Dokumen tersebut merangkum hasil pengukuran pelaksanaan organisasi belajar di Kampusku Sayang dengan menggunakan instrumen Michael J. Marquardt yang terdiri dari 5 subsistem. Hasilnya menunjukkan tingkat implementasi learning organization di Kampusku Sayang sudah cukup baik, meskipun masih terdapat ruang untuk perbaikan terutama dalam dinamika pembelajaran dan manajemen pengetahuan.
SOALAN 1 :
Cikgu Adam sering masuk ke kelas lewat atas alasan mempunyai tugas yang banyak. Beliau juga sering menceritakan hal peribadi dan rakan-rakan sejawat kepada murid-murid kelasnya. Hal ini telah menyebabkan prestasi murid-murid kelasnya merosot.
Berdasarkan situasi di atas, nilaikan akauntabiliti Cikgu Adam. Perihalkan bagaimana guru harus melaksanakan tanggungjawab profesional selaras dengan Kod Etika Keguruan Malaysia.
SOALAN 1 :
Cikgu Adam sering masuk ke kelas lewat atas alasan mempunyai tugas yang banyak. Beliau juga sering menceritakan hal peribadi dan rakan-rakan sejawat kepada murid-murid kelasnya. Hal ini telah menyebabkan prestasi murid-murid kelasnya merosot.
Berdasarkan situasi di atas, nilaikan akauntabiliti Cikgu Adam. Perihalkan bagaimana guru harus melaksanakan tanggungjawab profesional selaras dengan Kod Etika Keguruan Malaysia.
Artikel ini yang "Bertahannya Sebuah Organisasi Belajar" dipublish atas permintaan penulisnya yaitu Parulian Sibuea.
Bertahannya sebuah organisasi belajar adalah satu ilustrasi real yang cukup ideal dari sebuah sekolah. Organisasi belajar adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul.
Jurnal ini bertujuan untuk mengukur sekolah sebagai organisasi belajar. Angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh Marquardt (2002) ini akan mencoba menjawab apakah sebuah sekolah sudah menjadi organisasi belajar. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah data yang diambil pada sebuah organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Ada 5 dimensi yang akan diukur yaitu: (1) dinamika pembelajaran, individu, grup atau tim, dan organisasi, (2) transformasi organisasi : visi, budaya, strategi dan struktur, (3) pemberdayaan warga sekolah: manager, karyawan/guru, pelanggan/ siswa, rekanan, suplier dan komunitas, (4) manajemen pengetahuan: akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan transfer, (5) aplikasi teknologi: sistem pengetahuan informasi, pembelajaran berbasis teknologi dan sistem pendukung kinerja elektronik.
Paradigma Pengembangan Sumber Daya Manusia (Paradigms of HRD)ombaga sakerebau
Merupakan materi presentasi yang menjelaskan mengenai Paradigma yang terdapat pada HRD yakni performance dan learning beserta asumsi-asumsi dalam paradigma tersebut. Hal tersebut memberikan pemahaman terhadap fungsi HRD dalam pengembangan SDM.
Artikel ini merupakan bagian dari serangkai kegiatan penelitian yang mencakup kegiatan survei dan rekayasa sketsa alternatif ragam hias baru. Hasilnya adalah sebuah digital galeri yang menyajikan temuan ragam hias dan sketsa desain hitam putif.
Pada tahap berikutnya, dilakukan penciptaan model alternatif sehingga menghasilkan 40 desain dan dilakukan desiminasi dalam bentuk pameran. Kegiatan terakhir, dilakukan pengemasan digital dan diuji coba pada 6 mahasiswa grafis komputer dengan aplikasi
Elearning Authoring System. Berdasar uji coba di lapangan terutama pada 6 mahasiswa, yaitu peserta kuliah mata kuliah grafis komputer menghasilkan capaian kompetensi. Berdasar hasil ini, tim peneliti menindaklanjuti untuk menyusun draft buku ber ISBN tentang desain ragam hias baru berbasis dari ragam hias Melayu, Karo, Dairi, Batak Simalungun, Batak Toba, Nias. Dan pada tahap berikutnya adalah berencana untuk melakukan penelitian tingkat lanjut yaitu untuk melakukan penciptaan desain tekstil berdasar filosofi ragam hias tradisional di Sumatera Utara menjadi tekstil bernuasa modern.
