Buku ini membahas tentang moderasi beragama dan pentingnya sikap moderat dalam beragama di Indonesia yang multikultural. Buku ini menjelaskan definisi moderasi beragama menurut beberapa agama dan tokoh agama, serta empat indikator utama moderasi beragama yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan adaptif terhadap budaya lokal. Tujuannya adalah memperkuat kerukunan antar umat beragama.
1. Peran Kemenag RI dalam
Pembangunan Bidang Agama:
Moderasi Beragama
KEMENTERIAN AGAMA RI
2020 1
2. TUJUAN DILUNCURKAN BUKU
MODERASI BERAGAMA
Memberikan sumbangsih pemikiran bagi pemerintah agar
Kementerian dan Lembaga (K/L) merumuskan kebijakan
terkait:
(1) Mengajarkan sikap beragama yang moderat atau
seimbang,
(2) Meneguhkan komitmen kebangsaan terhadap NKRI,
(3) Menerima Pancasila sebagai dasar negara republik
Indonesia,
(4) Memperkuat penerimaan terhadap keragaman atau
kemajemukan (kebhinnekaan) dan;
(5) Melestarikan pandangan dan tradisi keagamaan yang
ramah dengan budaya lokal.
2
3. ADA EMPAT INDIKATOR MODERASI
BERAGAMA
1. Komitmen kebangsaan (PBNU:
Pancasila, Bhinneka, NKRI & UUD 1945)
2. Toleransi
3. Anti kekerasan
4. Adaptif terhadap kebudayaan lokal
(Sumber: Moderasi Beragama, Kemenag, 2019: 43)
3
5. TENTANG KOVER BUKU
• Pada kover depan buku ini, terdapat gambar bandul jam yang
sedang bergerak ke kanan dan ke kiri.
• Moderasi beragama atau MB adalah ibarat bandul jam yang
berada di tengah-tengah, yang bergerak dari pinggir (ekstrem) -
baik kanan (eka) atau kiri (eki).
• Gerakan bandul ini selalu cenderung menuju pusat atau sumbu
(centripetal), ia tidak pernah diam statis.
• Artinya, sikap moderat dalam beragama pada dasarnya
merupakan keadaan yang dinamis, selalu bergerak (baik kanan
mupun kiri), karena moderasi pada dasarnya merupakan proses
pergumulan terus-menerus yang dilakukan dalam kehidupan
masyarakat.
• Sikap moderat dalam beragama selalu berkontestasi dengan
nilai-nilai yang ada di kanan dan kirinya. Karena itu, mengukur
moderasi beragama harus bisa menggambarkan bagaimana
kontestasi dan pergumulan dua nilai itu terjadi.
5
6. PROLOG:
• Buku ini hadir untuk menjelaskan tentang moderasi
beragama dan meluruskan salah faham tentangnya.
Karenanya, secara keseluruhan isi buku ini akan
mengandung penjelasan tentang apa (what), mengapa
(why), dan bagaimana (how).
• Apa yang dimaksud dengan moderasi beragama?
Mengapa moderasi beragama penting dalam konteks
kehidupan keagamaan di Indonesia khususnya? Dan
bagaimana cara atau strategi penguatan dan
implementasi moderasi beragama tersebut, agar
kerukunan umat beragama terjaga?
6
7. MODERASI BERAGAMA DAN BUKAN
MODERASI AGAMA
• Agama tidak perlu dimoderasi karena agama itu
sendiri telah mengajarkan prinsip moderasi,
keadilan dan keseimbangan.
• Jadi bukan agamanya yang harus dimoderasi,
melainkan cara pandang dan sikap umat
beragama dalam memahami dan menjalankan
agamanya yang harus dimoderasi.
• Tidak ada agama yang mengajarkan ekstremitas,
tapi tidak sedikit orang yang memahami dan
menjalankan ajaran agamanya secara ekstrem.
7
8. MENURUT KAMUS
• Kata ‘moderat’ adalah sebuah kata sifat, turunan dari kata
moderation, yang berarti tidak berlebih-lebihan atau
sedang.
• Dalam bahasa Indonesia, kata ini kemudian diserap menjadi
'moderasi', yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) didefinisikan sebagai 'pengurangan kekerasan', atau
'penghindaran keekstreman'.
