Dokumen tersebut membahas bagaimana generasi milenial dapat berkontribusi terhadap pendidikan Indonesia untuk mencapai tujuan Indonesia Emas 2045. Generasi milenial diajak untuk berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi ke daerah terpencil melalui kegiatan sukarela mengajar, serta membangun forum online untuk berdiskusi permasalahan pendidikan daerah tersebut. Partisipasi aktif generasi milenial diharapkan dapat meningkatkan kualitas S
Bakti Generasi Millenial Melalui Pendidikan untuk Indonesia Emas 2045
1. Bakti Generasi Millenial Melalui Pendidikan
untuk Indonesia Emas 2045
Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukan lagi hal eksklusif yang hanya dapat diperoleh
kaum tertentu. Saat Indonesia masih dalam penjajahan Belanda, kita dapat melihat banyak
kasus diskriminasi dalam pendidikan. Mereka yang berasal dari kaum bangsawan akan
dibedakan daripada mereka yang terlahir sebagai pribumi. Kemerdekaan yang didapatkan dari
perjuangan para pahlawan Indonesia di masa lalu membuat kita tidak perlu merasakan berbagai
diskriminasi tersebut di zaman sekarang. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 5 menyatakan bahwa salah satu hak dan kewajiban warga negara adalah setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Di Indonesia, pendidikan dapat ditempuh sejak Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan
perguruan tinggi. Para pelajar diajarkan ilmu yang kelak akan membawa manfaat untuk mereka
dan menjadikan mereka pribadi yang lebih baik lagi. Suatu daerah akan mampu mengentaskan
problematika masyarakat lewat pendidikan. Mengapa demikian? Ilmu jika dipergunakan dalam
kebaikan, maka akan melahirkan kebaikan pula. Sebaliknya, jika ilmu digunakan untuk
kejahatan, maka kejahatanlah yang akan terlahir. Peran pendidikan begitu penting, sebab dari
sanalah seseorang akan tumbuh dan berkembang. Pendidikan bukan hanya suatu hal yang
formal seperti belajar di kelas, tetapi pendidikan juga dapat diraih di luar kelas.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data Direktorat
Jenderal Pemerintahan Umum, Kemernterian Dalam Negeri yang dipublikasikan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) bahwa Indonesia memiliki 17.504 pulau yang tersebar di 32 provinsi
(sebelum pemekaran Kalimantan Utara dan Sulawesi Barat). Menurut data dari Worldmeters,
Indonesia saat ini memiliki penduduk sebanyak 269 juta jiwa dan menempati peringkat
keempat untuk negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Angka jumlah penduduk tersebut
dapat menjadi keuntungan tersendiri untuk Indonesia. Dilansir website merdeka.com, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengungkapkan di tahun 2045
total penduduk Indonesia akan mencapai angka 320 juta jiwa. Semakin besar jumlah penduduk
yang ada, maka akan terbuka peluang Indonesia untuk menjadi negara yang maju. Namun, jika
2. pengembangan SDM tidak dilakukan dengan baik, maka itu akan menimbulkan dampak buruk
bagi Indonesia, contohnya ada pengangguran, kemiskinan, dan lainnya.
Bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas untuk Indonesia maju? Kita dapat
memulainya dari pendidikan. Mengapa demikian? Sebab lewat pendidikan, kita dapat
memperkaya ilmu pengetahuan dan diajarkan untuk memiliki karakter yang baik. Pendidikan
mengajarkan seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dengan rasa keingintahuan yang
tinggi, kita akan merasa haus akan ilmu. Di masa depan kelak, ilmu tersebut akan berguna
untuk memajukan Indonesia dengan cara bekerja dan berkarya di bidangnya masing-masing.
Namun, kita harus akui bahwa pendidikan yang ada di Indonesia masih belum merata. Ini
dibuktikan dari data BPS tahun 2018 terkait persentase penduduk buta huruf di Indonesia
bahwa Provinsi Papua memegang angka buta huruf tertinggi dengan persentase 21.20 untuk
kelompok umur 15-44. Provinsi DKI Jakarta dengan persentase terendah untuk angka buta
huruf yaitu 0.07 untuk kelompok umur yang sama. Ini merupakan sebuah ketimpangan yang
sangat jauh dan perlu untuk diperhatikan oleh kita semua agar seluruh daerah Indonesia dapat
maju bersama.
