Dokumen tersebut membahas penelitian tentang penggunaan tepung glukomanan umbi gembili sebagai bahan tambahan makanan dalam pembuatan sosis daging ayam. Penelitian ini menguji pengaruh variasi konsentrasi penambahan tepung glukomanan umbi gembili yaitu 0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; dan 0,4% terhadap sifat fisik, kimia, dan organoleptik sosis daging ayam. Hasil penelitian menunjukkan bah
Biji buah nangka merupakan limbah buah nangka yang cukup melimpah yang pemanfaatannya masih minim. Dengan kandungan gizi yang cukup tinggi,biji nangka berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai tepung. Berbagai penelitian dari bahan-bahan tepung biji nangka telah dilakukan, tetapi modifikasi tepung biji nangka belum dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh variable proses modifikasi yang meliputi waktu inkubasi dan persentase enzim -amilase yang ditambahkan terhadap karakteristik tepung biji nangka termodifikasi, serta untuk mengetahui kondisi optimum proses modifikasi. Proses modifikasi tepung biji nangka dilakukan dengan menambahkan enzim -amilase dari kecambah kacang hijau yang telah di blender kedalam 180 gr tepung biji nangka, perbandingan kecambah kacang hijau dan air 1:1. kemudian diinkubasi pada suhu 30 oC selama waktu yang telah ditentukan, selanjutnya dikeringkan pada suhu 40 oC, setelah itu diayak dan dianalisis hasilnya. Variasi waktu inkubasi 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7 hari, sedangkan variasi konsentrasi enzim yang ditambahkan 5%,10%,15%,20%,25% 30%, dan 35% (% b/b). Hasil penelitian menunjukan waktu inkubasi optimum pada modifikasi tepung biji nangka menggunakan enzim-amilase adalah dua hari. Pada waktu tersebut dihasilkan kadar protein tertinggi, yaitu 14.57%, kadar lemak 0.42%, kadar serat2.57% , kadar abu 0.7%, kadar air 10%, DSA 31%, dan DSM 12.25%. Sedangkan konsentrasi enzim optimum pada modifikasi tepung biji nangka menggunakan enzim-amilase adalah pada penambahan enzim 35% . pada konsentrasi tersebut dihasilkan kadar protein tertinggi, yaitu 17,59%, kadar lemak 0,34%, kadar serat 2,16% , kadar abu 0.73%, kadar air 10.15%, DSA 33%, dan DSM 11%.
Biji buah nangka merupakan limbah buah nangka yang cukup melimpah yang pemanfaatannya masih minim. Dengan kandungan gizi yang cukup tinggi,biji nangka berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai tepung. Berbagai penelitian dari bahan-bahan tepung biji nangka telah dilakukan, tetapi modifikasi tepung biji nangka belum dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh variable proses modifikasi yang meliputi waktu inkubasi dan persentase enzim -amilase yang ditambahkan terhadap karakteristik tepung biji nangka termodifikasi, serta untuk mengetahui kondisi optimum proses modifikasi. Proses modifikasi tepung biji nangka dilakukan dengan menambahkan enzim -amilase dari kecambah kacang hijau yang telah di blender kedalam 180 gr tepung biji nangka, perbandingan kecambah kacang hijau dan air 1:1. kemudian diinkubasi pada suhu 30 oC selama waktu yang telah ditentukan, selanjutnya dikeringkan pada suhu 40 oC, setelah itu diayak dan dianalisis hasilnya. Variasi waktu inkubasi 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7 hari, sedangkan variasi konsentrasi enzim yang ditambahkan 5%,10%,15%,20%,25% 30%, dan 35% (% b/b). Hasil penelitian menunjukan waktu inkubasi optimum pada modifikasi tepung biji nangka menggunakan enzim-amilase adalah dua hari. Pada waktu tersebut dihasilkan kadar protein tertinggi, yaitu 14.57%, kadar lemak 0.42%, kadar serat2.57% , kadar abu 0.7%, kadar air 10%, DSA 31%, dan DSM 12.25%. Sedangkan konsentrasi enzim optimum pada modifikasi tepung biji nangka menggunakan enzim-amilase adalah pada penambahan enzim 35% . pada konsentrasi tersebut dihasilkan kadar protein tertinggi, yaitu 17,59%, kadar lemak 0,34%, kadar serat 2,16% , kadar abu 0.73%, kadar air 10.15%, DSA 33%, dan DSM 11%.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
1. Penggunaan Tepung Glukomanan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta l.) sebagai…
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)
134
PENDAHULUAN
Sosis adalah produk makanan yang
diperoleh dari campuran daging halus dan
tepung atau pati dengan penambahan
bumbu, bahan tambahan makanan yang
dimasukkan ke dalam selongsong sosis.