• Dalam KBBI juga dijelaskan bahwa kata ‘moderasi’ berasal
dari bahasa Latin moderâtio, yang berarti ke-sedang-an
(tidak kelebihan dan tidak kekurangan).
• Ketika kata moderasi disandingkan dengan kata 'beragama',
menjadi moderasi beragama, maka merujuk pada sikap
mengurangi kekerasan, atau menghindari keesktreman
dalam praktik beragama.
8
9. GARIS BESAR BUKU
• Keseluruhan buku ini mengandung penjelasan
tentang makna moderasi dalam beragama agar
umat beragama paham.
• Penjelasan ini penting karena moderasi
beragama dipahami sebagai esensi agama, dan
menjadi sebuah keniscayaan dalam konteks
masyarakat yang plural dan multukultural seperti
Indonesia.
• Muaranya adalah demi terciptanya kerukunan
intra dan antarumat beragama. 9
10. TENTANG
MODERASI BERAGAMA
• Anggapan yang lazim berkembang di kalangan masyarakat
adalah bahwa berpihak pada nilai-nilai moderasi dan
toleransi dalam beragama sama artinya dengan bersikap
liberal dan mengabaikan norma-norma keagamaan (kasus
di Barat memang demikian).
• Mereka yang beragama secara moderat sering dihadap-
hadapkan secara diametral dengan umat yang dianggap
konservatif dan berpegang teguh pada ajaran agamanya.
• Sementara dalam buku tersebut, moderat dalam beragama
berarti percaya diri dengan esensi ajaran agama yang
dipeluknya, yang mengajarkan prinsip adil dan berimbang,
tetapi berbagi kebenaran sejauh menyangkut tafsir agama.
10
11. MODERASI BERAGAMA MENURUT
ULAMA
• Salah satu di antara ulama yang banyak menguraikan
tentang moderasi adalah Yusuf al-Qaradhawi.
• Yusuf al-Qardhawi adalah seorang tokoh Ikhwan moderat
dan sangat kritis terhadap pemikiran Sayyid Quthb, yang
dianggap menginspirasi munculnya ektrimisme serta paham
yang menuduh kelompok lain sebagai thâghût atau kafir.
• Al-Qardhawpun mengungkapkan 30 rambu-rambu moderasi
ini, antara lain: (1) pemahaman Islam secara komprehensif,
(2) keseimbangan antara ketetapan syari’ah dan perubahan
zaman, (3) dukungan kepada kedamaian dan penghormatan
nilai-nilai kemanusiaan, (4) pengakuan akan pluralitas
agama, budaya dan politik, dan (5) pengakuan terhadap hak-
hak minoritas.
11
12. Umat Islam adalah moderat
• Dari definisi diatas, penggunaan kata moderasi ini
ditujukan kepada sikap atau prilaku umat Islam.
• Hal ini merujuk kepada kata ummatan wasathan dalam
QS. Al-Baqarah: 143, yang berarti merujuk pada umat
manusia.
• ِل اًطَسَو ًةَّمُأ ْمُكاَنْلَعَج َكِلََٰذَكَو
ِ
اسَّنال ىَلَع َءَادَهُش واُنُوكَت
َُونكَيَو
َو ۗ ًاديَِهش ْمُكْيَلَع ُلوُسَّالر
َّلا َةَلْبِقْلا اَنْلَعَج اَم
يِت
ِبَّتَي نَم َمَلْعَنِل َّ
َّلِإ اَهْيَلَع َُنتك
َع ُبِلَقنَي نَّمِم َلوُسَّالر ُع
َٰ
ىَل
َّ
َّلِإ ًةَيرِبَكَل ْتَناَك نِإَو ۚ ِهْيَبِقَع
َو ۗ ُ َّ
َّللا َىدَه َينِذَّلا ىَلَع
اَم
َ َّ
َّللا َّنِإ ۚ ْمُكَناَميِإ َعي ِ
ضُيِل ُ َّ
َّللا َانَك
ِ َّر وحُءَرَل ِ
اسَّنالِب
يم
- 12
13. Terjemahan & Tafsir
• “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang
menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui
(supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat,
kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan
Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”
• Kata wasath berarti segala sesuatu yang baik berada pada posisi
diantara dua ekstrem. Keberanian adalah pertengahan sifat ceroboh
dan takut. Kedermawanan merupakan pertengahan antara sifat
boros dan kikir. Kesucian merupakan pertengahan antara
kedurhakaan karena dorongan nafsu yang menggebu dan impotensi.
