AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
Mempertahankan Indonesia
1. Mempertahankan Indonesia dengan Menghargai Perbedaan yang Ada
Bertema tentang menanggulangi multikultural yang ada demi terciptanya
kesejahteraan di masyarakat. Menurut saya, pada dasarnya kita memang tidak
pernah bisa memuaskan keinginan semua orang. Karena Tuhan telah menciptakan
setiap orang dengan pemikiran yang berbeda-beda. Ditambah lagi dengan
lingkungan yang ikut berpengaruh terhadap pembentukan pribadi seseorang.
Solusinya adalah dengan tetap memberikan hak dan kewajiban mereka sebagai
warga negara, serta menghargai mereka atas nama kemanusiaan. Mungkin
keadilan itu memang tak sepenuhnya bisa didapatkan oleh semua orang. Sebab,
pasti masih ada saja ketidakadilan yang akan kita rasakan, entah itu disengaja
ataupun tidak. Akan tetapi, kita tetap bisa membuat perubahan terhadap suatu
problematika, meskipun dampaknya tidak terlalu signfikan. Memupuk diri dengan
nilai-nilai kebaikan dan sadar bahwa setiap dari kita berhak untuk bahagia adalah
salah satu yang dapat kita lakukan. Bahagia dengan caranya masing-masing,
seperti bersyukur atas apa yang Tuhan telah dan masih Ia berikan kepada kita
sebagai makhluk ciptaannya.
Menyatukan pikiran itu memang sulit adanya. Namun siapa sangka, bahwa
beberapa tahun lalu di tahun 1945, negara kita dapat merdeka dalam segala
perbedaan pendapat yang ada. Entah itu pada rapat PPKI 18 Agustus yang
membahas sila pertama dari Pancasila, perbedaan pendapat antara golongan tua
dan muda dalam menentukan tanggal kemerdekaan Indonesia1, dan segala hiruk-
pikuk lainnya yang mewarnai sejarah bangsa Indonesia. Tapi sadar atau tidak, itu
semua dilakukan demi satu tujuan, yaitu terbebas dari belenggu penjajah agar kita
dapat memperoleh pengakuan sebagai Indonesia seutuhnya, tanpa adanya
intervensi dari negara lain.
Kembali ke masa sekarang, tepat 71 tahun setelah Rakyat Indonesia
memperoleh kemerdekaan yang menjadi haknya. Mungkin pepatah bahwa
1 Magdalena Alfian,Nana Nurliana Soeyono,Sudarini Suhartono, Sejarah untuk SMA dan MA
Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Alam (Jakarta:Esis,2003),hlm. 137.
2. semakin tinggi suatu pohon, maka angin yang menerpanya akan semakin kencang
adalah tepat adanya. 17 Agustus 2017 nanti, Indonesia bertambah umurnya satu
tahun. Semua masalah tentang perbedaan, sebelumnya telah kita rasakan dan
masih akan kita rasakan terkait posisi manusia sebagai makhluk heterogen.
Ketahuilah bahwa kita berhasil bertahan tanpa adanya bagian dari Indonesia yang
terpisah. Namun, mungkin kita dapat membuat pengecualian untuk kasus
terpisahnya Provinsi Timor-Timur dari Indonesia. Dikupas oleh salah satu penulis
di website Kompasiana, Muhammad Rudi, terkait buku karya Presiden
Bacharuddin Jusuf Habibie yang membahas peristiwa terpisahnya Timor-Timur
yang bukan merupakan kesalahannya ataupun rezim pemerintahannya. Itu adalah
murni keinginan dari mayoritas masyarakat di Timor-Timur2. Saya memang
bukan seorang sejarawan yang paham seluk-beluk dan cerita yang ada dibalik
suatu peristiwa. Menurut saya, jika kita tetap bertahan pada pendapat dan
paradigma masing-masing serta menganalogikannya kepada kehidupan di
Indonesia saat ini, bukan tidak mungkin bahwa satu persatu bagian dari Indonesia
akan menghilang.
Saya sebagai satu dari sekian banyak remaja Indonesia di zaman ini, jujur
merasa prihatin pada kondisi Indonesia saat ini. Di beberapa platform media,
televisi, ataupun media sosial, kita dapat menemukan persoalan tentang
perbedaan. Pastinya kalian pernah menemukannya juga bukan? Baik di dunia
nyata ataupun maya, semua telah menjadi bagian dari kehidupan. Ya, memang
kita satu sama lain adalah berbeda dan salah satu yang dapat kita lakukan adalah
menghargai satu sama lain atas nama kemanusiaan. Bisa kita ibaratkan, Indonesia
sebagai sebuah rumah dari keluarga besar yang hidup dalam keberagaman suku di
dalamnya. Jika kita melihat dari sisi putih, perbedaan itu akan terasa apik dan
menjadi salah satu keuntungan yang dapat kita peroleh untuk mengembangkan
diri menjadi pribadi yang lebih dewasa.
