Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Al-Quran Sebagai Sumber Utama Ajaran Islam
1. MAKALAH STUDI ISLAM
(SUMBER AJARAN ISLAM)
DOSEN PENGAMPU : Samsul Hadi, M.Pd
Oleh: Kelompok 5
1. Renda Permata Sari 2111250094
2. Novita Ariani 2111250038
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN TADRIS
IAIN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2021/2022
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan karunia, rahmat, taufik
serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa islam
sebagai rahmatan lil alamin.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya-lah, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “SUMBER AJARAN ISLAM”.
Makalah ini kami susun guna menyelesaikan tugas dari Bapak Samsul Hadi, M.Pd dalam
mata kuliah “Studi Islam”
Adapun materi yang kami ambil dari berbagai sumber dan sedikit pengetahuan dari kami,
kami berharap kiranya Bapak Samsul Hadi, M.Pd maupun para pembaca dapat memberikan kritik
dan masukan yang positif serta saran-saran untuk kesempurnaan makalah ini. Sebagai harapan
pula,semoga makalah ini tercatat sebagai amal saleh dan menjadi motivator bagi kami maupun
pembaca dalam menuntut ilmu.
Amin ya rabbbal alamin…
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh …
Bengkulu, Oktober 2021
Penulis
3. 3
DAFTAR ISI
COVER..........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................4
C. TUJUAN............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. SUMBER AJARAN ISLAM............................................................................................5
B. AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM.................................................6
C. HADIST SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM ........................................................11
D. IJTIHAD SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM.......................................................14
BAB II PENUTUP
A. KESIMPULAN.................................................................................................................18
B. SARAN ..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................19
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang sempurna yang tentunya sudah memiliki aturan dan
hukum yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh seluruh umatnya.Setiap aturan dan hukum
memiliki sumber-sumbernya sendiri sebagai pedoman dan pelaksananya.
Kehadiran agama islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang lebih baik, sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana
terdapat dalam sumber ajarannya, yaitu Al-Qur’an yang merupakan sumber ajaran islam
pertama dan Hadist merupakan sumber yang kedua, tampak ideal dan agung. Ditambah lagi
dengan berbagai pemikiran-pemikiran ulama’ tentang hukum-hukum yang masih global di
pembahasan Al-Qur’an dan Hadist Al-Qur’an adalah kitab suci yang isinya mengandung
firman-firman Allah SWT turun secara bertahap kepada Nabi Muhammad melalui perantara
malaikat jibril.Sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW baik
perbuatan, perkataan, dan penetapan pengakuan. Islam mengajarkan kehidupan yang
dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran mengenai berbagai pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan
spiritual, senantiasa mengembangkan, kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap
terbuka, demokratis, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, menghormati
antar agama, berakhlak mulia, dan bersikap positif lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja sumber-sumber ajaran Islam?
2. Bagaimana Al-Quran sebagai sumber ajaran Islam?
3. Bagaimana Hadits sebagai sumber hukum kedua ajaran Islam?
4. Bagaimana Ijtihad sebagai sumber hukum ajaran Islam setelah Al-Qur’an dan Hadits?
C. TUJUAN
1. Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah “Studi Islam”,
dan untuk menambah pengetahuan kita tentang Sumber Ajaran Islam.
5. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Ajaran Islam
Sumber adalah tempat pengambilan, rujukan atau acuan dalam
penyelenggaraanajaran Islam, karena itulah sumber memiliki peranan yang
sangat penting bagi pelaksanaan ajaran Islam. Dari sumber inilah umat Islam dapat
memiliki pedoman-pedoman tertentu untuk melaksanakan proses ajaran Islam,
tanpa adanya suatu sumber maka umat Islam akan terombang-ambing dalam
menghadapi ideologi dan bisa jadi akan berahir pada kesesatan atau kenistaan. Dalam
pembahasan disini akan diuraikan macam-macam sumber ajaran Islam yang
diantaranya meliputi :
1. Al-Quran
Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari kata “Qara’a” yang memiliki arti
mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah berarti merangkai kata-kata satu dengan
kata lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al qur’an
secara Termenologi adalah kalam Allah yang diturunkan secara mutawatir kepada
Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril, dan apabila dibacanya bernilai
ibadah.
