SlideShare a Scribd company logo
Modul dan Kurikulum
Pendidikan Dakwah Transformatif

PP LAKPESDAM NU
2006
Silahkan mengutip modul dan kurikulum ini dengan syarat
mencantumkan sumbernya. Terima kasih

1
MODUL

2
PENDAHULUAN
Islam masuk ke Indonesia tidak dengan jalan peperangan (penaklukan).
Islam justru masuk ke Indonesia dengan jalan damai. Dakwah yang dilakukan para
penyebar agama Islam di abad ke-16-17 menunjukkkan hubungan yang dialogis,
negosiatif, dan adaptif terhadap masyarakat setempat. Inilah yang kemudian
menyebabkan Islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia yang sudah sejak
lama memeluk agama Hindu dan kepercayaan lokal.
Akulturasi dakwah yang dilakukan Walisongo dengan memasukkan unsurunsur Islam ke dalam budaya lokal menarik simpati yang besar dari masyarakat,
sehingga proses Islamisasi secara perlahan menyebar ke segala dimensi kehidupan
masyarakat. Dakwah yang mencerminkan apresiasi yang besar terhadap
kepercayaan masyarakat lokal tanpa menyingkirkan akidah Islam yang harus
menjadi keyakinan umat Islam, membuat proses Islamisasi berjalan lancar, dan
bahkan dalam periode selanjutnya Islam menjadi agama yang dianut oleh
masyarakat Indonesia.
Namun demikian, seiring dengan perubahan zaman, wajah Islam di
Indonesia berubah dari wajah yang damai menjadi wajah yang keras. Berbagai aksi
kekerasan atas nama agama, radikalisme, dan terorisme yang terjadi di Indonesia
menjadikan wajah Islam Indonesia berubah; keras, militan, dan radikal. Tentu saja,
dakwah memiliki pengaruh yang besar di tengah-tengah masyarakat. Karena
dakwah lah yang menjadikan kesadaran dan pemahaman keagamaan masyarakat.
Karena itulah, strategi dakwah dan penyadaran kepada para da’i memiliki
ketertakaitan yang erat dengan seberapa jauh wajah Islam di Indonesia. Keraslunaknya masyarakat dan moderat-radikalnya masyarakat sangat ditentukan oleh
strategi dakwah dan pemahaman keagamaan yang diyakini para da’i.
Itu sebabnya, dakwah transformatif, yang ditandai dengan pemahaman
keagamaan para da’i yang inklusif dan sadar terhadap permasalahan-permasalahan
sosial yang dihadapai masyarakat merupakan sesuatu yang mendesak untuk
direalisasikan. Pada gilirannya, dengan kemampuan strategi dakwah yang memadai
dan pemahaman keagamaan yang luas (komprehensif) masyarakat sebagai objek
dakwah akan berubah cara pandang keagamaannya. Pada titik selanjutnya, wajah
islam di Indonesia akan kembali seperti pada zaman awal Islam amsuk ke
Indonesia; berwajah damai dan akomodatif terhadap perubahan yang terjadi di
masyarakat.
REFLEKSI
Penyebaran Islam yang kontekstual dalam kehidupan masyarakat Indonesia
merupakan tantangan besar yang harus dilakukan untuk menciptakan suatu
tatanan kehidupan yang baik dan sejahtera. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi
dalam ranah keagamaan dan ranah sosial dalam beberapa tahun terakhir
menunjukkan betapa Islam sebagai agama mayoritas belum mampu menjadi spirit
bagi penciptaan kehidupan bermasyarakat secara lebih baik. Hal ini disebabkan
pemahaman keagamaan masyarakat masih menujukkan wataknya yang sempit,
formalistik, dan tidak membebaskan.

3
Dalam ranah keagamaan misalnya, peristiwa aksi kekerasan atas nama
agama, radikalisme, dan terorisme yang terjadi di Indonesia merupakan buah dari
pemahaman keagamaan keagamaan masyarakat yang belum tuntas tentang makna
agama sebagai spirit perdamaian. Norma ajaran Islam yang begitu agung
disalahpahami dan disalahtafsirkan sehingga banyak sekali ekspresi beragama yang
tidak sejalan dengan visi normatif Islam yang damai. Di Indonesia ini, sudah banyak
kita saksikan aksi-aksi kekerasan, seperti pengusiran terhadap kelompok
Ahmadiyah yang dianggap sesat, konflik antaragama di Ambon dan Poso, aksi
terorisme (bom Bali, J.W. Marriot, dan bom Kuningan), dan aksi kekerasan
lainnya yang tidak mendukungan upaya hidup bersama yang toleran dan damai
dalam bingkai pluralisme.
Ekspresi keagamaan yang ditampilkan oleh umat seringkali mencerminkan
wawasan keagamaan yang sempit, sehingga melupakan esensi keberagamaan. Islam
seringkali dipahami dalam pengertian legalistik-formalistik yang didasarkan pada
ideologi “penegakkan syariat Islam”. Padahal, Islam formalistik justru melupakan
esensi dari ajaran dasar Islam, yang menghendaki penciptaan masyarakat majemuk
yang egaliter dan sederajat dalam bingkai pluralisme keindonesiaan.
Pada gilirannya, pemahaman keagamaan seperti itu justru mengkerdilkan
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, yang menghendaki kesetaraan umat
beragama dan hidup bersama dalam perbedaan (suku, agama, dan golongan) dan
praktik beragama yang holistik, tidak sekedar legalistik-formalistik. Kemudian,
Islam sering dituduh sebagai agama teroris, tidak peduli terhadap kesadaran sosial,
dan agama ekslusif. Citra seperti ini telah membawa perubahan besar bagi umat
Islam Indonesia, yang dulunya dikenal santun, toleran, dan tidak keras/militan
menjadi radikal dan berlawanan dengan cita-cita sosial-perdamaian.
Tentu saja, dakwah memiliki pengaruh yang besar dalam menciptakan pola
pemahaman keagamaan di tengah-tengah masyarakat. Karena dakwah lah yang
menjadikan kesadaran dan pemahaman keagamaan masyarakat. Karena itulah,
strategi dakwah dan penyadaran kepada para da’i memiliki ketertakaitan yang erat
dengan seberapa jauh wajah Islam di Indonesia. Keras-lunaknya masyarakat dan
moderat-radikalnya masyarakat sangat ditentukan oleh strategi dakwah dan
pemahaman keagamaan yang diyakini para da’i.
Dalam ranah sosial, Islam seringkali dipahami hanya sebagai persoalan
ibadah saja, yang pemaknaannya masih terbatas pada pola hubungan hamba
dengan Tuhan (vertikal). Sehingga penyebaran dakwah yang terjadi di masyarakat
lebih banyak menyoroti persoalan ibadah kepada Allah SWT secara ekslusif, tanpa
memaknainya secara luas. Padahal Islam memiliki spirit pembebasan, yang
meniscayakan pola hubungan yang tidak saja vertikal kepada Tuhan, tetapi juga
pola hubungan yang horisontal terhadap sesama manusia. Sehingga Islam sebagai
agama memiliki tanggung jawab sosial agar masyarakat memiliki perilaku sosial
yang bertanggungjawab, transparan, dan berkeadilan.
Islam sebagai agama yang membebaskan semestinya mampu menjawab
problem-problem kemanusiaan, seperti ketidakadilan, penindasan, kewenangwenangan, dan kemiskinan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Sehingga
Islam tidak kehilangan orientasi horisontalnya dalam menjaga hubungan dengan
sesama manusia. Belum lagi problem sosial tentang maraknya praktik korupsi yang

4
terjadi di masyarakat dan sistem penyelenggaraan negara (birokrasi). Islam yang
hanya memiliki orientasi vertikal merupakan karakter Islam yang ekslusif dan tidak
memiliki semangan perubahan. Padahal, sejak dari Islam didakwahkan memiliki
orientasi kemanusiaan yang sangat kuat agar terjadi keseimbangan sosial dalam
masyarakat.
Ini semua merupakan bagian dari dakwah agama untuk merubah perilaku
masyarakat agar memiliki pemahaman keagamaan yang moderat, inklusif dan
toleran serta mampu melakukan perubahan sosial di tengah-tengah masyarakat
sebagai bagian dari misi sosial Islam.
Kenapa Da’i?
Menghadapi tantangan tersebut di atas, maka para aktivis dakwah (daí)
memiliki peranan yang strategis dalam merubah pandangan keagamaan
masyarakat.
Sebab, pemahaman keagamaan masyarakat biasanya sangat
dipengaruhi oleh para juru dakwah (ustadz, daí, kyai). Para da’ilah yang ikut
mengkonstruk pemahaman keagamaan masyarakat melalui aktivitas dakwah yang
dilakukan secara terus-menerus di dalam berbagai kesempatan, baik dalam skala
Jum’atan, Bulanan, maupun peringatan-peringatan keagamaan, baik di mushalla,
masjid maupun di tempat-tempat terbuka dalam bentuk pengajian umum.
Apa yang perlu dilakukan?
Oleh karena peranan mereka yang begitu besar dalam memproduksi
pemahaman agama masyarakat, maka sangat diperlukan pelatihan yang diikuti oleh
para aktivis dakwah, terutama dalam mendorong wawasan keagamaan mereka
agar lebih inklusif dan toleran serta dapat memberikan kontribusi bagi perubahan
sosial di masyarakat.
Jika para aktivis dakwah mampu memahami doktrin agama secara kritis,
inklusif dan toleran, maka secara otomatis masyarakat akan mentrasnfer
pemahaman yang dimiliki para aktivis dakwah. Dengan demikian, akan tercipta
suasana dan ekpresi keberagamaan masyarakat yang sejalan dengan cita-cita Islam
sebagai agama rahmatan lil alamin. Selain itu juga, peran da’i di masyarakat tidak
lagi hanya berkutat pada dakwah verbal, tetapi lebih luas lagi yakni dakwah bil hal,
yakni terlibat langsung dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi
masyarakat.
Pada gilirannya, dengan kemampuan strategi dakwah yang memadai dan
pemahaman keagamaan yang luas (komprehensif), masyarakat sebagai objek
dakwah akan berubah cara pandang keagamaannya.
Apa itu Dakwah Transformatif
Dakwah transformatif merupakan model dakwah, yang tidak hanya
mengandalkan dakwah verbal (konvensional) untuk memberikan materi-materi
agama kepada masyarakat, yang memposisikan da’i sebagai penyebar pesan-pesan
keagamaan, tetapi menginternalisasikan pesan-pesan keagamaan ke dalam
kehidupan riil masyarakat dengan cara melakukan pengorganisasian dan
pendampingan masyarakat secara langsung. Dengan demikian, dakwah tidak hanya
untuk memperkukuh aspek relijiusitas masyarakat melainkan juga memperkukuh

5
basis sosial untuk mewujudkan transformasi sosial. Dengan dakwah transformatif,
da’i diharapkan memiliki fungsi ganda, yakni melakukan aktivitas penyebaran
materi keagamaan dan melakukan pengorganisasian dan pendampingan
masyarakat untuk isu-isu korupsi, syariat Islam, konflik antaragama, lingkungan
hidup, penggusuran, dan problem kemanusiaan lainnya.

TUJUAN
1. Berkembangnya pemahaman keagamaan kritis, inklusif, dan toleran di kalangan
para aktivis dakwah secara intensif.
2. Berubahnya pandangan keagamaan para aktivis dakwah dari pemahaman
konservatif dan intoleran ke pemahaman agama kritis yang sejalan dengan
cita-cita Islam yang paling substansial.
3. Terbekalinya kemampuan para da’i dalam mengorganisir dan mendampingi
masyarakat untuk menyelesaikan problem-problem sosial yang dihadapi.
4. Terciptanya perubahan ekspresi dan praktik keagamaan masyarakat melalui
aktivitas-aktivitas dakwah yang berwawasan inklusif dan toleran.

METODE PELATIHAN
Dalam pelatihan ini, metode yang digunakan adalah metode pendidikan
orang dewasa, dengan memberi tekanan lebih pada partisipasi aktif dari peserta
pelatihan. Selain itu, metode ceramah juga bisa digunakan sebagai media
memberikan umpan (in put) kepada peserta untuk kemudian dilanjutkan dengan
dialog terbuka. Berbagai macam metode pelatihan bisa diterapkan di sini, asalkan
metode-metode tersebut sesuai dengan alur pelatihan yang ada, sesuai dan
mempermudah tercapainya tujuan dan out put, serta kondusif dalam menciptakan
suasana pelatihan yang tidak kaku. Sebaliknya dapat menjadi daya tarik pelatihan
itu sendiri.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelatihan ini yaitu:
1. Ceramah
Metode ini dilakukan dengan mendatangkan pembicara/narasumber yang
dianggap kompeten terhadap suatu materi pelatihan. Penceramah diharapkan
memberikan uraian materi tertentu secara sistematis dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan. Penceramah juga diharapkan
berbagi informasi dan pengetahuan, tetutama temuan-temuan barunya. Untuk
menghindari kebosanan, waktu yang dialokasikan kepada penceramah tidak
terlalu lama. Alokasi waktu antara 25 menit sampai 30 menit bagi penceramah
untuk memberikan uraiannya. Selanjutnya, dengan alokasi waktu yang lebih
longgar, dilanjutkan dengan dialog bersama peserta untuk memberikan respon
balik. Sebaiknya penceramah tidak hanya duduk di depan, sesekali ia bisa

6
berdiri bahkan berjalan mendekati peserta pelatihan selayaknya “fasilitator”.
Itu dilakukan supaya suasana forum tidak kaku.
2. Bursa gagasan (brainstorming)
Peserta pendidikan diminta memunculkan gagasan terkait dengan kegiatan,
untuk kemudian diperdalam dalam diskusi. Semua peserta akan memunculkan
pengalaman, harapan, dan gagasannya terkait dengan pendidikan sehingga
setiap peserta dapat saling tukar pengalaman dan gagasan secara baik. Bursa
gagasan ini diharapkan dapat memunculkan memori peserta terhadap suatu
masalah, kasus dan alternatif pemecahannya.
3. Studi Kasus (Case Study)
Bahan utamanya adalah adanya deskripsi tentang suatu persoalan yang muncul
di tengah masyarakat baik dulu maupun sekarang, bagaimana masyarakat atau
elemen lain menghadapi dan menanggapi persoalan tersebut. Kasus-kasus yang
diajukan dikaji secara serius dengan melihat latar belakang, materi kasus,
aktor-aktor yang terlibat di dalamnya, permasalahan, dan bagaimana
menyelesaikan secara tepat.
4. Diskusi Kelas
Melalui forum ini semua peserta pelatihan diharapkan berbicara memberikan
pendapatnya. Ini penting untuk menumbuhkan keberanian menyampaikan
pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain. Pada saat yang sama
fasilitator berkeliling untuk memastikan setiap peserta menyampaikan
pendapatnya. Diskusi di kelas merupakan cara untuk memperdalam
permasalahan yang tidak tuntas dalam seminar.
4. Memecah Kebekuan/Pencairan Suasana (Icebreaking)
Kegiatan ini cenderung kaya dengan permainan. Tujuannya menciptakan dan
memelihara suasana pelatihan menjadi longgar, tidak kaku, dan santai.
Kegiatannya bisa berupa bernyanyi, baca puisi, teka-teki. Ice breaking bisa
dilakukan pada waktu suasana forum terlihat tegang sehingga suasana kelas
menjadi cair dan menyenangkan.
5. Bermain Peran (roleplay)
Bermain Peran bertujuan memberi pengertian kepada peserta pelatihan
baagaimana memainkan peran dalam kehidupan sehari-hari dan mendapatkan
bahan dari pengalamannya sendiri yang kemudian dianalisis. Dari bermain
peran ini peserta bisa menarik manfaat mencoba sesuatu yang baru sebelum
menerapkannya dalam kenyataan. Dan peserta bisa bersikap obyektif terhadap
berbagai peran yang diambil. Sebagai pendekatannya, peserta pelatihan diminta
memainkan peran, misalnya, menjadi politisi, korban penggusuran atau peran
lainnya. Akan tetapi ini berbeda dengan drama, karena peran-peran tersebut
tidak berdasar skenario. Selama permainan ini berlangsung diharapkan ada
pengamat yang khsusus mengamatinya.

7
6. Bercerita tentang pengalaman
Seorang peserta pelatihan berbicara menyampaikan pengalamannya terkait
persoalan yang dialami dalam komunitasnya, untuk kemudian didiskusikan
bersama. Tujuannya berbagi pengalaman kepada sesama peserta.
7. Diskusi kelompok
Pendekatan ini efektif untuk memberikan kesempatan kepada peserta
pelatihan dalam bertukar pikiran dan pengalaman terhadap suatu
permasalahan; mencakup di dalamnya bagaimana berpikir dan mencari jalan
keluar atas permasalahan yang didiskusikan. Tujuan dari metode ini yaitu
meningkatkan kemampuan berpartisipasi secara aktif, juga berbagi teori-teori
atau konsep-konsep yang diketahui terkait dengan pengalaman peserta untuk
kemudian merumuskan jalan atau solusinya. Untuk menerapkan metode ini,
peserta pelatihan sebelumnya dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Cara
membagi kelompok bisa dengan cara, misalnya, berdasar perimbangan
perwakilan daerah asal peserta. Juga bisa dengan cara meminta peserta
berhitung dari 1 s/d 4 (jika kelompok yang kehendaki adalah 4 orang tiap
kelompok). Kemudian kelompok satu terdiri dari para peserta yang menyebut
hitungan satu. Begitu seterusnya untuk kelompok 2 atau 3, sesuai dengan
banyaknya kelompok yang diinginkan.

ALUR PELATIHAN
Program pelatihan dakwah ini menggunakan alur program yang
mengandalkan refleksi dan aksi (lapangan) yang dilakukan secara simultan.
Sehingga setiap kali ada refleksi yang dilakukan dalam bentuk pelatihan, pada tahap
berikutnya akan dibarengi dengan aksi di lapangan secara langsung di masyarakat.
Gambaranya, jika peserta sudah mendapatkan pelatihan/pendidikan di kelas,
setelah itu peserta akan langsung diterjunkan di lapangan (dakwah di masyarakat)
dengan membawa bekal pelatihan/pendidikan yang sudah didapatkan di kelas.
Proses aktivitas di lapangan ini kembali akan direfleksikan dalam kelas (sesi
pelatihan/pendidikan berikutnya; daurah kedua dan seterusnya).

8
STRUKTUR DAN ALUR PELATIHAN DAKWAH TRANSFORMATIF
Input

Daurah I

Input

Input

Sharing Pengalaman

Materi Agama
(KWA=
al-Qur’an
dan Tafsir)

Materi Sosial
(Globalisasi dan
Ansos Struktural)

GOAL
-Da’i dapat memposisiskan Islam sebagai teks dan pemahaman
sebagai realitas
-Da’i dapat membaca problem yang dihadapinya dalam konteks lokal,
nasional, dan global

Input

Input

Refleksi
Daurah II (Hasil Aksi
Lapangan)

Input

Materi Agama/KWA
(Fiqih, Ushul Fiqh,
dan Kaedah Fiqih)

Materi Sosial
(Advokasi dan
Pengorganisasian)

GOAL
-Da’i dapat memposisiskan Islam sebagai teks dan pemahaman sebagai
realitas
-Da’i mengenal dan dapat melakukan advokasi dan pengorganisasian
masyarakat

Refleksi

Daurah III (Hasil Aksi Lapangan)

Materi Agama/KWA
(Pluralisme, HAM,
dan Gender)

Materi Sosial
Manajemen Konflik
dan Analisis Gender)

GOAL
-Da’i semakin memperkuat pemahaman keagamaan kritis dan pluralis
berperspektif jender
-Da’i mampu dan terlibat dalam menyelesaikan konflik di daerahnya

REKRUITMEN DAN KUALIFIKASI PESERTA
Sebelum dilaksanakan pelatihan dakwah di daerah, terlebih dahulu
dilakukan proses seleksi dan rekruitmen peserta yang terbagi dalam empat daerah
dengan komposisi: 8 peserta berasal dari Jawa Timur, 7 peserta dari Jawa Barat,
5 peserta dari Sulawesi Selatan, dan 5 peserta dari Sumatera Barat) yang akan
mengikuti seluruh proses pendidikan (3 kali putaran). Sehingga total peserta

9
berjumlah 25 orang. Seleksi administrasi akan dilakukan oleh Lakpesdam,
sedangkan seleksi kualitatif (kemampuan membaca kitab kuning) akan dilakukan
oleh kyai pesantren di daerahnya masing-masing.
Syarat-syarat peserta adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bisa membaca Kitab Kuning
Mempunyai jama’ah atau basis dampingan
Berprofesi sebagai muballigh
Usia 25-35 tahun
Bersedia mengikuti program hingga akhir
Lulus Pre-test
Membuat rencana kerja

MATERI PELATIHAN
Pelatihan dilakukan dalam tiga putaran (daurah) dengan komposisi peserta
sama dari putaran pertama hingga putaran ketiga. Di setiap akhir pelatihan akan
dibuatkan rencana aksi di daerah sesuai dengan isu yang sedang dihadapi
masyarakat daerah.

Materi Putaran Pertama
(Daurah Ula)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perkenalan dan Kontrak Belajar
Refleksi dan Sharing Pengalaman
Analisis Sosial untuk Globalisasi
Teknik Analisa Sosial Struktural
Kritik Wacana Agama
Kesepakatan Aksi
Evaluasi

Materi Putaran Kedua
(Daurah Tsaniyah)
1. Refleksi
2. Kritik Wacana Agama
3. Advokasi
4. Pengorganisasian
5. Kesepakatan Aksi
6. Evaluasi

10
Materi Putaran Ketiga
(Daurah Tsalitsah)
1. Refleksi
2. Kritik Wacana Agama
3. Manajemen Konflik
4. Analisis Gender
5. Kesepakatan Aksi
6. Evaluasi

11
KURIKULUM
DAURAH PERTAMA
MATERI
PERKENALAN
I.
Tujuan
1. Peserta, fasilitator, dan panitia saling mengenal nama dan latar
belakangnya masing-masing (nama, usia, organisasi, alamat, asal
daerah, dan yang lainnya).
2. Menciptakan suasana interaktif dan terbuka yang jauh dari sikap
canggung dan beban psikologis antara peserta, fasilitator, dan
penyelenggara agar dapat terbina kerjasama yang solid selama
proses pendidikan dan pelatihan berlangsung.
3. Peserta, fasilitator, dan panitia mengetahui pengalaman masingmasing yang menangkan maupun yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kegiatan ataupun perjuangannya.

II.

Pokok-pokok bahasan
1. Perkenalan diri semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan (fasilitator, peserta, panitia dan
seluruh pihak yang terlibat dalam proses pelatihan).
2. Menciptakan iklim kebersamaan antar peserta pelatihan.
3. Pengalaman-pengalaman peserta yang dimungkinkan akan
mendinamisir pelatihan.

III.

Metode
Permainan

IV.

Waktu
60 menit (1 sesi)

V.

Proses kegiatan
1. Bagikan setengah kertas plano kepada peserta dan minta
peserta untuk menuliskan:
a. Data pribadi (nama, alamat, status, dll)
b. Mengapa mereka mengikuti pelatihan
c. Pendapat-pendapat tentang realitas sosial yang ada
d. Beberapa pengetahuan tentang dakwah
2. Setelah selesai minta masing-masing peserta menempel di
dinding atau pun papan di sekitar ruangan.
3. Persilahkan peserta membaca satu persatu apa yang
dituliskannya dan minta penjelasan kalaupun itu berupa gambar.

12
4. Sebagai upaya mempererat dan mengenal lebih jauh, ajak
peserta bermain dalam lingkaran. Minta seluruh peserta pindah
dari kursinya dan membentuk lingkaran.
5. Persilahkan peserta untuk menempati tempat duduknya seperti
semula.

VI.

Alat Bantu
1. Papan tulis, kertas plano, potongan kertas, meta plan, dan
spidol
2. Alat peraga permainan
3. Alat tulis untuk semua peserta

KONTRAK BELAJAR
I.
Tujuan
1. Menggali harapan, kekhawatiran dan kebutuhan terhadap
pelatihan yang sedang diikuti dan untuk selanjutnya menjadi
bahan acuan bagi proses penyelenggaraan pelatihan, baik dalam
pengertian teknis maupun substansial.
2. Menyepakati pokok-pokok bahasan utama pelatihan (jadual
acara, materi, metode, tata tertib, penataan ruangan,
pembagian tugas, dll.
3. Menumbuhkan kesiapan peserta untuk terlibat aktif dalam
proses pelatiahn yang bersifat partisipatoris.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Orientasi belajar (citra diri, membangun visi dan misi, identitas
forum, dan kebersamaan).
2. Mengenalkan metode pelatihan, kegunaan metode dalam
pelatihan dan cara menggunakan metode.
3. Kesepakatn belajar (membuat jadual pelatihan, tata tertib, dan
kesepakatan-kesepakatan lainnya.

III.

Metode
1. Diskusi
2. Brainstorming

IV.

Waktu
90 menit (1 sesi)

V.

Proses kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan dan target kegiatan
secara singkat.

13
2. Fasilitator memaparkan alur kegiatan, jadwal serta tatib
tentatif, dilanjutkan dengan menjelaskan secara singkat dari
masing-masing tersebut.
3. Melalui meta plan, peserta diminta menuliskan harapan dan
kebutuhan pendidikan dan pelatihan. Setelah meta plan terisi,
peserta menempelkannya di depan.
4. Fasilitator bersama peserta mengidentifikasi dan menklasifikasi
kartu-kartu yang tertempel di depan menjadi beberapa
kelompok.
5. Dipandu fasilitator, peserta membahas hasil identifikasi dan
klasifikasi di atas, sehingga menjadi harapan dan kebutuhan
bersama yang juga harus diwujudkan secara bersama-sama.
6. Setelah itu, fasilitator mengajak peserta untuk membahas
jadwal tentatif dan bentuk metode kegiatan sebagai aturan
main kegiatan.
7. Fasilitator menutup sesi.
VI.

Alat Bantu
1. Papan tulis, kertas plano, potongan kertas, meta plan, dan
spidol
2. Alat peraga permainan
3. Alat tulis untuk semua peserta

REFLEKSI
I.
Tujuan
1. Peserta menyampaikan pengalamannya tentang realitas
masyarakat dan problem-problem yang dihadapinya.
2. Peserta dapat memahami adanya keterkaitan antara realitas
dan sistem dan cara dakwah yang terjadi selama ini.
3. Peserta dapat merumuskan upaya-upaya penyelesaian dari
dinamika problem lokal masing-masing.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Realitas masyarakat
- Faktor penyebab ketidakadilan di masyarakat
- Potensi-potensi konflik di masyarakat
- Faktor penyebab sikap intoleran di masyarakat
2. Sistem dakwah
- Makna dakwah
- Tujuan dakwah
- Metode dakwah
- Materi dakwah
- Kualitas da’i

III.

Metode
- Curah pendapat

14
-

Brainstorming
Kaji kasus

IV.

Waktu
240 menit (2 sesi)

V.

Proses kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang tujuan dari sesi
ini secara singkat.
2. Fasilitator mempersilahkan peserta melakukan brain storming
seputar issue yang berkaitan dengan materi pokok bahasan.
3. Fasilitator menuliskan pokok-pokok/garis besar hasil sharing
masing-masing peserta, mengidentifikasi dan mengeksplorasinya
lebih lanjut bersama peserta kegiatan.
4. Fasilitator menutup sesi.

VI.

Alat Bantu
1. Kertas Plano
2. Spidol
3. Double tip

KRITIK WACANA AGAMA
I.
Tujuan
1. Peserta memahami proses pembentukan pemahaman
keagamaan yang dianut masyarakat umumnya.
2. Peserta dapat merumuskan formula bagaimana menyampaikan
materi yang memiliki beragam penafsiran.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Posisi al-Qur’an dan Tafsir
2. Dekonstruksi terhadap pesan-pesan agama mainstream
-Jihad
-Non muslim
3. Relasi agama dan problem kemanusiaan

III.

Metode
1. Diskusi narasumber
2. Diskusi kelompok
4. Kaji kasus/kaji nash

IV.

Waktu
360 menit ( 3 sesi)

15
V.

Proses Kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses yang akan dilakukan
selama sesi ini.
2. Mulailah dengan pengantar diskusi dengan catatan batasanbatasan bahasan yang akan menjadi pokok bahasan
(Perkenalkan narasumber, lalu persilahkan narasumber untuk
memulai presentasinya, dan ingatkan batas waktu diskusi)
3. Narasumber memberi pengantar awal diskusi yang bisa saja
dengan model ceramah atau model menfasilitasi.
4. Berdasarkan presentasi dari narasumber, persilahkan peserta
melakukan tanggapan dengan narasumber baik berupa
pertanyaan, klarifikasi, mengaitkan dengan pengalamannya atau
menolak.
5. Tulis pokok-pokok pikiran yang penting sebagai bahan untuk
melakukan diskusi kelompok sebagai bentuk pendalaman
terhadap materi.
6. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta
mendiskusikan pokok bahasan : 1) Posisi al-Qur’an dan Tafsir.
2) Pesan-pesan agama dominan (Jihad, syariat, perempuan, dan
non muslim). 3) Relasi agama dan problem kemanusiaan.
7. Sebelum masing-masing kelompok berdiskusi, bagikan lembar
kasus/nash untuk dibaca terlebih dahulu.
8. Setelah diskusi kelompok, dilanjutkan dengan pleno, dimana
masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya dan membuka dialog guna menerima tanggapan
dari kelompok lain; begitu seterusnya bergantian.
9. Fasilitator selanjutnya mengeksplorasi persoalan-persoalan
krusial dalam diskusi itu; klasifikasi persoalan sesuai tiga pokok
bahasan di atas.
10. Fasilitator menyampaikan beberapa catatan hasil diskusi
kelompok kepada narasumber/pembicara; meminta dia
menyampaikan respon atas hal tersebut.
11. Dialog bersama peserta
12. Fasilitator mengakhiri sesi

VI.

Alat bantu
1. Makalah
2. Lembar kodifikasi teks
3. Spidol/ Lakban

16
ANALISA SOSIAL
I.

Tujuan
1. Peserta mampu melakukan analisis peta kepentingan beragam
pihak dalam suatu masyarakat.
2. Peserta mampu memahami adanya struktur yang menindas
dalam sebuah masyarakat.

II.

Pokok-pokok bahasan
1. Globalisasi dan Dampaknya terhadap kehiudupan masyarakat:
-Ideologi globalisasi
-Sejarah Globalisasi
-Aktor yang bermain dalam Arus Besar Globalisasi
-Perangkat aturan yang terkait dengan Globalisasi
2. Perspektif Islam atas Globalisasi

III.

Metode
1. Ceramah
2. Diskusi/tanya jawab
3. Kaji kasus
4. Pemutaran film

IV.

Waktu
240 menit (2 sesi)

V.

Proses Kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses yang akan dilakukan
selama sesi ini.
2. Mulailah dengan pengantar diskusi oleh narasumber
(Perkenalkan narasumber, lalu persilahkan narasumber untuk
memulai presentasinya, dan ingatkan batas waktu diskusi)
3. Narasumber memberi pengantar awal diskusi yang bisa saja
dengan model ceramah atau model menfasilitasi.
4. Berdasarkan presentasi dari narasumber, persilahkan peserta
melakukan tanggapan dengan narasumber baik berupa
pertanyaan, klarifikasi, mengaitkan dengan pengalamannya atau
menolak.
5. Tulis pokok-pokok pikiran yang penting sebagai bahan untuk
melakukan diskusi kelompok sebagai bentuk pendalaman
terhadap materi.
6. Peserta dibagi menjadi dua kelompok dan diminta
mendiskusikan pokok bahasan: 1) Globalisasi dan 2) Perspektif
Islam tentang globalisasi.
7. Sebelum masing-masing kelompok berdiskusi, bagikan lembar
kasus/nash untuk dibaca terlebih dahulu.
8. Setelah diskusi kelompok, dilanjutkan dengan pleno, dimana
masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi

17
kelompoknya dan membuka dialog guna menerima tanggapan
dari kelompok lain; begitu seterusnya bergantian.
9. Fasilitator selanjutnya mengeksplorasi persoalan-persoalan
krusial dalam diskusi itu; klasifikasi persoalan sesuai tiga pokok
bahasan di atas.
10. Fasilitator menyampaikan beberapa catatan hasil diskusi
kelompok kepada narasumber/pembicara; meminta dia
menyampaikan respon atas hal tersebut.
11. Dialog bersama peserta
12. Fasilitator mengakhiri sesi
VI.

Alat Bantu
1. Makalah
2. Lembar kodifikasi teks
3. Spidol
4. Lakban

ANALISA SOSIAL STRUKTURAL
I.
Tujuan
1. Peserta memahami alat untuk melihat struktur yang menindas
dalam suatu struktur sosial.
2. Peserta mampu mengidentifikasi kepentingan atau ideologi yang
berkembang dalam masyarakat.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Pengantar Analisa Sosial Struktural (Pengertian, Asal-usul, dan
Kenapa perlu Ansos Struktural)
2. Tehnik Analisa sosial struktural

III.

Metode
1.Penugasan/praktek
2.Kerja kelompok
3.Diskusi kelompok

VI.

Waktu
240 menit (2 sesi)

VII.

Proses Kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses yang akan dilakukan
selama sesi ini.
2. Awali dengan penjelasan tentang kerangka kerja yang akan
dilakukan.
3. Peserta dibagi menjadi dua kelompok dan diminta
mendiskusikan pokok bahasan inti.

18
4. Sebelum masing-masing kelompok berdiskusi, bagikan lembar
kasus/nash untuk dibaca terlebih dahulu.
5. Setelah diskusi kelompok, dilanjutkan dengan pleno, dimana
masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya dan membuka dialog guna menerima tanggapan
dari kelompok lain; begitu seterusnya bergantian.
6. Fasilitator selanjutnya mengeksplorasi persoalan-persoalan
krusial dalam diskusi itu; klasifikasi persoalan sesuai tiga pokok
bahasan di atas.
7. Fasilitator menyampaikan beberapa catatan hasil diskusi
kelompok kepada narasumber/pembicara; meminta dia
menyampaikan respon atas hal tersebut.
8. Dialog bersama peserta
9. Fasilitator mengakhiri sesi
10. Berikan bacaan sebagai
VI.

Alat bantu
1. Makalah
2. Lembar kodifikasi teks
3. Spidol
4. Lakban

19
KESEPAKATAN AKSI
I.

Tujuan
1. Ada kesepakatan untuk melakukan aksi (pemetaan dan
pengorganisasian) sebagai bentuk tindak lanjut kegiatan yang
telah dilakukan.
2. Peserta paham dan menguasai teknik/manajemen aksi.

II.

Pokok-pokok bahasan
1. Apa yang perlu dilakukan?
2. Bagaimana caranya?
3. Dukungan Lakpesdam?

III.

Metode
1. Diskusi
2. Brainstorming

IV.

Waktu
120 menit (1 sesi)

V.

Proses Kegiatan
1. Fasilitator membuka sekaligus menyampaikan tujuan dari sesi
ini.
2. Agar pembahasan kegiatan aksi tidak memakan waktu, maka
sebaiknya ada draft tentatifnya, yang memaparkan gambaran
kegiatan aksi yang meliputi bentuk aksi, cara melakukannya dan
siapa saja yang dilibatkan dalamnya.
3. Fasilitator memandu forum untuk membahas draft dimaksud,
draft berisi rumusan kegiatan penting yang akan dilaksanakan
pasca pendidikan.
4. Untuk membahas teknis secara lebih rinci, fasilitator bersama
(kordinator program) bisa mendiskusikannya bersama peserta.
5. Sedari awal pembahasan tersebut dituangkan dalam plano dan
disepakati sebagai guide kegiatan yang harus dilaksanakan.
6. Fasilitator mempertegas garis-garis besar atas hasil pembahasan
kegiatan aksi.
7. Sesi ditutup oleh Fasilitator.

VI.

Alat bantu
1. Kertas Plano dan spidol
2. Draft tentatif kegiatan aksi

20
EVALUASI DAN PENUTUPAN
I.
Tujuan
1. Peserta mampu mengungkapkan kembali pengalamannya sejak
awal sampai akhir kegiatan, sehingga mengetahui kelebihan dan
kekurangan apa saja selama proses latihan berlangsung.
2. Peserta mampu memberikan respon balik dan kritikan
terhadap proses pelaksanaan kegiatan serta saran-saran
mereka untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan berikutnya.
3. Peserta mampu menangkap peran baru yang akan mereka
ambil sesudah mengikuti kegiatan.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Review dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan
2. Kesimpulan dan saran

III.

Metode
1. Angket, Diskusi
2. Brainstorming
3. Menulis ungkapan umpan balik

IV.

Waktu
60 Menit (1 sesi)

V.

Proses kegiatan
1. Faslitator membuka sesi dan secara singkat memaparkan tujuan
evaluasi
2. Fasilitator membagikan metaplan kepada peserta, selanjutnya
peserta diminta menuliskan kekurangan dan kelebihan yang
berkaitan dengan prosesi kegiatan, mencakup infrastruktur,
materi, fasilitator, penyelenggara, pembicara/narasumber,
metode, peserta, suasana dan sistem kelekatan berdasar
penilaian peserta.
3. Setelah itu, fasilitator meminta masing-masing peserta secara
bergiliran maju ke depan dan menempelkan kertas/meta
plannya sesuai dengan klasifikasinya.
4. Fasilitator mempersilahkan beberapa peserta membacakan
hasil tempelan di depan.
5. Fasilitator menyimpulkan secara garis besar hasil kegiatan di
atas.
6. Fasilitator menutup sesi

VI.

Alat Bantu
1. Spidol
2. Meta plan

21
3. Double tip
4. Formulir evaluasi akhir

22
KURIKULUM
DAURAH KEDUA
KONTRAK BELAJAR
I. Tujuan
4. Menggali harapan, kekhawatiran dan kebutuhan terhadap
pelatihan yang sedang diikuti dan untuk selanjutnya menjadi
bahan acuan bagi proses penyelenggaraan pelatihan, baik dalam
pengertian teknis maupun substansial.
5. Menyepakati pokok-pokok bahasan utama pelatihan (jadual
acara, materi, metode, tata tertib, penataan ruangan,
pembagian tugas, dll.
6. Menumbuhkan kesiapan peserta untuk terlibat aktif dalam
proses pelatiahn yang bersifat partisipatoris.
II. Pokok-pokok bahasan
5. Orientasi belajar (citra diri, membangun visi dan misi, identitas
forum, dan kebersamaan).
6. Mengenalkan metode pelatihan, kegunaan metode dalam
pelatihan dan cara menggunakan metode.
7. Kesepakatn belajar (membuat jadual pelatihan, tata tertib, dan
kesepakatan-kesepakatan lainnya.
III.

Metode
1. Diskusi
2. Brainstorming

IV.

Waktu
90 menit (1 sesi)

V.

Proses kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan dan target kegiatan
secara singkat.
2. Fasilitator memaparkan alur kegiatan, jadwal serta tatib
tentatif, dilanjutkan dengan menjelaskan secara singkat dari
masing-masing tersebut.
3. Melalui meta plan, peserta diminta menuliskan harapan dan
kebutuhan pendidikan dan pelatihan. Setelah meta plan terisi,
peserta menempelkannya di depan.
4. Fasilitator bersama peserta mengidentifikasi dan menklasifikasi
kartu-kartu yang tertempel di depan menjadi beberapa
kelompok.
5. Dipandu fasilitator, peserta membahas hasil identifikasi dan
klasifikasi di atas, sehingga menjadi harapan dan kebutuhan
bersama yang juga harus diwujudkan secara bersama-sama.

23
6. Setelah itu, fasilitator mengajak peserta untuk membahas
jadwal tentatif dan bentuk metode kegiatan sebagai aturan
main kegiatan.
7. Fasilitator menutup sesi.
VI.

Alat Bantu
1. Papan tulis, kertas plano, potongan kertas, meta plan, dan
spidol
2. Alat peraga permainan
3. Alat tulis untuk semua peserta

REFLEKSI
I. Tujuan
1. Peserta menyampaikan pengalamannya tentang apa yang
dilakukannya di lapangan.
2. Peserta dapat menganilisis problem yang dihadapi di lapangan.
3. Peserta dapat merumuskan upaya-upaya penyelesaian dari
dinamika problem lokal masing-masing.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Apa yang dilakukan di lapangan
2. Problem dan hambatan dalam aksi lapangan
3. Upaya penyelesaian dinmaika problem yang dihadapi
4. Pelajaran apa ayng dapat diambil dari realitas dakwah yang
terjadi

III.

Metode
1. Curah pendapat
2. Brainstorming
3. Kaji kasus

IV.

Waktu
240 menit (2 sesi)

VII.

Proses kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang tujuan dari sesi
ini secara singkat.
2. Fasilitator mempersilahkan peserta melakukan brain storming
seputar issue yang berkaitan dengan materi pokok bahasan.
3. Fasilitator menuliskan pokok-pokok/garis besar hasil sharing
masing-masing peserta, mengidentifikasi dan mengeksplorasinya
lebih lanjut bersama peserta kegiatan.
4. Fasilitator menutup sesi.

