Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Agama memainkan peran penting dalam masyarakat dengan memberikan nilai-nilai moral kepada anggotanya, membentuk institusi untuk mengayomi penganut agama, dan dapat menjadi penyebab konflik apabila digunakan untuk kepentingan politik.
Dialog Kekatolikan dengan Kepercayaan Lokal - Presentasi SGKI - STF Driyarkar...Leonardus Bima S. Laiyanan
PPT Presentasi Matakuliah Sejarah Gereja Katolik di Indonesia
STF Driyarkara 2020
Sebelum kedatangan agama-agama besar di Indonesia, Nusantara telah dihuni oleh penduduk-penduduk yang memiliki ragam penghayatan iman. Setiap daerah memiliki aneka kekhasan dalam menghayati adanya entitas transenden yang memengaruhi hidup personal dan sosial mereka. Kedatangan agama seperti Hindu-Buddha, Islam, dan Kristen memberikan sebuah pandangan hidup baru yang menghadapkan mereka pada dua pilihan, yakni apakah meninggalkan keyakinan leluhur atau menolak bentuk keimanan “impor” tersebut.
Kedatangan para misionaris yang menghadirkan Yesus dan kekatolikan juga memantik reaksi dari para penghayat kepercayaan lokal dalam menafsir apa itu kekatolikan. Untuk memahami dialog antara kekatolikan dan kepercayaan lokal, paper ini hendak menjawab pertanyaan tesis, Bagaimana proses dan buah dari dialog antara kekatolikan dengan agama dan kepercayaan lokal?
ASAL - USUL Agama Kristian
Konsep etika dan moral Agama Kristian
Kesefahaman terhadap konsep etika dan moral dalam agama kristian menyelesaikan isu - isu semasa terutamanya yang terdapat dalam menjawab soalan kefahaman.
Dialog Kekatolikan dengan Kepercayaan Lokal - Presentasi SGKI - STF Driyarkar...Leonardus Bima S. Laiyanan
PPT Presentasi Matakuliah Sejarah Gereja Katolik di Indonesia
STF Driyarkara 2020
Sebelum kedatangan agama-agama besar di Indonesia, Nusantara telah dihuni oleh penduduk-penduduk yang memiliki ragam penghayatan iman. Setiap daerah memiliki aneka kekhasan dalam menghayati adanya entitas transenden yang memengaruhi hidup personal dan sosial mereka. Kedatangan agama seperti Hindu-Buddha, Islam, dan Kristen memberikan sebuah pandangan hidup baru yang menghadapkan mereka pada dua pilihan, yakni apakah meninggalkan keyakinan leluhur atau menolak bentuk keimanan “impor” tersebut.
Kedatangan para misionaris yang menghadirkan Yesus dan kekatolikan juga memantik reaksi dari para penghayat kepercayaan lokal dalam menafsir apa itu kekatolikan. Untuk memahami dialog antara kekatolikan dan kepercayaan lokal, paper ini hendak menjawab pertanyaan tesis, Bagaimana proses dan buah dari dialog antara kekatolikan dengan agama dan kepercayaan lokal?
ASAL - USUL Agama Kristian
Konsep etika dan moral Agama Kristian
Kesefahaman terhadap konsep etika dan moral dalam agama kristian menyelesaikan isu - isu semasa terutamanya yang terdapat dalam menjawab soalan kefahaman.
Pengertian individu,Manusia sebagai Mahluk Social,Pengertian Masyarakat, Pengertian Agama,Fungsi dan tujuan agama dalam masyarakat,Contoh-contoh pelanggaran HAM atas nama AGAMA
-Aspek Ketuhanan dan Kepercayaan Berupaya Membangunkan Tamadun Manusia yang Unggul
-Prinsip kepercayaan kepada tuhan dalam membentuk masyarakat yang berbudi pekerti dan saling menghormati
-keburukan meninggalkan konsep ketuhanan dan kepercayaan dalam kehidupan manusia
-memupuk kesedaran kepercayaan kepada tuhan dalam kalangan masyarakat malaysia
2. PENDAHULUAN
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki
potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan
senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink,
naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa
aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan
(melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda
dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif
atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras,
atau menggunakan narkoba dan main judi).
Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai
dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu
melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah
terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan
dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah
mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak
sesuai dengan ajaran agama.
3. RUMUSAN MASALAH
1. Fungsi Agama dalam Masyarakat
2. Pelembagaan Agama
3. Agama, Konflik dan Masyarakat
4. 1. Fungsi Agama dalam Masyarakat
Fungsi agama dalam masyarakat ada tiga aspek
penting yang selalu dipelajari, yaitu :
KEBUDAYAAN
SISTEM SOSIAL
KEPRIBADIAN
5. KEBUDAYAAN
Fungsi agama dalam melihat kebudayaan pengertiannya
adalah, bahwa kebudayaan itu berwujud suatu kompleks
dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sistem sosial yang terdiri dari aktivitas-
aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi,
berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain, setiap
saat mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata
kelakuan, bersifat kongkret terjadi di sekeliling.
6. SISTEM SOSIAL
Fungsi agama di bidang sosial adalah fungsi
penentu, di mana agama menciptakan suatu
ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota
beberapa mayarakat maupun dalam kewajiban-
kewajiban sosial yang membantu mempersatukan
mereka.