Definisi Al Qur’an Menurut Para Kalangan Ulama yaitu :
a. Imam Syafi’i berpendapat bahwa al-Quran merupakan nama
yang independent, tidak diderivasi dari kosakata apa pun. Ia merupakan
nama yang khusus digunakan untuk firman Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad.
b. Menurut Imam al-Fara’ kata al-Quran diderivasi dari noun (kata
benda) qarain, bentuk jama’ (plural) dari qarinah yang mempunyai arti
indikator (petunjuk). Menurutnya, firman Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad disebut dengan al-Quran karena sebagian ayatnya
menyerupai sebagian ayat yang lain.
c. Menurut al-Lihyani kata al-Quran diderivasi dari fi’il qaraa yang
mempunyai arti membaca. Oleh karena itu, kata al-Quran
merupakan masdar yang sinonim dengan kata qiraah.
6. 6
2. Sunah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian sunnah atau sunah
adalah aturan agama yang didasarkan atas segala apa yang dinukilkan dari Nabi
Muhammad SAW., baik perbuatan, perkataan, sikap, maupun kebiasaan yang tidak
pernah ditinggalkannya. Jadi, pengertian sunnah secara sederhananya adalah sikap,
tindakan, ucapan dan cara Rasulullah menjalani hidupnya.
Pengertian sunnah atau sunah secara etimologi adalah kata dalam Bahasa
Arab yang berarti “kebiasaan” atau “biasa dilakukan”. Secara istilah pengertian
sunnah adalah jalan yang di tempuh oleh rasulullah dan para sahabatnya, baik ilmu,
keyakinan, ucapan, perbuatan, maupun penetapan. Sunnah adalah sumber hukum
Islam utama setelah Al-Qur'an. Sunnah tertuang dan didokumentasikan dalam
kumpulan hadis Rasulullah. Jadi, dalam hal kini kedudukan hadis merupakan
sumber hukum kedua setelah al-Qur'an.
3. Ijtihad
Pengertian ijtihad secara etimologi memiliki pengertian: “pengerahan segala
kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit”. Sedangkan pengertian ijtihad
secara terminologi adalah penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu
yang terdekat pada kitabullah (syara) dan sunnah rasul atau yang lainnya untuk
memperoleh nash yang ma’qu; agar maksud dan tujuan umum dari hikmah syariah
yang terkenal dengan maslahat.
Kemudian Imam al-Amidi menjelaskan pengertian ijtihad yaitu
mencurahkan semua kemampuan untuk mencari hukum syara yang bersifat dhanni,
sampai merasa dirinya tidak mampu untuk mencari tambahan kemampuannya itu.
Sedangkan menurut mayoritas ulama ushul fiqh, pengertian ijtihad adalah
pencurahan segenap kesanggupan (secara maksimal) seorang ahli fikih untuk
mendapatkan pengertian tingkat dhanni terhadap hukum syariat.
B. Al-Qur’an Sebagai Sumber Ajaran Islam
Al-Qur’an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan
secara adil, objektif dan tidak memihak. Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya
mengambil inspirasi dari Al-Qur’an, sehingga umat muslim mampu membuat sistematika
penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis. Al-Qur’an tidak
turun sekaligus, ayat-ayat Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2
7. 7
bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu
periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa
kenabian Rasulullah dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah.
Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10
tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah. Ilmu Al-Qur’an
yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-
Qur’an diturunkan disebut Asbabun Nuzul (Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat).
Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) ayat-ayat al-Qur’an sudah dimulai sejak
zaman Nabi Muhammad. Kemudian transformasinya menjadi teks yang sudah dibundel
menjadi satu seperti yang dijumpai saat ini, telah dilakukan pada zamankhalifah Utsman bin
Affan.
Pada masa ketika Nabi Muhammad masih hidup, terdapat beberapa orang yang
ditunjuk untuk menuliskan Al Qur’an yakniZaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah
bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu
tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa
pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang
belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan
ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang
yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa
penghafal Al-Qur’an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa
sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk
mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur’an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu
Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksanaan tugas
tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur’an tersusun secara rapi dalam
satumushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf
tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai
khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakniHafshah yang juga
istri Nabi Muhammad.
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman
dalam cara pembacaan Al-Qur’an (qira’at) yang disebabkan oleh adanya
perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini
8. 8
menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat
sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan
sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah
cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan
standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan
diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah
bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam penulisan
dan pembacaan Al-Qur’an.
1. Isi Dan Pesan Al-Qur’an
Keseluruhan isi Al-Quran itu pada dasarnya mengandung pesan-pesan berikut:
a. Prinsip-prinsip keimanan kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir,
qadha, qadhar, dan sebagainya.
b. Prinsip-prinsip syariat, tentang ibadah khas (shalat, zakat, puasa, haji) dan
ibadah yang umum (perekonomian, pernikahan, hukum, dan sebagainya).
c. Masalah janji dan ancaman, yaitu janji dengan balasan baik bagi mereka
yang berbuat baik dan ancaman atau siksa bagi mereka yang berbuat jahat,
janji akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat dan ancaman akan
mendapatkan kesengsaraan dunia akhirat, janji dan ancaman di akhirat
berupa surga dan neraka.
d. Jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, berupa ketentuan dan aturan-
aturan yang dipenuhi untuk mencapai keridhaan Allah.
e. Riwayat dan cerita, yaitu sejarah orang-orang terdahulu, baik bangsa,
tokoh maupun nabi dan rasul Allah.
f. Ilmu pengetahuan mengenai ilmu ketuhanan dan agama, hal-hal yang
menyangkut manusia, masyarakat, dan yang berhubungan dengan alam.
Selanjutnya, Abdul Wahab Khalaf memerinci pokok-pokok kandungan (pesan-
pesan) Al-Quran ke dalam 3 kategori, yaitu:
a. Masalah kepercayaan ( i’tiqadiyah), yang berhubungan dengan rukun iman
(iman kepada Allah, malaikat, kitabullah, rasul-rasul, hari kebangkitan, dan
takdir)
9. 9
b. Masalah etika (khuluqiyah),berkaitan dengan hal-hal yang dijadikan
perhiasan bagi seseorang untuk berbuat keutamaan dan meninggalkan
kehinaan.
c. Masalah perbuatan dan ucapan (amaliyah), yang terbagi ke dalam 2 macam,
yaitu:
1) Masalah ibadah, yang berkaitan dengan ruklun islam, nadzar,
sumpah,dan ibadah-ibadah lain yang mengatur hubungan antara
manusia dan Allah SWT.
2) Masalah muamalah ,seperti akad, pembelanjaan, hukuman, jinayat,
dan sebagainya yang mengatur hubungan manusia denga manusia
lain baik perseorangna maupun kelompok. Masalah muamalah ini
berkembang menjadi tujuh bagian,yaitu:
a) Masalah individu (ahwalusy syahshiyah), misalnya;masalah
keluarga ,hubungan suami-istri, sanak kerabat dan pengaturan
rumah tangga, yang didalam Al-Quran sebanyak kurang
lebih 70 ayat.
b) Masalah perdata (madaniyah), yang berkaitan dengan
hubungan perseorangan dengan masyarakat, misalnya; jual-
beli, sewa-menyewa, gadai, dan sebagainya yang
berhubungan dengan hatra kekayaan, sebanyak kurang lebih
70 ayat.
c) Masalah pidana (jinayah), yang berhubungan dengan
perlindungan hak-hak manusia ,seperti; jarimah, siksa,dan
sebagainya, sebanyak 30 ayat.
d) Masalah perundang-undangan (dusturiah), hubungan antara
hukum dan pokok-pokoknya,seperti hubungan hakim dengan
terdakwa, hak-hak perseorangan dan hak-hak masyarakat,
sebanyak 10 ayat.
e) Masalah hukum acara (mu’rafaat), yaitu yang berkaitan
dengan pengadilan, kesaksian, sumpahdan sebagainya,
sebanyak 13 ayat.
10. 10
f) Masalah ketatanegaraan (duwaliyah),yang berkaitan dengan
negara-negara non islam, baik dalam keadaan
perang maupun damai, sebanyak sekitar 25 ayat.
g) Masalah ekonomi dan keuangan (iqtishadiyah dan maliyah),
yaitu berkaitan dengan hak si miskin pada harta orang kaya,
sumber air, minyak, bank, hubungan antara negara dan
rakyatnya,sebanyak kurang lebih 10 ayat.
2. Fungsi Al-Quran
Al-Quran sebagai kitab Allah yang terakhir diturunkan laksana mata air
yang tidak pernah kering.Semakin digali,semakin memancarkan airnya.para
sahabat,tabiin,tabi’ tabiin dan para salafusallih kita laksana orang yang minum air
lautan. Semakin mereka banyak membaca dan mengamalkan Al-Quran, semakin
mereka merasa dahagan. Al-Quran memiliki sekian banyak fungsi, baik bagi Nabi
Muhammad SAW. Maupun bagi kehidupan manusia secara keseluruhan. Diantara
fungsi Al_Quran adalah :
a. Bukti kerasulan Muhammad SAW. Dan kebenaran ajarannya. Bukti
kebenaran tersebut dikemukakan dalam tantangan yang sifatnya bertahap.
Pertama, menantang siapapun yang meragukannya untuk menyusun
semacam Al-Quran secara keseluruhan (baca Q.S Ath-Thur
[52]:34). Kedua, menantang mereka untuk menyusun sepuluh surah
semacam Al-Quran (baca Q.S. Hud [11]:13). Seluruh Al-Quran berisikan
114 surat. Ketiga, menantang mereka untuk menyusun satu surah saja
semacam Al-Quran (baca Q.S Yunus[10]:38). Keempat, menantang
mereka untuk menyusun sesuai seperti atau lebih kurang sama dengan
satu surah dari Al Quran (baca Q.S Al-Baqarah [2]:23)
b. Petunjuk (al-huda). Dalam Al-Quran terdapat tiga kategori tentang posisi
Al-Quran sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum.
Allah berfirman,
Artinya: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan
Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu...”(Q.S. Al-Baqarah [2]:185)
11. 11
c. Kedua, Al-Quran adalah petunujk bagi orang-orang yang bertaqwa. Allah
berfirman, Artinya :“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah [2]:2)
d. Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang berfirman. Allah berfirman,
Artinya: “Katakanlah, ‘Al-Quran adalah petunjuk dan penyembuh bagi
orang-orang yang berfirman...”Q.S. Fushshilat [4]:44)
e. Al-Furqan (pemisah). Karena Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk, ia
menjadi penjelas dari petunjuk-petunjuk tersebut sekaligus berfungsi
sebagai al-furqan : pembeda dan bahkan pemisah antara yang hak dan
yang batil, atau antara yang benar dan yang salah.
f. Asy-Syifa (obat). Al-Quran juga kaya dengan syifa’ (penawar). Penyakit
yang ada dalam dada, seperti dengki, iri hati, sombong, cinta dunia, dan
sebagainya tidak memiliki temapt dalam dada para ahli Al-Quran.
g. Al-Mau’izhah (nasehat). Dalam Al-Quran dikatakan bahwa ia berfungsi
sebagai nasehat bagi orang-orang yang bertakwa.
3. Dasar-Dasar Al-Qur’an Dalam Membuat Hukum
a. Tidak memberatkan
“Allah tidak membenari seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.”
Misalnya: Boleh tidak berpuasa pada bulan Ramadhan, Boleh makan-
makanan yang diharamkan jika dalam keadaan terpaksa/memaksa, Boleh
bertayamum sebagai ganti wudhu’
b. Menyedikitkan beban
Dari prinsip tidak memberatkan itu, maka terciptalah prinsip
menyedikitkan beban agar menjadi tidak berat. Karena itulah lahir hukum-
hukum yang sifatnya rukhsah. Seperti: mengqashar sholat.
c. Berangsur-angsur dalam menetapkan hukum
Hal ini dapat diketahui, umpamanya; ketika mengharamkan khomr.
1. Menginformasikan manfaat dan mahdhorotnya.
2. Mengharamkan pada waktu terbatas, yaitu; sebelum sholat.
3. Larangan secara tegas untuk selama-lamanya.
B. Al-Hadist Sebagai Ajaran Islam
Menurut Etimologi kata hadits memiliki arti; “al jadid minal asyya (sesuatu yang
baru), lawan dari qodim. Hal ini mencakup sesuatu (perkataan), baik banyak ataupun
sedikit. Qorib (yang dekat), Khabar (informasi), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain dan ada kemungkinan benar atau
salahnya. Dari makna inilah diambil perkataan hadits Rasulullah saw
12. 12
Menurut Termenologi Hadits adalah segala pekataan Rosul, perbuatan dan taqrir
beliau, yang bisa bisa dijadikan dalil bagi hukum syar’i. Oleh karena itu, menurut ahli
ushul sesuatu yang tidak ada sangkut pautnya dengan hukum tidak tergolong hadits,
seperti urusan pakaian.
1. Fungsi Al-Hadist
Adapun fungsi hadist adalah sebagai berikut :
a. Mempertegas atau memperkuat hukum-hukum yang telah disebutkan dalam
Al-Qur’an.
b. Menjelaskan,menafsirkan,dan merinci ayat-ayat Al-Qur’an yang masih
umum dan samar.
c. Mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak tercantum dalam Al-
Qur’an.
2. Bentuk-Bentuk Hadist
Terdapat 5 macam bentuk hadist :
a. Hadis Qauli, Yang dimaksud dengan hadis qauli adalah segala yang
disandarkan kepada Nabi SAW.Yang berupa perkataan atau ucapan yang
memuat berbagai maksud syara’, peristiwa, dan keadaan, baik yang
berkaitan dengan aqidah, syari’ah, ahlak maupun yang lainnya.Contonya
tentang do’a Rosul SAW dan bacaan al-Fatihah dalam shalat.
b. Hadis Fi’li, Yang dimaksudkan dengan Hadis Fi’li adalah segala yang
disandarkan kepada Nabi SAW berupa perbuatannya sampai kepada
kita.Seperti Hadis tentang Shalat dan Haji.
c. Hadis Taqriri, Yang dimaksud hadis Taqriri adalah segala hadts yang berupa
ketetapan Nabi SAW.Membiarkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para
sahabat, setelah memenuhi beberapa syarat, baik mengenai pelakunya
maupun perbuatannya. Diantara contoh hadis Taqriri, ialah sikap Rosul
SAW. Membiarkan para sahabat melaksanakan perintahnya,sesuai dengan
penafsirannya masing-masing sahabat terhadap sabdanya.
d. Hadis Hammi, Yang dimaksud dengan Hadis Hammi adalah hadis yang
berupa hasrat Nabi SAW. Yang belum terealisasikan, seperti halnya hasrat
berpuasa tanggal 9 ‘Asyura. Dalam riwayat Ibn Abbas, disebutkan sebagai
berikut: “Ketika Nabi SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan
13. 13
para sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: Ya Nabi! Hari ini adalah hari
yang diagung-agungkan orang Yahudi dan Nasrani.Nabi SAW. Bersabda:
Tahun yang akan datang insya’Allah aku akan berpuasa pada hari yang
kesembilan”.(HR.Muslim). Nabi SAW belum sempat merealisasikan
hasratnya ini, karena wafat sebelum sampai bulan ‘Asyura. Menurut imam
Syafi’I dan para pengikutnya, bahwa menjalankan Hadits Hammi ini
disunnahkan, sebagaimana menjalankan sunnah-sunnah yang lainnya.
e. Hadis Ahwali, Yang dimaksud dengan Hadis Ahwali adalah Hadis yang
berupa hal ihwal Nabi SAW. Yang menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan
kepribadiannya. Tentang keadaan fisik Nabi SAW dalam beberapa Hadis
disebutkan, bahwa fisiknya tidak terlalu tinggi dan tidak pendek,
sebagaimana yang dikatakan oleh al-Barra dalam sebuah Hadis riwayat
Bukhari, yang berarti :,“Rasul SAW adalah manusia yang sebaik-baiknya
rupa dan tubuh. Keadaan fisiknya tidak tinggi dan tidak
pendek”.(HR.Bukhari)
3. Kehujjahan Hadist
Dalam Q.S. An-Najm :3-4 dinyatakan, yang artinya:“Dantidaklah yang
diucapkannya itu (Al-Quran) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Quran itu)
adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” Q.S. An-Najm [53]: 3-4.
Sebagian ulama menyatakan ayat tersebut turun berkaitan dengan AL-
Quran,bukan As-Sunah.Ketika orang-orang kafir mengingkari terhadap Al-
Quran sebagai wahyu dan dianggap sebagai buatan Muhammad.,Allah
menurunkan ayat-ayat tersebut sebagai tambahan terhadap pengingkaran mereka
akan kewahyuan Al-Quran.Atas dasar itu,ayat-ayat tersebut tidak bias dijadikan
sebagai landasan bahwa As-Sunnah termasuk wahyu Ilahi.
Namun demikian alasan ulama tersebut dibantah oleh ulama lainnya,yaitu
bahwa walaupun ayat itu diturunkan untuk membela Al-Quran, dalam mafhum-
nya As-Sunnah termasuk didalamnya.
Sebagian ulama mendudukan Nabi S.A.W. ke dalam dua posisi
Pertama,sebagai manusia biasa,sehingga beliau diperbolehkan melakukan
ijtihad walaupun tanpa berkonsultasi dengan firman Allah melalui wahyu-Nya.
14. 14
Kedua, posisinya sebagai Rasulullah S.A.W. sehingga apapun yang diucapkan ,
diperbuiat, dan ditetapkan merupakan bagian integral dari wahyu Allah.
Menetapkan dan memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-
Quran.Dalam hal ini, kedua-duanya bersama-sama menjadi sumber
hukum.Misalnya, dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah mengharamkan
bersaksi palsu; “Dan jauhilah perkataan dusta.”(Q.S. Al-Hajj:30)
C. Ijtihad Sebagai Sumber Ajaran Islam
Menurut Etimologi Ijtihad berasal dari kata jahadah. Kata ini beserta vriasinya
menunjukan pekerjaan yang dilakukan lebih dari biasa, sulit dilaksanakan atau yang tidak
disenangi. Kata ini pun berarti kesanggupan(al-wus’), kekuatan (ath-thoqah), dan berat (al-
masaqqah).
Menurut Termenologi Ijtihad ( )اجتهاد adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh,
yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu
untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis
dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang atau berfikir secara
mendlam secara tertib bersungguh-sungguh.
Para ulam berbeda pendapat mengenai pengertian ijtihad secara istilah. Perbadaan
ini terjadi karena mereka mempunyai sudud pandang yang berbeda-beda. Perbedaan itu
meliputi hubungan ijtihad dengan fiqh, ijtijhad dalam al qur’an, ijtihada dalam as- sunnah,
dan ijtihad dengan dhalalah nash.
Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan
hidup dalam beribadah pada allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.
