3. 1. Menghayati dan menyadari bahwa mempelajari sifat wajib
Allah SWT. (Nafsiyah, Salbiyah, Ma’ani dan
Ma’nawiyah), dan sifat-sifat jaiz Allah.adalah Sebagai
bagian dari ajaran agama yang harus dihayati dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mendeskripsikan sifat Wajib Allah SWT. (Nafsiyah,
Salbiyah, Ma’ani dan Ma’nawiyah), dan sifat-sifat jaiz
SWT.
3. Mengidentifikasi sifat wajib Allah SWT. (Nafsiyah,
Salbiyah, Ma’ani dan Ma’nawiyah), dan sifat-sifat jaiz
SWT.
4. Mengembangkan hasil analisis sifat wajib Allah SWT.
(Nafsiyah, Salbiyah, Ma’ani dan Ma’nawiyah), dan sifat-
sifat jaiz Allah SWT.
TUJUAN PEMBELAJARAN
25. KAUNUHU MURIDAN
Kaunuhu Muridan artinya keberadaan Allah itu harus berkehendak atas segala
sesuatu. Sifat ini dikatakan juga sifat qadim (Dahulu) yang berdiri pada dzat-Nya
dan dilazimkan memiliki sifat Iradat (berkehendak) dan merupakan bentuk fa’il
atau pelaku dari sifat Ma’nai – Iradah (berkehedak). Dan untuk selanjutnya kita
bisa mengambil perumpamaan atau contoh dari sifat Iradat dalam pelajaran
sebelumnya.
28. KAUNUHU SAMI’AN
Kaunuhu Sami’an artinya keberadaan Allah itu harus Maha Mendengar
segala sesuatu. Sifat ini dikatakan juga sifat Assam’u (Mendegar) yang
berdiri pada dzat-Nya dan dilazimkan memiliki sifat ini. Sifat ini juga
merupakan merupakan bentuk fa’il atau pelaku dari sifat Ma’nai –
Assam’u (Mendengar). Dan untuk selanjutnya kita bisa mengambil
perumpamaan atau contoh dariisfat
Assam’u.
29. KAUNUHU BASHIRAN
Kaunuhu Bashiran artinya keberadaan Allah itu harus Maha Melihat
segala sesuatu. Sifat ini dikatakan juga sifat Al-Basharu (Melihat) yang
berdiri pada dzat-Nya dan dilazimkan memiliki sifat ini. Sifat ini juga
merupakan bentuk fa’il atau pelaku dari sifat Ma’nai – Al- bashar
(melihat). Dan untuk selanjutnya kita bisa mengambil perumpamaan
atau contoh dari isfatAl-Basharu.
30. KAUNUHU
MUTAKALIMAN
Kaunuhu Mutakalliman artinya keberadaan Allah itu harus Maha
Berbicaradenganpembicaraan yangtidak menyerupaiciptaan-Nya.Sifat
ini dikatakan juga sifat Al-Kalamu (Berbicara) yang berdiri pada dzat-
Nya dan dilazimkan memiliki sifat ini. Sifat ini juga merupakan
merupakan bentuk fa’il atau pelaku dari sifat Ma’nai – Al- Kalam
(Berbicara). Danuntuk selanjutnya kita bisa mengambil perumpamaan
ataucontoh dari isfatal-Kalam.