Analisis sekolah swasta sebagai organisasi pembelajaran di kelurahan pulau br...Dwi Budiwiwaramulja
Analisis Sekolah Swasta Sebagai Organisasi Pembelajaran Di Kelurahan Pulau Brayan Darat dipublish atas izin penulisnya (Hudson Sidabutar). Artikel membahas tentang profil sekolah. Sekolah disebutnya sebagai suatu organisasi belajar yang dirancang secara khusus untuk pengajaran yang memiliki visi, misi dan tujuan. Organisasi belajar suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Kegagalan sekolah sebagai organisasi belajar karena sekolah tidak melakukan pembelajaran mandiri, orangdidalam organisasi tidak mengembangkankapasitasnya secara terus-menerus tidak mampu beradaptasi dengan tantangan kemajuan zaman. Tujuan dari tulisan ini untuk mengukur apakah sekolah yang sebagai objek sampel dari tulisan ini sudah menjadi organisasi pembelajaran. Metode penelitian dilakukan dengan survey pada satu sekolah pada bulan April 2014. Instrument yang digunakan berupa angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh Marquardt (2002:237-241), ada lima komponen yaitu (1) dinamika pembelajaran yang dilakukan, (2) transformasi organisasi (3)pemberdayaan warga sekolah (4)Manajemen (5)Pengetahuan aplikasi teknologi.
Analisis Pelaksanaan Learning Organization dipublish atas izin penulisnya yaitu oleh Jainab.
Artikel memaparkan profil Universitas Quality yaitu salah satu universitas yang ada di Kabupaten Karo yang terdiri dari lima Faklutas yaitu : Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi , Fakultas Hukum dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan terdiri dari tiga Prodi yaitu PPKn, Pendidikan Matematika dan Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Prodi PGSD merumuskan visi dan misi disesuaikan dengan visi dan misi FKIP , dan Universitas Quality, Visi Prodi PGSD yaitu menyiapkan guru sekolah dasar yang profesional, mampu memberi keteladaan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dan terkemuka di Sumatera Utara.Untuk mengetahui pelaksanaan Learning Organization (LO) di digunakan instrumen pengukuran (kuesioner) subsystem Learning Organisasi Profile (Buku “Building The Learning Organization”) oleh Michael J. Marquardt (1996), antara lain: (1) Learning Dynamics; (2) Organization Transformation; (3) People Empowerment; (4) Knowledge Management; dan (5) Technology Application. Instrumen ini menggunakan skor dengan empat skala, yaitu: skor 4 (benar-benar terlaksana), skor 3 (terlaksana sebagian besar), skor 2 (terlaksana sebagian), dan skor 1 (terlaksana sedikit/tidak), Setiap subsystem Learning Organisasi Profile terdiri dari 10 indikator. Adapun total jumlah skor sebagai hasil akhir yang diperoleh secara keseluruhan dari instrumen pengukuran (kuesioner) dari 5 (lima) subsystem Learning Organization Profile di Prodi PGSD adalah 158, artinya 79% Learning Organisasi (LO) Prodi PGSD sudah terlaksana dengan baik.
Profil organisasi belajar program studi idola Oleh Sanggup BarusDwi Budiwiwaramulja
Makalah ini ditulis oleh Sanggup Barus, dipublish di slideshare.net dan http://tpunjunimed.blogspot.com atas permintaan penulisnya. Artikel berjudul “Analisis Profil Organisasi Belajar Program Studi Idola Jurusan Pemersatu Bangsa Fakultas Pengembang Kepribadian Universitas Penghasil Sumber Daya Manusia yang Berkualitas.” Penulisannya bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar.
Pengembangan model pembelajaran "Antusias" bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisien pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Model ini secara konseptual memfasilitasi guru untuk menganalisis kebutuhan siswa dan lingkungan sosial, merancang, melaksanakan, menyediakan dan menata kebututuhan sarana dan prasana, serta mengevaluasi pembelajaran.Guru diharapkan memiliki dan menumbuhkan sikap dan moral yang baik pada diri sendiri dan peserta didik.
