yang
dirumuskan tahun 1991. Apabila, materi pendidikan KB tahun 1984 banyak
memberikan informasi tentang pendewasaan usia kawin, reproduksi sehat, dan perna
nilai/norma kepercayaan terhadap sikap ikut KB, maka materi pendidikan KB tahun
1991 lebih banyak berbicara tentang kampanye/promosi program KB melalui pelayanan
integrasi, institusi, dan penerangan-motivasi KB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Beda Materi Substansi Pendidikan KB
(1984-1991 dan 1991-1997)
Materi Substansi
Pendidikan KB 1984-1991
Materi Substansi
Pendidikan KB 1991-1997
1. Pendewasaan usia perkawinan
2. Keluarga sejahtera
3. Penduduk dan kesempatan kerja
4. Keluarga bertanggung jawab
5. Reproduksi sehat
6. Perkembangan remaja ke arah
kedewasaan
7. Nilai kepercayaan masyarakat yang
berhubungan dengan kependudukan
A. Materi dasar
1. Gerakan KB Nasional
2. Pembinaan Pendidikan KB
3. Koordinasi Keterpaduan dan
Peningkatan Mutu
B. Materi inti
1. Pembinaan institusi Masyarakat
2. Program Penerangan dan Motivasi
3. Program Pelayanan Kontrasepsi
4. Pelayanan Program Integrasi
5. Kampanye Ibu Sehat Sejahtera
6. Kampanye Keluarga Kecil Mandiri
C. Materi penunjang
1. Hubungan Antar Manusia
2. Strategi Mempelajari Pendidikan
KB
3. Pencatatan dan Pelaporan
4. Plan of Action
Materi dasar pendidikan kependudukan yang dipergunakan untuk berbagai jenis dan
tingkat pendidikan relatif sama, sedang materi pendidikan KB disusun berbeda sesuai
dengan target sasaran masing-masing. Bila pokok bahasan substansi pendidikan
kependudukan tetap terbatas pada 4 hal yang sudah baku, maka pokok bahasan
pendidikan KB dapat berkurang atau bertambah sesuai keperluan. Perbedaan jenjang
dan jenis pendidikan untuk materi pelajaran pendidikan kependudukan dilakukan
penyesuasian di sub pokok bahasan atau rasional dari bahan bacaan, sebaliknya untuk
pendidikan KB penyesuaian dapat dilakukan sejak dari pokok bahasan, atau rasional
dari bahan bacaan.
17
MODUL-2. PERKAWINAN
I. Judul
Perkawinan
II. Tujuan
A. Kompetensi dasar
Kemampuan mendeskripsikan Perkawinan
B. Indikator pencapaian kompetensi
1. Mendeskripsikan pengertian dan ruang lingkup Perkawinan
2. Menyebutkan jenis-jenis perkawinan
3. Menyebutkan usia perkawinan yang ideal
4. Mendeskripsikan determinan dan konsekuensi perkawinan dan perceraian
III. Waktu
2 x 45 menit (1 kali pertemuan)
IV. Pendahuluan
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam bidang kependudukan di Indonesia
saat ini nampaknya semakin kompleks, tidak lagi hanya yang berkaitan dengan tiga
komponen demografi (fertilitas, mortalitas, dan migrasi) dan indikator- indikator umum
kependudukan seperti pengendalian jumlah penduduk, penurunan angka kelahiran
(fertilitas), penurunan angka kematian (mortalitas) bayi, anak, dan kematian ibu
(maternal) serta migrasi penduduk, akan tetapi telah banyak bergeser ke isu-isu lain
yang lebih luas dan krusial, seperti: permasalahan kesehatan reproduksi (kespro),
perkawinan dan perceraian, gender, usia lanjut (lansia), pengangguran, lingkungan
hidup dan masih banyak lagi permasalahan kependudukan yang juga perlu mendapatkan
perhatian dan kajian yang lebih mendalam.
Seiring dengan kompleksnya permasalahan dalam bidang kependudukan di Indonesia,
pemerintah dituntut mempunyai program-progran dan kegiatan-kegiatan untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) sebagai salah satu Lembaga Pemerintah yang
mempunyai tugas dalam bidang kependudukan telah mempunyai program dan kegiatan
stategis sebagai upaya menyikapi dan mengatasi permasalahan kependudukan yang
berkaitan dengan perkawinan.
Permasalahan mendasar terkait perkawinan di Indonesia adalah masih tingginya
angka perkawinan pada usia muda (kurang dari 20 tahun). Salah satu program dan
kegiatan BKKBN berkaitan dengan permasalahan tersebut adalah Program
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yang dilakukan melalui wadah yang dinamakan
Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja atau
Mahasiswa dengan sasaran langsung remaja usia 10-24 tahun yang belum menikah,
sementara sasaran langsung BKR adalah orang tua yang memiliki remaja, dan sebagai
sasaran tidak langsung di tingkat lini lapangan adalah Tokoh agama, Tokoh masyarakat,
Tokoh adat dan masyarakat pada umumnya.
18
V. Materi pembelajaran
A. Pengertian dan ruang lingkup perkawinan dan perceraian
B. Jenis-jenis perkawinan
C. usia perkawinan
D. Perkawinan, perceraian, determinan dan konsekuensi
VI. Metode, Alat bantu dan Sumber
A. Metode : Ceramah, tanya jawab ( CTJ) , diskusi
B. Alat bantu : Gambar-gambar terkait perkawinan, lembar penggerak/skenario
C. Sumber :
1. Adioetomo Sri Moertiningsih dan Omas B Samosir., 2011, Dasar-dasar
demografi, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitsa Cenderawasih
(LD-FEUI), Jakarta.
2. David Lucas, dkk. 1990. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
3. Faturochman, Wicaksono Bambang, Setiadi, Latief Syahbudin., 2004,
Dinamika Kependudukan dan Kebijakan, Pusat Studi Kependudukan dan
Kebijakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
4. Rarahim Andarus., 2010, Kedudukan dan Peran Pendidikan Kependudukan
dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN Pusat, Jakarta.
VII. Langkah Pembelajaran (setiap sesi sudah ditentukan waktunya)
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal/
Pendahuluan (10’ )
a. Peserta didik diminta untuk mengamati gambar
pernikahan/perkawinan usia dini dan usia dewasa
b. Tanya-jawab tentang berbagai fakta dan dampak negatif
perkawinan usia dini
Kegiatan Inti ( 70’) a. Pengajar memberikan penjelasan tentang setiap topik bahasan
perkawinan dan perceraian diselingi dengan memberikan
waktu bagi peserta didik untuk bertanya hal-hal yang belum
jelas pada setiap sub topik
b. Pengajar membagi kelas dalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan berdasarkan lembar penggerak diskusi dan
gambar
c. Peserta didik melakukan diskusi kelompok
d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dan
kelompok lain menanggapinya.
e. Pengajar memberikan komentar atau penegasan pada setiap
kelompok diskusi
Kegiatan Akhir/
Penutup ( 10’)
a. Pengajar memberikan pesan-pesan moral sehubungan dengan
b. Pengajar memberikan penghargaan kepada kelompok yang
kerjanya bagus, dan memberikan nasehat untuk
penyempurnaan bagi kelompok yang kurang bagus.
c. Pengajar menyampaikan rangkuman topik yang telah
dipelajari
19
VIII. Evaluasi
A. Tes tertulis
B. Laporan Hasil Diskusi Kelompok
Format Penilaian Hasil Laporan
No. Nama
Aspek Penilaian Skor
NilaiKerjasama Kebenaran
Jawaban
Cara kerja
20
MATERI PEMBELAJARAN (2)
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Perkawinan dan Perceraian
Secara khusus, perkawinan telah didefinisikan sebagai penyatuan legal antara dua orang
yang berlainan jenis kelamin sehingga menimbulkan hak dan kewajiban sebagai akibat
perkawinan. Sedangkan perceraian adalah bubarnya perkawinan secara syah yang
dikukuhkan oleh surat keputusan yang memberikan hak kepada masing-masing untuk
kawin ulang menurut hukum sipil dan agama sesuai dengan peraturan atau adat
kebudayaan yang berlaku di tiap-tiap negara (IUSSP,1982 dalam Dasar-Dasar
Demografi, LD- FE UI, Edisi 2).
Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahadan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Kawin adalah status dari mereka yang terkait dalam perkawinan pada saat pencacahan,
baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin
secara sah menurut hukum (adat, agama, Negara dan sebagainya) tetapi juga mereka
yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sah sebagai suami-istri
(BPS, 2000).
B. Jenis-jenis Perkawinan
Membahas tentang perkawinan dan perceraian, ada dua hal yang perlu dibedakan yaitu
status perkawinan dan perkawinan itu sendiri. Status perkawinan menurut Perserikatan
Bangsa-Bangsa ( PBB) dibagi menjadi 5 kategori: belum kawin (single), kawin, cerai,
janda dan terpisah.
Di Indonesia diketahui ada 4 jenis status perkawinan yang erat hubungannya dengan
tingkahlaku manusia dalam hukum, agama dan kebudayaan, yaitu: belum kawin, kawin ,
cerai, janda/duda. Di Indonesia status kelima (terpisah) tidak ada.
Hal lain di luar 4 jenis perkawinan tersebut di atas merupakan kelainan yang terjadi di
negara tertentu, misalnya di Amerika Latin status ‘ concensual’ atau ‘convience’ yaitu
kumpul tanpa mempunyai predikat legal dalam hukum ataupun agama. Di Amerika
Serikat dan Amerika Selatan keadaan tersebut dianggap berstatus kawin .
Pada dasarnya ada dua macam perkawinan berdasarkan statusnya, yaitu perkawinan
pertama yang menunjukkan perubahan dari status belum kawin (single) ke dalam status
kawin, dan yang kedua adalah kawin kembali yaitu perubahan dari status janda/ duda
atau cerai menjadi status kawin kembali.
C. Usia Perkawinan
Batasan umur untuk kawin di Indonesia yang ditetapkan menurut UU Perkawinan
Nomor 1 tahun 1974 adalah minimal berumur 19 tahun bagi laki-laki, sedangkan bagi
perempuan minimal berumur 16 tahun, dan jika mereka menikah dibawah umur tersebut
21
harus mendapat persetujuan/ijin dari kedua orang tuanya atau salah satu dari orang tua
mereka atau yang ditunjuk sebagai wali (UU Perkawinan No.1 Tahun 1974).
Batasan umur tersebut sebenarnya kurang atau tidak sesuai lagi berdasarkan
pertimbangan yang merujuk pada berbagai aspek yang diperlukan dan menjadi prasarat
dalam perkawinan menuju keluarga yang sehat, berkualitas, bahagia dan sejahtera.
Beberapa pertimbangan yang perlu dan mutlak dipersiapkan menyangkut aspek: fisik
(kesehatan reproduksi), kesiapan ekonomi, psikologis, kematangan emosional, mental
dan sosial.
D. Perkawinan, Perceraian, Determinan dan Konsekuensi
Perkawinan yang terjadi pada remaja perempuan usia 16 tahun dan laki-laki 18 tahun,
walaupun sudah diperbolehkan sesuai Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun
1974, namun masih tergolong perkawinan usia dini. Perkawinan usia dini secara
umum belum memenuhi prasyarat perkawinan sebagaimana tersebut di atas dan rawan
dengan kemungkinan terjadinya permasalahan sebagai konsekuensi ataupun dampak
negative yang berakhir pada perceraian.
Perkawinan yang sah dapat berubah atau rusak karena bercerai, ditinggal mati salah satu
pasangan atau ditangguhkan. Di Negara-negara dimana perceraian tidak diperbolehkan
maka perkawinan yang ditangguhkan bisa pula dikategorikan sebagai cerai di negara-
negara yang menganut sistim perceraian. Sedangkan sahnya perceraian dinyatakan atas
hukum perdata yang berlaku, hukum agama dan peraturan adat kebudayaan dalan
negara yang bersangkutan.
Salah satu program pembangunan kependudukan di Indonesia, dalam mengatasi
permasalah-permasalahan terkait dengan perkawinan dan perceraian adalah
Pendewasaan Usia Perkawinan, yang dalam pelaksanaannya telah diintegrasikan dengan
Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) yang merupakan
program pokok Pembangunan Nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014). Arah kebijakan program ini (PKB)
adalah mewujudkan Tegar Remaja dalam rangka mewujudkan tegar keluarga guna
mencapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera KKBS).
Pendewasaan Usia Perkawinan pada dasarnya adalah upaya untuk meningkatkan usia
pada perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan mencapai usia minimal 20
tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Batasan ini dianggap sudah ideal
dilihat dari sisi kesiapan kesehatan dan perkembangan emosional serta aspek lainnya,
sehingga usia tersebut dianggap batasan usia perkawinan yang ideal. Pendewasaan usia
perkawinan bertujuan untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja agar
di dalam merencanakan perkawinan mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek
atau determinan dalam perkawinan dan kehidupan berkeluarga. Disamping itu PUP juga
berimplikasi pada perlunya peningkatan usia perkawinan.
22
MODUL-3. PENDEKATAN SIKLUS HIDUP KELUARGA
I. Judul
Pendekatan Siklus Hidup Keluarga
II. Tujuan
A. Kompetensi dasar
Kemampuan mendeskripsikan Siklus hidup keluarga
B. Indikator pencapaian kompetensi
1. Mendeskripsikan pengertian/istilah siklus hidup keluarga
2. Menyebutkan 7 tahap siklus hidup keluarga
3. Mendeskripsikan cara-cara mewujudkan keluarga yang sehat
4. Menjelaskan 3 faktor yang mempengaruhi mortalitas dalam siklus keluarga
5. Mendeskripsikan kaitan fertlitas, KB dan siklus keluarga
6. Mendiskripsikan nilai anak dalam keluarga
7. Menyebutkan 4peran keluarga dalam pembinaan lansia
III. Waktu 2 x 45 menit (1 kali pertemuan)
IV. Pendahuluan
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami-istri atau
suami-istri dan anak, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Pasal 1 ayat 10
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992). Keluarga sebagai sebagai sebuah sistem sosial
mempunyai tugas dan fungsi agar sistem tersebut berjalan. Tugas tersebut berkaitan
dengan pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan atau
pemeliharaan keluarga.
Keluarga sejahtera yang sehat dan berkualitas menjadi idaman setiap keluarga .Untuk
mencapai kondisi tersebut bukan suatu hal yang tidak mungkin terjadi, apabila setiap
keluarga menjalankan tugas utamanya dan menerapkan fungsi-fungsi yang seharusnya
berjalan di dalam kehidupan keluarga secara baik.
Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan social anggota
keluarganya yang mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing
perkembangan kepribadian anak-anaknya dan memenuhi emosional anggota
keluarganya.
Revolusi Majelis Umum PBB menguraikan fungsi-fungsi utama keluarga adalah
keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak,
mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di
masyarakat dengan baik serta memberikan kepuasan dan lingkungan social yang sehat
guna tercapainya keluarga sejahtera (Megawangi, 1994).
Agar fungsi keluarga berada pada kondisi optimal, perlu peningkatan fungsionalisasai
dan struktur yang jelas yaitu suatu rangkaian peran dimana sistim sosial dibangun.
23
Fungsi keluarga adalah fungsi-fungsi yang menjadi prasyarat, acuan, dan pola hidup
setiap keluarga dalam rangka terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas.
Badan Kependudukan dan keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membagi fungsi
keluarga menjadi ’8 Fungsi Keluarga‘, yaitu: fungsi agama, sosial budaya, cinta-kasih,
perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Setiap
fungsi dalam delapan fungsi keluarga mempunyai makna masing-masing dan
mempunyai peran penting dalam kehidupan. Delapan fungsi keluarga ini diharapkan
bukan hanya sebagai simbol belaka, tetapi dapat dijadikan pijakan dan tuntunan
keluarga dalam menjalani roda kehidupannya.
Keluarga yang sejahtera, sehat, dan berkualitas dapat diwujudkan apabila tugas dan
fungsi-fungsi keluarga dapat diaplikasikan secara optimal melalui pendekatan siklus
hidup keluarga.
Menurut Neigbour (1985) , tahapan, tugas, dan masalah yang menjadi penting dalam
setiap tahapan siklus hidup keluarga adalah: 1) tahap perkawinan, 2) tahap melahirkan
anak, 3) tahap membesarkan anak memasuki sekolah dasar, 4) tahap membesarkan
anak-anak usia remaja, 5) tahap keluarga i mulai melepas anak, 6) tahap tahun-tahun
pertengahan, 7) tahap usia tua.
V. Materi pembelajaran
A. Definisi Siklus Hidup keluarga
B. Tahap-tahap siklus hidup keluarga
C. Kesehatan keluarga
D. Mortalitas dalam siklus keluarga
E. Fertilitas, KB dan Siklus Keluarga
F. Nilai Anak
G. Lansia
VI. Metode, Alat bantu dan Sumber
A. Metode : Ceramah, diskusi dan tanyajawab
B. Alat bantu : Gambar-gambar yang relevan
C. Sumber :
1. Adioetomo Sri Moertiningsih dan Omas B Samosir., 2011, Dasar-dasar
demografi, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitsa Cenderawasih
(LD-FEUI), Jakarta.
2. David Lucas, dkk. 1990. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
3. Rarahim Andarus., 2010, Kedudukan dan Peran Pendidikan Kependudukan
dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN Pusat, Jakarta.
VII. Langkah Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal/
Pendahuluan (10’)
a. Pengajar menyampaikan topik dan mengajukan beberapa
pertanyaan penjajagan sesuai topik
b. Peserta didik menjawab menjawab pertanyaan yang diajukan
(diskusi)
Kegiatan Inti (75’) a. Pengajar memberikan penjelasan tentang setiap topik bahasan
siklus hidup keluarga
24
Tahapan Kegiatan Kegiatan
b. Pengajar membagi kelas dalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan setiap topik bahasan
c. Peserta didik melakukan diskusi kelompok
d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dan
kelompok lain menanggapinya.
e. Pengajar memberi tugas diskusi masing-masing kelompok
mengarahkan jalannya
f. Pengajar memberikan komentar jalannya diskusi
Kegiatan Akhir/
Penutup (5’)
a. Peserta mengumpulkan hasil diskusi
b. Pengajar memberikan pesan-pesan moral sehubungan dengan
aktivitas
c. Pengajar menyampaikan rangkuman topik pembejajaran
VIII. Evaluasi
A. Tes tertulis
B. Hasil Laporan Kelompok (diskusi kelompok)
Format Penilaian Hasil Laporan
No. Nama
Aspek Penilaian Skor Nilai
Kerjasama Kebenaran
Jawaban
Cara kerja
25
MATERI PEMBELAJARAN (3)
A. Definisi Siklus Hidup Keluarga
Siklus hidup keluarga (family life cyrcul) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi dan fungsi
keluarga sepanjang hidupnya. Siklus hidup keluarga juga merupakan gambaran
rangkaian tahapan yang akan atau diprediksi yang dialami kebanyakan keluarga. Siklus
keluarga terdiri dari variabel yang dibuat secara sistematis menggabungkan variabel
demografi yaitu status perkawinan, ukuran keluarga , umur anggota keluarga, dan
status pekerjaan kepala keluarga.
B. Tahap-tahap siklus keluarga
Dalam ilmu kependudukan dikenal 6 tahap siklus hidup keluarga:
1. Tahap tanpa anak dimulai perkawinan hingga kehamilan anak pertama
2. Tahap melahirkan (berkembang) dimulai dari kelahiran anak sulung hingga anak
bungsu
3. Tahap menengah, dimulai dari kelahiran anak bungsu hingga anak anak sulung
nikah
4. Tahap meninggalkan rumah, dimulai anak sulung meninggalkan rumah hingga
anak bungsu meninggalkan rumah
5. Tahap purna orang tua, dimulai dari anak bungsu meninggalkan rumah hingga
salah satu pasangan meninggal dunia
6. Tahap menjanda atau menduda, dimulai dari meninggalnya suami atau istri hingga
pasangan meninggal dunia.
C. Kesehatan Keluarga
1. Pengertian Sehat
Health is state of physical, mental, social wellbeing not merely the absence of
disease and infinity (WHO). Dengan demikian, sehat adalah suatu keadaan sejahtera
baik fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari soal sakit dan kelemahan.
Sehat jasmani atau fisik, bebas dari segala penyakit; Sehat mental atau rohani, dapat
berfikir secara matang dan normal; Sehat sosial, mampu berkomunikasi dengan
lingkungannya. SEHAT adalah HAK AZASI, SEHAT adalah INVESTASI.
Keluarga yang sehat dan berkualitas menjadi idaman setiap keluarga, karena sehat
merupakan keadaan yang sangat berharga dan tak ternilai harganya dalam
kehidupan.
Berdasarkan lingkungannya, pengertian sehat dapat dibedakan menjadi dua: yakni
Sehat secara fisik dan nonfisik. Sehat secara fisik menyangkut lingkungan dalam
rumah dan luar rumah termasuk orang atau penghuni rumah di dalamnya,
sedangkan sehat non fisik terkait dengan interaksi antara anggota keluarga, interaksi
antara keluarga dengan tetangga, dan interaksi keluarga dengan masyarakat dan
alam sekitar.
26
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatnya kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya sehingga dapat hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
Menjaga kesehatan dan Kebugaran, dengan penerapan pola hidup sehat, yaitu:
- Tidur dan istirahat (cukup udara segar)
- Gizi seimbang (zat tenaga, zat pengatur dan zat pembangun, 13 pesan gizi
seimbang )
- Menjaga kebersihan tubuh (mandi, gosok gigi, ganti pakaian, cuci tangan, buang
air kecil dan besar pakai sabun)
- Mencegah sakit (vaksin, vitamin, sedia obat, bila sakit bawa ke layanan
kesehatan, olahraga teratur)
- KB dan Kesehatan Reproduksi (melalui pendekatan siklus keluarga : keluarga
baru, hamil, melahirkan dan menyusui, keluarga dengan balita, keluarga
dengan anak dan remaja, dan keluarga dengan lansia).
Tips Menuju Keluarga Sehat:
- Cek rutin kesehatan
- Tidak ajak anak ke rumah sakit
- Baju jangan terlalu ketat
- Cek kedaluwarsa obat
- Obat orang dewasa jangan untuk anak walaupun manjur untuk orang dewasa
- Jauhi badget sesaat
- Bermain saat anak balita bermain
- Bercerita sebelum anak balita tidur
D. Mortalitas dalam siklus keluarga
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen demografi yang
dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Dua komponen demografi lainnya adalah
fertilitas atau kelahiran dan migrasi atau perpindahan penduduk. Bahasan mortalitas
dalam siklus keluarga ini, terbatas pada mortalitas maternal (kematian ibu).
Mortalitas maternal atau kematian ibu adalah kematian yang disebabkan oleh peristiwa
kehamilan dan persalinan. Kematian maternal dalam kaitan siklus keluarga
kemungkinan besar akan banyak terjadi pada keluarga baru atau pada perkawinan yang
mana umur istri masih di bawah usia minimal melahirkan, yakni masih di bawah usia
20 tahun. Karena pada masa itu perempuan secara fisik atau biologis, organ-organ
reprokduksinya belum siap untuk hamil dan melahirkan, disamping faktor lainnya
seperti kesiapan psykologis, mental maupun ekonomi yang juga dapat memicu
terjadinya kematian maternal.
Kematian maternal juga banyak terjadi pada perempuan yang hamil dan melahirkan
pada usia resiko tinggi terhadap kemungkinan terjadinya kematian maternal, yakni pada
ibu yang hamil dan melahirkan pada usia di atas 35 tahun. Kematian maternal pada dua