13
14. Menurut Kristen
• Salah satu kiat untuk mengarusutamakan moderasi beragama
adalah melakukan interkasih semaksimal mungkin antara
agama yang satu dengan agama yang lain, antara aliran yang
satu dengan aliran yang lain dalam internal umat beragama.
Kata-kata bijak ini benar: “Kita tidak mungkin bersatu jika kita
tidak saling mencintai; kita tidak mungkin saling mencintai jika
kita tidak saling mengenal; dan kita tidak mungkin saling
mengenal jika kita tidak saling mengasihi.
• (Sumber: Richard Daulay pada kegiatan FGD Pengarustamaan
Moderasi Beragama,
Senin 25 Februari 2019, Hotel Aryaduta Jakarta Pusat).
14
15. Menurut Katolik
• Konsili Vatikan II, dialog antara Gereja Katolik dan agamaagama lain
sangat didorong dan dimajukan. Umat Katolik dinasihati “supaya
dengan bijaksana dan penuh kasih , melalui dialog dan kerja sama
dengan para penganut agama-agama lain, mengakui, memelihara
dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-
nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka” (NA.2).
Konsili mengharapkan supaya “dialog yang terbuka mengajak semua
untuk dengan setia menyambut dorongan-dorongan Roh serta
mematuhinya dengan gembira” (GS.92).
• Dengan tegas Konsili Vatikan II
mengatakan bahwa “di luar persektuan Gereja pun terdapat banyak
unsur pengudusan dan kebenaran” (LG.8)
15
16. Menurut Hindu
• Agama Hindu terpenting adalah susila, yaitu bagaimana
menjaga hubungan yang harmonis antara sesama manusia.
Kasih sayang adalah hal yang utama dalam moderasi di semua
agama. Kasih sayang bisa kita wujudkan dalam segala
hal/aspek. Pada intinya, umat Hindu mendukung penuh
Empat Pilar Kebangsaan (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI,
dan UUD 1945) yang telah menjadi ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), serta
bertekad untuk melawan radikalisme, fundamentalisme, dan
ekstemisme dalam memahami dan melaksanakan ajaran
agama.
16
17. MODERASI BERAGAMA:
SECARA ETIMOLOGIS
• Moderasi berasal dari bahasa Latin moderâtio, yang berarti ke-
sedang-an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga
berarti “penguasaan diri”. Artinya, bersikap wajar, biasa-biasa
saja, dan tidak ekstrem.
• Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ‘moderasi’ bermakna:
(1) pengurangan kekerasan, dan
(2) penghindaran keekstreman.
• Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam
pengertian rata-rata (average), inti (core), baku (standard), atau
tidak berpihak (non-aligned).
• Secara umum, moderat berarti mengedepankan keseimbangan
dalam hal keyakinan (belief), moral, dan watak, baik ketika
memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika
berhadapan dengan institusi negara.
17
18. • Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata
wasaṭ atau wasaṭīyah, yang memiliki padanan makna dengan
kata tawassuṭ (tengah-tengah), i’tidāl (adil), dan tawāzun
(berimbang).
• Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wāsiṭ.
Dalam bahasa Arab pula, kata wasaṭīyah diartikan sebagai
“pilihan terbaik”.
• Dalam buku tsb, kata wasaṭīyah menyiratkan satu makna yang
sama, yakni adil, yang dalam konteks ini berarti memilih posisi
jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem.
• Kata wāsiṭ bahkan sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia yang
memiliki tiga pengertian, yaitu: 1) penengah, perantara (misalnya
dalam perdagangan, bisnis); 2) pelerai (pemisah, pendamai)
antara yang berselisih; dan 3) pemimpin di pertandingan.
18
19. APA ARTI MODERASI?
• Moderasi adalah jalan tengah.
• Moderator adalah orang yang menengahi kegiatan diskusi.
Dia tidak berpihak kepada siapa pun atau pendapat mana
pun. Tapi bersikap adil kepada semua pihak yang terlibat
dalam diskusi.
• Moderasi juga berarti ‘’sesuatu yang terbaik’’. Sesuatu
yang ada di tengah biasanya berada di antara dua hal yang
buruk.
• Contohnya adalah keberanian. Sifat berani dianggap baik
karena ia berada di antara sifat ceroboh dan sifat takut.