Data survei independen yang dilakukan
oleh perusahaan swasta menunjukkan
bahwa konsumsi sosis oleh masyarakat
Indonesia tumbuh rata–rata 4,46% per
tahun . Bahan baku yang digunakan untuk
membuat sosis terdiri dari bahan utama
dan bahan tambahan. Bahan utama yaitu
daging, sedangkan bahan tambahannya
yaitu bahan pengisi, bahan pengikat,
bumbu–bumbu, bahan penyedap, dan
bahan makanan lain yang diizinkan.
Daging yang umum digunakan dalam
pengolahan sosis berasal dari sapi, ayam,
dan kambing, namun dari ketiga jenis
daging tersebut yang memiliki kandungan
protein tinggi dengan harga terjangkau
adalah daging ayam dengan kandungan
protein sebesar 20-23% (Lawrie, 2003).
Pengolahan sosis pada umumnya
menggunakan STPP (Sodium
Tripoliphospat), karagenan, Mixphos, dan
sodium bikarbonat sebagai bahan
tambahan makanan yang berfungsi sebagai
pengenyal, memperbaiki tekstur, dan lain
–lain. Menurut Peraturan Menteri nomor
41 tahun 2011 STPP merupakan senyawa
PENGGUNAAN TEPUNG GLUKOMANAN UMBI GEMBILI (Dioscorea esculenta
L.) SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN MAKANAN PADA PENGOLAHAN SOSIS
DAGING AYAM
The Use of Glucommanan Flour from Gembili Tuber (Dioscorea Esculenta L.) as Gelling
Agent in Chicken Sausages
Herlina1)
, Ikhlas Darmawan1)
*, Andrew Setiawan Rusdianto1)
1)
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian,Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto Jember 68121
*E-mail: darmawan_ikhlas@yahoo.com
ABSTRACT
Gembili tuber contains 2,9% of glucomannan and potentially as food additive in chicken
sausage processing. The purpose of this study was to determine the amount of the gembili’s
glucomannan addition on the physical, chemical and organoleptic characteristics of chicken sausage
and knowing the amount of the gembili's glucomannan flour addition on chicken sausage processing
and to produce sausage with a good characteristics and panelists preferred. The study was designed
using completely randomized design with one factor and three replications. Parameter research
includes characterization of gembili's glucomannan flour (brightness, WHC, ash content, protein
content, moisture content, and the levels of glucomannan), brightness, texture, ash content, moisture
content, protein content, fat content, the organoleptic properties, and effectiveness test to determine
the best treatment. The results showed that the addition of gembili's glucomannan flour significantly
affect the texture, moisture content, and organoleptic. But did not significantly affect the fat content,
protein content, brightness, and ash content. Effectiveness test showed that the value of the highest
combination of all parameters are in sausage meat chicken with the addition of 0.3% gembili's
glucomannan flour with the analysis results that the brightness of 51.96, the texture of 75.57 g /
mm, ash content of 1.41%, 1,78% WHC, levels water 52.13%, 16.47% protein content, fat content
8.84%, the organoleptic properties of flavor 3.88, 3.68 organoleptic properties of color, the
organoleptic properties of elasticity of 3.64%, the organoleptic properties of the slices appearance
of 3.92, and the nature of the overall preferences of 3.88.
Keywords: food additive, gembili tuber, glucomannan, addition variation
2. Penggunaan Tepung Glukomanan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta l.) sebagai…
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)
135
anorganik (Na5P3 O10) berwujud serbuk
kristal putih, tidak berbau, dan larut dalam
air dan diperoleh dengan cara impor.
Penggunaan bahan tambahan makanan
impor tersebut dapat dikurangi dengan
mencari alternatif bahan tambahan
makanan lain yang didapatkan dari bahan
lokal untuk digunakan pada pengolahan
sosis. Salah satu bahan tambahan makanan
yang dapat digunakan pada pengolahan
sosis yaitu glukomanan. Glukomanan pada
pengolahan sosis berfungsi untuk
menstabilkan emulsi. Glukomanan dapat
digunakan sebagai bahan tambahan
makanan pada pengolahan sosis karena
merupakan polisakarida larut air yang
memiliki sifat hidrokoloid dengan nilai
Water Holding Capacity (WHC) hingga
1900% (Herlina, 2012) sehingga dapat
memperbaiki stabilitas suhu, sebagai
pengental, pengenyal, memperbaiki
mouthfeel dan lain-lain. Bahan pangan
yang berpotensi sebagai sumber
glukomanan yaitu umbi gembili. Umbi
gembili merupakan tumbuhan asli
Indonesia yang tumbuh di daerah subtropis
hingga tropis. Umbi gembili mengandung
glukomanan sebesar 2,9% (Herlina, 2012).
Salah satu potensi umbi gembili dengan
adanya kandungan glukomanan adalah
pemanfaatannya sebagai tepung
glukomanan yang dapat digunakan sebagai
bahan tambahan makanan pada pengolahan
sosis.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi alat untuk
pengolahan dan alat untuk analisis. Alat
untuk pengolahan meliputi pisau stainless
steel, kompor, wadah plastik, timbangan,
food processor Philip, lemari pendingin.
