Materi Urgensi Dakwah Kampus disampaikan pada Diklat Ekonomi Islam 2018 FOIES STIEM Bongaya Makassar, Bertempat di SIT Al-Ikhtiar Perdos UNHAS Makassar
Materi Urgensi Dakwah Kampus disampaikan pada Diklat Ekonomi Islam 2018 FOIES STIEM Bongaya Makassar, Bertempat di SIT Al-Ikhtiar Perdos UNHAS Makassar
Makalah perjuangan organisasi pergerakan kebangsaan... tugas sejarah mengenai seputar peristiwa yang terjadi di masa lampau. terdapat beberapa organisasi yang pernah terbentuk di masa itu, yang dibahas lengkap dalam materi ini
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
1. 1
Makalah Tugas Dakwah Multikultural
ISLAM INDONESIA:
Islam Nusantara, Islam Moderat
Dosen pengampu: Dr. Andy Dermawan, M.Ag
Disusun Oleh:
Muhyidin Abdillah (17102040083)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2019
2. 2
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah sebuah agama yang diturunkan Tuhan ke muka bumi
sebagai rahmatan lil ‘alamin. Islam pun dikirimkan tidak mengenal ras,
suku, bangsa maupun struktur sosial lainnya. Islam juga dikirim bukan
kepada negara tertentu, komunitas tertentu sehingga mereka diharuskan
tunduk kepada Islam. Risalah Islam adalah panduan dan untuk seluruh
umat manusia. Seperti yang di firmankan oleh Allah dalam Q.S. al-
Anbiya’ ayat 107 yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi alam semesta”. Dalam ayat
tersebut dijelaskan bahwasanya Islam adalah agama yang berbelas kasih
bagi semua makluk. Bisa diartikan bahwasanya islam adalah agama yang
universal, ke- universal-an islam ini dimanifestasikan dalam ajaranya,
yaitu mencakup hokum agama (fiqh), kepercayaan (tauhid), dan etika
(akhlak).1
Melihat dari pernyataan diatas sudah jelas bahwasanya Islam
adalah agama yang menjunjung tinggi toleransi dan saling menghargai,
agama yang menganjurkan untuk saling menyayangi, mengasihi, dan
mengayomi tanpa memandang perbedaan suku, ras, maupun agama. Hal
ini sejalan dengan sistem sosial yang selalu dipegang teguh oleh
masyarakat Indonesia. Indonesia menjadi negara dengan pemeluk agama
islam terbesar di dunia. Berdasarkan data Globalreligiousfutures, jumlah
penduduk Indonesia pada 2010 yang beragama Islam (muslim) sebanyak
209,12 juta jiwa atau setara 87,17% dari total penduduk yang mencapai
239,89 juta jiwa.2
Fakta tersebut tidak memungkiri meskipun Indonesia
bukan negara Islam namun dengan jumlah pemeluk agama islam yang
1
Nur Sahed dan Musari Musari, “The Discourse of Islamic Education Development
Based on Islam Nusantara Concept in IAIN Salatiga”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol 5 No. 1, 2016,
hal 3.
2
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/24/berapa-jumlah-penduduk-
muslim-indonesia (diakses pada tanggal 10 Oktober 2019 jam 6:29 Wib
3. 3
begitu besar sehingga menjadi mayoritas masyarakat yang memeluk
agama islam.
Indonesia adalah salah satu negara yang tidak terpengaruh oleh
arabisasi, sebab masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan, serta masyarakat Indonesia
adalah masyarakat yang multikultur. Namun, tidak berarti Islam yang
mereka anut menyimpang dari kemurnian ajaran Islam itu sendiri.3
Namun akhir-akhir ini multikultural yang selama ini menjadi
identitas masyarakat Indonesia seolah-olah sedang dilukai. Karena,
banyaknya oknum yang ingin mencoba merubah ideologi negara Indonesia
serta banyaknya golongan yang ingin melakukan arabisasi masyarakat
Indonesia. Islam radikal serta gerakan-gerakan yang mengatas namakan
Islam yang melakukan dakwah dengan cara yang kasar, bahkan sampai
melakukan gerakan terorisme dengan dalih ingin berjihad. Bahaya dari
arabisasi atau proses mengidentifikasi diri dengan budaya timur tengah
adalah tercabutnya seorang muslim dari akar budaya sendiri bahkan bisa
lebih dari itu.4
Arabisasi belum tentu cocok dengan kebutuhan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis sebutkan
diatas, maka penulis membuat makalah yang berjudul “Islam Indonesia,
Islam Nusantara, Islam Moderat”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Gambaran Islam di Indonesia?