VIII.

Alat Bantu
1. Kertas Plano

24
2. Spidol
3. Double tip

KRITIK WACANA AGAMA
I.
Tujuan
1. Peserta memahami proses pembentukan pemahaman
keagamaan yang dianut masyarakat umumnya.
2. Peserta dapat merumuskan formula bagaimana menyampaikan
materi yang memiliki beragam penafsiran.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Posisi Fikih, Ushul Fikih, dan Kaedah Fikih dalam Konstruk
Pemahaman Islam
2. Dekonstruksi terhadap pesan-pesan agama mainstream
- Pluralisme
- Aliran Sesat

III.

Metode
1. Diskusi narasumber
2. Diskusi kelompok
4. Kaji kasus/kaji nash

IV.

Waktu
480 menit ( 4 sesi)

V.

Proses Kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses yang akan dilakukan
selama sesi ini.
2. Mulailah dengan pengantar diskusi dengan catatan batasanbatasan bahasan yang akan menjadi pokok bahasan
(Perkenalkan narasumber, lalu persilahkan narasumber untuk
memulai presentasinya, dan ingatkan batas waktu diskusi)
3. Narasumber memberi pengantar awal diskusi yang bisa saja
dengan model ceramah atau model menfasilitasi.
4. Berdasarkan presentasi dari narasumber, persilahkan peserta
melakukan tanggapan dengan narasumber baik berupa
pertanyaan, klarifikasi, mengaitkan dengan pengalamannya atau
menolak.
5. Tulis pokok-pokok pikiran yang penting sebagai bahan untuk
melakukan diskusi kelompok sebagai bentuk pendalaman
terhadap materi.
6. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta
mendiskusikan pokok bahasan : 1) Posisi al-Qur’an dan Tafsir.
2) Pesan-pesan agama dominan (Jihad, syariat, perempuan, dan
non muslim). 3) Relasi agama dan problem kemanusiaan.

25
7. Sebelum masing-masing kelompok berdiskusi, bagikan lembar
kasus/nash untuk dibaca terlebih dahulu.
8. Setelah diskusi kelompok, dilanjutkan dengan pleno, dimana
masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya dan membuka dialog guna menerima tanggapan
dari kelompok lain; begitu seterusnya bergantian.
9. Fasilitator selanjutnya mengeksplorasi persoalan-persoalan
krusial dalam diskusi itu; klasifikasi persoalan sesuai tiga pokok
bahasan di atas.
10. Fasilitator menyampaikan beberapa catatan hasil diskusi
kelompok kepada narasumber/pembicara; meminta dia
menyampaikan respon atas hal tersebut.
11. Dialog bersama peserta
12. Fasilitator mengakhiri sesi
VI.

Alat bantu
1. Makalah
2. Lembar kodifikasi teks
3. Spidol
4. Lakban

ADVOKASI
I.

Tujuan
1. Peserta memahami apa advokasi itu
2. Peserta memahami prinsip-prinsip advokasi
3. Peserta memahami bentuk dan strategi advokasi

II.

Pokok bahasan
1. Apa dan mengapa advokasi
2. Prinsip-prinsip advokasi
3. Strategi dan bentuk advokasi

III.

Metode
1. Ceramah
2. Diskusi kelompok
3. Tanya jawab
4. Bermain peran

IV.

Waktu
240 menit (2 sesi)

V.

Proses kegiatan
1. Fasilitator menyampaikan secara singkat tujuan sesi ini
2. Fasilitator
mempersilahkan
pemateri
untuk
menyampaikan uraiannya tentang pokok bahasan

26
tersebut di atas, utamanya soal pentingnya materi ini
terkait problem kehidupan masyarakat.
3. Dilanjutkan dengan tanya jawab antara pemateri dan
peserta.
4. Fasilitator merangkum intisari materi hasil dialog dan
kemudian menutup sesi
VI.

Alat bantu
1. Makalah
2. Spidol
3. Kertas plaano

PRINSIP-PRINSIP PENGORGANISASIAN
I.
Tujuan
1. Peserta mengetahui prinsip-prinsip pengorganisasian
2. Peserta akan terbuka komitmennya dan akan menggunakan
prinsip-prinsip dalam melakukan proses pengorganisasian
3. Peserta mengetahui karakter-karakter apa saja yang harus
dimiliki seorang organizer
4. Peserta akan memiliki karakter yang mampu memberikan
pembelajaran terhadap dirinya dan masyarakat
II.

Pokok bahasan
1. Prinsip-prinsip pengorganisasian
2. Bagaimana menggunakan prinsip pengorganisasian dalam
kehidupan sosial
3. Karakter yang melekat pada seorang organizer
4. Bagaimana karakter yang sesuai dengan kondisi masyarakat

III.

Metode
1. Diskusi kelompok
2. Curah pendapat

IV.

Waktu
240 menit ( 2 sesi)

V.

Proses Kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan dan pokok
bahasan dalam sesi ini.
2. Bagi peserta menjadi dua kelompok. Kelompok 1 menjawab
pertanyaan: (5 menit). Panduan pertanyaan diskusi kelompok:
a. Kelompok 1 (satu)
a1. Apa prinsip-prinsip pengorganisasian?
a2. Kapan dan dalam kondisi apa prinsip-prinsip itu
diterapkan?
b. Kelompok II (dua)

27
b1. Karakter seperti apa yang harus dimiliki oleh seorang
organizer?
b2. Bagaimana membangun karakter itu?
B3. Sikap utama yang harus dimiliki oleh seorang organizer?
3. Persilahkan masing-masing kelompok mendiskusikan sesuai
dengan panduan pertanyaan di atas. Minta rumusan hasil diskusi
kelompok ditulis di atas kertas plano atau kertas transparan
untuk kemudian dipresentasikan di depan.
4. Persilahkan pesertaa merepresentasikan hasil diskusinya,
setelah itu ajak seluruh peserta mendiskusikannya.
5. Lakukan pembahasan terhadap hasil diskusi bersama peserta.
Apa yang kurang atau lebih, yang sesuai dan yang tidak sesuai,
sehingga ditemukan idealitas tentang prinsip pengorganisasian
dan karakter yang harus dimiliki seorang organizer. Catat
semuan jawaban peserta di papaan tulis/kertas plano tanpa
dikomentari terlebih dahulu. Tarik kesimpulan dari jawabanjawaban peserta dan arahkan kepada bagaimana dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Atas dasar hasil diskusi selama sesi ini, ajak peserta membuat
daftar rangkuman mengenai alasan-alasan:
a. Adanya prinsip dalam konteks/pengorganisasian dihubungkan
dengan
demokrasi
b. Adanya karakter dan sikap utama yang harus dimiliki untuk
menopang prinsip sehingga teraktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
7. Fasilitator menutup sesi
VI.

Alat bantu
1. Alat tulis/spidol
2. Kertas plano
3. OHP (jika dipandang perlu)
4. Meta plane

KESEPAKATAN AKSI
I. Tujuan
1. Ada kesepakatan untuk melakukan aksi (pemetaan dan
pengorganisasian) sebagai bentuk tindak lanjut kegiatan yang
telah dilakukan.
2. Peserta paham dan menguasai teknik/manajemen aksi.
II. Pokok-pokok bahasan
1. Apa yang perlu dilakukan?
2. Bagaimana caranya?
3. Dukungan Lakpesdam?

28
III. Metode
1. Diskusi
2. Brainstorming
IV. Waktu
120 menit (1 sesi)
V. Proses Kegiatan
1. Fasilitator membuka sekaligus menyampaikan tujuan dari sesi ini.
2. Agar pembahasan kegiatan aksi tidak memakan waktu, maka
sebaiknya ada draft tentatifnya, yang memaparkan gambaran
kegiatan aksi yang meliputi bentuk aksi, cara melakukannya dan
siapa saja yang dilibatkan dalamnya.
3. Fasilitator memandu forum untuk membahas draft dimaksud,
draft berisi rumusan kegiatan penting yang akan dilaksanakan
pasca pendidikan.
4. Untuk membahas teknis secara lebih rinci, fasilitator bersama
(kordinator program) bisa mendiskusikannya bersama peserta.
5. Sedari awal pembahasan tersebut dituangkan dalam plano dan
disepakati sebagai guide kegiatan yang harus dilaksanakan.
6. Fasilitator mempertegas garis-garis besar atas hasil pembahasan
kegiatan aksi.
7. Sesi ditutup oleh Fasilitator.
II.

Alat bantu
1. Kertas Plano dan spidol
2. Draft tentatif kegiatan aksi

EVALUASI DAN PENUTUPAN
I. Tujuan
1. Peserta mampu mengungkapkan kembali pengalamannya sejak
awal sampai akhir kegiatan, sehingga mengetahui kelebihan dan
kekurangan apa saja selama proses latihan berlangsung.
2. Peserta mampu memberikan respon balik dan kritikan terhadap
proses pelaksanaan kegiatan serta saran-saran mereka untuk
perbaikan pelaksanaan kegiatan berikutnya.
3. Peserta mampu menangkap peran baru yang akan mereka ambil
sesudah mengikuti kegiatan.
II.

Pokok-pokok bahasan
a. Review dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan
b. Kesimpulan dan saran

III.

Metode
a. Angket, Diskusi
b. Brainstorming

29
c. Menulis ungkapan umpan balik
IV.

Waktu
60 Menit (1 sesi)

V.

Proses kegiatan
a. Faslitator membuka sesi dan secara singkat memaparkan tujuan
evaluasi
b. Fasilitator membagikan metaplan kepada peserta, selanjutnya
peserta diminta menuliskan kekurangan dan kelebihan yang
berkaitan dengan prosesi kegiatan, mencakup infrastruktur,
materi, fasilitator, penyelenggara, pembicara/narasumber,
metode, peserta, suasana dan sistem kelekatan berdasar
penilaian peserta.
c. Setelah itu, fasilitator meminta masing-masing peserta secara
bergiliran maju ke depan dan menempelkan kertas/meta
plannya sesuai dengan klasifikasinya.
d. Fasilitator mempersilahkan beberapa peserta membacakan
hasil tempelan di depan.
e. Fasilitator menyimpulkan secara garis besar hasil kegiatan di
atas.
f. Fasilitator menutup sesi

VI.

Alat Bantu
a. Spidol/ Double tip
b. Meta plan/ Formulir evaluasi akhir

30
KURIKULUM
DAURAH KETIGA
KONTRAK BELAJAR
I.
Tujuan
1. Menggali harapan, kekhawatiran dan kebutuhan terhadap
pelatihan yang sedang diikuti dan untuk selanjutnya menjadi
bahan acuan bagi proses penyelenggaraan pelatihan, baik dalam
pengertian teknis maupun substansial.
2. Menyepakati pokok-pokok bahasan utama pelatihan (jadual
acara, materi, metode, tata tertib, penataan ruangan,
pembagian tugas, dll.
3. Menumbuhkan kesiapan peserta untuk terlibat aktif dalam
proses pelatiahn yang bersifat partisipatoris.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Orientasi belajar (citra diri, membangun visi dan misi, identitas
forum, dan kebersamaan).
2. Mengenalkan metode pelatihan, kegunaan metode dalam
pelatihan dan cara menggunakan metode.
3. Kesepakatn belajar (membuat jadual pelatihan, tata tertib, dan
kesepakatan-kesepakatan lainnya.

III.

Metode
1. Diskusi
2. Brainstorming

IV.

Waktu
90 menit (1 sesi)

V.

Proses kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan dan target kegiatan
secara singkat.
2. Fasilitator memaparkan alur kegiatan, jadwal serta tatib
tentatif, dilanjutkan dengan menjelaskan secara singkat dari
masing-masing tersebut.
3. Melalui meta plan, peserta diminta menuliskan harapan dan
kebutuhan pendidikan dan pelatihan. Setelah meta plan terisi,
peserta menempelkannya di depan.
4. Fasilitator bersama peserta mengidentifikasi dan menklasifikasi
kartu-kartu yang tertempel di depan menjadi beberapa
kelompok.
5. Dipandu fasilitator, peserta membahas hasil identifikasi dan
klasifikasi di atas, sehingga menjadi harapan dan kebutuhan
bersama yang juga harus diwujudkan secara bersama-sama.

31
6. Setelah itu, fasilitator mengajak peserta untuk membahas
jadwal tentatif dan bentuk metode kegiatan sebagai aturan
main kegiatan.
7. Fasilitator menutup sesi.
VI.

Alat Bantu
1. Papan tulis, kertas plano, potongan kertas, meta plan, dan
spidol
2. Alat peraga permainan
3. Alat tulis untuk semua peserta

REFLEKSI
I. Tujuan
1. Peserta menyampaikan hasil dan pengalamannya tentang
realisasi aksi yang sudah disepakati dalam daurah sebelumnya.
2. Peserta dapat memahami adanya keterkaitan antara dakwah
dengan problem sosial yang terjadi selama ini.
3. Peserta dapat merumuskan upaya-upaya penyelesaian dari
dinamika problem lokal masing-masing.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Dakwah dan Realitas masyarakat
2. Faktor penyebab ketidakadilan di masyarakat
3. Upaya penyelesaian atas dinamika masalah di daerah

III.

Metode
1. Curah pendapat
2. Brainstorming
3. Kaji kasus

IV.

Waktu
240 menit (2 sesi)

V.

Proses kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang tujuan dari sesi
ini secara singkat.
2. Fasilitator mempersilahkan peserta melakukan brain storming
seputar issue yang berkaitan dengan materi pokok bahasan.
3. Fasilitator menuliskan pokok-pokok/garis besar hasil sharing
masing-masing peserta, mengidentifikasi dan mengeksplorasinya
lebih lanjut bersama peserta kegiatan.
4. Fasilitator menutup sesi.

VI.

Alat Bantu
1. Kertas Plano
2. Spidol

32
3. Double tip

KRITIK WACANA AGAMA
I.
Tujuan
1. Peserta memahami proses pembentukan pemahaman
keagamaan yang dianut masyarakat umumnya.
2. Peserta dapat merumuskan formula bagaimana menyampaikan
materi yang memiliki beragam penafsiran.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Dekonstruksi Fikih Ushul Fikih, dan Kaedah Fikih sebagai
konstruk Pemahaman Islam
2. Dekonstruksi terhadap pesan-pesan agama mainstream
-Syariat Islam
-Perempuan
3. Relasi agama dan problem kemanusiaan

III.

Metode
1. Diskusi narasumber
2. Diskusi kelompok
3. Kaji kasus/kaji nash

IV.

Waktu
240 menit ( 4 sesi)

V.

Proses Kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses yang akan dilakukan
selama sesi ini.
2. Mulailah dengan pengantar diskusi dengan catatan batasanbatasan bahasan yang akan menjadi pokok bahasan
(Perkenalkan narasumber, lalu persilahkan narasumber untuk
memulai presentasinya, dan ingatkan batas waktu diskusi)
3. Narasumber memberi pengantar awal diskusi yang bisa saja
dengan model ceramah atau model menfasilitasi.
4. Berdasarkan presentasi dari narasumber, persilahkan peserta
melakukan tanggapan dengan narasumber baik berupa
pertanyaan, klarifikasi, mengaitkan dengan pengalamannya atau
menolak.
5. Tulis pokok-pokok pikiran yang penting sebagai bahan untuk
melakukan diskusi kelompok sebagai bentuk pendalaman
terhadap materi.
6. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta
mendiskusikan pokok bahasan : 1) Posisi al-Qur’an dan Tafsir.
2) Pesan-pesan agama dominan (Jihad, syariat, perempuan, dan
non muslim). 3) Relasi agama dan problem kemanusiaan.

33
7. Sebelum masing-masing kelompok berdiskusi, bagikan lembar
kasus/nash untuk dibaca terlebih dahulu.
8. Setelah diskusi kelompok, dilanjutkan dengan pleno, dimana
masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya dan membuka dialog guna menerima tanggapan
dari kelompok lain; begitu seterusnya bergantian.
9. Fasilitator selanjutnya mengeksplorasi persoalan-persoalan
krusial dalam diskusi itu; klasifikasi persoalan sesuai tiga pokok
bahasan di atas.
10. Fasilitator menyampaikan beberapa catatan hasil diskusi
kelompok kepada narasumber/pembicara; meminta dia
menyampaikan respon atas hal tersebut.
11. Dialog bersama peserta
12. Fasilitator mengakhiri sesi
VI.

Alat bantu
1. Makalah
2. Lembar kodifikasi teks
3. Spidol
4. Lakban

MANAJEMEN KONFLIK
I.
Tujuan
1. Peserta mampu mengidentifikasi akar-akar konflik yang terjadi
di masyarakat.
2. Peserta menguasai teknik-teknik dasar tentang manajemen
konflik.
3. Peserta mampu mengelola konflik yang terjadi di masyarakat.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Identifikasi konflik dan potensinya
2. Analisis konflik
3. Metode rekonsiliasi
4. Pencegahan terjadinya konflik kembali

III.

Metode
1. Diskusi kelompok
2. Bermain peran

IV.

Waktu
240 menit (2 sesi)

34
V.

Proses Kegiatan
1. Fasilitator membuka sekaligus menyampaikan tujuan dari sesi
ini.
2. Fasilitator memberikan kasus-kasus yang terjadi di masyarakat
kepada peserta dalam beberapa kasus yang berbeda.
3. Fasilitator membagi ke dalam tiga kelompok untuk membahas
setiap kasus secara berbeda dengan tetap mengingatkan kepada
peserta agar fokus pada identifikasi dan analisisnya.
5. Mulailah masing-masing kelompok melakukan analisis terhadap
kasus yang telah disediakan, terutama bagaimana mengelola
konflik dengan baik.
6. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil analisisnya
secara bergantian, sementara fasilitator mencatat poin-poin
yang menonjol dalam setiap presentasi.
6. Fasilitator mempertegas garis-garis besar atas hasil presentasi
dan mendiskusikan dengan peserta hingga muncul rumusanrumusan yang konkret.
7. Rumusan hasil analisis bersama disimpulkan.
8. Sesi ditutup oleh Fasilitator.

VI.

Alat bantu
1. Kertas plano dan spidol
2. Draft kasus

ANALISIS GENDER
I.
Tujuan
1. Peserta memahami secara kritis tentang apa itu gender
2. Peserta memahami secara kritis tentang bentuk-bentuk
ketidakadilan gender di masyarakat
3. Peserta dapat memiliki sensitifitas gender
4. Peserta memahami strategi dan pendekatan yang efektif dalam
mewacanakan kesadaran dan kesetaraan gender
II.

Pokok bahasan
1. Pengertian gender
2. Problem-problem seputar ketidakadilan gender
3. Gender dalam perspektif agama

III.

Metode
1. Ceramah
2. Diskusi kelompok
3. Tanya jawab
4. Role playing
5. Studi kasus

35
IV.

Waktu
120 menit

V.

Proses Kegiatan
1. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan sesi ini
2. Inventarisasi kondisi alami (kodrati) dan persepsi tentang lelakiperempuan
a. Fasilitator meminta peserta menginventarisasi kondisi
nyata yang membedakan antara laki-laki dan perempuan
b. Fasilitator meminta peserta menginventarisasi penamaan,
sifat-sifat penilaian ungkapan-ungkapan dan sikap-sikap yang
mereka dengar/ketahui tentang laki-laki dan perempuan.
c.
Pertanyakan kembali apakah hal-hal yang telah
terinventarisasi itu nyata atau tidak.
d.
Lihat! apakah ada perbedaan antara persepsi umum
dan realitas atau tidak. Jika tidak ada coba pertanyakan kembali
kondisi riil dengan contoh-contoh jika ternyata ada perbedaan,
tanyakan mengapa itu terjadi.
e.
Inventarisir sebab-sebab yang terungkap, lalu coba
klasifikasikan.
f.
Akibat apa saja yang diterima perempuan?

VII.

Alat bantu
1. Spidol
2. Kertas plano
3. Makalah

EVALUASI DAN PENUTUPAN
I.
Tujuan
1. Peserta mampu mengungkapkan kembali pengalamannya sejak
awal sampai akhir kegiatan, sehingga mengetahui kelebihan dan
kekurangan apa saja selama proses latihan berlangsung.
2. Peserta mampu memberikan respon balik dan kritikan
terhadap proses pelaksanaan kegiatan serta saran-saran
mereka untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan berikutnya.
3. Peserta mampu menangkap peran baru yang akan mereka
ambil sesudah mengikuti kegiatan.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Review dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan
2. Kesimpulan dan saran

36
III.

Metode
1. Angket, Diskusi
2. Brainstorming
3. Menulis ungkapan umpan balik

IV.