Manyajikan dokumen Ms.Word dengan cara "copy paste" pada Blogspot kadang menghasilkan tampilan seperti diharapkan. Apalagi dokumen menggunakan "style" yang tidak konsiten pada setiap unsur tulisan. Cara yang mudah ternyata dapat dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan menitipkan dokumen tersebut pada website, seperti "slideshare". Website ini memfasilitasinya dengan baik seperti "share", embed, uploud dan download.
Menggambar dengan Ms.Word oleh Ratih Dewi Syahputri 1122113007Dwi Budiwiwaramulja
Menggambar menggunakan Ms. Word sangat efektif bagi pemula dalam penggunaan Ms. Word. Disini dijelaskan langkah-langkah menggambar pada Ms.Word untuk memudahkan mereka. Teknik menggambar seperti ini dapat pula di ajarkan kepada anak usia dini.
STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER (Characteristics Based) By Tjut Ernid...Dwi Budiwiwaramulja
Menguasai bahasa asing menjadi suatu kebutuhan saat ini untuk mampu berkomunikasi dalam era globalisasi. Karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan di seluruh dunia, maka mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak menjadi penting. Walaupun, peran bahasa Inggris saat ini hanya sebagai pelajaran muatan lokal, namun, masih banyak sekolah yang memasukkan Bahasa Inggris dalam daftar mata pelajaran merekadan diajarkan sejak dari kelas rendah.
Kasihani K. E. Suyanto (2007) menyatakan bahwa dari berbagai hasil penelitian dan praktek menunjukkan bahwa penerapan pengajaran bahaa Inggris kepada anak-anak masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Selain harus menguasai bahasa Inggris dengan baik, guru harus menguasai strategi pembelajaran Bahasa Inggris kepada anak-anak. Banyak siswa yang tidak menyukai Bahasa Inggris ketika mempelajarinya dan merasa bosan karena mereka kekurangan kosa kata bahasa Inggris (vocabularies). Kosa kata (vocabularies) salah satu faktor penting dalam mempelajari dan menguasai bahasa Inggris. Ketika siswa memepelajari bahasa Inggris dan mereka terhalangi oleh kurangnya kosa kata mereka, mereka menjadi malas untuk mempelajari bahasa Inggris lebih jauh. ....
Pengengan model pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran GRACE disusun oleh Resien. Artikel diunggal dengan persetujuan penulisnya yaitu Resien
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Model Pembelajaran “ANTUSIAS”Dwi Budiwiwaramulja
Menguraikan pendekatan struktur atau tatanan model pembelajaran beruntusias
Menguraikan hubungan setiap komponen yang saling mensupport usaha meningkatkan semangat calon pembelajar
Menggambarkan kerangka model berantusias.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama siswa dalam memperoleh pengetahuan, sehingga metode ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Akibatnya guru sering mengabaikan kemampuan siswa. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang memberdayakan siswa walaupun sudah banyak model pembelajaran yang lahir untuk diterapkan, tetapi model pembelajaran PESEK ini merupakan model pembelajaran yang baru, yang memfokuskan pada siswa dan akhir pembelajaran pada kepuasan siswa dalam pencapaian kompetensi.
Model pembelajaran PESEK adalah model pembelajaran yang tercipta dari beberapa kata yaitu
Percaya Diri, Efektivitas, Suka (Minat), Evaluasi, dan Kepuasan yang merupakan modifikasi dari model ARCS yang dikembangkan Keller dan Kopp (1987: 2-9). Model pembelajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan kemampuan siswa dalam belajar dapat mempermudah pemahaman belajar. Maka dengan model pembelajaran ini, hasil pembelajaran lebih bermakna. Sehingga pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa sendiri ketika ia belajar.