2. Apa saja yang menjadi akar konflik masalah agama Islam di
Indonesia?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi konflik agama Islam di Indonesia?
3
Hanum Jazimah Puji Astuti, “Islam Nusantara: Sebuah Argumentasi Beragama dalam
Bingkai Kultural”. Interdisciplinary Journal of Communication. Vol. 2. No.1. Juni 2017. hal. 28.
4
Ibid, hal. 31
4. 4
BAB II
Pembahasan
A. Sumber Konflik
Istilah Islam Nusantara akhir-akhir ini selalu menuai pro dan
kontra. Bahkan istilah Islam nusantara banyak menimbulkan polemik
dikalangan masyarakat Indonesia. Bahkan tak sedikit masyarakat
Indonesia yang menolak istilah islam Nusantara ini. Alasan menolak
istilah islam nusantara ini adalah karena tidak sejalan dengan keyakinan
bahwa islam itu satu dan merujuk pada yang satu (sama) yaitu al-Qur’an
dan as-Sunah. Namun, jika melihat kembali bagaimana Konsep dan Proses
masuknya islam di Indonesia ini tidak akan bisa lepas dari konsep islam
nusantara.
Islam datang ke Nusantara sebagai agama yang universal,
sempurna, lentur, elastis dan selalu dapat menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi memberikan dampak yang sangat signifikan bagi kehidupan
masyarakat Indonesia, Islam terus merambat kesemua penjuru bumi
nusantara mengakibatkan bumi nusantara dianggap sebagai suatu negeri
yang sangat kaya dengan budaya. Alasannya, secara ilmiah kehidupan
agama dan budaya sedang memberi suatu ekspose tentang seluk beluk
yang mendasar. Islamisasi melalui pendekatan budaya ini yang menjadi
ciri khas masuknya agama Islam ke Indonesia. Menurut Lathiful Khuluq
dalam Nor Huda disebutkan bahwasanya ada lima fase masuknya agama
Islam ke Indonesia. Pertama, Islamisasi yang dilakukan oleh para
pedagang Muslim dari India dan Arabia kepada komunitas masyarakat
biasa di pesisir utara pulau jawa. Kedua, Islamisasi yang dilakukan oleh
para ulama yang terkenal dengan sebutan “wali sanga”. Ketiga, Islamisasi
dibawah kerajaan Islam Mataram yang berpusat di pedalaman pulau Jawa,
terutama pada , masa Sultan Agung. Keempat, Islamisasi yang diwarnai
dengan makin maraknya gerakan pemurnian Islam yang dibawa ke
Nusantara pada abad ke- 18. Kelima, Islamisasi yang ditandai dengan
5. 5
gerakan reformasi yang dilakukan oleh organisasi-organisasi Islam seperti
Jam’iat al-Khair (1901), Sarekat Islam (1911), Muhammadiyah (1912),
Nahdlatul Ulama’ (1926), dan sebagaiannya.5
1. Akar Konflik
a. Intoleransi
Islam Nusantara adalah islam ala Indonesia yang
menjunjung tinggi nilai toleransi dan menghargai
perbedaan. Namun ada beberapa tragedi yang menjadi
melukai konsep Islam Nusantara yang menjunjung tinggi
konsep tersebut. Seperti tragedi Poso (1998-2001) yang di
produksi oleh konflik antarindividu oleh seorang pemuda
yang sedang mabuk kemudian membacok seorang yang
sedang beribadah di Masjid. Bermula dari kejadian itulah
yang kemudian menjadi bentuk konflik sosial di
masyarakat Poso, 600 rumah dibakar pada masa itu, sekitar
60 ribu masyarakat poso mengungsi. Umat Islam disana
ketakutan karena menganggap Umat Kristiani akan
menghabisinya, begitu pula Umat Kristiani merasa takut
akan dihabisi oleh Umat Islam, Umat Hindu yang berada di
tengah-tengah konflik pun merasa was-was dengan
pergolakan tersebut.6
Tragedi ini yang seolah-olah melukai
konsep Islam ala Nusantara yang ramah, menjunjung tinggi
toleransi, dan saling menghargai.
