Dokumen tersebut membahas pengaruh modifikasi enzimatis menggunakan enzim α-amilase dari kecambah kacang hijau terhadap karakteristik tepung biji nangka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu inkubasi optimum adalah dua hari dengan kadar protein tertinggi 14,57% dan konsentrasi enzim optimum adalah 35% dengan kadar protein 17,59%.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui daya serap air empat jenis tepung terigu dengan mengukur jumlah air yang dibutuhkan untuk mencapai kekalisan adonan. Hasilnya menunjukkan daya serap air tertinggi pada tepung Sania diikuti Kunci Biru, Cakra Kembar, dan terendah pada Segitiga Biru. Faktor yang mempengaruhi daya serap air antara lain kandungan protein dan gluten serta jumlah air yang dit
Laporan tetap pengetahuan bahan tepungReza Fahlevi
Praktikum ini menguji sifat-sifat empat jenis tepung terigu yaitu daya serap air, kadar gluten basah dan kering. Hasilnya menunjukkan bahwa tepung segitiga biru dan mila memiliki daya serap air tertinggi. Uji gluten menunjukkan tepung mila memiliki kadar gluten dan protein tertinggi dibandingkan merek lain. Praktikum ini berguna untuk memahami karakteristik kimiawi berbagai tepung terigu.
Pembuatan tempe tidak berhasil karena beberapa faktor seperti suhu dan oksigen yang tidak memenuhi kebutuhan jamur Rhizopus oligosporus. Proses pembuatan tempe meliputi perendaman, perebusan, pengukusan, penirisan, pencampuran, pengemasan, dan fermentasi untuk menghasilkan miselium putih dari jamur tempe.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui daya serap air empat jenis tepung terigu dengan mengukur jumlah air yang dibutuhkan untuk mencapai kekalisan adonan. Hasilnya menunjukkan daya serap air tertinggi pada tepung Sania diikuti Kunci Biru, Cakra Kembar, dan terendah pada Segitiga Biru. Faktor yang mempengaruhi daya serap air antara lain kandungan protein dan gluten serta jumlah air yang dit
Laporan tetap pengetahuan bahan tepungReza Fahlevi
Praktikum ini menguji sifat-sifat empat jenis tepung terigu yaitu daya serap air, kadar gluten basah dan kering. Hasilnya menunjukkan bahwa tepung segitiga biru dan mila memiliki daya serap air tertinggi. Uji gluten menunjukkan tepung mila memiliki kadar gluten dan protein tertinggi dibandingkan merek lain. Praktikum ini berguna untuk memahami karakteristik kimiawi berbagai tepung terigu.
Pembuatan tempe tidak berhasil karena beberapa faktor seperti suhu dan oksigen yang tidak memenuhi kebutuhan jamur Rhizopus oligosporus. Proses pembuatan tempe meliputi perendaman, perebusan, pengukusan, penirisan, pencampuran, pengemasan, dan fermentasi untuk menghasilkan miselium putih dari jamur tempe.
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melaluiika rini
[Ringkasan]
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi terbaik dalam pembuatan roti manis yang dibuat dari substitusi tepung terigu dengan pati sagu dan Mocaf.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi pati sagu dan Mocaf secara signifikan mempengaruhi kadar air, abu, dan pati pada roti manis, namun tidak berpengaruh terhadap penilaian organoleptik
Dokumen tersebut membahas proses pembuatan tapai dari beras jagung dan jagung pipil. Proses fermentasi mengubah gula menjadi etanol, asam laktat, dan karbon dioksida menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae. Tapai beras jagung berhasil dibuat dengan rasa, bau, dan tekstur mirip tapai ketan. Sedangkan tapai jagung pipil hanya menghasilkan rasa masam karena endospermium jagung pipil sulit diuraikan bakteri.
Teks tersebut membahas tiga penggunaan umbi garut, yaitu sebagai bahan baku susu prebiotik dan probiotik, minuman beralkohol, dan yoghurt. Umbi garut kaya karbohidrat dan dapat difermentasi menjadi berbagai produk fungsional yang bermanfaat untuk kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pengolahan dan analisis mutu tepung terigu di PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills. Dokumen ini menjelaskan proses produksi tepung terigu mulai dari penerimaan bahan baku gandum, proses pengolahan, hingga analisis mutu hasil produksi secara kimia dan mikrobiologi untuk memenuhi standar mutu.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pemanfaatan limbah ampas tahu sebagai bahan baku produksi kerupuk pengganti tepung tapioka. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan merancang dan membuat mesin pemeras dan penghalus ampas tahu untuk meningkatkan produktivitas.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan tahu, bahan baku, dan limbah yang dihasilkan. Tahu dibuat dari kedelai melalui proses perendaman, penggilingan, perebusan, penyaringan, penambahan asam cuka, pencetakan, dan pemotongan. Limbahnya berupa ampas tahu dan air limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau bahan makanan.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan tahu dan kerupuk tahu secara umum, dimulai dari bahan baku kedelai dan tepung tapioka hingga proses pengolahan dan bahan tambahan. Kandungan gizi tahu dan kerupuk tahu juga dijelaskan.