Waktu
60 Menit (1 sesi)

V.

Proses kegiatan
1. Faslitator membuka sesi dan secara singkat memaparkan tujuan
evaluasi
2. Fasilitator membagikan metaplan kepada peserta, selanjutnya
peserta diminta menuliskan kekurangan dan kelebihan yang
berkaitan dengan prosesi kegiatan, mencakup infrastruktur,
materi, fasilitator, penyelenggara, pembicara/narasumber,
metode, peserta, suasana dan sistem kelekatan berdasar
penilaian peserta.
3. Setelah itu, fasilitator meminta masing-masing peserta secara
bergiliran maju ke depan dan menempelkan kertas/meta
plannya sesuai dengan klasifikasinya.
4. Fasilitator mempersilahkan beberapa peserta membacakan
hasil tempelan di depan.
5. Fasilitator menyimpulkan secara garis besar hasil kegiatan di
atas.
6. Fasilitator menutup sesi

VI.

Alat Bantu
1. Spidol
2. Meta plan
3. Double tip
4. Formulir evaluasi akhir

KESEPAKATAN AKSI
I.
Tujuan
1. Ada kesepakatan untuk melakukan aksi (pemetaan dan
pengorganisasian) sebagai bentuk tindak lanjut kegiatan yang
telah dilakukan.
2. Peserta paham dan menguasai teknik/manajemen aksi.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Apa yang perlu dilakukan?
2. Bagaimana caranya?
3. Dukungan Lakpesdam?

37
III.

Metode
1. Diskusi
2. Brainstorming

IV.

Waktu
120 menit (1 sesi)

V.

Proses Kegiatan
1. Fasilitator membuka sekaligus menyampaikan tujuan dari sesi
ini.
2. Agar pembahasan kegiatan aksi tidak memakan waktu, maka
sebaiknya ada draft tentatifnya, yang memaparkan gambaran
kegiatan aksi yang meliputi bentuk aksi, cara melakukannya dan
siapa saja yang dilibatkan dalamnya.
3. Fasilitator memandu forum untuk membahas draft dimaksud,
draft berisi rumusan kegiatan penting yang akan dilaksanakan
pasca pendidikan.
4. Untuk membahas teknis secara lebih rinci, fasilitator bersama
(kordinator program) bisa mendiskusikannya bersama peserta.
5. Sedari awal pembahasan tersebut dituangkan dalam plano dan
disepakati sebagai guide kegiatan yang harus dilaksanakan.
6. Fasilitator mempertegas garis-garis besar atas hasil pembahasan
kegiatan aksi.
7. Sesi ditutup oleh Fasilitator.

VII.

Alat bantu
1. Kertas Plano dan spidol
2. Draft tentatif kegiatan aksi

EVALUASI DAN PENUTUPAN
I.
Tujuan
1. Peserta mampu mengungkapkan kembali pengalamannya sejak
awal sampai akhir kegiatan, sehingga mengetahui kelebihan dan
kekurangan apa saja selama proses latihan berlangsung.
2. Peserta mampu memberikan respon balik dan kritikan
terhadap proses pelaksanaan kegiatan serta saran-saran
mereka untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan berikutnya.
3. Peserta mampu menangkap peran baru yang akan mereka
ambil sesudah mengikuti kegiatan.
II.

Pokok-pokok bahasan
1. Review dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan
2. Kesimpulan dan saran

III.

Metode
1. Angket, Diskusi

38
2. Brainstorming
3. Menulis ungkapan umpan balik
IV.

Waktu
60 Menit (1 sesi)

V.

Proses kegiatan
1. Faslitator membuka sesi dan secara singkat memaparkan tujuan
evaluasi
2. Fasilitator membagikan metaplan kepada peserta, selanjutnya
peserta diminta menuliskan kekurangan dan kelebihan yang
berkaitan dengan prosesi kegiatan, mencakup infrastruktur,
materi, fasilitator, penyelenggara, pembicara/narasumber,
metode, peserta, suasana dan sistem kelekatan berdasar
penilaian peserta.
3. Setelah itu, fasilitator meminta masing-masing peserta secara
bergiliran maju ke depan dan menempelkan kertas/meta
plannya sesuai dengan klasifikasinya.
4. Fasilitator mempersilahkan beberapa peserta membacakan
hasil tempelan di depan.
5. Fasilitator menyimpulkan secara garis besar hasil kegiatan di
atas.
6. Fasilitator menutup sesi

VI.

Alat BantuSpidol
1. Meta plan
2. Double tip/ Formulir evaluasi akhir

39
Lampiran 1.
Analisa Sosial Struktural
Tiga Susunan Bangunan Masyarakat
dan Pertanyaan Kunci
Ekonomi
Bahan-bahan
baku,
peralatan dan pekerjaan
untuk
memenuhi
kebutuhan masyarakat;
cara-cara produksi dan
bentuk-bentuk hubungan
sosial di dalamnya.

Politik
Aturan
untuk
menetapkan
dan
menegaskan
hukum
(melalui parlemen, partai
politik, polisi, penjara
dsb).
Kelompok
masyarakat
yang
berkuasa
mengendalikan keputusan
dan membuat hukumhukum tersebut melayani
Pertanyaan Kunci:
kepentigan
mereka
1. Siapa
yang sendiri.
menguasai
alat
produksi
atau Pertanyaan Kunci:
asset.
1. Peraturan2. Siapa
yang
peraturan
apa
menguasai jaluryang ada di daerah
jalur distribusi.
2. Siapa yang terlibat
3. Bagaimana nasib
dalam pembuatan
yang
tidak
peraturan.
menguasai no.1 +
3. Siapa
yang
2.
diuntungkan oleh
peraturan
tersebut.

40

Budaya
Nilai-nilai, kepercayaan
dan adat istiadat yang ada
di
masyarakat
yang
disebarluaskan
melalui
lembaga-lembaga sosial,
seperti sekolah, pers dan
sebagainya.

Pertanyaan Kunci:
1. Nilai-nilai Budaya
apa yang hidup
dalam masyrakat
2. Nilai
agama,
budaya apa yang
ada di daerah?
3. Siapa
yang
mempopulerkan
4. Media apa yang
dipakai?
Lampiran 2.
Manajemen Konflik
Beberapa pertanyaan kunci dalam pemetaan konflik
1. Siapakah pihak-pihak utama dalam konflik?
2. Siapakah pihak-pihak lain yang terlibat atau berkaitan dengan konflik ini,
termasuk kelompok-kelompok kecil dan pihak-pihak luar?
3. Apa hubungan di antara semua pihak itu dan bagaimana caranya pihakpihak itu terwakili? Berbagai aliansi? Orang-orang terdekat? Hubunganhubungan yang retak? Konfrontasi?
4. Apakah ada isu-isu pokok di antara pihak-pihak yang terlibat dalam
konflik?
5. Ada hubungan apa antara Anda dengan pihak-pihak dalam konflik?
Dalam konteks ini juga akan dicari beberapa pemetaan:
 Peta geografis yang menunjukkan tempat dan pihak-pihak yang
terlibat.
 Pemetaan berbagai isu, terutama untuk menjelaskan di manakah
letak isu utama, isu lanjutan, dan faktor pemicunya.
 Pemetaan penjajaran kekuasaan.
 Pemetaan berbagai kebutuhan dan ketakutan.
Matrik Pemetaan Konflik
MacamPihak Utama
macam Konflik
Tanah

Pihak Lain

Hubungan
Antar Pihak

Isu Pokok

Buruh

Nelayan
Pluralisme

Pada titik selanjutnya juga, identifikasi isu dilakukan dalam tiga wilayah/aspek, yaitu
aspek ekonomi, sosial-budaya, dan politik. Bahakn, bisa jadi ketiga aspek ini saling
berkaitan menjadi problem laten yang lama tak terpecahkan sehingga ketika ada
pemicunya muncul konflik.

41
Aspek ekonomi:
-Sejauhmanakah konflik itu disebabkan oleh problem ekonomi yang terjadi di
mkasyarakat. Apakah terjadi ketimpangan atau ketidakadilan ekonomi yang
menjadi penyebab utama konflik.
Aspek Sosial:
-Apakah ada norma-norma sosial yang menyebabkan suatu kelompok masyarakat
memiliki pengetahuan, pandangan, dan sikap tertentu yang pada gilirannya bisa
meimbulkan konflik
Aspek Politik:
-Sejauhmanakah negara/pemerintah membuat suatu kebijakan yang tidak adil
kepada suatu kelompok masyarakat. Ketidakadilan politik yang terus-menerus
terjadi seringkali menjadi akar konflik masyarakat.
Dari ketiga aspek ini manakah yang menjadi isu pokok dalam suati konflik,
sehingga mudah diketahui mana yang termasuk isu pokok, pemicu, dan isu
lanjutan (perluasan isu konflik).

42
Lampiran 3.
Analisis Gender
Aspek-Aspek

Persepsi Umum
Laki-laki
perempuan

Kondisi Alami
(Kodrati)
Sifat-sifat yang dicitrakan
Penilaian yang diberikan
Sikap-sikap
yang ditujukan
Posisi-posisi yang diterima:
dalam keluarga
dalam masyarakat
dalam pekerjaan
dalam politik
dalam hukum
dalam agama
dalam moral

43

Realitas
Lampiran 4.
Panduan Mentoring dan Monitoring
Mentoring
Dalam pelatihan dakwah trasnformatif ini, pada prinsipnya, mentoring dilakukan
untuk mempertemukan konsep dakwah transformatif dengan implementasi di
lapangan dengan cara memberikan input kepada para da’i dalam melakukan
perubahan di komunitasnya. Proses yang dilakukan adalah memberikan masukan,
penelaahan masalah, dan capaian yang diperoleh dalam setiap aksi lapangan.
Metode yang digunakan adalah kunjungan lapangan oleh staf program di setiap
daerah untuk memastikan proses impelementasi nilai-nilai dakwah transformatif di
lapangan.

Matrik Mentoring
Bentuk
Kegiatan

Hasil

Hambatan

Pelajaran
yang
diambil

Rekomendasi

Pengajian
Umum

Pengajian
Terbatas
(circle group)
Pendampingan
Masyarakat

Monitoring
Monitoring dilakukan untuk memberikan pengawasan secara langsung
terhadap proses-proses yang terjadi di lapangan. Monitoring dilakukan oleh staf
program dalam bentuk kunjungan lapangan ke beberapa lokasi untuk memastikan
seberapa jauh inpu-input yang sudah didapatkan para da’i ketika dalam proses
pelatihan dakwah transformatif daurah pertama terimplementasi secara maksimal.
Secara khusus, monitoring ini menggunakan standar agenda yang disusun
secara bertahap (agenda setting). Agenda setting yang ingin ditawarkan
menggunakan prinsip button-up, yakni aspirasi dan keinginan berasal dari para
peserta dengan mengandalkan pengalaman, kemampuan, stretegi, dan daya
dukung. Sehingga corak setting yang berjalan bukan seperti tugas atau kewajiban,
melainkan bagian dari bentuk kepedulian dan kepentingan bersama untuk
melakukan perubahan di masyarakat.

44
Matrik Agenda Setting
Tahapan
Pelatihan
Daurah I

Daurah II

Daurah III

Agenda/Indikator

Hasil

Hambatan

Rekomendasi

-Pemetaan masalah di
daerah
-Mensosialisasikan
Islam transformatif dan
inklusif
-Mengembangkan
metode dakwah
-Perubahan
materi
dakwah
-Pembuatan
jaringan
antar komunitas/agama
Pendampingan
Masyarakat

Keterangan:
Daurah Pertama:
- Pemetaan masalah di daerah, yang terdiri dari problem yang dihadapi,
aktor-aktor yang berperan, dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
- Mensosialisasikan Islam transformatif dalam kegiatan dakwah dengan cara
menyisipkan materi dakwah yang biasanya hanya mengandalkan aspek teologis
serta cenderung menanamkan fanatisme agama, menjadi materi sosialkeagamaan yang sensitif terhadap problem keadilan dan berwawasan inklusif.
- Mengembangkan metode dakwah dari yang monolog menjadi dialog.
Dalam dialog inilah komunitas yang didampingi da’i ikut serta dalam memetakan
masalah maupun mencari penyelesaian.
Daurah Kedua:
- Perubahan materi dakwah dari yang teosentris (ketuhanan an sich) ke
antroposentris (orientasi sosial-kemanusiaan)
- Pengenalan advokasi sosial di tengah-tengah masyarakat
Daurah Ketiga
Advokasi langsung ke masyarakat dalam menangani masalah-masalah sosial sesuai
dengan problem yang dihadapi daerahnya seperti kasus konflik tanah, perburuhan,
nelayan, pluralisme (konflik agama), dan politisasi agama.

45

More Related Content

What's hot

Tauhid ppt
Tauhid pptTauhid ppt
Tauhid ppt
Nadia Tsalisa
 
Nahdlatul ulama
Nahdlatul ulamaNahdlatul ulama
Nahdlatul ulama
Kurnia Yusuf
 
Konsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi BeragamaKonsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi Beragama
Anis Masykhur
 
Pemuda dan Kebangkitan Islam
Pemuda dan Kebangkitan IslamPemuda dan Kebangkitan Islam
Pemuda dan Kebangkitan Islam
Hatta Syamsuddin
 
Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.ppt
Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.pptPeranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.ppt
Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.ppt
Jimatul Arrobi
 
Kerukunan umat beragama
Kerukunan umat beragamaKerukunan umat beragama
Kerukunan umat beragama
Mushoddik Indisav
 
Jawaban s oal metodologi studi keislaman
Jawaban  s oal metodologi studi keislamanJawaban  s oal metodologi studi keislaman
Jawaban s oal metodologi studi keislamanHamba La'eh
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
AlwiAssegaf
 
proses sistematika keilmuan dakwah
 proses sistematika keilmuan dakwah proses sistematika keilmuan dakwah
proses sistematika keilmuan dakwahmuhamadnursalim123
 
Gender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islamGender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islam
umi wandansari
 
Pemuda dan perubahan
Pemuda dan perubahan Pemuda dan perubahan
Pemuda dan perubahan
RUMAH PRESENTASI
 
MODERASI BERAGAMA-Drs. H. Salihin, MA.ppt
MODERASI BERAGAMA-Drs. H. Salihin, MA.pptMODERASI BERAGAMA-Drs. H. Salihin, MA.ppt
MODERASI BERAGAMA-Drs. H. Salihin, MA.ppt
ssusercbded3
 
Ke imm-an
Ke imm-anKe imm-an
Ke imm-an
21031985
 
PHIWM
PHIWMPHIWM
PPT MODERASI BERAGAMA.pdf
PPT MODERASI BERAGAMA.pdfPPT MODERASI BERAGAMA.pdf
PPT MODERASI BERAGAMA.pdf
praditohasibuan2
 
Pendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islamPendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islam
semangatbaru85
 
Ciri ciri pemikiran teologi modern dan hubunganya dengan ilmu-ilmu
Ciri ciri pemikiran teologi modern dan hubunganya dengan ilmu-ilmuCiri ciri pemikiran teologi modern dan hubunganya dengan ilmu-ilmu
Ciri ciri pemikiran teologi modern dan hubunganya dengan ilmu-ilmu
abdul gonde
 
Generasi muda dan perubahan slide
Generasi muda dan perubahan slideGenerasi muda dan perubahan slide
Generasi muda dan perubahan slideNur Aisyah Radzuan
 
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhidSejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Muhammad Wisnu D R
 

What's hot (20)

Tauhid ppt
Tauhid pptTauhid ppt
Tauhid ppt
 
Nahdlatul ulama
Nahdlatul ulamaNahdlatul ulama
Nahdlatul ulama
 
Konsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi BeragamaKonsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi Beragama
 
Pemuda dan Kebangkitan Islam
Pemuda dan Kebangkitan IslamPemuda dan Kebangkitan Islam
Pemuda dan Kebangkitan Islam
 
Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.ppt
Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.pptPeranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.ppt
Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.ppt
 
Kerukunan umat beragama
Kerukunan umat beragamaKerukunan umat beragama
Kerukunan umat beragama
 
Jawaban s oal metodologi studi keislaman
Jawaban  s oal metodologi studi keislamanJawaban  s oal metodologi studi keislaman
Jawaban s oal metodologi studi keislaman
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
proses sistematika keilmuan dakwah
 proses sistematika keilmuan dakwah proses sistematika keilmuan dakwah
proses sistematika keilmuan dakwah
 
Materi Dakwah
Materi DakwahMateri Dakwah
Materi Dakwah
 
Gender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islamGender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islam
 
Pemuda dan perubahan
Pemuda dan perubahan Pemuda dan perubahan
Pemuda dan perubahan
 
MODERASI BERAGAMA-Drs. H. Salihin, MA.ppt
MODERASI BERAGAMA-Drs. H. Salihin, MA.pptMODERASI BERAGAMA-Drs. H. Salihin, MA.ppt
MODERASI BERAGAMA-Drs. H. Salihin, MA.ppt
 
Ke imm-an
Ke imm-anKe imm-an
Ke imm-an
 
PHIWM
PHIWMPHIWM
PHIWM
 
PPT MODERASI BERAGAMA.pdf
PPT MODERASI BERAGAMA.pdfPPT MODERASI BERAGAMA.pdf
PPT MODERASI BERAGAMA.pdf
 
Pendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islamPendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islam
 
Ciri ciri pemikiran teologi modern dan hubunganya dengan ilmu-ilmu
Ciri ciri pemikiran teologi modern dan hubunganya dengan ilmu-ilmuCiri ciri pemikiran teologi modern dan hubunganya dengan ilmu-ilmu
Ciri ciri pemikiran teologi modern dan hubunganya dengan ilmu-ilmu
 
Generasi muda dan perubahan slide
Generasi muda dan perubahan slideGenerasi muda dan perubahan slide
Generasi muda dan perubahan slide
 
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhidSejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
Sejarah perkembangan dan pertumbuhan ilmu tauhid
 

Viewers also liked

Teknik mendesain modul diklat
Teknik mendesain modul diklatTeknik mendesain modul diklat
Teknik mendesain modul diklat
nnugraha41
 
Materi Training For Trainer
Materi Training For Trainer Materi Training For Trainer
Materi Training For Trainer Suryadi Saputera
 
TRAINING OF TRAINERS (TOT)
TRAINING OF TRAINERS (TOT)TRAINING OF TRAINERS (TOT)
TRAINING OF TRAINERS (TOT)
Shobrie Hardhi, SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr.
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin Amq
 
tutorial pembuatan modul
tutorial pembuatan modultutorial pembuatan modul
tutorial pembuatan modulRizal55
 
Methodologi pelatihan
Methodologi pelatihanMethodologi pelatihan
Methodologi pelatihan
Ismail Ahmad
 
Pedoman penyusunan kurikulum & modul pel
Pedoman penyusunan kurikulum & modul pelPedoman penyusunan kurikulum & modul pel
Pedoman penyusunan kurikulum & modul pelAghavur Aghavur
 
Skema dan mekanisme pelatihan
Skema dan mekanisme pelatihanSkema dan mekanisme pelatihan
Skema dan mekanisme pelatihanYayasan TERANGI
 
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Akram Atjeh
 
Powerpoint tentang Berbicara
Powerpoint tentang BerbicaraPowerpoint tentang Berbicara
Powerpoint tentang Berbicara
Ikd Kurniawan
 
BAHAN AJAR TRAINING OF TRAINER (ToT ) IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
BAHAN AJAR TRAINING OF TRAINER (ToT ) IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013BAHAN AJAR TRAINING OF TRAINER (ToT ) IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
BAHAN AJAR TRAINING OF TRAINER (ToT ) IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Guru Online
 
Analisis kebutuhan pelatihan
Analisis kebutuhan pelatihanAnalisis kebutuhan pelatihan
Analisis kebutuhan pelatihanPra Muja
 
Tips latihan-cara-berbicara-di-depan-umum-training-kursus-ganesha-public-spea...
Tips latihan-cara-berbicara-di-depan-umum-training-kursus-ganesha-public-spea...Tips latihan-cara-berbicara-di-depan-umum-training-kursus-ganesha-public-spea...
Tips latihan-cara-berbicara-di-depan-umum-training-kursus-ganesha-public-spea...
Ganesha Public Speaking School Bandung Indonesia
 
Pelatihan public speaking
Pelatihan public speakingPelatihan public speaking
Pelatihan public speaking
kipanmulyana
 
Tahapan penyusunan desain pelatihan
Tahapan penyusunan desain pelatihanTahapan penyusunan desain pelatihan
Tahapan penyusunan desain pelatihan
kecamatanlawa
 
Pelatihan Analisa Kebutuhan Pelatihan
Pelatihan Analisa Kebutuhan PelatihanPelatihan Analisa Kebutuhan Pelatihan
Pelatihan Analisa Kebutuhan Pelatihan
Shobrie Hardhi, SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr.
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
Tatik prisnamasari
 

Viewers also liked (20)

Teknik mendesain modul diklat
Teknik mendesain modul diklatTeknik mendesain modul diklat
Teknik mendesain modul diklat
 
Menjadi trainer
Menjadi trainerMenjadi trainer
Menjadi trainer
 
Materi Training For Trainer
Materi Training For Trainer Materi Training For Trainer
Materi Training For Trainer
 
TRAINING OF TRAINERS (TOT)
TRAINING OF TRAINERS (TOT)TRAINING OF TRAINERS (TOT)
TRAINING OF TRAINERS (TOT)
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
 
tutorial pembuatan modul
tutorial pembuatan modultutorial pembuatan modul
tutorial pembuatan modul
 
Methodologi pelatihan
Methodologi pelatihanMethodologi pelatihan
Methodologi pelatihan
 
Pedoman penyusunan kurikulum & modul pel
Pedoman penyusunan kurikulum & modul pelPedoman penyusunan kurikulum & modul pel
Pedoman penyusunan kurikulum & modul pel
 
Penyusunan Modul
Penyusunan ModulPenyusunan Modul
Penyusunan Modul
 
Skema dan mekanisme pelatihan
Skema dan mekanisme pelatihanSkema dan mekanisme pelatihan
Skema dan mekanisme pelatihan
 
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
 
Powerpoint tentang Berbicara
Powerpoint tentang BerbicaraPowerpoint tentang Berbicara
Powerpoint tentang Berbicara
 
BAHAN AJAR TRAINING OF TRAINER (ToT ) IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
BAHAN AJAR TRAINING OF TRAINER (ToT ) IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013BAHAN AJAR TRAINING OF TRAINER (ToT ) IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
BAHAN AJAR TRAINING OF TRAINER (ToT ) IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
 
Analisis kebutuhan pelatihan
Analisis kebutuhan pelatihanAnalisis kebutuhan pelatihan
Analisis kebutuhan pelatihan
 
Tips latihan-cara-berbicara-di-depan-umum-training-kursus-ganesha-public-spea...
Tips latihan-cara-berbicara-di-depan-umum-training-kursus-ganesha-public-spea...Tips latihan-cara-berbicara-di-depan-umum-training-kursus-ganesha-public-spea...
Tips latihan-cara-berbicara-di-depan-umum-training-kursus-ganesha-public-spea...
 