b. Faham Takfir
Faham takfir merupakan persoalan yang menjadi
masalah penyumbang perpecahan antar umat islam terbesar
di Indonesia. Faham takfir merupaka persoalan pemikiran
5
Nor Huda, Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 40
6
https://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/08/01/ob7tmj385-neraka-poso-
konflik-islamkristen-warga-keturunan-santoso-dan-tibo, diakses pada tanggal 12 Oktober 2019
jam 6:43 Wib
6. 6
dan keyakinan paling penting dan sangat berbahaya yang
dihadapi masyarakat modern saat ini. Fenomena faham
takfir ini sering terjadi karena ada beberapa kelompok
ekstrim yang menganggap bahwa seseorang atau
sekelompok orang yang berbeda dengan prinsip yang
dipegangnya itu disebut kafir.
c. Ekstrimisme (Tatharruf)
Tidak berbeda jauh dengan faham takfir masalah
kelompok ekstrimisme ini juga mengancam Islam ala
Indonesia. Makna asal Tatharuf adalah berada di tepi yang
jauh dari porosnya, yakni menyingkir dan menjauhkan.7
Dari kelompok ekstrimisme inilah maka muncullah gerakan
terorisme di Indonesia.
d. Upaya Mengganti Ideologi Pancasila
Tak cukup hanya sampai disitu, masuknya beberapa
faham yang mencoba merusak ideologi pancasila pun
menjadi konflik di Indonesia. Ada beberapa kelompok yang
ingin mengubaha negara Indonesia dari sistem demokrasi
menjadi negara dengan sistem khilafah. Maka kelompok
inilah yang meresahkan negara dan masyarakat Indonesia.
e. Arabisasi
Akhir-akhir ini sering terkenal istilah “Pemuda
Hijrah” yang perlahan akan mempengaruhi perubahan
kultur dari Islam Nusantara. Dalam Penelitian Abraham Z.
Z. & Dewi A. S. H. ditemukan bahwa (1) Generasi milenial
mempunyai karakteristik out of the box dan selalu
terhubung dengan internet yang berdampak dalam
perubahan kultur dakwah di Indonesia. (2) Media sosial
memberikan kontribusi positif, namun juga terdapat
7
Mohamed M. Emam Dawood. Dkk, Moderat dan Prinsip Kemudahan: Iktiar dalam
Meluruskan Terorisme dan Faham Takfir, (Yogyakarta: Idea Press, 2017), hal. 132-133
7. 7
goresan yang menimbulkan reaksi, yaitu dengan mudah
tersebar ujaran kebencian, ketidakinginan mencari sumber
primer dan masalah menyeleksi kualitas pendakwah. (3)
Mencermati generasi milenial yang memiliki ciri toleran,
pluralis, serta dapat menghargai perbedaan dan
keberagaman yang melahirkan peluang besar dalam
perkembangan dakwah Islam moderat di Indonesia.8
B. Solusi dalam Penyelesain Masalah Islam di Indonesia
Islam seolah-olah menjadi sasaran empuk dalam setiap konflik
yang menyangkut urusan agama. Seperti halnya di Indonesia ketika ada
sebuah konflik baik individu ataupun antarindividu yang menimbulkan
konflik sosial akan disangkut pautkan dengan agama yang dipeluk oleh
individu tersebut. Seperti konflik Poso, Ambon, Cikeusik dan lain-lain.
Konflik ini terjadi dengan dilatar belakangi konflik individu yang
kemudian menjadi konflik sosial. Konflik juga sering terjadi dikalangan
generasi milenial yang setiap hari di jejali berbagai macam informasi yang
belum tentu kebenerannya. Konflik-konflik itulah yang kemudian akan
merubah dan merusak kultur masyarakat Indonesia yang dikenal dengan
Islamnya yang damai, toleran dan menjunjung tinggi budaya. Masalah-
masalah diatas menjadi masalah serius yang dapat mengancam negara
Indonesia ini. berikut beberapa solusi yang penulis berikan dalam
mengurai dan menyelesaikan konflik-konflik tersebut.
1. Mengenal dan memahami Islam Nusantara
Islam Nusantara adalah islam yang bergaya ala budaya
Nusantara, Islam yang sama dengan Islam lainnya di belahan
dunia lainnya. Islam yang menjunjung tinggi budaya,
menghargai perbedaan, serta toleransi. Jika kita menelisik
beberapa kejadian di Timur tengah Islam yang seharusnya
8
Zulhazmi, A. Z., & Hastuti, D. A. “Da’wa, Muslim Millennials and Social Media”.