Dokumen tersebut merangkum proses pembuatan kue putu dari limbah kulit singkong, mulai dari persiapan bahan dan alat, proses pembuatan, hingga evaluasi organoleptik produk akhir. Limbah kulit singkong diolah menjadi tepung lalu dicampur dengan tepung beras dan kelapa untuk dijadikan adonan kue putu. Hasil akhir bertekstur lembut dan beraroma khas kulit singkong.
Laporan praktikum ini membahas tentang teknologi pengolahan pengeringan dan penepungan umbi ubi jalar menjadi tepung. Terdapat tiga metode yang digunakan yaitu blanching, perendaman air biasa, dan perendaman Na2S2O5. Hasilnya berupa tepung ubi jalar dengan berat dan persentase produk berbeda untuk setiap metode. Proses pembuatannya meliputi sortasi, pencucian, pengupasan, pemotongan, pengeringan
Fruit leather dibuat dari buah jambu biji yang dihancurkan menjadi bubur, dicampur bahan lain seperti gula, dan dikeringkan menjadi lembaran. Hasilnya berwarna oranye kecoklatan, rasa manis sedikit asam, tekstur lunak tetapi kenampakannya kurang menarik. Proses pengeringan perlu diatur agar hasilnya tidak terlalu kering atau pudar warnanya.
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makananpsychologica
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang penggunaan tepung glukomanan umbi gembili sebagai bahan tambahan makanan dalam pembuatan sosis daging ayam. Penelitian ini menguji pengaruh variasi konsentrasi penambahan tepung glukomanan umbi gembili yaitu 0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; dan 0,4% terhadap sifat fisik, kimia, dan organoleptik sosis daging ayam. Hasil penelitian menunjukkan bah
Mie basah diproduksi melalui proses pencampuran bahan, penipisan adonan, pembuatan untaian, perebusan, dan glazing. Proses ini menghasilkan mie bertekstur kenyal berwarna hijau muda dengan berat produk 360 gram atau 180% dari basis. Komposisi dan perlakuan setiap tahap penting untuk membentuk struktur gluten dan menghasilkan karakteristik fisik mie yang diinginkan.
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melaluiika rini
[Ringkasan]
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi terbaik dalam pembuatan roti manis yang dibuat dari substitusi tepung terigu dengan pati sagu dan Mocaf.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi pati sagu dan Mocaf secara signifikan mempengaruhi kadar air, abu, dan pati pada roti manis, namun tidak berpengaruh terhadap penilaian organoleptik
Dokumen tersebut membahas proses pembuatan tapai dari beras jagung dan jagung pipil. Proses fermentasi mengubah gula menjadi etanol, asam laktat, dan karbon dioksida menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae. Tapai beras jagung berhasil dibuat dengan rasa, bau, dan tekstur mirip tapai ketan. Sedangkan tapai jagung pipil hanya menghasilkan rasa masam karena endospermium jagung pipil sulit diuraikan bakteri.
Teks tersebut membahas tiga penggunaan umbi garut, yaitu sebagai bahan baku susu prebiotik dan probiotik, minuman beralkohol, dan yoghurt. Umbi garut kaya karbohidrat dan dapat difermentasi menjadi berbagai produk fungsional yang bermanfaat untuk kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pengolahan dan analisis mutu tepung terigu di PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills. Dokumen ini menjelaskan proses produksi tepung terigu mulai dari penerimaan bahan baku gandum, proses pengolahan, hingga analisis mutu hasil produksi secara kimia dan mikrobiologi untuk memenuhi standar mutu.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pemanfaatan limbah ampas tahu sebagai bahan baku produksi kerupuk pengganti tepung tapioka. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan merancang dan membuat mesin pemeras dan penghalus ampas tahu untuk meningkatkan produktivitas.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan tahu, bahan baku, dan limbah yang dihasilkan. Tahu dibuat dari kedelai melalui proses perendaman, penggilingan, perebusan, penyaringan, penambahan asam cuka, pencetakan, dan pemotongan. Limbahnya berupa ampas tahu dan air limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau bahan makanan.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan tahu dan kerupuk tahu secara umum, dimulai dari bahan baku kedelai dan tepung tapioka hingga proses pengolahan dan bahan tambahan. Kandungan gizi tahu dan kerupuk tahu juga dijelaskan.
Dokumen tersebut merangkum proses pembuatan kue putu dari limbah kulit singkong, mulai dari persiapan bahan dan alat, proses pembuatan, hingga evaluasi organoleptik produk akhir. Limbah kulit singkong diolah menjadi tepung lalu dicampur dengan tepung beras dan kelapa untuk dijadikan adonan kue putu. Hasil akhir bertekstur lembut dan beraroma khas kulit singkong.
Laporan praktikum ini membahas tentang teknologi pengolahan pengeringan dan penepungan umbi ubi jalar menjadi tepung. Terdapat tiga metode yang digunakan yaitu blanching, perendaman air biasa, dan perendaman Na2S2O5. Hasilnya berupa tepung ubi jalar dengan berat dan persentase produk berbeda untuk setiap metode. Proses pembuatannya meliputi sortasi, pencucian, pengupasan, pemotongan, pengeringan
Fruit leather dibuat dari buah jambu biji yang dihancurkan menjadi bubur, dicampur bahan lain seperti gula, dan dikeringkan menjadi lembaran. Hasilnya berwarna oranye kecoklatan, rasa manis sedikit asam, tekstur lunak tetapi kenampakannya kurang menarik. Proses pengeringan perlu diatur agar hasilnya tidak terlalu kering atau pudar warnanya.