2 Muhammad Rudi, “Fakta Dibalik Lepasnya Timor Timur dari NKRI”, diakses dari
http://www.kompasiana.com/mrudir/fakta-dibalik-lepasnya-provinsi-timor-timur-dari-
nkri_5500e877a3331118705124a4 ,pada tanggal 30 Juni 2017 pukul 12.03
3. Tapi, entahlah. Saya tahu dan paham jika kita tidak bisa memaksakan
kehendak kepada orang lain agar seluruhnya terlihat ideal di mata kita. Sebab,
yang ideal untuk kita belum tentu orang lain juga. Sewaktu saya masih
mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), seorang
guru mata pelajaran sejarah pernah mengatakan, “Menjadi peringkat I adalah hal
yang mudah. Kalian hanya harus belajar yang rajin. Tapi, sebaliknya.
Mempertahankannya adalah hal yang sulit.” Seperti halnya para pendiri Negara
Indonesia. Mereka berjuang melawan penjajah, berperang di banyak daerah dan
menyangkut banyak lapisan masyarakat, agar kita sebagai generasi selanjutnya
tidak harus merasakan penderitaan dan ketidakadilan para penjajah. Dengan
segala problematika yang tengah terjadi di negara kita, akankah 71 tahun lagi
Indonesia masih menjadi sosok yang saya kenal, atau bangsa Indonesia kenal?
Menjadi sosok Ibu Pertiwi yang dirindukan setelah pergi jauh ke tanah yang lain.
Dalam bayangan saya, jika Soekarno masih hidup, ia pasti sedih. Melihat
negara yang ia cintai tengah seperti ini. “Aku titipkan Negeri ini padamu,”
perkataan Soekarno yang ditulis oleh Pak Tjipta di website Kompasiana3. Di sana,
ia tengah membahas tentang kepergiannya ke rumah Soekarno di Bangka Belitung
dan kembali mengingat memori lama ketika kala itu bertemu dengan Soekarno
secara langsung. Ia yang lahir pada tahun 1943 membuat saya yakin bahwa sosok
Soekarno adalah seseorang yang mengagumkan. Jika Soekarno masih ada hingga
saat ini, saya ingin bertanya perihal Indonesia, “Akankah kita dapat melalui
semua ini dan menjadi negara yang besar, Pak?”
Oh, lihat Ibu Pertiwi, sedang bersusah hati
Air matanya berlinang, mas intannya terkenang
Hutan, gunung, sawah, lautan, simpanan kekayaan
Kini Ibu sedang lara, merintih dan berdoa4
3 Tjiptadinata Effendi, “Berada di samping Bung Karno Membuat Tubuh Merinding”, diakses dari
http://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/berada-di-samping-bung-karno-
membuat-tubuh-merinding_5936aa308e7a61523165be66,pada tanggal 30 Juni 2017 pukul
12.47
4 Muchlis,BA dan Azmy, BA, Lagu-Lagu untuk Sekolah Dasar dan Lanjutan Jilid I Lagu Wajib
(Depok: Musika,2003),hlm. 120.
4. Pernah saya dan teman- teman di Sekolah Menengah Atas (SMA)
mengikuti sebuah seminar motivasi. Singkatnya, pembahasannya tentang
bagaimana kondisi perekonomian Indonesia saat ini, Indonesia di tahun 2045, dan
cara menghadapi permasalahan di Indonesia. Menurut saya, kita dalam kemajuan
teknologi saat ini harus pandai memilah informasi yang benar dan salah. Sebab,
layaknya sebuah api, jika disulut maka kobarannya akan menjadi besar. Semudah
itu jika ingin menciptakan situasi menjadi runyam. Butuh waktu yang lama untuk
membangun seseuatu yang berharga, tapi hanya butuh waktu sebentar untuk
membuatnya menghilang.
Bagi saya, setiap dari kita pasti menginginkan kedamaian agar kita dapat
hidup dengan tenang di dunia ini. Masih ingatkah tentang kasus pemboman di
Manchester, di mana kala itu tengah diadakan konser dari salah satu bintang
Hollywood, Ariana Grande? Ditulis pada jogja.tribunnews.com, sebanyak 22
orang tewas dalam pemboman ini dan 59 orang lainnya terluka5. Atau yang paling
hangat tentang ‘bom panci’ yang diledakkan di terminal Kampung Melayu?