Alat untuk analisis meliputi oven cabinet,
eksikator, spatula, penjepit, colour reader
Minolta CR 300 Japan, rheotex (Sun
Scientific CO LTD), neraca analitik
Ohauss, alumunium foil, soxhlet lemak,
penangas listrik Gerhard, alat–alat gelas,
kertas saring, cawan porselen, termometer,
vortex (Maxi Max 1 Type 16700),
sentrifuse (yenaco model YC-1180), dan
tabung sentrifuse.
Bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan sosis daging ayam dengan
variasi penambahan tepung glukomanan
umbi gembili selongsong sosis
(casing). Bahan kimia yang digunakan
pada tahap analisis meliputi aquades,
H2SO4, NaOH, metil biru, metil merah,
HCl, Petroleum benzene, dan etanol.
Tahapan Penelitian
Pembuatan tepung glukomanan umbi
gembili
Gembili dikupas untuk dipisahkan
antara kulit dan dagingnya. Setelah
dikupas gembili dicuci untuk
menghilangkan kotoran yang melekat pada
daging gembili. Setelah bersih, dilakukan
penghalusan menggunakan blender dengan
menambahkan aquades dengan
perbandingan gembili : aquades (1:3),
hingga terbentuk jus gembili. Jus gembili
selanjutnya dilakukan maserasi selama 1,5
jam. Proses maserasi ini berguna agar
glukomanan yang terekstrak semakin
optimal. Setelah dilakukan proses maserasi
selama 1,5 jam, jus gembili disaring untuk
memisahkan antara filtrat dan ampasnya.
Filtrat jus gembili kemudian disentrifugasi.
Sentrifugasi berfungsi untuk memisahkan
supernatan dan endapan (pati dan
senyawa–senyawa lain) dari jus gembili.
Supernatan yang telah didapat kemudian
dipresipitasi dengan etanol 97% selama 25
menit. Setelah dipresipitasi glukomanan
akan menggumpal dan terbentuk gumpalan
glukomanan basah. Glukomanan basah
kemudian dioven dengan suhu ±50o
C
selama 24 jam sehingga terbentuk
glukomanan kering. Glukomanan kering
kemudian digiling sehingga terbentuk
tepung glukomanan.
3. Penggunaan Tepung Glukomanan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta l.) sebagai…
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)
136
Pembuatan sosis daging ayam dengan
variasi penambahan tepung glukomanan
umbi gembili
Daging ayam dipotong kecil – kecil
kemudian digiling. Pada penggilingan
pertama selama satu menit ditambahkan.
10% es batu. Pada penggilingan kedua
selama 15 menit ditambahkan bahan-bahan
tambahan seperti minyak 10%, tepung
glukomanan umbi gembili (0%; 0,1%;
0,2%;0,3%; dan 0,4%), tapioka 5%, garam
2%, 1% bawang putih, 6% putih telur, lada
putih 0,35% dan pala 0,1%. Adonan yng
diperoleh dimasukkan ke dalam
selongsong (casing) dan dimasak dengan
cara dikukus selama 45 menit. Sosis
yang telah dikukus disimpan dalam
freezer untuk kemudian dianalisis.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 1
faktor, yakni konsentrasi penambahan
tepung glukomanan umbi gembili.
Konsentrasi yang digunakan yaitu 0%;
0,1%; 0,2%; 0,3% dan 0,4%.
Metode Analisis
Variabel yang diamati meliputi
WHC (Subagio, 2006), kadar glukomanan
(Widjanarko dan Megawati, 2015),
kecerahan (Fardiaz, 1992), Tekstur
(menggunakan rheotex), kadar abu
(metode langsung, Sudarmadji et al.,
1997), kadar air (metode Thermogavimetri,
Sudarmadji et al., 1997), kadar protein
(metode mikro kjeldahl, Sudarmadji et al.,
1997), kadar lemak (metode soxhlet).
Analisis data menggunakan sidik ragam
dan jika terdapat perbedaan dilanjutkan
dengan menggunakan Duncan New
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf
uji α ≤ 5 %. Untuk mengetahui perlakuan
terbaik dilakukan uji efektivitas.
PEMBAHASAN
Karakterisasi Tepung Glukomanan
Umbi Gembili
Tepung glukomanan umbi gembili
memiliki beberapa sifat penting yang dapat
mempengaruhi kualitas dari suatu produk
pangan. Beberapa sifat fisik, kimia, dan
fungsional teknis tepung glukomanan dari
umbi gembili berdasarkan penelitian
pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakterisasi tepung glukomanan umbi
gembili
Sifat Tepung Glukomanan
Umbi Gembili
Nilai
Kecerahan (Lightness) 48,13
WHC (Water Holding Capacity) 3.441,24%
Kadar Abu 3,20%
Kadar Protein 8,66%
Kadar Air 6,07%
Kadar Glukomanan 62,05%
Analisis Sifat Fisik Sosis Daging Ayam
dengan Variasi Penambahan Tepung
Glukomanan Umbi Gembili
Kecerahan (Lightness)
Kecerahan sosis daging ayam dengan
variasi penambahan tepung glukomanan
umbi gembili berkisar antara 50,75 –
52,61. Pada hasil sidik ragam menunjukan
bahwa variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili tidak
berpengaruh nyata terhadap nilai
kecerahan sosis daging ayam. Histogram
nilai kecerahan sosis daging ayam dengan
variasi penambahan tepung glukomanan
umbi gembili dapat dilihat pada Gambar
1.
