4. [Al-Alusy, Ruhul Ma’ani, Juz 11, halaman: 186].
Ayat ini menganjurkan kepada umat Islam agar menyambut
gembira anugerah dan rahmat Allah. الفضل dan الرحمة
. yang
menafsiri kedua lafadz itu dengan Al-Qur’an.
Abu Syaikh meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa yang dimaksud
dengan الفضل adalah ilmu, sedangkan الرحمة adalah Nabi Muhammad
SAW. karena adanya isyarat firman Allah SWT yaitu: اَم َو
ََاكنْلَس ْرَأ
َ
ّلِإ
ْحَر
ةَم
َينِمَلاَعْلِل Kami tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi
semesta alam. (QS. Al-Ambiya’:107).
5. Menepis Anggapan sebagai Ibadah Bid’ah,
berlandaskan pada hadist berikut ini:
ضاللة بدعة وكل بدعة محدثة َّلك َّفإن األمور؛ ومحدثات اكمَّيوإ
Artinya: Berhati-hatilah kalian dari sesuatu
yang baru, karena setiap hal yang baru
adalah bid`ah dan setipa bid`ah adalah
sesat. [HR Ahmad No 17184].
Pemahaman hadits ini bisa salah apabila tidak
dikaitkan dengan hadits yang lain, yaitu:
رد فهو منه ليس ما هذا أمرنا في أحدث من
Artinya: Siapa saja yang membuat sesuatu yang baru
dalam masalah kami ini, yang tidak bersumber darinya,
maka dia ditolak. [HR Al-Bukhori No 2697]
Ulama menjelaskan أمرنا urusan agama, bukan urusan
duniawi, karena kreasi dalam masalah dunia
diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan
syariat. Sedangkan kreasi apapun dalam masalah
agama adalah tidak diperbolehkan. [Yusuf al-
Qaradhawi, Bid`ah dalam Agama, halaman: 177]
Dapat dipahami bahwa
bid`ah yang dhalalah (sesat)
dan yang mardudah (yang
tertolak) adalah bid`ah
diniyah.
Lafadz كل pada hadits
tentang bid`ah di atas
adalah lafadz umum
yang ditakhsis.
9. ِفَلَسال ِنَع ْلَقْنُت ْمَل ٌةَعْدِب ِدِل ْوَمْال ِلَمَع ُلْصَأ
َو ،ِةَثَالَثال ِن ْوُرُقْال َنِم ِحِلاَصال
َعَم اَهَنِكل
َحَت ْنَمَف ،اَهِِّد ِ
ض َو َنِساَحَم ىَلَع ْتَلَمَتْشا ْدَق َكِلذ
َنَجَت َو َنِساَحَمْال اَهِلَمَع ْيِف ىَر
َب
َةنَسَح ةَعْدِب َْتناَك اَهَد ِ
ض
"
َلاَق َو
" :
ْيِل َرَهَظ ْدَق َو
ٍتِباَث ٍلْصَأ ىَلَع اَهُجْي ِ
رْخَت
Artinya: Hukum asal peringatan maulid adalah bid’ah yang belum pernah dinukil dari
kaum Salaf saleh yang hidup pada tiga abad pertama, tetapi demikian peringatan
maulid mengandung kebaikan dan lawannya, jadi barangsiapa dalam peringatan
maulid berusaha melakukan hal-hal yang baik saja dan menjauhi lawannya (hal-hal
yang buruk), maka itu adalah bid’ah hasanah. Al-Hafizh Ibn Hajar juga mengatakan:
Dan telah nyata bagiku dasar pengambilan peringatan Maulid di atas dalil yang tsabit
(Shahih).
Berkenaan dengan hukum perayaan maulid, As-Suyuthi
dalam Al-Hawi lil Fatawi menyebutkan redaksi sebagai
berikut:
10. • َعاَمِتْجِ ْ
اّل ِّنَا ُل ِ
اصَحْال َو
ِلْجَ ِ
ّل
ْوَمْال
يِداَع ٌرْمَا ِِّيِوَبَنال ِدِل
اَصال ِةَْريَخْال ِتاَداَعْال َنِم ُهَنِكَل َو
يَلَع ُلِمَتْشَت يِتَال ِةَحِل
َعِفَانَم
ِ
اسَنال يَلَع ُد ْوُعَت َدِئا َوَف َو ٍةَْريِثَك
ٍ
ْريِف َو ٍلْضَفِب
اَهَنَ ِ
ّل
َم
ٌةَب ْوُلْط
اع َْرش
َهِدا ِ
رْفَاِب
• Bahwa sesungguhnya mengadakan Maulid Nabi Saw
merupakan suatu tradisi dari tradisi-tradisi yang baik, yang
mengandung banyak manfaat dan faidah yang kembali
kepada manusia, sebab adanya karunia yang besar. Oleh
karena itu dianjurkan dalam syara dengan serangkaian
pelaksanaannya. [Sayyid Muhammad bin Alawi Al-
Maliki, Mafahim Yajibu An-Tushahha, halaman: 340]
Sayyid
Muhammad
bin
Alawi al-
Maliki al-
Hasani,
mengataka
n: