Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif melalui :
1. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
2. Belajar sambil melakukan;
3. Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
4. Kegiatan yang menarik dan menantang;
5. Kegiatan di alam terbuka;
6. Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
7. Penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
8. Satuan terpisah antara putra dan putri.
3. PANDU SEJATI
•Kami ada disini dengan ridho ilahi
•Saling berkasih sayang untuk saling berbagi
•Kami mengubah diri jadi pandu sejati
•Iman taqwa ada di dalam diri
4. • Membina Pramuka merupakan
kegiatan memperkenalkan,
menumbuhkan, membimbing dan
mengembangkan:
• a. Kepribadian
• b. Pengetahuan dan keterampilan
• c. Kecenderungan/keinginan serta
kemampuan, peserta didik sehingga
menjadi manusia yang: kreatif,
inovatif, pelopor dan mandiri.
5. Syarat penting dalam membina adalah:
• Mengetahui sifat kejiwaan peserta didik. Sifat-sifat anak
usia Siaga, Penggalang, Penegak, dan Pandega.
• Mengetahui keinginan / kebutuhan peserta didik.
• Mengetahui latar belakang (budaya, sosial, ekonomi)
peserta didik.
• Pembinaan harus menarik minat peserta didik. Di sini
materi pembinaan dapat dibungkus dengan lagu, tari,
gerak, permainan, perlombaan, ceritera, penugasan,
bakti yang sesuai dengan perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik.
6. • Sifat-sifat anggota Pramuka Siaga.
– Senang meniru
– Senang berdendang, menari dan
bernyanyi
– Suka dipuji, mudah merajuk
– Senang menceriterakan dan
mengadukan apa yang diketahui dan
dialaminya.
– Rata-rata masih manja
– Suka berbekal
– Sangat senang bermain
7. • Cara membina Siaga
• Dilakukan dengan penuh kasih sayang
dan lemah lembut.
• Membina Siaga adalah phase awal
dalam pendidikan maka sifat-sifat
Pembina Siaga yang tidak bisa dicontoh
oleh anak usia Siaga harus tidak
dimunculkan di permukaan. Misalnya
Pembina merokok, membentak-bentak,
berkata jorok, dsb.
• Materi pembinaan banyak dibungkus,
sehingga menarik (misalnya
menceriterakan sifat-sifat kepahlawanan
yang perlu dicontoh, dengan sosio
drama).
8. • Sesuatu yang khayal, baik untuk memupuk imajinasi
Siaga, tetapi jangan dilebih-lebihkan. Ceritera tentang
fabel, farabel baik untuk Siaga. Dalam abad modern ini
baik apabila imajinasi tersebut dipadukan dengan
teknologi.
• Permainan perang-perangan tidak cocok untuk kejiwaan
Siaga.
• Siaga harus sudah diperkenalkan secara “nyata”
bagaimana setiap hari berbuat kebaikan. Baik dalam
latihan, maupun melalui pesan Pembina untuk
melaksanakannya di rumah.
• Untuk melatih kreativitas Siaga (otak belahan kanan),
maka akan sangat baik mereka ditugasi membuat lagu
sederhana (jinggle), tarian, menulis pengalaman, atau
mengarang, atau membuat yel-yel yang menyemarakkan
kasih sayang.
• Kehidupan Siaga itu ada di Perindukan.
• Pembina lebih banyak “ing ngarso sung tulodo”.
9. 4. Sifat-sifat Pramuka Penggalang
• Sebagian sifat-sifat Siaga masih ada (variatif
masing-masing anak).
• Senang bergerak, senang mengembara
• Usil, lincah, senang mencoba-coba
• Mulai menyukai lawan jenis
• Suka dengan sifat-sifat kepahlawanan
• Suara sudah mulai pecah/ parau bagi
penggalang putra.
10. Cara Membina Penggalang
• Dapat menggunakan sebagian cara-cara membina Siaga
(sifatnya situasional)
• Kegiatan yang menantang, pengembaraan (hiking, climbing,
camping, ) paling disukai penggalang. Namun demikian harus
dipersiapkan dengan teliti faktor keamanannya, dan tidak
boleh terlalu sering dilakukan.
• Kegiatan yang mengacu kedisiplinan sangat penting diberikan
(misalnya berjenis-jenis PBB dan upacara).
• Rewards dan punishment mutlak harus dilakukan, dan
ditegakkan.
• Kehidupan penggalang ada di Regu, oleh karena itu
kekompakan, kreativitas, dan disiplin beregu harus dipelihara.
