Buku ini membahas moderasi beragama sebagai esensi agama yang penting untuk terciptanya kerukunan antar umat beragama di Indonesia yang plural. Moderasi beragama dijelaskan sebagai cara beragama yang tidak ekstrem dan berlebihan serta menghindari kekerasan. Tujuannya adalah menciptakan toleransi dan menjaga persatuan bangsa.
2. TUJUAN DILUNCURKAN BUKU
MODERASI BERAGAMA
Mengajarkan sikap
beragama yang moderat
atau seimbang
1
Meneguhkan komitmen
kebangsaan terhadap NKRI
2
Menerima Pancasila sebagai
dasar negara republik
Indonesia.
3
Memperkuat penerimaan
terhadap keragaman atau
kemajemukan
(kebhinnekaan)
4
Melestarikan pandangan dan
tradisi keagamaan yang
ramah dengan budaya lokal.
5
4. RINGKASAN
• Sambutan Menteri Agama Republik Indonesia
• Pengantar Kepala Badan Litbang dan Diklat
• Daftar isi
PROLOG
Lukman Hakim Saifudin Menteri Agama RI
KAJIAN KONSEPTUAL MODERASI BERAGAMA
• Pengertian dan batasan moderasi
• Prinsip dasar moderasi adil dan berimbang
• Landasan moderasi dalam Tradisi Berbagai Agama
• Indikator Moderasi Beragama
• Moderasi Diantara Ektrem Kiri dan Ektrem Kanan
DAFTAR ISI
5. STRATEGI PENGUATAN DAN IMPLEMENTASI
MODERASI BERAGAMA
• Moderasi Beragama di Kementerian Agama
• Sosialisasi Narasi Moderasi Beragama
• Pelembagaan Implementasi Moderasi Beragama
• Integrasi Moderasi Beragama dalam RPJMN 2020-2024
• Rencana Strategi Kementerian Agama
DAFTAR ISI
PENGALAMAN EMPIRIK MODERASI BERAGAMA
• Konterks Masyarakat Multikultural
• Modal Sosial Kultural Moderasi beragama
• Moderasi beragama untuk Penguatan Teleransi Aktif
• Moderasi Beragama untuk Nirkekerasan
• Moderasi Beragama di Era Disrupsi Digital
EPILOG
STRATEGI PENGUATAN DAN IMPLEMENTASI MODERASI
BERAGAMA
6. Keseluruhan buku ini
mengandung
penjelasan tentang
makna moderasi
dalam beragama agar
umat beragama
paham.
GARIS BESAR BUKU
Penjelasan ini penting
karena moderasi beragama
dipahami sebagai esensi
agama, dan menjadi sebuah
keniscayaan dalam konteks
masyarakat yang plural dan
multikultural seperti
Indonesia
Muaranya adalah demi
terciptanya
kerukunan intra dan
antarumat beragama.
7. MODERASI
BERAGAMA
DAN
BUKAN
MODERASI
AGAMA
Agama tidak perlu dimoderasi
karena agama itusendiri telah
mengajarkan prinsip moderasi,
keadilan dan keseimbangan.
Jadi bukan agamanya yang harus
dimoderasi, melainkan cara
pandang dan sikap umat beragama
dalam memahami dan menjalankan
agamanya yang harus dimoderasi
Tidak ada agama yang
mengajarkan ekstremitas, tapi
tidak sedikit orang yang
memahami dan menjalankan
ajaran agamanya secara ekstrem
8. Kata ‘moderat’ adalah sebuah kata sifat, turunan
dari kata moderation, yang berarti tidak berlebih-
lebihan atau sedang
MENURUT KAMUS
Moderasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
didefinisikan sebagai 'pengurangan kekerasan', atau
'penghindaran keekstreman'
KBBI juga dijelaskan bahwa kata ‘moderasi’ berasal
dari bahasa Latin moderâtio, yang berarti ke-sedang-
an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan).
Ketika kata moderasi disandingkan dengan
kata 'beragama', menjadi moderasi beragama,
maka merujuk pada sikap mengurangi
kekerasan, atau menghindari keesktreman
dalam praktik beragama
9. Moderasi beragama
berarti cara beragama
jalan tengah.