Di masa kini, kita mulai sering mendengar istilah “generasi millenial”. Dilansir website
kominfo.go.id, millennial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau
echo boomers. Para pakar menggolongkan generasi Y lahir pada 1980-1990 atau pada awal
2000 dan seterusnya. Ini berarti, generasi millennial berada pada umur yang produktif untuk
berkembang dan berkarya, salah satunya adalah melalui pendidikan. Ketimpangan pendidikan
antara Provinsi Papua dan DKI Jakarta adalah suatu hal yang serius. Jika kita memandang
untuk Indonesia emang 2045, maka kita perlu memperhatikan seluruh aspek yang ada di negara
ini, baik itu dari Sabang hingga Merauke. Lantas, apa yang bisa dilakukan generasi millenial
untuk pendidikan Indonesia?
Pertama, berbagi ilmu pengetahuan yang dimiliki. Tan Malaka mengatakan, “Jika kaum
muda yang bersekolah tinggi namun enggan untuk bergaul dengan masyarakat yang hanya
bekerja sebagai petani setiap harinya memegang cangkul. lebih baik pendidikan itu tidak
diberikan sama sekali.” Terdapat sebuah ungkapan, “Jadilah seperti padi. Semakin berisi,
semakin merunduk”. Ini menyatakan bahwa jika seseorang yang memiliki ilmu yang tinggi,
maka tidak seharusnya membuat mereka menjadi sombong. Sebaliknya, ada baiknya ilmu
tersebut digunakan untuk berbagi. Generasi millennial dapat melakukan kegiatan volunteer ke
daerah terpencil untuk mengajar di sekolah-sekolah yang ada di daerah terpencil. Dilansir oleh
3. website tirto.id, pada Agustus 2015, pemerintah Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara
mengaku membutuhkan tambahan 500 guru untuk mengajar di sekolah-sekolah di wilayah
perbatasan Indonesia-Malaysia. Menurut laporan mantan Ketua Umum Pengurus Besar
Persatuan Guru RI, Sulistyo, pada 2015 lalu, Indonesia masih kekurangan sekitar 520 ribu guru
dan jumlah itu akan terus bertambah karena ribuan guru Inpres (guru yang dikirim berdasarkan
Instruksi Presiden pada tahun 1974-1975 di masa orde baru) akan pension pada tahun 2018-
2023. Dengan menjadi volunteer dalam kegiatan mengajar di daerah terpencil, generasi
millennial ikut menjadi bagian untuk memajukan anak bangsa
Kedua, memperkenalkan teknologi dalam metode pembelajaran. Di abad ini, teknologi
telah mendominasi dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Munculnya bimbingan belajar online menunjukkan bahwa belajar bukan lagi hanya dengan
bertatap muka langsung dengan guru dan belajar di kelas. Sekarang, belajar dapat dilakukan di
mana saja dengan menggunakan bimbingan belajar online. Di tengah kemajuan teknologi yang
ada, ternyata belum semua penduduk Indonesia memiliki keterampilan Teknologi Informasi
dan Komputer (TIK). Data BPS tentang proporsi remaja dan dewasa usia 15-59 tahun dengan
keterampilan TIK menurut provinsi menunjukkan bahwa persentase terendah adalah Provinsi
Papua dengan 15.00 (tahun 2016), sedangkan DKI Jakarta adalah provinsi dengan persentase
tertinggi, yaitu 58.40. Seperti yang dibahas pada poin pertama tentang berbagi ilmu
pengetahuan yang dimiliki, generasi millennial dapat memperkenalkan teknologi dalam
metode pembelajaran yang mereka lakukan pada saat kegiatan volunteer. Generasi millennial
sebagai generasi yang melek akan teknologi dapat mengajarkan anak-anak di daerah tersebut
secara bertahap, mulai dari istilah-istilah yang berkaitan tentang teknologi, sehingga nantinya
mereka dapat memiliki gambaran tentang teknologi tersebut. Selanjutnya, jika fasilitas yang
ada belum memadai untuk pembelajaran tentang teknologi, maka kita dapat ajukan kepada
pemerintah daerah untuk membantu.
Terakhir, membentuk forum online yang dapat memberikan update tentang apa saja
yang kurang dari pembelajaran yang ada di daerah tersebut. Dengan forum online tersebut, para
generasi millenial yang melakukan kegiatan volunteer mengajar dapat saling bercerita
bagaimana proses mengajar di sana, apa yang diperlukan, hambatan yang terjadi dalam
pembelajaran, serta saling memberikan solusi yang membangun demi penyelesaian
permasalahan yang terjadi.
4. Dengan bersatunya generasi millenial yang memiliki tujuan yang sama dalam
membangun pendidikan Indonesia, maka akan terciptanya SDM yang berkualitas demi
kemajuan bangsa dan negara. Sehingga pada tahun 2045 nanti, jumlah penduduk yang
bertambah pada tahun 2045 bukan lagi sebuah hambatan, melainkan sebuah keuntungan yang
didapatkan Indonesia.