Dalam makalah ini penulis memaparkan pengertian apa yang dimaksud model pembelajaran ARIAS Ciptakan Inovasi Tanggap Aktif), langkah-langkahnya dan karakteristiknya. Dengan makalah ini diharapkan bisa membantu dalam menjelaskan model pembelajaran PESEK, dan agar dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
Rancangan Pengembangan Model Pembelajaran Mopie (Motivation, Observation, Pre...Dwi Budiwiwaramulja
Sistem penyimpanan arsip/warkat adalah suatu proses kegiatan atau proses pengaturan mulai dari penerimaan, pencatatan, penyimpanan dengan menggunakan sistem tertentu, menemukan kembali dengan cepat dan tepat, penggunaan, pemeliharaan, penyusutan dan pemusnahan arsip.
Proses belajar mengajar atas mata kuliah ini adalah dengan menyampaikan materi melalui ceramah, diskusi dan tanya jawab. Namun ternyata penggunaan metode pembelajaran ini belum dapat memaksimalkan pencapaian kompetensi mahasiswa. Mahasiswa hanya mengetahui kognetifnya saja padahal filing system sesungguhnya adalah mata kuliah praktek dimana mahasiswa harus dapat memparaktekkan bagaimana menyimpan arsip dengan berbagai filing system yang ada.
Dewey dengan "learning by doing"-nya mengatakan belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus Pengalaman belajar adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
Kampusku sayang tempatku berjuang
1. KAMPUSKU SAYANG, TEMPATKU BERJUANG
Disusun Oleh:
Gulmah Sugiharti
gulmahsugiharti@yahoo.com
Abstrak
Kampusku Sayang merupakan sebuah organisasi belajar tempat dimana orang menimba ilmu
untuk masa depan. Untuk mengetahui pelaksanaan Organesasi Belajar di Kampusku Sayang
maka digunakan instrument pengukuran berupa Angket dari Michael J. Marquardt dengan 5
subsistem yang hasilnya adalah sebagai berikut : Pada bagian Dinamika Pembelajaran, jumlah
skor yang diperoleh adalah 33, dari skor total 40. Artinya 82,5 % dinamika pembelajaran
dilakukan oleh individu, group maupun organesasi, dan hasilnya Baik. Pada bagian
Transformasi Organesasi, jumlah skor yang diperoleh adalah 33, dari skor total 40, artinya
82,5 % Transformasi Organesasi, Visi, Budaya, Strategi dan Struktur, dengan hasil yang
Baik. Pada bagian Pemberdayaan Masyarakat, jumah skor yang diperoleh 34 dari skor
total 40, artinya 85% pemberdayaan masyarakat, baik guru, mahasiswa, rekanan,
pelanggan, dan supplier sudah menuju sempurna, dan disimpulkan Baik Sekali, atau Sangat
Baik. Pada bagian Management Pengetahuan, jumlah skor yang diperoleh 30 dari skor total
40, artinya 75% management pengetahuan berjalan Baik, Pada bagian Aplikasi Teknologi,
jumlah skor yang diperoleh sudah Sangat Baik yaitu, mencapai skor 36 dari skor total 40.
Artinya indicator-indikator angket yang ditawarkan Michael J. Marquardt terpenuhi
dengan Sangat Baik Secara total Skor yang diperoleh dari kelima sub system yang
ditawarkan Michael J. Marquardt mencapai angka 166 dari skor total 200. Ini artinya
Kampusku Sayang khususnya prodi tempatku berjuang adalah merupakan organesasi
belajar yang Sangat Baik dan dapat Diandalkan.
Kata Kunci ; Kampus sayang, Indikator Marquardt, Total Skor
2. I. Pendahuluan
Kampus merupakan sebuah organisasi, lebih khusus lagi organisasi belajar tempat dimana
seseorang menimba ilmu untuk masa depan.