Pelatihan public speaking
Pelatihan public speakingPelatihan public speaking
Pelatihan public speaking
 
Tahapan penyusunan desain pelatihan
Tahapan penyusunan desain pelatihanTahapan penyusunan desain pelatihan
Tahapan penyusunan desain pelatihan
 
Materi public speaking
Materi public speakingMateri public speaking
Materi public speaking
 
Pelatihan Analisa Kebutuhan Pelatihan
Pelatihan Analisa Kebutuhan PelatihanPelatihan Analisa Kebutuhan Pelatihan
Pelatihan Analisa Kebutuhan Pelatihan
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
 

Similar to Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nu

Perspektif dakwah islam dalam pengentasan kemiskinan 01
Perspektif dakwah islam dalam pengentasan kemiskinan 01Perspektif dakwah islam dalam pengentasan kemiskinan 01
Perspektif dakwah islam dalam pengentasan kemiskinan 01Muhsin Hariyanto
 
Misi Da'wah dan Perubahan Sosial
Misi Da'wah dan Perubahan SosialMisi Da'wah dan Perubahan Sosial
Misi Da'wah dan Perubahan SosialIdrus Abidin
 
Buku pesantren
Buku pesantrenBuku pesantren
Buku pesantren
Nudly Skater'z
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
AdiBarepPrayitnoJati
 
Paradigma Alquran
Paradigma AlquranParadigma Alquran
Paradigma Alquran
NevandraFp1
 
Abdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosial
Abdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosialAbdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosial
Abdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosial
RehanAskingAlexandri
 
Relasi Antar Agama di Indonesia
Relasi Antar Agama di IndonesiaRelasi Antar Agama di Indonesia
Relasi Antar Agama di IndonesiaSabilul Maarifah
 
Perlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikultur
Perlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikulturPerlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikultur
Perlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikulturFacebook in Education
 
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Asma'ul Khusna
 
Tugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasarTugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasar
haqqinazily
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
naufalando
 
Kel 2 agama (urgensi tauhid sosial)
Kel 2 agama (urgensi tauhid  sosial)Kel 2 agama (urgensi tauhid  sosial)
Kel 2 agama (urgensi tauhid sosial)desliana_korea
 
keadilanan sosial dan pendidikan agama islam PAI.pptx
keadilanan sosial dan pendidikan agama islam PAI.pptxkeadilanan sosial dan pendidikan agama islam PAI.pptx
keadilanan sosial dan pendidikan agama islam PAI.pptx
AgusRiyan6
 
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
Muhyidin Abdillah
 
INTERAKSI MASYARAKAT KOMUNITAS ISLAM BLANGKON DAN KOMUNITAS MUHAMMADIYAH DI D...
INTERAKSI MASYARAKAT KOMUNITAS ISLAM BLANGKON DAN KOMUNITAS MUHAMMADIYAH DI D...INTERAKSI MASYARAKAT KOMUNITAS ISLAM BLANGKON DAN KOMUNITAS MUHAMMADIYAH DI D...
INTERAKSI MASYARAKAT KOMUNITAS ISLAM BLANGKON DAN KOMUNITAS MUHAMMADIYAH DI D...
afiat19
 
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Zukét Printing
 
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Zukét Printing
 
Pengertian dan urgensi muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dan purifikasi
Pengertian dan urgensi muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dan purifikasiPengertian dan urgensi muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dan purifikasi
Pengertian dan urgensi muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dan purifikasicoepoe12
 
Radikalisme
RadikalismeRadikalisme
Radikalisme
dewa sukro
 

Similar to Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nu (20)

Perspektif dakwah islam dalam pengentasan kemiskinan 01
Perspektif dakwah islam dalam pengentasan kemiskinan 01Perspektif dakwah islam dalam pengentasan kemiskinan 01
Perspektif dakwah islam dalam pengentasan kemiskinan 01
 
Misi Da'wah dan Perubahan Sosial
Misi Da'wah dan Perubahan SosialMisi Da'wah dan Perubahan Sosial
Misi Da'wah dan Perubahan Sosial
 
Buku pesantren
Buku pesantrenBuku pesantren
Buku pesantren
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
 
Paradigma Alquran
Paradigma AlquranParadigma Alquran
Paradigma Alquran
 
Abdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosial
Abdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosialAbdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosial
Abdur rafi baktikusuma uts tasawuf problematika sosial
 
Relasi Antar Agama di Indonesia
Relasi Antar Agama di IndonesiaRelasi Antar Agama di Indonesia
Relasi Antar Agama di Indonesia
 
Perlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikultur
Perlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikulturPerlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikultur
Perlu rekonstruksi pembelajaran agama menuju pendidikan multikultur
 
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
 
Tugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasarTugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasar
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
 
Kel 2 agama (urgensi tauhid sosial)
Kel 2 agama (urgensi tauhid  sosial)Kel 2 agama (urgensi tauhid  sosial)
Kel 2 agama (urgensi tauhid sosial)
 
keadilanan sosial dan pendidikan agama islam PAI.pptx
keadilanan sosial dan pendidikan agama islam PAI.pptxkeadilanan sosial dan pendidikan agama islam PAI.pptx
keadilanan sosial dan pendidikan agama islam PAI.pptx
 
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
 
Pkn radikalisme
Pkn radikalismePkn radikalisme
Pkn radikalisme
 
INTERAKSI MASYARAKAT KOMUNITAS ISLAM BLANGKON DAN KOMUNITAS MUHAMMADIYAH DI D...
INTERAKSI MASYARAKAT KOMUNITAS ISLAM BLANGKON DAN KOMUNITAS MUHAMMADIYAH DI D...INTERAKSI MASYARAKAT KOMUNITAS ISLAM BLANGKON DAN KOMUNITAS MUHAMMADIYAH DI D...
INTERAKSI MASYARAKAT KOMUNITAS ISLAM BLANGKON DAN KOMUNITAS MUHAMMADIYAH DI D...
 
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
 
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
Filsafat Pesantren Peran dan Kontribusi Masyarakat Pesantren dalam Berbangsa ...
 
Pengertian dan urgensi muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dan purifikasi
Pengertian dan urgensi muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dan purifikasiPengertian dan urgensi muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dan purifikasi
Pengertian dan urgensi muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dan purifikasi
 
Radikalisme
RadikalismeRadikalisme
Radikalisme
 

More from Ahmad Rouf

Retorika dakwah ans mkl
Retorika dakwah ans mklRetorika dakwah ans mkl
Retorika dakwah ans mklAhmad Rouf
 
Panduan membentuk ans mkl
Panduan membentuk ans mklPanduan membentuk ans mkl
Panduan membentuk ans mklAhmad Rouf
 
Aswaja an-nahdliyah
Aswaja an-nahdliyahAswaja an-nahdliyah
Aswaja an-nahdliyahAhmad Rouf
 
Aswaja politik
Aswaja politikAswaja politik
Aswaja politikAhmad Rouf
 
Aswaja an nahdliyah nu
Aswaja an nahdliyah nuAswaja an nahdliyah nu
Aswaja an nahdliyah nuAhmad Rouf
 
Akidah ahlussunnah nu
Akidah ahlussunnah nuAkidah ahlussunnah nu
Akidah ahlussunnah nuAhmad Rouf
 

More from Ahmad Rouf (6)

Retorika dakwah ans mkl
Retorika dakwah ans mklRetorika dakwah ans mkl
Retorika dakwah ans mkl
 
Panduan membentuk ans mkl
Panduan membentuk ans mklPanduan membentuk ans mkl
Panduan membentuk ans mkl
 
Aswaja an-nahdliyah
Aswaja an-nahdliyahAswaja an-nahdliyah
Aswaja an-nahdliyah
 
Aswaja politik
Aswaja politikAswaja politik
Aswaja politik
 
Aswaja an nahdliyah nu
Aswaja an nahdliyah nuAswaja an nahdliyah nu
Aswaja an nahdliyah nu
 
Akidah ahlussunnah nu
Akidah ahlussunnah nuAkidah ahlussunnah nu
Akidah ahlussunnah nu
 