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makananpsychologica
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang penggunaan tepung glukomanan umbi gembili sebagai bahan tambahan makanan dalam pembuatan sosis daging ayam. Penelitian ini menguji pengaruh variasi konsentrasi penambahan tepung glukomanan umbi gembili yaitu 0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; dan 0,4% terhadap sifat fisik, kimia, dan organoleptik sosis daging ayam. Hasil penelitian menunjukkan bah
Mie basah diproduksi melalui proses pencampuran bahan, penipisan adonan, pembuatan untaian, perebusan, dan glazing. Proses ini menghasilkan mie bertekstur kenyal berwarna hijau muda dengan berat produk 360 gram atau 180% dari basis. Komposisi dan perlakuan setiap tahap penting untuk membentuk struktur gluten dan menghasilkan karakteristik fisik mie yang diinginkan.
Tape ketan dibuat melalui proses fermentasi beras ketan yang dicampur dengan ragi selama 3 hari. Fermentasi mengubah kandungan karbohidrat beras ketan menjadi asam laktat dan alkohol, memberikan rasa manis dan lembut pada tape ketan. Proses ini dipengaruhi faktor suhu, oksigen, dan konsentrasi garam.
Tempe dibuat dari biji kedelai yang difermentasi oleh jamur Rhizopus oryzae. Proses pembuatan tempe meliputi perebusan kedelai, perendaman, pencampuran dengan ragi tempe, dan fermentasi selama 2-3 hari. Hasilnya adalah tempe yang mengandung senyawa mudah dicerna karena kedelai mengalami proses penguraian selama fermentasi.
Laporan ini membahas proses penepungan singkong untuk menghasilkan tepung singkong. Tahapan prosesnya meliputi sortasi, pencucian, reduksi ukuran, blanching, pengeringan, penggilingan, dan pengayakan. Hasilnya adalah tepung singkong dengan berat 69 gram dan kadar air 34,5% yang memiliki warna putih kekuningan, rasa hambar, aroma khas singkong, dan tekstur kasar.
Teks tersebut membahas komposisi kimia dan asam amino pada tempe kacang nagara (Vigna unguiculata ssp. cylindrica). Penelitian ini mengkaji kualitas gizi dan komposisi asam amino pada tempe kacang nagara dengan variasi waktu fermentasi 36, 42, dan 48 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa fermentasi selama 36 jam memberikan kualitas gizi terbaik dengan kadar protein 25,37%, lemak 4,23%, dan karbohidrat 59
Rangkuman dokumen:
1. Dokumen ini menjelaskan rancangan percobaan pengaruh suhu dan lama pemeraman terhadap hasil fermentasi tape singkong.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi tape antara lain suhu dan lama pemeraman. Suhu optimal fermentasi tape adalah 30 derajat celcius.
3. Percobaan akan mengamati pengaruh suhu 250C, 00C, dan 180C serta lama pemeraman 1, 3, dan 5 hari terhadap
1. Penelitian ini bertujuan menganalisis kandungan kimia tepung biji durian dan mengevaluasi potensinya sebagai bahan baku etanol dan makanan.
2. Hasil analisis menunjukkan tepung biji durian memiliki kandungan karbohidrat, protein dan serat yang berpotensi sebagai bahan baku etanol.
3. Tepung biji durian dapat diawetkan hingga enam bulan tanpa jamur, menunjukkan potensinya sebagai sumber bahan
Dokumen ini memberikan petunjuk praktikum tentang teknologi legum, serealia dan umbi. Terdiri dari empat acara praktikum yaitu pembuatan susu kedelai dan jagung, mie telur, nugget kacang, dan keripik umbi. Memberikan dasar teori, tujuan, bahan, alat, dan prosedur untuk setiap acara praktikum.
Tepung terigu, tapioka, tepung beras, tepung ketan, dan tahu memiliki kadar air berkisar antara 10-15% berdasarkan berat basah dan 12-15% berdasarkan berat kering. Kadar air tahu paling tinggi yaitu sekitar 76% berdasarkan berat basah dan 320% berdasarkan berat kering. Kadar air ditentukan dengan memanaskan sampel di oven hingga berat konstan.
Laporan praktikum pembuatan tempe yang dilakukan oleh mahasiswa Trisnawati telah diverifikasi dan diterima oleh koordinator asisten dan asisten. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan tempe dan peran jamur Rhizopus oligosporus dalam proses fermentasi. Proses pembuatan tempe meliputi pencucian, perebusan, penambahan ragi, masukkan ke dalam plastik gula, dan pemeraman selama dua hari.
Pohon Industri dan Proses Pengolahan Jagung.pptxRizkalFadli1
Dokumen ini membahas proses pengolahan jagung dan produk turunannya. Jagung dapat diolah menjadi berbagai produk seperti tepung jagung, pati jagung, minyak jagung, dan lainnya melalui proses pengolahan seperti metode basah, kering, atau nikstamalisasi. Indonesia merupakan salah satu penghasil jagung terbesar dengan rata-rata produktivitas 3-5 ton per hektar.