4. Penggunaan Tepung Glukomanan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta l.) sebagai…
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)
137
Gambar 1. Nilai kecerahan warna sosis daging
ayam dengan variasi penambahan
tepung glukomanan
Tekstur
Tekstur merupakan salah satu
indikator mutu sosis yang penting. Tekstur
berperan dalam penerimaan terhadap suatu
produk makanan. Hasil analisis tekstur
berkisar antara 68,45 g/mm-113,85 g/mm.
berdasarkan hasil uji sidik ragam variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili berpengaruh nyata terhadap tekstur
sosis daging ayam. Histogram nilai tekstur
sosis daging ayam dengan variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Tekstur sosis daging ayam dengan
variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili
Pada Gambar 2. diketahui bahwa
semakin tinggi konsentrasi penambahan
tepung glukomanan umbi gembili pada
pengolahan sosis daging ayam, maka nilai
tekstur sosis daging ayam juga semakin
tinggi. hal ini disebabkan oleh sifat
glukomanan yang dapat mengikat air dan
akan merangkap komponen lain seperti
protein, lemak, dan karbohidrat yang akan
membentuk matriks jaringan sehingga
menyebabkan struktur sosis daging ayam
dengan penambahan tepung glukomanan
umbi gembili lebih keras dan kompak.
pada pembuatan sosis, fase protein-air
dalam campuran daging akan membentuk
matriks yang menyelubungi dan terbentuk
butiran–butiran stabil sehingga akan
mempengaruhi tekstur (Buckle et al.,
1987).
Analisis Kimia Sosis Daging Ayam
dengan Variasi Penambahan Tepung
Glukomanan Umbi Gembili
Kadar abu
Kadar abu merupakan zat anorganik
sisa hasil pembakaran suatu bahan. kadar
abu mengandung unsur mineral yang
merupakan zat anorganik. Sudarmadji
(1997) menyebutkan bahwa kadar abu ada
hubungannya dengan mineral suatu bahan.
komponen utama mineral penyusun abu
terdiri dari kalium, fosfor, magnesium,
sulfur, kalsium, klorida, dan natrium
(Winarno, 2007). Hasil analisis kadar abu
sosis daging ayam dengan variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili berkisar antara 1,21%-1,57%.
Histogram hasil analisis kadar abu sosis
daging ayam dengan variasi penambahan
tepung glukomanan umbi gembili dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 menunjukkan bahwa
variasi penambahan tepung glukomanan
umbi gembili berpengaruh tidak nyata
terhadap kadar abu sosis daging ayam.
Perbedaan yang tidak signifikan
disebabkan karena selisih persentase
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili cukup kecil. Selain itu berdasarkan
sifat fisik kimia dan fungsional umbi
gembili, kadar abu umbi gembili sebesar
3,20% (Tabel 1) sehingga pada
pengolahan sosis daging ayam dengan
variasi penambahan tepung glukomanan
52,14 52,08 51,96 51,51 51,00
0
10
20
30
40
50
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
Lightness
Penambahan tepung glukomanan umbi
gembili
68,53 a
75,57 b
97,48 c 100,42 d
113,77 e
0
20
40
60
80
100
120
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
Tekstur
(g/mm)
Penambahan tepung glukomanan umbi
gembili
5. Penggunaan Tepung Glukomanan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta l.) sebagai…
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)
138
umbi gembili tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kadar abu sosis yang
dihasilkan. Menurut SNI 01- 3820-1995,
disebutkan bahwa kadar abu yang
terkandung dalam sosis tidak boleh
melebihi 3%. Hal ini berarti sosis dengan
variasi penambahan tepung glukomanan
umbi gembili sebesar 0%; 0,1%; 0,2%;
0,3%; dan 0,4% sesuai dengan syarat mutu
tersebut.