Sifat dermawan juga baik karena ia berada di antara sifat
boros dan sifat kikir. 19
20. APA ITU MODERASI BERAGAMA?
• Moderasi beragama berarti cara beragama
jalan tengah sesuai pengertian moderasi
tadi.
• Dengan moderasi beragama, seseorang
tidak ekstrem dan tidak berlebih-lebihan
saat menjalani ajaran agamanya.
• Orang yang mempraktekkannya disebut
moderat.
20
21. BISA DISEBUTKAN CONTOH
BERAGAMA YANG BERLEBIHAN?
• Seseorang yang beribadah terus-menerus dari pagi
hingga malam tanpa mempedulikan problem sosial
di sekitarnya bisa disebut berlebihan dalam
beragama.
• Seseorang juga bisa disebut berlebihan dalam
beragama ketika ia sengaja merendahkan agama
(sdr atau orang lain), atau gemar menghina figur
atau simbol suci agama tertentu.
• Dalam contoh kasus seperti yang disebutkan di atas,
maka ia sudah terjebak dalam ekstremitas yang
tidak sesuai dengan prinsip moderasi beragama.
21
22. DI MANA POSISIORANG MODERATDI ANTARA
DUAKUTUBEKSTREMITU?
• Orang moderat harus berada di tengah, berdiri di
antara kedua kutub ekstrem itu.
• Ia tidak berlebihan dalam beragama, tapi juga tidak
berlebihan dalam menggunakan akal.
• Dia tidak ekstrem mengagungkan teks-teks keagamaan
tanpa menghiraukan akal/nalar, juga tidak berlebihan
mendewakan akal sehingga mengabaikan teks.
• Pendek kata, moderasi beragama bertujuan untuk
menengahi serta mengajak kedua kutub ekstrem
dalam beragama tsb untuk bergerak ke tengah -
kembali pada esensi ajaran agama, yaitu
memanusiakan manusia.
22
23. ILUSTRASI
EKSTREM
KANAN/AGAMA
1. Berlebihan, drastis,
eksesif, melewati
batas, melampaui
kealamiahan,
musykil;
2. Fanatik, reaksioner,
revolusioner, ultra
konservatist,
eksklusif.
3. Radikalis,
fundamentalis,
puritanist.
4. Tekstualis dalam
memahami Kitab
Suci.
5. Menggunakan
metode ekstrim dalam
memperjuangkan
kepentingannya
6. Islamist dan Jihadist,
memiliki agenda
politik yaitu untuk
mengganti rezom yang
sedang berkuasa
karena dianggap
thogut (kafir)..
EKSTREM
KIRI/SEKUL
UARISME
1. Agama hanya
mengurusi
ruang privat
dan internum.
2. Agama tidak
boleh
mencampuri
masalah public
seperti sosial
kemasyarakata
n dan ekonomi
politik
3. Penggunaan
akal harus
diutamakan
dalam
memahami
teks-teks Kitab
Suci.
4. Kebebasan
yang absolut
5. Universal HAM
dan
Individualisme
1. Selalu
menghindarkan
perilaku atau
pengungkapan
yang ekstrem;
2. Memiliki sikap
yang terkendali
(self-control) dan
bertanggungjawa
b.
3. Berkecenderunga
n ke arah dimensi
jalan tengah atau
seimbang;
4. Pandangannya
mau memper-
timbangkan
pandangan pihak
lain yang berbeda
dengannya
(inklusif);
1. Kontekstual dan
adaptif dengan
situasi yang ada.
23
24.
25.
26. PRINSIPDASAR MODERASIBERAGAMA
• Prinsipnya ada dua: adil dan berimbang.
Bersikap adil berarti menempatkan segala
sesuatu pada tempatnya seraya melaksanakan-
nya secara baik dan secepat mungkin.
• Sedangkan sikap berimbang berarti selalu berada
di tengah di antara dua kutub. Dalam hal ibadah,
misalnya, seorang moderat yakin bahwa
beragama adalah melakukan pengabdian kepada
Tuhan dalam bentuk menjalankan ajaran-Nya
yang berorientasi pada upaya untuk memuliakan
manusia.
26
27. SIKAP EKSTREM
• Ketika seorang pemeluk agama meng-kafir- kan
saudaranya sesama pemeluk agama yang sama hanya
karena mereka berbeda dalam paham keagamaan
(furu’iyyah) atau berbeda praktek keagamaan
(khilafiyyah).