APA ITU
MODERASI
BERAGAMA? Dengan moderasi
beragama, seseorang
tidak ekstrem dan tidak
berlebih-lebihan saat
menjalani ajaran
agamanya.
Orang yang
mempraktekkannya
disebut moderat.
10. Seseorang yang beribadah terus-menerus dari pagi
hingga malam tanpa mempedulikan problem sosial
di sekitarnya bisa disebut berlebihan dalam
beragama.
Seseorang juga bisa disebut berlebihan dalam
beragama ketika ia sengaja merendahkan agama
(saudara atau orang lain), ataugemar menghina figur
atau simbol suci agama tertentu.
Dalam contoh kasus seperti yang disebutkan di atas,
maka ia sudah terjebak dalam ekstremitas yang
tidak sesuai dengan prinsip moderasi beragama.
CONTOH
BERAGAMA YANG
BERLEBIHAN
12. Pada zaman Buddha ada seorang raja yang berama Asoka
Wardhana atau dikenal juga dengan nama Dhammasoka. Beliau
adalah seorang raja yang menganut ajaran Buddha. Untuk
menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama maka beliau
mengeluarkan dekrit yang isinya sebagai berikut :
“… janganlah kita menghormat agama kita sendiri dengan mencela
agama orang lain. Sebaliknya agama orang lain hendaknya
dihormat atas dasar tertentu. Dengan berbuat begini kita
membantu agama kita sendiri untuk berkembang disamping
menguntungkan pula agama lain. Dengan berbuat sebaliknya kita
akan merugikan agama kita sendiri di samping merugikan agama
orang lain. Oleh karena itu, barang siapa menghormat agamanya
sendiri dengan mencela agama lain – semata – mata karena
dorongan rasa bakti kepada agamanya dengan berpikir ‘
bagaimana aku dapat memuliakan agamaku sendiri ‘ maka dengan
berbuat demikian ia malah amat merugikan agamanya sendiri.
Oleh karena itu toleransi dan kerukunan beragamalah yang
dianjurkan dengan pengertian, bahwa semua orang selain
mendengarkan ajaran agamanya sendiri juga bersedia untuk
mendengarkan ajaran agama yang dianut orang lain… “
KISAH RAJA ASOKA
13. • Agama hanya mengurusi
ruang privat dan internum
• Agama tidak boleh
mencapuri masalah
publik seperti sosial
kemasyarakatan dan
ekonomi politik
• Penggunaan akal harus
diutamakan dalam
memahami teks-teks
kitab suci
• kebangsaan yang asolut
• Universal HAM dan
Individualisme
• Selalu menghindarkan
perilaku yang ekstrem
• Memiliki sikap yang
terkendali dan
bertanggung jawab
• Mau mempertimbangkan
pandangan pihak lain
yang berbeda (inklusif)
• Kontekstual dan adaptif
dengan situasi yang ada
• Berlebihan, drastis, eksesif,
melewati batas, melampaui
kealamian, musykil
• Fanatik, reaksioner,
revolusioner, ultra konservatist,
ekslusif
• Radikalis, fundamentalis,
puritanist
• Tekstualis dalam memahami
kitab suci
• Menggunakan metode ekstrem
dalam memperjuangkan
kepentingannya
• Islamist dan jihadist, memiliki
agenda politik yaitu untuk
mengganti rezom yang sedang
berkuasa karena dianggap
kafir
14. •Prinsipnya ada dua :
adil dan berimbang
•Bersikap adil berarti
menempatkan segala
sesuatu pada
tempatnya seraya
melaksanakan-nya
secara baik dan secepat
mungkin.
•Sedangkan sikap berimbang
berarti selalu berada di
tengah diantara dua kutub.
Dalam halibadah misalnya,
Seorang Moderat yakin
bahwa beragama adalah
melakukan pengabdian
kepada Tuhan dalam bentuk
menjalankan ajaran-Nya
yang berorientasi pada
upayauntuk
memuliakanmanusia.