Modul dan kurikulum pendidikan dakwah nu

  • 1. Modul dan Kurikulum Pendidikan Dakwah Transformatif PP LAKPESDAM NU 2006 Silahkan mengutip modul dan kurikulum ini dengan syarat mencantumkan sumbernya. Terima kasih 1
  • 3. PENDAHULUAN Islam masuk ke Indonesia tidak dengan jalan peperangan (penaklukan). Islam justru masuk ke Indonesia dengan jalan damai. Dakwah yang dilakukan para penyebar agama Islam di abad ke-16-17 menunjukkkan hubungan yang dialogis, negosiatif, dan adaptif terhadap masyarakat setempat. Inilah yang kemudian menyebabkan Islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia yang sudah sejak lama memeluk agama Hindu dan kepercayaan lokal. Akulturasi dakwah yang dilakukan Walisongo dengan memasukkan unsurunsur Islam ke dalam budaya lokal menarik simpati yang besar dari masyarakat, sehingga proses Islamisasi secara perlahan menyebar ke segala dimensi kehidupan masyarakat. Dakwah yang mencerminkan apresiasi yang besar terhadap kepercayaan masyarakat lokal tanpa menyingkirkan akidah Islam yang harus menjadi keyakinan umat Islam, membuat proses Islamisasi berjalan lancar, dan bahkan dalam periode selanjutnya Islam menjadi agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Namun demikian, seiring dengan perubahan zaman, wajah Islam di Indonesia berubah dari wajah yang damai menjadi wajah yang keras. Berbagai aksi kekerasan atas nama agama, radikalisme, dan terorisme yang terjadi di Indonesia menjadikan wajah Islam Indonesia berubah; keras, militan, dan radikal. Tentu saja, dakwah memiliki pengaruh yang besar di tengah-tengah masyarakat. Karena dakwah lah yang menjadikan kesadaran dan pemahaman keagamaan masyarakat. Karena itulah, strategi dakwah dan penyadaran kepada para da’i memiliki ketertakaitan yang erat dengan seberapa jauh wajah Islam di Indonesia. Keraslunaknya masyarakat dan moderat-radikalnya masyarakat sangat ditentukan oleh strategi dakwah dan pemahaman keagamaan yang diyakini para da’i. Itu sebabnya, dakwah transformatif, yang ditandai dengan pemahaman keagamaan para da’i yang inklusif dan sadar terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapai masyarakat merupakan sesuatu yang mendesak untuk direalisasikan. Pada gilirannya, dengan kemampuan strategi dakwah yang memadai dan pemahaman keagamaan yang luas (komprehensif) masyarakat sebagai objek dakwah akan berubah cara pandang keagamaannya. Pada titik selanjutnya, wajah islam di Indonesia akan kembali seperti pada zaman awal Islam amsuk ke Indonesia; berwajah damai dan akomodatif terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. REFLEKSI Penyebaran Islam yang kontekstual dalam kehidupan masyarakat Indonesia merupakan tantangan besar yang harus dilakukan untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan yang baik dan sejahtera. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi dalam ranah keagamaan dan ranah sosial dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan betapa Islam sebagai agama mayoritas belum mampu menjadi spirit bagi penciptaan kehidupan bermasyarakat secara lebih baik. Hal ini disebabkan pemahaman keagamaan masyarakat masih menujukkan wataknya yang sempit, formalistik, dan tidak membebaskan. 3
  • 4. Dalam ranah keagamaan misalnya, peristiwa aksi kekerasan atas nama agama, radikalisme, dan terorisme yang terjadi di Indonesia merupakan buah dari pemahaman keagamaan keagamaan masyarakat yang belum tuntas tentang makna agama sebagai spirit perdamaian. Norma ajaran Islam yang begitu agung disalahpahami dan disalahtafsirkan sehingga banyak sekali ekspresi beragama yang tidak sejalan dengan visi normatif Islam yang damai. Di Indonesia ini, sudah banyak kita saksikan aksi-aksi kekerasan, seperti pengusiran terhadap kelompok Ahmadiyah yang dianggap sesat, konflik antaragama di Ambon dan Poso, aksi terorisme (bom Bali, J.W. Marriot, dan bom Kuningan), dan aksi kekerasan lainnya yang tidak mendukungan upaya hidup bersama yang toleran dan damai dalam bingkai pluralisme. Ekspresi keagamaan yang ditampilkan oleh umat seringkali mencerminkan wawasan keagamaan yang sempit, sehingga melupakan esensi keberagamaan. Islam seringkali dipahami dalam pengertian legalistik-formalistik yang didasarkan pada ideologi “penegakkan syariat Islam”. Padahal, Islam formalistik justru melupakan esensi dari ajaran dasar Islam, yang menghendaki penciptaan masyarakat majemuk yang egaliter dan sederajat dalam bingkai pluralisme keindonesiaan. Pada gilirannya, pemahaman keagamaan seperti itu justru mengkerdilkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, yang menghendaki kesetaraan umat beragama dan hidup bersama dalam perbedaan (suku, agama, dan golongan) dan praktik beragama yang holistik, tidak sekedar legalistik-formalistik. Kemudian, Islam sering dituduh sebagai agama teroris, tidak peduli terhadap kesadaran sosial, dan agama ekslusif. Citra seperti ini telah membawa perubahan besar bagi umat Islam Indonesia, yang dulunya dikenal santun, toleran, dan tidak keras/militan menjadi radikal dan berlawanan dengan cita-cita sosial-perdamaian. Tentu saja, dakwah memiliki pengaruh yang besar dalam menciptakan pola pemahaman keagamaan di tengah-tengah masyarakat. Karena dakwah lah yang menjadikan kesadaran dan pemahaman keagamaan masyarakat. Karena itulah, strategi dakwah dan penyadaran kepada para da’i memiliki ketertakaitan yang erat dengan seberapa jauh wajah Islam di Indonesia. Keras-lunaknya masyarakat dan moderat-radikalnya masyarakat sangat ditentukan oleh strategi dakwah dan pemahaman keagamaan yang diyakini para da’i. Dalam ranah sosial, Islam seringkali dipahami hanya sebagai persoalan ibadah saja, yang pemaknaannya masih terbatas pada pola hubungan hamba dengan Tuhan (vertikal). Sehingga penyebaran dakwah yang terjadi di masyarakat lebih banyak menyoroti persoalan ibadah kepada Allah SWT secara ekslusif, tanpa memaknainya secara luas. Padahal Islam memiliki spirit pembebasan, yang meniscayakan pola hubungan yang tidak saja vertikal kepada Tuhan, tetapi juga pola hubungan yang horisontal terhadap sesama manusia. Sehingga Islam sebagai agama memiliki tanggung jawab sosial agar masyarakat memiliki perilaku sosial yang bertanggungjawab, transparan, dan berkeadilan. Islam sebagai agama yang membebaskan semestinya mampu menjawab problem-problem kemanusiaan, seperti ketidakadilan, penindasan, kewenangwenangan, dan kemiskinan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Sehingga Islam tidak kehilangan orientasi horisontalnya dalam menjaga hubungan dengan sesama manusia. Belum lagi problem sosial tentang maraknya praktik korupsi yang 4
  • 5. terjadi di masyarakat dan sistem penyelenggaraan negara (birokrasi). Islam yang hanya memiliki orientasi vertikal merupakan karakter Islam yang ekslusif dan tidak memiliki semangan perubahan. Padahal, sejak dari Islam didakwahkan memiliki orientasi kemanusiaan yang sangat kuat agar terjadi keseimbangan sosial dalam masyarakat. Ini semua merupakan bagian dari dakwah agama untuk merubah perilaku masyarakat agar memiliki pemahaman keagamaan yang moderat, inklusif dan toleran serta mampu melakukan perubahan sosial di tengah-tengah masyarakat sebagai bagian dari misi sosial Islam. Kenapa Da’i? Menghadapi tantangan tersebut di atas, maka para aktivis dakwah (daí) memiliki peranan yang strategis dalam merubah pandangan keagamaan masyarakat. Sebab, pemahaman keagamaan masyarakat biasanya sangat dipengaruhi oleh para juru dakwah (ustadz, daí, kyai). Para da’ilah yang ikut mengkonstruk pemahaman keagamaan masyarakat melalui aktivitas dakwah yang dilakukan secara terus-menerus di dalam berbagai kesempatan, baik dalam skala Jum’atan, Bulanan, maupun peringatan-peringatan keagamaan, baik di mushalla, masjid maupun di tempat-tempat terbuka dalam bentuk pengajian umum. Apa yang perlu dilakukan? Oleh karena peranan mereka yang begitu besar dalam memproduksi pemahaman agama masyarakat, maka sangat diperlukan pelatihan yang diikuti oleh para aktivis dakwah, terutama dalam mendorong wawasan keagamaan mereka agar lebih inklusif dan toleran serta dapat memberikan kontribusi bagi perubahan sosial di masyarakat. Jika para aktivis dakwah mampu memahami doktrin agama secara kritis, inklusif dan toleran, maka secara otomatis masyarakat akan mentrasnfer pemahaman yang dimiliki para aktivis dakwah. Dengan demikian, akan tercipta suasana dan ekpresi keberagamaan masyarakat yang sejalan dengan cita-cita Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Selain itu juga, peran da’i di masyarakat tidak lagi hanya berkutat pada dakwah verbal, tetapi lebih luas lagi yakni dakwah bil hal, yakni terlibat langsung dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi masyarakat. Pada gilirannya, dengan kemampuan strategi dakwah yang memadai dan pemahaman keagamaan yang luas (komprehensif), masyarakat sebagai objek dakwah akan berubah cara pandang keagamaannya. Apa itu Dakwah Transformatif Dakwah transformatif merupakan model dakwah, yang tidak hanya mengandalkan dakwah verbal (konvensional) untuk memberikan materi-materi agama kepada masyarakat, yang memposisikan da’i sebagai penyebar pesan-pesan keagamaan, tetapi menginternalisasikan pesan-pesan keagamaan ke dalam kehidupan riil masyarakat dengan cara melakukan pengorganisasian dan pendampingan masyarakat secara langsung. Dengan demikian, dakwah tidak hanya untuk memperkukuh aspek relijiusitas masyarakat melainkan juga memperkukuh 5
  • 6. basis sosial untuk mewujudkan transformasi sosial. Dengan dakwah transformatif, da’i diharapkan memiliki fungsi ganda, yakni melakukan aktivitas penyebaran materi keagamaan dan melakukan pengorganisasian dan pendampingan masyarakat untuk isu-isu korupsi, syariat Islam, konflik antaragama, lingkungan hidup, penggusuran, dan problem kemanusiaan lainnya. TUJUAN 1. Berkembangnya pemahaman keagamaan kritis, inklusif, dan toleran di kalangan para aktivis dakwah secara intensif. 2. Berubahnya pandangan keagamaan para aktivis dakwah dari pemahaman konservatif dan intoleran ke pemahaman agama kritis yang sejalan dengan cita-cita Islam yang paling substansial. 3. Terbekalinya kemampuan para da’i dalam mengorganisir dan mendampingi masyarakat untuk menyelesaikan problem-problem sosial yang dihadapi. 4. Terciptanya perubahan ekspresi dan praktik keagamaan masyarakat melalui aktivitas-aktivitas dakwah yang berwawasan inklusif dan toleran. METODE PELATIHAN Dalam pelatihan ini, metode yang digunakan adalah metode pendidikan orang dewasa, dengan memberi tekanan lebih pada partisipasi aktif dari peserta pelatihan. Selain itu, metode ceramah juga bisa digunakan sebagai media memberikan umpan (in put) kepada peserta untuk kemudian dilanjutkan dengan dialog terbuka. Berbagai macam metode pelatihan bisa diterapkan di sini, asalkan metode-metode tersebut sesuai dengan alur pelatihan yang ada, sesuai dan mempermudah tercapainya tujuan dan out put, serta kondusif dalam menciptakan suasana pelatihan yang tidak kaku. Sebaliknya dapat menjadi daya tarik pelatihan itu sendiri. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelatihan ini yaitu: 1. Ceramah Metode ini dilakukan dengan mendatangkan pembicara/narasumber yang dianggap kompeten terhadap suatu materi pelatihan. Penceramah diharapkan memberikan uraian materi tertentu secara sistematis dengan tujuan meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan. Penceramah juga diharapkan berbagi informasi dan pengetahuan, tetutama temuan-temuan barunya. Untuk menghindari kebosanan, waktu yang dialokasikan kepada penceramah tidak terlalu lama. Alokasi waktu antara 25 menit sampai 30 menit bagi penceramah untuk memberikan uraiannya. Selanjutnya, dengan alokasi waktu yang lebih longgar, dilanjutkan dengan dialog bersama peserta untuk memberikan respon balik. Sebaiknya penceramah tidak hanya duduk di depan, sesekali ia bisa 6
  • 7. berdiri bahkan berjalan mendekati peserta pelatihan selayaknya “fasilitator”. Itu dilakukan supaya suasana forum tidak kaku. 2. Bursa gagasan (brainstorming) Peserta pendidikan diminta memunculkan gagasan terkait dengan kegiatan, untuk kemudian diperdalam dalam diskusi. Semua peserta akan memunculkan pengalaman, harapan, dan gagasannya terkait dengan pendidikan sehingga setiap peserta dapat saling tukar pengalaman dan gagasan secara baik. Bursa gagasan ini diharapkan dapat memunculkan memori peserta terhadap suatu masalah, kasus dan alternatif pemecahannya. 3. Studi Kasus (Case Study) Bahan utamanya adalah adanya deskripsi tentang suatu persoalan yang muncul di tengah masyarakat baik dulu maupun sekarang, bagaimana masyarakat atau elemen lain menghadapi dan menanggapi persoalan tersebut. Kasus-kasus yang diajukan dikaji secara serius dengan melihat latar belakang, materi kasus, aktor-aktor yang terlibat di dalamnya, permasalahan, dan bagaimana menyelesaikan secara tepat. 4. Diskusi Kelas Melalui forum ini semua peserta pelatihan diharapkan berbicara memberikan pendapatnya. Ini penting untuk menumbuhkan keberanian menyampaikan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain. Pada saat yang sama fasilitator berkeliling untuk memastikan setiap peserta menyampaikan pendapatnya. Diskusi di kelas merupakan cara untuk memperdalam permasalahan yang tidak tuntas dalam seminar. 4. Memecah Kebekuan/Pencairan Suasana (Icebreaking) Kegiatan ini cenderung kaya dengan permainan. Tujuannya menciptakan dan memelihara suasana pelatihan menjadi longgar, tidak kaku, dan santai. Kegiatannya bisa berupa bernyanyi, baca puisi, teka-teki. Ice breaking bisa dilakukan pada waktu suasana forum terlihat tegang sehingga suasana kelas menjadi cair dan menyenangkan. 5. Bermain Peran (roleplay) Bermain Peran bertujuan memberi pengertian kepada peserta pelatihan baagaimana memainkan peran dalam kehidupan sehari-hari dan mendapatkan bahan dari pengalamannya sendiri yang kemudian dianalisis. Dari bermain peran ini peserta bisa menarik manfaat mencoba sesuatu yang baru sebelum menerapkannya dalam kenyataan. Dan peserta bisa bersikap obyektif terhadap berbagai peran yang diambil. Sebagai pendekatannya, peserta pelatihan diminta memainkan peran, misalnya, menjadi politisi, korban penggusuran atau peran lainnya. Akan tetapi ini berbeda dengan drama, karena peran-peran tersebut tidak berdasar skenario. Selama permainan ini berlangsung diharapkan ada pengamat yang khsusus mengamatinya. 7
  • 8. 6. Bercerita tentang pengalaman Seorang peserta pelatihan berbicara menyampaikan pengalamannya terkait persoalan yang dialami dalam komunitasnya, untuk kemudian didiskusikan bersama. Tujuannya berbagi pengalaman kepada sesama peserta. 7. Diskusi kelompok Pendekatan ini efektif untuk memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan dalam bertukar pikiran dan pengalaman terhadap suatu permasalahan; mencakup di dalamnya bagaimana berpikir dan mencari jalan keluar atas permasalahan yang didiskusikan. Tujuan dari metode ini yaitu meningkatkan kemampuan berpartisipasi secara aktif, juga berbagi teori-teori atau konsep-konsep yang diketahui terkait dengan pengalaman peserta untuk kemudian merumuskan jalan atau solusinya. Untuk menerapkan metode ini, peserta pelatihan sebelumnya dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Cara membagi kelompok bisa dengan cara, misalnya, berdasar perimbangan perwakilan daerah asal peserta. Juga bisa dengan cara meminta peserta berhitung dari 1 s/d 4 (jika kelompok yang kehendaki adalah 4 orang tiap kelompok). Kemudian kelompok satu terdiri dari para peserta yang menyebut hitungan satu. Begitu seterusnya untuk kelompok 2 atau 3, sesuai dengan banyaknya kelompok yang diinginkan. ALUR PELATIHAN Program pelatihan dakwah ini menggunakan alur program yang mengandalkan refleksi dan aksi (lapangan) yang dilakukan secara simultan. Sehingga setiap kali ada refleksi yang dilakukan dalam bentuk pelatihan, pada tahap berikutnya akan dibarengi dengan aksi di lapangan secara langsung di masyarakat. Gambaranya, jika peserta sudah mendapatkan pelatihan/pendidikan di kelas, setelah itu peserta akan langsung diterjunkan di lapangan (dakwah di masyarakat) dengan membawa bekal pelatihan/pendidikan yang sudah didapatkan di kelas. Proses aktivitas di lapangan ini kembali akan direfleksikan dalam kelas (sesi pelatihan/pendidikan berikutnya; daurah kedua dan seterusnya). 8
  • 9. STRUKTUR DAN ALUR PELATIHAN DAKWAH TRANSFORMATIF Input Daurah I Input Input Sharing Pengalaman Materi Agama (KWA= al-Qur’an dan Tafsir) Materi Sosial (Globalisasi dan Ansos Struktural) GOAL -Da’i dapat memposisiskan Islam sebagai teks dan pemahaman sebagai realitas -Da’i dapat membaca problem yang dihadapinya dalam konteks lokal, nasional, dan global Input Input Refleksi Daurah II (Hasil Aksi Lapangan) Input Materi Agama/KWA (Fiqih, Ushul Fiqh, dan Kaedah Fiqih) Materi Sosial (Advokasi dan Pengorganisasian) GOAL -Da’i dapat memposisiskan Islam sebagai teks dan pemahaman sebagai realitas -Da’i mengenal dan dapat melakukan advokasi dan pengorganisasian masyarakat Refleksi Daurah III (Hasil Aksi Lapangan) Materi Agama/KWA (Pluralisme, HAM, dan Gender) Materi Sosial Manajemen Konflik dan Analisis Gender) GOAL -Da’i semakin memperkuat pemahaman keagamaan kritis dan pluralis berperspektif jender -Da’i mampu dan terlibat dalam menyelesaikan konflik di daerahnya REKRUITMEN DAN KUALIFIKASI PESERTA Sebelum dilaksanakan pelatihan dakwah di daerah, terlebih dahulu dilakukan proses seleksi dan rekruitmen peserta yang terbagi dalam empat daerah dengan komposisi: 8 peserta berasal dari Jawa Timur, 7 peserta dari Jawa Barat, 5 peserta dari Sulawesi Selatan, dan 5 peserta dari Sumatera Barat) yang akan mengikuti seluruh proses pendidikan (3 kali putaran). Sehingga total peserta 9
  • 10. berjumlah 25 orang. Seleksi administrasi akan dilakukan oleh Lakpesdam, sedangkan seleksi kualitatif (kemampuan membaca kitab kuning) akan dilakukan oleh kyai pesantren di daerahnya masing-masing. Syarat-syarat peserta adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bisa membaca Kitab Kuning Mempunyai jama’ah atau basis dampingan Berprofesi sebagai muballigh Usia 25-35 tahun Bersedia mengikuti program hingga akhir Lulus Pre-test Membuat rencana kerja MATERI PELATIHAN Pelatihan dilakukan dalam tiga putaran (daurah) dengan komposisi peserta sama dari putaran pertama hingga putaran ketiga. Di setiap akhir pelatihan akan dibuatkan rencana aksi di daerah sesuai dengan isu yang sedang dihadapi masyarakat daerah. Materi Putaran Pertama (Daurah Ula) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Perkenalan dan Kontrak Belajar Refleksi dan Sharing Pengalaman Analisis Sosial untuk Globalisasi Teknik Analisa Sosial Struktural Kritik Wacana Agama Kesepakatan Aksi Evaluasi Materi Putaran Kedua (Daurah Tsaniyah) 1. Refleksi 2. Kritik Wacana Agama 3. Advokasi 4. Pengorganisasian 5. Kesepakatan Aksi 6. Evaluasi 10
  • 11. Materi Putaran Ketiga (Daurah Tsalitsah) 1. Refleksi 2. Kritik Wacana Agama 3. Manajemen Konflik 4. Analisis Gender 5. Kesepakatan Aksi 6. Evaluasi 11
  • 12. KURIKULUM DAURAH PERTAMA MATERI PERKENALAN I. Tujuan 1. Peserta, fasilitator, dan panitia saling mengenal nama dan latar belakangnya masing-masing (nama, usia, organisasi, alamat, asal daerah, dan yang lainnya). 2. Menciptakan suasana interaktif dan terbuka yang jauh dari sikap canggung dan beban psikologis antara peserta, fasilitator, dan penyelenggara agar dapat terbina kerjasama yang solid selama proses pendidikan dan pelatihan berlangsung. 3. Peserta, fasilitator, dan panitia mengetahui pengalaman masingmasing yang menangkan maupun yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kegiatan ataupun perjuangannya. II. Pokok-pokok bahasan 1. Perkenalan diri semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan (fasilitator, peserta, panitia dan seluruh pihak yang terlibat dalam proses pelatihan). 2. Menciptakan iklim kebersamaan antar peserta pelatihan. 3. Pengalaman-pengalaman peserta yang dimungkinkan akan mendinamisir pelatihan. III. Metode Permainan IV. Waktu 60 menit (1 sesi) V. Proses kegiatan 1. Bagikan setengah kertas plano kepada peserta dan minta peserta untuk menuliskan: a. Data pribadi (nama, alamat, status, dll) b. Mengapa mereka mengikuti pelatihan c. Pendapat-pendapat tentang realitas sosial yang ada d. Beberapa pengetahuan tentang dakwah 2. Setelah selesai minta masing-masing peserta menempel di dinding atau pun papan di sekitar ruangan. 3. Persilahkan peserta membaca satu persatu apa yang dituliskannya dan minta penjelasan kalaupun itu berupa gambar. 12