kelompok tersebut mempunyai resiko lebih tinggi (10 x lipat) dari ibu hamil dan
melahirkan pada usia reproduksi sehat (umur 21- 35 tahun).
Berdasarkan tahapan dalam siklus keluarga maka dapat dikatakan bahwa kemungkinan
besar kematian maternal banyak terjadi pada tahap-1, yakni tahap tanpa anak, yang
27
dimulai dari perkawinan hingga melahirkan anak pertama, dan pada tahap-2, yakni
tahap melahirkan (berkembang) yang dimulai dari anak sulung hingga anak bungsu.
E. Fertilitas, KB dan siklus hidup keluarga
Fertilitas atau kelahiran, Keluarga berencana (KB) dan siklus keluarga mempunyai
kaitan erat satu sama lain. Fertilitas ditandai jumlah kelahiran anak. Pada umumnya
bahwa harapan untuk mendapatkan sejumlah anak ditentukan oleh keinginan atau
preferensi keluarga itu sendiri terhadap jumlah anak yang dianggap ideal. Sementara
berdasarkan teori ekonomi fertilitas yang dikemukakan oleh beberapa ahli menjelaskkan
bahwa faktor-faktor yang menentukan jumlah kelahiran anak yang diinginkan per
keluarga diantaranya adalah berapa banyak kelahiran yang dapat dipertahankan hidup
(survive).
Menurut Boque mengemukakan bahwa pendidikan menunjukkan pengaruh yang lebih
kuat terhadap fertilitas dari pada variabel lain. Seorang dengan tingkat pendidikan yang
relative tinggi tentu saja mempertimbangkan berapa keuntungan financial yang
diperoleh seorang anak dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk
membesarkannya.
Beberapa studi atau hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara tingkat
pendidikan dengan jumlah anak yang diinginkan. Mereka menilai anak banyak akan
menambah beban dalam keluarga. Sehingga semakin tinggi pendidikan, persepsi nilai
jumlah anak akan berkurang, sehingga dampaknya fertilitas akan menurun.
Orang tua dalam keluarga tentu saja menginginkan agar anaknya berkualitas dengan
harapan di kemudian hari dapat melanjutkan cita-cita keluarga, berguna bagi masyarakat
dan negara. Untuk sampai pada cita-cita tersebut tentu saja tidak mudah, dibutuhkan
strategi dan metode yang baik. Apakah mungkin menciptakan anak berkualitas di tengah
waktu yang terbatas, karena kesibukan bekerja, dan apakah mungkin menjadikan anak
berkualitas di tengah kondisi keuangan atau pendapatan yang terbatas.
Program Keluarga Berencana senantiasa menanamkan konsep kepada masyarakat untuk
dapat merencanakan keluarganya secara baik, matang dan bertanggung jawab. Untuk
itu penyampaian pesan tentang nilai anak ideal dan konsep keluarga kecil dalam
keluarga harus semakin digemakan dan digaungkan ke seluruh lapisan masyarakat.
Melalui kegiatan komunikasi, edukasi dan komunikasi (KIE) dan advokasi yang
edukatif guna menggugah pikiran dan perasaan seorang untuk berubah. Pola pikir
keluarga terhadap nilai anak dan jumlah anak menjadi lebih rasional.
Kegiatan KIE dan Advokasi Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga
yang meliputi program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi (Program KB/KR),
program keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga (BKB = Bina Keluarga Balita,
BKR= Bina Keluarga Remaja/ PIK R/M=Pusat Informasi dan Konseling keseharan
reproduksi remaja/mahasiswa, BKL= Bina keluarga lansia dan BEK- Bina ekonomi
keluarga) selama ini dilakukan dengan pendekatan tahapan siklus hidup keluarga.
F. Nilai Anak
Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita-
cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah anak yang diinginkan, tergantung dari
28
keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan keputusan untuk
memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat
dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai suatu harapan atas setiap keinginan yang
dipilih oleh orang tua.
Di Indonesia ada kecenderungan bahwa anak dianggap sebagai barang investasi atau
aktiva ekonomi. Orangtua cenderung berharap kelak menerima manfaat ekonomi dari
anak. Manfaat ini akan nampak jika anak bekerja tanpa upah di sawah atau usaha milik
keluarga atau memberikan sebagian penghasilannya kepada orang tua atau membantu
keuangan orang tua. Bila anak dianggap barang konsumsi yang tahan lama atau barang
mewah maupun barang investasi, maka perlu dipikirkan berapa nilainya
Di beberapa negara termasuk Indonesia, umumnya anak laki-laki mempunyai arti
khusus sehingga anak laki-laki lebih banyak dipilih. Orangtua dari golongan menengah
lebih memilih anak perempuan yang dapat menjadi kawan bagi ibu. Perbedaan
tanggapan yang relative kecil antara suami dan isteri ada hubungannya dengan peranan
mereka dan pembagian tugas dalam keluarga, misalnya, wanita menghabiskan waktu
yang lebih banyak untuk mengasuh anak, mempunyai lingkungan kehidupan social yang
lebih sempit, menitikberatkan anak sebagai kebutuhan emosional serta fisik dari
pengasuhan anak. Di lain pihak para suami lebih mementingkan kebutuhan akan
keturunan untuk melanjutkan garis keluarga dan lebih prihatin terhadap biaya anak.
Operasionalnya konsep nilai anak didasarkan pada rumusan yang diajukan Arnold,
dengan memiliki anak orang tua akan memperoleh hal-hal yang menguntungkan atau
hal-hal yang merugikan. Apa yang diperoleh dapat dikelompokkan pada empat nilai,
yakni nilai positif, nilai negative, nilai keluarga besar dan nilai keluarga kecil.
Keempat kategori nilai anak tersebut meliputi sebagai berikut :
1. Nilai positif (manfaat) meliputi: a. Manfaat emosional, yaitu anak membawa
kegembiraan, kebahagiaan ke dalam hidup orang tuanya dan sahabat bagi orang
tuanya, b. Manfaat ekonomi dan ketenangan, yaitu anak dapat membantu ekonomi
orang tuanya, c. Pengembangan diri, yaitu pemeliharaan anak adalah pengalaman
belajar bagi orang tua. Anak membuat orang tuanya lebih matang, lebih bertanggung
jawa, d. Mengasuh anak, yakni orang tua memperoleh kebanggaan dan kegembiraan
dari mengawasi anak-anak dan mengajari mereka hal-hal baru. Mereka bangga
kalau bisa memenuhi kebutuhan anak-anaknya, e. Kerukunan dan penerus keluarga,
anak memperkuat ikatan perkawinan antara suami isteri dan mengisi keutuhan
perkawinan. Mereka bisa meneruskan garis keluarga, nama keluarga, dan tradisi
keluarga.
2. Nilai Negatif, meliputi: a. Biaya emosional yakni orang tua sangat kuatir terhadap
anak-anaknya, terutama tentang perilaku anak-anaknya, keamanan, dan kesehatan, b.
Biaya ekonomi, yakni ongkos yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan anak
semakin besar, c. Keterbatasan biaya alternative, yakni setelah mempunyai anak
kebebasan orang tua berkurang, d. Kebutuhan fisik, yakni begitu banyak pekerjaan
rumah tambahan yang diperlukan untuk mengasuh anak, orang tua akan lebih lelah,
e. Pengorbanan kehidupan pribadi suami isteri, yakni waktu untuk dinikmati oleh
orang tua sendiri berkurang dan orang tua berdebat tentang pengasuhan anak.
3. Nilai keluarga besar meliputi: a. Hubungan sanak saudara, b. Anak membutuhkan
kakak dan adik, sebaliknya anak tunggal dimanjakan dan kesepian, c. Pilihan jenis
kelamin. Mungkin orang tua mempunyai keinginan khusus untuk seorang anak laki-
laki atau perempuan,.
29
4. Nilai keluarga kecil, meliputi: a. Kesehatan Ibu, terlalu sering hamil tidak baik bagi
kesehatan ibu, untuk perlindungan kesehatan reproduksi bagi ibu, agar ibu tidak
beresiko terhadap kematian, b. Beban masyarakat, dunia menjadi terlalu padat,
terlalu banyak anak akan jadi beban bagi masyarakat.
G. Lanjut Usia (Lansia)
Batasan Lansia ( lanjut usia) menurut BKKBN adalah penduduk yang berumur 60
tahun atau lebih, sementara WHO memberikan batasan sebagai berikut: Midle Age (60-
64 tahun), Yunior Old (65-74 tahun), Formal Old (75-89 tahun), dan Very/Longevity
Old (90-120 tahun).
Dengan semakin meningkatnya harapan hidup, jumlah penduduk lansia semakin
bertambah banyak sehingga perhatian terhadap lansia perlu ditingkatkan seiring
dengan berbagai permasalahan timbul dari berbagai perubahan: fisik, psikis, sosial,
ekonomi, dan lain-lain). Berdasarkan hal tersebut diperlukan kesiapan keluarga yang
mempunyai lansia untuk memberikan pengasuhan dan perawatan serta pemberdayaan
lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya melalui kelompok kegiatan Bina
Keluarga Lansia (BKL).
Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah wadah atau kelompok kegiatan yang dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keluarga yang memiliki lansia dalam
pengasuhan, perawatan, dan pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan
kesejahteraannya. BKL ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
lansia melalui kepedulian dan peran serta keluarga dalam mewujudkan lansia yang ber
taqwa kepada Tuhan YME, mandiri, produktif dan bermanfaat bagi keluarga dan
masyarakat. Sasaran langsung dari program ini adalah keluarga yang mempunyai lansia
dan keluarga yang seluruh anggotanya lansia, sementara yang menjadi sasaran tidak
langsung adalah TOMAS, TOGA, LSM dan Masyarakat.
Bentuk kegiatan BKL adalah penyuluhan oleh kader BKL yang meliputi 7 materi
penyuluhan, yakni 1) Program BKL, 2) Pembinaan fisik bagi lansia, 3) Pembinaan
psikologis bagi lansia, 4) Pembinaan mental spiritual, 5) Pembinaan social
kemasyarakatan, 6) pembinaan potensi diri, dan 7) Pembinaan kesehatan reproduksi
lansia.
30
MODUL-4. KELAHIRAN (FERTILITAS)
I. Judul
Kelahiran (Fertilitas)
II. Tujuan
A. Kompetensi dasar
Diharapkan mahasiswa dapat mempunyai pengetahuan tentang kelahiran
(fertilitas)
B. Indikator pencapaian kompetensi
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi Fertilitas
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Fekunditas dan Reproduksi manusia
3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Sikap dan Norma
4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Perbedaan Fertilitas
5. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Pengukuran Angka Fertilitas
III. Waktu
2 x 45 menit (1 kali pertemuan)
IV. Pendahuluan
Seminar pendidikan kependudukan I dilaksanakan di Jawa Barat menindaklanjuti
kegiatan di Bangkok tanggal 19 Oktober-14 November 1970, masalah kependudukan
adalah masalah kita, sekarang dan nanti, terutama harus di pahami oleh genrasi muda,
sehingga pendidikan kependudukan penting guna memecahkan masalah-masalah
kependudukan
Jumlah penduduk dunia tahun 2010 hampir mencapai 6.892 miliar dengan Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP) 1,2% setiap tahun. Dengan kata lain jumlah penduduk di
bumi bertambah hampir 82 juta jiwa setiap tahunnya, lebih dari 597 juta jiwa penduduk
ada di Asia Tenggara, Indonesia sendiri, sebagai salah satu dari 4 negara berpenduduk
dunia terpadat berkonstribusi lebih dari sepertiga dari seluruh penduduk dalam kawasan
ini.
Fertilitas (Fertility) sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang
nyata dari seorang wanita dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata
lain, fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya,
merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Kedua hal ini berkaitan erat, dimana
fekunditas merupakan modal awal dari seorang perempuan untuk mengalami fertilitas
dalam hidupnya dan seorang yang telah mengalami fertilitas pasti fekunditasnya baik.
Ada satu kata yang memiliki makna yang menyerupai fertilitas, yaitu natalitas.
Perbedaan keduanya hanya pada ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk, sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran
pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Pertambahan penduduk dapat terjadi apabila angka kelahiran terjadi dengan cepat tanpa
terkendali, sedang angka kematian dapat diturunkan. Usaha untuk mencegah kehamilan
sudah terjadi sejak lama dengan berbagai cara. Penggunaan metode kontrasepsi adalah
31
teknologi tidak berbeda dengan menggunakan mobil atau pesawat untuk perjalanan,
yang terpenting tujuannya adalah untuk kebaikan.
Dalam artikel yang berjudul “Theories of fertility decline: a reappraisal” (1979)
Freedman mengemukakan bahwa tingkat fertilitas yang cenderung terus menurun di
beberapa negara pada dasarnya bukan semata-mata akibat variabel-variabel
pembangunan makro seperti urbanisasi dan industrialisasi sebagaimana
dikemukakan oleh model transisi demografi klasik tetapi berubahnya motivasi
fertilitas akibat bertambahnya penduduk yang melek huruf serta berkembangnya
jaringan-jaringan komunikasi dan transportasi. Menurut Freedman, tingginya
tingkat modernisasi tipe Barat bukan merupakan syarat yang penting terjadinya
penurunan fertilitas.
Perbedaan masyarakat di daerah pedesaan dengan perkotaan salah satunya adalah di
desa kepadatan penduduknya rendah sedangkan di kota kepadatan penduduknya tinggi.
Perkembangan penduduk baik di kota maupun di desa pada prinsipnya dipengaruhi oleh
tiga faktor demografi yaitu fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi
(perpindahan penduduk). Fertilitas memegang peranan penting karena fertilitas yang
tinggi akan menjadikan laju pertambahan penduduk cepat. Penyebab tingginya fertilitas
ini antara lain masih banyak masyarakat yang memutuskan menikah di usia muda.
V. Materi pembelajaran
A. Pengertian Fertilitas
B. Fekunditas dan Reproduksi manusia
C. Sikap dan Norma
D. Perbedaan Fertilitas
E. Pengukuran Angka Fertilitas
VI. Metode, Alat bantu dan Sumber
A. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan
B. Alat bantu : Gambar-gambar
C. Sumber :
1. Adioetomo Sri Moertiningsih dan Omas B Samosir., 2011, Dasar-dasar
demografi, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitsa Cenderawasih
(LD-FEUI), Jakarta.
2. David Lucas, dkk. 1990. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
3. Iswarati Rahmadewi,. 2003, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi,
Gender dan Pembangunan Kependudukan, Jakarta, BKKBN, UNFPA, Bank
Dunia, ADB dan STARH
4. Rarahim Andarus., 2010, Kedudukan dan Peran Pendidikan Kependudukan
dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN Pusat, Jakarta.
VII. Langkah Pembelajaran (setiap sesi sudah ditentukan waktunya)
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal/
Pendahuluan (10’)
a. Mengamati gambar berbagai fakta tentang fertilitas
b. Tanyajawab tentang berbagai fakta tentang fertilitas
Kegiatan Inti (70’) a. Pengajar memberikan penjelasan tentang setiap topik
bahasan tentang fertilitas
32
Tahapan Kegiatan Kegiatan
b. Pengajar membagi kelas dalam beberapa kelompok
untuk mendiskusikan tentang fertilitas
c. Peserta didik melakukan diskusi kelompok
d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dan
kelompok lain menanggapinya.
Kegiatan Akhir/
Penutup (10’)
a. Peserta didik membuat laporan hasil diskusi
b. Pengajar memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah
(PR)
c. Pengajar memberikan pesan-pesan moral sehubungan
dengan aktivitas
d. Pengajar memberikan penghargaan kepada kelompok
yang kerjanya bagus, dan memberikan nasehat untuk
penyempurnaan bagi kelompok yang kurang bagus.
e. Pengajar memberikan evaluasi terhadap proses dan
materi yang telah diberikan
VIII. Evaluasi
A. Tes tertulis
B. Hasil Laporan Kelompok (diskusi kelompok)
Format Penilaian Hasil Laporan
No. Nama
Aspek Penilaian Skor Nilai
Kerjasama Kebenaran
Jawaban
Cara kerja
33
MATERI PEMBELAJARAN (4)
A. Pengertian Fertilitas
Fertilitas (Kelahiran) adalah kemampuan rill (nyata) seorang wanita untuk melahirkan,
yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan, Fertilitas merupakan taraf
kelahiran penduduk yang sesungguhnya berdasarkan jumlah kelahiran yang terjadi.
fertilitas mempunyai arti sama dengan natalitas hanya berbeda ruang lingkupnya.
Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas
mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian fertilitas yang penting untuk
diketahui adalah:
1. Fecunditas adalah kemampuan secara potensial seorang wanita untuk melahirkan
anak.
2. Sterilisasi adalah ketidakmampuan seorang pria atau wanita untuk menghasilkan
suatu kelahiran.
3. Natalitas adalah kelahiran yang merupakan komponen dari perubahan penduduk.
4. Lahir hidup (live birth) adalah anak yang dilahirkan hidup (menunjukkan tanda-
tanda kehidupan) pada saat dilahirkan, tanpa memperhatikan lamanya di kandungan,
walaupun akhirnya meninggal dunia.
5. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang
dari 28 minggu.
6. Lahir mati (still birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur
paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
7. Tidak dihitung sebagai kelahiran.
Konsep-konsep penting yang harus dipegang dalam mengkaji fenomena fertilitas, di
antaranya:
1. Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa
memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-
tanda kehidupan, misal : bernafas, ada denyut jantungnya atau tali pusat atau
gerakan-gerakan otot.
2. Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur
paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
3. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28
minggu. Ada dua macam abortus: disengaja (induced) dan tidak disengaja
(spontaneus). Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita kenal dengan istilah
aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering kita kenal dengan istilah keguguran.
4. Masa reproduksi (Childbearing age) adalah masa dimana perempuan melahirkan,
yang disebut juga usia subur (15-49 tahun).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelahiran, yaitu:
1. Kontrasepsi (pencegahan pembuahan)
2. Aborsi (pengguguran)
3. Perubahan keadaan perkawinan (perceraian dan lain-lain)
4. Mandul (tidak bisa punya anak).
34
B. Fekunditas dan Reproduksi manusia
1. Fekunditas
Fekunditas (fecundity) adalah kemampuan potensial (fisiologis dan biologis)
seorang wanita untuk melahirkan anak. Fekunditas merupakan potensi fisik untuk
melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai
arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup
peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup
peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
2. Reproduksi Pada Manusia
Reproduksi berarti “membuat kembali”, jadi “reproduksi pada manusia berarti
kemampuan manusia untuk memperoleh keturunan (beranak), sehingga sistem
reproduksi adalah organ-organ yang berhubungan dengan masalah seksualitas.
Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang mencapai
kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik. Pada seorang pria testisnya telah
mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon testosteron.
Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin
sekunder pada pria, di antaranya suara berubah menjadi lebih besar, tumbuhnya
rambut di tempat tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot, dan dada tumbuh
menjadi bidang, jakun membesar. Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah
mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen. Hormon
estrogen berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada
wanita, yaitu kulit menjadi semakin halus, suara menjadi lebih tinggi, tumbuhnya
payudara dan pinggul membesar.
Organ-organ penyusun sistem reproduksi manusia secara vivipar (melahirkan
anak) dan fertilisasinya secara internal (di dalam tubuh) oleh karena itu memiliki
alat-alat reproduksi yang mendukung fungsi tersebut, adapun alat-alat tersebut
antara lain:
Sistem Reproduksi Pria:
Organ-organ yang menyusun sistem reproduksi pada pria terdiri atas:
1) Testis (buah zakar)
Jumlah 1 pasang, terdapat dalam kantong
pelindung yang disebut skrotum dan terletak
di luar dan di bawah rongga pelvis. Testis
berfungsi menghasilkan hormone testosteron
dan sel kelamin jantan (spermatozoa).
Hormon testosteron berfungsi untuk
menimbulkan tanda-tanda kelamin sekunder
pada pria, di antaranya: tumbuhnya kumis,
suara membesar, dada tumbuh bidang dan
lain-lain.
2) Saluran reproduksi
Saluran reproduksi pada pria terdiri atas:
35
- Epididimis, merupakan tempat pendewasaan (pematangan) dan
penyimpanan sperma. Epididimis berupa saluran yang berkelok-kelok yang
terdapat di dalam skrotum.
- Vas deferens (saluran sperma), merupakan kelanjutan dari saluran
epididimis, berfungsi menyalurkan sperma ke uretra.
- Uretra, kelanjutan dari vas deferens, berfungsi untuk menyalurkan sperma
keluar dan merupakan saluran urine dari kandung kemih menuju ke luar.
3) Penis
Merupakan alat kelamin luar, berfungsi untuk alat kopulasi, yaitu untuk
memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi pada wanita.
4) Kelenjar yang terdapat pada pria
- Vesika seminalis, Kelenjar ini menghasilkan cairan yang pekat berwarna
kuning, mengandung makanan yang merupakan sumber energi untuk
pergerakan sperma.
- Kelenjar prostat, Merupakan kelenjar
penghasil semen terbesar, bersifat
encer dan berwarna putih, berisi
makanan untuk sperma.
- Kelenjar bulbourethralis, Kelenjar ini
terdapat di sepanjang uretra, berfungsi
mensekresi cairan lendir bening yang
menetralkan cairan urine yang bersifat
asam yang tertinggal pada uretra.
Sistem Reproduksi Wanita
Organ yang menyusun sistem reproduksi pada wanita terdiri atas:
1) Ovarium (indung telur)
Jumlahnya 1 pasang, terletak di dalam
rongga perut, berfungsi untuk pembentukan
sel telur dan menghasilkan hormon estrogen
dan progesteron. Pembentukan sel telur
terjadi melalui pembentukan folikel.
Hormon estrogen berfungsi untuk
menimbulkan tanda-tanda kelamin sekunder
pada wanita, diantaranya payudara
membesar, suara semakin tinggi, kulit
semakin halus, panggul membesar dan lain-
lain.
2) Saluran reproduksi, terdiri atas:
- 1 pasang corong infundibulum,
berfungsi untuk menangkap sel telur dari
ovarium
- 1 pasang tuba falopii atau oviduk,
merupakan saluran telur, berfungsi
sebagai tempat terjadinya fertilisasi
(pembuahan)
- Uterus (rahim), berfungsi sebagai tempat
perkembangan dan pertumbuhan janin
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa

More Related Content

What's hot

Power point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahPower point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahYunitha Rahmah
 
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraKonsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Cut Endang Kurniasih
 
skala pengukuran
skala pengukuranskala pengukuran
skala pengukuran
M. Jainuri, S.Pd., M.Pd
 
Beberapa ukuran dasar demografi
Beberapa ukuran dasar demografiBeberapa ukuran dasar demografi
Beberapa ukuran dasar demografi
Penny Charity Lumbanraja
 
Konsep Dasar Statistik Data
Konsep Dasar Statistik DataKonsep Dasar Statistik Data
Konsep Dasar Statistik Data
Diah Ayu W
 
mobilitas penduduk
mobilitas pendudukmobilitas penduduk
mobilitas pendudukAinur
 
PPT SEMPRO ELENA.pptx
PPT SEMPRO ELENA.pptxPPT SEMPRO ELENA.pptx
PPT SEMPRO ELENA.pptx
Lediselpiani
 
Dasar-dasar Demografi
Dasar-dasar DemografiDasar-dasar Demografi
Dasar-dasar DemografiNurul Misbah
 
Transisi Demografi
Transisi DemografiTransisi Demografi
Transisi Demografi
Dadang Solihin
 
Makalah Lengkap Globalisasi
Makalah Lengkap GlobalisasiMakalah Lengkap Globalisasi
Makalah Lengkap GlobalisasiCici Cweety
 
Daftar Distribusi Frekuensi
Daftar Distribusi FrekuensiDaftar Distribusi Frekuensi
Daftar Distribusi Frekuensimaudya09
 
Jenis jenis data dan teknik pengumpulan data
Jenis jenis data dan teknik pengumpulan dataJenis jenis data dan teknik pengumpulan data
Jenis jenis data dan teknik pengumpulan dataFirman Marine
 
Probabilitas 2
Probabilitas 2Probabilitas 2
Probabilitas 2
Ceria Agnantria
 
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
Subdit Kreativitas Mahasiswa Universitas Gadjah Mada
 
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinyaMasalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Magdalena Palma Renia
 
Analisa kapasitas dan kerentanan
Analisa kapasitas dan kerentananAnalisa kapasitas dan kerentanan
Analisa kapasitas dan kerentananChoiri Askolani
 
Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1
Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1
Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1Aulia Nofrianti
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copy
Ulfa Pradipta
 
Dinamika kependudukan ppt
Dinamika kependudukan pptDinamika kependudukan ppt
Dinamika kependudukan ppt
R.a. Furqon
 

What's hot (20)

Power point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahPower point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmah
 
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraKonsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
 
skala pengukuran
skala pengukuranskala pengukuran
skala pengukuran
 
Beberapa ukuran dasar demografi
Beberapa ukuran dasar demografiBeberapa ukuran dasar demografi
Beberapa ukuran dasar demografi
 
Konsep Dasar Statistik Data
Konsep Dasar Statistik DataKonsep Dasar Statistik Data
Konsep Dasar Statistik Data
 
mobilitas penduduk
mobilitas pendudukmobilitas penduduk
mobilitas penduduk
 
PPT SEMPRO ELENA.pptx
PPT SEMPRO ELENA.pptxPPT SEMPRO ELENA.pptx
PPT SEMPRO ELENA.pptx
 
Dasar-dasar Demografi
Dasar-dasar DemografiDasar-dasar Demografi
Dasar-dasar Demografi
 
Transisi Demografi
Transisi DemografiTransisi Demografi
Transisi Demografi
 
Makalah Lengkap Globalisasi
Makalah Lengkap GlobalisasiMakalah Lengkap Globalisasi
Makalah Lengkap Globalisasi
 
Daftar Distribusi Frekuensi
Daftar Distribusi FrekuensiDaftar Distribusi Frekuensi
Daftar Distribusi Frekuensi
 
Jenis jenis data dan teknik pengumpulan data
Jenis jenis data dan teknik pengumpulan dataJenis jenis data dan teknik pengumpulan data
Jenis jenis data dan teknik pengumpulan data
 
Probabilitas 2
Probabilitas 2Probabilitas 2
Probabilitas 2
 
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
 
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinyaMasalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
 
Analisa kapasitas dan kerentanan
Analisa kapasitas dan kerentananAnalisa kapasitas dan kerentanan
Analisa kapasitas dan kerentanan
 
Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1
Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1
Perhitungan fertilitas-mortalitas-dan-migrasi1
 
Ppt sidang skripsi
Ppt sidang skripsiPpt sidang skripsi
Ppt sidang skripsi
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copy
 
Dinamika kependudukan ppt
Dinamika kependudukan pptDinamika kependudukan ppt
Dinamika kependudukan ppt
 

Viewers also liked

Materi pkpr
Materi pkprMateri pkpr
Materi pkpr
Afrinaldi Nofendri
 
Materi Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPRO
Materi Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPROMateri Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPRO
Materi Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPRO
Dayu Agung Dewi Sawitri
 
Kaitan reproduksi manusia dengan pertambahan penduduk dan program kb
Kaitan reproduksi manusia dengan pertambahan penduduk dan program kbKaitan reproduksi manusia dengan pertambahan penduduk dan program kb
Kaitan reproduksi manusia dengan pertambahan penduduk dan program kb
Boneeta Net
 
Keterkaitan lingkungan alam dengan kehidupan masyarakat
Keterkaitan lingkungan alam dengan kehidupan masyarakatKeterkaitan lingkungan alam dengan kehidupan masyarakat
Keterkaitan lingkungan alam dengan kehidupan masyarakat
Sulthan Isa
 
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Kiki Kino
 
Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksiKesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksirandi_nawar
 
PIK-R ~ Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
PIK-R ~ Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)PIK-R ~ Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
PIK-R ~ Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Wulan Shonya Saputri
 
Konselor Sebaya (PIK-Remaja)
Konselor Sebaya (PIK-Remaja)Konselor Sebaya (PIK-Remaja)
Konselor Sebaya (PIK-Remaja)Rajabul Gufron
 
Materi Penyuluhan Kespro Remaja
Materi Penyuluhan Kespro RemajaMateri Penyuluhan Kespro Remaja
Materi Penyuluhan Kespro Remaja
Dinkes Kab Lebak
 

Viewers also liked (12)

Materi pkpr
Materi pkprMateri pkpr
Materi pkpr
 
Materi Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPRO
Materi Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPROMateri Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPRO
Materi Pembinaan Kader Kesehatan Remaja (KKR) - KESPRO
 
Kaitan reproduksi manusia dengan pertambahan penduduk dan program kb
Kaitan reproduksi manusia dengan pertambahan penduduk dan program kbKaitan reproduksi manusia dengan pertambahan penduduk dan program kb
Kaitan reproduksi manusia dengan pertambahan penduduk dan program kb
 
Keterkaitan lingkungan alam dengan kehidupan masyarakat
Keterkaitan lingkungan alam dengan kehidupan masyarakatKeterkaitan lingkungan alam dengan kehidupan masyarakat
Keterkaitan lingkungan alam dengan kehidupan masyarakat
 
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
 
Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksiKesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi
 
PIK-R ~ Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
PIK-R ~ Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)PIK-R ~ Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
PIK-R ~ Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
 
Konselor Sebaya (PIK-Remaja)
Konselor Sebaya (PIK-Remaja)Konselor Sebaya (PIK-Remaja)
Konselor Sebaya (PIK-Remaja)
 
Materi bkr
Materi bkrMateri bkr
Materi bkr
 
Buku PIK-Remaja
Buku PIK-RemajaBuku PIK-Remaja
Buku PIK-Remaja
 
Generasi Berencana
Generasi BerencanaGenerasi Berencana
Generasi Berencana
 
Materi Penyuluhan Kespro Remaja
Materi Penyuluhan Kespro RemajaMateri Penyuluhan Kespro Remaja
Materi Penyuluhan Kespro Remaja
 

Similar to Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa

Buku Materi Geografi Kelas XI , Kurikulum Merdeka, Juli 2023.pdf
Buku Materi Geografi Kelas XI , Kurikulum Merdeka, Juli 2023.pdfBuku Materi Geografi Kelas XI , Kurikulum Merdeka, Juli 2023.pdf
Buku Materi Geografi Kelas XI , Kurikulum Merdeka, Juli 2023.pdf
MukarobinspdMukarobi
 
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa) Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Indah Rohmatullah
 
Kkn 2021 UNUSIDA
Kkn 2021 UNUSIDA Kkn 2021 UNUSIDA
Kkn 2021 UNUSIDA
Ani Indayati
 
Buku Pegangan Guru IPS SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum-2013 Edisi Revisi 2014
Buku Pegangan Guru IPS SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum-2013 Edisi Revisi 2014Buku Pegangan Guru IPS SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum-2013 Edisi Revisi 2014
Buku Pegangan Guru IPS SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum-2013 Edisi Revisi 2014
IWAN SUKMA NURICHT
 
Ppkn 10 sem 1 book
Ppkn 10 sem 1 bookPpkn 10 sem 1 book
Ppkn 10 sem 1 book
dodohQ
 
Buku pegangan siswa pp kn sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014 (mate...
Buku pegangan siswa pp kn sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014 (mate...Buku pegangan siswa pp kn sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014 (mate...
Buku pegangan siswa pp kn sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014 (mate...
eli priyatna laidan
 
Profil Pelajar Pancasila-PAUD.pdf
Profil Pelajar Pancasila-PAUD.pdfProfil Pelajar Pancasila-PAUD.pdf
Profil Pelajar Pancasila-PAUD.pdf
Fajar Baskoro
 
Landasan pendidikan
Landasan pendidikanLandasan pendidikan
Landasan pendidikan
Robet Saputra
 
Pendidikan-Pancasila-BS-KLS-IV.pdf
Pendidikan-Pancasila-BS-KLS-IV.pdfPendidikan-Pancasila-BS-KLS-IV.pdf
Pendidikan-Pancasila-BS-KLS-IV.pdf
sulilion
 
Dialog Interaktif Kedaulatan Negara, Kedaulatan Pangan, Kedaulatan Ekonomi da...
Dialog Interaktif Kedaulatan Negara, Kedaulatan Pangan, Kedaulatan Ekonomi da...Dialog Interaktif Kedaulatan Negara, Kedaulatan Pangan, Kedaulatan Ekonomi da...
Dialog Interaktif Kedaulatan Negara, Kedaulatan Pangan, Kedaulatan Ekonomi da...
F W
 
Buku PPKN Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku PPKN Kelas VII SMP Kurikulum 2013Buku PPKN Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku PPKN Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Randy Ikas
 
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Hendi Alfiandi
 
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Educations / Operator Open Office / Design GNU Joomla / ITe
 
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docxLaporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
robiatuladawiyah63
 
3324614.ppt
3324614.ppt3324614.ppt
3324614.ppt
DedeYayan
 
Makalah kurikulum kel 4
Makalah kurikulum kel 4Makalah kurikulum kel 4
Makalah kurikulum kel 4
AyuNovitasariPane
 
Buku PPKN kelas VII K13
Buku PPKN kelas VII K13Buku PPKN kelas VII K13
Buku PPKN kelas VII K13
bayu hidayah
 
1b modul-pedoman-pelatihan-fasilitator-gln
1b modul-pedoman-pelatihan-fasilitator-gln1b modul-pedoman-pelatihan-fasilitator-gln
1b modul-pedoman-pelatihan-fasilitator-gln
Fajar Baskoro
 
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKnAnalisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
Hariyatunnisa Ahmad
 
BUKU BAHASA ARAB_VII_GURU_KURIKULUM 2013
BUKU BAHASA ARAB_VII_GURU_KURIKULUM 2013BUKU BAHASA ARAB_VII_GURU_KURIKULUM 2013
BUKU BAHASA ARAB_VII_GURU_KURIKULUM 2013MTs DARUSSALAM
 

Similar to Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa (20)

Buku Materi Geografi Kelas XI , Kurikulum Merdeka, Juli 2023.pdf
Buku Materi Geografi Kelas XI , Kurikulum Merdeka, Juli 2023.pdfBuku Materi Geografi Kelas XI , Kurikulum Merdeka, Juli 2023.pdf
Buku Materi Geografi Kelas XI , Kurikulum Merdeka, Juli 2023.pdf
 
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa) Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
 
Kkn 2021 UNUSIDA
Kkn 2021 UNUSIDA Kkn 2021 UNUSIDA
Kkn 2021 UNUSIDA
 
Buku Pegangan Guru IPS SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum-2013 Edisi Revisi 2014
Buku Pegangan Guru IPS SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum-2013 Edisi Revisi 2014Buku Pegangan Guru IPS SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum-2013 Edisi Revisi 2014
Buku Pegangan Guru IPS SMP/MTs Kelas 7 Kurikulum-2013 Edisi Revisi 2014
 
Ppkn 10 sem 1 book
Ppkn 10 sem 1 bookPpkn 10 sem 1 book
Ppkn 10 sem 1 book
 
Buku pegangan siswa pp kn sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014 (mate...
Buku pegangan siswa pp kn sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014 (mate...Buku pegangan siswa pp kn sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014 (mate...
Buku pegangan siswa pp kn sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014 (mate...
 
Profil Pelajar Pancasila-PAUD.pdf
Profil Pelajar Pancasila-PAUD.pdfProfil Pelajar Pancasila-PAUD.pdf
Profil Pelajar Pancasila-PAUD.pdf
 
Landasan pendidikan
Landasan pendidikanLandasan pendidikan
Landasan pendidikan
 
Pendidikan-Pancasila-BS-KLS-IV.pdf
Pendidikan-Pancasila-BS-KLS-IV.pdfPendidikan-Pancasila-BS-KLS-IV.pdf
Pendidikan-Pancasila-BS-KLS-IV.pdf
 
Dialog Interaktif Kedaulatan Negara, Kedaulatan Pangan, Kedaulatan Ekonomi da...
Dialog Interaktif Kedaulatan Negara, Kedaulatan Pangan, Kedaulatan Ekonomi da...Dialog Interaktif Kedaulatan Negara, Kedaulatan Pangan, Kedaulatan Ekonomi da...
Dialog Interaktif Kedaulatan Negara, Kedaulatan Pangan, Kedaulatan Ekonomi da...
 
Buku PPKN Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku PPKN Kelas VII SMP Kurikulum 2013Buku PPKN Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku PPKN Kelas VII SMP Kurikulum 2013
 
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
 
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku siswa)
 
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docxLaporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
 
3324614.ppt
3324614.ppt3324614.ppt
3324614.ppt
 
Makalah kurikulum kel 4
Makalah kurikulum kel 4Makalah kurikulum kel 4
Makalah kurikulum kel 4
 
Buku PPKN kelas VII K13
Buku PPKN kelas VII K13Buku PPKN kelas VII K13
Buku PPKN kelas VII K13
 
1b modul-pedoman-pelatihan-fasilitator-gln
1b modul-pedoman-pelatihan-fasilitator-gln1b modul-pedoman-pelatihan-fasilitator-gln
1b modul-pedoman-pelatihan-fasilitator-gln
 
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKnAnalisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
 
BUKU BAHASA ARAB_VII_GURU_KURIKULUM 2013
BUKU BAHASA ARAB_VII_GURU_KURIKULUM 2013BUKU BAHASA ARAB_VII_GURU_KURIKULUM 2013
BUKU BAHASA ARAB_VII_GURU_KURIKULUM 2013
 

More from daldukpapua

Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
daldukpapua
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
daldukpapua
 
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan KependudukanPolicy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
daldukpapua
 
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015
daldukpapua
 
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...
daldukpapua
 
Buku Saku Data Kependudukan Provinsi Papua
Buku Saku Data Kependudukan Provinsi PapuaBuku Saku Data Kependudukan Provinsi Papua
Buku Saku Data Kependudukan Provinsi Papua
daldukpapua
 
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
daldukpapua
 
Proyeksi Papua 2010-2035
Proyeksi Papua 2010-2035Proyeksi Papua 2010-2035
Proyeksi Papua 2010-2035
daldukpapua
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
daldukpapua
 
Profil Keluarga Papua Tahun 2014
Profil Keluarga Papua Tahun 2014Profil Keluarga Papua Tahun 2014
Profil Keluarga Papua Tahun 2014
daldukpapua
 
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi PapuaUpaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
daldukpapua
 
Program Bina Keluarga Balita Melalui Pendekatan Sekolah Kampung
Program Bina Keluarga Balita  Melalui Pendekatan Sekolah KampungProgram Bina Keluarga Balita  Melalui Pendekatan Sekolah Kampung
Program Bina Keluarga Balita Melalui Pendekatan Sekolah Kampung
daldukpapua
 
Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Papua
Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi PapuaMigrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Papua
Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Papua
daldukpapua
 
Bonus Demografi Peluang atau Ancaman
Bonus Demografi  Peluang atau AncamanBonus Demografi  Peluang atau Ancaman
Bonus Demografi Peluang atau Ancaman
daldukpapua
 
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014
daldukpapua
 
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus DemografiKajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
daldukpapua
 
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografiKajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografi
daldukpapua
 
Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"
Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"
Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"
daldukpapua
 
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
daldukpapua
 
Analisis Model Solusi - Penangan Dampak Ancaman Disaster Demografi
Analisis Model Solusi  - Penangan Dampak Ancaman Disaster DemografiAnalisis Model Solusi  - Penangan Dampak Ancaman Disaster Demografi
Analisis Model Solusi - Penangan Dampak Ancaman Disaster Demografi
daldukpapua
 

More from daldukpapua (20)

Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
 
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan KependudukanPolicy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
 
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2015
 
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...
Kajian Partisipasi Stakeholder Lokal Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kabupate...
 