Marquardt (1996) mengatakan bahwa dalam organisasi belajar akan terlihat:
1. Perkembangan dan belajar seseorang dikaitkan dengan perkembangan dan belajar
organisasi khusus dan terstruktur;
2. Berfokus pada kreativitas dan adaptabilitiy;
3. Semua regu merupakan bagian dari proses belajar dan bekerja;
4. Jaringan kerja sangat penting dalam belajar dan menyelesaikan pekerjaan;
5. Berpikir sitem adalah fundamental;
6. Memiiki visi yang jelas di mana mereka berada dan ke mana tujuan mereka;
7. Secara terus menerus malakukan transformasi dan berkembang.
Sehubungan dengan itu, prodi tempat ku berjuang yang merupakan bagiann integeral dari
Kampusku Sayang mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi,
mencakup Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian pada masyarakat dalam bidang prodinya.
Penyelenggaraan prodi mengacu pada rencana strategis yang meliputi tiga program utama yaitu
: (1) Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan, (2) Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya
Saing, (3) Peningkatan Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik. Dalam upaya
merealisasikan rencana strategis tersebut, telah ditentukan sasaran-sasaran yang akan dicapai
melalui suatu kebijakan dalam bentuk kegiatan terprogram secara bertahap, sistematis dan
terkendali.
Sasaran-sasaran yang ingin dicapai telah disusun dalam rencana operasional Jurusan /
Prodi yang direncanakan dari program utama Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing
meliputi kegiatan matrikulasi mahasiswa baru setiap angkatan , peningkatan kemampuan
mahasiswa baik dalam menganalisis buku teks maupun dalam penyusunan karya ilmiah
berbahasa Inggris, pemberdayaan mahasiswa yang berprestasi melalui peningkatan kemampuan
asisten mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum, peningkatan kemampuan dosen dan mahasiswa
dalam membuat proposal pengabdian masyarakat, peningkatan kemampuan dosen dalam
membuat bahan ajar berbasis IT/ICT sehingga dapat diupload dalam Website. Disamping itu juga
3. dilakukan pengembangan kontrak perkuliahan dan rancangan pembelajaran berbasis SCL dan
pengembangan model pembelajaran praktikum berbasis kebutuhan stakeholder.
1. Visi, Misi
Penyusunan rencana strategis didasarkan pada kondisi jurusan dan prodi dengan
mempetimbangkan keunggulan, peluang, kendala dan tantangan yang semuanya diarahkan pada
kondisi masa mendatang. Kondisi jurusan dan prodi tersebut diprogramkan sedemikian untuk
memberi kontribusi yang lebih baik dalam peningkatan mutu lulusan secara bertahap dan
konsisten. Tahapan-tahapan tersebut diharapkan mendukung visi jurusan dan prodi yaitu:
menjadikan Jurusan yang unggul dalam pengkajian dan pengembangan prodi pendidikan dan non
kependidikan. Untuk mewujudkan visi tersebut Jurusan di kampusku Sayang mempunyai misi
menyelenggarakan pendidikan dalam rangka menghasilkan Sarjana Pendidikan dan Sarjana Non
Pendidikan yang profesional yang mampu bersaing di pasar kerja tingkat nasional dan global.
2. Tujuan dan Sasaran
Berdasarkan visi dan misi tersebut diatas, maka tujuan jangka panjang adalah:
a).menghasilkan lulusan yang berkepribadian luhur dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
b). menghasilkan lulusan yang profesional dalam pendidikan dan non kependidikan c).
menghasilkan lulusan yang menguasai dasar-dasar penelitian dan pengembangan bidang
pendidikan dan non kependidikan d). menghasilkan lulusan yang mempunyai keterampilan
bekerja di laboratorium e}. menghasilkan lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja.
Sasaran yang akan dicapai dari Program Utama Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya
Saing meliputi kegiatan matrikulasi mahasiswa baru, pengembangan kurikulum berbasis softskill
melalui penyusunan evaluasi standar, penjaminan mutu melalui audit mutu perkuliahan, rencana
dan kontrak perkuliahan pada Prodi, pengembangan kompetensi pengembangan pengelolaan
laboratorium bagi mahasiswa yang akan PKL, pembinaan komunitas mahasiswa dalam
penumbuhan jiwa enterpreneurship. Kegiatan melalui Program Utama Peningkatan Tata Kelola,
Akuntabilitas dan Pencitraan Publik adalah update data evaluasi diri Prodi Pendidikan dan Non
Kependidikan, dalam rangka penyusunan proposal hibah kompetisi, penyusunan proposal dana
dari DIPA dan akreditasi Pogram Studi.