Dilansir oleh news.detik.com, bahwa 3 orang tewas dan 11 orang luka-luka karena
peristiwa “bom paci” tersebut6. Jujur, saya sedih akan kasus-kasus tersebut dan
saya yakin banyak orang yang turut merasakan hal yang sama. Yang tadi saya
sebutkan hanyalah beberapa dari segelintir kasus yang ada. Dunia tengah
dirundung duka. Saya tidak mampu untuk berkata apa-apa lagi. Namun, bisakah
kita untuk memikirkan nasib orang-orang yang dikasihi oleh para korban? Setiap
dari kita pasti memiliki orang yang disayangi, bukan? Hingga kenangan tentang
mereka hanya dalam memori saja dengan arti kehilangan yang begitu kental.
Menciptakan dunia yang damai, bisakah kita?
Terkadang muncul pertanyaan pada diri ini tentang mengapa semua dapat
terjadi dan saya pun tak mampu memberikan jawaban yang tepat, atau seperti
5 Tribun Jogja, “Jumlah Korban Meninggal Ledakan Bom di Manchester Arena Bertambah Jadi 22
Orang”, diakses dari http://jogja.tribunnews.com/2017/05/23/jumlah-korban-meninggal-
ledakan-bom-di-manchester-arena-bertambah-jadi-22-orang,pada tanggal 30 Juni 2017 pukul
16.48
6 Detiknews, “Korban Bom Kampung Melayu: Polisi,Sopir Angkot, hingga Mahasiswi”,diakses
dari https://news.detik.com/berita/d-3511347/korban-bom-kampung-melayu-polisi-sopir-
angkot-hingga-mahasiswi,pada tanggal 30 Juni 2017 pukul 15.02
5. yang saya harapkan. Termenung dan berharap akan adanya perubahan. Mungkin
lewat essay ini adalah jawabannya. Dari satu paragraf ke paragraf lainnya yang
membentuk hasil pemikiran dari seorang remaja yang masih terus tumbuh dan
menginginkan Indonesia yang lebih baik lagi. Seperti yang saya katakan di
paragraf awal bahwa untuk menciptakan tatanan kehidupan yang menyejahterakan
rakyat, maka salah-satu caranya adalah dengan memberikan hak dan kewajiban
mereka serta menghargai mereka atas nama kemanusiaan. Karena saya percaya,
bahwa setiap manusia terlahir dengan rasa cinta dan mengasihi yang diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semoga Indonesia tidak dirundung sendu dan dunia
ini tetap memancarkan cahayanya.
6. Daftar Pustaka
Alfian, Magdalia. Nana Nurliana Soeyono. Sudarini Suhartono. 2003. Sejarah
untuk SMA dan MA Kelas XI, Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Esis.
BA, Muchlis. dan Azmy, BA. 2003. Lagu-Lagu untuk Sekolah Dasar dan
Lanjutan, Jilid 1 Lagu Wajib. Depok: Musika.
Detiknews. (25 Mei 2017). Korban Bom Kampung Melayu: Polisi, Sopir Angkot,
hingga Mahasiswi. Diakses pada 30 Juni 2017, dari
https://news.detik.com/berita/d-3511347/korban-bom-kampung-melayu-
polisi-sopir-angkot-hingga-mahasiswi
Effendi, Tjiptadinata. (2017). “Berada di samping Bung Karno Membuat Tubuh
Merinding”. [Online]. Tersedia:
http://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/berada-di-samping-
bung-karno-membuat-tubuh-merinding_5936aa308e7a61523165be66
[Diakses pada 30 Juni 2017].
Rudi, Muhammad. (2011). “Fakta Dibalik Lepasnya Timor Timur dari NKRI”.
[Online]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/mrudir/fakta-dibalik-
lepasnya-provinsi-timor-timur-dari-nkri_5500e877a3331118705124a4
[Diakses pada 30 Juni 2017].
Tribun Jogja. (23 Mei 2017). Jumlah Korban Meninggal Ledakan Bom di
Manchester Arena Bertambah Jadi 22 Orang. Diakses pada 30 Juni 2017, dari
http://jogja.tribunnews.com/2017/05/23/jumlah-korban-meninggal-ledakan-
bom-di-manchester-arena-bertambah-jadi-22-orang