• Orang yang ekstrem sering terjebak dalam praktek ber-
agama atas nama Tuhan hanya untuk membela
keagungan-Nya.
• Bersikap ekstrem disertai kekerasan (violent extremism)
dalam mengamalkan apa yang dipahaminya pastilah
mengenyampingkan aspek kemanusiaan, msl,
membunuh demi paham yang diyakininya.
27
28. APA CONTOHMELANGGAR
BATASANKESEPAKATANBERSAMA?
• Jika seseorang, atas nama ajaran agama, melanggar
butir-butir Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang telah
menjadi kesepakatan bersama bangsa Indonesia dalam
berbangsa dan bernegara, itu sudah bisa dinilai ekstrem
dan melanggar.
• Jika seseorang melanggar peraturan yang telah
disepakati bersama oleh seluruh warga di lingkungan
tempat tinggal.
• Apapun alasannya seperti atas nama agama yang
dianutnya, dia melanggar kesepakatan bersama yang
telah ia setujui sebelumnya, maka ia pun dapat dianggap
berlebih-lebihan (ekstrem).
28
29. Intinya untuk kemanusiaan
• Inti pokok ajaran agama adalah untuk menjaga
kemanusiaan, bukan untuk menghancurkannya.
• Jika paham ekstremnya mengakibatkan terbunuhnya
orang tak bersalah maka paham itu jelas bertentangan
dengan fitrah agama itu sendiri.
• Fitrah agama adalah memperlakukan mereka yang
berbeda agama sebagai saudara sesama manusia dan
akan menjadikan orang yang seagama sebagai saudara
seiman.
• Orang moderat akan sangat mempertimbangkan
kepentingan kemanusiaan di samping kepentingan
keagamaan yang sifatnya subjektif. 29
30. MODERASI MENGHASILKAN
TOLERANSI
• Toleran itu adalah hasil yang diakibatkan oleh sikap
moderat dalam beragama.
• Moderasi adalah proses, toleransi adalah hasilnya.
• Seorang yang moderat bisa jadi tidak setuju atas
suatu tafsir ajaran agama, tapi ia tidak akan
menyalah-nyalahkan orang lain yang berbeda
pendapat dengannya.
• Begitu juga seorang yang moderat niscaya punya
keberpihakan atas suatu tafsir agama, tapi ia tidak
akan memaksakannya berlaku untuk orang lain. 30
31. MODERASI BERAGAMA
DALAM KONTEKS INDONESIA
• Sejak awal para pendiri bangsa sudah berhasil mewaris-
kan satu bentuk kesepakatan dalam berbangsa dan
bernegara, yakni NKRI.
• Indonesia bukan negara agama, tapi juga agama tidak
terpisahkan dari kehidupan sehari-hari warganya.
• Nilai-nilai agama dijaga dan dipadukan dengan nilai-
nilai kearifan dan adat-istiadat lokal.
• Nilai-nilai agama dilembagakan oleh negara, tapi nilai-
nilai budaya berjalin berkelindan dengan harmonis.
• Itulah strategi kebudayaan untuk merawat jati diri
Indonesia yang khas.
31
32. SIAPA YANG MENGAWAL MODERASI
BERAGAMA?
• Tegaknya moderasi beragama perlu dikawal bersama,
baik masyarakat maupun negara.
• Umat beragama yang moderat harus lantang bersuara
dan tidak lagi memilih menjadi mayoritas yang diam.
• Bangsa harus yakin bahwa Indonesia memiliki modal
sosial untuk memperkuat moderasi beragama, yaitu;
nilai-nilai budaya lokal, kekayaan keragaman adat
istiadat, tradisi bermusyawarah, serta budaya gotong-
royong yang diwarisi masyarakat Indonesia secara turun
temurun.
• Jika dipikul bersama, Indonesia dapat menjadi inspirasi
dunia dalam mempraktikkan moderasi beragama.
32
33. PERAN KEMENAG RI
• Visi Kementerian Agama 2020-2024 adalah
“Masyarakat Indonesia Taat Beragama, Moderat,
Cerdas, dan Unggul”.
• Kata “moderat” sebagai salah satu dari empat kata
kunci, selain taat beragama, cerdas, dan unggul.