1. Urgensi Dan Kedudukan Hukum Ijtihad
Pada dasarnya, setiap muslim yang sudah mempunyai kriteria dan syarat
sebagai seorang mujtahid diharuskan berijtihad dalam semua bidang hukum
syariat. Mengenai hukum melakukan ijtihad ini, para ulama membaginya
menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Wajib ‘ain
b. Wajib kifayah
c. Sunat
15. 15
2. Sayarat Mujtahidin
a. Menguasai bahasa arab
b. Mengetahui naskh dan Mansukh dalam Al-Quran
c. Mengerti sunnah
d. Mengerti letak ijma dan khilaf
e. Mengetahui Qiyas
f. Mengetahui maksud-maksud hukum
3. Macam-Macam Mujtahid
a. Mujtahid Mustaqil ( mandiri)
b. Mujtahid muntasib(memilih pendapat imam)
c. Mujtahid madzhab(menerapkan hokum dari imam pendahulunya)
d. Mujtahid murajjih (mengunggulkan suatu ijtihad)
4. Fungsi Ijtihad
Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak
berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al Quran
maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al
Quran dengan kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan terus
berkembang dan diperlukan aturan-aturan turunan dalam melaksanakan Ajaran
Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari.
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu
atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara
yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al
Hadist. Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan
yang ada sebagaimana disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun
jika persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada
ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam
memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah
mereka yang mengerti dan paham Al Quran dan Al Hadist.
16. 16
5. Jenis-Jenis Ijtihad
a. Ijma’
Ijma’ arti asalnya adalah bersatu ,berkumpul ,berkerumun sedangkan Ijma’
menurut ulama’ usul fiqih adalah kesepakatan semua mujtahid muslim pada
suatu masa setelah wafatnya rasulullah SAW. Atas hukum syarak mengenai
suatu kejadian. Yang tidak ada hukumnya dalam al-qur’an dan hadist. Ijma’
terdiri dari beberapa macam yaitu :
1) Ijma’ sharih, yaitu para mujtahid pada suatu masa sepakat atas suatu
hukum terhadap suatu kejadian dengan menyampaikan pendapat
masing- masing yamg diperkuat dengan fatwa atau keputusan, yaitu
masing–masing mujtahid mengungkapkan pendapatnya dalam bentuk
ucapan atau perbuatan yang mencerminkan pendapatnya.
2) Ijma’sukuti, Sebagian mujtahid pada suatu masa mengemukakan
pendapatnya secara jelas terhadap suatu peristiwa dengan fatwa atau
keputusan hukum , sedang sebagian yang yang lain diam artinya
tidak memberikan komentar setuju atau tidak terhadap pendapat yang
telah dikemukakan.
b. Qiyas
Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan, artinya menetapkan suatu
hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya
namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek
dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan
Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum
ditetapkan pada masa-masa sebelumnya.
c. Istihsân
Beberapa definisi Istihsân:
1. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia
merasa hal itu adalah benar.
2. Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan
secara lisan olehnya.
3. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat
orang banyak.
17. 17
4. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
5. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara
yang ada sebelumnya.
d. Maslahah Murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada nasaknya dengan
pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik
manfaat dan menghindari kemudharatan.
e. Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram
demi kepentinagn umat.
f. Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan
yang bisa mengubahnya,
g. Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan
kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan
dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.
18. 18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap
muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh
akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.Sumber
ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan sekunder. Sumber ajaran
agama islam primer terdiri dari al-qur’an dan as-sunnah (hadist), sedangkan sumber ajaran
agama islam sekunder adalah ijtihad.
B. Saran
Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita harus
mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita pelajri sesuia
dengan al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam as-sunnah
(hadist).
19. 19
DAFTAR PUSTAKA
Faridl, Miftah dan Syihabudin, Agus —Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit
Pustaka, Bandung, 1989 M.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2001
Pengetahuan Dasar tentang Pokok-pokok Ajaran Islam (A/B) oleh Mh. Amin JaizWikipedia
Bahasa Indonesia, Ensiklopedia
Bebashttps://sriastutihardiyantibvwk.wordpress.com/2015/11/13/makalah-sumber-ajaran-
islam/http://sayyidiassudeshidayatullah.blogspot.com/2015/08/pengantar-studi-islam-sumber-
ajaran.html
http://achyanoor.blogspot.com/2016/07/makalah-pengantar-study-islam-sumber.html