Gambar 3. Kadar abu sosis daging ayam dengan
variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili
WHC (Water Holding Capacity)
WHC merupakan suatu nilai yang
menunjukkan kemampuan suatu bahan
untuk mengikat air atau cairan baik yang
berasal dari bahan tersebut maupun berasal
dari penambahan air. WHC berhubungan
dengan tekstur dan sifat sensoris yang
dihasilkan. Hasil analisis WHC sosis
dengan variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili berkisar antara
1,49% - 1,87%. Nilai rata – rata WHC
sosis daging ayam dengan variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. WHC (Water Holding Capacity) sosis
daging ayam dengan variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili
Pada Gambar 4. dikerahui bahwa
semakin tinggi konsentrasi penambahan
tepung glukomanan umbi gembili pada
pengolahan sosis daging ayam, maka nilai
WHC sosis daging ayam juga semakin
tinggi. Hal ini disebabkan oleh nilai WHC
pada tepung glukomanan umbi gembili
sebesar 3.441,24% (Tabel 1) sehingga
sosis dengan penambahan tepung
glukomanan umbi gembili memiliki nilai
WHC yang cukup tinggi.
Kadar air
Kadar air sangat berpengaruh
terhadap mutu bahan pangan, karena air
dapat mempengaruhi kenampakan, tekstur,
serta cita rasa makanan. Pada pengolahan
sosis, kadar air sangat berpengaruh
terhadap tekstur sosis yang dihasilkan.
Semakin tinggi kadar air sosis, maka
tekstur sosis akan menjadi lembek. hasil
analisis kadar air sosis dengan variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili berkisar antara 42,54% - 68,45%.
Nilai rata-rata kadar air sosis daging ayam
dengan variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili dapat dilihat
pada Gambar 5.
1,29
1,40 1,41 1,45 1,47
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
Kadar
Abu
(%)
Penambahan tepung glukomanan umbi
gembili
1,52 a
1,65 b 1,74 c 1,78 c 1,81 d
0
0,5
1
1,5
2
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
WHC
(%)
Penambahan tepung glukomanan umbi
gembili
6. Penggunaan Tepung Glukomanan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta l.) sebagai…
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)
139
Gambar 5. Kadar air sosis daging ayam dengan
variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili
Gambar 5 menunjukkan bahwa
variasi penambahan tepung glukomanan
umbi gembili berpengaruh nyata terhadap
kadar air sosis daging ayam. Kadar air
tertinggi pada 0% penambahan tepung
glukomanan umbi gembili dengan nilai
64,15%, sedangkan sosis dengan kadar air
terendah pada pengolahan sosis daging
ayam dengan penambahan tepung
glukomanan umbi gembili sebesar 0,4%
dengan nilai 44,13%. Kadar air sosis
daging ayam dapat mempengaruhi tekstur
sosis daging ayam. hal ini dikarenakan air
akan memerangkap protein, lemak, dan
komponen lain sehingga dapat membentuk
matriks jaringan. Kadar air dari sosis
daging ayam dengan variasi penambahan
tepung glukomanan umbi gembili
mengalami penurunan, hal ini dikarenakan
kandungan glukomanan memiliki
kemampuan meningkatkan kadar WHC.
Sehingga kadar air bebas yang terdapat
pada sosis semakin sedikit dan kadar air
sosis semakin rendah seiring dengan
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili (Winarno, 2007). Kadar air sosis
daging ayam maksimal menurut SNI
adalah 67,0% dan sosis dengan variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili memenuhi syarat tersebut.
Kadar protein
Protein merupakan sumber asam -
asam amino yang mengandung unsur C, H,
O, dan N yangtidak dimiliki oleh
karbohidrat dan lemak. Protein dapat juga
digunakan sebagai sumber energi cadangan
apabila keperluan energi tubuh tidak
terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak serta
berfungsi untuk mempertahankan jaringan
yang telah ada di dalam tubuh manusia
(Winarno, 2007). Hasil analisis kadar
protein sosis daging ayam dengan variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili berkisar antara 15,30%-20,45%.
Nilai rata - rata kadar protein sosis daging
ayam dengan variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 6. Kadar protein sosis daging ayam
dengan variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili
Kadar lemak
Lemak merupakan zat makanan yang
penting untuk menjaga kesehatan tubuh
manusia. Pengukuran kadar lemak
dilakukan untuk mengetahui jumlah lemak
dari suatu bahan tersebut. Analisa kadar
lemak menggunakan metode soxhlet
dengan menggunakan pelarut petroleum
benzene. Hasil analisis kadar lemak sosis
daging ayam dengan variasi penambahan
tepung glukomanan umbi gembili berkisar
antara 8,73% hingga 8,96%. Nilai rata -
rata analisis kadar lemak sosis daging
ayam dengan variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili dapat dilihat
pada Gambar 7.
64,15 a
57,37 b
52,13 c
45,99 d 44,13 d
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
Kadar
Air
(%)
Penambahan tepung glukomanan umbi
gembili
15,06 15,76 16,47
16,78 17,28
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
Kadar
Protein
(%)
Penambahan tepung glukomanan umbi
gembili
7. Penggunaan Tepung Glukomanan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta l.) sebagai…
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)
140
Gambar 7. Kadar lemak sosis daging ayam dengan
variasi penambahan tepung gembili
Gambar 7 menunjukkan bahwa
variasi penambahan tepung glukomanan
umbi gembili berpengaruh tidak nyata
terhadap kadar lemak sosis daging ayam.