4. 3. Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran
Pencapaian tujuan dan sasaran dilaksanakan melalui tahapan-tahapan kegiatan yang di
implementasikan dalam Rencana Operasional (Renop) yang diusulkan setiap tahun dan setujui
oleh Kampusku Sayang jika dianggap layak melalui tahapan seleksi di tingkat Kampus.
Pencapaian tujuan jangka menengah di tuangkan dalam rencana strategis (Renstra).
Selanjutnya, organisasi juga seharusnya memberikan kesempatan kepada setiap
individu untuk belajar secara terus-menerus dan berkelanjutan. Belajar dari pengalaman
masa lalu dan mengambil pelajaran dari hasil yang dicapai organisasi atau orang lain guna
mendesain dan mengembangkan apa yang ingin diperoleh untuk masa yang akan datang.
Belajar berkelanjutan merupakan esensi dasar dari empat sila pendidikan (four pillars of
education) seperti dikampanyekan oleh UNESCO (1999), yaitu untuk mengetahui (learning
to know), mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan (learning to do), belajar
untuk hidup bersama satu sama lain secara kolaboratif, rukun, dan damai (learning to live
together), dan belajar juga dapat memberi kontribusi penting kepada setiap orang untuk
berkembang secara utuh baik menyangkut kecerdasan intelektual, emosional, sosial,
mapun kecerdasan spiritualnya (learning to be).
Sedangkan Yusuf Edi (2008) mengatakan, bahwa dengan dukungan lingkungan
organisasi belajar yang kondusif diharapkan dapat diciptakan individu-individu yang
berpengetahuan (knowledge pople) dengan kompetensi yang handal dan dapat diandalkan.
Selain itu dukungan kepemimpinan yang dapat memberdayakan (empowerement), artinya
memberikan pendelegasian dan dukungan positif kepada anggota organisasi dalam
aktivitas pembelajaran dan memperbaiki kinerja.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil yang dicapai suatu organisasi belajar
dapat menjadi barometer dalam membangun karakter bangsa (character building) yang
mandiri, bermartabat, dan harga diri bangsa yang mampu berkompetisi dan berkolaborasi
dengan negara manapun di dunia.
II. Pembahasan
5. Learning Organization (LO) juga ada dan dilakukan di Kampusku Sayang khususnya
diprodi tempatku berjuang
Dimensi Learning Organization Peter Senge (2000) mengemukakan bahwa di dalam
learning organization yang efektif diperlukan 5 dimensi yang akan memungkinkan
organisasi untuk belajar, berkembang, dan berinovasi yaitu: 1) Personal Mastery
merupakan kemampuan secara terus menerus untuk memperbaiki wawasan agar objektif
dalam melihat realitas. Organisasi pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki
kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya
perubahan teknologi dan perubahan paradigma dari paradigma yang berbasis kekuatan
fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan. 2) Mental Model merupakan suatu proses
menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan, dan prasangka atas rangsangan
yang muncul. Mental model memungkinkan manusia bekerja dengan lebih cepat. Namun,
dalam organisasi yang terus berubah, mental model ini kadang-kadang tidak berfungsi
dengan baik dan menghambat adaptasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu mental model
peru didiskusikan, dicermati, dan direvisi pada level individual, kelompok, dan organisasi.
3) Shared Vision Komitmen, untuk menggali visi bersama tentang masa depan secara
murni tanpa paksaan. Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda
latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat sulit
bagi organisasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama. Selain
perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga memiliki berbagai unit yang
pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan
organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian tujuan
bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit yang ada
dalam organisasi. 4). Team Learning Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara
adaptif, generatif, dan berkesinambungan. Sekarang ini makin banyak organisasi berbasis
tim, dimana rancangan organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team.