Buku Saku Data Kependudukan Provinsi Papua
Buku Saku Data Kependudukan Provinsi PapuaBuku Saku Data Kependudukan Provinsi Papua
Buku Saku Data Kependudukan Provinsi Papua
 
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
 
Proyeksi Papua 2010-2035
Proyeksi Papua 2010-2035Proyeksi Papua 2010-2035
Proyeksi Papua 2010-2035
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
Profil Kependudukan Papua Tahun 2014
 
Profil Keluarga Papua Tahun 2014
Profil Keluarga Papua Tahun 2014Profil Keluarga Papua Tahun 2014
Profil Keluarga Papua Tahun 2014
 
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi PapuaUpaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
 
Program Bina Keluarga Balita Melalui Pendekatan Sekolah Kampung
Program Bina Keluarga Balita  Melalui Pendekatan Sekolah KampungProgram Bina Keluarga Balita  Melalui Pendekatan Sekolah Kampung
Program Bina Keluarga Balita Melalui Pendekatan Sekolah Kampung
 
Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Papua
Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi PapuaMigrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Papua
Migrasi dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Papua
 
Bonus Demografi Peluang atau Ancaman
Bonus Demografi  Peluang atau AncamanBonus Demografi  Peluang atau Ancaman
Bonus Demografi Peluang atau Ancaman
 
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014
Parameter Kependudukan Papua Tahun 2014
 
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus DemografiKajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
 
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografiKajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografi
 
Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"
Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"
Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"
 
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
Analisis Parameter Kependudukan Tahun 2014
 
Analisis Model Solusi - Penangan Dampak Ancaman Disaster Demografi
Analisis Model Solusi  - Penangan Dampak Ancaman Disaster DemografiAnalisis Model Solusi  - Penangan Dampak Ancaman Disaster Demografi
Analisis Model Solusi - Penangan Dampak Ancaman Disaster Demografi
 

Recently uploaded

STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
kemendagatang
 
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Mirza Sohirin
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TariHappie
 
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
teraspky798
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
HasmiSabirin1
 
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
JOHANNESSIMANJUNTAK8
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
adilaks
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
PemerintahanNagariKu1
 
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan PublikPentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
MuhamadIkbalThola1
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Muh Saleh
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
Tri Widodo W. UTOMO
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
HanifahCindyPratiwi
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Muh Saleh
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
ssuserd13850
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Tri Widodo W. UTOMO
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
LtcLatif
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
gabatgibut09
 

Recently uploaded (17)

STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
 
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
 
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
 
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
 
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan PublikPentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
 

Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa

  • 1.
  • 2.
  • 3. ii SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN BKKBN PROVINSI PAPUA MASYARAKATPuji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan rahmat-Nya, Modul Pendidikan Kependudukan bagi Mahasiswa melalui jalur formal dapat diselesaikan. Materi ini merupakan salah satu dari materi pendidikan kependudukan yang dikembangkan oleh Perwakilan BKKBN Provinsi Papua bekerjasama dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Cenderawasih tahun 2014. Sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangaan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN mengalami pengayaan muatan program, selain menangani program Keluarga Berencana, juga Program Pengendalian Penduduk. Terkait tugas fungsi tentang Pengendalian Penduduk tersebut, diharapkan BKKBN menjadi rujukan data terutama yang berkaitan erat dengan isu kependudukan, seperti: kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, migrasi, dan seterusnya. Buku Modul Pendidikan Kependudukan ini diterbitkan dengan berorientasi isu-isu kependudukan, antara lain Perkawinan, Kelahiran (Fertilitas), Kematian (Mortalitas), Migrasi, Kesehatan Reproduksi, Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS, Keluarga Berencana (KB), Pengarusutamaan Gender dan Lingkungan Hidup. Jalur Pendidikan Formal, merupakan jalur yang sangat strategis dan dominan untuk mengintegrasikan isu-isu kependudukan, karena umumnya para peserta didik khususnya para mahasiswa akan berperan dalam kurun waktu yang akan datang sebagai pengambil kebijakan. Sehingga para pengambil kebijakan yang sudah dibekali sejak dini terkait dengan isu-isu kependudukan tersebut bisa mengambil keputusan dalam pelaksanaan program dari berbagai bidang dan sektor pembangunan yang memiliki wawasan tentang persoalan kependudukan, dan pada gilirannya akan menjadikan isu-isu kependudukan tersebut sebagai salah satu faktor yang akan diperhatikan dan menjadi prioritas progam dalam pengembangan kebijakan dibidangnya. Selama ini kesulitan yang dihadapi untuk mengintegrasikan isu-isu kependudukan melalui jalur formal adalah tidak tersedianya materi, oleh karena itu dikembangkan materi modul pendidikan kependudukan bagi mahasiswa melalui jalur formal (Perguruan Tinggi), yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi para tenaga pendidikan. Materi ini bersifat materi dasar, dimana bisa dikembangkan dan menambah hal-hal tertentu dengan konteks yang ada ditempat. Dalam modul ini topik yang dibahas merupakan isu aktual permasalahan kependudukan saat ini maupun beberapa tahun yang akan datang. Akhirnya, kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian materi Modul Pendidikan Kependudukan bagi Mahasiswa ini, khususnya kepada Dekan FKIP UNCEN; Wakil Dekan I FKIP UNCEN, Ketua Koalisi Indonesia Untuk Kependudukan dan Pembangunan Provinsi Papua; Team Pengajar FKIP UNCEN; Kabid Dalduk; Kasubid Kerjasama Pendidikan Kependidikan; para Widya Iswara Perwakilan BKKBN Papua; beserta team yang telah menyusun materi ini.
  • 4. iii Semoga materi ini dapat memberikan manfaat bagi pelaksanaan kerjasama pendidikan kependudukan, dan pembangunan yang berwawasan kependudukan segera terwujud. Kritik dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan materi ini sangat diharapkan. Jayapura, November 2014 Drs. NERIUS AUPARAY, M.Si Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua
  • 5. iv SAMBUTAN DEKAN FKIP UNIVERSITAS CENDERAWASIH MASYARAKATPendidikan merupakan salah satu bidang strategis dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang akan datang. Berbagai fakta menunjukkan bahwa ada korelasi antara pemecahan masalah kependudukan dengan pembentukan sikap yang rasional dan bertanggungjawab dari seluruh komponen pendidikan. Pembangunan berwawasan penduduk pasti harus dimulai sejak awal dengan membentuk pola pikir generasi muda termasuk mahasiswa. Perubahan pola pikir membutuhkan pengetahuan tambahan menyangkut masalah kependudukan. Dalam tingkat formal, secara khusus di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebagai lembaga pendidikan tinggi, mahasiswa perlu dibekali melalui pendidikan kependudukan. Penyusunan materi pendidikan kependudukan ini dapat terwujud karena merupakan bagian dari kerjasama antara Perwakilan BKKBN Provinsi Papua dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Cenderawasih tahun 2014. Harapan kami semoga materi ini dapat mendukung ketersediaan informasi dan referensi bagi pendidikan tinggi di Provinsi Papua dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Kritik dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan materi ini sangat diharapkan. Akhirnya kepada semua pihak yang mencurahkan pemikirannya dalam penyusunan materi dalam modul ini kami haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga bermanfaat. Jayapura, November 2014 Dr. NOMENSEN ST. MAMBRAKU Dekan FKIP UNCEN
  • 6. v KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya penyusunan dan penulisan ”Modul Pendidikan Kependudukan bagi Mahasiswa” dapat terselesaikan dengan baik, mulai dari tahap persiapan, penulisan sampai penyelesaian akhir. Modul pendidikan kependudukan ini bertujuan untuk mendukung ketersediaan referensi bagi mahasiswa agar dapat memahami lebih mendalam tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan kependudukan, sehingga dapat merumuskan alternatif solusi pemecahannya dan mengimplementasikan dalam kehidupan di masyarakat. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan dan penulisan modul ini, secara khusus kepada: 1. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih 3. Ketua Koalisi Kependudukan Provinsi Papua Berbagai saran dan masukan yang bersifat konstruktif sangat diharapkan, dan akhirnya semoga modul ini dapat bermanfaat. Jayaputa, November 2014 TIM Penyusun
  • 7. vi DAFTAR ISI Halaman Sambutan Ka BKKBN …………………………………………………………… ii Sambutan Dekan FKIP …………………………………………………………… iv Kata Pengantar …………………………………………………………… v Daftar Isi …………………………………………………………… vi Materi-1 Pengantar Pendidikan Kependudukan, oleh Sarwandi dan John Rahail …………………………………………………………... 1 Materi-2 Perkawinan, oleh Suratminah …………………………………….. 17 Materi-3 Pendekatan siklus hidup keluarga, oleh Suratminah ………………. 22 Materi-4 Kelahiran (fertilitas), oleh Tirza Laura Itaar ……………………….. 30 Materi-5 Kematian (mortalitas), oleh Alfasis Ap …………………………... 42 Materi-6 Migrasi Penduduk, oleh Renny Tumober ………………………… 49 Materi-7 Kesehatan Reproduksi, oleh Dirkson Auparai …………………. 69 Materi-8 Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, oleh John Rahail … 81 Materi-9 Keluarga Berencana (KB), oleh Slamet Teguh …………………... 98 Materi-10 Pengarusutamaan gender dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan, oleh Alfasis Ap ………………………………………. 104 Materi-11 Lingkungan Hidup, oleh Nelson Pharu …………………………... 110
  • 8. 1 MODUL-1. PENGANTAR PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN I. Judul Pengantar Pendidikan Kependudukan II. Tujuan A. Kompetensi dasar Kemampuan mendeskripsikan pentingnya pendidikan kependudukan B. Indikator pencapaian kompetensi 1. Mendeskripsikan pengertian dan ruang lingkup pendidikan kependudukan 2. Mendeskripsikan masalah-masalah kependudukan 3. Mendeskripsikan kebijaksanaan kependudukan dan pembangunan SDM 4. Mendeskripsikan pendidikan kependudukan dalam program KB 5. Mendeskripsikan sumber data kependudukan III. Waktu 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) IV. Pendahuluan Pemahaman terhadap pembangunan kependudukan dan KB penting dilakukan untuk menghasilkan ide kemajuan, berkonotasi ke depan atau ke tingkat yang lebih tinggi. Pembangunan kependudukan dan KB harus dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan, dan pemberantasan kemiskinan absolut (Todaro, 1994). Secara khusus pembangunan telah didefinisikan sebagai pertumbuhan dan sekaligus perubahan, yang merupakan kombinasi berbagai proses ekonomi, sosial dan politik, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik (United Nations, 1972). Selain pengertian tersebut, Surna (1992) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai kegiatan- kegiatan yang direncanakan dalam mengolah sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan untuk kelangsungan hidup manusia. Pembangunan kependudukan dan KB yang memihak pada rakyat adalah suatu situasi dimana pemerintah dapat melaksanakan pembangunan yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat menuju perwujudan keluarga sejahtera dan berkualitas, termasuk penduduk miskin. Pembangunan kependudukan dan KB yang memihak rakyat dan dilakukan dengan pendekatan yang kontekstual akan memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada rakyat untuk berpartisipasi penuh dalam proses pembangunan. Pembangunan kependudukan dan KB yang memihak rakyat memiliki tujuan mengangkat harkat dan martabat dalam kerangka keluarga berkualitas agar dapat melaksanakan seluruh hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Penduduk suatu negara merupakan komponen yang penting dalam kelangsungan pembangunan nasional negara tersebut, termasuk pembangunan kependudukan dan KB.
  • 9. 2 Berbagai pertimbangan mengapa penduduk menjadi salah satu aspek yang sangat strategis dalam pembangunan adalah: 1. Penduduk adalah titik sentral pembangunan. Pembangunan dilakukan dan dinikmati oleh penduduk. Keberhasilan suatu negara dalam melaksanakan pembangunan dapat dilihat dari meningkatnya kesejahteraan fisik maupun psikis dari rakyatnya. 2. Keadaan penduduk dilihat dari kuantitas dan kualitasnya sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Penduduk yang berkualitas menjadi pendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, sebaliknya bila penduduk yang ada memiliki kualitas yang rendah, maka mereka akan memperlambat tercapainya tujuan pembangunan nasional. 3. Dinamika perubahan kuantitas dan kualitas penduduk berdampak tidak langsung terhadap kelangsungan pembangunan nasional. Keadaan penduduk saat ini akan berdampak kelangsungan pembangunan nasional satu generasi yang akan datang. Pembangunan yang memihak rakyat selain menggambarkan hubungan yang kuat antara pembangunan dan penduduk, juga memiliki dampak yang lebih baik terhadap lingkungan. Pembangunan yang memihak pada rakyat akan memprioritaskan peningkatan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Penduduk yang sejahtera dapat dilihat antara lain dalam meningkatnya tingkat kesehatan, pendidikan, dan pendapatan. Penduduk yang telah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih bijaksana dalam mengelola sumber daya alam, sehingga sumber daya alam (SDA) yang dimiliki negara dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk generasi di masa mendatang. Pemanfaatan sumber daya alam haruslah memperhatikan kelestarian lingkungan yang mengacu pada kelestarian fisik dari ketersediaan sumber daya alam bergantung kepada peran pemerintah dalam membuat kebijakan dan menjalankan pembangunan yang ramah lingkungan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara. V. Materi pembelajaran A. Pengertian dan ruang lingkup pendidikan kependudukan B. Masalah-masalah kependudukan C. Kebijaksanaan kependudukan dan pembangunan SDM D. Pendidikan kependudukan dalam program KB E. Sumber data kependudukan VI. Metode, Alat bantu dan Sumber Belajar A. Metode : Ceramah, tanyajawab, penugasan dan diskusi kelompok B. Alat bantu/media: LCD proyektor, karton manila C. Sumber belajar: 1. Adioetomo Sri Moertiningsih dan Omas B Samosir., 2011, Dasar-dasar demografi, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitsa Cenderawasih (LD-FEUI), Jakarta. 2. David Lucas, dkk. 1990. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 3. Faturochman, Wicaksono Bambang, Setiadi, Latief Syahbudin., 2004, Dinamika Kependudukan dan Kebijakan, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 4. Jones Gavin dan Yulfita Raharjo., 1998, Penduduk, Lahan dan Laut (Tantangan pembangunan di Indonesia Timur), Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 5. Rarahim Andarus., 2010, Kedudukan dan Peran Pendidikan Kependudukan dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN Pusat, Jakarta.
  • 10. 3 VII. Langkah Pembelajaran (setiap sesi sudah ditentukan waktunya) Tahapan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Awal/ Pendahuluan (10’) a. Salam b. Mengamati gambar berbagai fakta dinamika kependudukan c. Tanyajawab tentang berbagai fakta dinamika kependudukan Kegiatan Inti (70’) a. Pengajar memberikan penjelasan tentang setiap topik bahasan pendidikan kependudukan b. Pengajar membagi kelas dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan tentang berbagai dinamika kependudukan c. Peserta didik melakukan diskusi kelompok d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dan kelompok lain menanggapinya. Kegiatan Akhir/ Penutup (10’) a. Peserta didik membuat laporan hasil diskusi b. Pengajar memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (PR) c. Pengajar memberikan pesan-pesan moral sehubungan dengan aktivitas d. Pengajar memberikan penghargaan kepada kelompok yang kerjanya bagus, dan memberikan nasehat untuk penyempurnaan bagi kelompok yang kurang bagus. e. Pengajar memberikan evaluasi terhadap proses dan materi yang telah diberikan IX. Evaluasi A. Tes tertulis B. Hasil Laporan Kelompok (diskusi kelompok) Format Penilaian Hasil Laporan No. Nama Aspek Penilaian Skor NilaiKerjasama Kebenaran Jawaban Cara kerja
  • 11. 4 MATERI PEMBELAJARAN (1) A. Ruang lingkup pendidikan kependudukan Pemecahan masalah kependudukan harus dilakukan secara terencana, sistematik dan terpadu dalam jangka panjang dengan mengikutsertakan bidang dan sector pembangunan yang terkait termasuk pendidikan. Kepeloporan ahli pendidikan pada tahun 1970-an dengan program pendidikan kependudukan untuk ikut memecahkan masalah kependudukan memberikan kontribusi penting terhadap pembentukan sikap dan perilaku generasi muda dalam mempercepat proses peningkatan kesejahteraan rakyat dan pembangunan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Proses perjalanan sejarah yang tidak boleh dilupakan dalam ikut mensukseskan program KB di Indonesia. Masalah kependudukan adalah masalah kita sekarang dan yang akan datang. Masalah yang harus dipahami dan dimengerti oleh generasi muda bangsa. Pendekatan pendidikan memegang peranan penting dalam memecahkan masalah kependudukan (demografi), kesejahteraan (ekonomi), demokrasi dan hukum (politik) serta lingkungan hidup (ekologi). Seluruh kegiatan itu ditujukan untuk merumuskan definisi, garis besar materi dan metode pendekatan pengajaran pendidikan kependudukan baik program sekolah, luar sekolah maupun di pendidikan tinggi (FKIP). Materi pendidikan kependudukan memang berkaitan dengan pendidikan seks, pendidikan kesejahteraan keluarga, pendidikan keluarga berencana dan demografi. Namun demikian tidak berarti identik dengan pendidikan kependudukan. Diakui bahwa materi pendidikan kependudukan berkaitan dengan materi mata pelajaran di atas, tetapi terdapat perbedaan yang cukup mendasar. Titik berat pendidikan kependudukan adalah pada penyampaian pengetahuan tentang teori dinamika penduduk, ditambah dengan identifikasi factor-faktor penyebab dan penghambat pertambahan penduduk, apa pengaruh negative dan positif yang ditimbulkannya pertambahan penduduk yang cepat terdapat kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan negara serta lingkungan hidup. Pendidikan kependudukan bukan nama baru dari pendidikan tentang seks, pendidikan untuk pakai kontrasepsi, pembatasan kelahiran dan pendidikan KB. Pendidikan kependudukan lebih menekankan pada ‘pemberian argumentasi secara rasional’ tentang keterkaitan (dampak negative dan positif) pertambahan penduduk yang cepat terhadap kualitas kesejahteraan hidup keluarga dan masyarakat. Pendidikan kesejahteraan keluarga lebih menitik beratkan pada usaha pemenuhan kebutuhan fisik materil keluarga. Sedang pendidikan KB lebih diarahkan untuk orang menerima/memakai metode kontrasepsi untuk menjarangkan atau membatasi kelahiran. Pendidikan demografi akan mengajarkan tentang konsep kualitas, kuantitas dan mobilitas penduduk di suatu wilayah/negara. Dasar pemikiran itu selanjutnya telah memberikan garis besar isi materi (substansi) pendidikan kependudukan di Indonesia, antara lain sebagai berikut. a. Latar belakang yang melandasi perlunya pengajaran program pendidikan kependudukan dilandasi setidak-setidaknya oleh 3 pertimbangan penting sebagai berikut:
  • 12. 5 - Pendidikan kependudukan dapat membantu kebijaksanaan pemerintah dalam mensukseskan program pemecahan masalah kependudukan terutama; transmigrasi, kesehatan dan keluarga berencana (migrasi, mortalitas dan fertilitas) - Pendidikan kependudukan akan memberikan landasan pemikiran dan pemahaman serta argumentasi yang kuat (logis dan rasional) bagi masyarakat untuk melaksanakan ketiga program pemecahan masalah kependudukan di atas. - Pendidikan kependudukan akan memberikan pengetahuan untuk membentuk sikap dan perilaku masyarakat terutama anak/siswa yang rasional dan bertanggung jawab terhadap pemecahan masalah penduduk dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga, masyarakat dan bangsa serta negara sesuai dengan cita-cita NKRI. b. Rekomendasi pokok berisi; perlu dilakukan pembinaan tenaga khusus untuk bidang pendidikan kependudukan, penyusunan bahan instruksional pendidikan kependudukan, pelatihan guru pendidikan kependudukan, pendidikan kependudukan luar sekolah, dan pendidikan kependudukan di bidang hukum. c. Kesimpulan berupa; inventarisasi factor pendorong dan penyebab pro dan anti natalitas; identifikasi factor penghambat dan pendukung pengajaran pendidikan kependudukan berikut alternative upaya mengatasinya seperti; elaborasi isi materi bahan pengajaran pendidikan kependudukan untuk program sekolah, luar sekolah dan perguruan tinggi (FKIP). Para ahli kependudukan mengemukakan bahwa masalah kependudukan di Indonesia menghadapi sekurang-kurangnya 4 hal, yang perlu diajarkan dalam materi pendidikan kependudukan, yaitu : a. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat akibat kelahiran yang tinggi, sedang angka kematian secara bertahap mulai dapat dikendalikan dengan sistem pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit menular semakin baik. Pada tahun 1970-an tingkat kelahiran berkisar antara 2,7-2,8 persen per tahun sehingga diperkirakan sekitar 11 bayi lahir/menit. Periode kelahiran tinggi “baby boom” yang berpengaruh terhadap pertambahan penduduk tahun 1980-an. Karena itu, pertumbuhan penduduk disebabkan angka kelahiran yang tinggi harus dapat diturunkan agar tidak bertambah lebih cepat lagi dalam kurun waktu dasawarsa berikutnya. b. Persebaran penduduk yang tidak merata antara satu pulau dengan pulau lain, di seluruh wilayah Republik Indonesia lebih dari 60 persen penduduk tinggal di pulau Jawa yang hanya memiliki luas kurang dari 7 persen dari luas wilayah daratan di Indonesia. Di tahun 1970-an kepadatan penduduk di Jawa dan Bali sudah mendekati angka 600 jiwa per-km2 , bandingkan di Sumatera sekitar 30 jiwa dan Irian Barat (Papua) baru sekitar 4-5 jiwa per-km2 . Kepadatan penduduk yang tidak seimbang pada suatu ketika akan menyebabkan kemampuan dan keseimbangan daya dukung alam di Jawa-Bali akan rusak dan menyebabkan bencana bagi kehidupan manusia. c. Komposisi penduduk banyak berusia muda. Tidak kurang dari sekitar 45 persen penduduk Indonesia berusia di bawah 15 tahun. Kelompok usia yang belum produktif, tetapi kenyataannya mereka banyak tidak sekolah dan membantu orang tua memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam konsep demografi, usia itu merupakan beban bagi usia produktif (15-45). Usia itu seharusnya masih bersekolah apabila ingin membangun sumber daya manusia yang terdidik agar kelak dapat menjadi tenaga kerja terdidik dan menjadi tenaga yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara. d. Gejala lain adalah arus urbanisasi dari desa (kampung) ke kota sangat besar. Pertambahan penduduk kota yang tidak memiliki pendidikan dan ketrampilan yang
  • 13. 6 memadai kelak akan menjadi beban bagi lingkungan pemukiman, perumahan, lapangan kerja dan sanitasi. Usaha pembangunan perkotaan menjadi sulit karena derajat hidup, kesehatan, dan pendapatan penduduk yang rendah akan menjadi beban pemerintah kota. Penduduk yang pindah dari desa (kampung) ke kota tidak siap menghadapi berbagai tantangan dan persaingan yang keras dalam kehidupan masyarakat kota sehingga menimbulkan daerah miskin perkotaan (slum areas), kriminalitas yang meningkat, dan penyandang masalah sosial bertambah. B. Masalah-masalah kependudukan Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, mulai disadari banyak pihak dapat menjadi masalah besar yang dihadapi, terutama di negara sedang berkembang dengan taraf hidup lebih miskin dan tertinggal. Malthus, seorang ahli ekonomi-demografi telah mengingatkan bahwa pertumbuhan penduduk terjadi seperti deret ukur (1,2,4,8,16 dan seterusnya) sedang pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat seperti deret hitung (1,2,3,4,5 dan seterusnya). Hal itu terjadi, karena pembangunan di satu sisi telah berhasil meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat, sedang pada sisi lain tingkat kesehatan dan kesuburan juga bertambah baik. Akibatnya angka kelahiran meningkat, sebaliknya angka kematian akan menurun disertai dengan usia harapan hidup semakin panjang. Kecendrungan jumlah yang lahir tidak lagi seimbang dengan jumlah yang mati. Pertumbuhan ekonomi tetap lamban karena karena berbagai faktor ikut mempengaruhi baik bersifat lokal, nasional maupun global. Belum lagi akibat iklim atau bencana alam yang tidak mudah diprediksi oleh kemampuan manusia. Itulah sebabnya, banyak ditemui dalam satu keluarga bisa terdiri dari 3 sampai 4 generasi vertikal. Tekanan masalah kependudukan itu terus meningkat yang menyebabkan banyak negara (pemerintahan) yang menghadapi kesulitan dalam menyediakan kebutuhan dasar penduduk seperti pangan, sandang, papan dan pekerjaan serta pendapatan rakyat. Kondisi itu apabila dibiarkan dapat menimbulkan ketidakstabilan politik dan keamanan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena itu, pada periode tahun 1960-an, banyak para ahli yang memprediksi bahwa kelangsungan hidup umat manusia akan menghadapi ancaman besar apabila pertambahan penduduk tidak dikendalikan oleh negara. Untuk itu PBB telah mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan konferensi kependudukan yang berhasil menyepakati ‘Deklarasi Kependudukan se Dunia’ (1967) dengan inti bahwa upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk perlu dilakukan terutama bagi negara sedang berkembang agar dapat meningkatkan laju pembangunan sejajar dengan negara maju. Kesepakatan itu digaris bawahi Paul R. Ehrlich dalam bukunya yang terkenal berjudul ‘The Population Bomb’ (1986). Digambarkan betapa perlunya diatur keseimbangan antara tingkat kelahiran dan kematian penduduk agar proses pembangunan dapat berjalan lebih cepat dan efektif. Program menekan angka kematian sekecil mungkin adalah merupakan tujuan dan sekaligus dampak dari pembangunan yang berhasil. Salah satu indikator pembangunan sumber daya manusia adalah semakin rendah angka kematian dan semakin panjang usia harapan hidup warganya. Pertambahan usia harapan hidup adalah pengaruh kualitas kesehatan yang meningkat, terutama pada penyediaan pangan dan pelayanan kesehatan yang semakin baik seperti perbaikan gizi, imunisasi dan kampanye ‘pola hidup sehat’ dan sebagainya. Perbaikan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan hingga sampai kepedesaan, pemberantasan penyakit menular, penyakit kronis, dan penemuan berbagai jenis obat serta teknik teknologi pengobatan, telah berhasil menurunkan angka kesakitan/kematian penduduk. Selisih antara angka kelahiran dan kematian itu semakin