Kadar lemak tertinggi terdapat pada sosis
daging ayam dengan variasi penambahan
tepung glukomanan sebesar 0,4% dengan
nilai 8,96%, sedangkan kadar lemak
terendah terdapat pada variasi penambahan
tepung glukomanan umbi gembili 0%
dengan nilai 8,73%. Perbedaan yang tidak
signifikan disebabkan oleh selisih variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili yang cukup kecil. Kadar lemak
maksimal sosis daging ayam menurut SBI
01-3820-1995 adalah 25%. Hal ini
menunjukkan bahwa sosis dengan variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili telah memenuhi syarat mutu yang
telah ditetapkan oleh SNI.
Sifat Organoleptik Sosis Daging Ayam
dengan Variasi Penambahan Tepung
Glukomanan Umbi Gembili
Warna
Warna yang ada dalam suatu produk
pangan memiliki fungsi sebagai daya tarik
pertama bagi konsumen untuk menerima
atau menolak bahan panagn tersebut.
Warna merupakan salah satu atribut dari
penampakan suatu produk yang dapat
menentukan tingkat kesukaan penerimaan
konsumen terhadap produk secara
keseluruhan (Meilgaard et al., 2007). Hasil
rata - rata nilai organoleptik warna sosis
daging ayam dengan variasi penambahan
tepung glukomanan umbi gembili berkisar
antara 3,04 - 3,64 dengan kriteria suka.
Nilai rata - rata uji organoleptik warna
pada sosis dengan variasi penambahan
tepung glukomanan umbi gembili terdapat
pada Gambar 8.
Gambar 8. Uji kesukaan warna terhadap sosis
daging ayam dengan variasi
penambahan tepung glukomanan
umbi gembili
Gambar 8 menunjukkan bahwa
variasi penambahan tepung glukomanan
umbi gembili berpengaruh nyata terhadap
uji organoleptik rasa sosis daging ayam.
Warna yang dihasilkan disebabkan oleh
reaksi maillard yang terjadi selama proses
pembuatan sosis. Reaksi maillard
merupakan reaksi antara karbohidrat,
khususnya gula pereduksi dengan gugus
amino (-NH2) yang mengalami pemanasan
(Winarno, 2007). Warna pada sosis dengan
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili dapat dipertahankan karena
tepungglukomanan umbi gembili dapat
memperbaiki emulsi dan memiliki daya
memikat air sebesar 3.4421,24%
Kenampakan irisan
Kenampakan irisan merupakan
parameter yang penting bagi sosis untuk
disukai konsumen. Kenampakan irisan
merupakan daya tarik bagi sosis.
Kenampakan irisan menunjukkan bahwa
sosis yang dihasilkan kompak yang
dihasilkan dari proses emulsi yang cukup
baik. hasil rata – rata nilai organoleptik
8,73 8,80 8,84 8,93 8,96
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
Kadar
Lemak
(%)
Penambahantepung glukomanan umbi
gembili
3,04 a
3,28 b 3,44 c 3,64 d 3,56 d
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
Sensoris
Warna Penambahantepung glukomanan umbi
gembili
8. Penggunaan Tepung Glukomanan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta l.) sebagai…
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)
141
kenampakan irisan sosis daging ayam
berkisar antara 3,16 sampai 3,92 dengan
kriteria suka. Hasil rata - rata analisis ui
organoleptik kenampakan irisan sosis
daging ayam dengan variasi penambahan
tepung glukomanan umbi gembili dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Uji kesukaan warna terhadap sosis
daging ayam dengan variasi
penambahan tepung glukomanan
umbi gembili
Gambar 9 menunjukkan bahwa
sosis dengan nilai kesukaan kenampakan
irisan paling rendah terdapat pada
perlakuan dengan penambahan 0% tepung
glukomanan dengan nilai 3,16. Sedangkan
sosis dengan nilai kesukaan kenampakan
irisan paling tinggi terdapat pada sosis
dengan penambahan tepung glukomanan
umbi gembili sebesar 0,3% dengan nilai
3,92. Berdasarkan hasil analisis uji
keragaman dengan taraf 5% diketahui
bahwa variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili berpengaruh
nyata terhadap kesukaan kenampakan
irisan sosis daging ayam. Hal ini
dikarenakan kandungan glukomanan umbi
gembili dapat menstabilkan emulsi
sehingga dapat menghasilkan kenampakan
irisan yang baik.