PRINSIP
DASAR
MODERASI
BERAGAMA
15. Toleran itu
adalah hasil yang
diakibatkan oleh
sikap moderat
dalam beragama.
Moderasi adalah
proses, toleransi
adalah hasilnya.
Seorang yang
moderat bisa jadi
tidak setuju atas
suatu tafsir ajaran
agama, tapiia tidak
akan menyalah-
nyalahkan orang lain
yang berbeda
pendapat
dengannya
seorang yang
moderat niscaya
punya
keberpihakan
atas suatu tafsir
agama, tapiia
tidak akan
memaksakannya
berlaku untuk
orang lain.
MODERASI
MENGHASILKAN
TOLERANSI
16. Sejak awal para
pendiri bangsa
sudah berhasil
mewariskan satu
bentuk
kesepakatan
dalam berbangsa
dan bernegara,
yakni NKRI
X
MODERASI BERAGAMA DALAM KONTEKS INDONESIA
Indonesia
bukan negara
agama, tapi
juga agama
tidak
terpisahkan
dari kehidupan
sehari-hari
warganya.
Nilai-nilai
agama
dijaga dan
dipadukan
dengan
nilai-nilai
kearifan dan
adat-
istiadat
lokal
Nilai-nilai
agama
dilembagakan
oleh negara,
tapi nilai-nilai
budaya berjalin
berkelindan
dengan
harmonis
Itulah
strategi
kebudayaan
untuk
merawat jati
diri Indonesia
yang khas
17. XI
SIAPA YANG MENGAWAL MODERASI BERAGAMA?
Tegaknya moderasi beragama perlu dikawal bersama, baik masyarakat maupun negara.
Umatberagama yang moderat harus lantang bersuara dan tidak lagi memilih menjadi mayoritas yang
diam.
Bangsaharus yakin bahwa Indonesia memiliki modal sosialuntuk memperkuat moderasi beragama,
yaitu; nilai-nilai budaya lokal, kekayaan keragaman adat istiadat, tradisi bermusyawarah, serta budaya
gotong-royong yang diwarisi masyarakat Indonesia secaraturun temurun.
Jikadipikul bersama, Indonesia dapatmenjadi inspirasi dunia dalam mempraktikkan moderasi
beragama.
18. PERAN KEMENTERIAN AGAMA RI
Kata “moderat”
sebagai salah satu
dari empat kata
kunci, selain taat
beragama, cerdas,
dan unggul.
Visi itu perlu diturunkan
lagi ke dalam program
dan kegiatan yang sesuai
dengan tugas dan fungsi
Kementerian Agama
dalammenyelenggarakan
urusan pemerintahan di
bidang agama
untukmembantu Presiden
dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara
Visi Kementerian
Agama 2020-
2024 adalah
“Masyarakat
Indonesia Taat
Beragama,
Moderat, Cerdas,
dan Unggul”.
19. sasaran strategis
meningkatkan moderasi
beragama dan KUB
sasaran strategis 3
Meningkatan keselarasan
relasi agama dan budaya
Sasaran Kegiatan
• Perlindungan umat
beragama
• lembaga agama, organisasi
sosial keagamaan, tokoh
agama, tokoh masyarakat
• FKUB
• Pembinaan kerukunan
• Penangana konflik
• penyuluh agama
• rumah ibadah
• penyiaran agama di ruang
publik
• mata pelajaran/kuliah
agama
• materi diklat
Penguatan kualitas moderasi beragama dan kerukunan umat beragama
Sasaran Program
• Konflik antar
umat beragama
• Konflik intra umat
beragama
• Pembinaan
moderasi
beragama
• sistem pendidikan
moderat
• wawasan
moderasi
beragama
Sasaran Program
• aksi konfrontatif
terhadap tradisi
dan ritual
budaya
• khazaanah
budaya bernafas
agama
Sasaran Kegiatan
• Dialog lintas
agama dan
budaya
• Tafsir agama dam
konteks budaya
• Kualitas literasi
khazanah budaya
• Produk budaya
berbasis agama
• Perayaan
keagamaan dan
budaya