• Keempat visi itu perlu diturunkan lagi ke dalam
program dan kegiatan yang sesuai dengan tugas dan
fungsi Kementerian Agama dalam menyelenggara-
kan urusan pemerintahan di bidang agama untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara. 33
34. VISI CERDAS
• Secara keseluruhan program dan kegiatan di
Kementerian Agama harus mencakup aspek
pelayanan, pendidikan, riset, advokasi, literasi,
ekonomi umat, tata kelola, serta integrasi data
agama dan keagamaan.
• Visi Cerdas dan Unggul dalam konteks moderasi
beragama juga dapat diterjemahkan, khususnya
oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, ke dalam
berbagai program untuk memperkuat dunia
pendidikan.
34
35. PTKIN: MENJADI PUSAT MB
Prof Kamaruddin Amin (Dirjen Pendis):
“Kementerian Agama meminta seluruh
perguruan tinggi keagamaan Islam negeri
(PTKIN) untuk membangun Pusat Kajian
Moderasi Agama sebagai upaya mencegah
merebaknya radikalisme agama”.
(Republika.co.id. Selasa, 12 Nov 2019).
35
36. DIRJEN PENDIS
• Pendidikan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN), visi
moderasi beragama harus tampak terejawantah dalam
Tri Dharma Perguruan Tingginya, mulai dari aspek
akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
• Visi Unggul juga sesungguhnya membuka ruang bagi
setiap kampus PTKN untuk membangun kekhususan atau
distingsinya, agar dapat berdaya saing berkompetensi
dengan kampuskampus lain.
• PTKIN harus menjadi kekuatan terdepan dalam
implementasi dan penguatan moderasi beragama,
antara lain dengan memperkuat kurikulum dan
materi belajar mengajar yang berperspektif
moderasi beragama.
36
37. PTKIN: LEMBAGA RISET
PTKN, terlebih lagi PTKIN (Pendidikan Tinggi
Keagamaan Islam), harus memiliki kekuatan riset
yang unggul yg distingtif terkait perspektif
moderasi beragama dengan;
(1) Memelopori integrasi ilmu-ilmu keagamaan
dengan ilmu-ilmu umum; atau,
(2) Mengelaborasi dan ‘mengkapitalisasi’ sumber-
sumber primer artefak dan khasanah klasik
Islam yang dihasilkan melalui sejarah panjang
peradaban Islam di Indonesia sejak ratusan
tahun lalu.
37
38. KURIKULUM & TENAGA
PENGAJAR
• Kurikulum di lembaga pendidikan baik negari maupun
swasta harus bermuatan nilai-nilai moderasi beragama.
• Seluruh materi pembelajaran sedapat mungkin, terutama
mata pelajaran yang berdimensi sosial, politik dan
keagamaan, harus mempunyai wawasan moderasi
beragama.
• Materi ajar berupa buku, gambar, audiovisual dan
sebagainya harus dipastikan memperkuat komitmen
moderasi beragama.
• Konten media sosial yang bisa menjadi sumber belajar anak
juga harus diperbanyak dengan konten moderasi beragama.
• Proses belajar mengajar juga harus bernuansa moderasi
beragama, karena tenaga pengajar menjadi orang yang
memberi informasi pengetahuan dan penanaman nilai-nilai
tertentu pada mahasiswa.
38
39. LINGKUNGAN KAMPUS
• Visi unggul diejawantahkan ke dalam program-program
untuk memperkuat mutu dan daya saing individu dan
lingkungan lembaga pendidikan, baik lingkungan
pendidikan dalam makna sempit, yaitu area di mana
lembaga pendidikan itu ada, maupun dalam pengertian
yang lebih luas, yaitu lingkungan sosial yang bisa
mempengaruhi cara pandang dan perilaku peserta didik.
• Lingkungan sosial yang dimaksud adalah kampus yang
harus mencerminkan wawasan moderasi, misalnya dalam
mengelola interaksi orang-orang yang ada di dalamnya,
dan dalam pengelolaan tempat ibadah.
• Intinya, aktivitas kampus harus digerakkan untuk
mengawal moderasi beragama.
39
40. Tiga pintu utama bagaimanapemahaman
intoleransiberpenetrasidi kampus:
Kegiatan Ekstrakurikuler
Peran guru/dosen dlm PBM
Kebijakan yg longgar
40
42. https://uin-suska.ac.id/2020/01/23/silaturahmi-menag-dan-
pimpinan-ptkin-beri-kontribusi-untuk-bangsa-melalui-
peningkatan-mutu-ptkin/
• Setidaknya ada lima hal yang disampaikan oleh Menteri
Agama Republik Indonesia, Jenderal (Purn) TNI Fachrul
Razi, salahsatu diantaranya adalah tentang mutu
kelembagaan.