  • 13. 4. Sebagai upaya mempererat dan mengenal lebih jauh, ajak peserta bermain dalam lingkaran. Minta seluruh peserta pindah dari kursinya dan membentuk lingkaran. 5. Persilahkan peserta untuk menempati tempat duduknya seperti semula. VI. Alat Bantu 1. Papan tulis, kertas plano, potongan kertas, meta plan, dan spidol 2. Alat peraga permainan 3. Alat tulis untuk semua peserta KONTRAK BELAJAR I. Tujuan 1. Menggali harapan, kekhawatiran dan kebutuhan terhadap pelatihan yang sedang diikuti dan untuk selanjutnya menjadi bahan acuan bagi proses penyelenggaraan pelatihan, baik dalam pengertian teknis maupun substansial. 2. Menyepakati pokok-pokok bahasan utama pelatihan (jadual acara, materi, metode, tata tertib, penataan ruangan, pembagian tugas, dll. 3. Menumbuhkan kesiapan peserta untuk terlibat aktif dalam proses pelatiahn yang bersifat partisipatoris. II. Pokok-pokok bahasan 1. Orientasi belajar (citra diri, membangun visi dan misi, identitas forum, dan kebersamaan). 2. Mengenalkan metode pelatihan, kegunaan metode dalam pelatihan dan cara menggunakan metode. 3. Kesepakatn belajar (membuat jadual pelatihan, tata tertib, dan kesepakatan-kesepakatan lainnya. III. Metode 1. Diskusi 2. Brainstorming IV. Waktu 90 menit (1 sesi) V. Proses kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan dan target kegiatan secara singkat. 13
  • 14. 2. Fasilitator memaparkan alur kegiatan, jadwal serta tatib tentatif, dilanjutkan dengan menjelaskan secara singkat dari masing-masing tersebut. 3. Melalui meta plan, peserta diminta menuliskan harapan dan kebutuhan pendidikan dan pelatihan. Setelah meta plan terisi, peserta menempelkannya di depan. 4. Fasilitator bersama peserta mengidentifikasi dan menklasifikasi kartu-kartu yang tertempel di depan menjadi beberapa kelompok. 5. Dipandu fasilitator, peserta membahas hasil identifikasi dan klasifikasi di atas, sehingga menjadi harapan dan kebutuhan bersama yang juga harus diwujudkan secara bersama-sama. 6. Setelah itu, fasilitator mengajak peserta untuk membahas jadwal tentatif dan bentuk metode kegiatan sebagai aturan main kegiatan. 7. Fasilitator menutup sesi. VI. Alat Bantu 1. Papan tulis, kertas plano, potongan kertas, meta plan, dan spidol 2. Alat peraga permainan 3. Alat tulis untuk semua peserta REFLEKSI I. Tujuan 1. Peserta menyampaikan pengalamannya tentang realitas masyarakat dan problem-problem yang dihadapinya. 2. Peserta dapat memahami adanya keterkaitan antara realitas dan sistem dan cara dakwah yang terjadi selama ini. 3. Peserta dapat merumuskan upaya-upaya penyelesaian dari dinamika problem lokal masing-masing. II. Pokok-pokok bahasan 1. Realitas masyarakat - Faktor penyebab ketidakadilan di masyarakat - Potensi-potensi konflik di masyarakat - Faktor penyebab sikap intoleran di masyarakat 2. Sistem dakwah - Makna dakwah - Tujuan dakwah - Metode dakwah - Materi dakwah - Kualitas da’i III. Metode - Curah pendapat 14
  • 15. - Brainstorming Kaji kasus IV. Waktu 240 menit (2 sesi) V. Proses kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang tujuan dari sesi ini secara singkat. 2. Fasilitator mempersilahkan peserta melakukan brain storming seputar issue yang berkaitan dengan materi pokok bahasan. 3. Fasilitator menuliskan pokok-pokok/garis besar hasil sharing masing-masing peserta, mengidentifikasi dan mengeksplorasinya lebih lanjut bersama peserta kegiatan. 4. Fasilitator menutup sesi. VI. Alat Bantu 1. Kertas Plano 2. Spidol 3. Double tip KRITIK WACANA AGAMA I. Tujuan 1. Peserta memahami proses pembentukan pemahaman keagamaan yang dianut masyarakat umumnya. 2. Peserta dapat merumuskan formula bagaimana menyampaikan materi yang memiliki beragam penafsiran. II. Pokok-pokok bahasan 1. Posisi al-Qur’an dan Tafsir 2. Dekonstruksi terhadap pesan-pesan agama mainstream -Jihad -Non muslim 3. Relasi agama dan problem kemanusiaan III. Metode 1. Diskusi narasumber 2. Diskusi kelompok 4. Kaji kasus/kaji nash IV. Waktu 360 menit ( 3 sesi) 15
  • 16. V. Proses Kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses yang akan dilakukan selama sesi ini. 2. Mulailah dengan pengantar diskusi dengan catatan batasanbatasan bahasan yang akan menjadi pokok bahasan (Perkenalkan narasumber, lalu persilahkan narasumber untuk memulai presentasinya, dan ingatkan batas waktu diskusi) 3. Narasumber memberi pengantar awal diskusi yang bisa saja dengan model ceramah atau model menfasilitasi. 4. Berdasarkan presentasi dari narasumber, persilahkan peserta melakukan tanggapan dengan narasumber baik berupa pertanyaan, klarifikasi, mengaitkan dengan pengalamannya atau menolak. 5. Tulis pokok-pokok pikiran yang penting sebagai bahan untuk melakukan diskusi kelompok sebagai bentuk pendalaman terhadap materi. 6. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta mendiskusikan pokok bahasan : 1) Posisi al-Qur’an dan Tafsir. 2) Pesan-pesan agama dominan (Jihad, syariat, perempuan, dan non muslim). 3) Relasi agama dan problem kemanusiaan. 7. Sebelum masing-masing kelompok berdiskusi, bagikan lembar kasus/nash untuk dibaca terlebih dahulu. 8. Setelah diskusi kelompok, dilanjutkan dengan pleno, dimana masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan membuka dialog guna menerima tanggapan dari kelompok lain; begitu seterusnya bergantian. 9. Fasilitator selanjutnya mengeksplorasi persoalan-persoalan krusial dalam diskusi itu; klasifikasi persoalan sesuai tiga pokok bahasan di atas. 10. Fasilitator menyampaikan beberapa catatan hasil diskusi kelompok kepada narasumber/pembicara; meminta dia menyampaikan respon atas hal tersebut. 11. Dialog bersama peserta 12. Fasilitator mengakhiri sesi VI. Alat bantu 1. Makalah 2. Lembar kodifikasi teks 3. Spidol/ Lakban 16
  • 17. ANALISA SOSIAL I. Tujuan 1. Peserta mampu melakukan analisis peta kepentingan beragam pihak dalam suatu masyarakat. 2. Peserta mampu memahami adanya struktur yang menindas dalam sebuah masyarakat. II. Pokok-pokok bahasan 1. Globalisasi dan Dampaknya terhadap kehiudupan masyarakat: -Ideologi globalisasi -Sejarah Globalisasi -Aktor yang bermain dalam Arus Besar Globalisasi -Perangkat aturan yang terkait dengan Globalisasi 2. Perspektif Islam atas Globalisasi III. Metode 1. Ceramah 2. Diskusi/tanya jawab 3. Kaji kasus 4. Pemutaran film IV. Waktu 240 menit (2 sesi) V. Proses Kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses yang akan dilakukan selama sesi ini. 2. Mulailah dengan pengantar diskusi oleh narasumber (Perkenalkan narasumber, lalu persilahkan narasumber untuk memulai presentasinya, dan ingatkan batas waktu diskusi) 3. Narasumber memberi pengantar awal diskusi yang bisa saja dengan model ceramah atau model menfasilitasi. 4. Berdasarkan presentasi dari narasumber, persilahkan peserta melakukan tanggapan dengan narasumber baik berupa pertanyaan, klarifikasi, mengaitkan dengan pengalamannya atau menolak. 5. Tulis pokok-pokok pikiran yang penting sebagai bahan untuk melakukan diskusi kelompok sebagai bentuk pendalaman terhadap materi. 6. Peserta dibagi menjadi dua kelompok dan diminta mendiskusikan pokok bahasan: 1) Globalisasi dan 2) Perspektif Islam tentang globalisasi. 7. Sebelum masing-masing kelompok berdiskusi, bagikan lembar kasus/nash untuk dibaca terlebih dahulu. 8. Setelah diskusi kelompok, dilanjutkan dengan pleno, dimana masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi 17
  • 18. kelompoknya dan membuka dialog guna menerima tanggapan dari kelompok lain; begitu seterusnya bergantian. 9. Fasilitator selanjutnya mengeksplorasi persoalan-persoalan krusial dalam diskusi itu; klasifikasi persoalan sesuai tiga pokok bahasan di atas. 10. Fasilitator menyampaikan beberapa catatan hasil diskusi kelompok kepada narasumber/pembicara; meminta dia menyampaikan respon atas hal tersebut. 11. Dialog bersama peserta 12. Fasilitator mengakhiri sesi VI. Alat Bantu 1. Makalah 2. Lembar kodifikasi teks 3. Spidol 4. Lakban ANALISA SOSIAL STRUKTURAL I. Tujuan 1. Peserta memahami alat untuk melihat struktur yang menindas dalam suatu struktur sosial. 2. Peserta mampu mengidentifikasi kepentingan atau ideologi yang berkembang dalam masyarakat. II. Pokok-pokok bahasan 1. Pengantar Analisa Sosial Struktural (Pengertian, Asal-usul, dan Kenapa perlu Ansos Struktural) 2. Tehnik Analisa sosial struktural III. Metode 1.Penugasan/praktek 2.Kerja kelompok 3.Diskusi kelompok VI. Waktu 240 menit (2 sesi) VII. Proses Kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses yang akan dilakukan selama sesi ini. 2. Awali dengan penjelasan tentang kerangka kerja yang akan dilakukan. 3. Peserta dibagi menjadi dua kelompok dan diminta mendiskusikan pokok bahasan inti. 18
  • 19. 4. Sebelum masing-masing kelompok berdiskusi, bagikan lembar kasus/nash untuk dibaca terlebih dahulu. 5. Setelah diskusi kelompok, dilanjutkan dengan pleno, dimana masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan membuka dialog guna menerima tanggapan dari kelompok lain; begitu seterusnya bergantian. 6. Fasilitator selanjutnya mengeksplorasi persoalan-persoalan krusial dalam diskusi itu; klasifikasi persoalan sesuai tiga pokok bahasan di atas. 7. Fasilitator menyampaikan beberapa catatan hasil diskusi kelompok kepada narasumber/pembicara; meminta dia menyampaikan respon atas hal tersebut. 8. Dialog bersama peserta 9. Fasilitator mengakhiri sesi 10. Berikan bacaan sebagai VI. Alat bantu 1. Makalah 2. Lembar kodifikasi teks 3. Spidol 4. Lakban 19
  • 20. KESEPAKATAN AKSI I. Tujuan 1. Ada kesepakatan untuk melakukan aksi (pemetaan dan pengorganisasian) sebagai bentuk tindak lanjut kegiatan yang telah dilakukan. 2. Peserta paham dan menguasai teknik/manajemen aksi. II. Pokok-pokok bahasan 1. Apa yang perlu dilakukan? 2. Bagaimana caranya? 3. Dukungan Lakpesdam? III. Metode 1. Diskusi 2. Brainstorming IV. Waktu 120 menit (1 sesi) V. Proses Kegiatan 1. Fasilitator membuka sekaligus menyampaikan tujuan dari sesi ini. 2. Agar pembahasan kegiatan aksi tidak memakan waktu, maka sebaiknya ada draft tentatifnya, yang memaparkan gambaran kegiatan aksi yang meliputi bentuk aksi, cara melakukannya dan siapa saja yang dilibatkan dalamnya. 3. Fasilitator memandu forum untuk membahas draft dimaksud, draft berisi rumusan kegiatan penting yang akan dilaksanakan pasca pendidikan. 4. Untuk membahas teknis secara lebih rinci, fasilitator bersama (kordinator program) bisa mendiskusikannya bersama peserta. 5. Sedari awal pembahasan tersebut dituangkan dalam plano dan disepakati sebagai guide kegiatan yang harus dilaksanakan. 6. Fasilitator mempertegas garis-garis besar atas hasil pembahasan kegiatan aksi. 7. Sesi ditutup oleh Fasilitator. VI. Alat bantu 1. Kertas Plano dan spidol 2. Draft tentatif kegiatan aksi 20
  • 21. EVALUASI DAN PENUTUPAN I. Tujuan 1. Peserta mampu mengungkapkan kembali pengalamannya sejak awal sampai akhir kegiatan, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan apa saja selama proses latihan berlangsung. 2. Peserta mampu memberikan respon balik dan kritikan terhadap proses pelaksanaan kegiatan serta saran-saran mereka untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan berikutnya. 3. Peserta mampu menangkap peran baru yang akan mereka ambil sesudah mengikuti kegiatan. II. Pokok-pokok bahasan 1. Review dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan 2. Kesimpulan dan saran III. Metode 1. Angket, Diskusi 2. Brainstorming 3. Menulis ungkapan umpan balik IV. Waktu 60 Menit (1 sesi) V. Proses kegiatan 1. Faslitator membuka sesi dan secara singkat memaparkan tujuan evaluasi 2. Fasilitator membagikan metaplan kepada peserta, selanjutnya peserta diminta menuliskan kekurangan dan kelebihan yang berkaitan dengan prosesi kegiatan, mencakup infrastruktur, materi, fasilitator, penyelenggara, pembicara/narasumber, metode, peserta, suasana dan sistem kelekatan berdasar penilaian peserta. 3. Setelah itu, fasilitator meminta masing-masing peserta secara bergiliran maju ke depan dan menempelkan kertas/meta plannya sesuai dengan klasifikasinya. 4. Fasilitator mempersilahkan beberapa peserta membacakan hasil tempelan di depan. 5. Fasilitator menyimpulkan secara garis besar hasil kegiatan di atas. 6. Fasilitator menutup sesi VI. Alat Bantu 1. Spidol 2. Meta plan 21
  • 22. 3. Double tip 4. Formulir evaluasi akhir 22
  • 23. KURIKULUM DAURAH KEDUA KONTRAK BELAJAR I. Tujuan 4. Menggali harapan, kekhawatiran dan kebutuhan terhadap pelatihan yang sedang diikuti dan untuk selanjutnya menjadi bahan acuan bagi proses penyelenggaraan pelatihan, baik dalam pengertian teknis maupun substansial. 5. Menyepakati pokok-pokok bahasan utama pelatihan (jadual acara, materi, metode, tata tertib, penataan ruangan, pembagian tugas, dll. 6. Menumbuhkan kesiapan peserta untuk terlibat aktif dalam proses pelatiahn yang bersifat partisipatoris. II. Pokok-pokok bahasan 5. Orientasi belajar (citra diri, membangun visi dan misi, identitas forum, dan kebersamaan). 6. Mengenalkan metode pelatihan, kegunaan metode dalam pelatihan dan cara menggunakan metode. 7. Kesepakatn belajar (membuat jadual pelatihan, tata tertib, dan kesepakatan-kesepakatan lainnya. III. Metode 1. Diskusi 2. Brainstorming IV. Waktu 90 menit (1 sesi) V. Proses kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan dan target kegiatan secara singkat. 2. Fasilitator memaparkan alur kegiatan, jadwal serta tatib tentatif, dilanjutkan dengan menjelaskan secara singkat dari masing-masing tersebut. 3. Melalui meta plan, peserta diminta menuliskan harapan dan kebutuhan pendidikan dan pelatihan. Setelah meta plan terisi, peserta menempelkannya di depan. 4. Fasilitator bersama peserta mengidentifikasi dan menklasifikasi kartu-kartu yang tertempel di depan menjadi beberapa kelompok. 5. Dipandu fasilitator, peserta membahas hasil identifikasi dan klasifikasi di atas, sehingga menjadi harapan dan kebutuhan bersama yang juga harus diwujudkan secara bersama-sama. 23
  • 24. 6. Setelah itu, fasilitator mengajak peserta untuk membahas jadwal tentatif dan bentuk metode kegiatan sebagai aturan main kegiatan. 7. Fasilitator menutup sesi. VI. Alat Bantu 1. Papan tulis, kertas plano, potongan kertas, meta plan, dan spidol 2. Alat peraga permainan 3. Alat tulis untuk semua peserta REFLEKSI I. Tujuan 1. Peserta menyampaikan pengalamannya tentang apa yang dilakukannya di lapangan. 2. Peserta dapat menganilisis problem yang dihadapi di lapangan. 3. Peserta dapat merumuskan upaya-upaya penyelesaian dari dinamika problem lokal masing-masing. II. Pokok-pokok bahasan 1. Apa yang dilakukan di lapangan 2. Problem dan hambatan dalam aksi lapangan 3. Upaya penyelesaian dinmaika problem yang dihadapi 4. Pelajaran apa ayng dapat diambil dari realitas dakwah yang terjadi III. Metode 1. Curah pendapat 2. Brainstorming 3. Kaji kasus IV. Waktu 240 menit (2 sesi) VII. Proses kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang tujuan dari sesi ini secara singkat. 2. Fasilitator mempersilahkan peserta melakukan brain storming seputar issue yang berkaitan dengan materi pokok bahasan. 3. Fasilitator menuliskan pokok-pokok/garis besar hasil sharing masing-masing peserta, mengidentifikasi dan mengeksplorasinya lebih lanjut bersama peserta kegiatan. 4. Fasilitator menutup sesi. VIII. Alat Bantu 1. Kertas Plano 24
  • 25. 2. Spidol 3. Double tip KRITIK WACANA AGAMA I. Tujuan 1. Peserta memahami proses pembentukan pemahaman keagamaan yang dianut masyarakat umumnya. 2. Peserta dapat merumuskan formula bagaimana menyampaikan materi yang memiliki beragam penafsiran. II. Pokok-pokok bahasan 1. Posisi Fikih, Ushul Fikih, dan Kaedah Fikih dalam Konstruk Pemahaman Islam 2. Dekonstruksi terhadap pesan-pesan agama mainstream - Pluralisme - Aliran Sesat III. Metode 1. Diskusi narasumber 2. Diskusi kelompok 4. Kaji kasus/kaji nash IV. Waktu 480 menit ( 4 sesi) V. Proses Kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses yang akan dilakukan selama sesi ini. 2. Mulailah dengan pengantar diskusi dengan catatan batasanbatasan bahasan yang akan menjadi pokok bahasan (Perkenalkan narasumber, lalu persilahkan narasumber untuk memulai presentasinya, dan ingatkan batas waktu diskusi) 3. Narasumber memberi pengantar awal diskusi yang bisa saja dengan model ceramah atau model menfasilitasi. 4. Berdasarkan presentasi dari narasumber, persilahkan peserta melakukan tanggapan dengan narasumber baik berupa pertanyaan, klarifikasi, mengaitkan dengan pengalamannya atau menolak. 5. Tulis pokok-pokok pikiran yang penting sebagai bahan untuk melakukan diskusi kelompok sebagai bentuk pendalaman terhadap materi. 6. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta mendiskusikan pokok bahasan : 1) Posisi al-Qur’an dan Tafsir. 2) Pesan-pesan agama dominan (Jihad, syariat, perempuan, dan non muslim). 3) Relasi agama dan problem kemanusiaan. 25
  • 26. 7. Sebelum masing-masing kelompok berdiskusi, bagikan lembar kasus/nash untuk dibaca terlebih dahulu. 8. Setelah diskusi kelompok, dilanjutkan dengan pleno, dimana masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan membuka dialog guna menerima tanggapan dari kelompok lain; begitu seterusnya bergantian. 9. Fasilitator selanjutnya mengeksplorasi persoalan-persoalan krusial dalam diskusi itu; klasifikasi persoalan sesuai tiga pokok bahasan di atas. 10. Fasilitator menyampaikan beberapa catatan hasil diskusi kelompok kepada narasumber/pembicara; meminta dia menyampaikan respon atas hal tersebut. 11. Dialog bersama peserta 12. Fasilitator mengakhiri sesi VI. Alat bantu 1. Makalah 2. Lembar kodifikasi teks 3. Spidol 4. Lakban ADVOKASI I. Tujuan 1. Peserta memahami apa advokasi itu 2. Peserta memahami prinsip-prinsip advokasi 3. Peserta memahami bentuk dan strategi advokasi II. Pokok bahasan 1. Apa dan mengapa advokasi 2. Prinsip-prinsip advokasi 3. Strategi dan bentuk advokasi III. Metode 1. Ceramah 2. Diskusi kelompok 3. Tanya jawab 4. Bermain peran IV. Waktu 240 menit (2 sesi) V. Proses kegiatan 1. Fasilitator menyampaikan secara singkat tujuan sesi ini 2. Fasilitator mempersilahkan pemateri untuk menyampaikan uraiannya tentang pokok bahasan 26
  • 27. tersebut di atas, utamanya soal pentingnya materi ini terkait problem kehidupan masyarakat. 3. Dilanjutkan dengan tanya jawab antara pemateri dan peserta. 4. Fasilitator merangkum intisari materi hasil dialog dan kemudian menutup sesi VI. Alat bantu 1. Makalah 2. Spidol 3. Kertas plaano PRINSIP-PRINSIP PENGORGANISASIAN I. Tujuan 1. Peserta mengetahui prinsip-prinsip pengorganisasian 2. Peserta akan terbuka komitmennya dan akan menggunakan prinsip-prinsip dalam melakukan proses pengorganisasian 3. Peserta mengetahui karakter-karakter apa saja yang harus dimiliki seorang organizer 4. Peserta akan memiliki karakter yang mampu memberikan pembelajaran terhadap dirinya dan masyarakat II. Pokok bahasan 1. Prinsip-prinsip pengorganisasian 2. Bagaimana menggunakan prinsip pengorganisasian dalam kehidupan sosial 3. Karakter yang melekat pada seorang organizer 4. Bagaimana karakter yang sesuai dengan kondisi masyarakat III. Metode 1. Diskusi kelompok 2. Curah pendapat IV. Waktu 240 menit ( 2 sesi) V. Proses Kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan dan pokok bahasan dalam sesi ini. 2. Bagi peserta menjadi dua kelompok. Kelompok 1 menjawab pertanyaan: (5 menit). Panduan pertanyaan diskusi kelompok: a. Kelompok 1 (satu) a1. Apa prinsip-prinsip pengorganisasian? a2. Kapan dan dalam kondisi apa prinsip-prinsip itu diterapkan? b. Kelompok II (dua) 27
  • 28. b1. Karakter seperti apa yang harus dimiliki oleh seorang organizer? b2. Bagaimana membangun karakter itu? B3. Sikap utama yang harus dimiliki oleh seorang organizer? 3. Persilahkan masing-masing kelompok mendiskusikan sesuai dengan panduan pertanyaan di atas. Minta rumusan hasil diskusi kelompok ditulis di atas kertas plano atau kertas transparan untuk kemudian dipresentasikan di depan. 4. Persilahkan pesertaa merepresentasikan hasil diskusinya, setelah itu ajak seluruh peserta mendiskusikannya. 5. Lakukan pembahasan terhadap hasil diskusi bersama peserta. Apa yang kurang atau lebih, yang sesuai dan yang tidak sesuai, sehingga ditemukan idealitas tentang prinsip pengorganisasian dan karakter yang harus dimiliki seorang organizer. Catat semuan jawaban peserta di papaan tulis/kertas plano tanpa dikomentari terlebih dahulu. Tarik kesimpulan dari jawabanjawaban peserta dan arahkan kepada bagaimana dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 6. Atas dasar hasil diskusi selama sesi ini, ajak peserta membuat daftar rangkuman mengenai alasan-alasan: a. Adanya prinsip dalam konteks/pengorganisasian dihubungkan dengan demokrasi b. Adanya karakter dan sikap utama yang harus dimiliki untuk menopang prinsip sehingga teraktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. 7. Fasilitator menutup sesi VI. Alat bantu 1. Alat tulis/spidol 2. Kertas plano 3. OHP (jika dipandang perlu) 4. Meta plane KESEPAKATAN AKSI I. Tujuan 1. Ada kesepakatan untuk melakukan aksi (pemetaan dan pengorganisasian) sebagai bentuk tindak lanjut kegiatan yang telah dilakukan. 2. Peserta paham dan menguasai teknik/manajemen aksi. II. Pokok-pokok bahasan 1. Apa yang perlu dilakukan? 2. Bagaimana caranya? 3. Dukungan Lakpesdam? 28