Tepung Kapparazii yang dihasilkan dari rumput laut Kappaphycus alvarezii memiliki kandungan nutrisi tinggi seperti protein, lemak, serat, vitamin, dan mineral. Tepung ini memiliki sifat fisika kimia yang mendukung penggunaannya sebagai bahan tambahan makanan. Penelitian menunjukkan bahwa tepung Kapparazii aman untuk konsumsi manusia.
Similar to Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifikasi Enzimatis (20)
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
1. PENGARUH MODIFIKASI SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKA ENZIM -AMILASE
DARI KECAMBAH KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG BIJI
NANGKA (Artocarpus Heterophyllus Lamk)
Asvif Ma’rufah*
, Rita Dwi Ratnani, Indah Riwayati
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim
Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang 50236.
*
Email: asvifm@gmail.com
Abstrak
Biji buah nangka merupakan limbah buah nangka yang cukup melimpah yang
pemanfaatannya masih minim. Dengan kandungan gizi yang cukup tinggi,biji nangka
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai tepung. Berbagai penelitian dari bahan-bahan tepung
biji nangka telah dilakukan, tetapi modifikasi tepung biji nangka belum dilakukan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh variable proses modifikasi yang meliputi waktu
inkubasi dan persentase enzim -amilase yang ditambahkan terhadap karakteristik tepung biji
nangka termodifikasi, serta untuk mengetahui kondisi optimum proses modifikasi. Proses
modifikasi tepung biji nangka dilakukan dengan menambahkan enzim -amilase dari
kecambah kacang hijau yang telah di blender kedalam 180 gr tepung biji nangka,
perbandingan kecambah kacang hijau dan air 1:1. kemudian diinkubasi pada suhu 30 o
C
selama waktu yang telah ditentukan, selanjutnya dikeringkan pada suhu 40 o
C, setelah itu
diayak dan dianalisis hasilnya. Variasi waktu inkubasi 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7 hari, sedangkan
variasi konsentrasi enzim yang ditambahkan 5%,10%,15%,20%,25% 30%, dan 35% (% b/b).
Hasil penelitian menunjukan waktu inkubasi optimum pada modifikasi tepung biji nangka
menggunakan enzim-amilase adalah dua hari. Pada waktu tersebut dihasilkan kadar protein
tertinggi, yaitu 14.57%, kadar lemak 0.42%, kadar serat2.57% , kadar abu 0.7%, kadar air
10%, DSA 31%, dan DSM 12.25%. Sedangkan konsentrasi enzim optimum pada modifikasi
tepung biji nangka menggunakan enzim-amilase adalah pada penambahan enzim 35% . pada
konsentrasi tersebut dihasilkan kadar protein tertinggi, yaitu 17,59%, kadar lemak 0,34%,
kadar serat 2,16% , kadar abu 0.73%, kadar air 10.15%, DSA 33%, dan DSM 11%.
Kata kunci: Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifikasi Enzimatis
1. PENDAHULUAN
Biji buah nangka merupakan limbah
buah nangka yang cukup melimpah dan
kandungan gizinya cukup banyak. Jika dilihat
dari komposisi gizinya, biji nangka memiliki
komposisi gizi yang cukup tinggi. Buah nangka
mengandung protein sebesar 4,2 %, karbohidrat
sebesar 36,7 %, serat sebesar 2,74 %, lemak
sebesar 0,1 % serta komponen gizi lainnya
seperti kalsium,fosfor, besi, vitamin B1, dan
vitamin C. Menurut Rukmana (2002) dalam
Wadlillah (2010), biji nangka mengandung
karbohidrat yang cukup tinggi dan berpotensi
untuk diolah menjadi produk pangan. Hal ini
memungkinkan pemanfaatan biji nangka diolah
menjadi tepung biji nangka (Soenardi (2002)
dalam Wadlillah, 2010) Berbagai penelitian
dari bahan-bahan tepung biji nangka telah
dilakukan seperti kerupuk tepung biji nangka
(Yulianingrum (2000) dalam Wadlillah, 2010),
kue onde-onde tepung biji nangka (Supriadi,
2014), kue bolu kukus dari tepung biji nangka
(Wadlilall, 2010). Pembuatan bakso ikan
dengan tepung biji nangka (Yunari, 2012).
Selanjutnya kajian tentang sifat fisik dan kimia
tepung biji nangka juga telah dilakukan
sebelumnya (Widya, 2009), tetapi modifikasi
tepung biji nangka belum dilakukan.
Modifikasi tepung biji nangka
dilakukan untuk menghasilkan tepung biji
nangka sebagai bahan pangan produk baru yang
bermutu tinggi. Modifikasi tepung dapat
dilakukan dengan beberapa metode, salah
satunya adalah dengan metode modifikasi
enzimatis. Modifikasi enzimatis dapat
dilakukan dengan menggunakan enzim -
amilase (Suarni, dkk, 2007). Modifikasi tepung
biji nangka menggunakan enzim -amilase
dapat memperpendek rantai amilosa maupun
amilopektin. Salah satu tanaman yang
mengandung enzim tersebut adalah kacang
hijau yang sudah berkecambah.
2. 2. METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan baku utama adalah biji nangka,
biji nangka yang akan digunakan diperoleh dari
Ds.Gunung Pati Semarang. Kacang hijau di beli
di pasar Sampangan Semarang. Dan bahan-
bahan kimia lainnya di beli di toko kimia
Indrasari Semarang. Alat yang digunakan;
cawan petri, timbangan, gelas ukur, tabung
reaksi, gelas beaker, erlenmeyer, pengaduk
kaca, thermometer, sentrifus refrigerant,
inkubator, desikator, furnace, oven, kompor,
pisau, ember, blender, ayakan, dan alat bantu
analisis lainnya.