• Dalam hal kelembagaan, pengembangan kelembagaan
PTKIN/PTKN ini di antaranya melalui penyelarasan dengan
program serta kebijakan RPJMN pemerintah, misalnya
transformasi kelembagaan bagi satker-satker yang sudah
memenuhi syarat; IAIN ke UIN dan STAIN ke IAIN dan
berdirinya UII, semuanya diharapkan menjadi rumah
moderasi di kampus.
• Terciptanya lulusan yang moderat yang meniscayakan sikap
insklusif, asimilatif, adaptif, dan bergaul dengan komunitas
Timur dan Barat.
42
43. BERDIRINYA UIII
• Keberadaan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)
melalui Perpres No 57 Tahun 2016 adalah untuk menjadi pusat
pendidikan moderasi beragama dalam perspektif Islam.
• UIII ini pada hakikatnya adalah wujud pengejawantahan 3 (tiga)
hal yang saling berkaitan: keindonesiaan, keislaman dan
kemanusiaan.
• Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama RI 2014-2019)
menghimbau agar UIII dan PTKIN seluruh Indonesia mampu
berfungsi sebagai “Rumah Moderasi Islam”; tempat
menghimpun, mengkaji, dan mendesiminasikan nilai-nilai Islam
rahmatan lil ‘alamin.
• Secara khusus, UIII diharapkan menjadi pusat kajian peradaban
Islam yang moderat di Indonesia, sehingga dapat menjadi
“inspirasi bagi dunia” (Moderasi Beragama, 2019: 126).
43
44. http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/kemenag-
perkuat-moderasi-beragama-pada-mahasiswa-ptki
• Program penguatan moderasi beragama pada mahasiswa
PTKI yang sudah berjalan antara lain revitalisasi kegiatan
Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK)
bermuatan moderasi beragama, pendidikan dan latihan
kepemimpinan, supporting kegiatan moderasi melalui
Bantuan Lembaga Kemahasiswaan bermuatan modis dan
berbagai deklarasi mahasiswa anti radikalisme.
• Ketua Pokja Moderasi Beragama Ditjen Pendidikan Islam
Kemenag, Aceng Abdul Aziz, menuturkan pihaknya telah
membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Moderasi Beragama.
Sejumlah upaya sudah dilakukan sepanjang 2018, salah
satunya menyiapkan Peraturan Menteri Agama (PMA). 44
45. • Selain PMA, lanjut Aceng, pihaknya juga sudah melakukan
penelitian tentang moderasi di kalangan pondok pesantren,
PTKI, madrasah dan PAI pada Sekolah. Pokja juga telah
melakukan pendampingan untuk review kurikulum di
lembaga pendidikan di bawah Kemenag, agar bermuatan
moderat.
• Selama 2019, Aceng mengaku sudah menyiapkan sejumlah
upaya penguatan diseminasi moderasi beragama melalui
berbagai media, termasuk media sosial.
• Penguatan itu melibatkan kalangan millenial sebagai
kelompok terbesar binaan Ditjen Pendidikan Islam, baik
siswa Madrasah, santri pesantren, mahasiswa Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), dan siswa-siswi PAI di
sekolah.
45
46. URGENSI MB DALAM RPJMN
• Karena semakin tingginya ekstremisme/sektarianisme di
masyarakat (e.g., Litbang Kemenag, BNPT, The Wahid, PPIM),
moderasi beragama menjadi prioritas nasional dalam RPJMN
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) (2020-
2024).
• Kemenag diminta fokus pada penguatan moderasi beragama
dan menjadi leading sektor dalam pengarusutamaan dan
implementasi moderasi beragama di seluruh K/L.
• Moderasi beragama diturunkan menjadi indikator yang dapat
diukur, yaitu: adil, berimbang, cinta NKRI, toleran, non-
kekerasan dan ramah tradisi (Indeks KUB 2020).
• Tolok ukur atau takaran keberhasilan moderasi beragama
adalah; nilai kemanusiaan, kesepakatan bersama, dan
ketertiban umum (LHS, Republika, Selasa, 15 Okt 2019).
46