Kemampuan organisasi untuk mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya visi
bersama dan kemampuan berfikir sistemik. Tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan
sukses dan gagal yang terjadi dalam suatu tim, maka pembelajaran organisasi akan sangat
lambat, dan bahkan berhenti. 5) System Thinking Organisasi pada dasarnya terdiri atas
6. unit yang harus bekerja sama untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu
antara lain ada yang disebut divisi, direktorat, bagian, atau cabang. Kesuksesan suatu
organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan
secara sinergis. Kemampuan untuk membangun hubungan yang sinergis ini hanya akan
dimiliki kalau semua anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain dan memahami
juga dampak dari kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya.
Kelima dimensi dari Peter Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh,
dikembangkan dan dihayati oleh setiap anggota organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku
sehari-hari. Kelima dimensi organisasi pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam
Kampusku Sayang untuk meningkatkan kualitas pengembangan dan belajar untuk
beradaptasi pada perubahan dan mengantisipasi perubahan pada masa depan.
Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan Learning Organization (LO) di
Kampusku Sayang digunakan Instrumen Pengukuran (Quisioner) Subsystem Learning
Organezation Profile ( Buku: The Learning Organezation) oeh Michael J. Marquardt (l996)
yang mecakup antara lain :
1. Learning Dinamics (Dinamika Belajar: individu, group atau tim dan organesasi)
2. Organezation Transformation (Transformasi Organesasi :visi, budaya, strategi,
struktur)
3. People Empowerment (Pemberdayaan Masyarakat ; manager, karyawan/ guru,
pelanggan, rekanan, suplier, komunitas).
4. Knowledge Management (Management Pengetahuan : akuisisi, kreasi,
penyimpanan, pemulihan dan transfer)
5. Technology Application (Aplikasi Teknologi : Sistem pengetahuan informasi
pembelajaran berbasis teknologi dan sistim pendukung kinerja elektronik).
Secara keseuruhan hasil pengukurannya dapat dipaparkan sebagai berikut :
1). Pada bagian Dinamika Pembelajaran, jumah skor yang diperoleh adalah 33, dari skor
total 40. Artinya 82,5 % dinamika pembelajaran dilakukan oleh individu, group maupun
7. organesasi. Belum dicapainya angka 100% masih terjadi distorsi informasi dan
pembokiran informasi, misanya pengumuman pada penerimaan proposal yang intern
kadang-kadang baru diinformasikan sehari sebeum batas akhir bahkan setelah masa
berakhir. Demikian juga dalam memperluas informasi selalu tidak terjadi pemerataan,
diberlakukan pada individu yang sama bahkan bukan bidangnya. Jika dihitung skor rata-
ratanya 3,03, yang artinya Pelaksanaan LO, Sub Dinamika Pembelajaran di Kampusku
Sayang berada pada tingkat yang BAIK.
2). Pada bagian Transformasi Organesasi, jumlah skor yang diperoleh adalah 33, dari
skor total 40, artinya 82,5 % Transformasi Organesasi, Visi, Budaya, Strategi dan
Struktur. Sama seperti point pertama, jika dihitung skor rata-ratanya 3,03 yang artinya
pelaksanaan LO, sub Transformasi Organesasi di Kampusku Sayang berada pada tingkat
yang BAIK. Prodi di Kampusku Sayang sudah dikenal dan bekerjasama dengan
stakeholder, baik untuk prodi pendidikan (misalnya PPL dan diklat keguruan , sertifikasi
dsb), juga untuk prodi non kependidikan (misalnya PKL ke perusahaan-perusahaan,
maupun penggunaan laboratorium untuk kerjasama), peluang belajar juga diberikan
seluas-luasnya bahkan dengan dibebaskannya untuk memperdalam bahasa Inggris
maupun penggunaan Perpustakaan (Library Digital), Bekerja dalam Tim, khususnya tim
KDBK juga berjaan Baik. Skor 100% belum tercapai karena masih adanya kekurangan
disana-sini mengikuti instrument angket, misalnya pada rotasi pekerjaan pada divisi.
Benar-benar ada Rotasi setiap periodenya tetapi dalam arti dirotasi di person-person itu
saja tanpa ada person baru hingga masa berakhir.