Pembuatan Tepung Biji Nangka
Proses pembuatan tepung biji nangka
dapat dilakukan mencuci biji nangka terlebih
dahulu, direbus selama kurang lebih 30 menit,
kemudian di kupas dan di iris- iris untuk
mempermudah proses pengeringan. Biji nangka
yang telah di sortasi kemudian dikeeringkan
menggunakan oven pada suhu 40-50 o
C.
Selanjutnya biji nangka kering dihaluskan dan
diayak.
Pembuatan Tepung Biji Nangka
Biji kacang hijau disortasi hingga
diperoleh biji bersih dan utuh, dicuci, direndam
dengan aquades selama 30 menit, ditiriskan,
kemudian diperam dalam wadah berpori sampai
terjadi perkecambahan. Waktu perkecambahan
3 hari. Kecambah dibersihkan dengan melepas
kulit luarnya, sebagian ditimbang kemudian
dihancurkan dengan blender.
Proses Modifikasi Tepung Secara Enzimatis
Timbang 180 gr tepung biji nangka,
tambahkan kecambah kacang hijau sesuai
dengan variable (0%, 5%, 10%, 15%, 20%,
25%, 30%, 35%) perbandingan kacang hijau
dan air 1:1. Selanjutnya diinkubasi pada suhu
30 o
C selama waktu yang telah di tentukan
sesuai dengan variable (1; 2; 3; 4; 5; 6; 7 hari),
kemudian keringkan pada suhu 40 o
C. setelah
itu ayak dan analisis hasilnya.
Proses Analisa
Parameter yang diamati terhadap
tepung baik sebelum maupun sesudah
modifikasi adalah: (1) Sifat kimia tepung,
meliputi : kadar air, kadar protein, kadar abu,
kadar lemak, dan kadar serat kasar tepung.
(2) Sifat fisik , meliputi daya serap air (DSA),
dan daya serap minyak (DSM).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Waktu Inkubasi Terhadap
Karakteristik Tepung Biji Nangka
a. Sifat Kimia Tepung
Gambar 1. Grafik pengaruh waktu inkubasi
terhadap sifat kimia tepung
Dari grafik diatas menyatakan tentang
hubungan antara lamanya waktu inkubasi
terhadap sifat kimia (kadar proksimat) tepung
biji nangka termodifikasi. Pada kandungan
protein tepung terjadi kenaikan di hari pertama
dan kedua, namun pada hari ketiga kandungan
protein pada tepung mulai menurun. Ini
disebabkan karena menurunnya aktifitas enzim
pada hari ke tiga. Menurut Suarni dan Patong
(2007), naik turunnya kadar protein dipengaruhi
oleh aktifitas enzim dan kadar dari tepung itu
sendiri. Aktifitas enzim alfa amylase tertinggi
dicapai pada hari ke dua.
Semakin lama waktu inkubasi
mengakibatkan kadar serat dan kadar lemak
tepung cenderung semakin menurun. Lemak
dan serat kasar yang terdapat pada tepung
menurun karena terurai akibat proses
enzimatis. Selain itu kemungkinan terurai saat
proses pengeringan. Menurut Suarni (2006),
modifikasi tepung menggunakan enzim
amylase dapat menurunkan kadar serat dan
kadar lemak tepung. Penurunan kadar lemak
sangat menguntungkan karena kandungan
lemak yang tinggi menyebabkan tepung
menjadi mudah tengik (Nugroho 2006).
Semakin lama waktu inkubasi, kadar air
pada tepung biji nangka cenderung semakin
tinggi, ini disebebkan karena air yang terikat
oleh tepung pada saat proses modifikasi sulit
terlepas kembali saat dilakukan pemanasan.
Modifikasi tepung menyebabkan granula pati
menjadi pecah dan memecah ikatan cabang
pada pati . Pecahnya granula pati
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
0 10 20 30 40
KadarProksimatTepung
Persentase Enzim (b/b)
kadar
protein
kadar
lemak
kadar
serat
kadar
abu
kadar
air
3. mengakibatkan tepung bersifat porous ketika
dikeringkan dan mudah menyerap air (Ryan
dan Yuniata, 2014) . Kadar air yang semakin
tinggi berpengaruh terhadap daya simpan
tepung. Semakin tinggi kadar air tepung akan
menjadikan tepung mudah rusak (Prabowo,
2010).