7. KEPRIBADIAN
Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat
dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai
semacam tuntunan umum untuk (mengarahkan) aktivitasnya dalam
masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan
kepribadiannya. Orang tua di mana pun tidak mengabaikan upaya
“moralisasi” anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan
bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan
utamanya. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus
beribadat dengan kontinyu dan teratur, membaca kitab suci dan
berdoa setiap hari, menghormati dan mencintai orang tua, bekerja
keras, hidup secara sederhana, menahan diri dari tingkah laku yang
tidak jujur, tidak berbuat yang senonoh dan mengacau, tidak minum-
minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan tidak
berjudi. Maka perkembangan sosialnya terarah secara pasti serta
konsisten dengan suara hatinya.
8. Dimensi Komitmen Agama
Masalah fungsionalisme agama dapat dinalisis
lebih mudah pada komitmen agama, menurut
Roland Robertson (1984), diklasifikasikan berupa
keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan, dan
konsekuensi.
9. a. Dimensi keyakinan mengandung perkiraan atau harapan bahwa orang yang
religius akan menganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia akan mengikuti
kebenaran ajaran-ajaran agama.
b. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti,
yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata. Ini
menyangkut, pertama, ritual, yaitu berkaitan dengan seperangkat upacara
keagamaan, perbuatan religius formal, dan perbuatan mulia. Kedua, berbakti
tidak bersifat formal dan tidak bersifat publik serta relatif spontan.
c. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama
mempunyai perkiraan tertentu, yaitu orang yang benar-benar religius pada
suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang langsung dan subjektif tentang
realitas tertinggi, mampu berhubungan, meskipun singkat, dengan suatu
perantara yang supernatural.
d. Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan, bahwa orang-orang yang
bersikap religius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok
keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan
mereka.
e. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku
perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.
10. 2. Pelembagaan Agama
Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau
lembaga untuk membimbing, membina dan
mengayomi suatu kaum yang menganut agama.
11. Tipe-Tipe Kaitan Agama dalam
Masyarakat
Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan
tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan sebenarnya secara
utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954) :
a. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.
b. Masyarakat praindustri yang sedang berkembang.
c. Masyarakat - masyarakat industri sekular.
12. a. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-
nilai sakral.
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat
menganut agama yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam
masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke
dalam kelompok aktivitas yang lain. Sifat-sifatnya :
1. Agama memasukkan pengaruhnya yang sakral ke dalam system nilai
masyarakat secara mutlak.
2. Dalam keadaan lain selain keluarga relatif belum berkembang, agama jelas
menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat secara
keseluruhan.
13. b. Masyarakat praindustri yang sedang
berkembang.
Keadaan masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi
yang lebih tinggi dari pada tipe pertama. Agama memberikan arti dan
ikatan kepada system nilai dalam tiap masyarakat ini, tetapi pada saat
yang sama lingkungan yang sakral dan yang sekular itu sedikit-banyaknya
masih dapat dibedakan.
14. c. Masyarakat - masyarakat industri
sekular.
Masyarakat industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin
berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar
penyesuaian - penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting
adalah penyesuaian - penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi
penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat
semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran
dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga
lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas. Watak masyarakat
sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu memberikan
tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek
agama, dan kebiasaan - kebiasaan agama peranannya sedikit.
15. 3. Agama, Konflik dan Masyarakat
Contoh : Konflik Islam dengan Kristen
Konflik ini pada awalnya diilhami oleh kepercayaan bahwa Islam memandang
Nasrani sebagai agama kafir karena mempercayai Yesus sebagai anak Allah,
padahal dalam ajaran Islam Nabi Isa (Yesus) merupakan nabi dan bukanlah tuhan.
Konflik ini pada awalnya hanya pada tataran kepercayaan saja, namun ketika
unsur politis, ekonomi, dan budaya masuk, maka konflik yang bermuara pada
pecahnya Perang Salib selama beberapa abad menegaskan rivalitas Islam-Kristen
sampai sekarang. Konflik itu sendiri muncul ketika Agama Kristen dan Islam
mencapai puncak kejayaannya berusaha menunjukkan dominasinya. Ketika itu
Islam yang berusaha meluaskan pengaruhnya ke Eropa, mendapat tantangan dari
Nasrani yang terlebih dahulu ada dan telah mapan. Puncak pertempuran itu
sebenarnya terjadi ketika perebutan Kota Suci Jerusalem yang akhirnya
dimenangkan tentara salib. Sebagai balasan, Islam kemudian berhasil merebut
Konstatinopel yang merupakan poros dagang Eropa-Asia pada saat itu.
16. KESIMPULAN
Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan
agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah
kehidupan sosial, argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan,
tentang Tuhan dan kesadaran akan maut menimbulkan relegi, dan sila Ketuhanan
Yang Maha Esa sampai pada pengalaman agamanya para tasauf.
Bukti di atas sampai pada pendapat bahwa agama merupakan tempat
mencari makna hidup yang final dan ultimate. Kemudian, pada urutannya agama
yang diyakininya merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan
sosialnya, dan kembali kepada konsep hubungan agama dengan masyarakat, di
mana pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial, dan
individu dengan masyarakat seharusnyalah tidak bersifat antagonis.