Lentera, Vol. II No.2, Desember 2018, hal. 121–138.
8. 8
menjadi rahmatan lil ‘alamin terlukai karena beberapa konflik
yang terjadi. Seperti konflik di Suriah yang tak kunjung selesai,
pemuda Mesir yang kehilangan identitas Mesirnya dan lain-
lain. Begitu pula di Indonesia hal serupa seiring dengan
berkembangnya semakin menggerus kultur masyarakat
Indonesia dikarenakan sebuah fenomena arabisasi sejumlah
faham Islam garis keras yang masuk ke Indonesia.
Untuk mencegah penggerusan kultur masyarakat Indonesia
sebaiknya masyarakat kembali dikenalkan dengan sejarah dan
konsep Islam Nusantara ala wali sanga yang membawa masuk
agama Islam ke Indonesia. Konsep beragama yang
akulturasikan dengan nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia.
Akulturasi budaya inilah yang menjadi karakteristik dari
konsep Islam Nusantara.
Islam Nusantara mempunyai posisi strategis dalam
mengurai konflik dalam peradaban dunia Islam masa kini.
Pertama, konsep Islam Nusantara diharapkan menjadi inspirasi
dan alternative kiblat dunia Islam. Kedua, organisasi
transnasional sudah mulai tumbuh dan berkembang, jika tidak
dibendung dampaknya akan mengikis habis nilai-nilai Islam
Nusantara yang sudah ditanamkan oleh Walisongo. Ketiga,
Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika saat ini berada dalam
ancaman kelompok yang hendak membuang dan menggantinya
dengan ideologi yang dibawa oleh mereka. Keempat, nilai-nilai
Islam Nusantara, yaitu moderasi, tegak lurus, keseimbangan,
dan toleransi.
2. Menanamkan nilai-nilai Islam yang Moderat
Moderat (Tawaassut’) merupakan sikap seorang individu
didalam kehidupan sosial yang mengambil posisi ditengah-
tengah, sedang-sedang, tidak kekiri-kirian dan tidak kekanan-
kananan. Moderat bisa diartikan sebagai kebaikan, keadilan,
9. 9
dan keseimbangan dalam segala aspek keislaman dan syariat-
syariatnya. Hal itu dilakukan dengan menjauhi sikap yang
kaku, rigid, dan berlebihan (ifrath) dalam beragama; dan tidak
pula bersikap terlalu meremahkan dan menganggap sepele
(tafrith). Sikap moderat inilah yang harus ditanamkan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Karena dengan sikap inilah
seseorang tidak mudah dipengaruhi oleh faham baru yang
masuk ke Indonesia. Dengan menanamkan nilai-nilai wasati’
mencegah masyarakat untuk berbuat hal-hal yang ekstrim.
Sehingga diharapkan dengan nilai islam moderat yang
ditanamkan akan mengurangi konflik di masyarakat.
3. Menanamkan sikap Toleransi
Toleransi (tasamuh) merupak sikap seorang individu untuk
menghargai perbedaan dan menghormati orang lain yang
memiliki prinsip berbeda didalam kehidupan masyarakat yang
multikultur. Sikap toleransi juga semakin hari semakin
meredup wujudnya dalam kehipan masyarakat Indonesia.
Akibatnya marak terjadinya konflik karena intoleransi baik
dalam hal beragama maupun dalam kehidupan sosial. Maka
salah satu upaya untuk menyelesaikan konflik di Indonesia
adalah dengan menanamkan nilai-nilai toleransi ini. Sebagai
contoh dengan kembali menghidupkan budaya gotong royong
di masyarakat, dan lain-lain.
4. Sosialisasi dalam Pemanfaatan Internet
Internet menjadi ciri khas dalam kehidupan masa kini.
Dengan internet kita bisa mengetahui dunia yang luas ini dalam
sebuah genggaman. Internet pula yang telah membantu
manusia dengan mempermudah pekerjaannya. Namun tidak
bisa dipungkiri interner juga mempunyai kontribusi dalam
10. 10
terjadinya sebuah konflik. Ujaran kebencian, berita hoaks, dan
lain-lain, seolah-olah menjadi bahan bacaan utama setiap hari
baik dimedia cetak maupun media sosial.