Pada penelitian ini kadar abu tepung biji
nangka termodifikasi tidak mengalami
perubahan yang nyata pada tiap waktu. Ini
menunjukkan bahwa waktu inkubasi tidak
memiliki pengaruh yang siknifikan terhadap
perubahan kadar abu tepung. Menurut Kim
(1996) dalam Haryati (2006) , peningkatan
kadar abu dipengaruhi oleh banyaknya larutan
alkali yang ditambahkan. Menurut Sudarmadji
(1994) dalam Fitria (2011), komponen abu
mudah mengalami dekomposisi atau bahkan
menguap pada suhu yang tinggi.
b. Sifat Fisik Tepung
Daya serap air
Gambar 2. Grafik pengaruh waktu inkubasi
terhadap daya serap air tepung
Daya serap air atau water absorption
merupakan salah satu dari berbagai faktor yang
mempengaruhi kualitas tepung. Water
absorption atau daya serap tepung merupakan
kemampuan tepung dalam menyerap air . Pada
penelitian ini daya serap air tepung semakin
menurun mengikuti tingkat lamanya waktu
inkubasi. Menurut Potter dan Hotchkiss (1995),
tepung rendah protein memiliki daya serap air
yang rendah. Kemampuan daya serap air pada
tepung berkurang bila kadar protein juga
berkurang. Selain itu daya serap air pada tepung
juga dipengaruhi oleh kadar air dalam tepung
(moisture) dan kondisi kelembaban tempat
penyimpanan.
Daya serap minyak
Gambar 3. Grafik pengaruh waktu inkubasi
terhadap daya serap minyak tepung
Dilihat dari grafik di atas daya serap
minyak pada tepung biji nangka termodifikasi
cenderung menurun seiring dengan lama waktu
inkubasi. Penurunan daya serap minyak tepung
ini dipengaruhi oleh kandungan amilosa tepung.
Amilosa mempunyai kemampuan membentuk
kompleks dengan minyak (lipid) dalam bentuk
amilosa-lipid (Swinkels, 1985). Kandungan
amilosa tepung biji nangka yang semakin
menurun mengakibatkan penurunan daya serap
minyak tepung. Kandungan amilosa pada
tepung biji nangka termodifikasi semakin
menurun karena enzim α - amilase
mendegradasi amilosa menjadi maltosa dan
amiltrotriosa (Koswara (2006) dalam Zulaidah,
2011).
c. Analisa Optimasi Waktu Inkubasi
Waktu
(hari)
Protein
(%)
Lemak
(%)
Serat
(%)
Abu
(%)
Air
(%)
0 10.3 0.56 3.13 1.06 9
1 14.4 0.49 3.1 09 9.9
2 14.57 0.42 2.75 0.7 10
3 14.31 0.37 2.9 0.73 10.25
4 13.9 0.37 2.75 0.73 10.5
5 13.41 0.32 2.4 0.8 10.5
6 13.4 0.3 2.33 0.77 10.6
7 13.04 0.3 2.16 0.77 10.5
Tabel 1. Perubahan sifat kimia tepung pada
berbagai variasi waktu
Dari table di atas dapat di ketahui bahwa
waktu optimum modifikasi enzimatis adalah 2
hari. Pada waktu inkubasi dua hari dihasilkan
kadar protein tertinggi, yakni 14.57 %. Selain
itu, pada waktu inkubasi 2 hari kadar abu
tepung mencapai 0.7%. Menurut SNI (2009)
tentang tepung terigu sebagai bahan pangan,
27
28
29
30
31
32
33
34
0 1 2 3 4 5 6 7 8
DayaserapAir(%)
Waktu Inkubasi (hari)
11.8
12
12.2
12.4
12.6
12.8
13
13.2
13.4
13.6
13.8
14
0 1 2 3 4 5 6 7 8
DayaSerapMinyak(%)
Waktu Inkubasi (hari)
4. batas maksimal kadar abu tepung adalah 0,7%.
Kadar lemak dan kadar serat juga telah
mengalami penurunan. sedangkan kadar air
pada semua variable masih dalam batas normal
kurang dari 14%. Kemampuan DSA dan DSM
tepung semua variable juga masih normal. Daya
serap air (DSA) dan daya serap minyak (DSM)
tepung dapat di lihat pada tabel 2.
Waktu
(hari)
DSA
(%)
DSM
(%)
0 33 13.75
1 32.5 12.2
2 31 12.25
3 30 12.1
4 30 12.45
5 30 12.15
6 30 12
7 28 12
Tabel 2. Perubahan sifat fisik tepung pada
berbagai variasi waktu
Menurut penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Suarni dan Patong (2007) waktu
optimum modifikasi enzimatis mnggunakan
enzim α – amilase di tinjau dari aktivitas enzim
dalam mendegradasi amilosa dan amilopektin
adalah 2 x 24 jam atau dua hari. Hasil inkubasi
menunjukan bahwa waktu tersebut mempunyai
kadar gula reduksi tertinggi.
Pengaruh Penambahan Enzim -Amilase
Terhadap Karakteristik Tepung Biji Nangka
a. Sifat kimia tepung
Gambar 4. Grafik pengaruh penambahan
enzim terhadap sifat kimia tepung
Enzim -amilase yang digunakan berasal
dari kecambah kacang hijau dengan tanpa
mengekstraknya, hal ini menyebabkan kadar
protein tepung biji nangka termodifikasi
cenderung semakin naik seiring dengan
kenaikan konsentrasi enzim yang ditambahkan.
Menurut Lopez dan Escobedo (1989) dalam
Anggrahini (2007), perkecambahan dapat
meningkatkan kandungan protein. Selain itu
protein merupakan juga komponen dari enzim,
sehingga apabila jumlah enzim meningkat maka
kadar protein juga akan meningkat jumlahnya
(Anggrahini, 2007).