3). Pada bagian Pemberdayaan Masyarakat, jumah skor yang diperoleh 34 dari skor total
40, artinya 85% pemberdayaan masyarakat, baikguru, mahasiswa, rekanan, pelanggan,
dan supplier sudah menuju sempurna, dan disimpulkan Baik Sekali. Hal ini karena prodi
secara aktif berbagi informasi dengan pelanggan, misalnya bekerjasama dengan Akbid,
Seminar guru, mengadakan olimpiade dsb. Prodi juga secara aktif memberdayakan
mahasiswa, misalnya pada pembuatan produk-produk rumahtangga seperti sabun,
pembersih dan lain-lain, juga menjalin mitra , misalnya bekerjasama dengan Depag,
bekerjasama dengan pabrik, dan sebagainya. Skor 100 belum dicapai karena masih
besarnya otoritas yang kadangkala tidak sebanding dengan tanggungjawab dan
kemampuannya.
8. 4). Pada bagian Management Pengetahuan, jumlah skor yang diperoleh 30 dari skor total
40, artinya 75% management pengetahuan berjalan Baik, dimana sudah ada proyek
percontohan pengujian seperti Uji Minyak Atsiri yang sudah dilakukan secara Nasional,
juga secara berkala diadakan pertemuan memantau kemajuan / evaluasi pembelajaran,
aktif menghadiri konprensi baik regional, nasional maupun internasional, walaupun
selalu menggnakan dana pribadi. Skor belum mencapai 100 karena masih ada point yang
belum memenuhi indicator angket, antara lain pada point pentingnya organesasi belajar
dan berbagi pengetahuan dengan orang lain, dan pentingnya transfer pembelajaran untuk
kelompok/departemen. Hal ini sangat disadari oleh anggota organesasi, tetapi padatnya
jadwal perkuliahan dan banyaknya kesibukan , hingga waktunya sangat minim .
5). Pada bagian Aplikasi Teknologi, jumlah skor yang diperoleh sudah Sangat Baik yaitu,
mencapai skor 36 dari skor total 40. Artinya indicator-indikator angket yang ditawarkan
Michael J. Marquardt terpenuhi dengan Baik. Hal ini terjadi karena Kampusku Sayang
khususnya prodi tempatku Berjuang sudah dilengkapi dengan fasilitas IT dan ICT yang
baik, dimana setiap ruangan perkuliahan sudah lengkap dengan pendukung belajar
elektronik dan pembelajar dapat mengakses data yang dibutuhkan. Demikian juga di
ruang-ruang KDBK, bahkan ruang istirahat sekalipun fasilitas IT dan ICT tersedia.
Secara total Skor yang diperoleh dari kelima sub system yang ditawarkan Michael J.
Marquardt mencapai angka 166 dari skor total 200. Ini artinya Kampusku Sayang
khususnya prodi tempatku berjuang adalah merupakan organesasi belajar yang Sangat
Baik dan dapat Diandalkan.
C. Penutup
Dari uraian diatas, maka dapat dicermati bagaimana pencapaian indicator-indikator
angket yang ditawarkan Michael J. Marquardt telah terpenuhi, dengan skor total 166,
yaitu berada pada level antar 150-200, yang artinya Kampusku Sayang khususnya prodi
tempatku berjuang merupakan Organesasi Belajar yang sudah tertata Sangat Baik. Untuk
itu disarankan agar mengoptimalkan seluruh anggota organesasi, stakeholder Kampusku
Sayang untuk bersinergi dalam mewujudkan Kampus Masa Depan yang Kompetitif.
9. DAFTAR PUSTAKA
Marquardt, Michael J. 1996. Building the Learning Organization: A Systems Approach to
Quantum Improvement and Global Success. New York: McBraw-Hill.
Senge, Peter. 2000. Schools That Learn: A Fifth Discipline Fieldbook for Educators, Parents,
and Every who Cares about Education. USA: Nelda Cambron-McCabe.
UNESCO. 1999. Task Force on Education for the Twenty-first Century.
(http://www.unesco.org/delors/fourpil.htm).
Yusuf Edi E. 2008. Organisasi Belajar. (http://teknologi
kinerja.wordpress.com/2008/05/06/organisasi-belajar/).