  • 14. 7 lama semakin besar, yang menyebabkan jumlah penduduk terus bertambah dengan pesat. Di negara maju hal itu tidak terjadi lagi karena tingkat pendidikan penduduk relatif baik dan hidup berkeluarga sudah direncanakan dengan baik pula. Keadaan itu dipengaruhi oleh pola hidup mereka yang rasional dan bertanggungjawab, termasuk dalam menentukan usia kawin dan jumlah anak yang ideal, sudah direncanakan sebelum nikah. Kondisi itu berbeda dengan di masyarakat sedang berkembang dan tradisional yang beranggapan bahwa jumlah anak diatur oleh Yang Maha Kuasa, manusia harus terima apa adanya dan pasrah kepada nasib. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut bila tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk, maka tingkat pendapatan rendah akan menyebabkan bertambahnya pengangguran, kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat atau negara. Dengan meningkat proporsi jumlah penduduk miskin dan menganggur menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan rakyat di negara itu rendah (miskin). Keadaan itu adalah indikator umum dalam mengukur kemajuan suatu masyarakat (negara). Apabila ekonomi dan penduduk adalah faktor determinan dalam memacu kemajuan suatu masyarakat dan bangsa, maka langkah kebijaksanaan pembangunan untuk mempercepat usaha peningkatan taraf hidup rakyat dengan pertumbuhan ekonomi di satu sisi dan usaha mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui pengendalian angka kelahiran pada sisi lain. Keduanya harus dilakukan secara simultan dan terintegrasi. Kebijaksanaan itu harus menjadi komitmen pemerintah, dan dalam pelaksanaannya didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Kebijaksanaan itu masih perlu dilakukan dalam pembangunan Indonesia untuk kurun waktu 25-50 tahun yang akan datang mengingat hasil Sensus Penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Indonesia yang sudah di atas 206 juta jiwa. Dengan angka kelahiran 2,6 dan pertumbuhan penduduk 1,3% pertahun maka diperkirakan penduduk Indonesia setiap tahun bertambah sekitar 3,5-3,7 juta jiwa. Suatu jumlah yang tidak kecil dan harus dipenuhikebutuhan hidup minimalnya oleh pemerintah. Dalam kebijaksanaan rencana pembangunan nasional baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan melaksanakan kedua pilihan itu secara simultan. Ekonomi harus tumbuh dengan cepat dalam rangka mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan, seiring dengan itu dilakukan upaya pengaturan kelahiran juga harus dilakukan dengan berhasil agar kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan. Pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan derajat hidup dan kesejahteraan rakyat memerlukan investasi dan tekonologi dengan dana yang cukup besar. Partisipasi semua pihak demi kepentingan bangsa dan negara juga harus dikutsertakan guna mempercepat pencapaian hasil tersebut. Kesadaran bernegara yang dilandasi oleh semangat gotong royong harus terus dibina untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil, makmur dan merata sesuai amanat oleh UUD 1945. Kekompakan itu sudah pernah dicontohkan oleh para pejuang, pahlawan dan pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam memerdekakan tanah air dan mengisi kemerdekaan 17 Agustus tahun 1945. Letak dan kondisi geografis Indonesia merupakan wilayah kesatuan kepulauan terluas di dunia dengan jumlah penduduk terbesar ke-5 di dunia (sekarang ke-4). Dengan lokasi sangat strategis serta memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar dibanding negara lain. Bila tingkat kesejahteraan rakyatnya rendah (miskin) maka pasti ada yang salah dalam mengurus dan pengelolaan bangsa dan negara ini. Karena itu, fondasi perencanaan pembangunan nasional perlu suatu kebijaksanaan yang terpadu dan
  • 15. 8 strategis dengan bertitik tolak pada pemecahan masalah kependudukan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan bertanggungjawab. Penduduk sebagai unsur dinamis yang perlu dikendalikan pertumbuhannya dan ditingkatkan kualitasnya. Keadaan geografis dan sumber daya alam sebagai unsur statis harus dikelola dan dimanfaatkan dengan baik dan bertanggung jawab agar pelestarian dan keseimbangan ekologi tetap dapat dipelihara untuk diwariskan kepada generasi berikutnya. Kedua hal itu merupakan faktor instrumental yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah, apabila Indonesia ingin bisa sejajar dengan negara maju lainnya, termasuk di lingkungan negara anggota ASEAN. Ketika Indonesia dilanda krisis politik dan ekonomi dengan inflasi di atas 60% dipertengahan tahun 1960, sudah merupakan titik krisis bagi keutuhan bangsa dan negara. Kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk, terdiri dari aneka ragam suku, etnis, ras, adat-istiadat, budaya dan agama, sangat rentan timbul perpecahan atau disintegrasi nasional. Sumber perpecahan dapat timbul dari dalam negeri karena merasa tidak puas dengan kebijaksanaan pemerintah secara nasional atau dari luar negeri ketika ada yang ingin mengambil keuntungan dari posisi geografis dan kekayaan sumber daya alam yang kita miliki. Salah satu keputusan strategis yang ditempuh pemerintah waktu itu adalah menetapkan perlu ada program pemecahan masalah laju pertumbuhan kependudukan melalui program KB Nasional. Keputusan itu sekaligus merupakan tindaklanjut kesepakatan internasional dalam Deklarasi Kependudukan PBB (1967) di New York. Pelaksanaan program KB Nasional untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dilaksanakan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat. Suatu keputusan yang berani dan strategis untuk mempercepat keberhasilan pembangunan. Bentuk kegiatan dan pola pendekatan dalam pelaksanaannya tetap harus disesuaikan dengan kondisi aktual dan latar belakang sosial budaya, ekonomi dan keyakinan masyarakat dan negara-negara masing-masing. Karena itu dalam tiap pertemuan internasional tentang kependudukan di Bukarest (1974), di Meksiko (1984) dan Cairo (1994) selalu ada pasal (article) tersebut. Dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan Berkelanjutan (ICPD) di Cairo ketentuan itu dirumuskan sebagai berikut : ‘…mengingat bahwa rumusan dari pelaksanaan berbagai bentuk kebijaksanaan kependudukan adalah menjadi tanggung jawab setiap negara, dan harus memperhatikan kondisi ekonomi sosial dan perbedaan lingkungan darin setiap negara serta menghormati nilai-nilai agama dan etika, latar belakang kebudayaan dan keyakinan filosofi penduduknya…’2 Pemerintah sejak semula telah bertekad dalam penerapan kebijaksanaan kependudukan dan KB bersama masyarakat tidak boleh dilakukan dengan paksaan (force or threat). Pelaksanaan program harus dengan persuasif, informatif dan komunikatif agar masyarakat dapat menerimanya dengan penuh pengertian dan tanggung jawab baik dilihat dari kepentingan mikro (keluarga), messo (masyarakat) maupun makro (nasional). Konsep pemikiran itulah yang mendorong dan menjadi aspirasi agar pelaksanaan program KB dilakukan melalui berbagai pendekatan seperti sosial, ekonomi, budaya dan agama. Salah satu diantaranya melalui dunia pendidikan melalui program ‘pendidikan kependudukan’. Program pendidikan kependudukan diajarkan melalui jalur formal sekolah, jalur non-formal luar sekolah dan perguruan tinggi terutama yang bertugas untuk mendidik calon tenaga pendidik atau guru seperti FKIP. Pendidikan kependudukan diajarkan kepada anak didik/siswa agar mengetahui dan memahami tentang penyebab pertambahan penduduk serta akibat yang
  • 16. 9 ditimbulkannyaterhadap kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat di suatu wilayah atau negara. Pengaruh negatif dari pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan menyentuh berbagai aspek kehidupan seperti tingkat kesejahteraan ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial budaya, penyediaan lapangan kerja dan daya dukung alam serta daya tampung lingkungan. Kepadatan penduduk yang tinggi baik langsung atau tidak langsung akan merusak keseimbangan alam karena dipakai untuk perumahan, pabrik/ industri, fasilitas publik dan usaha pertanian. Karena program ini adalah program kependidikan, maka penyampaian materi pendidikan, kependudukan harus dilakukan secara rasional, terbuka, persuasif dan edukatif agar mereka sadar akan pengaruhnya bagi kualitas kehidupan masyarakat. Kesadaran yang rasional dan bertanggungjawab untuk ikut serta dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat dan keluarganya sekarang atau yang akan datang. Pada sisi lain, penyadaran masyarakat perlu juga dilakukan melalui penataran (diklat) yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau swasta, melalui penyuluhan sosial, agama dan budaya bersama pemuka masyarakat. Untuk program langsung dilakukan melalui penyuluhan dan penerangan (KIE-KB) dan pelayanan kontrasepsi bagi pasangan usia subur terutama bagi istrinya yang masih berusia 15-45 tahun (usia reproduktif) agar dapat menggunakan salah satu alat atau metode kontrasepsi guna mengatur jumlah dan jarak kehamilannya. Pengguna alat kontrasepsi tidak harus istri, dapat juga suami sesuai dengan komitmen mereka dan ketersediaan alat yang ada di tempat pelayanan. Pembangunan bidang ekonomi harus terus diupayakan dengan meningkatkan pendapatan negara (GNP), meskipun selalu menghadapi persaingan regional dan global yang semakinn ketat antar negara. Persaingan tidak hanya terjadi antara negara maju, juga antara negara maju dengan negara berkembang atau antar negara berkembang itu sendiri. Persaingan dalam merebut pasar atau penguasaan sumber daya ekonomi, kekayaan alam dan sebagainya tidak jarang menimbulkan konflik regional atau global. Persaingan itu tidak jarang menimbulkan gangguan terhadap keamanan dan kestabilan dalam suatu negara atau satu wilayah regional. Persaingan itu dapat memicu krisis, baik krisis politik atau krisis ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1998 dan 2008. Krisis sumber daya alam seperti meningkatnya harga bahan energi (minyak) yang sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan sosial ekonomi negara. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat mengundang berbagai konflik kepentingan dalam hubungan antar negara. Konflik bersenjata dapat menjadi faktor pendorong ‘kemiskinan’ atau sebaliknya kemiskinan dapat menimbulkan ‘kerusuhan’ dan instabilitas hidup bermasyarakat. Konflik hanya akan menguntungkan negara yang memproduksi dan menjual senjata. Keadaan itu yang menyebabkan negara maju semakin kaya dengan kemampuannya menguasai sumber alam dan ekonomi dunia. Sebaliknya negara miskin akan semakin tertinggal meskipun memiliki sumber daya alam dan penduduk yang besar. Di negara maju, laju pertumbuhan penduduk sudah cukup terkendali sejalan dengan tingkat kesejahteraan dan pendidikan rakyat yang semakin baik. Kesehjateraam ekonomi dan kemajuan pengetahuan serta teknologi telah menyadarkan setiap orang untuk merencanakan jumlah dan jarak kehamilan secara sukarela. Kehadiran anak sebagai wujud dari cinta dan kasih sayang sangat diharapkan, tetapi tidak perlu dalam jumlah yang banyak, cukup satu, dua atau paling banyak tiga anak dalam satu keluarga. Bagi masyarakat maju anak banyak dan sering melahirkan dianggap sebagai beban dan tanggung jawab. Sebaliknya di negara atau kelompok masyarakat miskin dan terbelakang, anak sering dianggap sebagai modal tenaga kerja atau jaminan hari tua.
  • 17. 10 Apabila anak sebagai simbol pengikat kasih sayang, maka jumlah bukan tujuan. Sebaliknya bila anak dianggap sebagai modal tenaga kerja, maka jumlah menjadi penting. Padahal dalam naluri orangtua (keluarga) selalu ada harapan agar ‘kehidupan masa depan anak dapat lebih baik daripada keadaan dirinya’. Di masyarakat miskin dan terbelakang, setiap keluarga senang punya banyak anak karena akan membawa kegunaan (manfaat) sebagaimana sering diungkapkan dengan ‘banyak anak, banyak rezeki’. Ada keyakinan bahwa setiap anak akan membawa rezekinya sendiri. Pandangan itu tidak mutlak salah, tetapi untuk memperoleh rezeki tersebut harus dilakukan dengan usaha dan kerja keras. Usaha dan kerja keras yang menghasilkan produktivitas yang lebih baik. Karena itu, usaha dan kerja keras harus didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, disiplin, maju dan mandiri. Kenyataanya bila tidak didukung oleh sikap tersebut, maka taraf hidup dan kesejahteraan sulit ditingkatkan dan dipenuhi. Kenyataanya setiap tambah anak berarti tambah persediaan kebutuhan seperti makanan, pakaian, gizi, kesehatan, pendidikan, perumahan, pekerjaan dan sebagainya. Keluarga yang memiliki anak banyak sering mengabaikan nasib masa depan dan hak anak karena tidak memberikan perawatan, pengasuhan, pendidikan dan kesejahteraan anak dengan baik dan wajar. Orang tua mengabaikan kebutuhan anak telah melanggar hak-hak anak seperti tercantum dalam konvensi hak anak PBB (Convension of the Right of the Child-1989). Pada masyarakat maju mereka secara sadar, rasional dan bertanggungjawab telah mengambil inisiatif untuk mengendalikan angka kelahiran melalui berbagai cara seperti: pendewasaan usia kawin atau menggunakan alat kontrasepsi untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Sebaliknya di masyarakat miskin-tradisional, berlomba menambah jumlah anak karena belum mampu berpikir rasional dan bertanggung jawab. Anak laki- laki dan perempuan cenderung dikawinkan di usia muda agar terbebas dari beban ekonomi dan tanggungjawab orang tua. Ketika anak di usia remaja dikawinkan, padahal mereka belum memiliki pekerjaan atau penghasilan yang tetap, maka tindakan itu secara langsung atau tidak langsung telah menambah keluarga miskin baru dalam masyarakat. Kondisi itu semakin berat bila keluarga muda itu langsung punya anak, sedang secara ekonomi, psikologis dan sosial belum siap menjadi orang tua yang bertanggungjawab. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan dapat membahayakan kemajuan dan kesejahteraan suatu komunitas masyarakat, bangsa atau negara. Kondisi tidak seimbang antara penduduk dan daya dukung alam juga akan membahayakan kelangsungan hidup manusia. Kerusakan lingkungan dan daya dukung alam telah menimbulkan berbagai rencana yang bisa mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup manusia. Pemikiran di atas, ditindaklanjuti oleh para ahli demografi seperti Lorimer dan Osborn (Amerika, 1943), menganjurkan perlu ada pembinaan sikap dan perilaku masyarakat yang sadar tentang pengaruh laju pertambahan penduduk terhadap usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Pembinaan sikap dilakukan melalui perubahan pola pikir, pola sikap dan perilaku yang dilakukan sejak dini baik dikalangan terbatas maupun umum. Proses itu dilakukan melalui kegiatan pembelajaran masyarakat yang sistematik, bertahap dan berkelanjutan. Hauser (1960) seorang ahli demografi Amerika, memperjuangkan pengajaran masalah kependudukan agar dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Setiap anak diharapkan telah memiliki persepsi dan pandangan yang positif dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi perkembangan masalah kependudukan sejak dari lingkungan keluarga, masyarakat dan negara masing-masing.
  • 18. 11 Pandangan itulah yang memberikan aspirasi perlunya pengajaran pendidikan kependudukan dalam sistem pendidikan. Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil terletak di garis khatulistiwa, beriklim tropis serta sering disebut sebagai jantung dunia. Hanya sekitar 3.000 pulau yang dihuni penduduk, sisanya masih kosong atau didatangi penduduk secara musiman untuk mencari sumber kehidupan. Lebih dari 67% penduduk tinggal di Jawa yang memiliki luas daratan kurang dari 7% sehingga secara demografis, Indonesia menghadapi masalah kependudukan yang cukup berat. Masalah demografis baiuk ditinjau dari pertumbuhan, penyebaran dan komposisi usia. Tambahan lagi Indonesia memiliki aneka ragam suku, etnis, budaya, ras, keyakinan, dan latar belakang sosial, budaya, bahasa serta taraf ekonomi dan pendidikan. Semangat dan jiwa persatuan dan kesatuan yang menjadi perekat satu bangsa dan satu tanah air, antara lain karena rasa senasib dan sepenanggungan serta solidaritas ketika dijajah oleh Belanda, Inggris, Portugis dan Jepang dalam jangka waktu cukup lama. Untuk menyatukan semangat itu, para pejuang dan pendiri kemerdekaan bangsa ini menggunakan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” atau berbeda-beda tetapi tetap bersatu dan bersama mengatasi berbagai persoalan. Ungkapan itu dipergunakan untuk membangun semangat mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional di atas kepentingan golongan/kelompok yang berbasis suku, agama atau kedaerahan. Jiwa dan semangat itu mulai luntur karena kurang dipahami maknanya dan kurang ditanamkan kepada generasi muda. Setelah lebih 60 tahun merdeka banyak kemajuan pembangunan yang telah dicapai, meskipun pada sisi lain terjadi kemunduran terutama pada semangat toleransi, solidaritas dan setiakawan antar sesama anak bangsa. Keadaan itu dapat dilihat dengan munculnya gerakan separatisme atau rasa kedaerahan, terutama di era reformasi dan otonomi daerah. Secara demografis maka masalah kependudukan di Indonesia dapat dikelompokkan dan dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut: 1. Jumlah penduduk yang besar, pada tahun 1960, penduduk Indonesia baru berjumlah sekitar 69 juta jiwa dan menurut hasil SP tahun 2000 berjumlah 206,3 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2010 nanti akan berjumlah diatas 234 juta jiwa. Keberhasilan program KB dalam periode tahun 1970-1990 telah menurunkan angka fertilitas dari 5,6 (1970) menjadi 2,8 (1990). Dari kondisi tersebut setiap tahun penduduk Indonesia terus bertambah antara 3-4 juta jiwa atau lebih besar daripada jumlah penduduk negara Singapore. Posisi Indonesia sudah menduduki peringkat ke-4 penduduk terbesar di dunia di bawah China, India dan Amerika Serikat. 2. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, laju pertumbuhan penduduk secara sederhana terjadi adalah merupakan hasil dari jumlah angka kelahiran dikurangi dengan jumlah angka kematian. Apabila angka kelahiran lebih tinggi sedangkan angka kematian rendah maka laju pertumbuhan penduduk akan banyak. Penduduk Indonesia menurut SP tahun 1970 baru berjumlah sekitar 119 juta, di tahun 1980 bertambah menjadi 147 juta dan menurut SP tahun 1990 telah bertambah menjadi 197 juta. Berdasarkan hasil SP tahun 200, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 206,3 juta jiwa dan ahli demografi memproyeksikan jumlah itu akan mencapai 234-235 jutra pada tahun 2010 yang akan datang. 3. Komposisi penduduk usia muda, Indonesia sampai tahun 1990, memiliki komposisi dalam piramida penduduk usia muda, yang lebar di bawah dan kecil di atas. Penduduk usia muda akan memberikan kontribusi terhadap pertambahan jumlah penduduk ketika menikah dan melahirkan. Berbeda dengan negara maju, bentuk
  • 19. 12 piramida penduduk sudah terbalik, yaitu lebar di tengah, kecil di bawah dan di atas sehingga laju pertumbuhan penduduk dapat seimbang. Setelah tahun 1990, piramida penduduk usia muda mulai berkurang, apabila program KB dan pendukungnya tidak berjalan ada kemungkinan kelompok umur muda akan kembali bertambah. 4. Penduduk menganut nilai pro-natalis, jumlah dan jarak kelahiran anak pada mayoritas masyarakat Indonesia dibiarkan berlangsung secara alami. Pandangan masyarakat selama ini mempergunakan semboyan ‘banyak anak banyak rezeki’, ‘anak adalah modal hidup masa depan’, ‘tidak bisa kaya harta tetapi kaya anak’ dan sebagainya. Mengatur dan merencanakan jumlah anak dianggap perbuatan yang bertolak belakang dengan nilai sosial budaya dan ajaran agama. 5. Jumlah penduduk miskin dan penganggur cukup besar, kondisi kesejahteraan masyarakat yang rendah antara lain disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas sumber daya manusia Indonesia dibanding negara maju lain. Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mendukung hidup dan kehidupan masyarakat masih terbatas sehingga produktivitas kerja masih rendah. Akibatnya meskipun lingkungan memiliki kekayaan alam yang besar, banyak dieksploitasi pihak asing sehingga kesejahteraan rakyat sulit ditingkatkan karena masih menggunakan cara-cara tradisional dalam mengolah lingkungan. 6. Kuatnya rasa kedaerahan, kesukuan, agama dan sebagainya, keberadaan kelompok- tersebut semakin mendapat peluang sejalan dengan semakin lemahnya pembinaan dan penanaman kesadaran hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terutama di kalangan terdidik/elit penguasaan dan masyarakat. Demokrasi, HAM, kebebasan, pluralisme dan multikulturalisme sering masih dipahami dengan dangkal. Saat ini muncul kelompok-kelompok egoisme kesukuan, primordialisme, fundamentalisme, kapitalisme, materialisme yang menimbulkan kelompok superior, maju dan berkuasa. Meskipun kelompok itu kecil tetapi menguasai dan mengatasnamakan kelompok rakyat miskin dan terbelakang yang masih besar jumlahnya. Akibatnya sering terjadi konflik antara mayoritas dan minoritas, kaya dan miskin, pengusaha dan pekerja, terdidik dan tertinggal dan sebagainya. 7. Distribusi penduduk yang tidak seimbang antar pulau, luas pulau Jawa hanya kurang dari 7% dari luas Indonesia, dihuni lebih dari 67% penduduk Indonesia. Apabila jumlah penduduk Indonesia menurut SDKI tahun 2007 berjumlah sekitar 227 juta maka penduduk pulau Jawa berjumlah di atas 150 juta jiwa. Pusat pembangunan masih di pulau yang sama sehingga lahan untuk usaha, pertanian, perumahan dan resorvasi menjadi semakin sempit dan rusak. Padahal tingkat kesuburan tanah di Jawa jauh lebih baik daripada di Kalimantan atau Papua sebagai 2 pulau terbesar di Indonesia. Pulau Jawa memiliki tingkat kesuburan tanah yang lebih baik dari pulau lain, tetapi dengan laju pertumbuhan penduduk tinggi akan banyak terpakai lahan produktif untuk pemukiman dan industri atau fasilitas lain. 8. Angka harapan hidup rakyat masih relatif rendah, salah satu indikator pembangunan sumber daya manusia adalah tingginya usia harapan hidup (life expectancy) rakyat suatu negara. Berdasarkan laporan dari HDR (Human Development Report, UNDP 2007) angka harapan hidup rakyat masih di bawah 70 tahun. Posisi itu menduduki peringkat ke-7 di antara 10 negara ASEAN di bawah Singapore, Brunei, Malaysia, Thailand, Philipina dan Vietnam. C. Kebijakan Kependudukan dan Pembangunan SDM Jumlah penduduk Indonesia (1971) sebesar 118,4 juta jiwa dengan angka kelahiran kasar 44/1.000 penduduk. Dari sensus penduduk tahun 1980, naik menjadi 147,5 juta jiwa atau bertambah 29,1 juta jiwa selama 9 tahun. Setiap tahun ada 3,2 juta pertambahan
  • 20. 13 penduduk. Jumlah itu terus naik menjadi 179,3 juta jiwa (1990) atau bertambah sebesar 31,8 juta jiwa (3,2 pertahun). Pertambahan yang konstan itu adalah merupakan keberhasilan program KB dalam mengendalikan angka kelahiran baru, menjadi 28,7/1.000 (1980) dan 25,4/1.000 (1990). Angka TFR semula 5,6 (1971) turun menjadi 4,6 (1980) dan turun lagi menjadi 3,0 (1990). Sensus penduduk (2000) penduduk Indonesia berjumlah 206,3 juta jiwa sehingga terjadi pertambahan sebesar 27 juta jiwa atau 2,7 juta tiap tahun dari tahun 1990-2000. Perubahan itu ditinjau dari masyarakat sebagai pemakai atau penerima KB, sekurang- kurangnya didukung 2 hal yaitu a) pemakaian kontrasepsi semakin mudah dan diterima masyarakat sebagai teknologi dalam mengatur kehamilan/kelahiran dalam keluarga, dan b) mayoritas warga masyarakat terutama pasangan muda telah memiliki sikap sebagai penganut/penerima konsep keluarga kecil berkualitas. Penerimaan oleh pasangan usia muda atau calon pasangan baru adalah merupakan keberhasilan program KB pendukung dalam menanamkan pola pikir, sikap dan perilaku baru di kalangan generasi muda, yang dipelopori program pendidikan kependudukan yang diajarkan di sekolah, di luar sekolah, di kalangan mahasiswa, pejabat pemerintah, pramuka, karang taruna, remaja mesjid, remaja gereja, di pesantren dan lain sebagainya. Karena itu, program KB perlu terus dikembangkan dan dipertahankan dan dimantapkan apabila bangsa dan negara ini ngin mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur serta makmur dalam berkeadilan sebagaimana diharapkan oleh para pejuang dan pendiri NKRI tercinta ini. Tuntutan semakin terasa mendesak dalam pergaulan dunia yang semakin bebas dan terbuka, yang memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Konsep ekonomi kapitalis-liberalis menghadapkan setiap negara pada konsep pasar bebas yang sangat kompetitif. UNDP telah menetapkan bahwa pembangunan nasional harus menitik-beratkan pada pembangunan kualitas manusia agar mampu bersaing dengan negara lain globalisasi. Konsep dengan upaya menempatkan posisi sumber daya manusia sebagai titik sentral pembangunan (people-centered development) adalah gagasan yang ditawarkan oleh beberapa ahli seperti Michael P. Todaro, selanjutnya diakomodasi PBB. Salah satu langkah startegis untuk membangun sumber daya manusia berkualitas adalah melalui upaya pengendalian kelahiran agar anak yang dilahirkan sehat, bisa diberikan gizi dan imunisasi, diberikan pengasuhan dan pendidikan yang terbaik sehingga dapat berkembang menjadi manusia yang sehat, terdidik, kreatif, disiplin, kerja keras, dan setia kawan, memiliki kepribadian kuat dan dinamis dengan orientasi jauh ke depan. Untuk mewujudkan tujuan itu, maka laju pertumbuhan penduduk harus dapat dikendalikan, distribusi penduduk harus dapat disebarluaskan dan angka kematian di usia anak dan produktif harus ditekan sekecil mungkin sehingga Indonesia mampu sejajar dengan negara yang lebih maju. Kekayaan sumber daya alam akan habis apabila terus dieksploitasi dan taraf hidup masyarakat akan terus merosot menuju kemiskinan struktural apabila tidak didukung ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Bagi Indonesia, upaya pemecahan masalah kependudukan harus dilakukan secara terpadu melalui 3 kebijakan, yaitu: 1) pengendalian kelahiran, 2) penyebaran penduduk, 3) penyediaan lapangan kerja. Ketiga kebijakan tersebut harus menjadi titik perhatian pemerintah apabila ingin sukses dalam mengajak masyarakat menuju kehidupan masyarakat yang bahagia dan sejahtera. Pemecahan masalah kependudukan berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan mengurangi kesenjangan sosial ekonomi yang dapat