Kekenyalan
Kekenyalan merupakan salah satu
parameter mutu yang penting dari produk
olahan daging termasuk sosis. Kekenyalan
merupakan salah satu sifat rheologi yaitu
sifat fisik produk pangan yang berkaitan
dengan deformasi bentuk akibat terkena
gaya mekanis. Nilai rata-rata uji
organoleptik kekenyalan pada sosis daging
ayam berkisar antara 2,8 sampai 3,72. hasil
rata-rata uji organoleptik kekenyalan sosis
daging ayam dengan variasi penambahan
tepung glukomanan umbi gembili dapat
dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Uji kesukaan kekenyalan terhadap
sosis daging ayam dengan variasi
penambahan tepung glukomanan
umbi gembili
Berdasarkan Gambar 10 diketahui
bahwa sosis dengan nilai organoleptik
kekenyalan terendah terdapat pada sosis
dengan penambahan tepung glukomanan
sebanyak 0% dengan nilai 2,8, sedangkan
sosis dengan nilai organileptik kekenyalan
paling tinggi terdapat pada sosis dengan
penambahan tepung glukomanan sebesar
0,3% dengan nilai 3,72. Berdasarkan uji
keragaman dengan taraf 5%, diketahui
bahwa variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili berpengaruh
nyata terhadap sifat organoleptik
kekenyalan sosis daging ayam. Hal ini
terjadi karena semakin tinggi penambahan
glukomanan, maka stabilitas emulsi sosis
daging ayam dengan variasi penambahan
tepung glukomanan semakin baik, dan
tekstur sosis akan semakin kenyal dan
kompak.
Rasa
Rasa merupakan perasaan yang
dihasilkan oleh makanan yang dimasukkan
3,16 a 3,44 b 3,6 c
3,92 d 3,72 e
0
1
2
3
4
5
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
Sensoris
kenampakan
irisan
Penambahan tepung glukomanan umbi
gembili
2,8 a 3,04 b
3,64 d 3,72 e 3,52 c
0
1
2
3
4
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
Organoleptik
kekenyalan
Penambahan tepung glukomanan umbi
gembili
9. Penggunaan Tepung Glukomanan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta l.) sebagai…
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)
142
ke dalam mulut, dan dirasakan oleh indra
perasa. Rasa dimulai melalui tanggapan
rangsangan kimiawi oleh indra pencicip.
Hasil rata - rata nilai organoleptik rasa
pada sosis daging ayam dengan variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili berkisar antara 3,52 sampai 3,88.
Hasil rata–rata nilai organoleptik rasa pada
sosis dengan variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili dapat dilihat
pada Gambar 11.
Gambar 11. Uji kesukaan rasa terhadap sosis
daging ayam dengan variasi
penambahan tepung glukomanan
umbi gembili
Berdasarkan Gambar 11 diketahui
bahwa sosis dengan nilai organoleptik rasa
paling rendah terdapat pada sosis dengan
variasi penambahan tepung glukomanan
umbi gembili sebesar 0% dengan nilai
3,52. Sedangkan sosis dengan nilai
organoleptik rasa tertinggi terdapat pada
sosis dengan variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili sebesar 0,3%
dengan nilai 3,88. Berdasarkan hasil uji
keragaman diketahui bahwa variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili berpengaruh nyata terhadap sifat
organoleptik rasa sosis daging ayam. Hal
ini dikarenakan tepung glukomanan umbi
gembili memiliki nilai WHC sebesar
3.4421,24% sehingga membuat bumbu -
bumbu yang ditambahkan pada proses
pembuatan sosis tetap berada di dalam
sosis tidak menguap atau larut dalam air
selama proses pemasakan.
Keseluruhan
Organoleptik keseluruhan
merupakan kesimpulan penilaian terhadap
sosis dari parameter sensoris yang diamati.
Menurut Winarno (2007), meskipun
berbagai cara analisis obyektif dapat
digunakan sebagai tanda adanya penurunan
mutu bahan makanan, namun penentuan
akhir adalah kepuasan panelis. Hasil rata -
rata nilai organoleptik keseluruhan sosis
daging ayam dengan variasi penambahan
tepung glukomanan umbi gembili berkisar
antara 2,96 - 3,84. Nilai rata - rata
organoleptik keseluruhan sosis daging
ayam dengan variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili dapat dilihat
pada Gambar 12.
Gambar 12. Uji kesukaan keseluruhan terhadap
sosis daging ayam dengan variasi
penambahan tepung glukomanan
umbi gembili
Berdasarkan Gambar 12 diketahui
bahwa sosis dengan nilai organoleptik
keseluruhan paling rendah terdapat pada
perlakuan dengan penambahan tepung
glukomanan sebesar 0% dengan nilai 2,96.
Sedangkan sosis dengan nilai organoleptik
keseluruhan palling tinggi terdapat pada
sosis dengan variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili sebesar 0,3%
dengan nilai 3,84. Berdasarkan hasil uji
keragaman diketahui bahwa variasi
penambahan tepung glukomanan umbi
gembili berpengaruh nyata terhadap uji
organoleptik keseluruhan sosis daging
ayam.