Semakin tinggi konsentrasi enzim yang
ditambahkan pada tepung mengakibatkan kadar
lemak tepung semakin menurun ini disebabkan
karena enzim di dalam kecambah kacang hijau
tidak murni enzim -amilase. Menurut Kruger
(1991) dalam Anggrahini (2007), selama
perkecambahan akan terjadi peningkatan
jumlah enzim lipase dan amilase yang
digunakan untuk mendegradasi lemak dan
karbohidrat. Selain itu kemungkinan lemak
terurai saat proses pengeringan.
Kadar serat tepung biji nangka
termodifikasi mengalami penurunan seiring
dengan bertambahnya konsentrasi enzim yang
ditambahkan. Ini disebabkan karena serat kasar
ikut terurai karena proses enzimatis. Menurut
Suarni (2006), modifikasi tepung menggunakan
enzim α-amilase dari kecambah kacang hijau
dapat menurunkan kadar serat dan kadar lemak
tepung.
Semakin tinggi konsentrasi enzim α-
amilase yang ditambahkan, semakin tinggi
pula kadar air pada tepung. Kandungan air yang
semakin tinggi ini disebabkan karena semakin
banyaknya enzim dari kecambah kacang hijau
yang ditambahkan untuk memecah pati.
Semakin banyak enzim, maka semakin banyak
pula rantai amilosa yang pecah. Pati dengan
amilosa yang rendah kemampuan untuk
mengikat air semakin tinggi, sebaliknya pati
dengan kadar amilosa tinggi cenderung
mengalami interaksi antar rantai molekul
polimer atau mudah mengalami ikatan silang
sehingga menghalangi masuknya molekul air
(Garcia et al., 1999 dalam Narsito, dkk 2007)
Kadar abu tepung biji nangka pada
berbagai variasi konsentrasi enzim enzim α-
amilase yang ditambahkan tidak berbeda nyata,
hal ini terjadi karena selama perkecambahan
tidak ditambahkan mineral. Ada kemungkinan
juga selama proses inkubasi tidak
membutuhkan senyawa anorganik, sehingga
kandungan abu tepung biji nangka pada
berbagai konsentrasi tidak banyak berubah.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
0 10 20 30 40
KadarProksimatTepung
Persentase Enzim (b/b)
kadar
protei
n
kadar
lemak
kadar
serat
5. b. Sifat Fisik Tepung
Gambar 5. Grafik pengaruh penambahan
enzim terhadap daya serap air tepung
Daya serap air tepung semakin naik
seiring dengan peningkatan konsentrasi enzim
α-amilase yang ditambahkan. Semakin banyak
enzim yang ditambahkan kadar protein tepung
juga semakin meningkat. Kadar protein tepung
yang semakin tinggi akan meningkatkan daya
serap air tepung (Potter dan Hotchkiss, 1995).
Selain itu penurunan daya serap air pada tepung
juga dipengaruhi oleh banyaknya rantai amilosa
yang terpecah. Pati dengan kadar amilosa yang
rendah memiliki kemampuan untuk mengikat
air yang tinggi (Narsito, dkk 2007)
Daya serap minyak
Gambar 5. Grafik pengaruh penambahan
enzim terhadap daya serap minyak tepung
Pada penelitian ini menunjukan bahwa
semakin banyak enzim enzim α-amilase yang
ditambahkan daya serap minyak akan semakin
menurun. Semakin banyak enzim yang
ditambahkan kandungan amilosa pada pati
semakin menuru. Amilosa mempunyai
kemampuan membentuk kompleks dengan
minyak (lipid) dalam bentuk amilosa-lipid
(Swinkels 1985). Oleh nkarena itu,
menurunnyakadar amilosa tepung
mengakibatkan penurunan pada kemampuan
daya serap minyak tepung
Enzim
(%)
Protein
(%)
Lemak
(%)
Serat
(%)
Abu
(%)
Air
(%)
0 9.3 0.56 3.13 1.06 9
5 10.97 0.54 3.1 1.03 9.5
10 13.57 0.52 3.03 0.76 9.75
15 14.33 0.47 2.9 1.03 9.8
20 15.23 0.47 2.75 1.03 9.95
25 14.65 0.42 2.4 0.76 10
30 16.88 0.4 2.33 0.73 10.35
35 17.59 0.34 2.16 0.73 10.55
Tabel 3. Perubahan sifat fisik tepung pada
berbagai variasi konsentrasi enzim
Dari table di atas dapat di ketahui bahwa
jumlah penambahan enzim α-amilase optimum
untuk modifikasi enzimatis adalah 35%. Pada
penambahan enzim α-amilase sebanyak 35%
dihasilkan kadar protein tertinggi, yaitu 17,59%
. Selain itu, pada penambahan enzim α-amilase
sebanyak 35% kadar abu tepung mencapai
0.73%. Menurut SNI (2009) tentang tepung
terigu sebagai bahan pangan, batas maksimal
kadar abu pada tepung adalah 0,7%. Kadar
lemak dan kadar serat juga telah mengalami
penurunan. Sedangkan kadar air pada semua
variable masih dalam batas normal dibawah
14%. Pada kemampuan DSA dan DSM tepung
semua variable masih normal. Daya serap air
(DSA) dan daya serap minyak (DSM) tepung
dapat di lihat pada tabel 4.