  • 29. III. Metode 1. Diskusi 2. Brainstorming IV. Waktu 120 menit (1 sesi) V. Proses Kegiatan 1. Fasilitator membuka sekaligus menyampaikan tujuan dari sesi ini. 2. Agar pembahasan kegiatan aksi tidak memakan waktu, maka sebaiknya ada draft tentatifnya, yang memaparkan gambaran kegiatan aksi yang meliputi bentuk aksi, cara melakukannya dan siapa saja yang dilibatkan dalamnya. 3. Fasilitator memandu forum untuk membahas draft dimaksud, draft berisi rumusan kegiatan penting yang akan dilaksanakan pasca pendidikan. 4. Untuk membahas teknis secara lebih rinci, fasilitator bersama (kordinator program) bisa mendiskusikannya bersama peserta. 5. Sedari awal pembahasan tersebut dituangkan dalam plano dan disepakati sebagai guide kegiatan yang harus dilaksanakan. 6. Fasilitator mempertegas garis-garis besar atas hasil pembahasan kegiatan aksi. 7. Sesi ditutup oleh Fasilitator. II. Alat bantu 1. Kertas Plano dan spidol 2. Draft tentatif kegiatan aksi EVALUASI DAN PENUTUPAN I. Tujuan 1. Peserta mampu mengungkapkan kembali pengalamannya sejak awal sampai akhir kegiatan, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan apa saja selama proses latihan berlangsung. 2. Peserta mampu memberikan respon balik dan kritikan terhadap proses pelaksanaan kegiatan serta saran-saran mereka untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan berikutnya. 3. Peserta mampu menangkap peran baru yang akan mereka ambil sesudah mengikuti kegiatan. II. Pokok-pokok bahasan a. Review dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan b. Kesimpulan dan saran III. Metode a. Angket, Diskusi b. Brainstorming 29
  • 30. c. Menulis ungkapan umpan balik IV. Waktu 60 Menit (1 sesi) V. Proses kegiatan a. Faslitator membuka sesi dan secara singkat memaparkan tujuan evaluasi b. Fasilitator membagikan metaplan kepada peserta, selanjutnya peserta diminta menuliskan kekurangan dan kelebihan yang berkaitan dengan prosesi kegiatan, mencakup infrastruktur, materi, fasilitator, penyelenggara, pembicara/narasumber, metode, peserta, suasana dan sistem kelekatan berdasar penilaian peserta. c. Setelah itu, fasilitator meminta masing-masing peserta secara bergiliran maju ke depan dan menempelkan kertas/meta plannya sesuai dengan klasifikasinya. d. Fasilitator mempersilahkan beberapa peserta membacakan hasil tempelan di depan. e. Fasilitator menyimpulkan secara garis besar hasil kegiatan di atas. f. Fasilitator menutup sesi VI. Alat Bantu a. Spidol/ Double tip b. Meta plan/ Formulir evaluasi akhir 30
  • 31. KURIKULUM DAURAH KETIGA KONTRAK BELAJAR I. Tujuan 1. Menggali harapan, kekhawatiran dan kebutuhan terhadap pelatihan yang sedang diikuti dan untuk selanjutnya menjadi bahan acuan bagi proses penyelenggaraan pelatihan, baik dalam pengertian teknis maupun substansial. 2. Menyepakati pokok-pokok bahasan utama pelatihan (jadual acara, materi, metode, tata tertib, penataan ruangan, pembagian tugas, dll. 3. Menumbuhkan kesiapan peserta untuk terlibat aktif dalam proses pelatiahn yang bersifat partisipatoris. II. Pokok-pokok bahasan 1. Orientasi belajar (citra diri, membangun visi dan misi, identitas forum, dan kebersamaan). 2. Mengenalkan metode pelatihan, kegunaan metode dalam pelatihan dan cara menggunakan metode. 3. Kesepakatn belajar (membuat jadual pelatihan, tata tertib, dan kesepakatan-kesepakatan lainnya. III. Metode 1. Diskusi 2. Brainstorming IV. Waktu 90 menit (1 sesi) V. Proses kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan dan target kegiatan secara singkat. 2. Fasilitator memaparkan alur kegiatan, jadwal serta tatib tentatif, dilanjutkan dengan menjelaskan secara singkat dari masing-masing tersebut. 3. Melalui meta plan, peserta diminta menuliskan harapan dan kebutuhan pendidikan dan pelatihan. Setelah meta plan terisi, peserta menempelkannya di depan. 4. Fasilitator bersama peserta mengidentifikasi dan menklasifikasi kartu-kartu yang tertempel di depan menjadi beberapa kelompok. 5. Dipandu fasilitator, peserta membahas hasil identifikasi dan klasifikasi di atas, sehingga menjadi harapan dan kebutuhan bersama yang juga harus diwujudkan secara bersama-sama. 31
  • 32. 6. Setelah itu, fasilitator mengajak peserta untuk membahas jadwal tentatif dan bentuk metode kegiatan sebagai aturan main kegiatan. 7. Fasilitator menutup sesi. VI. Alat Bantu 1. Papan tulis, kertas plano, potongan kertas, meta plan, dan spidol 2. Alat peraga permainan 3. Alat tulis untuk semua peserta REFLEKSI I. Tujuan 1. Peserta menyampaikan hasil dan pengalamannya tentang realisasi aksi yang sudah disepakati dalam daurah sebelumnya. 2. Peserta dapat memahami adanya keterkaitan antara dakwah dengan problem sosial yang terjadi selama ini. 3. Peserta dapat merumuskan upaya-upaya penyelesaian dari dinamika problem lokal masing-masing. II. Pokok-pokok bahasan 1. Dakwah dan Realitas masyarakat 2. Faktor penyebab ketidakadilan di masyarakat 3. Upaya penyelesaian atas dinamika masalah di daerah III. Metode 1. Curah pendapat 2. Brainstorming 3. Kaji kasus IV. Waktu 240 menit (2 sesi) V. Proses kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang tujuan dari sesi ini secara singkat. 2. Fasilitator mempersilahkan peserta melakukan brain storming seputar issue yang berkaitan dengan materi pokok bahasan. 3. Fasilitator menuliskan pokok-pokok/garis besar hasil sharing masing-masing peserta, mengidentifikasi dan mengeksplorasinya lebih lanjut bersama peserta kegiatan. 4. Fasilitator menutup sesi. VI. Alat Bantu 1. Kertas Plano 2. Spidol 32
  • 33. 3. Double tip KRITIK WACANA AGAMA I. Tujuan 1. Peserta memahami proses pembentukan pemahaman keagamaan yang dianut masyarakat umumnya. 2. Peserta dapat merumuskan formula bagaimana menyampaikan materi yang memiliki beragam penafsiran. II. Pokok-pokok bahasan 1. Dekonstruksi Fikih Ushul Fikih, dan Kaedah Fikih sebagai konstruk Pemahaman Islam 2. Dekonstruksi terhadap pesan-pesan agama mainstream -Syariat Islam -Perempuan 3. Relasi agama dan problem kemanusiaan III. Metode 1. Diskusi narasumber 2. Diskusi kelompok 3. Kaji kasus/kaji nash IV. Waktu 240 menit ( 4 sesi) V. Proses Kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses yang akan dilakukan selama sesi ini. 2. Mulailah dengan pengantar diskusi dengan catatan batasanbatasan bahasan yang akan menjadi pokok bahasan (Perkenalkan narasumber, lalu persilahkan narasumber untuk memulai presentasinya, dan ingatkan batas waktu diskusi) 3. Narasumber memberi pengantar awal diskusi yang bisa saja dengan model ceramah atau model menfasilitasi. 4. Berdasarkan presentasi dari narasumber, persilahkan peserta melakukan tanggapan dengan narasumber baik berupa pertanyaan, klarifikasi, mengaitkan dengan pengalamannya atau menolak. 5. Tulis pokok-pokok pikiran yang penting sebagai bahan untuk melakukan diskusi kelompok sebagai bentuk pendalaman terhadap materi. 6. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta mendiskusikan pokok bahasan : 1) Posisi al-Qur’an dan Tafsir. 2) Pesan-pesan agama dominan (Jihad, syariat, perempuan, dan non muslim). 3) Relasi agama dan problem kemanusiaan. 33
  • 34. 7. Sebelum masing-masing kelompok berdiskusi, bagikan lembar kasus/nash untuk dibaca terlebih dahulu. 8. Setelah diskusi kelompok, dilanjutkan dengan pleno, dimana masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan membuka dialog guna menerima tanggapan dari kelompok lain; begitu seterusnya bergantian. 9. Fasilitator selanjutnya mengeksplorasi persoalan-persoalan krusial dalam diskusi itu; klasifikasi persoalan sesuai tiga pokok bahasan di atas. 10. Fasilitator menyampaikan beberapa catatan hasil diskusi kelompok kepada narasumber/pembicara; meminta dia menyampaikan respon atas hal tersebut. 11. Dialog bersama peserta 12. Fasilitator mengakhiri sesi VI. Alat bantu 1. Makalah 2. Lembar kodifikasi teks 3. Spidol 4. Lakban MANAJEMEN KONFLIK I. Tujuan 1. Peserta mampu mengidentifikasi akar-akar konflik yang terjadi di masyarakat. 2. Peserta menguasai teknik-teknik dasar tentang manajemen konflik. 3. Peserta mampu mengelola konflik yang terjadi di masyarakat. II. Pokok-pokok bahasan 1. Identifikasi konflik dan potensinya 2. Analisis konflik 3. Metode rekonsiliasi 4. Pencegahan terjadinya konflik kembali III. Metode 1. Diskusi kelompok 2. Bermain peran IV. Waktu 240 menit (2 sesi) 34
  • 35. V. Proses Kegiatan 1. Fasilitator membuka sekaligus menyampaikan tujuan dari sesi ini. 2. Fasilitator memberikan kasus-kasus yang terjadi di masyarakat kepada peserta dalam beberapa kasus yang berbeda. 3. Fasilitator membagi ke dalam tiga kelompok untuk membahas setiap kasus secara berbeda dengan tetap mengingatkan kepada peserta agar fokus pada identifikasi dan analisisnya. 5. Mulailah masing-masing kelompok melakukan analisis terhadap kasus yang telah disediakan, terutama bagaimana mengelola konflik dengan baik. 6. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil analisisnya secara bergantian, sementara fasilitator mencatat poin-poin yang menonjol dalam setiap presentasi. 6. Fasilitator mempertegas garis-garis besar atas hasil presentasi dan mendiskusikan dengan peserta hingga muncul rumusanrumusan yang konkret. 7. Rumusan hasil analisis bersama disimpulkan. 8. Sesi ditutup oleh Fasilitator. VI. Alat bantu 1. Kertas plano dan spidol 2. Draft kasus ANALISIS GENDER I. Tujuan 1. Peserta memahami secara kritis tentang apa itu gender 2. Peserta memahami secara kritis tentang bentuk-bentuk ketidakadilan gender di masyarakat 3. Peserta dapat memiliki sensitifitas gender 4. Peserta memahami strategi dan pendekatan yang efektif dalam mewacanakan kesadaran dan kesetaraan gender II. Pokok bahasan 1. Pengertian gender 2. Problem-problem seputar ketidakadilan gender 3. Gender dalam perspektif agama III. Metode 1. Ceramah 2. Diskusi kelompok 3. Tanya jawab 4. Role playing 5. Studi kasus 35
  • 36. IV. Waktu 120 menit V. Proses Kegiatan 1. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan sesi ini 2. Inventarisasi kondisi alami (kodrati) dan persepsi tentang lelakiperempuan a. Fasilitator meminta peserta menginventarisasi kondisi nyata yang membedakan antara laki-laki dan perempuan b. Fasilitator meminta peserta menginventarisasi penamaan, sifat-sifat penilaian ungkapan-ungkapan dan sikap-sikap yang mereka dengar/ketahui tentang laki-laki dan perempuan. c. Pertanyakan kembali apakah hal-hal yang telah terinventarisasi itu nyata atau tidak. d. Lihat! apakah ada perbedaan antara persepsi umum dan realitas atau tidak. Jika tidak ada coba pertanyakan kembali kondisi riil dengan contoh-contoh jika ternyata ada perbedaan, tanyakan mengapa itu terjadi. e. Inventarisir sebab-sebab yang terungkap, lalu coba klasifikasikan. f. Akibat apa saja yang diterima perempuan? VII. Alat bantu 1. Spidol 2. Kertas plano 3. Makalah EVALUASI DAN PENUTUPAN I. Tujuan 1. Peserta mampu mengungkapkan kembali pengalamannya sejak awal sampai akhir kegiatan, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan apa saja selama proses latihan berlangsung. 2. Peserta mampu memberikan respon balik dan kritikan terhadap proses pelaksanaan kegiatan serta saran-saran mereka untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan berikutnya. 3. Peserta mampu menangkap peran baru yang akan mereka ambil sesudah mengikuti kegiatan. II. Pokok-pokok bahasan 1. Review dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan 2. Kesimpulan dan saran 36
  • 37. III. Metode 1. Angket, Diskusi 2. Brainstorming 3. Menulis ungkapan umpan balik IV. Waktu 60 Menit (1 sesi) V. Proses kegiatan 1. Faslitator membuka sesi dan secara singkat memaparkan tujuan evaluasi 2. Fasilitator membagikan metaplan kepada peserta, selanjutnya peserta diminta menuliskan kekurangan dan kelebihan yang berkaitan dengan prosesi kegiatan, mencakup infrastruktur, materi, fasilitator, penyelenggara, pembicara/narasumber, metode, peserta, suasana dan sistem kelekatan berdasar penilaian peserta. 3. Setelah itu, fasilitator meminta masing-masing peserta secara bergiliran maju ke depan dan menempelkan kertas/meta plannya sesuai dengan klasifikasinya. 4. Fasilitator mempersilahkan beberapa peserta membacakan hasil tempelan di depan. 5. Fasilitator menyimpulkan secara garis besar hasil kegiatan di atas. 6. Fasilitator menutup sesi VI. Alat Bantu 1. Spidol 2. Meta plan 3. Double tip 4. Formulir evaluasi akhir KESEPAKATAN AKSI I. Tujuan 1. Ada kesepakatan untuk melakukan aksi (pemetaan dan pengorganisasian) sebagai bentuk tindak lanjut kegiatan yang telah dilakukan. 2. Peserta paham dan menguasai teknik/manajemen aksi. II. Pokok-pokok bahasan 1. Apa yang perlu dilakukan? 2. Bagaimana caranya? 3. Dukungan Lakpesdam? 37
  • 38. III. Metode 1. Diskusi 2. Brainstorming IV. Waktu 120 menit (1 sesi) V. Proses Kegiatan 1. Fasilitator membuka sekaligus menyampaikan tujuan dari sesi ini. 2. Agar pembahasan kegiatan aksi tidak memakan waktu, maka sebaiknya ada draft tentatifnya, yang memaparkan gambaran kegiatan aksi yang meliputi bentuk aksi, cara melakukannya dan siapa saja yang dilibatkan dalamnya. 3. Fasilitator memandu forum untuk membahas draft dimaksud, draft berisi rumusan kegiatan penting yang akan dilaksanakan pasca pendidikan. 4. Untuk membahas teknis secara lebih rinci, fasilitator bersama (kordinator program) bisa mendiskusikannya bersama peserta. 5. Sedari awal pembahasan tersebut dituangkan dalam plano dan disepakati sebagai guide kegiatan yang harus dilaksanakan. 6. Fasilitator mempertegas garis-garis besar atas hasil pembahasan kegiatan aksi. 7. Sesi ditutup oleh Fasilitator. VII. Alat bantu 1. Kertas Plano dan spidol 2. Draft tentatif kegiatan aksi EVALUASI DAN PENUTUPAN I. Tujuan 1. Peserta mampu mengungkapkan kembali pengalamannya sejak awal sampai akhir kegiatan, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan apa saja selama proses latihan berlangsung. 2. Peserta mampu memberikan respon balik dan kritikan terhadap proses pelaksanaan kegiatan serta saran-saran mereka untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan berikutnya. 3. Peserta mampu menangkap peran baru yang akan mereka ambil sesudah mengikuti kegiatan. II. Pokok-pokok bahasan 1. Review dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan 2. Kesimpulan dan saran III. Metode 1. Angket, Diskusi 38
  • 39. 2. Brainstorming 3. Menulis ungkapan umpan balik IV. Waktu 60 Menit (1 sesi) V. Proses kegiatan 1. Faslitator membuka sesi dan secara singkat memaparkan tujuan evaluasi 2. Fasilitator membagikan metaplan kepada peserta, selanjutnya peserta diminta menuliskan kekurangan dan kelebihan yang berkaitan dengan prosesi kegiatan, mencakup infrastruktur, materi, fasilitator, penyelenggara, pembicara/narasumber, metode, peserta, suasana dan sistem kelekatan berdasar penilaian peserta. 3. Setelah itu, fasilitator meminta masing-masing peserta secara bergiliran maju ke depan dan menempelkan kertas/meta plannya sesuai dengan klasifikasinya. 4. Fasilitator mempersilahkan beberapa peserta membacakan hasil tempelan di depan. 5. Fasilitator menyimpulkan secara garis besar hasil kegiatan di atas. 6. Fasilitator menutup sesi VI. Alat BantuSpidol 1. Meta plan 2. Double tip/ Formulir evaluasi akhir 39
  • 40. Lampiran 1. Analisa Sosial Struktural Tiga Susunan Bangunan Masyarakat dan Pertanyaan Kunci Ekonomi Bahan-bahan baku, peralatan dan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat; cara-cara produksi dan bentuk-bentuk hubungan sosial di dalamnya. Politik Aturan untuk menetapkan dan menegaskan hukum (melalui parlemen, partai politik, polisi, penjara dsb). Kelompok masyarakat yang berkuasa mengendalikan keputusan dan membuat hukumhukum tersebut melayani Pertanyaan Kunci: kepentigan mereka 1. Siapa yang sendiri. menguasai alat produksi atau Pertanyaan Kunci: asset. 1. Peraturan2. Siapa yang peraturan apa menguasai jaluryang ada di daerah jalur distribusi. 2. Siapa yang terlibat 3. Bagaimana nasib dalam pembuatan yang tidak peraturan. menguasai no.1 + 3. Siapa yang 2. diuntungkan oleh peraturan tersebut. 40 Budaya Nilai-nilai, kepercayaan dan adat istiadat yang ada di masyarakat yang disebarluaskan melalui lembaga-lembaga sosial, seperti sekolah, pers dan sebagainya. Pertanyaan Kunci: 1. Nilai-nilai Budaya apa yang hidup dalam masyrakat 2. Nilai agama, budaya apa yang ada di daerah? 3. Siapa yang mempopulerkan 4. Media apa yang dipakai?
  • 41. Lampiran 2. Manajemen Konflik Beberapa pertanyaan kunci dalam pemetaan konflik 1. Siapakah pihak-pihak utama dalam konflik? 2. Siapakah pihak-pihak lain yang terlibat atau berkaitan dengan konflik ini, termasuk kelompok-kelompok kecil dan pihak-pihak luar? 3. Apa hubungan di antara semua pihak itu dan bagaimana caranya pihakpihak itu terwakili? Berbagai aliansi? Orang-orang terdekat? Hubunganhubungan yang retak? Konfrontasi? 4. Apakah ada isu-isu pokok di antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik? 5. Ada hubungan apa antara Anda dengan pihak-pihak dalam konflik? Dalam konteks ini juga akan dicari beberapa pemetaan:  Peta geografis yang menunjukkan tempat dan pihak-pihak yang terlibat.  Pemetaan berbagai isu, terutama untuk menjelaskan di manakah letak isu utama, isu lanjutan, dan faktor pemicunya.  Pemetaan penjajaran kekuasaan.  Pemetaan berbagai kebutuhan dan ketakutan. Matrik Pemetaan Konflik MacamPihak Utama macam Konflik Tanah Pihak Lain Hubungan Antar Pihak Isu Pokok Buruh Nelayan Pluralisme Pada titik selanjutnya juga, identifikasi isu dilakukan dalam tiga wilayah/aspek, yaitu aspek ekonomi, sosial-budaya, dan politik. Bahakn, bisa jadi ketiga aspek ini saling berkaitan menjadi problem laten yang lama tak terpecahkan sehingga ketika ada pemicunya muncul konflik. 41
  • 42. Aspek ekonomi: -Sejauhmanakah konflik itu disebabkan oleh problem ekonomi yang terjadi di mkasyarakat. Apakah terjadi ketimpangan atau ketidakadilan ekonomi yang menjadi penyebab utama konflik. Aspek Sosial: -Apakah ada norma-norma sosial yang menyebabkan suatu kelompok masyarakat memiliki pengetahuan, pandangan, dan sikap tertentu yang pada gilirannya bisa meimbulkan konflik Aspek Politik: -Sejauhmanakah negara/pemerintah membuat suatu kebijakan yang tidak adil kepada suatu kelompok masyarakat. Ketidakadilan politik yang terus-menerus terjadi seringkali menjadi akar konflik masyarakat. Dari ketiga aspek ini manakah yang menjadi isu pokok dalam suati konflik, sehingga mudah diketahui mana yang termasuk isu pokok, pemicu, dan isu lanjutan (perluasan isu konflik). 42
  • 43. Lampiran 3. Analisis Gender Aspek-Aspek Persepsi Umum Laki-laki perempuan Kondisi Alami (Kodrati) Sifat-sifat yang dicitrakan Penilaian yang diberikan Sikap-sikap yang ditujukan Posisi-posisi yang diterima: dalam keluarga dalam masyarakat dalam pekerjaan dalam politik dalam hukum dalam agama dalam moral 43 Realitas
  • 44. Lampiran 4. Panduan Mentoring dan Monitoring Mentoring Dalam pelatihan dakwah trasnformatif ini, pada prinsipnya, mentoring dilakukan untuk mempertemukan konsep dakwah transformatif dengan implementasi di lapangan dengan cara memberikan input kepada para da’i dalam melakukan perubahan di komunitasnya. Proses yang dilakukan adalah memberikan masukan, penelaahan masalah, dan capaian yang diperoleh dalam setiap aksi lapangan. Metode yang digunakan adalah kunjungan lapangan oleh staf program di setiap daerah untuk memastikan proses impelementasi nilai-nilai dakwah transformatif di lapangan. Matrik Mentoring Bentuk Kegiatan Hasil Hambatan Pelajaran yang diambil Rekomendasi Pengajian Umum Pengajian Terbatas (circle group) Pendampingan Masyarakat Monitoring Monitoring dilakukan untuk memberikan pengawasan secara langsung terhadap proses-proses yang terjadi di lapangan. Monitoring dilakukan oleh staf program dalam bentuk kunjungan lapangan ke beberapa lokasi untuk memastikan seberapa jauh inpu-input yang sudah didapatkan para da’i ketika dalam proses pelatihan dakwah transformatif daurah pertama terimplementasi secara maksimal. Secara khusus, monitoring ini menggunakan standar agenda yang disusun secara bertahap (agenda setting). Agenda setting yang ingin ditawarkan menggunakan prinsip button-up, yakni aspirasi dan keinginan berasal dari para peserta dengan mengandalkan pengalaman, kemampuan, stretegi, dan daya dukung. Sehingga corak setting yang berjalan bukan seperti tugas atau kewajiban, melainkan bagian dari bentuk kepedulian dan kepentingan bersama untuk melakukan perubahan di masyarakat. 44
  • 45. Matrik Agenda Setting Tahapan Pelatihan Daurah I Daurah II Daurah III Agenda/Indikator Hasil Hambatan Rekomendasi -Pemetaan masalah di daerah -Mensosialisasikan Islam transformatif dan inklusif -Mengembangkan metode dakwah -Perubahan materi dakwah -Pembuatan jaringan antar komunitas/agama Pendampingan Masyarakat Keterangan: Daurah Pertama: - Pemetaan masalah di daerah, yang terdiri dari problem yang dihadapi, aktor-aktor yang berperan, dan kemampuan untuk melakukan perubahan. - Mensosialisasikan Islam transformatif dalam kegiatan dakwah dengan cara menyisipkan materi dakwah yang biasanya hanya mengandalkan aspek teologis serta cenderung menanamkan fanatisme agama, menjadi materi sosialkeagamaan yang sensitif terhadap problem keadilan dan berwawasan inklusif. - Mengembangkan metode dakwah dari yang monolog menjadi dialog. Dalam dialog inilah komunitas yang didampingi da’i ikut serta dalam memetakan masalah maupun mencari penyelesaian. Daurah Kedua: - Perubahan materi dakwah dari yang teosentris (ketuhanan an sich) ke antroposentris (orientasi sosial-kemanusiaan) - Pengenalan advokasi sosial di tengah-tengah masyarakat Daurah Ketiga Advokasi langsung ke masyarakat dalam menangani masalah-masalah sosial sesuai dengan problem yang dihadapi daerahnya seperti kasus konflik tanah, perburuhan, nelayan, pluralisme (konflik agama), dan politisasi agama. 45