3,52 a 3,52 a 3,64 b 3,88 c 3,72 b
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
Sensoris
rasa
Penambahan tepung glukomanan umbi
gembili
2,96 a
3,52 b 3,72 c 3,84 c 3,8 c
0
1
2
3
4
5
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
Sensoris
keseluruhan
Penambahan tepung glukomanan umbi
gembili
10. Penggunaan Tepung Glukomanan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta l.) sebagai…
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)
143
Uji Efektivitas Sosis Daging Ayam
dengan Variasi Penambahn Tepung
Glukomanan Umbi Gembili
Hasil fisik, kimia, dan organoleptik
sosis daging ayam didapatkan beberapa
data yang kemudian dilakukan pengujian
nilai efektivitasnya untuk mendapatkan
perlakuan terbaik dengan sampel
penelitian. Uji indeks efektivitas
membantu untuk menentukan perlakuan
terbaik. Hasil uji efektivitas sosis daging
ayam dengan variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili dapat dilihat
pada Gambar 13.
Gambar 13. Uji efektivitas sosis daging ayam
dengan variasi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili
Berdasarkan uji efektivitas diketahui
bahwa perlakuan yang memberikan hasil
terbaik pada penelitian ini adalah sosis
dengan penambahan tepung glukomanan
umbi gembili sebesar 0,3%. Hasil analisa
perlakuan penambahan 0,3% tepung
glukomanan adalah kecerahan 51,51;
tekstur 100,42 g/mm; kadar abu 1,45%;
kadar air 0,46%; kadar protein 50,34%;
kadar lemak 8,93%; sifat organoleptik rasa
3,88; sifat organoleptik warna 3,64; sifat
organoleptik kekenyalan 3,72; sifat
organoleptik kenampakan irisan 3,92; dan
sifat organoleptik keseluruhan 3,84.
KESIMPULAN
Penambahan tepung glukomanan
umbi gembili berpengaruh nyata terhadap
sosis daging ayam yang dihasilkan pada
tekstur, kadar air, kesukaan warna,
kesukaan kenampakan irisan, kesukaan
rasa, kesukaan kekenyalan, dan kesukaan
keseluruhan. Tetapi penambahan tepung
glukomanan umbi gembili tidak berbeda
nyata terhadap sosis daging ayam yang
dihasilkan pada kadar lemak, kadar
protein, warna, dan kadar abu. Sosis
dengan nilai yang baik dan disukai panelis
berdasarkan uji efektivitas adalah sosis
dengan penambahan tepung glukomanan
umbi gembili sebesar 0,3%. hasil analisa
sosis dengan penambahan 0,3% tepung
glukomanan umbi gembili yaitu warna
51,51, tekstur 100,42g/mm, kadar abu
1,45%, kadar air 45,99%, kadar protein
16,78%, kadar protein 16,78%, kadar
lemak 8,93%, sifat kesukaan rasa 3,88,
sifat kesukaan warna 3,64, sifat kesukaan
kekenyalan 3,72, sifat kesukaan
kenampakan irisan 3,92, dan sifat
kesukaan keseluruhan 3,84.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Yang telah memberikan
dana penelitian melalui beasiswa program
Indofood Riset Nugraha 2015/2016.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 2005. Official Methods of Analysis.
Association of Official Analytical
Chemists. Benjamin Franklin Station,
Washington.
Badan Standar Nasional. 1995. Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3820-
1995 tentang Sosis Daging meliputi
Sarat Mutu, Cara Pengambilan Contoh,
Cara Uji, Syarat Penandaan dan Cara
Pengemasan. http://www.bsn.go.id/
(Diakses Tanggal 23 April 2016)
Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H.,
and Wooton, M. 1987. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Herlina, 2012. Karakterisasi dan Aktivitas
Hipolipidemik serta Potensi Prebiotik
0,17
0,38
0,65
0,85
0,74
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0% 0,1% 0,2% 0,3% 0,4%
Uji
efektivitas
Penambahan tepung glukomanan umbi
gembili
11. Penggunaan Tepung Glukomanan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta l.) sebagai…
Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)
144
Polisakarida Larut Air Umbi Gembili
(Dioscorea esculenta. L.). “Disertasi”.
Program Doktor Ilmu-Ilmu Pertanian
Universitas Brawijaya, Malang.
Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Press UI,
Jakarta.
Meilgaard, M. C., Civille, G. V., and Carr, B.
T. 2007. Sensory Evaluation
Techniques, 4th Edition. CRC Press,
Boca Raton, FL, USA.
Subagyo, J. 2006. Metode Penelitian Dalam
Teori Dan Praktek. Rineka Cipta,
Jakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi. 1997.
Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Penerbit
Liberty, Yogyakarta.
Widjanarko S. B., Aji S., dan Anni, S. 2011b.
Efek hidrogen peroksida terhadap sifat
fisiko-kimia tepung porang
(Amorphophallus oncophyllus) dengan
metode maserasi dan ultrasonik. Jurnal
Teknologi Pertanian, 12: 143-152.
Winarno, F. G. 2007. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.