Enzim
(%)
DSA
(%)
DSM
(%)
0 30 13.75
5 31 12.95
10 31 12.75
15 32 12.1
20 32 12.15
25 32.5 12
30 32.5 12
35 33 11
Tabel 4. Perubahan sifat fisik tepung pada
berbagai variasi konsentrasi enzim
4. KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa waktu inkubasi dan persentase enzim
yang di tambahkan dalam modifikasi tepung
biji nangka memiliki pengaruh yang cukup
siknifikan terhadap karakteristik tepung biji
nangka. Waktu inkubasi optimum pada
modifikasi enzimatis menggunakan enzim α-
amilase dari kecambah kacang hijau adalah dua
29
30
31
32
33
34
0 10 20 30 40
DayaSerapAir
Konsententrasi Enzim (b/b)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 10 20 30 40
DayaSerapMinyak
Persentase Enzim (%b/b)
6. hari atau 48 jam. Persentase enzim α-amilase
optimum pada modifikasi enzimatis
menggunakan enzim α-amilase dari kecambah
kacang hijau adalah 35%
Perlu diadakan penelitian lanjutan
tentang struktur amilosa dan amilopektin
tepung biji nangka termodifikasi, serta
penelitian tentang aplikasi tepung biji nangka
termodifikasi untuk pembuatan mie basah
ataupun makanan-makanan lain yang berbahan
baku tepung gandum berprotein tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Anggrahini, S., 2007, Pengaruh Lama
Pengecambahan Terhadap Kandungan
Α-Tokoferol Dan Senyawa Proksimat
Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus
Radiatus L.), Fakultas Teknologi
Pertanian UGM, Yogyakarta
Fitria, R.H., 2011, Flakes Kaya Antioksidan
Sebagai Alternatif Diversifikasi Ubi
Jalar Ungu, Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Haryati, S., Dkk, 2006, Kajian Substitusi
Tepung Ikan Kembung, Rebon,
Rajungan dalam Berbagai Konsentrasi
Terhadap Mutu Fisika-Kimiawi dan
Organoleptik pada Mie Instan, Jurnal
Pasir Laut, Vol.41 2, No.1, Juli 2006 :
37-51, Semarang.
Narsito, S.W., Dkk, 2007, Modifikasi Pati
Alami dan Pati Hasil Pemutusan
Rantai Cabang dengan Perlakuan
Fisik/Kimia untuk Meningkatkan Kadar
Pati Resisten pada Pati Beras, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang.
Nugroho, J. S., 2006, Optimalisasi
Pemanfaatan Ikan Pepetek
(Leiognathus Sp.) dan Ubi Jalar Putih
(Ipomoea Batatas L.) untuk Substitusi
Parsial Tepung Terigu dalam
Pembuatan Biskuit, Program Studi
Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Bogor.
Potter, N.N. & Hotchkiss, J. H.,1995, Food
Science, CBS Publishers &
Distributors, New Delhi.
Prabowo, B., 2010, Kajian Sifat Fisikokimia
Tepung Millet Kuning dan Tepung
Millet Merah, Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Ryan, M.A., Dan Yunianta, 2014, Pengaruh
Lama Perendaman Na2s2o5 dan
Fermentasi Ragi Tape Terhadap Sifat
Fisik Kimia Tepung Jagung, Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Ftp
Universitas Brawijaya, Malang.
Suarni dan Patong, R., 2007, Potensi Kecambah
Kacang Hijau Sebagai Sumber Enzim
α- Amilase, Universitas Hasanudin,
Makasar.
Suarni, Dkk, 2007, The Enzimatic Effect (α –
Amilase) on Viscosity and
Carbohidrate Composition of Maize
Flour Modified, Universitas Hasanudin,
Makasar.
Suarni, Dkk., 2006, Modifikasi Tepung Jagung
dengan Enzim (α - Amilase) dari
Kecambah Kacang Hijau, Balai
Penelitian Tanaman Serealia,
Universitas Hasanudin, Makasar
Supriadi, A., 2014, Pengaruh Substitusi Tepung
Biji Nangka (Artocarpus Heterphyllus)
terhadap Mutu Organoleptik Kue Onde
Onde Ketawa, Program Stuti
Pendidikan Tata Bog, Fakultas Teknik,
UNESA, Surabaya.
Swinkels, J.J.M, 1985, Source of Starch, its
Chemistry and Physics, Di dalam :
G.M.A.V. Beynum dan J.A Roels
(eds.), Starch Conversion Technology.
Marcel Dekker, Inc., New York.
Wadlillah, F., 2010, Pengaruh Perbandingan
Terigu dan Tepung Bii Nangka
Terhadap Komposisi Proksimat dan
Sifat Sensorik Kue Bolu Kukus,
Fakultas Ilmu Kesehatan, UMS,
Surakarta
Widya, H., 2009. Kajian Sifat Fisik Dan Kimia
Tepung Biji Nangka Dan Aplikasinya
dalam Pembuatan Roti Manis. Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas
Andalas. Padang
Yunari, 2012, Studi Pembuatan Bakso Ikan
dengan Tepung Biji Nangka
(Artocarpus Heterophyllus Lam),
Skripsi Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Zulaidah Agustien, 2011, Modifikasi Ubi Kayu
Secara Biologi Menggunakan Starter
Bimo-Cf Menjadi Tepung Termodifikasi
Pengganti Gandum, Thesis Magister
Teknik Kimia Undip, Semarang.