  • 21. 14 merusak keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu seluruh lapisan masyarakat harus diajak ikut serta dan diberikan pandangan dan informasi yang akurat, rasional dan bertanggung jawab tentang dampak positif dan negatif yang akan dihadapi apabila tidak peduli terhadap laju pertumbuhan penduduk baik secara makro (keluarga), messo (masyarakat) maupun makro (negara). Perubahan itu semakin berkembang menjadi pelaksana sendiri tanpa perlu berkoordinasi dengan unit pelaksana yang dibentuk pada instansi fungsional, ketika diterbitkan SK Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan merangkap jabatan sebagai Kepala BKKBN pada tahun 2001, tugas pokok BKKBN dirumuskan dalam pasal 2 berbunyi sebagai berikut: BKKBN mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas pemerintah bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rumusan itu menjelaskan bahwa pelaksanaan program KB tidak lagi bersifat koordinatif tetapi telah menjadi tugas pokok dan fungsi BKKBN, sejajar seperti sektor pembangunan lain. Pada hal program KB bersifat lintas sektor dan lintas budaya. Pengaruhnya dapat diduga, BKKBN bekerja sendiri, sedang koordinasi hanya bersifat alternatif apabila diperlukan. Dapat dikatakan bahwa kedudukan, tugas dan fungsi BKKBN ditinjau dari administrasi negara semakin jauh dari tujuan pembentukan wadah institusi ini seperti tahun 1970. Kerjasama dengan unit-unit pelaksana di lembaga kementerian dan organisasi sosial yang terkait sudah tidak berjalan lagi. Fungsi koordinasi sudah tidak berjalan meskipun namanya masih ‘badan koordinasi’ pada sisi lain jumlah unit kerja di lingkungan BKKBN dibentuk semakin banyak dengan tugas aneka ragam.pada periode tahun 2000-2002 posisi kepala BKKBN dirangkap Menteri PP, tanpa dibantu seorang wakil kepala sebagai penanggungjawab teknis harian. Ambisi kekuasaan dan kepentingan menyebabkan prinsip-prinsip administrasi pemerintahan yang efektif dan efisien terabaikan. D. Pendidikan kependudukan dalam program KB Dalam organisasi BKKBN Pusat berdasarkan Keppres No.64/tahun 1983, unit kerja Bagian Pendidikan Kependudukan di bawah Diklat diganti menjadin Biro Pendidikan KB, di bawah Deputi Operasional. Kebijakan itu telah mengubahdari pendekatan pendidikan ke penerangan/penyuluhan. Di satu sisi terjadi peningkatan kewenangan karena setingkat eselon II, namun di sisi lainpenerapan prinsip pendidikan dalam pemecahan kependudukan untuk mensukseskan program KB sudah ditinggalkan. Pernyataan para ahli pendidikan tahun 1970, yang menyatakan bahwa ‘pendidikan kependudukan adalah pendidikan masalah kependudukan, tidak sama/berbeda dengan pendidikan keluarga berencana’ telah terbukti dalam proses perjalanan program KB di Indonesia. Biro pendidikan KB ditempatkan di lingkungan operasional sejajar dengan Biro Penmot, Biro Program Integrasi dan Biro Pembinaan Institusi Masyarakat. Nampaknya memang ada keinginan agar lembaga itu lebih diarahkan untuk memberikan dukungan langsung guna mendapatkan akseptor KB, bukan untuk merubah mindsets PUS atau calon PUS. Prinsip itu akhirnya ikut mengundang reaksi dari masyarakat yang peduli terhadap hak asasi manusia. Pelaksanaan program KB telah menggiring masyarakat untuk pakai alat kontrasepsi tertentu dengan cara pemaksaan, manipulasi informasi dan pengiringan calon peserta KB guna memilih kontrasepsi mantap (kontap) seperti vasektomi dan tubektomi, walaupun masih banyak pemuka agama yang menolak cara tersebut.
  • 22. 15 Kebijaksanaan tersebut tidak mutlak salah, tetapi mengundang reaksi kelompok anti KB dalam masyarakat. Padahal, tingkat kesadaran masyarakat (PUS) untuk pakai alat KB saja belum sepenuhnya dapat dikatakan sudah menerima maksud, tujuan dan kemungkinan resiko yang akan dihadapi. Karena proses penyadaran, minimal berkaitan dengan informasi yang rasional dan bertanggungjawab serta dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan untuk merubah pandangan, sikap, keyakinan yang rasional dan bertanggungjawab. Langkah bijak seharusnya adalah penyadaran melalui proses penerangan yang dilakukan intensif, seiring dengan proses pengajaran pendidikan kependudukan tetap terus dilakukan. Apalagi sasaran program KB adalah PUS, calon PUS dan purna PUS yang dapat menjadi peserta KB aktif memakai kontrasepsi atau tidak pakai, tetapi mengatur jarak kehamilan. Konsekuensinya, banyak PUS (keluarga) yang tidak bisa mengendalikan kehamilan karena tidak memperoleh alat kontrasepsi yang diinginkan, dikenal dengan ‘unmet-need’. Bila program pendidikan kependudukan masih dilakukan, maka PUS yang ingin mengatur kehamilan tetapi tidak tersedia kontrasepsi yang dinginkan, maka mereka dapat melakukannya dengan berbagai cara pantang berkala atau ‘azal. Sikap tersebut diambil karena orang terdidik sadar bahwa tidak selalu teknologi yang dinginkan ada. Namun demikian, mereka telah menyediakan cara alternatif lain agar tujuan tetap tercapai. Karena teknologi bukan tujuan, tetapi media yang dapat mempermudah hidup manusia termasuk dalam mengatur kehamilan (KB). Pada mulanya, banyak orang mengira bahwa pendidikan KB sama dengan pendidikan kependudukan. Para ahli pendidikan sejak 1970, telah mengingatkan bahwa pendidikan kependudukan berbeda dengan pendidikan KB, pendidikan seks dan pendidikan kesejahteraan keluarga. Pendidikan kependudukan bertujuan untuk membentuk dan mebina sikap siswa/peserta didik yang rasional dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah kependudukan (fertilitas, mortalitas dan migrasi). Sebaliknya pendidikan KB bertujuan menyadarkan PUS/calon PUS agar dapat menjadi peserta KB yang efektif dengan menggunakan alat kontrasepsi yang dianjurkan untuk mengatur kehamilan. Oleh sebab itu, materi pendidikan kependudukan relatif konstan, sebaliknya materi pendidikan KB bisa berubah sesuai dengan kebutuhan/keadaan masyarakat. Hal itu dapat dibuktikan materi pendidikan KB tahun 1984 berbeda dengan materi tahun 1992. Sedang materi untuk pendidikan kependudukan sejak tahun 1970 tetap tidak berubah seperti dalam tabel berikut. Beda Materi Substansi Pendidikan Kependudukan dan Pendidikan KB Titik Berat Materi Penidikan Kependudukan (1970-1984) Titik Berat Materi Penidikan KB (1985-1992) 1. Konsep dasar kependudukan (demografi) 2. Pengaruh pertambahan penduduk terhadap kehidupan ekonomi 3. Pengaruh pertambahan penduduk terhadap kehidupan sosial, budaya dan agama. 4. Pengaruh pertambahan penduduk terhadap kelestarian lingkungan hidup 1. Pendewasaan usia perkawinan 2. Keluarga sejahtera 3. Penduduk dan kesempatan kerja 4. Keluarga bertanggung jawab 5. Reproduksi sehat 6. Perkembangan remaja ke arah kedewasaan 7. Nilai dan kepercayaan masyarakat yang berhubungan dengan kependudukan
  • 23. 16 Materi pendidikan KB (1984) misalnya dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun telah banyak mengalami perubahan cukup mendasar. Perbedaan antara materi pendidikan KB di tahun 1984 tidak dibagi dalam materi dasar, materi inti, dan pendukung seperti yang dirumuskan tahun 1991. Apabila, materi pendidikan KB tahun 1984 banyak memberikan informasi tentang pendewasaan usia kawin, reproduksi sehat, dan perna nilai/norma kepercayaan terhadap sikap ikut KB, maka materi pendidikan KB tahun 1991 lebih banyak berbicara tentang kampanye/promosi program KB melalui pelayanan integrasi, institusi, dan penerangan-motivasi KB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Beda Materi Substansi Pendidikan KB (1984-1991 dan 1991-1997) Materi Substansi Pendidikan KB 1984-1991 Materi Substansi Pendidikan KB 1991-1997 1. Pendewasaan usia perkawinan 2. Keluarga sejahtera 3. Penduduk dan kesempatan kerja 4. Keluarga bertanggung jawab 5. Reproduksi sehat 6. Perkembangan remaja ke arah kedewasaan 7. Nilai kepercayaan masyarakat yang berhubungan dengan kependudukan A. Materi dasar 1. Gerakan KB Nasional 2. Pembinaan Pendidikan KB 3. Koordinasi Keterpaduan dan Peningkatan Mutu B. Materi inti 1. Pembinaan institusi Masyarakat 2. Program Penerangan dan Motivasi 3. Program Pelayanan Kontrasepsi 4. Pelayanan Program Integrasi 5. Kampanye Ibu Sehat Sejahtera 6. Kampanye Keluarga Kecil Mandiri C. Materi penunjang 1. Hubungan Antar Manusia 2. Strategi Mempelajari Pendidikan KB 3. Pencatatan dan Pelaporan 4. Plan of Action Materi dasar pendidikan kependudukan yang dipergunakan untuk berbagai jenis dan tingkat pendidikan relatif sama, sedang materi pendidikan KB disusun berbeda sesuai dengan target sasaran masing-masing. Bila pokok bahasan substansi pendidikan kependudukan tetap terbatas pada 4 hal yang sudah baku, maka pokok bahasan pendidikan KB dapat berkurang atau bertambah sesuai keperluan. Perbedaan jenjang dan jenis pendidikan untuk materi pelajaran pendidikan kependudukan dilakukan penyesuasian di sub pokok bahasan atau rasional dari bahan bacaan, sebaliknya untuk pendidikan KB penyesuaian dapat dilakukan sejak dari pokok bahasan, atau rasional dari bahan bacaan.
  • 24. 17 MODUL-2. PERKAWINAN I. Judul Perkawinan II. Tujuan A. Kompetensi dasar Kemampuan mendeskripsikan Perkawinan B. Indikator pencapaian kompetensi 1. Mendeskripsikan pengertian dan ruang lingkup Perkawinan 2. Menyebutkan jenis-jenis perkawinan 3. Menyebutkan usia perkawinan yang ideal 4. Mendeskripsikan determinan dan konsekuensi perkawinan dan perceraian III. Waktu 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) IV. Pendahuluan Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam bidang kependudukan di Indonesia saat ini nampaknya semakin kompleks, tidak lagi hanya yang berkaitan dengan tiga komponen demografi (fertilitas, mortalitas, dan migrasi) dan indikator- indikator umum kependudukan seperti pengendalian jumlah penduduk, penurunan angka kelahiran (fertilitas), penurunan angka kematian (mortalitas) bayi, anak, dan kematian ibu (maternal) serta migrasi penduduk, akan tetapi telah banyak bergeser ke isu-isu lain yang lebih luas dan krusial, seperti: permasalahan kesehatan reproduksi (kespro), perkawinan dan perceraian, gender, usia lanjut (lansia), pengangguran, lingkungan hidup dan masih banyak lagi permasalahan kependudukan yang juga perlu mendapatkan perhatian dan kajian yang lebih mendalam. Seiring dengan kompleksnya permasalahan dalam bidang kependudukan di Indonesia, pemerintah dituntut mempunyai program-progran dan kegiatan-kegiatan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai salah satu Lembaga Pemerintah yang mempunyai tugas dalam bidang kependudukan telah mempunyai program dan kegiatan stategis sebagai upaya menyikapi dan mengatasi permasalahan kependudukan yang berkaitan dengan perkawinan. Permasalahan mendasar terkait perkawinan di Indonesia adalah masih tingginya angka perkawinan pada usia muda (kurang dari 20 tahun). Salah satu program dan kegiatan BKKBN berkaitan dengan permasalahan tersebut adalah Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yang dilakukan melalui wadah yang dinamakan Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja atau Mahasiswa dengan sasaran langsung remaja usia 10-24 tahun yang belum menikah, sementara sasaran langsung BKR adalah orang tua yang memiliki remaja, dan sebagai sasaran tidak langsung di tingkat lini lapangan adalah Tokoh agama, Tokoh masyarakat, Tokoh adat dan masyarakat pada umumnya.
  • 25. 18 V. Materi pembelajaran A. Pengertian dan ruang lingkup perkawinan dan perceraian B. Jenis-jenis perkawinan C. usia perkawinan D. Perkawinan, perceraian, determinan dan konsekuensi VI. Metode, Alat bantu dan Sumber A. Metode : Ceramah, tanya jawab ( CTJ) , diskusi B. Alat bantu : Gambar-gambar terkait perkawinan, lembar penggerak/skenario C. Sumber : 1. Adioetomo Sri Moertiningsih dan Omas B Samosir., 2011, Dasar-dasar demografi, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitsa Cenderawasih (LD-FEUI), Jakarta. 2. David Lucas, dkk. 1990. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 3. Faturochman, Wicaksono Bambang, Setiadi, Latief Syahbudin., 2004, Dinamika Kependudukan dan Kebijakan, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 4. Rarahim Andarus., 2010, Kedudukan dan Peran Pendidikan Kependudukan dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN Pusat, Jakarta. VII. Langkah Pembelajaran (setiap sesi sudah ditentukan waktunya) Tahapan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Awal/ Pendahuluan (10’ ) a. Peserta didik diminta untuk mengamati gambar pernikahan/perkawinan usia dini dan usia dewasa b. Tanya-jawab tentang berbagai fakta dan dampak negatif perkawinan usia dini Kegiatan Inti ( 70’) a. Pengajar memberikan penjelasan tentang setiap topik bahasan perkawinan dan perceraian diselingi dengan memberikan waktu bagi peserta didik untuk bertanya hal-hal yang belum jelas pada setiap sub topik b. Pengajar membagi kelas dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan berdasarkan lembar penggerak diskusi dan gambar c. Peserta didik melakukan diskusi kelompok d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dan kelompok lain menanggapinya. e. Pengajar memberikan komentar atau penegasan pada setiap kelompok diskusi Kegiatan Akhir/ Penutup ( 10’) a. Pengajar memberikan pesan-pesan moral sehubungan dengan b. Pengajar memberikan penghargaan kepada kelompok yang kerjanya bagus, dan memberikan nasehat untuk penyempurnaan bagi kelompok yang kurang bagus. c. Pengajar menyampaikan rangkuman topik yang telah dipelajari
  • 26. 19 VIII. Evaluasi A. Tes tertulis B. Laporan Hasil Diskusi Kelompok Format Penilaian Hasil Laporan No. Nama Aspek Penilaian Skor NilaiKerjasama Kebenaran Jawaban Cara kerja
  • 27. 20 MATERI PEMBELAJARAN (2) A. Pengertian dan Ruang Lingkup Perkawinan dan Perceraian Secara khusus, perkawinan telah didefinisikan sebagai penyatuan legal antara dua orang yang berlainan jenis kelamin sehingga menimbulkan hak dan kewajiban sebagai akibat perkawinan. Sedangkan perceraian adalah bubarnya perkawinan secara syah yang dikukuhkan oleh surat keputusan yang memberikan hak kepada masing-masing untuk kawin ulang menurut hukum sipil dan agama sesuai dengan peraturan atau adat kebudayaan yang berlaku di tiap-tiap negara (IUSSP,1982 dalam Dasar-Dasar Demografi, LD- FE UI, Edisi 2). Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahadan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kawin adalah status dari mereka yang terkait dalam perkawinan pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin secara sah menurut hukum (adat, agama, Negara dan sebagainya) tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sah sebagai suami-istri (BPS, 2000). B. Jenis-jenis Perkawinan Membahas tentang perkawinan dan perceraian, ada dua hal yang perlu dibedakan yaitu status perkawinan dan perkawinan itu sendiri. Status perkawinan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB) dibagi menjadi 5 kategori: belum kawin (single), kawin, cerai, janda dan terpisah. Di Indonesia diketahui ada 4 jenis status perkawinan yang erat hubungannya dengan tingkahlaku manusia dalam hukum, agama dan kebudayaan, yaitu: belum kawin, kawin , cerai, janda/duda. Di Indonesia status kelima (terpisah) tidak ada. Hal lain di luar 4 jenis perkawinan tersebut di atas merupakan kelainan yang terjadi di negara tertentu, misalnya di Amerika Latin status ‘ concensual’ atau ‘convience’ yaitu kumpul tanpa mempunyai predikat legal dalam hukum ataupun agama. Di Amerika Serikat dan Amerika Selatan keadaan tersebut dianggap berstatus kawin . Pada dasarnya ada dua macam perkawinan berdasarkan statusnya, yaitu perkawinan pertama yang menunjukkan perubahan dari status belum kawin (single) ke dalam status kawin, dan yang kedua adalah kawin kembali yaitu perubahan dari status janda/ duda atau cerai menjadi status kawin kembali. C. Usia Perkawinan Batasan umur untuk kawin di Indonesia yang ditetapkan menurut UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 adalah minimal berumur 19 tahun bagi laki-laki, sedangkan bagi perempuan minimal berumur 16 tahun, dan jika mereka menikah dibawah umur tersebut
  • 28. 21 harus mendapat persetujuan/ijin dari kedua orang tuanya atau salah satu dari orang tua mereka atau yang ditunjuk sebagai wali (UU Perkawinan No.1 Tahun 1974). Batasan umur tersebut sebenarnya kurang atau tidak sesuai lagi berdasarkan pertimbangan yang merujuk pada berbagai aspek yang diperlukan dan menjadi prasarat dalam perkawinan menuju keluarga yang sehat, berkualitas, bahagia dan sejahtera. Beberapa pertimbangan yang perlu dan mutlak dipersiapkan menyangkut aspek: fisik (kesehatan reproduksi), kesiapan ekonomi, psikologis, kematangan emosional, mental dan sosial. D. Perkawinan, Perceraian, Determinan dan Konsekuensi Perkawinan yang terjadi pada remaja perempuan usia 16 tahun dan laki-laki 18 tahun, walaupun sudah diperbolehkan sesuai Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, namun masih tergolong perkawinan usia dini. Perkawinan usia dini secara umum belum memenuhi prasyarat perkawinan sebagaimana tersebut di atas dan rawan dengan kemungkinan terjadinya permasalahan sebagai konsekuensi ataupun dampak negative yang berakhir pada perceraian. Perkawinan yang sah dapat berubah atau rusak karena bercerai, ditinggal mati salah satu pasangan atau ditangguhkan. Di Negara-negara dimana perceraian tidak diperbolehkan maka perkawinan yang ditangguhkan bisa pula dikategorikan sebagai cerai di negara- negara yang menganut sistim perceraian. Sedangkan sahnya perceraian dinyatakan atas hukum perdata yang berlaku, hukum agama dan peraturan adat kebudayaan dalan negara yang bersangkutan. Salah satu program pembangunan kependudukan di Indonesia, dalam mengatasi permasalah-permasalahan terkait dengan perkawinan dan perceraian adalah Pendewasaan Usia Perkawinan, yang dalam pelaksanaannya telah diintegrasikan dengan Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) yang merupakan program pokok Pembangunan Nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014). Arah kebijakan program ini (PKB) adalah mewujudkan Tegar Remaja dalam rangka mewujudkan tegar keluarga guna mencapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera KKBS). Pendewasaan Usia Perkawinan pada dasarnya adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan mencapai usia minimal 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Batasan ini dianggap sudah ideal dilihat dari sisi kesiapan kesehatan dan perkembangan emosional serta aspek lainnya, sehingga usia tersebut dianggap batasan usia perkawinan yang ideal. Pendewasaan usia perkawinan bertujuan untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja agar di dalam merencanakan perkawinan mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek atau determinan dalam perkawinan dan kehidupan berkeluarga. Disamping itu PUP juga berimplikasi pada perlunya peningkatan usia perkawinan.
  • 29. 22 MODUL-3. PENDEKATAN SIKLUS HIDUP KELUARGA I. Judul Pendekatan Siklus Hidup Keluarga II. Tujuan A. Kompetensi dasar Kemampuan mendeskripsikan Siklus hidup keluarga B. Indikator pencapaian kompetensi 1. Mendeskripsikan pengertian/istilah siklus hidup keluarga 2. Menyebutkan 7 tahap siklus hidup keluarga 3. Mendeskripsikan cara-cara mewujudkan keluarga yang sehat 4. Menjelaskan 3 faktor yang mempengaruhi mortalitas dalam siklus keluarga 5. Mendeskripsikan kaitan fertlitas, KB dan siklus keluarga 6. Mendiskripsikan nilai anak dalam keluarga 7. Menyebutkan 4peran keluarga dalam pembinaan lansia III. Waktu 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) IV. Pendahuluan Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami-istri atau suami-istri dan anak, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992). Keluarga sebagai sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas dan fungsi agar sistem tersebut berjalan. Tugas tersebut berkaitan dengan pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga. Keluarga sejahtera yang sehat dan berkualitas menjadi idaman setiap keluarga .Untuk mencapai kondisi tersebut bukan suatu hal yang tidak mungkin terjadi, apabila setiap keluarga menjalankan tugas utamanya dan menerapkan fungsi-fungsi yang seharusnya berjalan di dalam kehidupan keluarga secara baik. Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan social anggota keluarganya yang mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing perkembangan kepribadian anak-anaknya dan memenuhi emosional anggota keluarganya. Revolusi Majelis Umum PBB menguraikan fungsi-fungsi utama keluarga adalah keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik serta memberikan kepuasan dan lingkungan social yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera (Megawangi, 1994). Agar fungsi keluarga berada pada kondisi optimal, perlu peningkatan fungsionalisasai dan struktur yang jelas yaitu suatu rangkaian peran dimana sistim sosial dibangun.
  • 30. 23 Fungsi keluarga adalah fungsi-fungsi yang menjadi prasyarat, acuan, dan pola hidup setiap keluarga dalam rangka terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. Badan Kependudukan dan keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membagi fungsi keluarga menjadi ’8 Fungsi Keluarga‘, yaitu: fungsi agama, sosial budaya, cinta-kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Setiap fungsi dalam delapan fungsi keluarga mempunyai makna masing-masing dan mempunyai peran penting dalam kehidupan. Delapan fungsi keluarga ini diharapkan bukan hanya sebagai simbol belaka, tetapi dapat dijadikan pijakan dan tuntunan keluarga dalam menjalani roda kehidupannya. Keluarga yang sejahtera, sehat, dan berkualitas dapat diwujudkan apabila tugas dan fungsi-fungsi keluarga dapat diaplikasikan secara optimal melalui pendekatan siklus hidup keluarga. Menurut Neigbour (1985) , tahapan, tugas, dan masalah yang menjadi penting dalam setiap tahapan siklus hidup keluarga adalah: 1) tahap perkawinan, 2) tahap melahirkan anak, 3) tahap membesarkan anak memasuki sekolah dasar, 4) tahap membesarkan anak-anak usia remaja, 5) tahap keluarga i mulai melepas anak, 6) tahap tahun-tahun pertengahan, 7) tahap usia tua. V. Materi pembelajaran A. Definisi Siklus Hidup keluarga B. Tahap-tahap siklus hidup keluarga C. Kesehatan keluarga D. Mortalitas dalam siklus keluarga E. Fertilitas, KB dan Siklus Keluarga F. Nilai Anak G. Lansia VI. Metode, Alat bantu dan Sumber A. Metode : Ceramah, diskusi dan tanyajawab B. Alat bantu : Gambar-gambar yang relevan C. Sumber : 1. Adioetomo Sri Moertiningsih dan Omas B Samosir., 2011, Dasar-dasar demografi, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitsa Cenderawasih (LD-FEUI), Jakarta. 2. David Lucas, dkk. 1990. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 3. Rarahim Andarus., 2010, Kedudukan dan Peran Pendidikan Kependudukan dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN Pusat, Jakarta. VII. Langkah Pembelajaran Tahapan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Awal/ Pendahuluan (10’) a. Pengajar menyampaikan topik dan mengajukan beberapa pertanyaan penjajagan sesuai topik b. Peserta didik menjawab menjawab pertanyaan yang diajukan (diskusi) Kegiatan Inti (75’) a. Pengajar memberikan penjelasan tentang setiap topik bahasan siklus hidup keluarga
  • 31. 24 Tahapan Kegiatan Kegiatan b. Pengajar membagi kelas dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan setiap topik bahasan c. Peserta didik melakukan diskusi kelompok d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dan kelompok lain menanggapinya. e. Pengajar memberi tugas diskusi masing-masing kelompok mengarahkan jalannya f. Pengajar memberikan komentar jalannya diskusi Kegiatan Akhir/ Penutup (5’) a. Peserta mengumpulkan hasil diskusi b. Pengajar memberikan pesan-pesan moral sehubungan dengan aktivitas c. Pengajar menyampaikan rangkuman topik pembejajaran VIII. Evaluasi A. Tes tertulis B. Hasil Laporan Kelompok (diskusi kelompok) Format Penilaian Hasil Laporan No. Nama Aspek Penilaian Skor Nilai Kerjasama Kebenaran Jawaban Cara kerja