Hal ini tentu harus segera ditanggulangi sebelum internet
menghancurkan dunia manusia. Salah satu upayanya adalah
dengan melakukan sosialisasi tentang pemanfaatn internet agar
lebih bermanfaat. Selain itu juga bisa melalui sebuah gerakan
dakwah literasi digital yang membantu masyarakat untuk
menyaring informasi yang masuk. Sehingga nilai-nilai islam
yang diharapkan mampu hadir sebagai rahmat bagi alam
semesta.
5. Melestarikan Akulturasi Budaya Nusantara
Semakin hari nilai-nilai budaya juga semakin tergerus oleh
zaman. Oleh karena itu perlu adanya sebuah gerakan yang
mencoba untuk melestarikan budaya Indonesia. Bhineka
Tunggal ika adalah nilai yang harus selalu dijunjung oleh
masyarakat Indonesia. Selain itu nilai-nilai pancasila pun dalam
beberapa kajian sudah cocok dengan nilai-nilai yang ingin
dibawa oleh Islam. Jadi pendidikan karakter dan pendidikan
kebangsaan adalah salah satu solusi terbaik untuk mencegah
arabisasi di Indonesia.
11. 11
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam kebudayaan.
Indonesia merupakan gambaran nyata sebuah konsep agama Islam
tentang agama yang rahmatan lil ‘alamin. Konsep Islam Nusantara
adalah sebuah konsep beragama ala Indonesia. Yakni bentuk beragama
dengan mengakulturasikan nilai-nilai budaya dan nilai-nilai Islam
didalamnya. Namun Islam ala Indonesia tersebut mendapat sandungan
karena ulah beberapa oknum yang ingin menghancurkan konsep Islam
Nusantara. Faham takfir, ekstrimisme, intoleransi, arabisasi serta ingin
mengganti ideologi negara adalah gambaran tentang Islam Indonesia
yang ingin coba dirubah dari ciri khasnya. Namun masalah-masalah
tersebut bukan tidak memiliki solusi. Dalam hal ini penulis menulis
sebuah solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yakni:
pengenalan dan pemamahan mengenai konsel Islam Nusantara,
penanaman nilai-nilai Islam moderat, toleransi (tasamuh), sosialisasi
penggunaan internet serta pendidikan karakter dan pendidikan
kebangsaan.
B. Saran
Saran penulis adalah mari kita jaga konsep islam yang rahmatan lil
‘alamin. Jangan kita lukai konsep itu dengan faham-faham yang dapat
merusak konsep Islam ala Indonesia.
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
Dawood, Mohamed, Dkk. Moderat dan Prinsip Kemudahan: Iktiar dalam
Meluruskan Terorisme dan Faham Takfir. Yogyakarta: Idea Press, 2017
Hanum Jazimah, Puji Astuti. “Islam Nusantara: Sebuah Argumentasi Beragama
dalam Bingkai Kultural”. Interdisciplinary Journal of Communication.
Vol. 2. No.1. 2017. hal. 28.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/24/berapa-jumlah-penduduk-
muslim indonesia (diakses pada tanggal 10 Oktober 2019 jam 6:29 Wib
https://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/08/01/ob7tmj385-neraka-
poso-konflik-islamkristen-warga-keturunan-santoso-dan-tibo, diakses pada
tanggal 12 Oktober 2019 jam 6:43 Wib
Huda, Nor. Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014
Nur Sahed dan Musari Musari. “The Discourse of Islamic Education
Development Based on Islam Nusantara Concept in IAIN Salatiga”. Jurnal
Pendidikan Islam. Vol 5 No. 1. 2016. Hal. 3
Zulhazmi, A. Z., & Hastuti, D. A. “Da’wa, Muslim Millennials and Social
Media”. Lentera, Vol. II No.2, Desember 2018. hal. 121–138
13. 13
Akar Konflik dan Penyelesaian Masalah-Masalah Islam di Indonesia
No Akar Konflik Penyelesaian
1 Intoleransi Srawung, Bergaul, Gotong royong, Pergaulan, pendidikan moral dan
pemahaman tentang pentingnya menghargai serta yang paling adalah
menumbuhkan sikap toleransi.
2 Faham Takfir Penanaman nilai-nilai Islam yang Moderat.
3 Ekstrimisme Pendidikan karakter dan kebangsaan
4 Mengubah Ideologi Bangsa Amalkan dan tanamkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari
5 Arabisasi Lestarikan dan budayakan hasil akulturasi nilai-nilai budaya dan nilai-nilai
islam, serta melakukan kegiatan sosialisasi penggunaan internet.