• Pembina lebih banyak “ing madyo mangun karso” (di tengah-
tengah membangkitkan kehendak & semangat belajar/
bekerja).
11. Sifat-sifat Penegak
– Sudah mengenal cinta, mulai romantis.
– Suka melantunkan syair, puisi, dan lambang-lambang
ungkapan-ungkapan hati.
– Agresif mendekati lawan jenis (terutama usia Penegak awal).
– Sosialisasi diri dengan lingkungan dan tanggung-jawab sosial
mulai tumbuh dengan cepat.
– Mulai mencari identitas diri.
– Keinginan kelompok sulit dirintangi.
– Suka berdiskusi, bermusyawarah.
– Pendapat sendiri kadang mulai dipertahankan sampai mati-
matian.
– Pengaruh teman sebaya sangat kuat.
12. • 7. Cara membina Penegak
• Perangkat struktur kepenegakan ditertibkan, bila
belum ada dibentuk lebih dahulu. Dewan
Ambalan, dibentuk dengan benar, tidak main
tunjuk.
• Dimulai bertanggung-jawab atas keputusan
musyawarah, dan menjalankan keputusan
Dewan Ambalan.
• Keinginan Penegak yang kuat tidak dipatahkan,
tetapi dijalurkan (on the track).
• Memberikan kondisi lingkungan yang baik.
13. • Pada tingkat Bantara, Penegak mulai dikondisikan
untuk memperbaiki lingkungan yang kurang baik,
semampunya.
• Pada tingkat Laksana, Penegak dikondisikan untuk
mengembangkan lingkungan ke arah yang lebih baik.
• Penegak sudah mulai dikenalkan bagaimana “learning
by doing”; “Learning to earn”; “Learning to serve”.
• Untuk mempertahankan satuan terpisah di
perkemahan sebaiknya Pembina menyerahkan
tanggung-jawab kepada Pradana dan Pemuka
Sangga, namun harus tetap mengkontrol.
14. • Cara memberikan kritik dengan sistem atau etika PIN,
kepada Penegak diupayakan hanya sampai PI saja,
yakni sebutkan “Positif”-nya kelebihan-kelebihan atas
program atau kegiatan yang telah dilakukan – kemudian
di “Interpretasikan” secara detail program atau kegiatan
tersebut secara rasional, biasanya Penegak sudah tahu
kelemahannya. Namun biala Penegak terpaksa belum
tahu kelemahannya baru dikemukakan “Negatif” nya.
• Contoh kegiatan pendidikan bagi Penegak dan Pandega
yang paling lengkap adalah: Perkemahan Wirakarya.
• Pembina lebih banyak “tut wuri handayani”.
15. • 8. Sifat-sifat Pandega
– Sebagian besar sifat Penegak ada pada Pandega.
– Pandega lebih terkonsentrasi pada kelompok dyadic
atau triadic (kelompok duaan, atau tigaan). Jarang
sekali (hampir tidak pernah ada) mereka secara
bersama-sama melakukan kegiatan kemana-mana
dalam jumlah 5 orang sampai 10 orang secara
bersama-sama. Oleh karena itu “Reka” itu dibentuk
cukup dengan 2 atau 3 orang sudah bisa.
– Dalam berhubungan dengan lain jenis Pandega tidak
seagresif Penegak, tetapi lebih terbuka dibandingkan
dengan Penegak.
– Kepemimpinan, dan public service sangat menonjol
16. • Untuk mempertahankan satuan terpisah
di perkemahan Pembina cukup
menyerahkan tanggung-jawab kepada
Pradana dan penyadaran umum dalam
apel pagi, atau apel malam menjelang
tidur. Biasanya mereka sudah saling
mengkontrol, tapi sering terjadi kalau ada
penyimpangan di antara mereka saling
melindungi – pada norma atau nilai yang
dianggap sebagai nilai baru.
17. CARA MEMBINA PANDEGA
• Sebagian besar cara membina Penegak
dapat diterapkan untuk membina Pandega.
• Fungsi kontrol Pembina pada Pandega
harus jauh lebih kecil dibandingkan
terhadap Penegak.
• Fungsi memberi motivasi kepada Pandega
untuk berkarya, menciptakan sesuatu yang
baru dan bermanfaat lebih banyak.
• Program hasil keputusan Majelis Pandega,
adalah harga mutlak. Pembina tak perlu
“sok tahu” untuk memperbaiki atau
menyalahkan.
18. • Pramuka harus dibina sesuai dengan
MINATnya untuk MENGABDI dan
BERKARYA melalui proses:
• Learning by doing
• Learning to earn
• Earning to live
• Living to serve
• Learning by teaching