  • 32. 25 MATERI PEMBELAJARAN (3) A. Definisi Siklus Hidup Keluarga Siklus hidup keluarga (family life cyrcul) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi dan fungsi keluarga sepanjang hidupnya. Siklus hidup keluarga juga merupakan gambaran rangkaian tahapan yang akan atau diprediksi yang dialami kebanyakan keluarga. Siklus keluarga terdiri dari variabel yang dibuat secara sistematis menggabungkan variabel demografi yaitu status perkawinan, ukuran keluarga , umur anggota keluarga, dan status pekerjaan kepala keluarga. B. Tahap-tahap siklus keluarga Dalam ilmu kependudukan dikenal 6 tahap siklus hidup keluarga: 1. Tahap tanpa anak dimulai perkawinan hingga kehamilan anak pertama 2. Tahap melahirkan (berkembang) dimulai dari kelahiran anak sulung hingga anak bungsu 3. Tahap menengah, dimulai dari kelahiran anak bungsu hingga anak anak sulung nikah 4. Tahap meninggalkan rumah, dimulai anak sulung meninggalkan rumah hingga anak bungsu meninggalkan rumah 5. Tahap purna orang tua, dimulai dari anak bungsu meninggalkan rumah hingga salah satu pasangan meninggal dunia 6. Tahap menjanda atau menduda, dimulai dari meninggalnya suami atau istri hingga pasangan meninggal dunia. C. Kesehatan Keluarga 1. Pengertian Sehat Health is state of physical, mental, social wellbeing not merely the absence of disease and infinity (WHO). Dengan demikian, sehat adalah suatu keadaan sejahtera baik fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari soal sakit dan kelemahan. Sehat jasmani atau fisik, bebas dari segala penyakit; Sehat mental atau rohani, dapat berfikir secara matang dan normal; Sehat sosial, mampu berkomunikasi dengan lingkungannya. SEHAT adalah HAK AZASI, SEHAT adalah INVESTASI. Keluarga yang sehat dan berkualitas menjadi idaman setiap keluarga, karena sehat merupakan keadaan yang sangat berharga dan tak ternilai harganya dalam kehidupan. Berdasarkan lingkungannya, pengertian sehat dapat dibedakan menjadi dua: yakni Sehat secara fisik dan nonfisik. Sehat secara fisik menyangkut lingkungan dalam rumah dan luar rumah termasuk orang atau penghuni rumah di dalamnya, sedangkan sehat non fisik terkait dengan interaksi antara anggota keluarga, interaksi antara keluarga dengan tetangga, dan interaksi keluarga dengan masyarakat dan alam sekitar.
  • 33. 26 Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sehingga dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Menjaga kesehatan dan Kebugaran, dengan penerapan pola hidup sehat, yaitu: - Tidur dan istirahat (cukup udara segar) - Gizi seimbang (zat tenaga, zat pengatur dan zat pembangun, 13 pesan gizi seimbang ) - Menjaga kebersihan tubuh (mandi, gosok gigi, ganti pakaian, cuci tangan, buang air kecil dan besar pakai sabun) - Mencegah sakit (vaksin, vitamin, sedia obat, bila sakit bawa ke layanan kesehatan, olahraga teratur) - KB dan Kesehatan Reproduksi (melalui pendekatan siklus keluarga : keluarga baru, hamil, melahirkan dan menyusui, keluarga dengan balita, keluarga dengan anak dan remaja, dan keluarga dengan lansia). Tips Menuju Keluarga Sehat: - Cek rutin kesehatan - Tidak ajak anak ke rumah sakit - Baju jangan terlalu ketat - Cek kedaluwarsa obat - Obat orang dewasa jangan untuk anak walaupun manjur untuk orang dewasa - Jauhi badget sesaat - Bermain saat anak balita bermain - Bercerita sebelum anak balita tidur D. Mortalitas dalam siklus keluarga Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Dua komponen demografi lainnya adalah fertilitas atau kelahiran dan migrasi atau perpindahan penduduk. Bahasan mortalitas dalam siklus keluarga ini, terbatas pada mortalitas maternal (kematian ibu). Mortalitas maternal atau kematian ibu adalah kematian yang disebabkan oleh peristiwa kehamilan dan persalinan. Kematian maternal dalam kaitan siklus keluarga kemungkinan besar akan banyak terjadi pada keluarga baru atau pada perkawinan yang mana umur istri masih di bawah usia minimal melahirkan, yakni masih di bawah usia 20 tahun. Karena pada masa itu perempuan secara fisik atau biologis, organ-organ reprokduksinya belum siap untuk hamil dan melahirkan, disamping faktor lainnya seperti kesiapan psykologis, mental maupun ekonomi yang juga dapat memicu terjadinya kematian maternal. Kematian maternal juga banyak terjadi pada perempuan yang hamil dan melahirkan pada usia resiko tinggi terhadap kemungkinan terjadinya kematian maternal, yakni pada ibu yang hamil dan melahirkan pada usia di atas 35 tahun. Kematian maternal pada dua kelompok tersebut mempunyai resiko lebih tinggi (10 x lipat) dari ibu hamil dan melahirkan pada usia reproduksi sehat (umur 21- 35 tahun). Berdasarkan tahapan dalam siklus keluarga maka dapat dikatakan bahwa kemungkinan besar kematian maternal banyak terjadi pada tahap-1, yakni tahap tanpa anak, yang
  • 34. 27 dimulai dari perkawinan hingga melahirkan anak pertama, dan pada tahap-2, yakni tahap melahirkan (berkembang) yang dimulai dari anak sulung hingga anak bungsu. E. Fertilitas, KB dan siklus hidup keluarga Fertilitas atau kelahiran, Keluarga berencana (KB) dan siklus keluarga mempunyai kaitan erat satu sama lain. Fertilitas ditandai jumlah kelahiran anak. Pada umumnya bahwa harapan untuk mendapatkan sejumlah anak ditentukan oleh keinginan atau preferensi keluarga itu sendiri terhadap jumlah anak yang dianggap ideal. Sementara berdasarkan teori ekonomi fertilitas yang dikemukakan oleh beberapa ahli menjelaskkan bahwa faktor-faktor yang menentukan jumlah kelahiran anak yang diinginkan per keluarga diantaranya adalah berapa banyak kelahiran yang dapat dipertahankan hidup (survive). Menurut Boque mengemukakan bahwa pendidikan menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap fertilitas dari pada variabel lain. Seorang dengan tingkat pendidikan yang relative tinggi tentu saja mempertimbangkan berapa keuntungan financial yang diperoleh seorang anak dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk membesarkannya. Beberapa studi atau hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara tingkat pendidikan dengan jumlah anak yang diinginkan. Mereka menilai anak banyak akan menambah beban dalam keluarga. Sehingga semakin tinggi pendidikan, persepsi nilai jumlah anak akan berkurang, sehingga dampaknya fertilitas akan menurun. Orang tua dalam keluarga tentu saja menginginkan agar anaknya berkualitas dengan harapan di kemudian hari dapat melanjutkan cita-cita keluarga, berguna bagi masyarakat dan negara. Untuk sampai pada cita-cita tersebut tentu saja tidak mudah, dibutuhkan strategi dan metode yang baik. Apakah mungkin menciptakan anak berkualitas di tengah waktu yang terbatas, karena kesibukan bekerja, dan apakah mungkin menjadikan anak berkualitas di tengah kondisi keuangan atau pendapatan yang terbatas. Program Keluarga Berencana senantiasa menanamkan konsep kepada masyarakat untuk dapat merencanakan keluarganya secara baik, matang dan bertanggung jawab. Untuk itu penyampaian pesan tentang nilai anak ideal dan konsep keluarga kecil dalam keluarga harus semakin digemakan dan digaungkan ke seluruh lapisan masyarakat. Melalui kegiatan komunikasi, edukasi dan komunikasi (KIE) dan advokasi yang edukatif guna menggugah pikiran dan perasaan seorang untuk berubah. Pola pikir keluarga terhadap nilai anak dan jumlah anak menjadi lebih rasional. Kegiatan KIE dan Advokasi Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga yang meliputi program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi (Program KB/KR), program keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga (BKB = Bina Keluarga Balita, BKR= Bina Keluarga Remaja/ PIK R/M=Pusat Informasi dan Konseling keseharan reproduksi remaja/mahasiswa, BKL= Bina keluarga lansia dan BEK- Bina ekonomi keluarga) selama ini dilakukan dengan pendekatan tahapan siklus hidup keluarga. F. Nilai Anak Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita- cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah anak yang diinginkan, tergantung dari
  • 35. 28 keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai suatu harapan atas setiap keinginan yang dipilih oleh orang tua. Di Indonesia ada kecenderungan bahwa anak dianggap sebagai barang investasi atau aktiva ekonomi. Orangtua cenderung berharap kelak menerima manfaat ekonomi dari anak. Manfaat ini akan nampak jika anak bekerja tanpa upah di sawah atau usaha milik keluarga atau memberikan sebagian penghasilannya kepada orang tua atau membantu keuangan orang tua. Bila anak dianggap barang konsumsi yang tahan lama atau barang mewah maupun barang investasi, maka perlu dipikirkan berapa nilainya Di beberapa negara termasuk Indonesia, umumnya anak laki-laki mempunyai arti khusus sehingga anak laki-laki lebih banyak dipilih. Orangtua dari golongan menengah lebih memilih anak perempuan yang dapat menjadi kawan bagi ibu. Perbedaan tanggapan yang relative kecil antara suami dan isteri ada hubungannya dengan peranan mereka dan pembagian tugas dalam keluarga, misalnya, wanita menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk mengasuh anak, mempunyai lingkungan kehidupan social yang lebih sempit, menitikberatkan anak sebagai kebutuhan emosional serta fisik dari pengasuhan anak. Di lain pihak para suami lebih mementingkan kebutuhan akan keturunan untuk melanjutkan garis keluarga dan lebih prihatin terhadap biaya anak. Operasionalnya konsep nilai anak didasarkan pada rumusan yang diajukan Arnold, dengan memiliki anak orang tua akan memperoleh hal-hal yang menguntungkan atau hal-hal yang merugikan. Apa yang diperoleh dapat dikelompokkan pada empat nilai, yakni nilai positif, nilai negative, nilai keluarga besar dan nilai keluarga kecil. Keempat kategori nilai anak tersebut meliputi sebagai berikut : 1. Nilai positif (manfaat) meliputi: a. Manfaat emosional, yaitu anak membawa kegembiraan, kebahagiaan ke dalam hidup orang tuanya dan sahabat bagi orang tuanya, b. Manfaat ekonomi dan ketenangan, yaitu anak dapat membantu ekonomi orang tuanya, c. Pengembangan diri, yaitu pemeliharaan anak adalah pengalaman belajar bagi orang tua. Anak membuat orang tuanya lebih matang, lebih bertanggung jawa, d. Mengasuh anak, yakni orang tua memperoleh kebanggaan dan kegembiraan dari mengawasi anak-anak dan mengajari mereka hal-hal baru. Mereka bangga kalau bisa memenuhi kebutuhan anak-anaknya, e. Kerukunan dan penerus keluarga, anak memperkuat ikatan perkawinan antara suami isteri dan mengisi keutuhan perkawinan. Mereka bisa meneruskan garis keluarga, nama keluarga, dan tradisi keluarga. 2. Nilai Negatif, meliputi: a. Biaya emosional yakni orang tua sangat kuatir terhadap anak-anaknya, terutama tentang perilaku anak-anaknya, keamanan, dan kesehatan, b. Biaya ekonomi, yakni ongkos yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan anak semakin besar, c. Keterbatasan biaya alternative, yakni setelah mempunyai anak kebebasan orang tua berkurang, d. Kebutuhan fisik, yakni begitu banyak pekerjaan rumah tambahan yang diperlukan untuk mengasuh anak, orang tua akan lebih lelah, e. Pengorbanan kehidupan pribadi suami isteri, yakni waktu untuk dinikmati oleh orang tua sendiri berkurang dan orang tua berdebat tentang pengasuhan anak. 3. Nilai keluarga besar meliputi: a. Hubungan sanak saudara, b. Anak membutuhkan kakak dan adik, sebaliknya anak tunggal dimanjakan dan kesepian, c. Pilihan jenis kelamin. Mungkin orang tua mempunyai keinginan khusus untuk seorang anak laki- laki atau perempuan,.
  • 36. 29 4. Nilai keluarga kecil, meliputi: a. Kesehatan Ibu, terlalu sering hamil tidak baik bagi kesehatan ibu, untuk perlindungan kesehatan reproduksi bagi ibu, agar ibu tidak beresiko terhadap kematian, b. Beban masyarakat, dunia menjadi terlalu padat, terlalu banyak anak akan jadi beban bagi masyarakat. G. Lanjut Usia (Lansia) Batasan Lansia ( lanjut usia) menurut BKKBN adalah penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih, sementara WHO memberikan batasan sebagai berikut: Midle Age (60- 64 tahun), Yunior Old (65-74 tahun), Formal Old (75-89 tahun), dan Very/Longevity Old (90-120 tahun). Dengan semakin meningkatnya harapan hidup, jumlah penduduk lansia semakin bertambah banyak sehingga perhatian terhadap lansia perlu ditingkatkan seiring dengan berbagai permasalahan timbul dari berbagai perubahan: fisik, psikis, sosial, ekonomi, dan lain-lain). Berdasarkan hal tersebut diperlukan kesiapan keluarga yang mempunyai lansia untuk memberikan pengasuhan dan perawatan serta pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL). Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah wadah atau kelompok kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keluarga yang memiliki lansia dalam pengasuhan, perawatan, dan pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya. BKL ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia melalui kepedulian dan peran serta keluarga dalam mewujudkan lansia yang ber taqwa kepada Tuhan YME, mandiri, produktif dan bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat. Sasaran langsung dari program ini adalah keluarga yang mempunyai lansia dan keluarga yang seluruh anggotanya lansia, sementara yang menjadi sasaran tidak langsung adalah TOMAS, TOGA, LSM dan Masyarakat. Bentuk kegiatan BKL adalah penyuluhan oleh kader BKL yang meliputi 7 materi penyuluhan, yakni 1) Program BKL, 2) Pembinaan fisik bagi lansia, 3) Pembinaan psikologis bagi lansia, 4) Pembinaan mental spiritual, 5) Pembinaan social kemasyarakatan, 6) pembinaan potensi diri, dan 7) Pembinaan kesehatan reproduksi lansia.
  • 37. 30 MODUL-4. KELAHIRAN (FERTILITAS) I. Judul Kelahiran (Fertilitas) II. Tujuan A. Kompetensi dasar Diharapkan mahasiswa dapat mempunyai pengetahuan tentang kelahiran (fertilitas) B. Indikator pencapaian kompetensi 1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi Fertilitas 2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Fekunditas dan Reproduksi manusia 3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Sikap dan Norma 4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Perbedaan Fertilitas 5. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Pengukuran Angka Fertilitas III. Waktu 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) IV. Pendahuluan Seminar pendidikan kependudukan I dilaksanakan di Jawa Barat menindaklanjuti kegiatan di Bangkok tanggal 19 Oktober-14 November 1970, masalah kependudukan adalah masalah kita, sekarang dan nanti, terutama harus di pahami oleh genrasi muda, sehingga pendidikan kependudukan penting guna memecahkan masalah-masalah kependudukan Jumlah penduduk dunia tahun 2010 hampir mencapai 6.892 miliar dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) 1,2% setiap tahun. Dengan kata lain jumlah penduduk di bumi bertambah hampir 82 juta jiwa setiap tahunnya, lebih dari 597 juta jiwa penduduk ada di Asia Tenggara, Indonesia sendiri, sebagai salah satu dari 4 negara berpenduduk dunia terpadat berkonstribusi lebih dari sepertiga dari seluruh penduduk dalam kawasan ini. Fertilitas (Fertility) sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain, fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Kedua hal ini berkaitan erat, dimana fekunditas merupakan modal awal dari seorang perempuan untuk mengalami fertilitas dalam hidupnya dan seorang yang telah mengalami fertilitas pasti fekunditasnya baik. Ada satu kata yang memiliki makna yang menyerupai fertilitas, yaitu natalitas. Perbedaan keduanya hanya pada ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk, sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Pertambahan penduduk dapat terjadi apabila angka kelahiran terjadi dengan cepat tanpa terkendali, sedang angka kematian dapat diturunkan. Usaha untuk mencegah kehamilan sudah terjadi sejak lama dengan berbagai cara. Penggunaan metode kontrasepsi adalah
  • 38. 31 teknologi tidak berbeda dengan menggunakan mobil atau pesawat untuk perjalanan, yang terpenting tujuannya adalah untuk kebaikan. Dalam artikel yang berjudul “Theories of fertility decline: a reappraisal” (1979) Freedman mengemukakan bahwa tingkat fertilitas yang cenderung terus menurun di beberapa negara pada dasarnya bukan semata-mata akibat variabel-variabel pembangunan makro seperti urbanisasi dan industrialisasi sebagaimana dikemukakan oleh model transisi demografi klasik tetapi berubahnya motivasi fertilitas akibat bertambahnya penduduk yang melek huruf serta berkembangnya jaringan-jaringan komunikasi dan transportasi. Menurut Freedman, tingginya tingkat modernisasi tipe Barat bukan merupakan syarat yang penting terjadinya penurunan fertilitas. Perbedaan masyarakat di daerah pedesaan dengan perkotaan salah satunya adalah di desa kepadatan penduduknya rendah sedangkan di kota kepadatan penduduknya tinggi. Perkembangan penduduk baik di kota maupun di desa pada prinsipnya dipengaruhi oleh tiga faktor demografi yaitu fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan penduduk). Fertilitas memegang peranan penting karena fertilitas yang tinggi akan menjadikan laju pertambahan penduduk cepat. Penyebab tingginya fertilitas ini antara lain masih banyak masyarakat yang memutuskan menikah di usia muda. V. Materi pembelajaran A. Pengertian Fertilitas B. Fekunditas dan Reproduksi manusia C. Sikap dan Norma D. Perbedaan Fertilitas E. Pengukuran Angka Fertilitas VI. Metode, Alat bantu dan Sumber A. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan B. Alat bantu : Gambar-gambar C. Sumber : 1. Adioetomo Sri Moertiningsih dan Omas B Samosir., 2011, Dasar-dasar demografi, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitsa Cenderawasih (LD-FEUI), Jakarta. 2. David Lucas, dkk. 1990. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 3. Iswarati Rahmadewi,. 2003, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender dan Pembangunan Kependudukan, Jakarta, BKKBN, UNFPA, Bank Dunia, ADB dan STARH 4. Rarahim Andarus., 2010, Kedudukan dan Peran Pendidikan Kependudukan dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN Pusat, Jakarta. VII. Langkah Pembelajaran (setiap sesi sudah ditentukan waktunya) Tahapan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Awal/ Pendahuluan (10’) a. Mengamati gambar berbagai fakta tentang fertilitas b. Tanyajawab tentang berbagai fakta tentang fertilitas Kegiatan Inti (70’) a. Pengajar memberikan penjelasan tentang setiap topik bahasan tentang fertilitas
  • 39. 32 Tahapan Kegiatan Kegiatan b. Pengajar membagi kelas dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan tentang fertilitas c. Peserta didik melakukan diskusi kelompok d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dan kelompok lain menanggapinya. Kegiatan Akhir/ Penutup (10’) a. Peserta didik membuat laporan hasil diskusi b. Pengajar memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (PR) c. Pengajar memberikan pesan-pesan moral sehubungan dengan aktivitas d. Pengajar memberikan penghargaan kepada kelompok yang kerjanya bagus, dan memberikan nasehat untuk penyempurnaan bagi kelompok yang kurang bagus. e. Pengajar memberikan evaluasi terhadap proses dan materi yang telah diberikan VIII. Evaluasi A. Tes tertulis B. Hasil Laporan Kelompok (diskusi kelompok) Format Penilaian Hasil Laporan No. Nama Aspek Penilaian Skor Nilai Kerjasama Kebenaran Jawaban Cara kerja
  • 40. 33 MATERI PEMBELAJARAN (4) A. Pengertian Fertilitas Fertilitas (Kelahiran) adalah kemampuan rill (nyata) seorang wanita untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan, Fertilitas merupakan taraf kelahiran penduduk yang sesungguhnya berdasarkan jumlah kelahiran yang terjadi. fertilitas mempunyai arti sama dengan natalitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian fertilitas yang penting untuk diketahui adalah: 1. Fecunditas adalah kemampuan secara potensial seorang wanita untuk melahirkan anak. 2. Sterilisasi adalah ketidakmampuan seorang pria atau wanita untuk menghasilkan suatu kelahiran. 3. Natalitas adalah kelahiran yang merupakan komponen dari perubahan penduduk. 4. Lahir hidup (live birth) adalah anak yang dilahirkan hidup (menunjukkan tanda- tanda kehidupan) pada saat dilahirkan, tanpa memperhatikan lamanya di kandungan, walaupun akhirnya meninggal dunia. 5. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu. 6. Lahir mati (still birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan. 7. Tidak dihitung sebagai kelahiran. Konsep-konsep penting yang harus dipegang dalam mengkaji fenomena fertilitas, di antaranya: 1. Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda- tanda kehidupan, misal : bernafas, ada denyut jantungnya atau tali pusat atau gerakan-gerakan otot. 2. Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan. 3. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28 minggu. Ada dua macam abortus: disengaja (induced) dan tidak disengaja (spontaneus). Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita kenal dengan istilah aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering kita kenal dengan istilah keguguran. 4. Masa reproduksi (Childbearing age) adalah masa dimana perempuan melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-49 tahun). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelahiran, yaitu: 1. Kontrasepsi (pencegahan pembuahan) 2. Aborsi (pengguguran) 3. Perubahan keadaan perkawinan (perceraian dan lain-lain) 4. Mandul (tidak bisa punya anak).
  • 41. 34 B. Fekunditas dan Reproduksi manusia 1. Fekunditas Fekunditas (fecundity) adalah kemampuan potensial (fisiologis dan biologis) seorang wanita untuk melahirkan anak. Fekunditas merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. 2. Reproduksi Pada Manusia Reproduksi berarti “membuat kembali”, jadi “reproduksi pada manusia berarti kemampuan manusia untuk memperoleh keturunan (beranak), sehingga sistem reproduksi adalah organ-organ yang berhubungan dengan masalah seksualitas. Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik. Pada seorang pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon testosteron. Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, di antaranya suara berubah menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut di tempat tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot, dan dada tumbuh menjadi bidang, jakun membesar. Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen. Hormon estrogen berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, yaitu kulit menjadi semakin halus, suara menjadi lebih tinggi, tumbuhnya payudara dan pinggul membesar. Organ-organ penyusun sistem reproduksi manusia secara vivipar (melahirkan anak) dan fertilisasinya secara internal (di dalam tubuh) oleh karena itu memiliki alat-alat reproduksi yang mendukung fungsi tersebut, adapun alat-alat tersebut antara lain: Sistem Reproduksi Pria: Organ-organ yang menyusun sistem reproduksi pada pria terdiri atas: 1) Testis (buah zakar) Jumlah 1 pasang, terdapat dalam kantong pelindung yang disebut skrotum dan terletak di luar dan di bawah rongga pelvis. Testis berfungsi menghasilkan hormone testosteron dan sel kelamin jantan (spermatozoa). Hormon testosteron berfungsi untuk menimbulkan tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, di antaranya: tumbuhnya kumis, suara membesar, dada tumbuh bidang dan lain-lain. 2) Saluran reproduksi Saluran reproduksi pada pria terdiri atas:
  • 42. 35 - Epididimis, merupakan tempat pendewasaan (pematangan) dan penyimpanan sperma. Epididimis berupa saluran yang berkelok-kelok yang terdapat di dalam skrotum. - Vas deferens (saluran sperma), merupakan kelanjutan dari saluran epididimis, berfungsi menyalurkan sperma ke uretra. - Uretra, kelanjutan dari vas deferens, berfungsi untuk menyalurkan sperma keluar dan merupakan saluran urine dari kandung kemih menuju ke luar. 3) Penis Merupakan alat kelamin luar, berfungsi untuk alat kopulasi, yaitu untuk memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi pada wanita. 4) Kelenjar yang terdapat pada pria - Vesika seminalis, Kelenjar ini menghasilkan cairan yang pekat berwarna kuning, mengandung makanan yang merupakan sumber energi untuk pergerakan sperma. - Kelenjar prostat, Merupakan kelenjar penghasil semen terbesar, bersifat encer dan berwarna putih, berisi makanan untuk sperma. - Kelenjar bulbourethralis, Kelenjar ini terdapat di sepanjang uretra, berfungsi mensekresi cairan lendir bening yang menetralkan cairan urine yang bersifat asam yang tertinggal pada uretra. Sistem Reproduksi Wanita Organ yang menyusun sistem reproduksi pada wanita terdiri atas: 1) Ovarium (indung telur) Jumlahnya 1 pasang, terletak di dalam rongga perut, berfungsi untuk pembentukan sel telur dan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Pembentukan sel telur terjadi melalui pembentukan folikel. Hormon estrogen berfungsi untuk menimbulkan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, diantaranya payudara membesar, suara semakin tinggi, kulit semakin halus, panggul membesar dan lain- lain. 2) Saluran reproduksi, terdiri atas: - 1 pasang corong infundibulum, berfungsi untuk menangkap sel telur dari ovarium - 1 pasang tuba falopii atau oviduk, merupakan saluran telur, berfungsi sebagai tempat terjadinya fertilisasi (pembuahan) - Uterus (rahim), berfungsi sebagai tempat perkembangan dan pertumbuhan janin